Selasa, 14 Oktober 2025

Makna bahasa 6

 


Sebuah KEJADIAN. Penyerta serupa 

dengan pelaku sekunder, penyebab sekunder, atau penderita 

sekunder. 

Didik pergi ke taman dengan (bersama, beserta) anjingnya. 

Es krim itu mencair bersama dengan mentega (es krim dan 

juga mentega mencair). 

Saya makan Malam dengan istri saya. 

Garpu itu berada di atas meja dengan pisau dan sendok. 

Dalam gramatika bahasa Indonesia, dengan, bersama, dan beserta 

merupakan penanda gramatikal yang umum untuk penyerta. 

6. Hasil (resultant) dihasilkan oleh KEJADIAN. KEJADIAN 

dan hasil berhubungan erato Misalnya, beberapa bahasa 

RELASI DALAM PROPOSISI KEJADIAN 211 

mempunyai bentuk serupa untuk perbuatan dan hasilnya, 

seperti dalam menyanyikan nyanyian, mengerjakan pekerjaan. 

Mary mencipta lagu. 

Ia menulis surat. 

Mereka sedang membuat kue. 

Usaha itu mendatangkan banyak uang. 

Jika tidak ada penyimpangan antara gramatika dan semantik, basil 

berupa obyek verba. 

7. Alat (instrument) yaitu BENDA tak bernyawa yang 

digunakan untuk melaksanakan KEJADIAN. 

Maria rnenulis denganpensil. 

Arnir mernotong tali dengan pisau. 

Maria rnenutupi anak itu dengan selimut. 

Pekerja itu rnelebarkanjalan dengan buldoser. 

Joan menunjuk garnbar itu denganjarinya. 

Dalarn grarnatika bahasa Indonesia, dengan rnerupakan penanda 

grarnatikal umum untuk alat. Perhatikan, dalarn nomor 5 di atas, 

dengan juga rnerupakan bentuk yang digunakan untuk menunjukkan 

penyerta. Jadi, satu bentuk dengan rnempunyai dua fungsi sernantis. 

8. Tempat (location) yaitu BENDA yang rnenunjukkan penern­

patan spasial KEJADIAN, yaitu sumber, tern pat, ternpat 

tujuan dari suatu KEJADIAN. 

Jane melarikan diri dari rumah. 

Dari Chicago John terbang ke sini. 

Peter berjalan rnelewati taman. 

Mary tinggal di rumah. 

Jane pergi ke toko. 

Tempat dapat dibagi menjadi lebih spesifik, misalnya, ternpat SUID­

ber, ternpat tujuan, atau ternpat k~jadian. Akan tetapi, untuk tujuan 

teks ini, kita rnenggabungkan sernuanya menjadi satu. 

9. Sasaran (goal) yaitu BENDA yang dituju oleh perbuatan. 

Misalnya, dalarn proposisi Ia melemparkan bola kepada teman­

nya, kata bola merupakan penderita, dan temannya sasaran. 

John berdoa kepada Allah. 

Saya rnemukulkan tongkat itu padapagar. 

Peter melernparkan batu ke dinding. 

John menertawakan Peter. 

212 

10. Waktu (time) menunjukkan penempatan temporal dari 

KEJADIAN. Waktu memberitahukan kapan atau berapa lama 

KEJADIAN itu berlangsung. 

John mas uk kuliah tiga minggu lalu. 

Ibunya tinggal selama tiga minggu. 

Mereka akan datang pada pukul tiga tepat. 

Besok sinar matahari akan terik. 

Sebentar lagi seseorang akan datang menjemput kita. 

11. Cara (manner) yaitu keterangan mengenai KEJADIAN. 

Dengan caralah PERBUATAN, PENGALAMAN, atau 

PROSES dilaksanakan. 

Orang itu berlari dengan cepat. 

Mentega itu mencair perlahan-lahan. 

John menulis surat itu dengan sempurna. 

MUrid itu mulai mengerti sedikit demi sedikit. 

Tanaman itu tumbuh dengan cepat. 

12. Ukuran (measure) yaitu keterangan jumlah atau frekuensi 

KEJADIAN. 

Jane sering berdoa. 

Mereka memperlebar jalan itu enam meter. 

Jagung itu telah tumbuh tujuh setengah sentimeter. 

Penyimpangan antara proposisi 

kejadian dan bentuk gramatikal 

Semua kalimat dalam contoh di atas sarna dengan proposisi seman· 

tisnya. Artinya, pelaku merupakan subyek kalimat; penyerta, obyek 

preposisi dengan; dan tempat, obyek preposisi dari, di, ke, dsb. Akan 

tetapi, tiap bahasa mempunyai penyimpangan antara bentuk dan mak· 

na, dan mempunyai bentuk tersendiri untuk mengungkapkan 

maknanya. Jadi, penerjemah menghadapi masalah ganda, yaitu pe­

nyimpangan antara bentuk dan maIma dalam bahasa sumber, dan 

penyimpangan yang berbeda antara bentuk dan maIma dalam bahaS3 

sasaran. Sewaktu menganalisis bahasa sumber, penerjemah meng· 

hilangkan penyimpangan itu. Kemudian ia menyelaraskan kembali 

maImanya, termasuk memasukkan penyimpangan yang wajar antara 

makna dan bentuk bahasa sasaran. Penyimpangan bahasa sasaran 

mungkin tidak sarna dengan penyimpangan dalam bahasa sumber. 

RELASI DALAM PROPOSISI KEJADIAN 213 

Sekarang kita akan melihat beberapa contoh penyimpangan. MisaI­

nya, satu peran kasus dapat diwakili dengan beberapa cara dalam 

bahasa sumber dan dalam bahasa sasaran, tergantung pad a konteks­

nya. Bentuk-bentuk itu tidak seIaIu selaras. MisaInya, pelaku dalam 

proposisi Peter makan pisang adalah Peter. Perhatikan cara-cara 

pengkodean Peter sebagai pelaku: 

Subyek : Peter makan pisang. 

Obyek preposisi oleh : Pisangitudimakan (oIeh) Peter. 

Subyek dalam klausa relatif : Pisang yang Peter makan ... 

Dalam bahasa Inggris, Peter dalam proposisi di atas dapat men­

duduki posisi subyek, obyek preposisi, subyek dalam klausa relatif dan 

pewatas (modifier). 

Subyek : Peter ate the banana. 

Obyek preposisi by : The banana was eaten by Peter. 

The eating of the banana by 

Peter ... 

Subyek dalam klausa relatif : The banana which Peter ate .. . 

Pewatas (modifier) : Peter's eating of the banana .. . 

Contoh di atas memperlihatkan bahwa proposisi dapat ditulis kem­

bali dalam berbagai bentuk, yaitu dengan meletakkan pelakunya 

dalam posisi gramatikal yang berbeda-beda. lni berlaku untuk semua 

peran kasus yang disajikan di atas. Perhatikan, pisang, yang 

merupakan penderita dalam proposisi itu, dapat juga diungkapkan 

dengan pelbagai cara: 

Obyek : 

Subyek: 

Peter makan pisang. 

Pisang dimakan Peter. 

Pisang yang Peter makan ... 

Dalam bahasa Inggris, selain tampil sebagai obyek dan subyek verba, 

pisang dapat juga tampil sebagai obyek preposisi: 

Obyek 

Subyek 

: Peter ate the banana. 

: The banana was eaten by Peter. 

The banana which Peter ate ... 

Obyek preposisi: The eating ofthe banana by Peter ... 

Peter's eating ofthe banana ... 

Bentuk yang dipilih tergantung pada konteks keberadaan proposisi 

itu. Akan tetapi, yang penting ialah bahwa ada beberapa bentuk yang 

mengkodekan proposisi yang sarna. 

214 

Bahasa dapatjuga mempunyai sebuah bentuk. yang digunakan untuk 

menunjukkan beberapa peran kasus. Contoh berikut (Frantz 1968:22) 

diterjemahkan langsung dari bahasa Inggris, karena kebetulan dapat 

diterapkan dalam bahasa Indonesia: 

1. Saya makan es krim dengan sendok saya. 

2. Saya makan es krim dengan istri saya. 

3. Saya makan es krim dengan kue saya. 

Dalam contoh di atas, kata dengan digunakan untuk. menandakan 

tiga RELASI yang berbeda. Yang pertama, dengan menandakan bahwa 

sendok saya merupakan alat, dan memberitahuk.an apa yang digu­

nakan untuk. makan. Yang kedua, dengan menandai penyerta dari 

pelaku, dan menunjukkan bahwa istri saya juga makan es krim, dan 

kami berdua makan es krim. Yang ketiga, dengan menandakan bahwa 

kue adalah penderita dan kue ditemani es krim. Artinya, saya makan 

kue dan juga es krim. 

Juga, satu peran kasus dapat diungkapkan dengan beberapa bentuk, 

dan satu bentuk. dapat mengungkapkan beberapa peran kasus. Oleh 

sebab itu, penerjemahan merupakan masalah yang rumit; dan 

kerumitan menjadi berlipat ganda, karen a penyimpangan bahasa sum­

ber berbeda dengan penyimpangan bahasa sasaran. 

Penerjemah harus berhati-hati, karena ada banyak sekali jenis pe­

nyimpangan. Penyimpangan bahasa sumber tidak sama dengan 

penyimpangan bahasa sasaran, karena itu lebih baik teIjemahan dida­

sarkan atas makna atau struktur semantis daripada bentuk atau gra­

matikanya. TeIjemahan yang harfiah tidak dapat mencapai tujuan ko­

munikasi, karena teIjemahan semacam ini mempertahankan penyim­

pangan bahasa sumber. 

Misalnya, ketiga kalimat di atas yang menggunakan kata dengan 

dapat diterjemahkan ke dalam kebanyakan bahasa lain dengan tiga 

bentuk yang berbeda. Dalam bahasa Aguaruna, Peru, bentuk.-bentuk­

nya adalah sebagai berikut: 

1. Saya es-krim-(penanda obyek) sendok-saya-(penanda alat> 

saya-makan. 

2. Wanitaku-(penanda penyerta) es-krim-(penanda obyek) saya­

makan. 

3. Kue es-krim-(penanda obyek) saya-makan. 

Dalam bahasa Aguaruna, dengan diterjemahkan menjadi tiga bentuk 

yang berbeda. Bahasa Aguaruna mempunyai penanda untuk. peran ka­

sus. Kalimat pertama menggunakan penanda alat -i; yang kedua 

RELASI DALAM PROPOSISI KEJADIAN 215 

menggunakan penanda penyerta -jai; dan yang ketiga menggunakan 

penanda obyek -shakam yang berarlijuga. 

Konsep kompleks daIam proposisi 

Dalam eontoh di atas, kebanyakan proposisinya hanya meneakup 

konsep sederhana. Akan tetapi, dalam teks sering ditemukan konsep 

kompleks. Seperti halnya komponen makna bergabung membentuk 

konsep, konsep juga bergabung membentuk konsep kompleks. Misal­

nya, proposisi anjing itu menggigit anak itu mempunyai tiga konsep 

sederhana-ANJING, MENGGIGIT, dan ANAK. Ketiganya berhubung­

an satu sarna lain dengan ANJING sebagai pelaku dari MENGGIGIT, 

dan ANAK sebagai penderita. Akan tetapi, dalam proposisi anjing besar 

itu menggigit anak kecil yang tinggal di sudut jalan itu, pelaku dan 

penderita merupakan konsep kompleks. Pelakunya yaitu ANJING 

BESAR. BESAR merupakan ATRIBUT yang menandai atau menggam­

barkanANJING. ANJING adalah konsep inti, dan BESAR membatasi 

konsep ini dengan memberikan informasi bahwa ANJING itu adalah 

anjing yang BESAR. 

~njinv - besar 

Penderita dari proposisi di atas yaitu ANAK, yang dibatasi oleh 

atribut KECIL dan seluruh proposisi. Proposisi ini menunjukkan 

bahwa anak itu adalah anak tertentuyang tinggal di sudut itu. 

keeil ---+ G -- tinggal di sudut itu 

Hubungan konsep inti dan konsep perwatasan (modifying concept) 

disebut sempadan (delimitation). Artinya, konsep yang bukan inti 

(atau proposisi) yang menerangkan konsep inti, membatasi konsep inti 

pada batas-batas tertentu. Proposisi yang menerangkan konsep bukan 

bagian rangkaian KEJADIAN dalam teks itu. Proposisi ini tidak sarna 

fungsinya dengan proposisi lain yang KEJADIANnya berada dalam 

kerangka utama eerita atau argumen itu. 

Konsep kompleks dapat terdiri dari sejumlah besar konsep seder­

hana. Misalnya, jika kita mulai dengan konsep RUMAH, konsep ini 

dapat lebih jauh dibatasi dengan beberapa eara berikut: 

rumah itu 

rumah putih itu 

rumah putih besar itu 

216 

rumah putih besar yang bergaya klasik itu 

rumah putih besar yang bergaya klasik dan terletak di seberaTl/I 

jalan sana 

Dalam kedua perluasan yang terakhir, RUMAH diterangkan dan 

sekaligus dibatasi lebihjauh oleh proposisi lain. Inilah yang sering dise­

but proposisi sematan (embedded proposition), yaitu proposisi yang 

merupakan bagian dari sebuah konsep. Proposisi sematan ini me­

nerangkan RUMAH sama seperti BESAR dan PUTIH menerangkan 

RUMAH. Konsep atau proposisi yang menerangkan (dan karenanya 

membatasi) sebuah konsep kadang-kadangmemerikan, menandai, atau 

sekedar mengomentpri konsep inti itu. 

Dalam proposisi, suatu konsep sederhana atau konsep kompleks 

dapat muncul sebagai pelaku, penderita, tempat, atau peran kasus lain. 

Peranjuga merupakan kata penting dalam membicarakan konsep dan 

proposisi. Misalnya, hubungan antara BENDA dan KEJADIAN dapat 

merupakan pelaku ... KEJADIAN. Oleh karena itu, kita dapat menga­

takan bahwa konsep tertentu mempunyai peran pelaku, peran 

sasaran atau peran kasus apa saja. Dalam proposisiAnak kecil itu ber­

lari ke rumah cepat-cepat, frase anak kecil merupakan konsep kompleks 

dengan peran pelaku; berlari adalah KEJADIAN yang merupakan inti 

proposisi dan mempunyai peran aktivitas; rumah mempunyai peran 

tempat, dan CEPAT-CEPAT peran cara. Nama peran menunjukkan 

hubungan KONSEP dengan KEJADIANnya. 

Bahasa Indonesia membolehkan pengkodean gramatikal yang pan­

jang dan rumit bagi proposisi atau kom:ep kompleksnya. Dalam 

beberapa bahasa, proposisi itu perIu diterjemahkan dengan lebih dari 

satu kalimat, sehingga konsepnya dapat ditambahkan satu per satu. 

Bahasa Tunebo, Columbia, mempunyai kelimpahan dalam hal gaya, di 

mana informasi tertentu yang baru ditambahkan melalui setiap peng­

ulangan, artinya, proposisi itu diperluas sedikit derni sedikit. Per­

hatikan contoh berikut (Headland 1975:5): 

Wicarara yaujacro. 

Wicara membunuh. 

Ia membunuhnya di daerah Wicara. 

Ritab cuftara yaujacro. 

Ritab dekat, membunuh. 

Ia membunuhnya dekat sungai Ritab. 

Bahasa Indonesia dapat saja menggunakan sebuah kalimat, Ia mem­

bunuhnya di Wicara dekat sungai Ritab. Perhatikan contoh lain dari 

bahasa Tunebo (Headland 1975:5) dengan empat pengulangan. 

RELASI DALAM PROPOSISI KEJADIAN 217 

Erara bowar (cara bijacro. 

Di sana hutan di pergi. 

Ke sana saya pergi menuju hutan. 

Ruwa yacay bijacro. 

Binatang berburu pergi. 

Saya pergi berburu. 

Ri Saran cajc bijacro. 

Sungai Sarari tanah pergi. 

Saya pergi ke daerah sungai Sarari. 

Cutuji bijacro. 

Cutuji pergi. 

Saya pergi ke Cutuji. 

Bahasa Indonesia dapat mengungkapkannya hanya dengan sebuah 

kalimat: Saya pergi berburu di hutan yang terdapat sungai Sarari di 

daerah Cutuji. Akan tetapi, bahasa Tunebomemerlukan beberapa kali­

mat untuk mengungkapkan maknanya denganjelas. Sebenarnya dalam 

kalirnat itu hanya ada dua proposisi dasar. 

Saya pergi ke hutan. 

Saya berburu binatang. 

Hutandibatasi Iebih Ianjut sebagai hutan yang terdapat sungai 

Sarari, dan di daerah Cutuji. Keduanya merupakan proposisi sernatan. 

Hutan, yang terdapat sungai Sarari, yang berada di daerah Cutuji 

merupakan konsep kompleks. Konsep ini dapat didiagramkan sebagai 

berikut: ~ yang berada di daerah Cutuji 

yang terdapat sungai Sarari 

Kedua proposisi di atas diteIjemahkan ke dalam bahasa Aguaruna 

dengan kalimat-kalimat berikut: 

Sarari, Cutuji nunui webiajai, 

Sarari, Cutuji itu-(penanda tempat) pergi-saya 

"Wi kuntin maatajai, n tusan. 

Saya binatang akan-bunuh-saya saya-mengatakan 

Jikapembaca tidak tahu bahwa Saran ialah nama sungai, dan bahwa 

Cutuji ialah daerah yang dilalui Sarari, maka bentuknya adalah sebagai 

218 

berikut: 

Namak Sarari tutai Cutujinum ... 

Sungai Sarari itu-disebut Cutuji-di 

Cara meneIjemahkan sebuah konsep kompleks harus dipikirkan de­

ngan cermat supaya makna proposisi tidak berubah. Bahasa Aguaruna 

tidak menggunakan empat kalimat seperti dalam bahasa Tunebo di 

atas, dan tidak juga menggabungkan pergi dan berburu sebagai satu 

frase verba seperti dalam bahasa Indonesia. Oleh karena proposisi 

ten tang berburu merupakan alasan mengapa seseorang pergi, bahasa 

Aguaruna menggunakan kutipan untuk proposisi berburu. Hubungan 

antarproposisi semacam ini akan dibahas di bagian IV. Akan tetapi, 

perlu diingat bahwa tidak ada hubungan satu lawan satu antarajumlah 

proposisi dan jumlah kalimat dalam bentuk gramatikal teks sumber. 

Bentuk gramatikal teks sumber tidak akan juga mempunyai 

keselarasan penuh antarajumlah proposisi danjuml~h kalimat. Tidak 

juga kalimat dalam teks sumber sepadan dengan kalimat dalam ter­

jemahan. 

Teks untuk contoh 

Semua contoh yang diberikan di atas agak sederhana, dengan melihat 

satu atau dua proposisi setiap kali. Sekarang kita akan rnelihat teks 

yang sebagian besar terdiri dari proposisi kejadian. Kita akan men garn­

bil teks bah as a Aguaruna sebagai teks sumber, menganalisis struktur 

sernantis teks, dan memberikan beberapa saran kernungkinan ter­

jernahan ke dalarn bahasa Indonesia. (Kalirnat teks sumber diberi 

nornor untu~ rnernudahkan pernbahasan. Dalam bahasa sumber, jum­

lah proposisinya tidak diharapkan sarna denganjumlah kalirnat. Begitu 

juga, jumlah kalimat hasil teIjemahan tidak diharapkan sarna dengan 

jumlah kalimat dalarn bahasa sumber ataupun jumlah proposisinya.) 

Teks itu disebut Perjalanan ke Tuntugkus dan ditulis dalam bahasa 

Aguaruna oleh Silas Cuftacm. 

1. Wi wegabiajai ijakun Tuntugkus. 2. Nunikan 

Saya saya-pergi saya-rnengunjungi Tuntugkus. Saya rnelaku-

wakabiajai kampatuma kanajan. 

kan-begitu saya-pergi-ke-hulu tiga-kali saya-tidur. 

3. Wawaim ju,akin, duwi wakan ashi 

Wawairn saya-meninggalkan di-sana saya-pergi-ke-hulu semua 

RELASI DALAM PROPOSISI KEJADIAN 219 

wainakiajai aents wainchataijun. 

saya melihat orang-orang yang-saya-tidak-pernah-lihat-oby. 

4. Dutika ai 

Sesudah-melakukan-demikian menjadi-(penanda subjek yang 

minak, "Pataajuitme," tujutuinakui, 

berbeda) kepada-saya kamu-kerabat-saya ketika-mereka-

shig aneeyaJat, 

mengatakan-kepadaku sangat saya-berbahagia 

ditajai ijunjan. 5. Dita 

dengan-mereka saya- menyatukan. Mereka 

sujuyanume yuutan, tuja senchi 

mereka-memberikan-kepada-saya makanan-oby. dan sangat-banyak 

kuitabianume mina huwajun. 

mereka-memelihara punya-saya wanita-saya-oby. 

umuyanume nijamchin, tujash wika 

6. Kuashat 

Banyak 

mereka-minum singkong-bir-oby. tetapi saya-topik 

umutsiajai mina duwagjai. 

saya-tidak-minum punya-saya dan-istri-saya. 

7. Ijatan umikan wakitkiabiajai 

Kunjungan-oby. saya-menyelesaikan saya-kembaIi 

mina pujutaijui. 

punya-saya untuk-saya-tinggal-tempat. 

8. Waketkun mawabiajai makichik japan. 

Saya-kembali saya-membunuh seekor rusa-oby. 

9. Nunillan shig aneasan 

Saya-melakukan-karenanya sangat saya-menjadi-bahagia 

tajabiajai. 

saya-tiba-kembali. 

Kalimat pertama mempunyai dua KEJADIAN, yaitu PERGI dan 

MENGUNJUNGI. Oleh karen a itu, ada dua proposisi: Saya pergi ke 

Tuntugkus dan Saya mengunjungi (orang-orang). Dalam bahasaAgua­

run a , kalimat 2 mempunyai tiga verba. Melakukan begitu adalah 

220 

proverba yang berfungsi sebagai penghubung dalam gramatika, tetapi 

tidak menambah informasi baru sarna sekali. Saya pergi juga 

merupakan pengulangan informasi dari kalimat 1. Informasi baru yaitu 

proposisi Saya tidur tiga kali. Kalimat 3 mencakup KEJADIAN me­

ninggalkan, pergi ke hulu (sungai), melihat, dan melihat. Proposisinya 

adaIahSaya meninggalkan Wawaim. Saya pergi ke hulu (sungai). Saya 

melihat banyak orang. Saya belum pernah melihat orang-orang ini 

sebelumnya. 

Segera terlihatjelas bahwa KEJADIANnya tidak teratur, dalam arti, 

Beperti Saya tidur tiga kali teIjadi di sepanjang peIjalanan, seBudah 

meninggalkan Wawaim dan sebelum mengunjungi Tuntugkus. Kalimat 

1 merupakan pernyataan umum pengantar. Kalimat 2 mengiBi infor­

masi tentang waktu yang diperlukan untuk mencapai di Bana. 

Kemudian kalimat 3 kembali ke permulaan, tetapi juga menambahkan 

informasi mengenai dimulainya peIjalanan itu dan dilihatnya orang­

orang itu. Informasi ini mungkin harus disusun kembali jika diter­

jemahkan ke dalam bahasa lain. 

Berikut ini adalah daftar proposisi yang disajikan teks Aguaruna. 

Proposisi dan konsep implisitnya diberikan dalam kurung: 

1. Saya pergi ke Tuntugkus. 

(Tuntugkus adalah sebuah desa.) 

Saya mengunjungi (orang-orang). 

2. Saya tidur tiga kali. 

3. Saya meninggalkan Wawaim. 

(Wawaim adalah deBa tempat Bays tinggal) 

Saya pergi ke hulu (sungai). 

Saya melihat banyak orang. 

Saya belum pemah melihat orang-orang ini sebelumnya. 

4. Orang-orang itu mengatakah kepada saya. 

Kamu kerabat Baya. 

Saya Bangat senang. 

Saya bersatu dengan (orang-orang). 

5. (Orang-orang) memberikan saya makanan. 

(Orang-orang) menjaga istri saya dengan baik. 

6. (Orang-orang) minum banyak biro 

Bir itu dibust dari singkong. 

Istri saya dan Bays tidak minum biro 

RELASI DALAM PROPOSISI KEJADIAN 221 

7. Saya mengunjungi. 

Saya selesai. 

S. Saya kembali ke tempat di mana saya tinggal. 

Saya membunuh seekor rusa. 

9. Saya sangat bahagia. 

Saya tiba kembali (di Wawaim). 

Sebenarnya, tidak mungkin menulis kembali semua ini menjadi 

cerita yang baik tanpa mengetahui hubungan antarproposisinya. 

Hubungan antarproposisi akan dibahas di bagian IV buku ini. Akan 

tetapi, untuk melihat bahwa proposisi diwujudkan dengan struktur 

yang sangat berbeda dalam bahasa yang berbeda, berikut ini diberikan 

saran teIjemahan dalam bahasa Indonesia. Bandingkan bentuk bahasa 

Indonesia dengan struktur gramatikal teks sumber dan dengan analisis 

semantisnya. 

A Saya pergi mengunjungi Thntugkus. Perjalanan itu memakan 

waktu tiga hari. Saya meninggalkan Wawaim dan pergi ke hulu 

sungai menuju Thntugkus. Di sana saya melihat banyak orang 

yang belum pernah saya lihat sebelumnya. 

Orang-orang di sana mengatakan bahwa saya adalah kerabat­

nya. Saya senang sekali tinggal di sana bersama mereka. Mereka 

minum bir singkong banyak sekali, tetapi istri saya dan saya tidak 

meminumnya. 

Ketika selesai berkunjung, kami kembali ke rumah, dan di 

tengah perjalanan kami membunuh seekor rusa. Saya senang 

sekali dapat kembali ke rumah. 

B. Istri saya dan saya pergi mengunjungi kota Thntugkus. Kami 

meninggalkan kota kami yang disebut Wawaim, pergi ke hulu 

sungai, tertidur tiga kali dalam perjalanan, dan tiba di Thn­

tugkus. Kami melihat banyak orang yang belum pernah kami 

lihat sebelumnya. 

Kami sangat senang tinggal di sana bersama dengan orang­

orang Thntugkus. Mereka mengatakan kami adalah kerabatnya. 

Mereka menjaga baik-baik istri saya dan memberikan kami 

banyak makanan. Mereka sendiri minum banyak bir singkong, 

tetapi istri saya dan saya tidak ikut minum. 

Sesudah kunjungan itu, kami kembali ke rumah. Dalam per­

jalanan pulang, saya membunuh seekor rusa. Saya senang sekali 

tiba kembali di Wawaim. 

222 

LATllIAN - Relasi dalam Proposisi Kejadian 

A. Apakah peran kasUB dari katu yang tercetak miring berikut? 

1. Mimi suka pi sang goreng. 

2. Joko membuka pintu dengan kunci. 

3. Anton mencuci mobil di garasi. 

4. Yanti menyanyikan lagu untuk ibunya. 

5. Mary sukapisang goreng. 

6. Andi membuka pintu dengan kunci. 

7. Endang berolah raga dua kali sehari. 

8. Joko menyanyikan lagu untuk ibunya. 

9. Permen itu lurner. 

10. Santi pergi dengan Joko. 

11. Nanti ia akan kembali. 

12. Andi membuka pintu itu cepat-cepat. 

B. Tulislah kembali proposisi berikut dengan pelbagai struktur 

gramatikal, kemudian terjemahkanlah semuanya ke dalam 

bahasa lain. 

1. Johan makan apel. 

2. Anak kecil itu melarikan diri. 

3. Johan melihat kuda hitam yang besar. 

4. Mentega itu lurner. 

5. Joice menyanyikan lagu. 

C. Proposisi apa yang tercakup dalam makna tiap kalimat berikut? 

1. Arloji saya dari Swiss. 

2. Arloji saya dari Sarinah. 

3. Arloji saya dari ayah. 

D. Bagaimana cara menerjemahkan tiap kalimat di C ke dalam 

bahasa lain yang Anda kuasai? 

E. Dalam tiap kalimat berikut, sebutkanlah peran semantis kata­

kata yang tercetak miring sebagai pelaku, penderita, atau 

pemeroleh. 

1. Ia memukul karpet itu. 

2. Piring itu pecah. 

3. Mimi bernyanyi untuk 7hm. 

4. Petrus mencuci terburu-buru. 

5. Karpet itu Budah dipukul. 

RELASI DALAM PROPOSISI KEJADIAN 223 

6. Saya menerima sepucuk surat. 

7. Yanti membuat baju untuk diri sendiri. 

8. Paulus membeli sebuah Datsun. 

F. Terjemahkanlah teks Aguaruna Perjalanan ke Tuntugkus, yang 

diberikan dalam akhir bab ini, ke dalam bahasa lain. Gunakanlah 

bentuk gramatikal yang wajar yang dapat menyampaikan dengan 

jelas isi cerita itu. 

Bab20 

Relasi dalam Proposisi Keadaan 

Dalam bab 18, kita telah mendefinisikan dan menerangkan maksud 

proposisi keadaan. Konsep inti dari Proposisi keadaan bukan berupa 

konsep KEJADIAN, tetapi berupa BENDA dan ATRIBUT yang ber­

hubungan satu sama lain melalui pelbagai relasi keadaan. Bahasa 

Inggris menggunakan bentuk be dan have untuk mengungkapkan 

banyak relasi keadaan. Bahasa lain menggunakan afiks atau unsur 

leksikal yang khusus. Dalam menganalisis teks swnber, penerjemah 

perIu mengenali relasi keadaan secara cermat, karena relasi ini 

mungkin tidak diterjemahkan ke dalam bahasa lain secara harfiah. 

Misalnya, dalam bahasa Inggris, orang mengatakan John is in the house 

(har. 'John adalah di dalam rumah'), jika relasi antara John dan rumah 

merupakan tempat. Akan tetapi, bahasa Indonesia tidak dapat 

menggunakan adalah, melainkan kata berada atau ada, sehingga ben­

tuknya adalahJohn berada di rumah, atauJohnada di rumah. Tqjuan 

bab ini yaitu untuk memperkenalkan kepada pembaca pelbagai relasi 

keadaan, dan beberapa penyimpangan antara proposisi keadaan dan 

bentuk gramatikal yang mewakilinya. (Kebanyakan contoh di bab ini 

berasal dari Fleming 1977.) 

Definisi relasi keadaan 

Proposisi keadaan terdiri dari dua bagian utama dan hubungan 

kedua bagian itu. Kedua bagian itu ialah topik dan sebutan. 'lbpik 

. yaitu benda atau atribut yang dibicarakan; sedangkan sebutan yaitu 

apa yang dikatakan tentang topik. Sejwnlah contoh diberikan dalam 

bagan 20,1. Perhatikan, konsep topik diberikan ~lam kolom pertama, 

konsep relasi di kolom kedua, dan konsep sebutan di koloin ketiga. 

RELASI DALAM PROPOSISI KEADAAN 225 

Bentuk. lahir dalam bahasa Indonesia yang mewakili proposisi dibe-

rikan di kolom keempat. 

TOPIK RELASI SEBUTAN BENTUK INDONESIA 

(PERAN KEADAAN) 

anjing penamaaD Fido Nama anjing itu Fido. 

Anjing itu dinamakan Fido. 

mobil itu kepemilikan Bays Mobil itu milik saya. 

mobil tempat garaei Mobil itu berada di garasi. 

merah klasifikasi warna Merah adalah sejenis 

wama. 

anjing klasutkasi binatang Anjing adalah sejenis 

binatang. 

meja itu bahan kayu Meja kayu itu ... 

Meja itu terbuat dari kayu. 

cabang bagian pohon Cabang adalah bagian 

pohon. 

Cabang pohon ... 

cerita pelukisan Bill Cerita itu tentang Bill. 

gambar pelukisan Mary Foto itu foto Mary. 

FotoMary. 

ltu foto Mary. 

direktur identifikasi MrJonee Direktumya Mr. Jones. 

M r. Jones adaiah direktur-

nya. 

Mr. Jones, direktur itu, ... 

buku pemerian kecil Buku itu kecil. 

Mary peran· kakak Bays Mary adaiah kakak saya. 

kekerabat&n 

Kakak saya, Mary, ... 

Bill peran 80sial dokter Bill adaiah seorang dokter. 

Bill bekerja sebagai dokter. 

tae ini perwadahan herae Tas ini berisi beras. 

bukti eksistensi ltu buktinya. 

Allah. eksistensi Allah .ada. 

cuaca suasana panae Panas sekali. 

(berubah- suasana gelap Gelap sekali. 

ubah me-

nurut 

konteke) 

(waktu) waktu siang Sudah siang. 

(waktu) waktu jamB Sudahjam8. 

Bagan 20.1 

226 

Hal penting yang harus diingat yaitu bahwa pengungkapan kernbali 

dari bentuk yang rnewakiIi proposisi keadaan akan membantu pener­

jemah rnenernukan padanan teIjemahan yang terbaik, karena cara ini 

akan rnembuat eksplisit relasi antara topik dan sebutan. Misalnya, 

contoh berikut ini mempunyai bentuk gramatikal yang sarna, artinya 

bentuk itu rnerupakan frase nomina posesif, tetapi masing-masing 

mengungkapkan relasi yang berbeda, dan mungkin tidak diungkapkan 

dengan frase nomina posesif dalam bahasa lain. 

anjing saya 

gambarsaya 

dokter saya 

anjing milik saya 

gambar yang rnelukiskan saya 

dokter yang merawat Bays 

kepemilikan 

pelukisan 

peran sosial 

Perhatikanjuga frase nomina berikut yang mengungkapkan kernbali 

beberapa contoh kaIimat di atas dan yang sebenamya mengandung 

proposisi keadaan: 

mejakayu 

dokter Bill 

karung beras 

pisau di atas meja 

rneja itu dibuat dari kayu 

dokter yang merawat Bill 

karung berisi beras 

pisau itu terletak di atas meja 

bahan 

peran sosial 

perwadahan 

tempat 

Dengan rnembuat eksplisit relasi yang diungkapkan oleh bahasa 

swnber, orang dapat lebih rnudah rnenemukan padanan idiornatis 

dalam bahasa sasaran. 

Aneka pengungkapkan proposisi keadaan 

Dalam proposisi keadaan, seperti halnya proposisi kejadian, setiap 

proposisinya dapat diungkapkan dengan beberapa cara dalarn bahasa 

yang sarna. Misalnya, perhatikan pelbagai cara berikut untuk meng­

ungkapkan kepemilikan: 

1. Rumah John 

2. John mempunyai rumah 

3. John memiliki rumah 

4. Rumah yang John miliki 

Proposisi yang sama, John memiliki rumah, juga diungkapkan 

dengan pelbagai cara dalam bahasa lain, tetapi tidak sepadan dengan 

bentuk bahas8 Indonesia> Perhatikan contoh berikut dari bahasa 

Aguaruna clan bahasa Gahuku: 

RELASI DALAM PROPOSISI KEADAAN 227 

BAHASAAGUARUNA 

1. jega Jua.ndau 

rumah John-(sufiks kepemilikan) 

2,Juanka 

John 

jee 

rumahnya 

3. jega Juagdau 

rumah John-(sufiks kepemilikan) 

nunu 

yang-itu 

awaii 

itu-adalah 

Bahasa Aguaruna mempunyai sufiks -dau yang mengungkapkan 

relasi kepemilikan, tetapi proposisi itu dapatjuga diungkapkan dengan 

£rase nomina posesif seperti dalam contoh kedua di atas. 

BAHASA GAHUKU 

1. Zoni nene numuni molo-noive 

John penanda-frase rumah meIetakkan-teIah-ia 

2. Zoni-ni numuni 

John-penanda-milik rumah 

3. numuni nene Joni-ni neve 

rumah penanda-frase John-penanda-milik adalah 

Tanggung jawab penerjemah yaitu mengenali topik, relasi, dan 

sebutan dalam teks sumber agar ia dapat mengerti maknanya dengan 

jeIas, dan kemudian menemukan cara terbaik untuk mengungkapkan 

makna itu dengan bentuk wajar bahasa sasaran. Terjemahan harfiah 

dari bentuk yang mewakili proposisi keadaan akan mengubah makna 

terjemahan itu. Berikut ini adalah cara mengungkapkan relasi per­

wadahan yang ditunjukkan oleh proposisi kendi itu berisi air. Topiknya 

yaitu KENDI, relasinya PERWADAHAN, dan sebutannya AIR. 

kendi air 

kendi yang berisi air 

kendi untuk air 

kendi dengan air di dalamnya 

kendi berisi air 

kendi mempunyai air di dalamnya 

Pemilihan bentuk di atas tergantung pada konteks penggunaan 

proposisi itu dalam hubungannya dengan proposisi lain, yaitu teks itu 

secara keseluruhan. Hal ini akan dibahas lebih Ianjut nanti, tetapi yang 

228 

penting yaitu melihat variasinya yang banyak. Ada variasi yang serupa 

tetapi tidak sama dalam bahasa-bahasa sasaran yang lain. 

Aneka fungsi penanda relasi gramatikal 

Seperti contoh di atas, relasi keadaan dapat diungkapkan dengan 

verba, preposisi, atau posisi kata yang bersebelahan. Bahasa mem­

punyai kata, sufiks, enklitik, verba, dan pelbagai cara lain untuk 

menandai relasi. U ntuk menggambarkan aneka fungsi penanda relasi 

ini, mari kita lihat beberapa preposisi bahasa Indonesia yang 

menyatakan relasi keadaan. 

Preposisi di mempunyai fungsi primer untuk tempat seperti dalam 

kalimat Ia di rumah. Akan tetapi, preposisi ini mempunyai fungsi 

sekunder untuk menyatakan waktu dalam kalimat Di malam hari 

angin bertiup kencang. Dalam kalimat pertama, di menandai tempat 

dalam proposisi keadaan, dan dalam kalimat kedua, menandai waktu 

dalam proposisi kejadian. Seperti unsur leksikal lain mempunyai 

makna sekunder, kata yangmempunyai makna relasi dapatjuga mem­

punyai makna atau fungsi sekunder. 

Walaupun penanda tempat di mempunyai fungsi sekunder untuk 

menyatakan waktu, dalam bahasa SpanyoI, penanda tempat en-Iah 

yang mempunyai fungsi sekunder ini. Perhatikan contoh berikut: 

Spanyol: Estci escribiendo a maquina en este momento. 

Sedang menulis dengan mesin dalam ini saat. 

Preposisi pada dapat juga mempunyai fungsi sekunder untuk tempat 

seperti dalam kalimatPada bank manaAnda menyimpan uang? Ben­

tuknya sama seperti yang digunakan dalam Pada hari minggu ia berada 

di rumah, tetapi dalam kalimat kedua ini, makna primermenunjukkan 

waktu dan bukan tempat. 

Penanda relasi gramatikal dapat juga digunakan secara figuratif. 

Misalnya, dalam bahasa Inggris, over mempunyai makna primer tem· 

pat 'langsung di atas,' seperti The airplane flew over the house ('Kapal 

terbang itu terbang di atas rumah'). Akan tetapi, over juga mempunyai 

makna figuratif lain yaitu "atasan" seperti dalam kalimat He has two 

people over him in office ('Di kantor, ada dua orang yang kedudukannya 

lebih tinggi dari dia'). 

Jadi, bukan hanya relasi yang diungkapkan dengan berbagai cara, 

tetapi juga bentuk yang menyatakan relasi ini dapat mempunyai 

beberapa makna yang berbeda dan makna figuratif. lni berarti tidak 

ada persesuaian harfiah an tara struktur semantis dan struktur 

gramatikal. Penyimpangannya berbeda untuk tiap bahasa, sehingga 

RELASI DALAM PROPOSISI KEADAAN 229 

terjemahan harfiah tidak dapat menyampaikan makna bahasa sumber 

secara memadai. 

Konsep kompleks dalam. proposisi keadaan 

Seperti halnya konsep dalam proposisi kejadian, konsep dalam 

proposisi keadaan bisa juga sangat sederhana atau kompleks. 'lbpik 

dapat belUpa konsep sederhana seperli ANJING, atau konsep kompleks 

sepertiANJING BESAR YANG BERADADI DALAM KANDANGdalam 

kalimatAnjing besar yang berada di dalam kandang itu bernama Fido. 

Dalam kalimat ini, BESAR menerangkan atau menggambarkan AN­

JING. Kemudian ANJING dibatasi oleh proposisi keadaan sematan 

(embedded state proposition) anjing itu berada di dalam kandang. 

Seperti halnya topik, sebutan bisa juga kompleks. Misalnya, dalam 

kalimat Kendi itu berisi air kotor yang berasal dari sungai,. topiknya 

yaitu KENDI yang melUpakan konsep sederhana, relasinya yaitu per­

wadahan, dan sebutannya yaitu konsep kompleks, AIR KOTOR YANG 

BERASAL DARI SUNGAI. Konsep intinya adalah AIR. Konsep pem­

hatas KOTOR melUpakan atribut yang menggambarkan AIR. Dan AIR 

lebih lanjut dibatasi oleh proposisi keadaan YANG BERASAL DARI 

SDNGA!. Jika disematkan proposisi pada suatu konsep, artinya 

proposisi itu merupakan bagian konsep itu, maka kita dapat 

menggunakan pronornina relatif yang, di mana dsb., dan tidak meng­

clangi konsep inti yang dirujuknya. Oleh karena itu, bentuk yang 

terdapat di sungai rnewakili proposisi AIR ITU BERASAL DARI SU­

NGAI. Penggunaan yang menunjukkan proposisi sematan yang 

topiknya merupakan konsep inti dari konsep kompleks tersebut. 

Kalimat berikut mencakup tiga proposisi keadaan: yang pertama 

proposisi induk, yang kedua sematan dalam topik, dan yang ketiga 

serna tan dalam sebutan: 

Orang yang memiliki mobil itu berada di rumah yang terbuat 

dari batao 

Ketiga proposisi itu yaitu: 

1. Orang itu berada di rumah. 

2. Orang itu memiliki mobil. 

3. Rumah itu terbuat dari bata. 

tempat 

kepemilikan 

bahan 

Proposisi kedua dan ketiga disematkan, artinya masing-masing 

membatasi topik dan sebutan. Oleh karena itu, ada konsep kompleks, 

yaitu yang belUpa topik ORANG YANG MEMILIKI MOBIL lTD, dan 

sebutan RUMAH YANG TERBUAT DARI BATA. Relasi antara topik 

230 

dan sebutan ialah tempat, dan proposisi dasarnya ialah ORANG ITU 

BERADA DI RUMAH. 

Pewatas ATRIBUTIF (attributive modifiers) dapat diartikan sebagai 

proposisi keadaan sematan. Misalnya, ORANG KAYA ITU dapat di­

anggap sebagai KAYA menerangkan ORANG, atau ORANG YANG KA­

YA. Dalam kedua-duanya, KAYA membatasi ORANG. Jika dipilih cara 

kedua, maka semua konsep kompleks mempunyai proposisi sematan. 

Teks untuk contoh 

Sekarang kita akan melihat sebuah teks bahasa Inggris yang 

sebagian besar terbentuk dari proposisi keadaan, dan melihat analisis 

struktur semantisnya, serta kemungkinan teIjemahannya ke dalam 

bahasa Indonesia. Kalimat-kalimat itu diberi nomor untuk memper­

mudah pembahasan, tetapijumlah proposisi itu tidak diharapkan sarna 

denganjumlah kalimat bahasa sumber atau kalimat teIjemahan. (Teks 

itu merupakan gambaran tentang burung hantu.) 

1. The owl is a large bird. 

(Artikel) burung-hantu adalah seekor besar burung. 

2. It is seen only at night. 

Ia terlihat hanya pada malam-hari. 

3. People hear them hoot but 

Orang-orang mendengar mereka-oby mengeluarkan-suara tetapi 

seldom see them. 

jarang melihat mereka-oby. 

4. They are ugly and plain in appearance 

Mereka adalah buruk dan sederhana dalam penampilan 

with big eyes, a curved beak, and speckled 

dengan besar mata, sebuah bengkok paruh, dan bintik-bintik 

feathers. 

buIu. 

5. They live in caves or in dense 

Mereka tinggal dalam gua atau dalam tebal 

woods, and eat rats, insects, and cockroaches. 

hutan, dan makan tikus-besar, serangga, dan kecoa. 

RELASI DALAM PROPOSISI KEADAAN 231 

Teks itu mencakup proposisi keadaan dan proposisi kejadian, tetapi 

dalam kalimat pertama, tidak ada kata yang mewakili kejadian. 

BURUNG HANTU dan BURUNG merupakan BENDA, dan BESAR 

merupakan ATRIBUT. Oleh karena BENDA dihubungkan dengan 

BENDA atau ATRIBUT, kita mendapatkan proposisi keadaan. Pro­

posisi pertama mengklasifikasikan BURUNG HANTU sebagai 

BURUNG. Proposisi kedua menunjukkan bahwa bukan semua burung 

yang dimaksudkan, tetapi hanya BURUNG yang BESAR. Artinya, kata 

BESAR menunjukkan jenis BURUNG, sehingga struktur semantis 

kalimat pertama teTfJri dari dua proposisi; yang satu disematkan dalam 

yang lainnya. 'lb~iknya yaitu BURUNG-HANTU, relasinya klasifikasi, 

sebutannya BlJRUNG, Burung hcmtu ialah sejenis burung. BURUNG 

dibatasi proposisi berikutnya YAN"G BESAR, Burung yang besar. 

Kalimat kedua dimulai dengan KEJADIAN, MELIHAT, tetapi tidak 

menunjukkan siapa yang melihat. Bagan 20.2 menyajikan daftar 

proposisi yang te~apat dalam teka itu. Jika proposisinya merupakan 

proposisi keadaan, ~lasinya diberikan di kolom sebelah kanan. 

Proposisi Relasi 

1. Burung hantu adalah sejenis burung 

yangbesar 

2. (Orang-orang) melihat burung hantu 

pada malam hari 

3. Orang-orang mendengar suara 

Burung hantu mengeluarkan suara 

Orang-orang jarang melihatnya 

4. Burung hantu tampil 

Burung hantu buruk. (tidak cantik) 

Burung hantu sederhana (lidak dihias) 

Matanya besar 

Paruhnya bengkok 

Bulu berbintik-bintik 

5. Burung hantu tinggal di gua 

Burung hantu tinggal di hutan 

Hutannya lebat 

Burung hantu makan tikus besar 

Burung hantu makan serangga 

Burung hantu makan kecoa 

Bagan 20.2 

klasifikasi 

pemerian 

waktu 

pemerian 

pemerian 

pemerian 

pemeriim. 

pemerian 

pemerian 

232 

Teks bahasa Inggris di atas dapat diteIjemahkan ke dalam bahasB 

Indonesia dengan sejumlah cara. Gaya teIjemahan untuk bacaan anak· 

anak berbeda dengan yang untuk majalah ilmiah. Informasinya samB 

tetapi bentuknya berbeda, karena pembacanya berbeda. Perhatikan 

kedua terjemahan berikut ke dalam bahasa Indonesia. Yang pertama 

dapat dipakai untuk orang yang baru dapat membaca, dan yang kedua 

untuk tingkat yang lebih atas. 

1. Burung hantu ialah sejenis burung besar. Orang-orang tidak 

melihat burung hantu di siang hari. Mereka melihatnya pada 

malam hari. Mereka juga mendengarnya mengeluarkan 

suara. 

Burung hantu adalah burung yang buruk dan sederhana. 

Tinggalnya di gua atau di hutan lebat. Burung hantu me­

makan tikus besar; serangga, dan. kecoa. Matanya besar dan 

paruhnya melengkung. Bulunya berbintik-bintik. 

2. Burung hantu adalah sejenis burung besar yang hanya terlihat 

pada malam hari. Orang-orang mendengarnya mengeluarkan 

suara tetapi jarang melihatnya. 

Burung hantu sangat buruk dan sederhana. Matanya besar; 

paruhnya bengkok, dan bulunya berbintik-bintik. Tinggalnya 

di gua atau di hutan lebat, dan makanannya adalah tikus 

besar; serangga, dan kecoa. 

LATllIAN - Relasi daIam Proposisi Keadaan 

A. Terjemahkanlah tiap proposisi teks tentang burung hantu itu ke 

dalam bahasa lain yang bukan bahasa Indonesia. Kemudian 

tulislah dalam bentuk gramatikal yang wajar dalam bahasa itu, 

pertama-tama dengan gaya bahasa yang dapat dinikmati anak­

anak kemudian dengan gaya bahasa yang sesuai untuk orang 

dewasa. 

B. Apakah hubungan keadaan yang menghubungkan kedua kata 

tercetak miring dari tiap kalimat atau frase berikut? 

Contoh:· cabang pohon mangga. 

cabang adalah bagian pohon 

1. Anjing adalah binatang. 

2. Palem adalah sejenis pohon. 

RELASI DALAM PROPOSISI KEADAAN 233 

3. John adalah kakak saya. 

4. John tinggi. 

5. Orang itu Jackson. 

6. Mobil ituputih. 

7. rumah bata 

8. segelas susu 

9. murid sang guru 

10. sekolah desa 

C. Ungkapkanlah proposisi di bawah ini ke dalam bahasa Indonesia 

dan bahasa lain dengan menggunakan topik, relasi, dan 

sebutan yang diberikan. 

Contoh: anak laki-Iaki .... tempat .... sekolah 

Anak lakFtak:i-ilu berada di sekolah. 

The boy is at school. 

1. kumbang .... klasifikasi.. . .insekta 

2. John .... kekerabatan .... kakak 

3. cuaca .... suasana .... cerah 

4. kendi .... tempat .... meja 

5. presiden .... identifikasi.. .. Bambang 

6. Samsu .... peran sosial.. .. profesor 

7. gelas .... perwadahan .... air 

8. foto .... pelukisan .... Maria 

9. gam bar .... kepe:milikan .... Tina 

10. anak. ... pemerian .... nakal 

D. Tulislah kembali teks berikut dalam bentuk proposisi, dan ter­

jemahkanlah ke dalam bahasa lain. 

Rumah putih di hutan itu kecil. Di depannya tumbuh sebatang 

pohon yang tinggi, dan sebuah pagar batu mengelilingi tong yang 

menampung air hujan dari atap rumah. Seorang wanita tua 

tinggal di sana dengan tiga ekor kucing besar yang berwarna 

putih. 

Bab21 

Penyimpangan antara Struktur Proposisi 

dan Struktur Klausa 

Dalam tiga bab terdahulu kita telah membahas struktur proposisi. 

Di situ contoh-contohnya berupa proposisi yang sarna dengan klausa 

gramatikal atau kalimat sederhana. Akan tetapi, dalam teks selalu ada 

sejumlah penyimpangan. Bab ini akan membahas beberapa penyim­

pangan umum antara proposisi dan klausa yang mewakilinya. 

Konstruksi pasif 

Dalam struktlrr semantis, semua proposisi kejadiannya adalah aktif 

dan pelakunya eksplisit, tetapi dalam struktur lahir, sering ada bentuk 

pasif. Pembedaan verba pasif dan aktif merupakan hal yang umum 

dalam banyak bahasa. Akan tetapi, fungsi konstruksi pasiftiap bahasa 

berbeda-beda. Dalam konstruksi pasif, verba klausanya berdiatesis 

pasif (passive voice);jadi bukan pelaku yang bertindak sebagai subyek, 

melainkan penderitanya. Perhatikan contoh berikut: 

Aktif: Seseorang mencuri mobil saya tadi malam. 

Pasif: Mobil saya dicuri tadi malam. 

Bahasa Indonesia mungkin lebih sering menggunakan bentuk pasif 

daripada bentuk aktif dalam melaporkan suatu kejadian. Kalimat di 

atas menggunakan bentuk pasif, karena fokusnya adalah mobil saya, 

dan pencurinya tidak diketahui, serta pelakunya tidak disebutkan. 

Akan tetapi, kedua kalimat di atas merupakan kalimat yang wajar. 

Proposisi John mencat rumah dapat diungkapkan dalam bentuk aktif 

atau bentuk pasif: 

Aktif: John mencat rumah. 

Pasif: Rumah dicat oleh John. 

PENYIMPANGAN 235 

Kedua kalimat di atas menyampaikan makna yang sarna. Secara 

gramatikal, yang pertama aktif dan yang kedua pasif. Jika bentuknya 

aktif, pelaku perbuatannya merupakan subyek kalimat. Jika kalimat­

nya pasif, penderitanya merupakan subyek. 

Bahasa Indonesia menggunakan bentuk pasif untuk memfokuskan 

penderita, hasil, pemeroleh, dIl., dan untuk mempertahankan topik 

yang sarna. Perhatikan paragraf 6erlkut yang kalimat ketiganya 

menggunakan bentuk pasif untuk mempertahankan topik John. 

John pergi ke kota. fa berbelanja sedikit dan bermaksud pulang 

ke rumah. Akan tetapi, tiba-tiba ia ditabrak mobil. 

Kita dapat menggunakan verba aktif dan mengatakan tetapi tiba­

tiba sebuah mobil menabraknya. Akan tetapi, dengan menggunakan IA 

sebagai subyek kalimat kedua dan ketiga, topik JOHN dapat diper­

tahankan dalam paragrafitu. 

Konstruksi pasif dalam bahasa lain mungkin mempunyai fungsi yang 

berbeda. Di Afrika Timur, dan beberapa negara di Asia, bentuk pasif di­

gunakan hanya jika pembicara mempunyai perasaan negatif tentang 

apa yang ia katakan, atau jika ia ingin memasukkan nilai yang tidak 

menyenangkan pada apa yang ia katakan (Filbeck 1972:332). Misalnya, 

dalam bahasa Thailand, bentuk pasif sering digunakan untuk menyam­

paikan makna ketidaksenangan. Dalam bahasa Thailand, kalimatAnak 

itu dikirim ke sekolah menunjukkan bahwa anak itu dipaksa untuk 

pergi, dan hal ini bertentangan dengan keinginan anak itu, atau sekolah 

merupakan pengalaman yang sangat tidak menyenangkan bagi anak 

itu. Begitu juga pengalaman yang tidak menyenangkan seperti mem­

bunuh, memukul, menyalahkan, menuduh Bering digunakan dalam 

ben tuk pasif. 

Dalam karangan yang ditulis dalam bahasa Ibrani, bentuk pasif di­

gunakan untuk menghindari nama Alla!J.. Hal ini disebabkan rasa hor­

mat dan kagum yang tinggi. Nama:- ~lah, dianggap terlalu suci untuk 

disebutkan begitu saja. Jadi jika dalam proposisi itu ALLAH' meru­

pakan pelaku, bentuknya menjadi pasif. Misalnya, proposisi Allah 

akan memaafkan mereka menjadi Mereka akan dimaafkan. --

Banyak bahasa yang bukan Indo-Eropa, misalnya kebanyakan ba­

hasa di Papua Nugini, tidak mempunyai konstruksi pasif. lni berarti 

bahwa dalam menerjemahkan konstruksi pasif ke dalam bahasa­

bahasa ini, penerjemah harus tahu pelaku perbuatan itu untuk mem­

berikan subyek yang tepat dalam teIjemahannya. MisaInya, untuk 

236 

menerjemahkan kalimat Yanto dibawa ke penjara, penerjemah harns 

tahu siapa yang membawa Yanto ke penjara. Mungkin terjemahan itu 

dapat berupa Mereka membawa Yanto ke penjara, atau lebih eksplisit 

lagi. Mungkin konteksnya akan menunjukkan apakah pelakunyapoli­

si, tentara atau orang lain. Penerjemah harus mengungkapkan infor­

masi yang implisit ini berdasarkan informasi dari konteks teks itu, atau 

dari situasi kehidupan nyata. Bahasa tertentu mungkin tidak mertg­

gunakan konstruksi pasif untuk membiarkan pelakunya implisit. 

Ada juga bahasa yang lebih banyak menggunakan bentuk pasif dari­

pada bentuk aktif, misalnya bahasa 1bjolabal, Meksiko. Jika semua 

verba aktif teks sumber diterjemahkan dengan verba aktif ke dalam 

bahasa 1bjolabal, terjemahan itu menjadi sangat tidak wajar, dan 

maknanya mungkin menyimpang. Dalam bahasa Indonesia kita me­

ngatakan Saya memotong ayam, tetapi dalam bahasa 1bjolabal bentuk 

yang lebih wajar adalahAyam saya mati karena saya. 

Dalam bahasa Aguaruna, Peru, bentuk pasif digunakan semata-mata 

dalam pengantar dan kesimpulan, dan tidak dalam isi teks itu. Perpin­

dahan ke bentuk pasifberarti bahwa penulis akan memberikan kalimat 

ringkasan. Dalam bahasa Nomatsiguenga, Peru (Wise 1968:5), peng­

gunaan bentuk pasifmenunjukkan bahwa pembicara merupakan peng­

amat yang tidak terlibat dalam perbuatan itu, artinya ia melaporkan 

cerita itu seperti apa yang didengarnya. 

Apa arti Bemus ini bagi penerjemah? Artinya, penerjemah harns 

tahu perbedaan antara konstruksi pasif dan aktif, tahu penggunaannya 

dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran, dan tidak menerjemahkan 

bentuk pasif secara harfiah dengan bentuk pasif, dan aktif dengan aktif. 

Dalam penerjemahan pasti diperlukan beberapa penyesuaian. Tujuan 

penerjemah ialah menggunakan bentuk bahasa sasaran yang wajar. 

Nomina abstrak 

Fungsi primer dari kelas gramatikal yang disebut nomina adalah 

untuk mewakili sesuatu yang diklasifikasikan secara semantis sebagai 

BENDA. Akan tetapi, tidak semua nomina mewakili BENDA. Seperti 

yang kita lihat sebelumnya, nomina tertentu dapat mewakili KE­

JADIAN atau ATRIBUT; nomina ini disebut nomina abstrak. Misal­

nya, Kepatuhan itu penting berarti bahwa (orang) patuh adalah penting. 

Pelakunya dibiarkan implisit jika digunakan nomina abstra1t 

kepatuhan. Nomina abstrak selalu mewakili penyimpangan struktur 

gramatikal dan struktur semantis. Dalam menganalisis teks sum~, 

sering penerjemah harus mengungkapkan kembali nomina abstrak itu 

dengan verba, adjektiva atau adverbia. Perhatikan contoh berikut yang 

nomina abstraknya diberikan dalam kolom pertama dan pengungkapan 


238 

Jika meneIjemahkan kitab Efesus ke dalam bahasa Zoque, Meksiko, 

nomina abstrak dalam kalimat berikut harus disesuaikan sebagai 

berikut (Wonderly 1953:14): 

Efesus 3:12 

Terjemahan 

Efesus1:16 

Terjemahan 

Kita mempunyai keberanian danjalan masuk ... 

Kita tidak takut untuk mas uk ... 

Dalam doa saya ... 

Bila saya berbicara kepada Allah ... 

Seseorang yang meneIjemahkan ke dalam bahasa Cuicateco, Mek­

siko, menemukan rna salah yang sarna seperti di atas. la harus meng­

gunakan verba untuk meneIjemahkan nomina abstrak yang mewakili 

KEJADIAN semantis. Masalah ini berlaku untuk banyak bahasa dan 

harus dipertimbangkan dengan cermat oleh peneIjemah. Seperti yang 

telah disebutkan sebelwnnya, gejala ini dapat berarti bahwa pener­

jemah harus menggunakan verba dan membuat pelaku dan penderi­

tanya menjadi eksplisit. Misalnya, kalimat Perintahnya sudah dilak­

sanakan dapat ditulis kembali dengan menggunakan sebuah verba, 

hanyajika informasi tentang orang yang memerintah dan yang diperin­

tah telah diketahui. Tanpa mengetahui konteks yang lebih luas, orang 

dapat mengartikan dengan beberapa kemungkinan: Perintah penang· 

kapan terhadap para penjudi telah dilaksanakan; Perintah atasan telah 

dilaksanakan; Kami telah melaksanakan perintah Bapak Menteri, dsb. 

Masih ada banyak lagi kemungkinan yang dapat kita pikirkan. lni 

membuktikan bahwa kita tidak mungkin meneIjemahkan nomina ab­

strak dengan klausa yang sepadan tanpa mengetahui siapa partisipan­

nya. Informasi ini dapat ditemukan dalam teks pada bagian yang men­

dahului atau yang mengikutinya, atau kadang-kadang dalam situasi 

kehidupan nyata. 

Konstruksi Genitif (kepunyaan) 

Beberapa bahasa Eropa mempunyai bentuk gramatikal yang disebut 

konstruksi genitif. Bentuk yang satu ini digunakan dalam gramatika 

untuk mengkodekan pelbagai struktur semantis. Dalam bahasa Ing­

gris, konstruksi genitif paling mudah dikenal melalui kata of ('dari') 

yang muncul di antara dua nomina. Misalnya, berikut ini adalah bebe­

rapa konstruksi genitif: the house of John, the wing of the bird, the 

destruction of the city, dan the branches of the tree. Frase posesif sering 

digunakan dengan cara yang sarna seperti konstruksi genitif, misalnya 

John's house, the bird's wing, the city's destruction, the tree's branches. 

PENYIMPANGAN 239 

Bahasa Indonesia mempunyai kata dari, tetapi untuk pengertian 

genitif, kata dari jarang digunakan, kecuali untuk konstruksi yang 

dapat menimbulkan ambiguitas. Frase bahasa Inggris the house of John 

atau John's house dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia 

dengan rumah John, dan bukan rumah dari John. Contoh lain yaitu 

sayap burung, penghancuran kota, cabang pohon, dll. Contoh perke­

cualiannya adalah Bapak dari Amat. Jika frase ini tidak menggunakan 

kata dari malmanya bisa berupa Pak Amat atau Ayah Amat (Dialek 

tertentu juga menggunakan Bapaknya Arnat untuk pengertian Ayah 

Amat.) 

Konstruksi genitif dapat menimbulkan masalah bagi penerjemah 

karena sebuah bentuk lahir dipakai untuk mewakili begitu banyak 

malma yang berbeda. Penerjemah harus menemukan makna yang ter­

sembunyi dalam konstruksi itu sebelum menerjemahkannya. Ada kon­

struksi genitif yang mewakili proposisi keadaan, ada yang mewakili 

proposisi kejadian, dan ada yang mewakili dua proposisi. Apabila da­

lam teks sumber terdapat konstruksi genitif, penerjemah harus ber­

tanya pada diri sendiri makna apa yang dimaksudkan. 

Pertama-tama, rnari kita lihat beberapa contoh konstruksi genitif 

yang mewakili proposisi keadaan. Dalarn kolorn pertama diberikan 

konstruksi genitif atau frase posesif, dan dalarn kolom kedua, peng­

ungkapan kernbali frase itu sebagai proposisi keadaan. 

1. rumah John 1. Rumah itu rnilik John. 

2. sayap burung 2. Sayap merupakan anggota 

3. kakak orang itu 

4. foto orang itu 

5. kebaikan Allah 

6. kekayaan kota 

7. secangkir air dingin 

8. buku matematika 

9. mahkota emas 

10. guru bahasa 

tubuh burung. 

3. Orang itu mempunyai kakak. 

4. Foto milik orang itu. 

Foto itu rnelukiskan orang itu. 

5. 'Allah _ itu baik. 

6. Kota itu kaya. 

7. Cangkir itu berisi air. 

8. Buku itu tentang rnaternatika 

9. Mahkota itu terbuat dari ernas. 

10. orang yang rnengajar bahasa 

Selain proposisi keadaan seperti contoh di atas, ada banyak konstruk­

si genitif yang digunakan untuk rnengkodekan proposisi kejadian. Di 

bawah ini konstruksi genitif diberikan dalam kolorn pertarna dan 

proposisi kejadian yang diwakilinya diberikan dalarn kolorn kedua. 

1. kemenangan pihak kami 1. Pihak kami menang. 

2. perceraian mereka 2. Mereka bercerai. 

3. pengharapannya 3. Ia berharap. 

240 

4. pemasangan AC. 4. (Seseorang) memasang AC. 

5. pembalasan kami 5. Kami membalas. 

6. pertumbuhananakiru 6. Anak itu tumbuh. 

Kadang-kadang kejadian itu hanya implisit. Perhatikan contoh 

berikut: 

1. hukum Musa 

2. zaman Plato 

3. kebijaksanaan Pemerintah 

4. lagu Petrus 

5. rumah saya 

1. hukum yang dirulis Musa 

2. zaman sewaktu Plato ma­

sih hidup 

3. Pemerintah yang bertindak 

bijaksana 

4. lagu yang ditulis Petrus 

lagu yang dinyanyikan Pet­

rus 

5. rumah yang saya beli 

rumah yang saya miliki 

rumah yang saya rumpangi 

Jika dua nomina abstrak terdapat dalam satu konstruksi genitif, 

struktur semantisnya sering terdiri dari dua proposisi. Perhatikan 

contoh berikut: 

1. penerimaan penghargaan 1. (seseorang) menerima (sesu­

atu) karena (seseorang) di­

hargai 

2. pengakuan dosa 

3. pemahaman pengajaran 

4. pengetahuan beragama 

5. perjanjian persahabatan 

2. (seseorang) mengakui bahwa 

(seseorang) berdosa 

3. (seseorang) memahami apa 

yang (seseorang) mengajar 

4. (seseorang) mengetahui bah­

wa (seseorang) beragama 

5. (seseorang) be1'janji bahwa 

(seseorang) bersahabat 

Jika digunakan frase nomina posesif, sering ada kejadian yang ter­

sirat yang mungkin harus dibuat eksplisit dalam teIjemahan. Per­

hatikan contoh berikut: 

1. sumur Yakub 

2. mesjid mereka 

3. pasien dokter 

1. sumur yang digali Yakub 

2. mesjid yang mereka bangun 

mesjid yang ada di daerah mereka 

mesjid tempat mereka bersembahyang 

3. pasien yang dirawat dokter itu 

PENYIMPANGAN 241 

Kadang-kadang konstruksi genitifbisa ambigu dan sulit ditafsirkan. 

Seperti yang disebutkan sebelumnya, kalimat bahasa Inggris the shoot­

ing of the hunters dapat berarti (seseorang) menembak pemburu itu atau 

pemburu itu menembak (sesuatu). Ambiguitas itu timbul karena, 

apabila konstruksi genitif digunakan untuk mengkodekan KEJADIAN, 

bagian tertentu dari proposisi kejadian harus dibiarkan implisit. 

Kadang-kadang pelakunya dibiarkan implisit, kadang-kadang 

penderitanya atau aktivitasnya. Bandingkan kalimat-kalimat berikut: 

1. penyelamatan Allah 

2. pelayan Allah 

3. anak Allah 

1. Allah menyelamatkan 

(umat man usia) 

2. (Seseorang) melayani ~lah 

3. anak yang (mematuhilmen­

cintailmemuja) Allah 

Perhatikan, dalam kalimat pertama, PENDERITAnya dibiarkan im­

plisit; yang kedua, PELAKUnya; dan yang ketiga, AKTMTASnya. Oleh 

karena itu konstruksi itu dapat mengakibatkan ambiguitas. Salah satu 

kesulitan yang dihadapi peneIjemah yaitu menentukan informasi mana 

yang implisit dan mengetahui kapan informasi itu harus eksplisit. 

Dalam teIjemahan, informasi tertentu kadang-kadang perlu dibiarkan 

implisit. 

Oleh karena satu konstruksi genitif dapat mewakili jangkauan 

makna yang luas dan berbeda-beda, peneIjemah harus cermat dalam 

menentukan makna teks sumber. Jika makna itu sudah diketahui, ma­

ka harus digunakan bentuk wajar bahasa sasaran. Perhatikan kalimat 

berikut yang mencakup konstruksi pasif, konstruksi genitif, konstruksi 

posesif, dan nomina abstrak. 

Perhatian pemimpin itu diungkapkan melalui hadiahnya kepada 

rakyatnya. 

Kata diungkapkan adalah pasif, dan PELAKU dari ungkap adalah 

pemimpin. Dalam bentuk aktif, kalimat itu akan berbunyi Pemimpin 

itu mengungkapkan perhatiannya. Frase perhatian pemimpin me­

rupakan konstruksi genitif, artinya Pemimpin itu menaruh perhatian 

kepada (rakyatnya). Frase posesif rakyatnya mewakili rakyat yang ia 

pimpin. Kata perhatian merupakan nomina abstrak, dan mewakili 

KEJADIAN. Kata pemimpin mewakili ORANG dan KEJADIAN, yaitu 

orang yang memimpin; dan hadiah mewakili BENDA. Kalimat itu 

ditulis kembali dalam bentuk proposisi-proposisi di bawah ini. Per­

hatikan, dalam menulis proposisi, Bemus konstruksi pasif, konstruksi 

genitif, Crase posesif, dan nomina abstraknya dihilangkan. Semua 

242 

bentuk ini hanya merupakan peranti gramatikal teks sumber, tetapi 

bukan bagian struktur semantis. 

(Beseorang) memimpin rakyat. 

Ia menaruh perhatian kepada rakyatnya. 

Ia mengungkapkan ini kepada rakyatnya. 

Ia memberikan (sesuatu) kepada rakyatnya. 

Perhatikan, semua partisipan dan kejadian dibuat eksplisit dalam 

penulisan kembali itu. Akan tetapi, jika penerjemah memasukkan in­

formasi ini ke dalam bahasa sasaran, infonnasi tertentu akan dibuat 

implisit lagi. Mungkin informasi yang implisit dalam bahasa sasaran 

tidak sama dengan yang ada dalam bahasa sumber. Misalnya, ter­

jemahan yang wajar dari contoh di atas ke dalam bahasa Aguaruna 

adalah sebagai berikut: 

(Artikel) besar -nya-pengikut-ke banyak barang-oby. ia- memberi, 

"Mereka-oby saya memprihatinkan-tentang, n seseorang-yang­

mengatakan-ia-menjadi. 

Kata besar digunakan untuk pemimpin. Perhatikan, bentuk re­

siprokal pemimpin digunakan untuk rakyat, yaitu pengikut. Kalimat 

itu dalam bentuk aktif. Dan alasannya, menunjukkan keprihatinannya, 

diterjemahkan dengan kutipan langsung dalam bahasa Aguaruna. Tiap 

bahasa mempunyai bentuk gramatikal yang khusus untuk menyam­

paikan makna terdekat dari teks sumber. 

LATIHAN - Penyimpangan antara 

Struktur Proposisi dan Stuktur Klausa 

A. Ubahlah kalimat berikut menjadi kalimat aktif, dan terjemahkan­

lah kalimat itu ke dalam bahasa lain. Apakah konstruksi aktif, 

pasif, ataukah kedua-duanya yang wajar untuk terjemahan itu? 

1. Petrus ditangkap. 

2. Burat itu ditulis Yakob dengan terburu-buru. 

3. Dilaporkan bahwa ia berada di rumah. 

4. Binga itu dibunuh. 

5. Dua nama diusulkan oleh panitia itu. 

6. Presiden dicintai karena kemurahan hatinya. 

B. Ubahlah tiap kalimat berikut menjadi kalimat pasif, dan ter­

jemahkanlah kalimat itu ke dalam bahasa lain. Apakah konstruk­

si aktif, pasif, ataukah kedua-duanya yang wajar untuk ter­

jemahan itu? 

PENYIMPANGAN 243 

1. Pak guru memanggil1bno. 

2. Setiap orang akan tne~ncimUjika kamu melakukan itu. 

3. Kami tidak membataai amu. 

4. Pemburu itu membun aeekor rusa. 

5. Poliai memaaukkan Anton ke penjara. 

6. Abaa menulia aurat kepadanya. 

c. Garis bawahilah nomina abstrak dalam kalimat-kalimat berikut, 

kemudian tulislah kembali tiap kalimat itu tanpa nomina 

abstrak. Seaudah itu, ubahlah aetiap konatruksi paaif ke dalam 

konstruksi aktif, dan terjemahkanlah ke dalam bahaaa lain. 

Apakah bentuk nomina ataukah bentuk verba yang Iebih wajar 

untuk mewakili kata-kata yang digarisbawahi itu. 

1. Kecantikannya menjadi perhatian setiap orang. 

2. Kematian menghantui mereka. 

3. Apakah kepercayaan Anda? 

4. Kehidupan dianggapnya sebagai sesuatu yang menakut-

kan. 

5. Mencuri merupakan godaan yang sangat besar. 

6. Pembersihan kota itu dilakukan secara gotong royong. 

7. Penghancuran kota itu sungguh mengerikan. 

8. Kami menyaksikan penghancuran kota itu. 

9. Kecepatan larinya mengagumkan setiap pengunjung. 

10. Kemarahannya membawa bencana bagi tetangganya. 

D. Tulislah kembali tiap frase berikut dalam bentuk proposiai dengan 

mengungkapkan konsepnya yang tersirat. 

1. sebuah kendi air 

2. pakaian dari buIu unta 

3. jam kerja 

4. orang Hongkong 

5. kesenian Yogyakarta 

6. perjanjian pembayaran 

7. penderitaan Peter 

8. kotaAbidjan 

9. kemenangan prajurit 

10. kebijaksanaan pemimpin 

E. Garis bawahilah setiap kata yang mewakili KEJADIAN, dan 

tulislah kembali informasi itu dalam bentuk proposisi. Sesudah 

itu, terjemahkanlah paragraf itu ke dalam bahasa lain. 

244 

Penderitaan di perkampungan pengungsi berakhir dengan 

kedatangan sumbangan makanan dari luar negeri. Panitia peng­

awas membagi penduduk perkampungan itu menjadi kelompok­

kelompok yang lebih kecil agar teroopat pembagian makanan dan 

pakaian yang adil untuk tiap keluarga. . 

F. Andaikan Anda menerjemahkan ke dalam suatu bahasa yang 

tidak mempunyai preposisi "dengan dan bentuk pasif, dan peran 

pelakunya harus seIaIu sama dengan subyek gramatikaInya. Su­

sunlah kembali kalimat berikut ke dalam bentuk bahasa itu, dan 

ungkapkanlah dengan jelas hubungannya. Mungkin ada Iebih 

dari satu proposisi yang dilibatkan. (Sebagian data dari Barnwell 

1980:176, dan sebagian Iagi dari penerjemah) 

1. Mereka membangun rumah dengan atap merah. 

2. Saya berjalan dengan adik saya. 

3. Ia makan dengan tangan. 

4. Ia naik gunung dengan ransel di punggungnya. 

5. Ia naik gunung dengan perut kosong. 

6. Ia naik gunung dengan satu baris anak-anak di 

belakangnya. 

7. Ia naik gunung dengan tanpa harapan untuk. mencapai 

puncak. 

8. Ia naik gunung dengan tali dan beliung. 

Bab22 

Penyimpangan antara Daya Ilokusi 

dan Bentuk Gramatikal 

Bagian akhir bab 18 telah membahas pentingnya daya ilokusi sebuah 

proposisi. Tiap proposisi dan tiap gugus proposisi dapat mengungkap­

kan perintah, pertanyaan, atau pernyataan. Jika tidak ada penyim­

pangan antara struktur semantis dan bentuk gramatikaI, daya ilokusi 

akan sama seperti modus gramatikal kalimat itu. Pertanyaan 

diungkapkan dengan kalimat tanya, pernyataan dengan kalimat per­

nyataan, dan perintah dengan kalimat perintah. Akan tetapi, bahasa 

dirumitkan dengan begitu banyak penyimpangan antara daya ilokusi 

dan bentuk gramatikal. 

Fungsi sekunder kalimat tanya 

Istilah pertanyaan retoris sering digunakan untuk menunjukkan 

bentuk gramatikal tanya yang dipakai tanpa disertai maksud untuk 

bertanya. Pembicara menggunakan bentuk gramatikal yang dalam pe­

makaian primernya merupakan pertanyaan, tetapi sebenarnya tujuan 

pembicara ialah untuk memerintah atau membuat pernyataan. Jika 

terdapat penyimpangan semacam ini, bentuk tanyanya disebut per­

tanyaan retoris. 

Tujuan pertanyaan sejati (real question) adalah untuk mendapat­

kan informasi. Misalnya, kita menanyakan 'Vi mana rumahmu?" atau 

"Jam berapa kamu pulang ke rumah?" Bentuk pertanyaan ini digu­

nakan untuk meminta informasi, jadi tidak ada penyimpangan. Per­

tanya~n sejati biasanya tidak menimbulkan masalah bagi penerjemah, 

karena penerjemah dapat rnenemukan bentuk yang sesuai untuk men­

dapatkan informasi yang sarna dalam bahasa sasaran. Dalam situasi 

246 

pengajaran, pertanyaan sejati juga digunakan untuk mengetahui 

apakah pelajar mengingat informasi yang telah diajarkan kepada 

mereka. 

Sebaliknya, pertanyaan retoris bukanlah pertanyaan sejati. Per­

tanyaan retoris merupakan bentuk pertanyaan yang tidak digunakan 

untuk mendapatkan informasi. Bentuk ini memang kelihatannya seper­

ti pertanyaan sejati, karena bentuknya sarna, tetapi maknanya bukan­

lah makna dari sebuah pertanyaan. Misalnya, pertanyaan Mary, kenapa 

tidak kamu cud piring itu? mempunyai bentuk pertanyaan, dan 

mungkin dalam beberapa konteks meminta infonnasi; artinya, mung­

kin pertanyaan itu digunakan dalam fungsi primernya. Akan tetapi, 

pertanyaan ini sering digunakan untuk membuat usul atau saran 

secara halus. Bentuk ini tidak sekeras bentuk perintah, Mary, cuci 

piring itu, tetapi tidak juga merupakan pertanyaan. Kalimat itu 

merupakan saran. Jawaban yang pantas bagi pertanyaan di atas ialah 

Baik atau Ya, tunggu sebentar, dsb. Jika kalimat itu merupakan per­

tanyaan sejati dengan kenapa untuk meminta informasi, jawabannya 

yaitu berupa alasan, misalnya, Saya lelah sekali. 

Dalam banyak bahasa, pemakaian sekunder untuk pertanyaan 

retoris mungkin harus diteIjemahkan dengan kalimat perintah atau 

bentuk khusus lainnya. Jika contoh di atas diteIjemahkan secara har­

fiah dengan kata kenapa ke dalam bahasa-bahasa Amerindian, kalimat 

itu akan menunjukkan pertanyaan sejati, atau jika diartikan sebagai 

pertanyaan retoria, akan menunjukkan kemarahan. 

Pertanyaan retoris juga digunakan dalam bahasa Indonesia untuk 

memperlihatkan kemarahan. Misalnya, seorang kakak yang melihat 

adiknya membuka pintu kamar tidur lebar-Iebar dan khawatir nyamuk 

akan masuk ke kamarnya mungkin memarahi adiknya dengan me­

ngatakan Kenapa pintu itu tidak ditutup? Atau seorang ibu yang marah 

kepada anaknya karena tidak melakukan kewajibannya di rumah 

mungkin menyuruh anak itu untuk membuang sampah. Sebelumnya 

si ibu sudah pernah menyuruh anak itu melakukannya, jadi anak itu 

tahu tugasnya. Akan tetapi, ibu itu juga ingin menyampaikan emosi 

yang dirasakannya dan sekaligus memerintah anak itu. Untuk itu ia 

tidak menggunakan bentuk perintah, tetapi pertanyaan Kapan akan 

kamu buang sampah itu? Oleh karena itu, ada penyimpangan antara 

daya ilokusi dan bentuk gramatikal. Daya ilokusi kalimat ini yaitu 

perintah, tetapi bentuk gramatikalnya berupa pertanyaan yang 

biasanya digunakan untuk membicarakan waktu. Jika diteIjemahkan 

secara harfiah ke dalam kebanyakan bahasa, kalimat itu akan diartikan 

sebagai pertanyaan sejati, dan tujuan pembicara untuk memerintah 

tidak akan mengenai sasarannya (Larson 1979:14-18). 

PENYIMPANGAN DAYA ILOKUSI 247 

Tidak semua bahasa menggunakan bentuk pertanyaan dengan fung­

si sekunder perintah. Pertama-tama penerjemah haros menganalisis 

pertanyaan sumber. Apakah pertanyaan itu merupakan pertanyaan 

sejati atau pertanyaan retoris? Jika itu merupakan pertanyaan sejati, 

terjemahan itu tidak akan sukar. Jika pertanyaan itu merupakan per­

tanyaan retoris, penerjemah haros menemukan maknanya dan daya 

ilokusi pembicara, dan kemudian memutuskan bagaimana tujuan yang 

sama ini dapat disampaikan dengan tepat. Misalnya, kalimat yang 

diberikan di atas, Kapan akan kamu buang sampah itu? tidak diter­

jemahkan ke dalam bahasa Aguaruna dengan pertanyaan kapan. Ben­

tuk yang lebih tepat yaitu: Dengan-cepat, dengan-cepat, mengapa­

kamu-seperli-itu? Dengan- cepat sampah kamu-buang-keluar! Bentuk 

ini sama sekali berbeda dengan bentuk bahasa Indonesia, tetapi infor­

masi dan makna emotif yang disampaikan adalah sama. 

Bahasa Yaweyuha, Papua Nugini, tidak menggunakan bentuk. 

kalimat tanya ataupun bentuk kalimat perintah, tetapi menggunakan 

pernyataan negatif untuk menyampaikan tujuan yang sarna dari pem­

bicara. Kamu tidak membuang sampah itu merupakan bentuk. yang 

paling tepat. Walaupun bentuk gramatikal itu merupakan kalimat per­

nyataan negatif, maknanya yaitu perintah, Buang sampah itu! Jika 

kalimat Kamu tidak membuang sampah itu diterjemahkan secara har­

fiah ke dalam bahasa lain, mungkin kalimat itu akan diartikan sebagai 

pernyataan dan bukan perintah. Oleh karena itu, dalam terjemahan 

diperlukan penyesuaian agar daya ilokusi perintah dan kekecewaan 

pembicara dapat disampaikan. 

Dalam mempersiapkan penerjemahan, ada baiknya penerjemah 

mempelajari terlebih dahulu fungsi pertanyaan retoris dalam bahasa 

sumber dan kemudian dalam bahasa sasaran. Fungsi itu haros dikenal, 

tetapi bentuk juga perlu dipusatkan, karena bentuk yang berbeda 

mungkin mempunyai fungsi sekunder yang berbeda. Misalnya, ada tiga 

pertanyaan yang berbeda dalam bahasa Indonesia yang dapat di­

gunakan dengan daya ilokusi dari perintah. Yang satu menunjukkan 

ketidaksabaran, yang lain untuk sikap sopan yang tidak mengeritik, 

dan yang ketiga bersifat kritik. Perhatikan kontras antara bentuk. dan 

makna berikut: 

1. Kapan kamu bam bisa datang? 1. Datanglah sekarang 

juga! 

2. Kenapa kamu tidak ikut? 2. Kamu bisa ikut saya 

(jika kamu mau)! 

3. Kenapa kamu ke sini? 3. Seharusnya kamu tidak 

usah ke Bini! 

248 

Perhatikan, kata kapan dan baru bisa menunjukkan ketidaksa­

baran, kata kenapa dan bentuk negatif merupakan saran yang tidak 

bersifat kritik, dan kenapa tanpa bentuk negatif merupakan kritikan. 

(Untuk contoh dalam bahasa Inggris, lihat Larson 1979:14-18.) 

Pertanyaan retoris mempunyai banyak fungai. Tiap bahasa mem­

punyai daftar fungsinya sendiri dan bentuk pertanyaan khusus yang 

dapat digunakan secara retoris. Pertanyaan retoris dapat berfungsi 

sebagai berikut: 

- menekankan fakta yang sudah diketahui untuk menyarn-

paikan saran atau perintah, 

- menunjukkan keragu-raguan atau ketidakpastian, 

- memperkenalkan topik baru atau aspek baru dari sebuah topik, 

- menunjukkan rasa heran atau kaget, 

- mengingatkan atau mendesak, 

- (yang paling umum) menyatakan evaluasi pembicara. 

Mi sal nya, seorang guru mungkin rnengatakan kepada rnuridnya, 

"Bagaimana saya dapat meluluskan kamu, jika kamu tidak pernah 

menyerahkan pekerjaan-rumahmu?" Bentuk kalimat tanya ini 

digunakan untuk. menekankan fakta yang sudah diketahui, "Saya 

tidak dapat meluluskan kamu, jika kamu tidak pernah menyerahkan 

pekerjaan rumahmu" Kalimat ini berupa kalimat tanya tetapi mak­

nanya rnerupakan pernyataan tentang fakta. Contoh lain yaitu, 

seseorangrnungkin mengatakan, UApayang dapat kita makan?" sebagai 

cara rnengungkapkan perhatian atau ketidakpastian tentang harga 

rnakanan yang rnahal. Maknanya adalah uSaya tidak tahu bagaimana 

saya bisa mendapatkan uang yang cukup untuk membeli barang yang 

kita perlukan: 

Dalam beberapa bahasa, misalnya bahasa Indonesia, untuk 

memperkenalkan topik baru atau mernulai pidato, sering digunakan 

bentuk kalirnat tanya. Pembicara itu mungkin rnengatakan, "Mengapa 

dewasa ini terdapat begitu banyak pengangguran?" dan kemudian, 

tanpa rnenunggu jawaban, ia mulai mernberitahukan pendengarnya 

tentang alasan terjadinya pengangguran. Bentuk kalirnat tanya ini 

sekedar rnerupakan cara memulai suatu topik yang sebenarnya berarti 

"Saya akan memberitahukan Anda mengapa ada begitu banyak peng­

angguran dewasa ini." 

Dalam bahasa Vagla, Afrika Barat, ada jenis cerita tertentu yang 

selalu dimulai dengan "Tahukah kamu bagaimana sampai hal ini ter­

jadi ... ?" Thpik itu diperkenalkan dengan sebuah pertanyaan. Jika ba­

hasa sasaran t:i.dak menggunakan pengenal topik, maka harus digu­

nakan bentuk yang berbeda tapi yang tepat dalam terjemahan. 

PENYIMPANGAN DAYA ILOKU81 249 

Bahasa Indonesia juga rnenggunakan kalimat retoris untuk memper­

lihatkan rasa beran atau kaget. Misalnya, tamu-tamu yang diundang 

untuk makan rnalam datang agak awal, dan nyonya rumah yang sed.ang 

rnempersiapkan makan rnalam rnelihat mereka datang, dan me­

ngatakan kepada dirinya sendiri "Oh, mereka sudah tiba? 8aya belum 

ganti baju." Ia tahu mereka sudah di situ, tetapi merasa kaget. Sebe­

narnya ia mengatakan "8aya kaget mereka ke sini begitu cepat. D 

Pertanyaan retoris juga digunakan untuk mengingatkan atau men­

desak. Misalnya, seorang ibu mungkin mengatakan kepada anaknya, 

"Kenapa kamu selalu mengganggu kakek?D Maksud sebenarnya adalah 

"8eharusnya kamu tidak mengganggu kakekmu." 

Sesudah penerjernah menentukan makna kalimat tanya dalam ba­

hasa sumber, ia juga harus memikirkan apakah bahasa sasaran juga 

rnenggunakan bentuk pertanyaan dalam konteks itu. Jika digunakan 

pertanyaan, apakah dapat disampaikan makna yang tepat. Kadang­

kadang pertanyaan retoris juga sesuai, tetapi bentuk pertanyaannya 

sangat berbed.a dengan bentuk yang digunakan dalarn bahasa sumber. 

Bentuk bahasa sumber tidak perlu sepadan dengan bentuk bahasa 

sasaran. Misalnya, pertanyaan dengan kenapa dalam bahasa Inggris 

sangat berbeda dengan bentuk pertanyaan dalam bahasa Gahuku, 

Papua Nugini (data dari Ellis Deibler). KalimatKenapa kamu meletak­

kan tanganmu yang berlumpur itu di atas mobil saya? akan diterjemah­

kan dengan Andaikan ini mobilmu, apakah kamu meletakkan ta­

nganmu yang berlumpur di atasnya? Penerjemah harus menggunakan 

bentuk wajar bahasa sasaran. Kadang-kadang kalimat tanya harus di­

terjemahkan dengan kalirnat pernyataan, atau dengan kalimat perin­

tah. 

Dalam bahasa Korku, India, ada tiga atau empat rangkaian per­

tanyaan sekaligus. Pertanyaan itu bersifat retoris dan merupakan ung­

kapan kemarahan atau kebingungan. Pertanyaan retoris itu juga di­

gunakan untuk membuat pernyataan; membangkitkan pikiran atau 

meminta perhatian; atau mengungkapkan sikap ingin tahu, keka­

gurnan, keragu-raguan, celaan, kemarahan, dan emosi lain Oihat Kirk­

patrick 1972:28-32). 

Penyimpangan bentuk dan makna Bering mengakibatkan salah 

pengertian, jika dalam tetjemahan tidak dibuat penyesuaian. Di Viet­

nam, seorang Inggris yang mempunyai kebiasaan minum teh di pagi 

hari hertanya kepada temannya orang Vietnam, "Would you like to drink 

tea?" ('Mau minum teh?') Temannya kelihatan bingung dan menjawab, 

"Tidak." Pertanyaan itu rnembuat orang Vietnam itu berpikir, "Mungkin 

ia tidak ingin saya minum teh." Bentuk yang sesuai dalam hahasa 

Vietnam ialah kalimat perintah "Ambil teh ini dan minumlahr Bentuk 

250 

perintah ini dimengerti secara tepat sebagai undangan ramah untuk 

rninum teh bersama, dan lebih dekat dengan struktur semantis, karena 

tujuan pembicara ialah memberi usul yang baik. Hal penting yaitujika 

seseorang meneIjemahkan sebuah cerita yang mengandung pertanyaan 

"Mau minum teh?" ke dalam bahasa Vietnam, ia tidak boleh meng­

gunakan bentuk kalimat tanya, tetapi harus menggunakan kalimat 

perintah yang tepat. Hanya dengan mengerti fungsi pertanyaan retoris 

dalam bahasa sumber dan dalam bahasa sa saran, peneIjemah dapat 

menghindari peneIjemahan har:6.ah dan penyampaian makna yang 

salah. 

Fungsi sekunder kalimat pernyataan 

Baru saja kita melihat bahwa dalam bahasa Yaweyuha, Papua Nu­

gini, kalimat pernyataan negatif digunakan untuk menyampaikan 

perintah. Kamu tidak mencuci piring itu digunakan untlik malma Cuci 

piring itu! yang merupakan perintah. Struktur gramatikal kalimat ini 

biasa digunakan untuk mengkodekan pemyataan, tetapi proposisi 

dalam struktur semantis merupakan perintah. PeneIjemah tidak boleh 

menganggap bahwa kalimat pemyataan harus diteIjemr.hkan dengan 

kalimat pemyataan. Pertama-tama ia harus yakin akan fungsi kalimat 

itu. Apakah kalimat itu berm alma pernyataan? Jika dernikian halnya, 

kalimat itu harus diteIjemahkan dengan kalimat pernyataan. Akan 

tetapi, jika kalimat itu digunakan dalam fungsi sekunder, seperti perin­

tah, maka diperlukan penyesuaian dalam terjemahan. Terjemahan har­

fiah dari Kamu tidak mencuci piring itu dalam bahasa Yaweyuha ke 

dalam kebanyakan bahasa akan memberikan makna yang salah, 

karen a kalimat pemyataan tidak lazim digunakan untuk menyam­

paikan malma perintah. 

Dalam bahasa Pijin, Kepulauan Solomon, sebuah pernyataan dapat 

digunakan sebagai pertanyaan. KalimatAting plande hos long kandere 

blong you secara harfiah berarti Saya rasa ada banyak kudn, di negara 

Anda, tetapi malmanya ialah Apakah ada banyak kuda di negara 

Anda? Di sini kalimat pemyataan digunakan untuk menyampaikan 

pertanyaan. 

Dalam bahasa Indonesia, Inggris, Cina, Jepang, dsb., kalimat pemya­

taan dapat digunakan untuk bertanya jika intonasi itu dibuat sede­

mikian rupa, misalnya, Kamu tidak tidur sama sekali? Dari tadi belum 

selesai juga? (PeneIjemah) 

Dalam bahasa Denya, Cameroon, modus indikatif lampau (kalimat 

pernyataan) merupakan modus umum untuk kejadian sebuah tuturan. 

(narrative). Fungsi ini merupakan fungsi primer biasa dari indikatif 

PENYIMPANGAN DAYA ILOKUSI 251 

lampau. Akan tetapi, modus indikatif lampau juga mempunyai fungsi 

sekunder, dalam arti modus itu juga digunakan untuk menunjukkan 

perintah jika perbuatan itu dilakukan sekali- sekali. Misalnya, orang 

ia-kirim-aampau) kamu tempat kamu-pergi-aampau) berarti JikaAnda 

diminta pergi untuk suatu keperluan, Anda harus pergi. Proposisi 

semantis Anda harus pergi dikodekan dengan bentuk gramatikal in­

dikatif lampau anda-pergi (lampau). Perhatikan juga contoh berikut: 

kamu-menerima-aampau) hari-libur kamu-datang-aampau) kamu­

melihat-(lampau) kami-oby berarti Jika kamu libur, datanglah dan 

kunjungilah kami. Bentuk bahasa Denya ini adalah bentuk indikatif 

(pernyataan) lamp au, tetapi fungsinya adalah perintah (Abangma 

1981:256-262). Sekali lagi, kenyataan ini merupakan contoh penyim­

pangan antara bentuk gramatikal dan daya ilokusi dari proposisi dalam 

struktur semantis. 

Fungsi sekunder kalimat perintah 

Kita telah melihat bahwa pertanyaan dan pernyataan gramatikal 

kadang-kadang digunakan dalam fungsi sekunder. Bentuk imperatif 

kelihatannya lebih terbatas dalam fungsi sekundernya, walaupun ada 

beberapa contoh kalimat perintah yang tidak bermakna perintah. 

Misalnya, jika kedua proposisi berikut diterjemahkan ke dalam 

bahasa Aguaruna, proposisi kedua harus menggunakan bentuk perin­

tah. 

1. Ia menggantungkan baju itu. 

2. Baju itu akan kering. 

Proposisi kedua merupakan alasan untuk yang pertama. Dalam 

bahasa Indonesia kita mengatakanIa menggantungkan baju itu supaya 

baju itu bisa kering. Kedua proposisi itu merupakan pernyataan, dan 

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kalimat pernyataan. 

Akan tetapi, dalam bahasa Aguaruna, dan dalam beberapa bahasa 

~erindian lainnya, proposisi kedua, yaitu alasannya, harus diter­

jemahkan dengankutipan langsung berbentuk kalimat perintah. Ben­

tuknya yaitu Ia menggantungkan baju itu, "Biarkan baju itu kering, " 

mengatakan. Bentuk gramatikal Aguaruna merupakan bentuk perin­

tah, tetapi proposisi yang dikodekannya merupakan pernyataan, yaitu 

alasan. 

Contoh ini bertujuan untuk memperingatkan penerjemah akan pe­

nyimpangan antara bentuk gramatikal dan daya ilokusi dari proposisi 

yang diwakilinya. Sewaktu menganalisis teks Bumber, penerjemah 

harus mencari penyimpangan yang mungkin ada - kalimat tanya yang 

252 

mewakili pernyataan atau perintah; kalimat pernyataan yang mewakili 

perintah atau pertanyaan; dan bentuk perintah yang mewakili per­

nyataaan. Sesudah menemukan maknanya, penerjemah harus menen­

tukan bentuk gramatikal dari bahasa sasaran yang dapat dengan tepat 

menyampaikan makna yang dimaksud. Bentuk itu mungkin sangat 

berbeda dengan yang digunakan dalam teks sumber. 

Peta berikut memperlihatkan kemungkinan penyimpangan daya 

ilokusi semantis dan bentuk gramatikal: 

DAYA ILOKUSI BENTUK GRAMATlKAL 

1. Pernyataan -----.:--7 a. Klausa atau kalimat per-~--- -

" -... -- /' nyataan 

..... -... .-- ./ 

..... .-- .-c.....-< 

- ..... ./ 2. Pertanyaan .... --..>< ;..,;;.. b. Klausa atau kalimat tanya 

.......... ............,.. .........--/' -----<. ~ 

/' - ....... "" 

. ./ -- --- --- ---" 3. Penntah k .... c. Klausa atau kalimat perin-

tah 

Garis mendatar menunjukkan hubungan yang tidak terdapat 

penyimpangan. Garis putus-putus menunjukkan kemungkinan 

penyimpangan antara daya ilokusi proposisi dan bentuk gramatikal 

dari klausa atau kalimat. 

Kalimat-kalimat berikut (Pike dan Pike 1977:49-50) diterjemahkan 

dari bahasa Inggris dan menggambarkan kesesuaian dan ketidak 

sesuaian dalam bahasa itu. Dalam tiap kasus, tanggapannya diberikan 

untuk membantu menjelaskan makna kalimat. 

1. a. Abe masuk ke kebun semangka saya kemarin ... Oh? 

(Bentuk pernyataan dengan daya pernyataan; umum) 

b. Tahukah Anda bahwa Andq, memasuki pekarangan 

orang ... Maaf, saya tidak tahu! 

(Bentuk pertanyaan dengan daya pernyataan) 

c. (Thruskan) ambil sebanyak mungkin yang Anda suka­

supaya Anda dapat mas uk penjara... Kami tidak akan 

melakukannya lagi! 

(Bentuk perintah dengan daya pernyataan) 

2. a. Maksudmu Abe memasuki kebun semangkamu? ... Betul! 

(Bentuk pertanyaan dengan daya pertanyaan; umum) 

b. ApakahAbe masuk ke kebun semangka? ... Tidak. 

(Bentuk pertanyaan dengan daya pertanyaan; umum) 

PENYIMPANGAN DAYA ILOKUSI 253 

c. Keluar dan kebun semangka saya sendiri! ... Ya. 

(Bentuk perintah dengan daya pertanyaan) 

3. a. Anda tidak punya urusan di sini! (artinya, Keluar!} ... Saya 

akanpergi. 

(Bentuk pertanyaan dengan daya perintah) 

b. Bagaimana sampai Anda ada di kebun semangka saya! 

(artinya, Keluar!) ... Saya akan pergi. 

(Bentuk pertanyaan dengan daya perintah) 

c. Keluar dari kebun semangka saya! ... Ya Pak, sekarang 

juga. 

(Bentuk perintah dengan daya perintah; umum) 

Pengingkaran (Negation) 

Pernyataan, pertanyaan, atau perintah dapat diingkar. Artinya, 

proposisi-proposisi itu dapat menjadi afirmatif (bersifat menegaskan) 

atau negatif (bersifat mengingkari). Bentuk afirmatif tidak bertanda, 

tetapi proposisi negatif harus ditandai. Bentuk negatif dapat meng­

ingkari seluruh proposisi atau hanya salah satu konsep dalam proposisi. 

Perhatikan contoh berikut. 

Tidak ada wanita yang datang ke rumah itu. 

Anak itu melahap makanan yang bukan daging. 

Orang-orang tidak pergi. 

Hanya dengan melihat proposisi dalam struktur semantis, bentuk 

negatif kelihatan sangat sederhana. Akan tetapi, tiap bahasa mena­

ngani bentuk negatif dengan pelbagai cara yang berbeda. Bentuk negatif 

dalam teks sumber tidak selalu diteIjemahkan dengan bentuk negatif 

dalam bahasa sasaran. Bahasa tertentu menggunakan bentuk negatif 

ganda yang harus diteIjemahkan ke dalam bahasa sasaran dengan 

kalimat afirmatif. Misalnya, kalimat Thnpa dia, kita tidak akan pernah 

dibebaskan, mungkin diteIjemahkan ke dalam bahasa lain dengan Kita 

dibebaskan karena bantuannya. Bentuk negatif ganda tanpa dan tidak 

membatalkan satu sarna lainnya sehingga maknanya menjadi afirmatif 

dan bukan negatif. Contoh lain ialah Ia tidak pernah berbicara tanpa 

menggunakan perumpamaan yang berarti Ia selalu menggunakan per­

umpamaan jika ia berbicara. 

Dalam bahasa Indonesia, kata kecuali biasanya muncul dalam 

kalimat negatif dalam kalimat. Kalimat ini mungkin harus diteIjemah­

kan "dengan pernyataan afirmatif dalam bahasa lain. Misalnya, kalimat 

254 . 

Kamu tidak boleh pergi kecuali diizinkan Bapak mungkin harus diter­

jemahkan dengan Kamu boleh pergi kalau Bapak mengizinkan. 

Penetjemah harus berhati-hati dalam menempatkan bentuk negatif 

agar makna yang disampaikan tidak berlawanan. Misalnyajika kalimat 

Ia tidak membeli mobil agar ia dapat menggunakannya untuk pergi be­

kerja, tetapi agar istrinya mempunyai mobil untuk dipakai ditetjemah­

kan secara harfiah ke dalam bahasa tertentu, akan berarli bahwa ia 

tidak membeli mobil. Akan tetapi, kenyataannya ia membelinya, jadi 

perlu digunakan bentuk yang sarna sekali berbeda, misalnya Jika ia 

membeli mobil, ia melakukannya agar istrinya mempunyai