Sebuah KEJADIAN. Penyerta serupa
dengan pelaku sekunder, penyebab sekunder, atau penderita
sekunder.
Didik pergi ke taman dengan (bersama, beserta) anjingnya.
Es krim itu mencair bersama dengan mentega (es krim dan
juga mentega mencair).
Saya makan Malam dengan istri saya.
Garpu itu berada di atas meja dengan pisau dan sendok.
Dalam gramatika bahasa Indonesia, dengan, bersama, dan beserta
merupakan penanda gramatikal yang umum untuk penyerta.
6. Hasil (resultant) dihasilkan oleh KEJADIAN. KEJADIAN
dan hasil berhubungan erato Misalnya, beberapa bahasa
RELASI DALAM PROPOSISI KEJADIAN 211
mempunyai bentuk serupa untuk perbuatan dan hasilnya,
seperti dalam menyanyikan nyanyian, mengerjakan pekerjaan.
Mary mencipta lagu.
Ia menulis surat.
Mereka sedang membuat kue.
Usaha itu mendatangkan banyak uang.
Jika tidak ada penyimpangan antara gramatika dan semantik, basil
berupa obyek verba.
7. Alat (instrument) yaitu BENDA tak bernyawa yang
digunakan untuk melaksanakan KEJADIAN.
Maria rnenulis denganpensil.
Arnir mernotong tali dengan pisau.
Maria rnenutupi anak itu dengan selimut.
Pekerja itu rnelebarkanjalan dengan buldoser.
Joan menunjuk garnbar itu denganjarinya.
Dalarn grarnatika bahasa Indonesia, dengan rnerupakan penanda
grarnatikal umum untuk alat. Perhatikan, dalarn nomor 5 di atas,
dengan juga rnerupakan bentuk yang digunakan untuk menunjukkan
penyerta. Jadi, satu bentuk dengan rnempunyai dua fungsi sernantis.
8. Tempat (location) yaitu BENDA yang rnenunjukkan penern
patan spasial KEJADIAN, yaitu sumber, tern pat, ternpat
tujuan dari suatu KEJADIAN.
Jane melarikan diri dari rumah.
Dari Chicago John terbang ke sini.
Peter berjalan rnelewati taman.
Mary tinggal di rumah.
Jane pergi ke toko.
Tempat dapat dibagi menjadi lebih spesifik, misalnya, ternpat SUID
ber, ternpat tujuan, atau ternpat k~jadian. Akan tetapi, untuk tujuan
teks ini, kita rnenggabungkan sernuanya menjadi satu.
9. Sasaran (goal) yaitu BENDA yang dituju oleh perbuatan.
Misalnya, dalarn proposisi Ia melemparkan bola kepada teman
nya, kata bola merupakan penderita, dan temannya sasaran.
John berdoa kepada Allah.
Saya rnemukulkan tongkat itu padapagar.
Peter melernparkan batu ke dinding.
John menertawakan Peter.
212
10. Waktu (time) menunjukkan penempatan temporal dari
KEJADIAN. Waktu memberitahukan kapan atau berapa lama
KEJADIAN itu berlangsung.
John mas uk kuliah tiga minggu lalu.
Ibunya tinggal selama tiga minggu.
Mereka akan datang pada pukul tiga tepat.
Besok sinar matahari akan terik.
Sebentar lagi seseorang akan datang menjemput kita.
11. Cara (manner) yaitu keterangan mengenai KEJADIAN.
Dengan caralah PERBUATAN, PENGALAMAN, atau
PROSES dilaksanakan.
Orang itu berlari dengan cepat.
Mentega itu mencair perlahan-lahan.
John menulis surat itu dengan sempurna.
MUrid itu mulai mengerti sedikit demi sedikit.
Tanaman itu tumbuh dengan cepat.
12. Ukuran (measure) yaitu keterangan jumlah atau frekuensi
KEJADIAN.
Jane sering berdoa.
Mereka memperlebar jalan itu enam meter.
Jagung itu telah tumbuh tujuh setengah sentimeter.
Penyimpangan antara proposisi
kejadian dan bentuk gramatikal
Semua kalimat dalam contoh di atas sarna dengan proposisi seman·
tisnya. Artinya, pelaku merupakan subyek kalimat; penyerta, obyek
preposisi dengan; dan tempat, obyek preposisi dari, di, ke, dsb. Akan
tetapi, tiap bahasa mempunyai penyimpangan antara bentuk dan mak·
na, dan mempunyai bentuk tersendiri untuk mengungkapkan
maknanya. Jadi, penerjemah menghadapi masalah ganda, yaitu pe
nyimpangan antara bentuk dan maIma dalam bahasa sumber, dan
penyimpangan yang berbeda antara bentuk dan maIma dalam bahaS3
sasaran. Sewaktu menganalisis bahasa sumber, penerjemah meng·
hilangkan penyimpangan itu. Kemudian ia menyelaraskan kembali
maImanya, termasuk memasukkan penyimpangan yang wajar antara
makna dan bentuk bahasa sasaran. Penyimpangan bahasa sasaran
mungkin tidak sarna dengan penyimpangan dalam bahasa sumber.
RELASI DALAM PROPOSISI KEJADIAN 213
Sekarang kita akan melihat beberapa contoh penyimpangan. MisaI
nya, satu peran kasus dapat diwakili dengan beberapa cara dalam
bahasa sumber dan dalam bahasa sasaran, tergantung pad a konteks
nya. Bentuk-bentuk itu tidak seIaIu selaras. MisaInya, pelaku dalam
proposisi Peter makan pisang adalah Peter. Perhatikan cara-cara
pengkodean Peter sebagai pelaku:
Subyek : Peter makan pisang.
Obyek preposisi oleh : Pisangitudimakan (oIeh) Peter.
Subyek dalam klausa relatif : Pisang yang Peter makan ...
Dalam bahasa Inggris, Peter dalam proposisi di atas dapat men
duduki posisi subyek, obyek preposisi, subyek dalam klausa relatif dan
pewatas (modifier).
Subyek : Peter ate the banana.
Obyek preposisi by : The banana was eaten by Peter.
The eating of the banana by
Peter ...
Subyek dalam klausa relatif : The banana which Peter ate .. .
Pewatas (modifier) : Peter's eating of the banana .. .
Contoh di atas memperlihatkan bahwa proposisi dapat ditulis kem
bali dalam berbagai bentuk, yaitu dengan meletakkan pelakunya
dalam posisi gramatikal yang berbeda-beda. lni berlaku untuk semua
peran kasus yang disajikan di atas. Perhatikan, pisang, yang
merupakan penderita dalam proposisi itu, dapat juga diungkapkan
dengan pelbagai cara:
Obyek :
Subyek:
Peter makan pisang.
Pisang dimakan Peter.
Pisang yang Peter makan ...
Dalam bahasa Inggris, selain tampil sebagai obyek dan subyek verba,
pisang dapat juga tampil sebagai obyek preposisi:
Obyek
Subyek
: Peter ate the banana.
: The banana was eaten by Peter.
The banana which Peter ate ...
Obyek preposisi: The eating ofthe banana by Peter ...
Peter's eating ofthe banana ...
Bentuk yang dipilih tergantung pada konteks keberadaan proposisi
itu. Akan tetapi, yang penting ialah bahwa ada beberapa bentuk yang
mengkodekan proposisi yang sarna.
214
Bahasa dapatjuga mempunyai sebuah bentuk. yang digunakan untuk
menunjukkan beberapa peran kasus. Contoh berikut (Frantz 1968:22)
diterjemahkan langsung dari bahasa Inggris, karena kebetulan dapat
diterapkan dalam bahasa Indonesia:
1. Saya makan es krim dengan sendok saya.
2. Saya makan es krim dengan istri saya.
3. Saya makan es krim dengan kue saya.
Dalam contoh di atas, kata dengan digunakan untuk. menandakan
tiga RELASI yang berbeda. Yang pertama, dengan menandakan bahwa
sendok saya merupakan alat, dan memberitahuk.an apa yang digu
nakan untuk. makan. Yang kedua, dengan menandai penyerta dari
pelaku, dan menunjukkan bahwa istri saya juga makan es krim, dan
kami berdua makan es krim. Yang ketiga, dengan menandakan bahwa
kue adalah penderita dan kue ditemani es krim. Artinya, saya makan
kue dan juga es krim.
Juga, satu peran kasus dapat diungkapkan dengan beberapa bentuk,
dan satu bentuk. dapat mengungkapkan beberapa peran kasus. Oleh
sebab itu, penerjemahan merupakan masalah yang rumit; dan
kerumitan menjadi berlipat ganda, karen a penyimpangan bahasa sum
ber berbeda dengan penyimpangan bahasa sasaran.
Penerjemah harus berhati-hati, karena ada banyak sekali jenis pe
nyimpangan. Penyimpangan bahasa sumber tidak sama dengan
penyimpangan bahasa sasaran, karena itu lebih baik teIjemahan dida
sarkan atas makna atau struktur semantis daripada bentuk atau gra
matikanya. TeIjemahan yang harfiah tidak dapat mencapai tujuan ko
munikasi, karena teIjemahan semacam ini mempertahankan penyim
pangan bahasa sumber.
Misalnya, ketiga kalimat di atas yang menggunakan kata dengan
dapat diterjemahkan ke dalam kebanyakan bahasa lain dengan tiga
bentuk yang berbeda. Dalam bahasa Aguaruna, Peru, bentuk.-bentuk
nya adalah sebagai berikut:
1. Saya es-krim-(penanda obyek) sendok-saya-(penanda alat>
saya-makan.
2. Wanitaku-(penanda penyerta) es-krim-(penanda obyek) saya
makan.
3. Kue es-krim-(penanda obyek) saya-makan.
Dalam bahasa Aguaruna, dengan diterjemahkan menjadi tiga bentuk
yang berbeda. Bahasa Aguaruna mempunyai penanda untuk. peran ka
sus. Kalimat pertama menggunakan penanda alat -i; yang kedua
RELASI DALAM PROPOSISI KEJADIAN 215
menggunakan penanda penyerta -jai; dan yang ketiga menggunakan
penanda obyek -shakam yang berarlijuga.
Konsep kompleks daIam proposisi
Dalam eontoh di atas, kebanyakan proposisinya hanya meneakup
konsep sederhana. Akan tetapi, dalam teks sering ditemukan konsep
kompleks. Seperti halnya komponen makna bergabung membentuk
konsep, konsep juga bergabung membentuk konsep kompleks. Misal
nya, proposisi anjing itu menggigit anak itu mempunyai tiga konsep
sederhana-ANJING, MENGGIGIT, dan ANAK. Ketiganya berhubung
an satu sarna lain dengan ANJING sebagai pelaku dari MENGGIGIT,
dan ANAK sebagai penderita. Akan tetapi, dalam proposisi anjing besar
itu menggigit anak kecil yang tinggal di sudut jalan itu, pelaku dan
penderita merupakan konsep kompleks. Pelakunya yaitu ANJING
BESAR. BESAR merupakan ATRIBUT yang menandai atau menggam
barkanANJING. ANJING adalah konsep inti, dan BESAR membatasi
konsep ini dengan memberikan informasi bahwa ANJING itu adalah
anjing yang BESAR.
~njinv - besar
Penderita dari proposisi di atas yaitu ANAK, yang dibatasi oleh
atribut KECIL dan seluruh proposisi. Proposisi ini menunjukkan
bahwa anak itu adalah anak tertentuyang tinggal di sudut itu.
keeil ---+ G -- tinggal di sudut itu
Hubungan konsep inti dan konsep perwatasan (modifying concept)
disebut sempadan (delimitation). Artinya, konsep yang bukan inti
(atau proposisi) yang menerangkan konsep inti, membatasi konsep inti
pada batas-batas tertentu. Proposisi yang menerangkan konsep bukan
bagian rangkaian KEJADIAN dalam teks itu. Proposisi ini tidak sarna
fungsinya dengan proposisi lain yang KEJADIANnya berada dalam
kerangka utama eerita atau argumen itu.
Konsep kompleks dapat terdiri dari sejumlah besar konsep seder
hana. Misalnya, jika kita mulai dengan konsep RUMAH, konsep ini
dapat lebih jauh dibatasi dengan beberapa eara berikut:
rumah itu
rumah putih itu
rumah putih besar itu
216
rumah putih besar yang bergaya klasik itu
rumah putih besar yang bergaya klasik dan terletak di seberaTl/I
jalan sana
Dalam kedua perluasan yang terakhir, RUMAH diterangkan dan
sekaligus dibatasi lebihjauh oleh proposisi lain. Inilah yang sering dise
but proposisi sematan (embedded proposition), yaitu proposisi yang
merupakan bagian dari sebuah konsep. Proposisi sematan ini me
nerangkan RUMAH sama seperti BESAR dan PUTIH menerangkan
RUMAH. Konsep atau proposisi yang menerangkan (dan karenanya
membatasi) sebuah konsep kadang-kadangmemerikan, menandai, atau
sekedar mengomentpri konsep inti itu.
Dalam proposisi, suatu konsep sederhana atau konsep kompleks
dapat muncul sebagai pelaku, penderita, tempat, atau peran kasus lain.
Peranjuga merupakan kata penting dalam membicarakan konsep dan
proposisi. Misalnya, hubungan antara BENDA dan KEJADIAN dapat
merupakan pelaku ... KEJADIAN. Oleh karena itu, kita dapat menga
takan bahwa konsep tertentu mempunyai peran pelaku, peran
sasaran atau peran kasus apa saja. Dalam proposisiAnak kecil itu ber
lari ke rumah cepat-cepat, frase anak kecil merupakan konsep kompleks
dengan peran pelaku; berlari adalah KEJADIAN yang merupakan inti
proposisi dan mempunyai peran aktivitas; rumah mempunyai peran
tempat, dan CEPAT-CEPAT peran cara. Nama peran menunjukkan
hubungan KONSEP dengan KEJADIANnya.
Bahasa Indonesia membolehkan pengkodean gramatikal yang pan
jang dan rumit bagi proposisi atau kom:ep kompleksnya. Dalam
beberapa bahasa, proposisi itu perIu diterjemahkan dengan lebih dari
satu kalimat, sehingga konsepnya dapat ditambahkan satu per satu.
Bahasa Tunebo, Columbia, mempunyai kelimpahan dalam hal gaya, di
mana informasi tertentu yang baru ditambahkan melalui setiap peng
ulangan, artinya, proposisi itu diperluas sedikit derni sedikit. Per
hatikan contoh berikut (Headland 1975:5):
Wicarara yaujacro.
Wicara membunuh.
Ia membunuhnya di daerah Wicara.
Ritab cuftara yaujacro.
Ritab dekat, membunuh.
Ia membunuhnya dekat sungai Ritab.
Bahasa Indonesia dapat saja menggunakan sebuah kalimat, Ia mem
bunuhnya di Wicara dekat sungai Ritab. Perhatikan contoh lain dari
bahasa Tunebo (Headland 1975:5) dengan empat pengulangan.
RELASI DALAM PROPOSISI KEJADIAN 217
Erara bowar (cara bijacro.
Di sana hutan di pergi.
Ke sana saya pergi menuju hutan.
Ruwa yacay bijacro.
Binatang berburu pergi.
Saya pergi berburu.
Ri Saran cajc bijacro.
Sungai Sarari tanah pergi.
Saya pergi ke daerah sungai Sarari.
Cutuji bijacro.
Cutuji pergi.
Saya pergi ke Cutuji.
Bahasa Indonesia dapat mengungkapkannya hanya dengan sebuah
kalimat: Saya pergi berburu di hutan yang terdapat sungai Sarari di
daerah Cutuji. Akan tetapi, bahasa Tunebomemerlukan beberapa kali
mat untuk mengungkapkan maknanya denganjelas. Sebenarnya dalam
kalirnat itu hanya ada dua proposisi dasar.
Saya pergi ke hutan.
Saya berburu binatang.
Hutandibatasi Iebih Ianjut sebagai hutan yang terdapat sungai
Sarari, dan di daerah Cutuji. Keduanya merupakan proposisi sernatan.
Hutan, yang terdapat sungai Sarari, yang berada di daerah Cutuji
merupakan konsep kompleks. Konsep ini dapat didiagramkan sebagai
berikut: ~ yang berada di daerah Cutuji
yang terdapat sungai Sarari
Kedua proposisi di atas diteIjemahkan ke dalam bahasa Aguaruna
dengan kalimat-kalimat berikut:
Sarari, Cutuji nunui webiajai,
Sarari, Cutuji itu-(penanda tempat) pergi-saya
"Wi kuntin maatajai, n tusan.
Saya binatang akan-bunuh-saya saya-mengatakan
Jikapembaca tidak tahu bahwa Saran ialah nama sungai, dan bahwa
Cutuji ialah daerah yang dilalui Sarari, maka bentuknya adalah sebagai
218
berikut:
Namak Sarari tutai Cutujinum ...
Sungai Sarari itu-disebut Cutuji-di
Cara meneIjemahkan sebuah konsep kompleks harus dipikirkan de
ngan cermat supaya makna proposisi tidak berubah. Bahasa Aguaruna
tidak menggunakan empat kalimat seperti dalam bahasa Tunebo di
atas, dan tidak juga menggabungkan pergi dan berburu sebagai satu
frase verba seperti dalam bahasa Indonesia. Oleh karena proposisi
ten tang berburu merupakan alasan mengapa seseorang pergi, bahasa
Aguaruna menggunakan kutipan untuk proposisi berburu. Hubungan
antarproposisi semacam ini akan dibahas di bagian IV. Akan tetapi,
perlu diingat bahwa tidak ada hubungan satu lawan satu antarajumlah
proposisi dan jumlah kalimat dalam bentuk gramatikal teks sumber.
Bentuk gramatikal teks sumber tidak akan juga mempunyai
keselarasan penuh antarajumlah proposisi danjuml~h kalimat. Tidak
juga kalimat dalam teks sumber sepadan dengan kalimat dalam ter
jemahan.
Teks untuk contoh
Semua contoh yang diberikan di atas agak sederhana, dengan melihat
satu atau dua proposisi setiap kali. Sekarang kita akan rnelihat teks
yang sebagian besar terdiri dari proposisi kejadian. Kita akan men garn
bil teks bah as a Aguaruna sebagai teks sumber, menganalisis struktur
sernantis teks, dan memberikan beberapa saran kernungkinan ter
jernahan ke dalarn bahasa Indonesia. (Kalirnat teks sumber diberi
nornor untu~ rnernudahkan pernbahasan. Dalam bahasa sumber, jum
lah proposisinya tidak diharapkan sarna denganjumlah kalirnat. Begitu
juga, jumlah kalimat hasil teIjemahan tidak diharapkan sarna dengan
jumlah kalimat dalarn bahasa sumber ataupun jumlah proposisinya.)
Teks itu disebut Perjalanan ke Tuntugkus dan ditulis dalam bahasa
Aguaruna oleh Silas Cuftacm.
1. Wi wegabiajai ijakun Tuntugkus. 2. Nunikan
Saya saya-pergi saya-rnengunjungi Tuntugkus. Saya rnelaku-
wakabiajai kampatuma kanajan.
kan-begitu saya-pergi-ke-hulu tiga-kali saya-tidur.
3. Wawaim ju,akin, duwi wakan ashi
Wawairn saya-meninggalkan di-sana saya-pergi-ke-hulu semua
RELASI DALAM PROPOSISI KEJADIAN 219
wainakiajai aents wainchataijun.
saya melihat orang-orang yang-saya-tidak-pernah-lihat-oby.
4. Dutika ai
Sesudah-melakukan-demikian menjadi-(penanda subjek yang
minak, "Pataajuitme," tujutuinakui,
berbeda) kepada-saya kamu-kerabat-saya ketika-mereka-
shig aneeyaJat,
mengatakan-kepadaku sangat saya-berbahagia
ditajai ijunjan. 5. Dita
dengan-mereka saya- menyatukan. Mereka
sujuyanume yuutan, tuja senchi
mereka-memberikan-kepada-saya makanan-oby. dan sangat-banyak
kuitabianume mina huwajun.
mereka-memelihara punya-saya wanita-saya-oby.
umuyanume nijamchin, tujash wika
6. Kuashat
Banyak
mereka-minum singkong-bir-oby. tetapi saya-topik
umutsiajai mina duwagjai.
saya-tidak-minum punya-saya dan-istri-saya.
7. Ijatan umikan wakitkiabiajai
Kunjungan-oby. saya-menyelesaikan saya-kembaIi
mina pujutaijui.
punya-saya untuk-saya-tinggal-tempat.
8. Waketkun mawabiajai makichik japan.
Saya-kembali saya-membunuh seekor rusa-oby.
9. Nunillan shig aneasan
Saya-melakukan-karenanya sangat saya-menjadi-bahagia
tajabiajai.
saya-tiba-kembali.
Kalimat pertama mempunyai dua KEJADIAN, yaitu PERGI dan
MENGUNJUNGI. Oleh karen a itu, ada dua proposisi: Saya pergi ke
Tuntugkus dan Saya mengunjungi (orang-orang). Dalam bahasaAgua
run a , kalimat 2 mempunyai tiga verba. Melakukan begitu adalah
220
proverba yang berfungsi sebagai penghubung dalam gramatika, tetapi
tidak menambah informasi baru sarna sekali. Saya pergi juga
merupakan pengulangan informasi dari kalimat 1. Informasi baru yaitu
proposisi Saya tidur tiga kali. Kalimat 3 mencakup KEJADIAN me
ninggalkan, pergi ke hulu (sungai), melihat, dan melihat. Proposisinya
adaIahSaya meninggalkan Wawaim. Saya pergi ke hulu (sungai). Saya
melihat banyak orang. Saya belum pernah melihat orang-orang ini
sebelumnya.
Segera terlihatjelas bahwa KEJADIANnya tidak teratur, dalam arti,
Beperti Saya tidur tiga kali teIjadi di sepanjang peIjalanan, seBudah
meninggalkan Wawaim dan sebelum mengunjungi Tuntugkus. Kalimat
1 merupakan pernyataan umum pengantar. Kalimat 2 mengiBi infor
masi tentang waktu yang diperlukan untuk mencapai di Bana.
Kemudian kalimat 3 kembali ke permulaan, tetapi juga menambahkan
informasi mengenai dimulainya peIjalanan itu dan dilihatnya orang
orang itu. Informasi ini mungkin harus disusun kembali jika diter
jemahkan ke dalam bahasa lain.
Berikut ini adalah daftar proposisi yang disajikan teks Aguaruna.
Proposisi dan konsep implisitnya diberikan dalam kurung:
1. Saya pergi ke Tuntugkus.
(Tuntugkus adalah sebuah desa.)
Saya mengunjungi (orang-orang).
2. Saya tidur tiga kali.
3. Saya meninggalkan Wawaim.
(Wawaim adalah deBa tempat Bays tinggal)
Saya pergi ke hulu (sungai).
Saya melihat banyak orang.
Saya belum pemah melihat orang-orang ini sebelumnya.
4. Orang-orang itu mengatakah kepada saya.
Kamu kerabat Baya.
Saya Bangat senang.
Saya bersatu dengan (orang-orang).
5. (Orang-orang) memberikan saya makanan.
(Orang-orang) menjaga istri saya dengan baik.
6. (Orang-orang) minum banyak biro
Bir itu dibust dari singkong.
Istri saya dan Bays tidak minum biro
RELASI DALAM PROPOSISI KEJADIAN 221
7. Saya mengunjungi.
Saya selesai.
S. Saya kembali ke tempat di mana saya tinggal.
Saya membunuh seekor rusa.
9. Saya sangat bahagia.
Saya tiba kembali (di Wawaim).
Sebenarnya, tidak mungkin menulis kembali semua ini menjadi
cerita yang baik tanpa mengetahui hubungan antarproposisinya.
Hubungan antarproposisi akan dibahas di bagian IV buku ini. Akan
tetapi, untuk melihat bahwa proposisi diwujudkan dengan struktur
yang sangat berbeda dalam bahasa yang berbeda, berikut ini diberikan
saran teIjemahan dalam bahasa Indonesia. Bandingkan bentuk bahasa
Indonesia dengan struktur gramatikal teks sumber dan dengan analisis
semantisnya.
A Saya pergi mengunjungi Thntugkus. Perjalanan itu memakan
waktu tiga hari. Saya meninggalkan Wawaim dan pergi ke hulu
sungai menuju Thntugkus. Di sana saya melihat banyak orang
yang belum pernah saya lihat sebelumnya.
Orang-orang di sana mengatakan bahwa saya adalah kerabat
nya. Saya senang sekali tinggal di sana bersama mereka. Mereka
minum bir singkong banyak sekali, tetapi istri saya dan saya tidak
meminumnya.
Ketika selesai berkunjung, kami kembali ke rumah, dan di
tengah perjalanan kami membunuh seekor rusa. Saya senang
sekali dapat kembali ke rumah.
B. Istri saya dan saya pergi mengunjungi kota Thntugkus. Kami
meninggalkan kota kami yang disebut Wawaim, pergi ke hulu
sungai, tertidur tiga kali dalam perjalanan, dan tiba di Thn
tugkus. Kami melihat banyak orang yang belum pernah kami
lihat sebelumnya.
Kami sangat senang tinggal di sana bersama dengan orang
orang Thntugkus. Mereka mengatakan kami adalah kerabatnya.
Mereka menjaga baik-baik istri saya dan memberikan kami
banyak makanan. Mereka sendiri minum banyak bir singkong,
tetapi istri saya dan saya tidak ikut minum.
Sesudah kunjungan itu, kami kembali ke rumah. Dalam per
jalanan pulang, saya membunuh seekor rusa. Saya senang sekali
tiba kembali di Wawaim.
222
LATllIAN - Relasi dalam Proposisi Kejadian
A. Apakah peran kasUB dari katu yang tercetak miring berikut?
1. Mimi suka pi sang goreng.
2. Joko membuka pintu dengan kunci.
3. Anton mencuci mobil di garasi.
4. Yanti menyanyikan lagu untuk ibunya.
5. Mary sukapisang goreng.
6. Andi membuka pintu dengan kunci.
7. Endang berolah raga dua kali sehari.
8. Joko menyanyikan lagu untuk ibunya.
9. Permen itu lurner.
10. Santi pergi dengan Joko.
11. Nanti ia akan kembali.
12. Andi membuka pintu itu cepat-cepat.
B. Tulislah kembali proposisi berikut dengan pelbagai struktur
gramatikal, kemudian terjemahkanlah semuanya ke dalam
bahasa lain.
1. Johan makan apel.
2. Anak kecil itu melarikan diri.
3. Johan melihat kuda hitam yang besar.
4. Mentega itu lurner.
5. Joice menyanyikan lagu.
C. Proposisi apa yang tercakup dalam makna tiap kalimat berikut?
1. Arloji saya dari Swiss.
2. Arloji saya dari Sarinah.
3. Arloji saya dari ayah.
D. Bagaimana cara menerjemahkan tiap kalimat di C ke dalam
bahasa lain yang Anda kuasai?
E. Dalam tiap kalimat berikut, sebutkanlah peran semantis kata
kata yang tercetak miring sebagai pelaku, penderita, atau
pemeroleh.
1. Ia memukul karpet itu.
2. Piring itu pecah.
3. Mimi bernyanyi untuk 7hm.
4. Petrus mencuci terburu-buru.
5. Karpet itu Budah dipukul.
RELASI DALAM PROPOSISI KEJADIAN 223
6. Saya menerima sepucuk surat.
7. Yanti membuat baju untuk diri sendiri.
8. Paulus membeli sebuah Datsun.
F. Terjemahkanlah teks Aguaruna Perjalanan ke Tuntugkus, yang
diberikan dalam akhir bab ini, ke dalam bahasa lain. Gunakanlah
bentuk gramatikal yang wajar yang dapat menyampaikan dengan
jelas isi cerita itu.
Bab20
Relasi dalam Proposisi Keadaan
Dalam bab 18, kita telah mendefinisikan dan menerangkan maksud
proposisi keadaan. Konsep inti dari Proposisi keadaan bukan berupa
konsep KEJADIAN, tetapi berupa BENDA dan ATRIBUT yang ber
hubungan satu sama lain melalui pelbagai relasi keadaan. Bahasa
Inggris menggunakan bentuk be dan have untuk mengungkapkan
banyak relasi keadaan. Bahasa lain menggunakan afiks atau unsur
leksikal yang khusus. Dalam menganalisis teks swnber, penerjemah
perIu mengenali relasi keadaan secara cermat, karena relasi ini
mungkin tidak diterjemahkan ke dalam bahasa lain secara harfiah.
Misalnya, dalam bahasa Inggris, orang mengatakan John is in the house
(har. 'John adalah di dalam rumah'), jika relasi antara John dan rumah
merupakan tempat. Akan tetapi, bahasa Indonesia tidak dapat
menggunakan adalah, melainkan kata berada atau ada, sehingga ben
tuknya adalahJohn berada di rumah, atauJohnada di rumah. Tqjuan
bab ini yaitu untuk memperkenalkan kepada pembaca pelbagai relasi
keadaan, dan beberapa penyimpangan antara proposisi keadaan dan
bentuk gramatikal yang mewakilinya. (Kebanyakan contoh di bab ini
berasal dari Fleming 1977.)
Definisi relasi keadaan
Proposisi keadaan terdiri dari dua bagian utama dan hubungan
kedua bagian itu. Kedua bagian itu ialah topik dan sebutan. 'lbpik
. yaitu benda atau atribut yang dibicarakan; sedangkan sebutan yaitu
apa yang dikatakan tentang topik. Sejwnlah contoh diberikan dalam
bagan 20,1. Perhatikan, konsep topik diberikan ~lam kolom pertama,
konsep relasi di kolom kedua, dan konsep sebutan di koloin ketiga.
RELASI DALAM PROPOSISI KEADAAN 225
Bentuk. lahir dalam bahasa Indonesia yang mewakili proposisi dibe-
rikan di kolom keempat.
TOPIK RELASI SEBUTAN BENTUK INDONESIA
(PERAN KEADAAN)
anjing penamaaD Fido Nama anjing itu Fido.
Anjing itu dinamakan Fido.
mobil itu kepemilikan Bays Mobil itu milik saya.
mobil tempat garaei Mobil itu berada di garasi.
merah klasifikasi warna Merah adalah sejenis
wama.
anjing klasutkasi binatang Anjing adalah sejenis
binatang.
meja itu bahan kayu Meja kayu itu ...
Meja itu terbuat dari kayu.
cabang bagian pohon Cabang adalah bagian
pohon.
Cabang pohon ...
cerita pelukisan Bill Cerita itu tentang Bill.
gambar pelukisan Mary Foto itu foto Mary.
FotoMary.
ltu foto Mary.
direktur identifikasi MrJonee Direktumya Mr. Jones.
M r. Jones adaiah direktur-
nya.
Mr. Jones, direktur itu, ...
buku pemerian kecil Buku itu kecil.
Mary peran· kakak Bays Mary adaiah kakak saya.
kekerabat&n
Kakak saya, Mary, ...
Bill peran 80sial dokter Bill adaiah seorang dokter.
Bill bekerja sebagai dokter.
tae ini perwadahan herae Tas ini berisi beras.
bukti eksistensi ltu buktinya.
Allah. eksistensi Allah .ada.
cuaca suasana panae Panas sekali.
(berubah- suasana gelap Gelap sekali.
ubah me-
nurut
konteke)
(waktu) waktu siang Sudah siang.
(waktu) waktu jamB Sudahjam8.
Bagan 20.1
226
Hal penting yang harus diingat yaitu bahwa pengungkapan kernbali
dari bentuk yang rnewakiIi proposisi keadaan akan membantu pener
jemah rnenernukan padanan teIjemahan yang terbaik, karena cara ini
akan rnembuat eksplisit relasi antara topik dan sebutan. Misalnya,
contoh berikut ini mempunyai bentuk gramatikal yang sarna, artinya
bentuk itu rnerupakan frase nomina posesif, tetapi masing-masing
mengungkapkan relasi yang berbeda, dan mungkin tidak diungkapkan
dengan frase nomina posesif dalam bahasa lain.
anjing saya
gambarsaya
dokter saya
anjing milik saya
gambar yang rnelukiskan saya
dokter yang merawat Bays
kepemilikan
pelukisan
peran sosial
Perhatikanjuga frase nomina berikut yang mengungkapkan kernbali
beberapa contoh kaIimat di atas dan yang sebenamya mengandung
proposisi keadaan:
mejakayu
dokter Bill
karung beras
pisau di atas meja
rneja itu dibuat dari kayu
dokter yang merawat Bill
karung berisi beras
pisau itu terletak di atas meja
bahan
peran sosial
perwadahan
tempat
Dengan rnembuat eksplisit relasi yang diungkapkan oleh bahasa
swnber, orang dapat lebih rnudah rnenemukan padanan idiornatis
dalam bahasa sasaran.
Aneka pengungkapkan proposisi keadaan
Dalam proposisi keadaan, seperti halnya proposisi kejadian, setiap
proposisinya dapat diungkapkan dengan beberapa cara dalarn bahasa
yang sarna. Misalnya, perhatikan pelbagai cara berikut untuk meng
ungkapkan kepemilikan:
1. Rumah John
2. John mempunyai rumah
3. John memiliki rumah
4. Rumah yang John miliki
Proposisi yang sama, John memiliki rumah, juga diungkapkan
dengan pelbagai cara dalam bahasa lain, tetapi tidak sepadan dengan
bentuk bahas8 Indonesia> Perhatikan contoh berikut dari bahasa
Aguaruna clan bahasa Gahuku:
RELASI DALAM PROPOSISI KEADAAN 227
BAHASAAGUARUNA
1. jega Jua.ndau
rumah John-(sufiks kepemilikan)
2,Juanka
John
jee
rumahnya
3. jega Juagdau
rumah John-(sufiks kepemilikan)
nunu
yang-itu
awaii
itu-adalah
Bahasa Aguaruna mempunyai sufiks -dau yang mengungkapkan
relasi kepemilikan, tetapi proposisi itu dapatjuga diungkapkan dengan
£rase nomina posesif seperti dalam contoh kedua di atas.
BAHASA GAHUKU
1. Zoni nene numuni molo-noive
John penanda-frase rumah meIetakkan-teIah-ia
2. Zoni-ni numuni
John-penanda-milik rumah
3. numuni nene Joni-ni neve
rumah penanda-frase John-penanda-milik adalah
Tanggung jawab penerjemah yaitu mengenali topik, relasi, dan
sebutan dalam teks sumber agar ia dapat mengerti maknanya dengan
jeIas, dan kemudian menemukan cara terbaik untuk mengungkapkan
makna itu dengan bentuk wajar bahasa sasaran. Terjemahan harfiah
dari bentuk yang mewakili proposisi keadaan akan mengubah makna
terjemahan itu. Berikut ini adalah cara mengungkapkan relasi per
wadahan yang ditunjukkan oleh proposisi kendi itu berisi air. Topiknya
yaitu KENDI, relasinya PERWADAHAN, dan sebutannya AIR.
kendi air
kendi yang berisi air
kendi untuk air
kendi dengan air di dalamnya
kendi berisi air
kendi mempunyai air di dalamnya
Pemilihan bentuk di atas tergantung pada konteks penggunaan
proposisi itu dalam hubungannya dengan proposisi lain, yaitu teks itu
secara keseluruhan. Hal ini akan dibahas lebih Ianjut nanti, tetapi yang
228
penting yaitu melihat variasinya yang banyak. Ada variasi yang serupa
tetapi tidak sama dalam bahasa-bahasa sasaran yang lain.
Aneka fungsi penanda relasi gramatikal
Seperti contoh di atas, relasi keadaan dapat diungkapkan dengan
verba, preposisi, atau posisi kata yang bersebelahan. Bahasa mem
punyai kata, sufiks, enklitik, verba, dan pelbagai cara lain untuk
menandai relasi. U ntuk menggambarkan aneka fungsi penanda relasi
ini, mari kita lihat beberapa preposisi bahasa Indonesia yang
menyatakan relasi keadaan.
Preposisi di mempunyai fungsi primer untuk tempat seperti dalam
kalimat Ia di rumah. Akan tetapi, preposisi ini mempunyai fungsi
sekunder untuk menyatakan waktu dalam kalimat Di malam hari
angin bertiup kencang. Dalam kalimat pertama, di menandai tempat
dalam proposisi keadaan, dan dalam kalimat kedua, menandai waktu
dalam proposisi kejadian. Seperti unsur leksikal lain mempunyai
makna sekunder, kata yangmempunyai makna relasi dapatjuga mem
punyai makna atau fungsi sekunder.
Walaupun penanda tempat di mempunyai fungsi sekunder untuk
menyatakan waktu, dalam bahasa SpanyoI, penanda tempat en-Iah
yang mempunyai fungsi sekunder ini. Perhatikan contoh berikut:
Spanyol: Estci escribiendo a maquina en este momento.
Sedang menulis dengan mesin dalam ini saat.
Preposisi pada dapat juga mempunyai fungsi sekunder untuk tempat
seperti dalam kalimatPada bank manaAnda menyimpan uang? Ben
tuknya sama seperti yang digunakan dalam Pada hari minggu ia berada
di rumah, tetapi dalam kalimat kedua ini, makna primermenunjukkan
waktu dan bukan tempat.
Penanda relasi gramatikal dapat juga digunakan secara figuratif.
Misalnya, dalam bahasa Inggris, over mempunyai makna primer tem·
pat 'langsung di atas,' seperti The airplane flew over the house ('Kapal
terbang itu terbang di atas rumah'). Akan tetapi, over juga mempunyai
makna figuratif lain yaitu "atasan" seperti dalam kalimat He has two
people over him in office ('Di kantor, ada dua orang yang kedudukannya
lebih tinggi dari dia').
Jadi, bukan hanya relasi yang diungkapkan dengan berbagai cara,
tetapi juga bentuk yang menyatakan relasi ini dapat mempunyai
beberapa makna yang berbeda dan makna figuratif. lni berarti tidak
ada persesuaian harfiah an tara struktur semantis dan struktur
gramatikal. Penyimpangannya berbeda untuk tiap bahasa, sehingga
RELASI DALAM PROPOSISI KEADAAN 229
terjemahan harfiah tidak dapat menyampaikan makna bahasa sumber
secara memadai.
Konsep kompleks dalam. proposisi keadaan
Seperti halnya konsep dalam proposisi kejadian, konsep dalam
proposisi keadaan bisa juga sangat sederhana atau kompleks. 'lbpik
dapat belUpa konsep sederhana seperli ANJING, atau konsep kompleks
sepertiANJING BESAR YANG BERADADI DALAM KANDANGdalam
kalimatAnjing besar yang berada di dalam kandang itu bernama Fido.
Dalam kalimat ini, BESAR menerangkan atau menggambarkan AN
JING. Kemudian ANJING dibatasi oleh proposisi keadaan sematan
(embedded state proposition) anjing itu berada di dalam kandang.
Seperti halnya topik, sebutan bisa juga kompleks. Misalnya, dalam
kalimat Kendi itu berisi air kotor yang berasal dari sungai,. topiknya
yaitu KENDI yang melUpakan konsep sederhana, relasinya yaitu per
wadahan, dan sebutannya yaitu konsep kompleks, AIR KOTOR YANG
BERASAL DARI SUNGAI. Konsep intinya adalah AIR. Konsep pem
hatas KOTOR melUpakan atribut yang menggambarkan AIR. Dan AIR
lebih lanjut dibatasi oleh proposisi keadaan YANG BERASAL DARI
SDNGA!. Jika disematkan proposisi pada suatu konsep, artinya
proposisi itu merupakan bagian konsep itu, maka kita dapat
menggunakan pronornina relatif yang, di mana dsb., dan tidak meng
clangi konsep inti yang dirujuknya. Oleh karena itu, bentuk yang
terdapat di sungai rnewakili proposisi AIR ITU BERASAL DARI SU
NGAI. Penggunaan yang menunjukkan proposisi sematan yang
topiknya merupakan konsep inti dari konsep kompleks tersebut.
Kalimat berikut mencakup tiga proposisi keadaan: yang pertama
proposisi induk, yang kedua sematan dalam topik, dan yang ketiga
serna tan dalam sebutan:
Orang yang memiliki mobil itu berada di rumah yang terbuat
dari batao
Ketiga proposisi itu yaitu:
1. Orang itu berada di rumah.
2. Orang itu memiliki mobil.
3. Rumah itu terbuat dari bata.
tempat
kepemilikan
bahan
Proposisi kedua dan ketiga disematkan, artinya masing-masing
membatasi topik dan sebutan. Oleh karena itu, ada konsep kompleks,
yaitu yang belUpa topik ORANG YANG MEMILIKI MOBIL lTD, dan
sebutan RUMAH YANG TERBUAT DARI BATA. Relasi antara topik
230
dan sebutan ialah tempat, dan proposisi dasarnya ialah ORANG ITU
BERADA DI RUMAH.
Pewatas ATRIBUTIF (attributive modifiers) dapat diartikan sebagai
proposisi keadaan sematan. Misalnya, ORANG KAYA ITU dapat di
anggap sebagai KAYA menerangkan ORANG, atau ORANG YANG KA
YA. Dalam kedua-duanya, KAYA membatasi ORANG. Jika dipilih cara
kedua, maka semua konsep kompleks mempunyai proposisi sematan.
Teks untuk contoh
Sekarang kita akan melihat sebuah teks bahasa Inggris yang
sebagian besar terbentuk dari proposisi keadaan, dan melihat analisis
struktur semantisnya, serta kemungkinan teIjemahannya ke dalam
bahasa Indonesia. Kalimat-kalimat itu diberi nomor untuk memper
mudah pembahasan, tetapijumlah proposisi itu tidak diharapkan sarna
denganjumlah kalimat bahasa sumber atau kalimat teIjemahan. (Teks
itu merupakan gambaran tentang burung hantu.)
1. The owl is a large bird.
(Artikel) burung-hantu adalah seekor besar burung.
2. It is seen only at night.
Ia terlihat hanya pada malam-hari.
3. People hear them hoot but
Orang-orang mendengar mereka-oby mengeluarkan-suara tetapi
seldom see them.
jarang melihat mereka-oby.
4. They are ugly and plain in appearance
Mereka adalah buruk dan sederhana dalam penampilan
with big eyes, a curved beak, and speckled
dengan besar mata, sebuah bengkok paruh, dan bintik-bintik
feathers.
buIu.
5. They live in caves or in dense
Mereka tinggal dalam gua atau dalam tebal
woods, and eat rats, insects, and cockroaches.
hutan, dan makan tikus-besar, serangga, dan kecoa.
RELASI DALAM PROPOSISI KEADAAN 231
Teks itu mencakup proposisi keadaan dan proposisi kejadian, tetapi
dalam kalimat pertama, tidak ada kata yang mewakili kejadian.
BURUNG HANTU dan BURUNG merupakan BENDA, dan BESAR
merupakan ATRIBUT. Oleh karena BENDA dihubungkan dengan
BENDA atau ATRIBUT, kita mendapatkan proposisi keadaan. Pro
posisi pertama mengklasifikasikan BURUNG HANTU sebagai
BURUNG. Proposisi kedua menunjukkan bahwa bukan semua burung
yang dimaksudkan, tetapi hanya BURUNG yang BESAR. Artinya, kata
BESAR menunjukkan jenis BURUNG, sehingga struktur semantis
kalimat pertama teTfJri dari dua proposisi; yang satu disematkan dalam
yang lainnya. 'lb~iknya yaitu BURUNG-HANTU, relasinya klasifikasi,
sebutannya BlJRUNG, Burung hcmtu ialah sejenis burung. BURUNG
dibatasi proposisi berikutnya YAN"G BESAR, Burung yang besar.
Kalimat kedua dimulai dengan KEJADIAN, MELIHAT, tetapi tidak
menunjukkan siapa yang melihat. Bagan 20.2 menyajikan daftar
proposisi yang te~apat dalam teka itu. Jika proposisinya merupakan
proposisi keadaan, ~lasinya diberikan di kolom sebelah kanan.
Proposisi Relasi
1. Burung hantu adalah sejenis burung
yangbesar
2. (Orang-orang) melihat burung hantu
pada malam hari
3. Orang-orang mendengar suara
Burung hantu mengeluarkan suara
Orang-orang jarang melihatnya
4. Burung hantu tampil
Burung hantu buruk. (tidak cantik)
Burung hantu sederhana (lidak dihias)
Matanya besar
Paruhnya bengkok
Bulu berbintik-bintik
5. Burung hantu tinggal di gua
Burung hantu tinggal di hutan
Hutannya lebat
Burung hantu makan tikus besar
Burung hantu makan serangga
Burung hantu makan kecoa
Bagan 20.2
klasifikasi
pemerian
waktu
pemerian
pemerian
pemerian
pemeriim.
pemerian
pemerian
232
Teks bahasa Inggris di atas dapat diteIjemahkan ke dalam bahasB
Indonesia dengan sejumlah cara. Gaya teIjemahan untuk bacaan anak·
anak berbeda dengan yang untuk majalah ilmiah. Informasinya samB
tetapi bentuknya berbeda, karena pembacanya berbeda. Perhatikan
kedua terjemahan berikut ke dalam bahasa Indonesia. Yang pertama
dapat dipakai untuk orang yang baru dapat membaca, dan yang kedua
untuk tingkat yang lebih atas.
1. Burung hantu ialah sejenis burung besar. Orang-orang tidak
melihat burung hantu di siang hari. Mereka melihatnya pada
malam hari. Mereka juga mendengarnya mengeluarkan
suara.
Burung hantu adalah burung yang buruk dan sederhana.
Tinggalnya di gua atau di hutan lebat. Burung hantu me
makan tikus besar; serangga, dan. kecoa. Matanya besar dan
paruhnya melengkung. Bulunya berbintik-bintik.
2. Burung hantu adalah sejenis burung besar yang hanya terlihat
pada malam hari. Orang-orang mendengarnya mengeluarkan
suara tetapi jarang melihatnya.
Burung hantu sangat buruk dan sederhana. Matanya besar;
paruhnya bengkok, dan bulunya berbintik-bintik. Tinggalnya
di gua atau di hutan lebat, dan makanannya adalah tikus
besar; serangga, dan kecoa.
LATllIAN - Relasi daIam Proposisi Keadaan
A. Terjemahkanlah tiap proposisi teks tentang burung hantu itu ke
dalam bahasa lain yang bukan bahasa Indonesia. Kemudian
tulislah dalam bentuk gramatikal yang wajar dalam bahasa itu,
pertama-tama dengan gaya bahasa yang dapat dinikmati anak
anak kemudian dengan gaya bahasa yang sesuai untuk orang
dewasa.
B. Apakah hubungan keadaan yang menghubungkan kedua kata
tercetak miring dari tiap kalimat atau frase berikut?
Contoh:· cabang pohon mangga.
cabang adalah bagian pohon
1. Anjing adalah binatang.
2. Palem adalah sejenis pohon.
RELASI DALAM PROPOSISI KEADAAN 233
3. John adalah kakak saya.
4. John tinggi.
5. Orang itu Jackson.
6. Mobil ituputih.
7. rumah bata
8. segelas susu
9. murid sang guru
10. sekolah desa
C. Ungkapkanlah proposisi di bawah ini ke dalam bahasa Indonesia
dan bahasa lain dengan menggunakan topik, relasi, dan
sebutan yang diberikan.
Contoh: anak laki-Iaki .... tempat .... sekolah
Anak lakFtak:i-ilu berada di sekolah.
The boy is at school.
1. kumbang .... klasifikasi.. . .insekta
2. John .... kekerabatan .... kakak
3. cuaca .... suasana .... cerah
4. kendi .... tempat .... meja
5. presiden .... identifikasi.. .. Bambang
6. Samsu .... peran sosial.. .. profesor
7. gelas .... perwadahan .... air
8. foto .... pelukisan .... Maria
9. gam bar .... kepe:milikan .... Tina
10. anak. ... pemerian .... nakal
D. Tulislah kembali teks berikut dalam bentuk proposisi, dan ter
jemahkanlah ke dalam bahasa lain.
Rumah putih di hutan itu kecil. Di depannya tumbuh sebatang
pohon yang tinggi, dan sebuah pagar batu mengelilingi tong yang
menampung air hujan dari atap rumah. Seorang wanita tua
tinggal di sana dengan tiga ekor kucing besar yang berwarna
putih.
Bab21
Penyimpangan antara Struktur Proposisi
dan Struktur Klausa
Dalam tiga bab terdahulu kita telah membahas struktur proposisi.
Di situ contoh-contohnya berupa proposisi yang sarna dengan klausa
gramatikal atau kalimat sederhana. Akan tetapi, dalam teks selalu ada
sejumlah penyimpangan. Bab ini akan membahas beberapa penyim
pangan umum antara proposisi dan klausa yang mewakilinya.
Konstruksi pasif
Dalam struktlrr semantis, semua proposisi kejadiannya adalah aktif
dan pelakunya eksplisit, tetapi dalam struktur lahir, sering ada bentuk
pasif. Pembedaan verba pasif dan aktif merupakan hal yang umum
dalam banyak bahasa. Akan tetapi, fungsi konstruksi pasiftiap bahasa
berbeda-beda. Dalam konstruksi pasif, verba klausanya berdiatesis
pasif (passive voice);jadi bukan pelaku yang bertindak sebagai subyek,
melainkan penderitanya. Perhatikan contoh berikut:
Aktif: Seseorang mencuri mobil saya tadi malam.
Pasif: Mobil saya dicuri tadi malam.
Bahasa Indonesia mungkin lebih sering menggunakan bentuk pasif
daripada bentuk aktif dalam melaporkan suatu kejadian. Kalimat di
atas menggunakan bentuk pasif, karena fokusnya adalah mobil saya,
dan pencurinya tidak diketahui, serta pelakunya tidak disebutkan.
Akan tetapi, kedua kalimat di atas merupakan kalimat yang wajar.
Proposisi John mencat rumah dapat diungkapkan dalam bentuk aktif
atau bentuk pasif:
Aktif: John mencat rumah.
Pasif: Rumah dicat oleh John.
PENYIMPANGAN 235
Kedua kalimat di atas menyampaikan makna yang sarna. Secara
gramatikal, yang pertama aktif dan yang kedua pasif. Jika bentuknya
aktif, pelaku perbuatannya merupakan subyek kalimat. Jika kalimat
nya pasif, penderitanya merupakan subyek.
Bahasa Indonesia menggunakan bentuk pasif untuk memfokuskan
penderita, hasil, pemeroleh, dIl., dan untuk mempertahankan topik
yang sarna. Perhatikan paragraf 6erlkut yang kalimat ketiganya
menggunakan bentuk pasif untuk mempertahankan topik John.
John pergi ke kota. fa berbelanja sedikit dan bermaksud pulang
ke rumah. Akan tetapi, tiba-tiba ia ditabrak mobil.
Kita dapat menggunakan verba aktif dan mengatakan tetapi tiba
tiba sebuah mobil menabraknya. Akan tetapi, dengan menggunakan IA
sebagai subyek kalimat kedua dan ketiga, topik JOHN dapat diper
tahankan dalam paragrafitu.
Konstruksi pasif dalam bahasa lain mungkin mempunyai fungsi yang
berbeda. Di Afrika Timur, dan beberapa negara di Asia, bentuk pasif di
gunakan hanya jika pembicara mempunyai perasaan negatif tentang
apa yang ia katakan, atau jika ia ingin memasukkan nilai yang tidak
menyenangkan pada apa yang ia katakan (Filbeck 1972:332). Misalnya,
dalam bahasa Thailand, bentuk pasif sering digunakan untuk menyam
paikan makna ketidaksenangan. Dalam bahasa Thailand, kalimatAnak
itu dikirim ke sekolah menunjukkan bahwa anak itu dipaksa untuk
pergi, dan hal ini bertentangan dengan keinginan anak itu, atau sekolah
merupakan pengalaman yang sangat tidak menyenangkan bagi anak
itu. Begitu juga pengalaman yang tidak menyenangkan seperti mem
bunuh, memukul, menyalahkan, menuduh Bering digunakan dalam
ben tuk pasif.
Dalam karangan yang ditulis dalam bahasa Ibrani, bentuk pasif di
gunakan untuk menghindari nama Alla!J.. Hal ini disebabkan rasa hor
mat dan kagum yang tinggi. Nama:- ~lah, dianggap terlalu suci untuk
disebutkan begitu saja. Jadi jika dalam proposisi itu ALLAH' meru
pakan pelaku, bentuknya menjadi pasif. Misalnya, proposisi Allah
akan memaafkan mereka menjadi Mereka akan dimaafkan. --
Banyak bahasa yang bukan Indo-Eropa, misalnya kebanyakan ba
hasa di Papua Nugini, tidak mempunyai konstruksi pasif. lni berarti
bahwa dalam menerjemahkan konstruksi pasif ke dalam bahasa
bahasa ini, penerjemah harus tahu pelaku perbuatan itu untuk mem
berikan subyek yang tepat dalam teIjemahannya. MisaInya, untuk
236
menerjemahkan kalimat Yanto dibawa ke penjara, penerjemah harns
tahu siapa yang membawa Yanto ke penjara. Mungkin terjemahan itu
dapat berupa Mereka membawa Yanto ke penjara, atau lebih eksplisit
lagi. Mungkin konteksnya akan menunjukkan apakah pelakunyapoli
si, tentara atau orang lain. Penerjemah harus mengungkapkan infor
masi yang implisit ini berdasarkan informasi dari konteks teks itu, atau
dari situasi kehidupan nyata. Bahasa tertentu mungkin tidak mertg
gunakan konstruksi pasif untuk membiarkan pelakunya implisit.
Ada juga bahasa yang lebih banyak menggunakan bentuk pasif dari
pada bentuk aktif, misalnya bahasa 1bjolabal, Meksiko. Jika semua
verba aktif teks sumber diterjemahkan dengan verba aktif ke dalam
bahasa 1bjolabal, terjemahan itu menjadi sangat tidak wajar, dan
maknanya mungkin menyimpang. Dalam bahasa Indonesia kita me
ngatakan Saya memotong ayam, tetapi dalam bahasa 1bjolabal bentuk
yang lebih wajar adalahAyam saya mati karena saya.
Dalam bahasa Aguaruna, Peru, bentuk pasif digunakan semata-mata
dalam pengantar dan kesimpulan, dan tidak dalam isi teks itu. Perpin
dahan ke bentuk pasifberarti bahwa penulis akan memberikan kalimat
ringkasan. Dalam bahasa Nomatsiguenga, Peru (Wise 1968:5), peng
gunaan bentuk pasifmenunjukkan bahwa pembicara merupakan peng
amat yang tidak terlibat dalam perbuatan itu, artinya ia melaporkan
cerita itu seperti apa yang didengarnya.
Apa arti Bemus ini bagi penerjemah? Artinya, penerjemah harns
tahu perbedaan antara konstruksi pasif dan aktif, tahu penggunaannya
dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran, dan tidak menerjemahkan
bentuk pasif secara harfiah dengan bentuk pasif, dan aktif dengan aktif.
Dalam penerjemahan pasti diperlukan beberapa penyesuaian. Tujuan
penerjemah ialah menggunakan bentuk bahasa sasaran yang wajar.
Nomina abstrak
Fungsi primer dari kelas gramatikal yang disebut nomina adalah
untuk mewakili sesuatu yang diklasifikasikan secara semantis sebagai
BENDA. Akan tetapi, tidak semua nomina mewakili BENDA. Seperti
yang kita lihat sebelumnya, nomina tertentu dapat mewakili KE
JADIAN atau ATRIBUT; nomina ini disebut nomina abstrak. Misal
nya, Kepatuhan itu penting berarti bahwa (orang) patuh adalah penting.
Pelakunya dibiarkan implisit jika digunakan nomina abstra1t
kepatuhan. Nomina abstrak selalu mewakili penyimpangan struktur
gramatikal dan struktur semantis. Dalam menganalisis teks sum~,
sering penerjemah harus mengungkapkan kembali nomina abstrak itu
dengan verba, adjektiva atau adverbia. Perhatikan contoh berikut yang
nomina abstraknya diberikan dalam kolom pertama dan pengungkapan
238
Jika meneIjemahkan kitab Efesus ke dalam bahasa Zoque, Meksiko,
nomina abstrak dalam kalimat berikut harus disesuaikan sebagai
berikut (Wonderly 1953:14):
Efesus 3:12
Terjemahan
Efesus1:16
Terjemahan
Kita mempunyai keberanian danjalan masuk ...
Kita tidak takut untuk mas uk ...
Dalam doa saya ...
Bila saya berbicara kepada Allah ...
Seseorang yang meneIjemahkan ke dalam bahasa Cuicateco, Mek
siko, menemukan rna salah yang sarna seperti di atas. la harus meng
gunakan verba untuk meneIjemahkan nomina abstrak yang mewakili
KEJADIAN semantis. Masalah ini berlaku untuk banyak bahasa dan
harus dipertimbangkan dengan cermat oleh peneIjemah. Seperti yang
telah disebutkan sebelwnnya, gejala ini dapat berarti bahwa pener
jemah harus menggunakan verba dan membuat pelaku dan penderi
tanya menjadi eksplisit. Misalnya, kalimat Perintahnya sudah dilak
sanakan dapat ditulis kembali dengan menggunakan sebuah verba,
hanyajika informasi tentang orang yang memerintah dan yang diperin
tah telah diketahui. Tanpa mengetahui konteks yang lebih luas, orang
dapat mengartikan dengan beberapa kemungkinan: Perintah penang·
kapan terhadap para penjudi telah dilaksanakan; Perintah atasan telah
dilaksanakan; Kami telah melaksanakan perintah Bapak Menteri, dsb.
Masih ada banyak lagi kemungkinan yang dapat kita pikirkan. lni
membuktikan bahwa kita tidak mungkin meneIjemahkan nomina ab
strak dengan klausa yang sepadan tanpa mengetahui siapa partisipan
nya. Informasi ini dapat ditemukan dalam teks pada bagian yang men
dahului atau yang mengikutinya, atau kadang-kadang dalam situasi
kehidupan nyata.
Konstruksi Genitif (kepunyaan)
Beberapa bahasa Eropa mempunyai bentuk gramatikal yang disebut
konstruksi genitif. Bentuk yang satu ini digunakan dalam gramatika
untuk mengkodekan pelbagai struktur semantis. Dalam bahasa Ing
gris, konstruksi genitif paling mudah dikenal melalui kata of ('dari')
yang muncul di antara dua nomina. Misalnya, berikut ini adalah bebe
rapa konstruksi genitif: the house of John, the wing of the bird, the
destruction of the city, dan the branches of the tree. Frase posesif sering
digunakan dengan cara yang sarna seperti konstruksi genitif, misalnya
John's house, the bird's wing, the city's destruction, the tree's branches.
PENYIMPANGAN 239
Bahasa Indonesia mempunyai kata dari, tetapi untuk pengertian
genitif, kata dari jarang digunakan, kecuali untuk konstruksi yang
dapat menimbulkan ambiguitas. Frase bahasa Inggris the house of John
atau John's house dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
dengan rumah John, dan bukan rumah dari John. Contoh lain yaitu
sayap burung, penghancuran kota, cabang pohon, dll. Contoh perke
cualiannya adalah Bapak dari Amat. Jika frase ini tidak menggunakan
kata dari malmanya bisa berupa Pak Amat atau Ayah Amat (Dialek
tertentu juga menggunakan Bapaknya Arnat untuk pengertian Ayah
Amat.)
Konstruksi genitif dapat menimbulkan masalah bagi penerjemah
karena sebuah bentuk lahir dipakai untuk mewakili begitu banyak
malma yang berbeda. Penerjemah harus menemukan makna yang ter
sembunyi dalam konstruksi itu sebelum menerjemahkannya. Ada kon
struksi genitif yang mewakili proposisi keadaan, ada yang mewakili
proposisi kejadian, dan ada yang mewakili dua proposisi. Apabila da
lam teks sumber terdapat konstruksi genitif, penerjemah harus ber
tanya pada diri sendiri makna apa yang dimaksudkan.
Pertama-tama, rnari kita lihat beberapa contoh konstruksi genitif
yang mewakili proposisi keadaan. Dalarn kolorn pertama diberikan
konstruksi genitif atau frase posesif, dan dalarn kolom kedua, peng
ungkapan kernbali frase itu sebagai proposisi keadaan.
1. rumah John 1. Rumah itu rnilik John.
2. sayap burung 2. Sayap merupakan anggota
3. kakak orang itu
4. foto orang itu
5. kebaikan Allah
6. kekayaan kota
7. secangkir air dingin
8. buku matematika
9. mahkota emas
10. guru bahasa
tubuh burung.
3. Orang itu mempunyai kakak.
4. Foto milik orang itu.
Foto itu rnelukiskan orang itu.
5. 'Allah _ itu baik.
6. Kota itu kaya.
7. Cangkir itu berisi air.
8. Buku itu tentang rnaternatika
9. Mahkota itu terbuat dari ernas.
10. orang yang rnengajar bahasa
Selain proposisi keadaan seperti contoh di atas, ada banyak konstruk
si genitif yang digunakan untuk rnengkodekan proposisi kejadian. Di
bawah ini konstruksi genitif diberikan dalam kolorn pertarna dan
proposisi kejadian yang diwakilinya diberikan dalarn kolorn kedua.
1. kemenangan pihak kami 1. Pihak kami menang.
2. perceraian mereka 2. Mereka bercerai.
3. pengharapannya 3. Ia berharap.
240
4. pemasangan AC. 4. (Seseorang) memasang AC.
5. pembalasan kami 5. Kami membalas.
6. pertumbuhananakiru 6. Anak itu tumbuh.
Kadang-kadang kejadian itu hanya implisit. Perhatikan contoh
berikut:
1. hukum Musa
2. zaman Plato
3. kebijaksanaan Pemerintah
4. lagu Petrus
5. rumah saya
1. hukum yang dirulis Musa
2. zaman sewaktu Plato ma
sih hidup
3. Pemerintah yang bertindak
bijaksana
4. lagu yang ditulis Petrus
lagu yang dinyanyikan Pet
rus
5. rumah yang saya beli
rumah yang saya miliki
rumah yang saya rumpangi
Jika dua nomina abstrak terdapat dalam satu konstruksi genitif,
struktur semantisnya sering terdiri dari dua proposisi. Perhatikan
contoh berikut:
1. penerimaan penghargaan 1. (seseorang) menerima (sesu
atu) karena (seseorang) di
hargai
2. pengakuan dosa
3. pemahaman pengajaran
4. pengetahuan beragama
5. perjanjian persahabatan
2. (seseorang) mengakui bahwa
(seseorang) berdosa
3. (seseorang) memahami apa
yang (seseorang) mengajar
4. (seseorang) mengetahui bah
wa (seseorang) beragama
5. (seseorang) be1'janji bahwa
(seseorang) bersahabat
Jika digunakan frase nomina posesif, sering ada kejadian yang ter
sirat yang mungkin harus dibuat eksplisit dalam teIjemahan. Per
hatikan contoh berikut:
1. sumur Yakub
2. mesjid mereka
3. pasien dokter
1. sumur yang digali Yakub
2. mesjid yang mereka bangun
mesjid yang ada di daerah mereka
mesjid tempat mereka bersembahyang
3. pasien yang dirawat dokter itu
PENYIMPANGAN 241
Kadang-kadang konstruksi genitifbisa ambigu dan sulit ditafsirkan.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, kalimat bahasa Inggris the shoot
ing of the hunters dapat berarti (seseorang) menembak pemburu itu atau
pemburu itu menembak (sesuatu). Ambiguitas itu timbul karena,
apabila konstruksi genitif digunakan untuk mengkodekan KEJADIAN,
bagian tertentu dari proposisi kejadian harus dibiarkan implisit.
Kadang-kadang pelakunya dibiarkan implisit, kadang-kadang
penderitanya atau aktivitasnya. Bandingkan kalimat-kalimat berikut:
1. penyelamatan Allah
2. pelayan Allah
3. anak Allah
1. Allah menyelamatkan
(umat man usia)
2. (Seseorang) melayani ~lah
3. anak yang (mematuhilmen
cintailmemuja) Allah
Perhatikan, dalam kalimat pertama, PENDERITAnya dibiarkan im
plisit; yang kedua, PELAKUnya; dan yang ketiga, AKTMTASnya. Oleh
karena itu konstruksi itu dapat mengakibatkan ambiguitas. Salah satu
kesulitan yang dihadapi peneIjemah yaitu menentukan informasi mana
yang implisit dan mengetahui kapan informasi itu harus eksplisit.
Dalam teIjemahan, informasi tertentu kadang-kadang perlu dibiarkan
implisit.
Oleh karena satu konstruksi genitif dapat mewakili jangkauan
makna yang luas dan berbeda-beda, peneIjemah harus cermat dalam
menentukan makna teks sumber. Jika makna itu sudah diketahui, ma
ka harus digunakan bentuk wajar bahasa sasaran. Perhatikan kalimat
berikut yang mencakup konstruksi pasif, konstruksi genitif, konstruksi
posesif, dan nomina abstrak.
Perhatian pemimpin itu diungkapkan melalui hadiahnya kepada
rakyatnya.
Kata diungkapkan adalah pasif, dan PELAKU dari ungkap adalah
pemimpin. Dalam bentuk aktif, kalimat itu akan berbunyi Pemimpin
itu mengungkapkan perhatiannya. Frase perhatian pemimpin me
rupakan konstruksi genitif, artinya Pemimpin itu menaruh perhatian
kepada (rakyatnya). Frase posesif rakyatnya mewakili rakyat yang ia
pimpin. Kata perhatian merupakan nomina abstrak, dan mewakili
KEJADIAN. Kata pemimpin mewakili ORANG dan KEJADIAN, yaitu
orang yang memimpin; dan hadiah mewakili BENDA. Kalimat itu
ditulis kembali dalam bentuk proposisi-proposisi di bawah ini. Per
hatikan, dalam menulis proposisi, Bemus konstruksi pasif, konstruksi
genitif, Crase posesif, dan nomina abstraknya dihilangkan. Semua
242
bentuk ini hanya merupakan peranti gramatikal teks sumber, tetapi
bukan bagian struktur semantis.
(Beseorang) memimpin rakyat.
Ia menaruh perhatian kepada rakyatnya.
Ia mengungkapkan ini kepada rakyatnya.
Ia memberikan (sesuatu) kepada rakyatnya.
Perhatikan, semua partisipan dan kejadian dibuat eksplisit dalam
penulisan kembali itu. Akan tetapi, jika penerjemah memasukkan in
formasi ini ke dalam bahasa sasaran, infonnasi tertentu akan dibuat
implisit lagi. Mungkin informasi yang implisit dalam bahasa sasaran
tidak sama dengan yang ada dalam bahasa sumber. Misalnya, ter
jemahan yang wajar dari contoh di atas ke dalam bahasa Aguaruna
adalah sebagai berikut:
(Artikel) besar -nya-pengikut-ke banyak barang-oby. ia- memberi,
"Mereka-oby saya memprihatinkan-tentang, n seseorang-yang
mengatakan-ia-menjadi.
Kata besar digunakan untuk pemimpin. Perhatikan, bentuk re
siprokal pemimpin digunakan untuk rakyat, yaitu pengikut. Kalimat
itu dalam bentuk aktif. Dan alasannya, menunjukkan keprihatinannya,
diterjemahkan dengan kutipan langsung dalam bahasa Aguaruna. Tiap
bahasa mempunyai bentuk gramatikal yang khusus untuk menyam
paikan makna terdekat dari teks sumber.
LATIHAN - Penyimpangan antara
Struktur Proposisi dan Stuktur Klausa
A. Ubahlah kalimat berikut menjadi kalimat aktif, dan terjemahkan
lah kalimat itu ke dalam bahasa lain. Apakah konstruksi aktif,
pasif, ataukah kedua-duanya yang wajar untuk terjemahan itu?
1. Petrus ditangkap.
2. Burat itu ditulis Yakob dengan terburu-buru.
3. Dilaporkan bahwa ia berada di rumah.
4. Binga itu dibunuh.
5. Dua nama diusulkan oleh panitia itu.
6. Presiden dicintai karena kemurahan hatinya.
B. Ubahlah tiap kalimat berikut menjadi kalimat pasif, dan ter
jemahkanlah kalimat itu ke dalam bahasa lain. Apakah konstruk
si aktif, pasif, ataukah kedua-duanya yang wajar untuk ter
jemahan itu?
PENYIMPANGAN 243
1. Pak guru memanggil1bno.
2. Setiap orang akan tne~ncimUjika kamu melakukan itu.
3. Kami tidak membataai amu.
4. Pemburu itu membun aeekor rusa.
5. Poliai memaaukkan Anton ke penjara.
6. Abaa menulia aurat kepadanya.
c. Garis bawahilah nomina abstrak dalam kalimat-kalimat berikut,
kemudian tulislah kembali tiap kalimat itu tanpa nomina
abstrak. Seaudah itu, ubahlah aetiap konatruksi paaif ke dalam
konstruksi aktif, dan terjemahkanlah ke dalam bahaaa lain.
Apakah bentuk nomina ataukah bentuk verba yang Iebih wajar
untuk mewakili kata-kata yang digarisbawahi itu.
1. Kecantikannya menjadi perhatian setiap orang.
2. Kematian menghantui mereka.
3. Apakah kepercayaan Anda?
4. Kehidupan dianggapnya sebagai sesuatu yang menakut-
kan.
5. Mencuri merupakan godaan yang sangat besar.
6. Pembersihan kota itu dilakukan secara gotong royong.
7. Penghancuran kota itu sungguh mengerikan.
8. Kami menyaksikan penghancuran kota itu.
9. Kecepatan larinya mengagumkan setiap pengunjung.
10. Kemarahannya membawa bencana bagi tetangganya.
D. Tulislah kembali tiap frase berikut dalam bentuk proposiai dengan
mengungkapkan konsepnya yang tersirat.
1. sebuah kendi air
2. pakaian dari buIu unta
3. jam kerja
4. orang Hongkong
5. kesenian Yogyakarta
6. perjanjian pembayaran
7. penderitaan Peter
8. kotaAbidjan
9. kemenangan prajurit
10. kebijaksanaan pemimpin
E. Garis bawahilah setiap kata yang mewakili KEJADIAN, dan
tulislah kembali informasi itu dalam bentuk proposisi. Sesudah
itu, terjemahkanlah paragraf itu ke dalam bahasa lain.
244
Penderitaan di perkampungan pengungsi berakhir dengan
kedatangan sumbangan makanan dari luar negeri. Panitia peng
awas membagi penduduk perkampungan itu menjadi kelompok
kelompok yang lebih kecil agar teroopat pembagian makanan dan
pakaian yang adil untuk tiap keluarga. .
F. Andaikan Anda menerjemahkan ke dalam suatu bahasa yang
tidak mempunyai preposisi "dengan dan bentuk pasif, dan peran
pelakunya harus seIaIu sama dengan subyek gramatikaInya. Su
sunlah kembali kalimat berikut ke dalam bentuk bahasa itu, dan
ungkapkanlah dengan jelas hubungannya. Mungkin ada Iebih
dari satu proposisi yang dilibatkan. (Sebagian data dari Barnwell
1980:176, dan sebagian Iagi dari penerjemah)
1. Mereka membangun rumah dengan atap merah.
2. Saya berjalan dengan adik saya.
3. Ia makan dengan tangan.
4. Ia naik gunung dengan ransel di punggungnya.
5. Ia naik gunung dengan perut kosong.
6. Ia naik gunung dengan satu baris anak-anak di
belakangnya.
7. Ia naik gunung dengan tanpa harapan untuk. mencapai
puncak.
8. Ia naik gunung dengan tali dan beliung.
Bab22
Penyimpangan antara Daya Ilokusi
dan Bentuk Gramatikal
Bagian akhir bab 18 telah membahas pentingnya daya ilokusi sebuah
proposisi. Tiap proposisi dan tiap gugus proposisi dapat mengungkap
kan perintah, pertanyaan, atau pernyataan. Jika tidak ada penyim
pangan antara struktur semantis dan bentuk gramatikaI, daya ilokusi
akan sama seperti modus gramatikal kalimat itu. Pertanyaan
diungkapkan dengan kalimat tanya, pernyataan dengan kalimat per
nyataan, dan perintah dengan kalimat perintah. Akan tetapi, bahasa
dirumitkan dengan begitu banyak penyimpangan antara daya ilokusi
dan bentuk gramatikal.
Fungsi sekunder kalimat tanya
Istilah pertanyaan retoris sering digunakan untuk menunjukkan
bentuk gramatikal tanya yang dipakai tanpa disertai maksud untuk
bertanya. Pembicara menggunakan bentuk gramatikal yang dalam pe
makaian primernya merupakan pertanyaan, tetapi sebenarnya tujuan
pembicara ialah untuk memerintah atau membuat pernyataan. Jika
terdapat penyimpangan semacam ini, bentuk tanyanya disebut per
tanyaan retoris.
Tujuan pertanyaan sejati (real question) adalah untuk mendapat
kan informasi. Misalnya, kita menanyakan 'Vi mana rumahmu?" atau
"Jam berapa kamu pulang ke rumah?" Bentuk pertanyaan ini digu
nakan untuk meminta informasi, jadi tidak ada penyimpangan. Per
tanya~n sejati biasanya tidak menimbulkan masalah bagi penerjemah,
karena penerjemah dapat rnenemukan bentuk yang sesuai untuk men
dapatkan informasi yang sarna dalam bahasa sasaran. Dalam situasi
246
pengajaran, pertanyaan sejati juga digunakan untuk mengetahui
apakah pelajar mengingat informasi yang telah diajarkan kepada
mereka.
Sebaliknya, pertanyaan retoris bukanlah pertanyaan sejati. Per
tanyaan retoris merupakan bentuk pertanyaan yang tidak digunakan
untuk mendapatkan informasi. Bentuk ini memang kelihatannya seper
ti pertanyaan sejati, karena bentuknya sarna, tetapi maknanya bukan
lah makna dari sebuah pertanyaan. Misalnya, pertanyaan Mary, kenapa
tidak kamu cud piring itu? mempunyai bentuk pertanyaan, dan
mungkin dalam beberapa konteks meminta infonnasi; artinya, mung
kin pertanyaan itu digunakan dalam fungsi primernya. Akan tetapi,
pertanyaan ini sering digunakan untuk membuat usul atau saran
secara halus. Bentuk ini tidak sekeras bentuk perintah, Mary, cuci
piring itu, tetapi tidak juga merupakan pertanyaan. Kalimat itu
merupakan saran. Jawaban yang pantas bagi pertanyaan di atas ialah
Baik atau Ya, tunggu sebentar, dsb. Jika kalimat itu merupakan per
tanyaan sejati dengan kenapa untuk meminta informasi, jawabannya
yaitu berupa alasan, misalnya, Saya lelah sekali.
Dalam banyak bahasa, pemakaian sekunder untuk pertanyaan
retoris mungkin harus diteIjemahkan dengan kalimat perintah atau
bentuk khusus lainnya. Jika contoh di atas diteIjemahkan secara har
fiah dengan kata kenapa ke dalam bahasa-bahasa Amerindian, kalimat
itu akan menunjukkan pertanyaan sejati, atau jika diartikan sebagai
pertanyaan retoria, akan menunjukkan kemarahan.
Pertanyaan retoris juga digunakan dalam bahasa Indonesia untuk
memperlihatkan kemarahan. Misalnya, seorang kakak yang melihat
adiknya membuka pintu kamar tidur lebar-Iebar dan khawatir nyamuk
akan masuk ke kamarnya mungkin memarahi adiknya dengan me
ngatakan Kenapa pintu itu tidak ditutup? Atau seorang ibu yang marah
kepada anaknya karena tidak melakukan kewajibannya di rumah
mungkin menyuruh anak itu untuk membuang sampah. Sebelumnya
si ibu sudah pernah menyuruh anak itu melakukannya, jadi anak itu
tahu tugasnya. Akan tetapi, ibu itu juga ingin menyampaikan emosi
yang dirasakannya dan sekaligus memerintah anak itu. Untuk itu ia
tidak menggunakan bentuk perintah, tetapi pertanyaan Kapan akan
kamu buang sampah itu? Oleh karena itu, ada penyimpangan antara
daya ilokusi dan bentuk gramatikal. Daya ilokusi kalimat ini yaitu
perintah, tetapi bentuk gramatikalnya berupa pertanyaan yang
biasanya digunakan untuk membicarakan waktu. Jika diteIjemahkan
secara harfiah ke dalam kebanyakan bahasa, kalimat itu akan diartikan
sebagai pertanyaan sejati, dan tujuan pembicara untuk memerintah
tidak akan mengenai sasarannya (Larson 1979:14-18).
PENYIMPANGAN DAYA ILOKUSI 247
Tidak semua bahasa menggunakan bentuk pertanyaan dengan fung
si sekunder perintah. Pertama-tama penerjemah haros menganalisis
pertanyaan sumber. Apakah pertanyaan itu merupakan pertanyaan
sejati atau pertanyaan retoris? Jika itu merupakan pertanyaan sejati,
terjemahan itu tidak akan sukar. Jika pertanyaan itu merupakan per
tanyaan retoris, penerjemah haros menemukan maknanya dan daya
ilokusi pembicara, dan kemudian memutuskan bagaimana tujuan yang
sama ini dapat disampaikan dengan tepat. Misalnya, kalimat yang
diberikan di atas, Kapan akan kamu buang sampah itu? tidak diter
jemahkan ke dalam bahasa Aguaruna dengan pertanyaan kapan. Ben
tuk yang lebih tepat yaitu: Dengan-cepat, dengan-cepat, mengapa
kamu-seperli-itu? Dengan- cepat sampah kamu-buang-keluar! Bentuk
ini sama sekali berbeda dengan bentuk bahasa Indonesia, tetapi infor
masi dan makna emotif yang disampaikan adalah sama.
Bahasa Yaweyuha, Papua Nugini, tidak menggunakan bentuk.
kalimat tanya ataupun bentuk kalimat perintah, tetapi menggunakan
pernyataan negatif untuk menyampaikan tujuan yang sarna dari pem
bicara. Kamu tidak membuang sampah itu merupakan bentuk. yang
paling tepat. Walaupun bentuk gramatikal itu merupakan kalimat per
nyataan negatif, maknanya yaitu perintah, Buang sampah itu! Jika
kalimat Kamu tidak membuang sampah itu diterjemahkan secara har
fiah ke dalam bahasa lain, mungkin kalimat itu akan diartikan sebagai
pernyataan dan bukan perintah. Oleh karena itu, dalam terjemahan
diperlukan penyesuaian agar daya ilokusi perintah dan kekecewaan
pembicara dapat disampaikan.
Dalam mempersiapkan penerjemahan, ada baiknya penerjemah
mempelajari terlebih dahulu fungsi pertanyaan retoris dalam bahasa
sumber dan kemudian dalam bahasa sasaran. Fungsi itu haros dikenal,
tetapi bentuk juga perlu dipusatkan, karena bentuk yang berbeda
mungkin mempunyai fungsi sekunder yang berbeda. Misalnya, ada tiga
pertanyaan yang berbeda dalam bahasa Indonesia yang dapat di
gunakan dengan daya ilokusi dari perintah. Yang satu menunjukkan
ketidaksabaran, yang lain untuk sikap sopan yang tidak mengeritik,
dan yang ketiga bersifat kritik. Perhatikan kontras antara bentuk. dan
makna berikut:
1. Kapan kamu bam bisa datang? 1. Datanglah sekarang
juga!
2. Kenapa kamu tidak ikut? 2. Kamu bisa ikut saya
(jika kamu mau)!
3. Kenapa kamu ke sini? 3. Seharusnya kamu tidak
usah ke Bini!
248
Perhatikan, kata kapan dan baru bisa menunjukkan ketidaksa
baran, kata kenapa dan bentuk negatif merupakan saran yang tidak
bersifat kritik, dan kenapa tanpa bentuk negatif merupakan kritikan.
(Untuk contoh dalam bahasa Inggris, lihat Larson 1979:14-18.)
Pertanyaan retoris mempunyai banyak fungai. Tiap bahasa mem
punyai daftar fungsinya sendiri dan bentuk pertanyaan khusus yang
dapat digunakan secara retoris. Pertanyaan retoris dapat berfungsi
sebagai berikut:
- menekankan fakta yang sudah diketahui untuk menyarn-
paikan saran atau perintah,
- menunjukkan keragu-raguan atau ketidakpastian,
- memperkenalkan topik baru atau aspek baru dari sebuah topik,
- menunjukkan rasa heran atau kaget,
- mengingatkan atau mendesak,
- (yang paling umum) menyatakan evaluasi pembicara.
Mi sal nya, seorang guru mungkin rnengatakan kepada rnuridnya,
"Bagaimana saya dapat meluluskan kamu, jika kamu tidak pernah
menyerahkan pekerjaan-rumahmu?" Bentuk kalimat tanya ini
digunakan untuk. menekankan fakta yang sudah diketahui, "Saya
tidak dapat meluluskan kamu, jika kamu tidak pernah menyerahkan
pekerjaan rumahmu" Kalimat ini berupa kalimat tanya tetapi mak
nanya rnerupakan pernyataan tentang fakta. Contoh lain yaitu,
seseorangrnungkin mengatakan, UApayang dapat kita makan?" sebagai
cara rnengungkapkan perhatian atau ketidakpastian tentang harga
rnakanan yang rnahal. Maknanya adalah uSaya tidak tahu bagaimana
saya bisa mendapatkan uang yang cukup untuk membeli barang yang
kita perlukan:
Dalam beberapa bahasa, misalnya bahasa Indonesia, untuk
memperkenalkan topik baru atau mernulai pidato, sering digunakan
bentuk kalirnat tanya. Pembicara itu mungkin rnengatakan, "Mengapa
dewasa ini terdapat begitu banyak pengangguran?" dan kemudian,
tanpa rnenunggu jawaban, ia mulai mernberitahukan pendengarnya
tentang alasan terjadinya pengangguran. Bentuk kalirnat tanya ini
sekedar rnerupakan cara memulai suatu topik yang sebenarnya berarti
"Saya akan memberitahukan Anda mengapa ada begitu banyak peng
angguran dewasa ini."
Dalam bahasa Vagla, Afrika Barat, ada jenis cerita tertentu yang
selalu dimulai dengan "Tahukah kamu bagaimana sampai hal ini ter
jadi ... ?" Thpik itu diperkenalkan dengan sebuah pertanyaan. Jika ba
hasa sasaran t:i.dak menggunakan pengenal topik, maka harus digu
nakan bentuk yang berbeda tapi yang tepat dalam terjemahan.
PENYIMPANGAN DAYA ILOKU81 249
Bahasa Indonesia juga rnenggunakan kalimat retoris untuk memper
lihatkan rasa beran atau kaget. Misalnya, tamu-tamu yang diundang
untuk makan rnalam datang agak awal, dan nyonya rumah yang sed.ang
rnempersiapkan makan rnalam rnelihat mereka datang, dan me
ngatakan kepada dirinya sendiri "Oh, mereka sudah tiba? 8aya belum
ganti baju." Ia tahu mereka sudah di situ, tetapi merasa kaget. Sebe
narnya ia mengatakan "8aya kaget mereka ke sini begitu cepat. D
Pertanyaan retoris juga digunakan untuk mengingatkan atau men
desak. Misalnya, seorang ibu mungkin mengatakan kepada anaknya,
"Kenapa kamu selalu mengganggu kakek?D Maksud sebenarnya adalah
"8eharusnya kamu tidak mengganggu kakekmu."
Sesudah penerjernah menentukan makna kalimat tanya dalam ba
hasa sumber, ia juga harus memikirkan apakah bahasa sasaran juga
rnenggunakan bentuk pertanyaan dalam konteks itu. Jika digunakan
pertanyaan, apakah dapat disampaikan makna yang tepat. Kadang
kadang pertanyaan retoris juga sesuai, tetapi bentuk pertanyaannya
sangat berbed.a dengan bentuk yang digunakan dalarn bahasa sumber.
Bentuk bahasa sumber tidak perlu sepadan dengan bentuk bahasa
sasaran. Misalnya, pertanyaan dengan kenapa dalam bahasa Inggris
sangat berbeda dengan bentuk pertanyaan dalam bahasa Gahuku,
Papua Nugini (data dari Ellis Deibler). KalimatKenapa kamu meletak
kan tanganmu yang berlumpur itu di atas mobil saya? akan diterjemah
kan dengan Andaikan ini mobilmu, apakah kamu meletakkan ta
nganmu yang berlumpur di atasnya? Penerjemah harus menggunakan
bentuk wajar bahasa sasaran. Kadang-kadang kalimat tanya harus di
terjemahkan dengan kalirnat pernyataan, atau dengan kalimat perin
tah.
Dalam bahasa Korku, India, ada tiga atau empat rangkaian per
tanyaan sekaligus. Pertanyaan itu bersifat retoris dan merupakan ung
kapan kemarahan atau kebingungan. Pertanyaan retoris itu juga di
gunakan untuk membuat pernyataan; membangkitkan pikiran atau
meminta perhatian; atau mengungkapkan sikap ingin tahu, keka
gurnan, keragu-raguan, celaan, kemarahan, dan emosi lain Oihat Kirk
patrick 1972:28-32).
Penyimpangan bentuk dan makna Bering mengakibatkan salah
pengertian, jika dalam tetjemahan tidak dibuat penyesuaian. Di Viet
nam, seorang Inggris yang mempunyai kebiasaan minum teh di pagi
hari hertanya kepada temannya orang Vietnam, "Would you like to drink
tea?" ('Mau minum teh?') Temannya kelihatan bingung dan menjawab,
"Tidak." Pertanyaan itu rnembuat orang Vietnam itu berpikir, "Mungkin
ia tidak ingin saya minum teh." Bentuk yang sesuai dalam hahasa
Vietnam ialah kalimat perintah "Ambil teh ini dan minumlahr Bentuk
250
perintah ini dimengerti secara tepat sebagai undangan ramah untuk
rninum teh bersama, dan lebih dekat dengan struktur semantis, karena
tujuan pembicara ialah memberi usul yang baik. Hal penting yaitujika
seseorang meneIjemahkan sebuah cerita yang mengandung pertanyaan
"Mau minum teh?" ke dalam bahasa Vietnam, ia tidak boleh meng
gunakan bentuk kalimat tanya, tetapi harus menggunakan kalimat
perintah yang tepat. Hanya dengan mengerti fungsi pertanyaan retoris
dalam bahasa sumber dan dalam bahasa sa saran, peneIjemah dapat
menghindari peneIjemahan har:6.ah dan penyampaian makna yang
salah.
Fungsi sekunder kalimat pernyataan
Baru saja kita melihat bahwa dalam bahasa Yaweyuha, Papua Nu
gini, kalimat pernyataan negatif digunakan untuk menyampaikan
perintah. Kamu tidak mencuci piring itu digunakan untlik malma Cuci
piring itu! yang merupakan perintah. Struktur gramatikal kalimat ini
biasa digunakan untuk mengkodekan pemyataan, tetapi proposisi
dalam struktur semantis merupakan perintah. PeneIjemah tidak boleh
menganggap bahwa kalimat pemyataan harus diteIjemr.hkan dengan
kalimat pemyataan. Pertama-tama ia harus yakin akan fungsi kalimat
itu. Apakah kalimat itu berm alma pernyataan? Jika dernikian halnya,
kalimat itu harus diteIjemahkan dengan kalimat pernyataan. Akan
tetapi, jika kalimat itu digunakan dalam fungsi sekunder, seperti perin
tah, maka diperlukan penyesuaian dalam terjemahan. Terjemahan har
fiah dari Kamu tidak mencuci piring itu dalam bahasa Yaweyuha ke
dalam kebanyakan bahasa akan memberikan makna yang salah,
karen a kalimat pemyataan tidak lazim digunakan untuk menyam
paikan malma perintah.
Dalam bahasa Pijin, Kepulauan Solomon, sebuah pernyataan dapat
digunakan sebagai pertanyaan. KalimatAting plande hos long kandere
blong you secara harfiah berarti Saya rasa ada banyak kudn, di negara
Anda, tetapi malmanya ialah Apakah ada banyak kuda di negara
Anda? Di sini kalimat pemyataan digunakan untuk menyampaikan
pertanyaan.
Dalam bahasa Indonesia, Inggris, Cina, Jepang, dsb., kalimat pemya
taan dapat digunakan untuk bertanya jika intonasi itu dibuat sede
mikian rupa, misalnya, Kamu tidak tidur sama sekali? Dari tadi belum
selesai juga? (PeneIjemah)
Dalam bahasa Denya, Cameroon, modus indikatif lampau (kalimat
pernyataan) merupakan modus umum untuk kejadian sebuah tuturan.
(narrative). Fungsi ini merupakan fungsi primer biasa dari indikatif
PENYIMPANGAN DAYA ILOKUSI 251
lampau. Akan tetapi, modus indikatif lampau juga mempunyai fungsi
sekunder, dalam arti modus itu juga digunakan untuk menunjukkan
perintah jika perbuatan itu dilakukan sekali- sekali. Misalnya, orang
ia-kirim-aampau) kamu tempat kamu-pergi-aampau) berarti JikaAnda
diminta pergi untuk suatu keperluan, Anda harus pergi. Proposisi
semantis Anda harus pergi dikodekan dengan bentuk gramatikal in
dikatif lampau anda-pergi (lampau). Perhatikan juga contoh berikut:
kamu-menerima-aampau) hari-libur kamu-datang-aampau) kamu
melihat-(lampau) kami-oby berarti Jika kamu libur, datanglah dan
kunjungilah kami. Bentuk bahasa Denya ini adalah bentuk indikatif
(pernyataan) lamp au, tetapi fungsinya adalah perintah (Abangma
1981:256-262). Sekali lagi, kenyataan ini merupakan contoh penyim
pangan antara bentuk gramatikal dan daya ilokusi dari proposisi dalam
struktur semantis.
Fungsi sekunder kalimat perintah
Kita telah melihat bahwa pertanyaan dan pernyataan gramatikal
kadang-kadang digunakan dalam fungsi sekunder. Bentuk imperatif
kelihatannya lebih terbatas dalam fungsi sekundernya, walaupun ada
beberapa contoh kalimat perintah yang tidak bermakna perintah.
Misalnya, jika kedua proposisi berikut diterjemahkan ke dalam
bahasa Aguaruna, proposisi kedua harus menggunakan bentuk perin
tah.
1. Ia menggantungkan baju itu.
2. Baju itu akan kering.
Proposisi kedua merupakan alasan untuk yang pertama. Dalam
bahasa Indonesia kita mengatakanIa menggantungkan baju itu supaya
baju itu bisa kering. Kedua proposisi itu merupakan pernyataan, dan
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kalimat pernyataan.
Akan tetapi, dalam bahasa Aguaruna, dan dalam beberapa bahasa
~erindian lainnya, proposisi kedua, yaitu alasannya, harus diter
jemahkan dengankutipan langsung berbentuk kalimat perintah. Ben
tuknya yaitu Ia menggantungkan baju itu, "Biarkan baju itu kering, "
mengatakan. Bentuk gramatikal Aguaruna merupakan bentuk perin
tah, tetapi proposisi yang dikodekannya merupakan pernyataan, yaitu
alasan.
Contoh ini bertujuan untuk memperingatkan penerjemah akan pe
nyimpangan antara bentuk gramatikal dan daya ilokusi dari proposisi
yang diwakilinya. Sewaktu menganalisis teks Bumber, penerjemah
harus mencari penyimpangan yang mungkin ada - kalimat tanya yang
252
mewakili pernyataan atau perintah; kalimat pernyataan yang mewakili
perintah atau pertanyaan; dan bentuk perintah yang mewakili per
nyataaan. Sesudah menemukan maknanya, penerjemah harus menen
tukan bentuk gramatikal dari bahasa sasaran yang dapat dengan tepat
menyampaikan makna yang dimaksud. Bentuk itu mungkin sangat
berbeda dengan yang digunakan dalam teks sumber.
Peta berikut memperlihatkan kemungkinan penyimpangan daya
ilokusi semantis dan bentuk gramatikal:
DAYA ILOKUSI BENTUK GRAMATlKAL
1. Pernyataan -----.:--7 a. Klausa atau kalimat per-~--- -
" -... -- /' nyataan
..... -... .-- ./
..... .-- .-c.....-<
- ..... ./ 2. Pertanyaan .... --..>< ;..,;;.. b. Klausa atau kalimat tanya
.......... ............,.. .........--/' -----<. ~
/' - ....... ""
. ./ -- --- --- ---" 3. Penntah k .... c. Klausa atau kalimat perin-
tah
Garis mendatar menunjukkan hubungan yang tidak terdapat
penyimpangan. Garis putus-putus menunjukkan kemungkinan
penyimpangan antara daya ilokusi proposisi dan bentuk gramatikal
dari klausa atau kalimat.
Kalimat-kalimat berikut (Pike dan Pike 1977:49-50) diterjemahkan
dari bahasa Inggris dan menggambarkan kesesuaian dan ketidak
sesuaian dalam bahasa itu. Dalam tiap kasus, tanggapannya diberikan
untuk membantu menjelaskan makna kalimat.
1. a. Abe masuk ke kebun semangka saya kemarin ... Oh?
(Bentuk pernyataan dengan daya pernyataan; umum)
b. Tahukah Anda bahwa Andq, memasuki pekarangan
orang ... Maaf, saya tidak tahu!
(Bentuk pertanyaan dengan daya pernyataan)
c. (Thruskan) ambil sebanyak mungkin yang Anda suka
supaya Anda dapat mas uk penjara... Kami tidak akan
melakukannya lagi!
(Bentuk perintah dengan daya pernyataan)
2. a. Maksudmu Abe memasuki kebun semangkamu? ... Betul!
(Bentuk pertanyaan dengan daya pertanyaan; umum)
b. ApakahAbe masuk ke kebun semangka? ... Tidak.
(Bentuk pertanyaan dengan daya pertanyaan; umum)
PENYIMPANGAN DAYA ILOKUSI 253
c. Keluar dan kebun semangka saya sendiri! ... Ya.
(Bentuk perintah dengan daya pertanyaan)
3. a. Anda tidak punya urusan di sini! (artinya, Keluar!} ... Saya
akanpergi.
(Bentuk pertanyaan dengan daya perintah)
b. Bagaimana sampai Anda ada di kebun semangka saya!
(artinya, Keluar!) ... Saya akan pergi.
(Bentuk pertanyaan dengan daya perintah)
c. Keluar dari kebun semangka saya! ... Ya Pak, sekarang
juga.
(Bentuk perintah dengan daya perintah; umum)
Pengingkaran (Negation)
Pernyataan, pertanyaan, atau perintah dapat diingkar. Artinya,
proposisi-proposisi itu dapat menjadi afirmatif (bersifat menegaskan)
atau negatif (bersifat mengingkari). Bentuk afirmatif tidak bertanda,
tetapi proposisi negatif harus ditandai. Bentuk negatif dapat meng
ingkari seluruh proposisi atau hanya salah satu konsep dalam proposisi.
Perhatikan contoh berikut.
Tidak ada wanita yang datang ke rumah itu.
Anak itu melahap makanan yang bukan daging.
Orang-orang tidak pergi.
Hanya dengan melihat proposisi dalam struktur semantis, bentuk
negatif kelihatan sangat sederhana. Akan tetapi, tiap bahasa mena
ngani bentuk negatif dengan pelbagai cara yang berbeda. Bentuk negatif
dalam teks sumber tidak selalu diteIjemahkan dengan bentuk negatif
dalam bahasa sasaran. Bahasa tertentu menggunakan bentuk negatif
ganda yang harus diteIjemahkan ke dalam bahasa sasaran dengan
kalimat afirmatif. Misalnya, kalimat Thnpa dia, kita tidak akan pernah
dibebaskan, mungkin diteIjemahkan ke dalam bahasa lain dengan Kita
dibebaskan karena bantuannya. Bentuk negatif ganda tanpa dan tidak
membatalkan satu sarna lainnya sehingga maknanya menjadi afirmatif
dan bukan negatif. Contoh lain ialah Ia tidak pernah berbicara tanpa
menggunakan perumpamaan yang berarti Ia selalu menggunakan per
umpamaan jika ia berbicara.
Dalam bahasa Indonesia, kata kecuali biasanya muncul dalam
kalimat negatif dalam kalimat. Kalimat ini mungkin harus diteIjemah
kan "dengan pernyataan afirmatif dalam bahasa lain. Misalnya, kalimat
254 .
Kamu tidak boleh pergi kecuali diizinkan Bapak mungkin harus diter
jemahkan dengan Kamu boleh pergi kalau Bapak mengizinkan.
Penetjemah harus berhati-hati dalam menempatkan bentuk negatif
agar makna yang disampaikan tidak berlawanan. Misalnyajika kalimat
Ia tidak membeli mobil agar ia dapat menggunakannya untuk pergi be
kerja, tetapi agar istrinya mempunyai mobil untuk dipakai ditetjemah
kan secara harfiah ke dalam bahasa tertentu, akan berarli bahwa ia
tidak membeli mobil. Akan tetapi, kenyataannya ia membelinya, jadi
perlu digunakan bentuk yang sarna sekali berbeda, misalnya Jika ia
membeli mobil, ia melakukannya agar istrinya mempunyai
.jpeg)
