Selasa, 14 Oktober 2025

Makna bahasa 5

 


merenggut dan mencabik-cabiknya. 

3. Bsu: Tidak kurang dari sepuluh orang datang tadi Malam. 

Bsa: Setidak-tidaknya sepuluh orang datang tadi Malam. 

4. Bsu: Maria meminjam buku dan Joni. 

Bsa: JoDi meminjamkan buku kepada Maria. 

5. Bsu: Setiap orang membicarakan apa yang sedang terjadi. 

Bsa: Setiap orang membicarakan pendaftaran masuk per-

guruan tinggi (dapat dimengerti dari konteks) 

6. Bsu: Ia melirik ke gurunya. 

Baa: Ia memandang sekilas ke gurunya. 

7. Bsu: Seseorang dalam divisi itu menggelapkan uang. 

Bsa: Seseorang dalam divisi itu makan uang. 

8. Bsu: Tangan bayi itu sakit. 

Bsa: Tangan bayi itu luka. 

9. Bsu: Anak itu duduk di kaki tangga. 

Bsa: Anak itu duduk di aook tangga terbawah. 

10. Bsu: Mereka harus menghadap sang pemimpin. 

Bsa: Mereka harus menemui sang pemimpin. 

B. Dalam tiap pasangan kalimat berikut, Bsu. diberikan secara har­

fiah, dan Bsa.merupakan terjemahan idiomatis. Terangkan 

PADANAN LEKSlKAL 167 

penyesuaian dalam teIjemahan itu. Tanda (-) menyatakan satu 

kata. 

1. Bsu: Satu orang kail-ikan melempar-ke-dalam matahari 

turun ia- pergi. 

Bsa: Suatu Malam seseorang pergi ke sungai untuk. 

memancing. 

2. Bsu: Bangkong menolak seaudah-melemparkannya-ke 

dalam-air ia- meninggalkannya. 

Baa: Ia melepaskan bangkong itu ke dalam air dan 

meninggalkannya 

3. Bsu: Ia melupakan-tentangnya rumah naik itu katak­

hijau aesudah-makan orang-yang-ingin-pergi-tidur 

bangkong-juga menjadi-orang tiba ia-naik-men­

dekatinya. 

Bsa: Ia melupakannya dan naik ke rumah. Sesudah 

makan katak hijau itu, ia mencoba untuk. tidur. 

Bangkong itu berubah menjadi manusia dan muncul 

jika orang itu mencoba untuk tidur. 

4. Bsu: Serigala dengan-cepat ikan mengambil-banyak 

datang ia- meletakkannya-di-bawah. 

Bsa: Serigala datang cepat-cepat dengan sejumlah ikan 

yang orang itu letakkan di lantai. 

c. TeIjemahkanlah ke empat goal di B di atas ke dalam bahasa lain 

yang Anda kuasai. 

D. Dalam tiap soal berikut, Bau. merupakan teIjemahan harfiah dari 

bahasa Denya, Cameroon, dan Bsa merupakan teIjemahan 

idiomatis. Terangkan tentang padanan leksikal yang nonhar­

fiah dalam Bsa. (Data Abangma:1981). 

1. Bsu: Kemiakinan, hal yang mereka-sebut itu kemiskinan, 

hal itu-jelek. 

Bsa: Kemiskinan itu jelek. 

2. Bau: Kamu-jika miskin, kamu adalah orang mata terbuka. 

Dalam mengumpulkan perkataan ia-meletakkan­

tidak kepala di sana. 

Bsa: Jika Anda miskin, Anda tidak berharga di mata orang­

orang. Dalam pertemuan, tidak ada yang memper­

hatikan apa yang Anda katakan. 

168 

3. Bsu: Kamu-jika miskin kamu-tahu tidak meletakkan 

anak-anak di sekolah. Pendidikan-di-sekolah itu­

memerlukan uang. 

Bsa: Jika Anda miskin, Anda tidak akan mampu menye­

kolahkan anak-anak Anda. Pendidikan di sekolah 

memerlukan biaya. 

4. Bsu: Itu-mempunyai hukum mereka-membuat kota itu­

beIjalan baik. 

Bsa: Peraturan itu membuat desa itu beIjalan baik. 

5. Bsu: Bahkan-jika kamu di-sana, bahkan-jika tidak di­

sana, dan kamu-jatuh hukum, mereka-makan kamu. 

Bsa: Terlepas dari apakah Anda anggota atau bukan, jika 

kebetulan Anda melanggar hukum, Anda akan diden­

da. 

E. TeIjemahkan soal di D di atas ke dalam bahasa lain yang Anda 

kuasai. Apakah bentuk teIjemahan lebih menyerupai bahasa 

Denya atau bahasa Indonesia? Apakah itu merupakan gaya 

bahasa yang wajar dalam bahasa sasaran? 

Bah 16 

Padanan Leksikal untuk Konsep 

yang Tidak Dikenal 

Mungkin salah satu masalah yang paling sulit bagi peneIjemah ialah 

cara menemukan padanan leksikal untuk. benda dan kejadian yang 

tidak dikenal dalam kebudayaan bahasa sasaran. Oleh karena itu, 

tidak ada kata atau frase dalam bahasa itu yang dapat dengan mudah 

digunakan dalam terjemahan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pe­

neIjemah harus mempertimbangkan tidak hanya kedua bahasa itu, te­

tapijuga kedua kebudayaan itu. Konsep dalam bahasa sumber mungkin 

tidak mempunyai padAn8 n leksikal dalam bahasa sasaran disebab­

kan perbedaan geografis, adat istiadat, kepercayaan, wawasan, dll. 

Jika konsep yang diteIjemahkan merujuk. ke sesuatu yang tidak 

dikenal dalam kebudayaan sasaran, maka tugas peneIjemah menjadi 

lebih berat. PeneIjemah tidak hanya harus mencari cara terbaik untuk. 

merujuk ke sesuatu yang sudah merupakan bagian dari pengalaman 

pembaca sasaran, tetapi juga harus mencari cara terbaik untuk meng­

ungkapkan konsep yang sama sekali baru kepada penutur bahasa 

sasaran. 

Ada tiga alternatif dasar yang dapat dipilih peneIjemah untuk. 

menemukan ungkapan sepadan dalam bahasa sasaran (Beekman dan, 

Callow 1974:191-211): 

1. kata generik dengan frase deskriptif 

2. kata asing * 

3. pengganti kebudayaan 

• Penulis asli menggunakan istilah loan word ('kata pinjaman') yang dikontraskan 

dengan borrowed word ('kata yang dipiDjam'). Kedua istilah ini bukanlah istilah yang 

umum, tetapi maksud kedua istilah itu secara berturut-turut yaitu kate uing dan kate 

piujaman. Lihat keterangan selanjutnya. 

170 

Tiap alternatif di atas mempunyai masalahnya tersendiri. Dalam tiap 

konteks, peneIjemah harns memikirkan ketiga kemungkinan ini untuk 

menentukan mana yang paling tepat untuk konsep tertentu. 

Dalamteks apa saja, ada kata tertentuyangmerupakan kata kunci. 

Jika kata kunci dari teks bahasa sumber tidak dikenal dalam bahasa 

sasaran, masalahnya lebih serius lagi. Hal tentang kata kunci akan 

dibahas dalam bab 17. 

Bentuk dan fungsi 

Oleh karena peneIjemah dihadapkan pada kata yang tidak mem­

punyai padanan dalam kosakata bahasa sasaran, tanggung jawabnya 

yang pertama yaitu mengerti benar makna kata itu dan penggunaannya 

dalam konteks. Ia harns bertanya pada dirinya sendiri, "Komponen 

makna mana yang terpenting dari kata ini? Apa yang akan disam­

paikan oleh penulis asli dalam konteks ini?" Kadang-kadang bentuk 

BENDAatau KEJADIAN lebih penting, tetapi bisajuga fungsinya yang 

lebih penting. Kadang-kadang juga makna kata itu sendiri tidak sepen­

ting efek yang ingin dicapai penulis. PeneIjemah harns menemukan 

cara mengungkapkan komponen makna yang penting dari kata dan fra­

se itu, yaitu, komponen makna yang menjadi fokus dalam konteks itu. 

BENDA dan KEJADIAN dapat dilihat dari segi bentuk atau fung­

sinya. Pembedaan ini sangat penting dalam meneari padanan lek· 

sikal Misalnya, pensil mempunyai bentuk panjang, runeing di satu 

ujung, biasanya dibuat dari kayu dengan grafit di tengah, dan mem­

punyai penghapus di ujung lain. Pena yang juga digunakan untuk 

menulls mempunyai fungsi yang sama, tetapi bentuknya berbeda. 

Begitu juga, dalam menggambarkan bentuk anjing, kita akan mem­

bicarakan ukuran, bentuk, warna, lokasi mata, telinga, dsb. Fungsi 

anjing dalam kebudayaan tertentu yaitu untuk berburu dan mengawal, 

tetapi dalam kebudayaan lain, mungkin sebagai teman. Bentuk 

merujuk ke aspek fisik BENDA atau KEJADIAN, sedangkan fungsi 

merujuk ke maksud, alasan, dan tujuan BENDA atau KEJADIAN itu. 

Dalam bab-bab sebelumnya telah dikatakan bahwa sebuah padanan 

dapat ditemukan melalui pengungkapan komponen makna kata itu 

dalam bentuk frase deskriptif. Misalnya, pulau dapat diteIjemahkan 

dengan tanah yang dikelilingi air. Dalam bahasa Inibaloi, Filipina, 

ungkapan wajar untuk pulau yaitu tempat kecil di laut. Salah satu 

kemungkinan untuk menemukan padanan bagi konsep yang tidak 

dikenal ini ialah dengan mengungkapkan komponen makna kata 

bahasa sumber. Sesudah itu digunakan kata generik dan modifikasi 

deskriptif. Misalnya, kata sauh tidak terdapat dalam kebanyakan 

PADANAN LEKSlKAL 171 

bahasa. Frase Mereka membongkar sauh dapat diteIjemahkan dengan 

Mereka mengangkat sauh besi yang berat yang digunakan untuk meng­

hentikan perahu. Atau jika binatang seperti serigala tidak dikenal 

dalam kebudayaan sasaran, dapat digunakan kata generik binatang, 

dan ditambah dengan modifikasi deskriptif galak atau liar dan mirip 

anjing. Akan tetapi, sebelum menggunakan jenis padanan ini, pener~ 

jemah hams mempelajari konteks dari teks untuk. melihat apakah 

bentuk. ataukah fungsi dari unsur leksikal yang menjadi fokUB. Modi­

fikasi dari kata generik dapat mencakup deskripsi bentuk, fungsi, atau 

kedua- duanya. 

Kadang-kadang perbandingan dapat digunakan untuk menyam­

paikan maIma secara memadai. Seperti yang telah disebutkan, bentuk 

mempunyai huhungan dengan ciri benda seperti ukuran, wujud, jum­

Iah, warna, rasa, suhu, zat, dan bahan, atau gerakan yang dapat dilihat 

dari suatu kejadian. Fungsi merujuk ke signifikansi BENDA atau 

KEJADIAN, yaitu alasan atau tujuannya, atau kadang-kadang peng­

gunaan BENDA. Tidak semua komponen kon!lep bahasa sumber pen­

ting dalam konteks itu, karenanya modifikasi deskriptif tidak perIu 

membuat eksplisit semua komponen itu; hanya komponen yang penting 

untuk bacaan itu saja yang dibuat eksplisit. 

Untuk. menemukan padanan leksikal yang baik, perlu diketahui. 

hubungan bentuk dan fungsi. (Kita tidak berbicara tentang bentuk 

linguistis seperti di bab 1, tetapi bentuk fisik.) Ada empat kemungkinan. 

Pertama, BENDAatau KEJADIAN dalam satu bahasa dan kebudayaan 

mungkin mempunyai bentuk dan fungsi yang sarna dalam bahasa lain. 

Misalnya, telinga dengan fungsi mendengar adalah sarna dalam semua 

budaya dan bahasa. 

Kedua, bentuk mungkin sarna tetapi fungsinya berbeda. Kata roti dan 

roti itu sendiri mungkin ditemukan dalam kedua kebudayaan, tetapi 

dalam kebudayaan yang satu, roti mungkin merupakan hidangan atau 

makanan utama, dan dalam kebudayaan lain, roti mungkin merupakan 

jam uan khusus dan hanya dihidangkan sebagai makanan pencuci 

mulut, atau sebagai makanan di pesta. Bentuknya sarna tetapi fung­

sinya berbeda. 

Kemungkinan ketiga ialah bahwa bentuk. yang sarna tidak terdapat 

dalam bahasa sasaran, tetapi ada BENDAatau KEJADIAN yang mem­

punyai fungsi yang sarna. Misalnya, dalam satu kebudayaan, roti 

mungkin merupakan "bahan pokok dalam kehidupan" atau makanan 

utama. Dalam kebudayaan lain, seperti kebanyakan kelompok bahasa 

di daerah hutan tropis, "bahan pokok dalam kehidupan" adalah 

singkong.Roti dan singkong mempunyai bentuk yang berbeda, tetapi 

fungsinya sarna dalam kedua kebudayaan itu. 

172 

Kemungkinan yang keempat ialah bahwa bentuk dan fungsi mung­

kin sama sekali tidak. ada hubungannya. Kata itu mungkin merujuk ke 

sesustu yang tidak terdapat dalam kebudayaan sasaran, dan dalam 

kebudayaan sasaran tidak ada unsur lain yang mempunyai fungsi yang 

sama seperti kata ini. Misalnya dalam hal tertentu, kata domba dalam 

teks dari Timur Tengah mempunyai fungsi sebagai kurban untuk dosa, 

tetapi dalam kelompok hutan tropis di Amazon, tidak ada binatang 

domba, dan tidak ada juga binatang untuk kurban dosa yang sebanding. 

Baik bentuk. maupun fungsi tidak ada yang sepadan, karena itu dalam 

teI:iemahan harus dipakai frase deskriptifuntuk bentuk dan fungsi. 

Sejauh ini semus contoh berhubungan dengan BENDA dalam baha­

sa sumber, tetapi sebenarnya hubungan bentuk dan fungsijuga berlaku 

untuk KEJADIAN. Misalnya, kata berlan dalam makna primemya 

mempunyai bentuk dan fungsi yang sama dalam semus bahasa. Ben­

tuknya yaitu memindahkan din dan satu tempat ke tempat lain dengan 

gerakan kaki yang cepatj dan fungsinya yaitu berpindah dari satu 

tempat ke tempat lain dengan terburu- buru. Dalam hal ini bentuk. dan 

fungsinya sama dalam semus bahasa. 

Dalam kebudayaan orang Yahudi, perbuatan memukul dada mem­

punyai fungsi penyesalan atau pertobatan, tetapi dalam kebudayaan 

lain, seperti kebudayaan orang Otomf, 'Meksiko, bentuk yang sama ini 

mempunyai fungsi memperlihatkan kemarahan. Bentuknya sama, 

fungsinya berbeda. 

Orang Korku, India, mempunyai kata yang berarti berhati-hati 

menanam gandum baris demi baris; sedangkan bahasa-bahasa lain 

mungkin mempunyai kata yang berarti menabur gandum di atas sa­

wah. Dalam kedus bahasa itu, fungsinya satria, yaitumenanamgandum 

sehingga gandum akan berkembang biak, tetapi bentuknya berbeda, 

yaitu cara penanamannya. 

Akan tetapi, kadang-kadang ada perbuatan yang tidak terdapat da­

lam kebudayaan lain, dan tidak ada juga perbuatan lain dengan fung­

sinya yang sama. Misalnya dalam kebudayaan tertentu, ada 

KEJADIAN mentato (mencacah kulit) muka orang pada umur tertentu 

dan fungsinya adalah untuk menunjukkan bahwa orang itu sekarang 

sudah menjadi dewasa. Akan tetapi, mungkin dalam kebudayaan lain 

tidak ada kebiasaan mentato, dan tidak ada kata untuk itu, serta tidak 

ada kejadian tertentu yang menunjukkan bahwa seseorang sudah men­

jadi dewasa. Dalam hal ini, baik bentuk maupun fungsi perbuatan 

mentato itu tidak ada padanannya. 

Fungsi BENDAatau KEJADIANbiasanya unikjika ditinjau dari segi 

budaya, karenanya tidak dikenal oleh bangsa-bangea lain. Jika bentuk. 

PADANAN LEKSlKAL 173 

itu dipertahankan tanpa dijelaskan fungsinya, aun dihasilkan malma 

yang salah. Jika tidak ada bentuk dan fungsi yang sepadan, maka da­

iam terjemahan diperlukan penyesuaian. Untuk menghindari malma 

yang salah, nihil, atau tidak jeIas, penetjemah harus ingat dua prinsip 

berikut: 

1. bentuk yang dirujuk suatu kata dapat digantikan, 

dihilangkan, diuraikan, atau disesuaikan; dan 

2. fungsi yang dirujuk sebuah kata dapa~ dibuat eksplisit. 

Implikasi untuk prinsip-prinsip ini akan dibahas secara rinci di 

bawah ini. 

Padanan dengan memodifikasi kata generik 

Thlah disebutkan sebelumnya bahwa penetjemah mungkin perlu 

menggunakan kata generik dan mengungkapkan komponen-komponen 

lain dengan jelas, yaitu dengan membuat parafraee. Jika kata dalam 

bahasa eumber tidak terdapat dalam bahasa easaran, peneJjemah perlu 

menganalisis kata itu untuk mEmemukan komponen generik, komponen 

kontrastif, dan fungsi kata itu dalam konteksnya. Kemudian dari ana­

lisis ini dapat ditemukan padanan yang tepat dalam bahaea easaran. 

Jika kata generik digunakan sebagai padanan uneur leksikaI, dan 

kemudian dimodifikasi untuk menyampaikan malma yang tepat, ada 

empat modifikasi yang mungkin dapat dilakukan, yaitu dengan: 

1. membuat ekeplisit bentuknya, 

2. membuat eksplisit fungsinya, 

3. membuat eksplisit bentuk dan fungsinya, atau 

4. memodifikasi dengan perbandingan ke BENDA atau 

KEJADIAN yang terdapat dalam bahasa sasaran. 

Penggunaan kata generik sangat berguna sebagai dasar untuk men­

dapatkan padanan yang tepat. Kadang-kadang kata generik itu sendiri 

dapat mencukupi jika fokusnya tidak pada komponen makna lain atau 

pada fungsi. Akan tetapi, sering kali banyak yang harus ditambahkan 

untuk meI\ielaskan bentuk dan fungsi atau kedua-duanya. Perhatikan 

contoh berikut yang digunakan untuk menetjemahkan kata yang tidak 

mempunyai padanan dalam bahasa kedua (Beekman dan Callow 

1974:194-198): 

DIMODIFlKASI DENGAN CIRI BENTUK 

(lwta generik dalam hurufmiring): 

harta benda banyak benda berharga (Mazahua, Meksiko) 

174 

laut 

anggur 

anggur 

tepung 

dupa 

air datar (Wantoat, Papua Nugini) 

minuman anggur beragi (Hopi, A.S.) 

minuman keras (Trique, Meksiko) 

gandum kering yang digiling (Sierra Otomi, 

Meksiko) 

sesuatu yang mengeluarkan asap dan. berbau 

harum (Ifugao, Filipina) 

DIMODIFIKASI DENGAN PERNYATAAN FUNGSI 

(kata generik dalam hurufmiring): 

sinagoga 

kapal 

jangkar 

kemudi 

rumah, tempat mereka belajar ajaran Allan 

(Wantoat, Papua Nugini) 

sesuatu yang dengannya kita dapat berjalan di 

atas air (Chiehimeca Pame, Meksiko) 

benda yang membuat perahu tidak 

bergerak (Chol, Meksiko) 

papan untuk dikemudikan (Teteleingo Aztec, 

Meksiko) 

Kadang-kadang satu-satunya cara untuk menyampaikan dengan 

tepat makna kata teks sumber ialah dengan memodifikasi kata generik 

dengan bentuk dan fungsinya. Untuk itu mungkin diperlukan gam­

baran tentang penampilan atau perbuatan, dan juga tujuannya, tetapi 

tergantung pada konteks kata itu dalam teks sumber apakah keduanya 

akan diperlukan. Berikut ini adalah eontoh bentuk dan fungsi yang 

dibuat eksplisit sebagai modifikasi kata generik. Kata generiknya 

dalam hurufmiring. 

DIMODIFIKASI DENGAN BENTUK DAN FUNGSI: 

ani-ani 

bemo 

pengundian 

jangkar 

pisau keeil untuk memotong padi, gandum 

(Inggris) 

kendaraan bermotor dengan tiga roda (lnggris) 

ada benda bulat keeil yang mereka mainkan 

yang dapat membuat jelas siapa yang menang 

(Lalana Chinantee, Meksiko) 

besi yang dilekatkan ke tali supaya besi itu 

akan menyangkut kotoran sehingga perahu 

tidak dapat bergerak (Tetelcingo Aztec, Mek­

siko) 

Cara ke empat untuk memodifikasi kata generik yaitu dengan 

menggunakan perbandingan. Bentuk dan fungsi tidak dibuat eksplisit, 

PADANAN LEKSlKAL 175 

melainkan dibandingkan dengan sesuatu yang telah dikenal baik dalam 

kebudayaan sasaran dan yang mempunyai unsur Ieksikal. Perhatikan 

contoh di bawah ini: 

DIMODIFIKASI DENGAN PERBANDINGAN: 

kemudi 

serigala 

benda seperti dayung (Sierra Otomi"Meksiko) 

binatang seperti anjing galak (Aguaruna, 

Peru) 

Dari keempat kemungkinan di atas, pemilihannya tergantung pada 

bagaimana kata bahasa sumber dipakai dalam teks itu. orang perlu 

menanyakan pentingnya kata itu dalam dokumen bahasa sumber. 

Unsur Ieksikal yang menjadi fokus dalam pengertian paragraf atau 

bagian teks perlu dimodifikasi Iebih rinci daripada unsur leksikal yang 

kurang penting untuk tema utama. Jika bentuk unsur itu penting untuk 

teks, maka bentuknya harus dimasukkan, tetapi jika fungsinya yang 

merupakan kunci teks itu, peneIjemah harus memasukkan fungsinya 

dalam modifikasi itu. 

PeneIjemah perlu meneliti bagaimana kata dalam bahasa sumber itu 

digunakan, agar ia dapat memutuskan penyesuaian mana yang harns 

dibuatnya. Beberapa aturan yang harus diingat yaitu: 

1. pusatkan pada komponen makna yang paling penting yang 

dimiliki kata itu dalam konteks dan pastikan bahwa kom­

ponen makna itu yang dikomunikasikan, dan 

2. pastikan bahwa komponen makna yang penting untuk kon­

teks tidak hilang. 

Satu hallagi yang harns diperhatikan yaitu bahwa modifikasi tidak 

boleh terIaIu panjang dan rumit sehingga kalimat itu menjadi susah 

dimengerti dan perhatian pembaca dialihkan dari tema utama bacaan. 

Pertanyaan pertama yang harus dijawab yaitu, "Apakah bentuk, atau 

fungsi, atau kedua-duanya yang menjadi fokus dalam bacaan itu?" 

Masukkan hanya yang diperlukan. Misalnya, dalam suatu konteks, 

jangkar mungkin tidak terlalu penting, tetapi yang penting yaitu 

kenyataan bahwa benda itu menahan kapal. PeneIjemah tidak perlu 

merumitkan teIjemahannya dengan uraian yang panjang tentang ben­

tuk itu. Akan tetapi, dalam teks lain, bentuk jangkar mungkin penting 

karena kata itu memegang peranan penting tentang apa yang teIjadi. 

Penerjemah harns dapat memutuskan tentang jumlah komponen yang 

harus dimasukkan. Modifikasi yang rumit dapat menjadikan teks 

bahasa sasaran sulit untuk dibaca, padahal sebenarnya tujuan i 

176 

modifikasi yaitu untuk membantu pengertian pembaca bahasa sasaran, 

tidak untuk menyulitkan pengertian mereka. 

Padanan dengan memodifikasi kata asing 

Kata asing merujuk ke kata yang berasal dari bahasa lain dan tidak 

dikenal oleh kebanyakan pemitu.r bahasa sasaran. Kata asing sering 

digunakan untuk nama orang, tempat, daerah geografis, dll. Kata ini 

sering harus ditambah dengan satu penggolong (classifier) supaya jelas 

apakah kata itu merupakan nama orang, kota, negara, sungai. John 

dapat diterjemahkan dengan orang yang bernama John. Sesudah 

digunakan penggolong ini, seterusnya nama itu dapat digunakan tanpa 

penggolong lagi. Di sam ping cara ini, ada cara lain untuk menggunakan 

kata aaing dalam terjemahan. Kata ini dapat dimodifikasi dengan cara 

yang sama seperti yang disebutkan di atas untuk kata generik, yaitu 

dengan modifikasi yang mengkhususkan bentuk atau fungsi, atau 

keduanya. Perhatikan contoh berikut (kata tercetak miring merupakan 

kata asing): 

DIMODIFlKASI DENGAN PENGGOLONG: 

melpati 

/Paskah 

Amazon 

singa 

Lewi 

burung yang disebut merpati (Wantoat, Papua 

Nugioi) 

perayaan yang disebutPaskah(Sierra Zapotec, 

Meksiko) 

sungai yang disebutAmazon (Aguaruna, Peru) 

binatang yang disebut singa (Aguaruna, ~eru) 

Orang Yahudi dari kelompok yang dinamakan 

Lewi (Aguaruna, Peru) 

DIMODIFlKASI DENGAN PEMERIAN BENTUK, FUNGSI, ATAU 

KEDUANYA: 

imam 

jangkar 

Setan 

kemenyan 

imam, orang yang berhubungan dengan 

sesuatu yang diberikan kepada Allah (Kali­

nga, Filipina) 

besi yang disebut jangkar yang diikat dengan 

tali sehingga perahu tidak dapat pergi lebih 

jauh (Teutila Cuicatec, Meksiko) 

Setan, pemimpin roh jahat (Sambal, Filipina) 

minyak yang mahal dan harum yang di­

sebut kemenyan (Aguaruna, Peru) 

PADANAN LEKSlKAL 177 

Walaupun penggunaan kata asing kadang-kadang dapat merupakan 

jaJan keluar terbaik dalam menemukan padanan leksikal, ada juga 

risiko yang harus diperhatikan penerjemah. Kata asing adalah kata 

dari bahasa lain. Ada dua macam kata dari bahasa lain, yaitu kata 

pinjaman yang telah diserap ke dalam bahasa sasaran sebehlID proses 

penerjemahan, dan kata asing yang sama sekali baru untuk penutur 

bahasa sasaran. 

Bahasa terus menerus meminjam kata dari bahasa lain. Banyak di 

antaranya benar-benar menjadi bagian dari bahasa itu sehingga pem­

bicara tidak menganggapnya asing lagi. Bahasa Indonesia mempunyai 

sejumlah kata yang dipinjam dari bahasa Belanda, Spanyol, Inggris, 

Prancis, Cina, Arab, dsb. Misalnya, meja dipinjam dari bahasa Spanyol, 

tahu dari bahasa Cina. Kata-kata ini dulu dipinjam dan sekarang men­

jadi bagian bahasa Indonesia. Kata pinjaman dikenal oleh kebanyakan 

penutiir bahasa" bahkanjuga oleh orang yang tidak tahu bahasa lain. 

Kata-kata ini dapat digunakan persis seperti unsur leksikal lainnya 

dalam bahasa itu. 

Namun,-kata asing bukan merupakan bagian leksikon bahasa 

saearan. Kata-kata ini merupakan kata-kata dari bahasa lain yang 

tidak ada artinya bagi penutur bahasa sasaran, kecuali jika mereka 

pernah mempelajari bentuk bahasa asal itu. Kata asing tidak akan 

bermakna, kecualijika kata itu dimodifikasi untuk memberikan makna 

pada konteks itu, dan dengan demikian pada kata itu juga., KaUl 

Chiriaco tidak bermakna untuk penutlir bahasa lainkecuali penutur' 

bahasaAguaruna. Kata ini dapat dipakai sebagai kata asing dalam 

bahasa lain jika ditambahkan penggolong, yaitu sungai yang disebut 

Chiriaco. Setelah ditambahi penggolong, kata asing menjadi bermakna; 

kata itu mempunyai komponen generik sungai. Begitujuga orang yang 

menerjemahkan legenda Aguaruna ke dalam bahasa Indonesia akan 

tahu bahwa kata ajutap tidak mempunyai padanannya dalam bahasa 

Indonesia. Penerjerilah dapat mempertahankan kata itu sebagai kata 

asing dengan menggunakan frase seperti ajutap, tenaga yang diterima 

melalui visi (penampakan). Sesudah kata aeing dikenalkan dengan 

rrase modifikaei, rujukan selanjutnya ke ajutap dapat menggunakan 

kata asing itu saja. Jika digunakan kata asing, konteks untuk tiap 

kemunculannya harus berisi informasi secukupnya, sehingga makna 

kata bahasa sumber tidak hilang atau menyimpang. 

Padanan dengan pengganti kebudayaan 

Ada unsur leksikal tertentu yang tidak dapat diterjemahkan dengan 

kata generik maupun kata asing dengan modifikasi. Oleh karena itu, 

178 

unsur Ieksikal tersebut harns diteIjemahkan dengan kata yang tidak 

persis sarna tetapi terdapat dalam bahasa sasaran. Rujukan ke dunia 

nyata dari kebudayaan sasaran digantikan dengan rujukan yang tidak 

dikenal dalam kebudayaan sumber. Apabila bentuknya bukan 

merupakan fokus, cara ini baik sekali untuk fungsi dari dua rujukan 

yang sarna, misalnya, penggantian macan tutul dengan harimau: Atau 

KEJADIAN menguburkan mungkin diteIjemahkan kata yang berarti 

meletakkan di dalam kubur, karena fungsinya sarna - mengebumikan 

mayat. 

Walaupun pengganti kebudayaan kadang-kadang merupakan alter­

natif terbaik untuk situasi tertentu, ada beberapa hal yang herus 

diingat peneIjemah. Jika yang diteIjemahkan adalah kejadian historis, 

atau naratif sebuah kejadian sebenarnya, rujukan ke BENDA atau 

KEJADIAN spesifik adalah penting untuk teIjemahan yang tepat. 

Memperkenalkan BENDA dan KEJADIAN yang berbeda akan 

melanggar prinsip dasar peneIjemahan, yaitu prinsip untuk tepat de­

ngan kenyataan historis dan kenyataan masa kini. PeneIjemah tidak 

boleh mengubah kenyataan yang dilaporkan. Jika cerita itu mengenai 

seseorang yang sedang makan pisang, tidaklah tepat untuk me­

ngatakan ia sedang makan jeruk. Akan jauh Iebih baik untuk me­

ngatakan bahwa ia sedang makan buah-buahan yang disebut pisang, 

yaitu dengan kata asing dan modifikasi lain, jika itu penting untuk isi 

cerita. 

Penggunaan pengganti kebudayaan dalam dokumen historis 

mungkin dapat berakibat anakronistis, yaitu memperkenalkan 

sesuatu yang belum ada pada waktu atau tempat yang dirujuk delam 

teks sumber. Misalnya, meneIjemahkan dokumen yang ditulis beberapa 

ratus tahun yang lalu dengan kata seperti radio atau kapal terbang akan 

sangat anakronistis. PeneIjemah harus berpijak pada kenyataan 

naratif. Oleh karena itu, beberapa jalan keluar lain yang disebutkan di 

atas akan Iebih baik untuk padanan unsur leksikal jenis ini. Beberapa 

padanan anakronistis mungkin perlu digunakan, tetapi ada yang Iebih 

sulit daripada yang lainnya. Penggunaan padanan ukuran seperti 

kilometer, dolar, dan kilogram tidak seserius penggunaan nama obyek, 

seperti mobil digantikan dengan keretakuda. 

Namun, ada beberapa teks yang Iebih didaktis (bersifat mendidik) 

atau ditulis untuk menciptakan efek tertentu, dan bukan Wltuk meng­

hubungkan fakta. Dalam teks ini, pengganti kebudayaan mungkin 

dapat Iebih berguna. Misalnya, dalam sebuah teks didaktis yang diter­

jemahkan ke dalam bahasa Aguaruna, ada bagian yang membicarakan 

kehidupan orang yang dapat dinilai dari perbuatannya. Dalam teks 

surnber digunakan sebuah-ilustrasi yang mengatakan dapatkah pohon 

PADANAN LEKSlKAL 179 

ara menghasilkan buah zaitun dan pohon anggur menghasilkan buah 

ara? Baik buah ara maupun buah zaitun tidak dikenal oleh orang 

Aguaruna. Mula-mula ada seorang peneIjemah yang menggunakan 

kata asing dengan modifikasi, tetapi pembaca berusaha keras dalam 

mengira-ngira seperti apa pohon ara dan zaitun itu, sebingga mereka 

tidak mengerti pengajaran teks itu. Sebenarnya fokus paragraf itu 

bukan rupa dari ara dan zaitun, karena itu, dalam teIjemahan berikut­

nya digunakan pengganti kebudayaan - Dapatkah pohon avokad 

menghasilkan buah palma, atau pohon anggur menghasilkan buah 

avokad. Teks itu menjadi mudah dimengerti dan fokus utama dari 

bacaan itu tidak menyimpang. . 

Bahasa Muyuw, Papua Nugini, tidak mengenal frase menyirami 

kebun. Sebuah teks sumber yang berisi pengajaran tentang pengabaran 

Injil berbunyi demikian: Paulus menanam, Apolos menyiram, tetapi 

Allah yang memberi pertumbuhan. Dalam bahasa Muyuw, orang mem­

punyai dua tugas berkebun, dan karenanya peneIjemah menggunakan 

pengganti kebudayaan dan meneIjemahkan dengan Paulus menanam, 

Apolos memancang tonggak (agar tanaman itu tumbuh ke atas), dan 

Tuhan membuat tanaman itu tumbuh. 

Di bawah ini diberikan beberapa pengganti kebudayaan yang telah 

digunakan dalam teIjemahan: 

lampu obor bambu (Papua Nugini) 

berbaring di meja duduk makan (Inggris) 

singa jaguar (Amerika Selatan) 

serigala-serigala ti\tus hutan (Afrika) 

serigala biena (Afrika) 

PeneIjemah perlu membuat sejumlah pertanyaan sebelum memper­

timbangkan penggunakan pengganti kebudayaan. Seberapa mirip 

kedua BENDA atau KEJADIAN itu? Jika keduanya eukup mirip (singa 

dan jaguar), maka kemungkinan timbulnya masalah akan lebih keeil. 

Dapatkah padanan deskriptif digunakan tanpa terlalu menyimpang 

dari teks? Jika demikian halnya, maka padanan deskriptiflebih disukai 

daripada pengganti kebudayaan. Bagaimanakah secara kebudayaan 

i>enutur bahasa sasaran dikueilkan? Jika mereka sangat terkucil dan 

hanya melihat sedikit saja unsur kebudayan dari daerah lain, pener­

jemah mungkin perlu menggunakan lebih banyak pengganti kebu­

dayaan dalam teIjemahan. 

Ada hal lain yang perlu dicatat. Jika peneIjemah memutuskan untuk 

tidak menggunakan pengganti kebudayaan untuk kata tertentu dalam 

bacaan historis, maka ia juga tidak perlu menggunakannya dalam 

bacaan didaktis. Artinya, ia dapat menggunakan jalan keluar yang 

180 

sama untuk keduanya dalam dokumen yang sama. Penggunaan jalan 

keluar ini dapat memperkuat dan membantu pengajaran konsep baru 

dalam bagian historis dari teks, jika penerjemahjuga menggunakannya 

dalam bagian didaktis. Jika ada bagian historis dari dokumen yang 

merujuk ke pohon ara dan :£rase itu akan dikenalkan dengan sejenis 

frase deskriptif, maka cara yang sama dapat juga digunakan dalam 

bagian didaktis dari dokumen yang sama. Yang harus diingat yaitu 

bahwa harus ada konkordansi padanan leksikal (untuk makna yang 

sarna dari sebuah kata) di seluruh dokumen itu. 

Pengganti kebudayaan selalu berakibat penyimpangan makna ter­

tentu dan tidak boleh digunakan kecualijika tidak adajalan keluar lain. 

Sebaliknya pengganti kebudayaan dapat membangun padanan 

dinamis, yang jika tidak digunakan, bagian amanat asal (bagian didak­

tis atau emotif) tidak mungkin dimengerti. 

LATIHAN - Padanan Leksikal untuk Konsep 

yang Tidak Dikenal 

A. Dalam soal-soal di bawah ini, kalimat pertama mewakili teks 

bahasa sumber dan yang kedua hasil terjemahan. Sebutkan 

apakah kata generik itu dimodifikasi melalui pemerian bentuk, 

fungsi, bentuk dan fungsi, ataukah penggolong. 

1. Ratu Ethiopia datang berkunjung. 

Wanita yang memerintah orang Ethiopia datang berkun­

jung. 

2. Mereka makan singkong. 

Mereka makan BejeniB akar tanaman berurnbi. 

3. Ia diundang untuk menghadiri wisuda sarjana. 

Ia diundang untuk menghadiri upaeara pelantikan orang­

orang yang lulus dari perguruan tinggi. 

4. Orang kafir diundang untuk hadir. 

Orang yang tidak mengenal Allah diundang untuk hadir. 

5. Mereka tiba di sebuah desa dekat sungai itu. 

Mereka tiba di sebuah kota keeil dekat sungai. 

6. Ia pergi ke Abijan. 

Ia pergi ke sebuah kota yang disebut Abijan. 

7. Ia melihat seorang malaikat. 

Ia melihat seorang utusan dari surga. 

PADANAN LEKSlKAL 181 

8. Presiden berbicara terIebih dahulu. 

Orang yang paling berkuasa di negara itu berbicara ter­

lebih dahulu. 

9. Mereka memasang kekang ke dalam mulut kuda untuk 

menuntun mereka. 

Mereka memasang palang logam dengan tali ke dalam 

mulut kuda itu dan menarik tali itu untuk membawa 

mereka. 

10. Mereka menggunakan arit untuk memotong hasil panen. 

Mereka menggunakan pisau panjang yang berbentuk sabit 

untuk memotong hasil panen. 

B. Apakah padanan leksikal berikut merupakan: 

a., kata generik ditambah dengan modifikasi 

b. kata asing ditambah dengan modifikasi, atau 

c. pengganti kebudayaan 

1. Keesokan harinya mereka menyeberangiAmazon. 

Keesokan harinya mereka menyeberangi sungai Amazon. 

2. Ada itik berenang di kali. 

Ada angsa berenang di kali. 

3. Ia tersesat selama enam hari di hutan. 

Ia tersesat selama enam hari di tempat yang tidak dihuni 

orang. 

4. Mereka ke pasar naik becak. 

Mereka ke pasar naik kendaraan roda tiga yang dikayuh 

orang. 

5. Lauknya berupa tempe. 

Lauknya berupa makanan yang disebut tempe. 

6. Orang-orang memasukkanjagung ke dalam ember. 

Orang-orang memasukkan jagung ke dalam sejenis wadah 

yang biasanya dipakai untuk mengangkat air. 

7. Mereka sedang bermain catur. 

Mereka sedang melakukan permainan yang disebut Icatur. 

8. Mereka mengikatnya dengan rantai. 

Mereka mengikatnya dengan tali yang terbuat dari logam. 

182 

9. Bonni duduk. meminia. 

Anjing itu, Bonni, duduk dan meminta. 

10. Raja berdiri di depan rakyatnya. 

Pemimpin itu berdiri di depan rakyatnya. 

11. Mereka makan singkong tiap hari. 

Mereka makan akar yang disebut singkong tiap hari. 

12. Ada banyak roti untuk. dimakan tiap orang. 

Ada banyak kue jagung untuk dimakan tiap orang. 

C. Lihatlah kembali kalimat di A dan B, dan teIjemahkanIah kata 

tercetak miring itu ke dalam bahasa lain. 

D. Kedua paragrafberikut mewakili "teka bahasa sumber" dan "ter­

jemahan" yang dianggap benar. Kata dan frase tertentu daIam 

kedua paragrafitu tercetak miring. Isilah tempat kosong dalam 

paragraf teIjemahan itu dengan salah satu huruf (a- 0) untuk 

menunjukkan jenis pengalihan dari bahasa sumber ke daIam 

bahasa sasaran. 

a. kata generik, dimodifikasi dengan perbandingan 

b. peneIjemahan dengan padanan yang tidak harfiah dari 

konsep yang sudah dikenal dalam bahasa sasaran 

c. kata asing tanpa modifikasi 

d_ pengganti kebudayaan 

e. kata asing bersama dengan kata generik, yang dimodifikasi 

menurut bentuk dan fungsinya 

f. kata generik, yang dimodifikasi menurut fungsinya 

g. kata generik yang digunakan untuk kata spesifik, tanpa 

modifikasi 

h. peneIjemahan dengan padanan harfiah dari konsep yang 

sudah dikenaI daIam bahasa sasaran 

i. kata generik, yang dimodifikasi menurut bentuknya 

j. kata asing, bersama dengan kata generik., yang dimodifikasi 

menurutbentuknya 

k. kata asing, yang dimodifikasi menurut fungsinya 

1. kata asing, bersama dengan kata generik, yang dimodifikasi 

dengan perbandingan 

m. kata generik, yang dimodifikasi menurut bentuk dan 

fungsinya 

n. kata spesifik yang digunakan untuk kata generik, tanpa 

modifikasi 

o. kata asing dengan penggolong 

PADANAN LEKSlKAL 183 

BAHASA SUMBER: 

Oalin, seorang kepala des a yang terhormat, yang sudah beruban, 

tampil ke depandan berbicara, "Saudara- saudara, nenek moyang kita 

datang ke sini dari Kolonga, dipimpin oleh para kepala desa. Mereka 

menanam gandum dan anggur, dan juga membawa masuk mabos dan 

geelas dan membuat padang untuknya. Dengan sabit mereka merna­

nen, dan tong anggur menjadi penuh. Akan tetapi, seperti yang kalian 

ketahui, Duricharchs selalu menentang para kepala desa itu, dan 

sekarang pertentangan itu telah berkembang menjadi pemberontakan 

terbuka. Mereka menolak memakai jubah, dan mereka telah men­

dobrak kubah dan memindahkan tiang totem, yang tidak seorangpun, 

kecuali kepala desa yang telah ditasbihkan, berani menyentuhnya. 

Jadi," Oalin melanjutkan, "pendapat Bays ialah bahwa semua 

Duricharchs didenda dua puluh boshges, dan pemimpinnya dipen­

jarakan enam bulan." 

BAHASA SASARAN: 

Oalin c , seorang kepala desa yang terhormat, yang sudah 

beruban, tampil ke depan dan berbicara, "Saudara- saudara ___ , 

kakek zaman purba kita __ datang ke sini dari negara Kolanga __ , 

dipimpin para kepala desa. Mereka menanam padi-padian __ dan 

anggur, dan juga membawa masuk mabos untuk ditunggangi __ dan 

binatang yang mirip sapi yang disebut geelas __ , dan membuat 

padang __ untuknya. Dengan parang __ , mereka memanen padi­

padian dan anggur __ , dan lubang di tanah yang digunakan untuk 

menyimpan minuman anggur __ menjadi penuh. Akan tetapi, seper­

ti yang Anda ketahui, partai politik Duricharch, yang terdiri dari petani 

dan yang membaktikan diri untuk menggulingkan orde __ , selalu 

menentang para kepala desa, dan sekarang oposisi itu telah berkem­

bang menjadi pemberontakan terbuka. Mereka telah menolak 

memakai pakaian panjang __ , dan mereka telah mendobrak tempat 

untuk menyimpan barang-barang berharga __ dan memindahkan 

patung-patung yang berhiaskan ukiran yang disebut "tiang totem" __ , 

yang tidak seorangpun kecuali kepala desa yang telah ditasbihkan 

berani menyentuhnya. Jadi," Oalin melanjutkan, "pendapat Bays ialah 

bahwa semua orang Duricharchs didenda dua puluh uang logam perak 

__ • dan pemimpin mereka dikurung enam bulan di bangunan untuk 

penjahat __ ." 

Bah 17 

Masalah Khusus dalam 

Menemukan Padanan Leksikal 

Dalam setiap proyek penerjemahan, ada beberapa masalah unik da­

lammencari padanan leksikal. Akan tetapi, ada juga beberapa hal yang 

merupakan masalah umum. Setiap peneIjemah harus menemukan 

padanan yang sesuai untuk kata-kata kunci dalam teks sumber itu. Ada 

kata-kata tertentu yang pertama-tama kelihatan seperti padanan yang 

sesuai, tetapi ternyata merupakan kata seasal semu. Masalah lain­

nya yaitu adanya beberapa komponen makna yang hHang dan yang 

ditambahkan, atau disebut juga masalah informasi implisit dan eks­

pIisit. 

Kata-kata kunci 

Hampir semua teks yang akan diterjemahkan mempunyai beberapa 

kata kunci. Kata kunci yaitu kata yang dipakai berulang kali dalam 

sebuah teks dan sangat penting untuk tema atau topik yang sedang 

dibahas. Kata kunci sering merupakan kata yang mewakili konsep pen­

ting dan mendasar dari teks itu, dan sering bersifat tematik. Sewaktu 

mempelajari teks sumber itu, peneIjemah hanis menemukan padanan 

leksikal bagi setiap kata kunci itu, dan sedapat mungkin menerjemah­

kannya dengan unsur leksikal yang sama dalam setiap kemunculannya. 

Misalnya, jika seseorang meneIjemahkan bulletin pertanian tentang 

irigasi ke dalam bahasa yang penuturnya tidak mengenal irigasi, maka 

padanan leksikal untuk istilah-istilah irigasi ini harns dipilih secara 

cermat dan ditentukan sebelum memulai peneIjemahan. Prosedur 

untuk menemukan padanan leksikal ini sarna dengan prosedur yang 

digambarkan di bab-bab sebelumnya. Akan tetapi, padananyang sesuai 

MASALAH KHUSUS 186 

untuk. kata-kata kuncijauh lebih penting daripada padanan yang sesuai 

untuk. kata-kata lain dalam teks itu. Jika kata kunci diterjemahkan de­

ngan pelbagai padanan, padahal yang diinginkan adalah MAKNA 

YANG SAMA, maka maksud utama teks itu mungkin akan hilang, dan 

teks itu akan menjadi kurang kohesif dan temanya kurang jelas. 

Sebaliknya, peneIjemah tidak boleh menggunakan kata yang sarna 

dalam konteks yang lain, jika maknanya sebenarnya berbeda. (Lihat 

bab 14.) PeneIjemah mungkin perlu membakukan bentuk. yang digu­

nakan untuk MAKNA YANG SAMA. 

Dalam seperangkat kata, makna kata-kata yang berkontras satu 

sarna lain dapat membingungkan, karena komponen maknanya ada 

yang tumpang tindih. Dalam pemilihan padanan IeksikaI, makna yang 

satu dengan makna lainnya harns dibedakan dengan jelas. MisaInya, 

jika seseorang menerjemahkan teks tentang Timur Tengah, perlu 

ditetapkan padanan leksikal yang tepat untuk. ketiga kata kunci gereja, 

mesjid, dan sinagoga. Dalam meneIjemahkan teks ini ke dalam bahasa 

yang tidak rnemiliki padanan kebudayaan ini, artinya tidak mempunyai 

bangunan yang khusus untuk. aktivitas keagamaan, peneIjemah harns 

menemukan bukan hanya padanan untuk menandakan bangunan 

semacam ini, tetapi juga cara yang lebih khusus untuk. membedakan 

ketiganya. Prinsip untuk menemukan padanan Ieksikal yang dibahas 

sebelumnya dapat berlaku di sini. Artinya, komponen inti atau kom­

ponen generik tiap kata perlu ditunjukkan, dan kemudian komponen 

kontrastif dari ketiganya harus difokuskan. Perhatikan analisis 

berikut untukgereja, mesjid, dan sinagoga: 

Kelas generik jenis tempat yang digunakan untuk 

tujuan beribadah 

Komponen generik - tempat yang digunakan untuk tuju­

an beribadah 

Komponen pengkbusus: 

gereja digunakan oleh orang Kristen 

mesjid - digunakan oleh orang Islam 

sinagoga - digunakan oleh orang Yahudi 

Dalam membandingkan kata kemah suci, bait suci dan sinagoga, 

penerjemah perlu mempertimbangkan lebih banyak komponen 

pengkhususnya. Perhatikan analisis berikut (Larson 1975:44): 

Kelas generik jenis tempat yang dipakai untuk. tujuan 

beribadah oleh orang Yahudi 

186 

Komponen generik - temp at yang dipakai untuk tujuan 

beribadah oleh orang Yahudi 

Komponen pengkhusus: 

kemah sud bait suci sinagoga 

a. tempat Allah a. tempat Allah a. tempat orang 

menemui menemui Yahudi berte-

umatnya umatnya muuntuk 

pengajaran 

agama 

b. sementara b. tetap b. tetap 

(dapat dibawa-

bawa) 

c. hanya satu c. hanya satu c. banyak di tem-

pa t yang ber-

beda beda 

d. umat pergi un- d. umat pergi un- d. umat pergi un-

tuk memper- tuk memper- tuk membaca 

sembahkan sembahkan hukum Taurat, 

korban korban korban, mengajar, her-

berdoa, meng- doa 

ajar, belajar, 

membakar 

dupa 

Dalam memilih istilah untuk sebuah kata, penerjemah harus juga 

mempertimbangkan istilah untuk kata-kata lain dalam perangkat yang 

sarna. Hal inijuga berlaku untuk perangkat semantis apa saja. Bagan 

17.1 memperlihatkan contoh hasil teIjemahan balik dari padanan lek­

sikal dalam beberapa bahasa. Tidak semua komponen kontrastifnya 

diberikan. Di sini hanya diberikan komponen secukupnya untuk men­

jelaskan perbedaan ketiga kata kunci itu. 

kemahsuci bait suci sinagoga 

Aguaruna (peru). rumah besar tempat untuk tempat berkum-

yang didirikan menyembah pul orang Yahudi 

dari kulit Allah 

dan kain 

Kahgel, Papua Nugini rumah tempat tempat mereka rumah tempat 

berkumpul yang mempersem- berkumpul orang 

dibuat dari kain bahkan korban Yahudi untuk 

mendengarkan 

firman Allah 

Gahuku, 

Papua 

NDgini 

Nark, 

Filipina 

MASALAH KHUSUS 187 

kemahsuci 

rumah ibadah yang 

dibuat dari kain 

rumah ibadah yang 

dibuat dari kain 

baitsuci 

rumah ibadah 

yangbesar 

rumah ibadah 

yangbesar 

Bagan 17.1 

sinagoga 

rumah ibadah 

milik orang.\'Ya-

hudi . 

rumah ibadah 

orang Yahudi 

Kata kunci yang merujuk ke benda konkret biasanya tidak terlalu 

sukar diteIjemahkan, sedangkan hubungan sosial dan politik mungkin 

lebih rumit. Akan tetapi, istilah yang berhubungan dengan aspek 

keagamaan dari sebuah kebudayaan biasanya paling sulit, baik dalam 

analisis kosakata sumber maupun dalam penemuan padanan bahasa 

sasaran yang terbaik. Alasannya ialah bahwa kata ini tidak dapat 

dinyat.l!kan denganjelas dan penggunaannya begitu otomatis, sehingga 

penutur bahasa tidak begitu sadar akan pelbagai aspek makna yang 

dilibatkan. Sekali lagi, lebih baik mempertimbangkan kata-kata per 

perangkat daripada secara terpisah. 

Untuk meneIjemahkan kata imam, peneIjemah perlu mempertim­

bangkan seluruh sistem kegiatan beribadah, dan mencoba me­

madankan fungsi tiap orang yang mempunyai peranan dalam agama 

agar dapat ditemukan padanan yang paling sesuai dengan istilah imam. 

Agar lebih tepat, kata yang dipilih mungkin perlu dimodifikasi, se­

hingga dapat disampaikan makna yang sama seperti kata itu dalam 

teks sumber. Kata yang pertama-tama kelihatan seperti padanan yang 

baik mungkin sebenarnya mewakili orang dengan peran yang sangat 

berbeda dalam kedua kebudayaan itu. Misalnya, fungsi imam Yahudi di 

Palestina tidak sama dengan fungsi imam Brahmana di India. Untuk 

teks tertentu, mungkin hal ini tidak terlalu penting, tetapi jika imam 

merupakan kata kunci dalam teks sumber, penggunaan istilah itu perlu 

diperhatikan. 

Bab sebelumnya telah membahas kemungkinan penggunaan kata 

asing. Kadang-kadang penggunaan kata asing perlu dilakukan untuk 

kata kunci, misalnya jika ada perbedaan besar antara kedua 

kebudayaan, terutama untuk kata-kata seperti nama kelompok agama, 

politik dan kantor agama. Kadang-kadang memang lebih baik meng­

gunakan kata asing, dan menerangkannya agar dapat disampaikan 

makna yang benar, daripada mencoba menggunakan istilah bahasa 

sasaran yang, walaupun maknanya tumpang tindih sebagian, mem­

punyai komponen yang dapat memberikan makna yang salah. Misal­

nya, jika kata imam dalam bahasa sasaran mempunyai implikasi ilmu 

188 

sihir atau pem.ujaan, lebih baik digunakan kata dari bahasa sumber, 

dan peran imam dalam kebudayaan sumber dinyatakan dalam konteks 

melalui modifikasi. Kadang-kadang memang mungkin digunakan is­

tilah bahasa sasaran dan menerangkannya untuk mengisi kekurangan 

dalam padanan yang dapat diterima. "Bahasa dapat menggabungkan 

istilah dalam cara baru untuk mengungkapkan konsep baru atau untuk 

menghindari denotasi dan konotasi yang negatif' (Beekman 1980:38). 

Penggunaan kata asing atau kombinasi baru untuk kata kunei harus 

benar-benar wajar secara semantis dan gramatikal. Artinya, walaupun 

konsep itu baru., cara kata itu digabungkan harus benar- benar wajar. 

Kadang-kadang perlu digunakan istilah bahasa sasaran dengan 

hilangnya beberapa komponen yang diinginkan atau dengan bertam­

bahnya beberapa komponen makna yang tidak diinginkan. Jika de­

mikian halnya, kontekslah yang akan menunjukkan perbedaan dalam 

keseluruhan makna. Untuk kebanyakan kata kunei, cara ini lebih di­

sukai daripada pemakaian kata asing. 

Dalam teks tertentu, ada kata bertanda yang lebih baik diper­

tahankan sebagai kata asing. Kata ini mencakup hal seperti "kata-kata 

bereiri masa yang menunjukkan fakta peradaban, seperti nama pakaian 

dengan mode terakhir, produk atau penemuan baru, atau mode sesaat" 

(Newmark 1974:71). Kata bertanda lebih sering ditransliterasikan 

(transliterasi yaitu penyalinan huruf dari satu abjad ke dalam huruf 

dari abjad lain) untuk mempertahankan makna waktu dalam sejarah, 

dan ini biasa dilakukan dalam novel dan cerita pendek. Misalnya, dalam 

menerjemahkan novel bahasa Spanyol ke dalam bahasa Indonesia, kata 

seperti plaza sering digunakan sebagai kata tanda untuk memberikan 

eiri khas Spanyol pada terjemahan. Akan tetapi, kata dalam dokumen 

agama, politik dan sejarah tidak boleh sering ditransliterasikan . 

Kata-kata simbolis 

Dalam banyak teks, ada beberapa kata kunei yang memperoleh nilai 

simbolis. Kata-kata ini mengandung makna figuratif atau metaforis 

selain makna dasar kata itu, karenanya mungkin perlu disesuaikan 

dalam terjemahan. Misalnya, kata salib merujuk ke kayu salib yang 

digunakan untuk penyaliban pada masa Kekaisaran Romawi. Akan te­

tapi, untuk orang Kristen, kata ini mempunyai makna simbolis yang 

melebihi makna dasarnya. Secara simbolis, maknanya adalah kematian 

danpenderitaan, dan bahkan lebih dari itu, salib melambangkan agama 

Kristen. Kata salib dalam bahasa sumber mempunyai makna dasar 

kayu salib yang digunakan untuk penyaliban, tetapi makna yang lebih 

kuat yaitu dalam pemakaian simbolisnya, atau citra tematik yang 

MASALAH KHUSUS 189 

dikandungnya di seluruh teks itu. Kata kunci yang juga merupakan 

kata simbolis perlu diberi perhatian khusus, sehingga maksud metaforis 

dari penulis teks sumber tidak kabur. "Simbol ini dapat dipertahankan 

dalam terjemahan tanpa mengorbankan maksudnya, dengan mem­

berikan sedikit petunjuk kepada makna yang dimaksudkan atau de­

ngan men.v~kan makna yang tidak figuratif untuk imajinemya" 

(Beekman dan Callow 1974:136). Perhatikan, misalnya, dalam ter­

jemahan berikut dari Ef2: 16, kata salib tetap dipertahankan walaupun 

telah dibuat tambahan untuk memberikan makna yang tepat: 

Teks sumber ... mendamaikan kita berdua pada Allah 

dalam satu tubuh melalui salib, dengan 

demikian mengakhiri permusuhan ... 

Bahasa sasaran 1: dengan kematianNya di salib Kristus 

melenyapkan rasa permusuhan; dengan 

memakai salib ia mempersatukan dua bangsa 

ke dalam satu tubuh dan membawa mereka 

kembali kepada Allah. 

Bahasa sasaran 2: Ia warat di kayu saUb untuk mengakhiri 

kebencian dan membawa kita kembali kepada 

Allah sebagai satu bangsa. 

Dokumen agama Bering mempunyai kata kunci yang mengandung 

makna simbolis dan juga makna harfiah. Kata kunci ini juga terdapat 

dalam dokumen sastra,jadi peneIjemah perlu waspada terhadap makna 

simbolis ini agar simbolnya tidak hilang dan ia tidak meneIjemahkan 

hanya dengan makna Iangsung. Dalam contoh di atas, kata itu dapat 

diteIjemahkan dengan kematian, tetapi kata saUb tetap dipertahankan 

dikarenakan makna simbolisnya. 

Kombinasi kata dan terjemahan harfiah yang salah 

Dalam banyak bahasa, ada kelompok kata yang fungsinya sama se­

perti sebuah kata, misainya, frase rumah sakit sama dengan satu kata 

hospital dalam bahasa Inggris. Atau kata afternoon (har. 'sesudah 

siang') dalam bahasa Inggris sepadan dengan sore dalam bahasa In­

donesia. Kebanyakan kombinasi ini merupakan entri (kata kepaIa) 

dalam kamus bahasa itu. Kamus Besar Bahasa Indonesia memasukkan . 

frase berikut sebagai entri: rumah tangga, mata-mata, masya Allah, 

dan tanggungjawab. Tiap frase ini terdiri atas Iebih dari satu kata, dan 

190 

dapat mencakup pelbagai kelas kata. Jadi, entri itu dapat berupa kom­

binasi seperti orang-tua, orang aring, Gedung Putih, dan Istana Bogor. 

Dalam banyak bahasa, ada kata-kata yang bergabung untuk mem­

bentuk kata majemuk. Kata majemuk. yaitu kata baru yang diciptakan 

dengan menyambung-nyambungkan kata tunggal, yang merupakan 

bagian konstituen. Hampir tidak ada batasan untuk jeriis kombinasi 

yang dapat dibentuk. Contohnya yaitu rumah sakit, daya tarik, pang­

gung gembira, panjang tangan, kaki tangan, buta ayam, air mata buaya, 

dan kepala batu. Bahasa Jerman dan Hongaria dikabarkan memiliki 

banyak sekali kata majemuk. 

Jenis kombinasi kata yang disebutkan di atas patut diperhatikan 

peneIjemah, karena makna kombinasi secara keseluruhan tidak selalu 

dapat ditentukan oleh makna dari bagian konstituen itu tersendiri. 

Misalnya, teIjemahan untuk pomme de terre (apel dari tanah) dari 

bahasa Perancis adalah kentang. Makna kebanyakan kombinasi kata 

ini harns dipelajari, seolah-olah kombinasi itu merupakan satu kata 

tunggal. Misalnya, teIjemahan ke dalam bahasa Indonesia yang me­

ngatakan bahwa "Bulgaria sekarang sarna dengan kekuatan industri 

kita, pus at utama metalurgi hitam." Kombinasi ini tidak bermakna 

dalam bahasa Indonesia, dan kombinasi yang lebih baik yaitu industri 

besi dan baja. 

Kadang-kadang peneIjemah merasa puas dengan teIjemahan har­

fiah kombinasi kata, karena ia tidak tahu bahwa ada bentuk. lain yang 

lebih idiomatis. Jika teIjemahan harfiah kedengaran masuk. akal, pe­

neIjemah mungkin tidak akan mendapat teIjemahan yang lebih baik. 

Misalnya, teIjemahan harfiah bergerak ke belakang kelihatan benar, 

tetapi teIjemahan yang lebih tepat adalah mundur. Dalam mener­

jemahkan peristilahan teknis, yang mempunyai banyak kombinasi kata 

semacam ini, peneIjemah harus selalu waspada agar ia tidak membuat 

teIjemahan harfiah yang salah. 

Kata seasal semu 

Dalam meneIjemahkan ke dalam bahasa serumpun, salah satu 

penyebab utama kesalahan pada tingkat leksikal yaitu kata seasal 

semu. Kata seasa} semu dapat diartikan sebagai kata dalam bahasa 

sumber yang kelihatan sangat mirip dengan kata dalam bahasa 

sasaran, karena keduanya seasal, tetapi sebenarnya maknanya ber­

beda. Misalnya, kata pusing-pusing dalam bahasa Malaysia berarti 

jalan-jalan dalam bahasa Indonesia. Atau., kata family dalam bahaS8 

Inggris merupakan kata seasal semu., karena maknanya sebenarnya 

adalahkeluarga dan bukanfamili. Akan tetapi, katafamili merupakan 

MASALAH KHUSUS 191 

kata yang langsung muncul dalam pikiran orang jika ia baru pertama 

kali mendengar atau membaca kata family. Makna family dalam bahasa 

Inggris berbeda dengan makna famili dalam bahasa Indonesia. Contoh 

lain yaitu kata kesel dalam bahasa Jawa. Kata ini sebenarnya berarti 

lelah Iletih, tetapi orang yang tidak tahu akan menyamakannya dengan 

kata kesal dalam bahasa Indonesia yang berartijengkel. Kata hostess 

dalam bahasa Inggris berarti nyonya rumah, tetapi hostes dalam bahasa 

Indonesia sama dengan pelacur. PeneIjemah harus berhati-hati agar 

tidak menganggap bahwa kata dalam dua bahasa yang kelihatan sama, 

maknanya juga sarna. Dalam perkembangan bahasa, makna kata bisa 

ikut berubah, sehingga beberapa atau semua ciri semantis kata teks 

surnber mungkin hilang, dan mungkin tinggal sebuah ciri khusus, atau 

mungkin berubah sarna sekali. 

Kata seasal semu Bering dikaitkan dengan·bahasa yang secara his­

toris bertalian. Akan tetapi, selain itu, ada juga kata seasal semu seba­

gai akibat dari peminjaman kata. Misalnya, banyak bahasa Amerin­

dian, Meksiko, meminjam dari kata-kata Spanyol tetapi sering makna 

kata asing itu kemudian menyimpang dari makna asalnya. Kata plaza 

dalam bahasa Spanyol merujuk ke alun-alun kota, tetapi orang-orang 

Mixes meminjam kata itu untuk merujuk ke kelompok orang yang men­

jual barang. Ini disebabkan banyak sekali penjual menjajakan 

barangnya di alun-alun itu pada hari-hari tertentu. Di Indonesia, plaza 

sering dikaitkan dengan bangunan tinggi, misalnya Ratu Plaza, Central 

Plaza, Indonesia Plaza, dsb. PeneIjemah harus berhati-hati dan tidak 

rnenganggap bahwa kata asing itu rnempunyai makna yangJ!.arna de­

ngan kata yang sarna dalam bahasa asalnya (Beekman dan Callow 

1974:198). 

Mungkin juga ada konsep tertentu dalam teks sumber yang keli­

hatan serupa dengan konsep yang dikenal dalam kebudayaan sasaran, 

tetapi setelah dili~at daTi dekat, ternyata fungsi atau pengertiannya 

sangat berbeda. Penutur bahasa sasaran akan mengartikan konsep ini 

berdasarkan kebudayaan rnereka, dan karena itu maknanya menjadi 

rnenyirnpang. Sekali lagi bentukdan fungsi sangat penting. Bentuknya 

biBa Barna, tetapi jika fungsinya berbeda, maknanya mungkin hilang 

dalarn proses peneIjernahan. Misalnya, teks tentang memotong ranting 

pohon dan menebarkannya di jalan untuk menghormati orang yang 

mendekat dapat dengan mudah diteIjernahkan ke dalam bahasa Afrika 

tertentu, karena konsep ini rnerupakan konsep yang dikenal dalarn 

kebudayaan rnereka. Akan tetapi, dalam kebudayaan ini, konsep itu 

diartikan sebagai menutup jalan untuk mencegah mendekatnya orang 

yang tidak diinginkan. Dalam Alkitab, pengertian konsep ini yaitu 

untuk menghormati dan menyambut seseorang yang turun ke jalan itu. 

192 

Dalam menerjemahkan ke dalam bahasa Afrika itu, salah pengertian 

ini diperbaiki dengan menggunakan ranting-ranting pohon palem dan 

dengan menunjukkan fungsinya. 

Komponen makna yang implisit dan eksplisit 

Setelah melihat bah-bab tentang padanan leksikal, kita tahu bahwa 

uilsur leksikal dari bahasa sumber jarang sepadan dengan unsur lek­

sikal dari bahasa sasaran, malahan kelihatannya lebih banyak ketidak­

selarasan daripada keselarasannya. Jadi bagaimana mungkin orang 

dapat menerjemahkan? Jawabannya terdapat pada kenyataan bahwa 

bukan kata yang diteIjemahkan, melainkan keseluruhan makna dari 

kombinasi kata. lnilah sebabnya mengapa sesudah membahas padanan 

leksikal, kita baru mulai membahas terjemahan. Bagian berikutnya 

dari buku ini akan membahas satuan yang lebih besar, yaitu kombinasi 

kata menjadi klausa, kalimat, paragraf, dan teks. 

Dalam proses penerjemahan, beberapa komponen malma teks sum­

ber mungkin akan menjadi implisit dalam terjemahan, dan sebaliknya. 

Hal ini disebabkan sifat dasar bahasa. Kategori yang dimasukkan da­

lam pelbagai perangkat semantis akan berbeda-beda. Ada kategori yang 

merupakan keharusan dalam suatu bahasa, sedangkan kategori lain­

nya merupakan keharusan dalam bahasa lain. Untuk menemukan un­

sur leksikal yang sepadan, penerjemah mungkin perlu membuat kom­

ponen maim a yang implisit dalam dokumen sumber menjadi eksplisit. 

Oleh karena tidak ada dua sistem bahasa yang sama, hasil teIjemahan 

selalu terdapat penambahan atau pengurangan makna. 

PeneIjemah yang ingin menyampaikan informasi teks sumber de­

ngan tepat harus menyadari perbedaan antarhahasa. Ini dapat 

dilakukannya melalui analisis makna teks sumber, baik referensial 

maupun situasional, dan memilih bentuk yang wajar dan jelas dalam 

bahasa sasaran. 

LATllIAN - Masalah Khusus dalam. 

Menemukan Padanan Leksikal 

A. Carilah tiga artikel pendek (dari majalah, buku, dan koran). 

Carilah kata kuncinya, dan terjemahkanlah kata kunci itu ke 

dalam bahasa lain? 

B. Perbaikilah kata yang tercetak miring dalam soal-soal berikut. 

Jib perlu ubahlah struktur gramatikalnya. 

MASALAH KHUSUS 193 

1. Fonem adalah kumpulan ruas-ruas yang mempunyai fungsi 

yang sama, yaitu membedakan bentuk-bentuk suatu 

bahasa. 

2. Daftarkanlah fonem-fonem bahasa daerah Saudara, yaitu 

bahasa yang Saudara gunakan sejak keci1 di rumah. 

3. Sajak-sajak seperti "the fat cat in the hat" juga merupakan 

bukti perlunya meT18akui ruas tersendirl. 

4. Yang pertama marl kita perhatikan seorang penutur. 

C. Gantikanlah kata tercetak miring di bawah ini dengan salah satu 

kata di dalam kurung itu. 

1. Kata-katanya membawa keluar (menunjukkan, meng­

akibatkan, menghasut) perdebatan. 

2. Tidak ada gunanya membelanjakan (memakan, meng­

gunakan, menghabiskan) waktu untuk berdebat. 

3. Kesakitannya (rasa sakitnya, penyakitnya, kesehatannya) 

tidak mengizinkannya bergabung dengan organisasi itu 

saat ini. 

4. Penjaga pintu bertanya (mendapat, menyuruh, mena­

'nYIl]tan) saya menunggu di luar saja. 

6. ,Awal hari I ini (tadi siang, pagi ini, kemarin) saya akan 

menemuinya. 

6. Apa proyek (rencana, pekerjaan, kesibukan) Anda untuk 

liburan nanti? 

7. Ada ketidaksetujuan (penawaran, konflik, persaingan) an­

tara pihak yang membeli dan pihak yang menjual. 

8. Masih ada berjuta-juta anak yang tidak dapat haclir di 

(pergi ke, duduk di bangku, membayar uang) sekolah. 


III. STRUKTUR PROPOSISI 


Bah 18 

Proposisi 

Bagian II buku ini telah membahas cara menemukan komponen 

makna unsur leksikal suatu bahasa; membandingan kata-kata dari 

pelbagai bahasa untuk memperlihatkan pengaturan leksikonnya yang 

berbeda- beda; dan mencari padanan leksikal yang memadai. Akan 

tetapi, peneIjemahan tidak hanya mencakup penemuan padanan kata. 

Struktur teks sumber harus dikesampingkan untuk mendapatkan 

Btruktur bahasa sasaran yang wajar tanpa kehilangan atau perubahan 

makna yang berarti. Oleh karena itu, sekarang kita akan beralih ke 

struktur gramatikal, dan menekankan cara menemukan struktur se­

mantisnya. Kita juga akan membandingan cara mengungkapkan mak­

na dalam bahasa-bahasa yang berbeda. Oleh karena bab 3 telah menya­

jikan gambaran umum tentang struktur semantis, ada baiknya pem­

baca melihat kembali bab itu sebelum memulai bagian III buku ini. 

Dalam bagian III ini, fokus pembahasan kita adalah proposisi, dan 

dalam bagian IV, kombinasi proposisi dengan teks. (Kata proposisi di 

Bini digunakan dalam makna luas untuk mencakup satu kejadian atau 

keadaan dan konsep-konsep yang mempunyai hubungan langsung de­

ngan kejadian atau keadaan itu. Jadi 7bno berlari merupakan satu pro­

PQBisi, dan Bunga itu cantik juga merupakan satu proposisi.) Sering, 

tetapi tidak selalu, proposisi mengambil bentuk sebuah klausa atau 

kalimat tunggal dalam struktur gramatikal. Proposisi dapat diwakili 

oleh pelbagai bentuk., tetapi apapun bentuk gramatikal itu, yang diwa­

kilkan adalah proposisi semantis. Di bawah ini akan dibahas penyim­

pangan antara bentuk gramatikal dan proposisi. 

Definisi proposisi 

Seperti yang dibahas sebelumnya, konsep terdiri dari komponen 

makoa, atau dengan kata lain, komponen makna tergabung dalam 

198 

konsep. Sekarang kita akan melihat bagaimana konsep bersatu untuk 

membentuk tingkat pengelompokan berikutnya yang disebut proposisi. 

Proposisi yaitu pengelompokan konsep ke dalam satuan bermakna. 

Dengan kata lain, proposisi adalah satuan semantis yang terdiri dari 

konsep-konsep, di mana konsep yang satu merupakan inti dan konsep 

lainnya berhubungan Iangsung dengan konsep inti. MisaInya, konsep 

TONO, ANTON, dan MEMUKUL dapat digabungkan untuk memben­

tuk proposisi-proposisi. PerbuatanMEMUKUL merupakan konsep 

KEJADIAN inti. Apa yang disampaikan proposisi itu akan tergantung 

pada hubungan TONO dan ANTON dengan MEMUKUL. Jika TONO 

yang memukul dan ANTON yang dipukul, maka proposisinya adalah 

7bno memukul Anton. Jika TONO yang dipukul, proposisinya adalah 

Anton memukul 7bno. 

Walaupun dalam gramatika bahasa Indonesia perbedaannya ditan­

dai dengan urutan kata, dalam struktur semantis bahasa apa saja, 

urutannya tidak penting. Yang penting iaIah, kita tahu konsep yang 

bergabung untuk membentuk proposisi, dan hubungan antarkonsep 

itu. Ada banyak cara untuk melambangkan struktur sernantis proposisi. 

Misalnya, rumus berikut dapat digunakan untuk menunjukkan per­

bedaan antara kedua proposisi di atas. 

pelaku:'!bno ... aktivit&s:MEMUKUL ... penderita:Anton 

pelaku:Anton ... aktivit&s:MEMUKUL ... penderita:'!bno 

Dalam contoh pertama, TONO adalah pelaku dari MEMUKUL; 

sedangkan dalam contoh kedua, TONO penderita dan ANTON pelaklL 

Urutan dalam struktur semantis tidaklah penting, tetapi hubungan 

pelaku dan penderitanya penting. Bahasa tertentu cenderung meletak­

kan pelakunya di depan aktivitas, dan bahasa lain meletakkannya eli 

belakang aktivitas. Dalam gramatika, pelaku sernantis sering di ung­

kapkan sebagai subyek kalimat. Dalam bahasa Indonesia, orang tahu 

pelaku dan penderitanya berdasarkan urutan kata dalam gramatika. 

Bahasa lain mungkin mempunyai urutan sebaliknya, dan penanda tam· 

bahan untuk menandakan pelaku dan penderitanya. MisaInya, dalam 

bahasa Jepang urutan 7bno memukul Anton adalah sebagai berikut 

(oleh peneIjemah): 

'!bno ga Anton 0 mernukul. 

Dalam bahasa Jepang ga adalah penanda subyek, dan 0 adalah 

penanda obyek. 

Untuk membicarakan struktur semantis, perlu dipilih bentuk untuk 

menulis proposisi. Oleh karena buku ini disajikan dalam bahasa In-

PROPOSISI199 

donesia, kita akan memilih bentuk yang umum dipakai dalam bahasa 

ini. Untuk bahan yang Iebih teknis dapat digunakan rumus-rumus. 

Bentuk hanya sekedar merupakan cara untuk memaparkan informasi. 

Penerjemah harus memilih bentuk wajar bahasa sasaran dan tidak 

boleh menerjemahkan proposisi secara harfiah. 

Dalam satu bahasa, tiap proposisi dapat diwujudkan dengan pelbagai 

cara. Penerjemah harus mencari cara terbaik, yaitu cara yang paling 

wajar. MisaInya, proposisi 7bno memukul Anton dapat diterjemahkan 

ke dalam bahasa Indonesia dengan tiap bentuk berikut, tergantung 

pada konteks keberadaannya: 

7bno memukul Anton. 

Anton dipukul (oleh) 7bno. 

Pukulan pada Anton oleh 7bno ... 

Anton, yang dipukul 7bno, ... 

7bno, yang memukul Anton, ... 

Bentuk gramatikal yang digunakan tergantung pada hubungan 

antarpropo~isi, ,dan cara pengungkapannya yang wajar dalam bahasa 

sasaran. 

Jadi proposisi dapat digambarkan sebagai satuan semantis yang 

terdiri dari konsep (BENDA, KEJADIAN, ATRIBUT), sebuah konsep 

merupakan inti dan konsep lainnya berhubungan dengan konsep inti 

meIaIui sistem RELASI. Jika konsep inti merupakan konsep KEJA­

DIAN, proposisinya disebut proposisi kejadian; dan jika konsep intinya 

merupakan BENDA atau ATRIBUT, proposisinya disebut proposisi 

keadaan.(Beekman, Callow, dan Kopesec 1981:52). Perbedaan ini akan 

dibahas sesudah kita membahas metode penemuan proposisi dalam 

sebuah teks. 

Menandai proposisi kejadian 

Penandaan proposisi kejadian dimulai dengan menggolongkan kon­

sep dalam teks itu. MisaInya, pertama-tama kalimat berikut dianalisis 

dengan menentukan kata yang mewakili konsep KEJADIAN (K), kon­

sep BENDA (B), konsep ATRIBUT (A) dan RELASI (R). 

K B K A 

Pembangunan kota itu dipikirkan secara serius. 

200 

Kemudian, kalimat itu diungkapkan kembali dalam bentuk p~ 

plsisi dengan KEJADIANnya sebagai inti. Ada dua KEJADIAN, mem­

bangun dan memikirkan. Kedua proposisi itu adalah: 

(Seseorang) membangun kota itu. 

(Seseorang) memikirkan secara serius. 

Kedua proposisi itu tidak dapat diungkapkan tanpa memasukkan 

PARTISIPANnya, karena itu kedua proposisi itu menggunakan PELA­

KU seseorang. Kata generikseseorang digunakan di sini, karena kalimat 

gramatikalnya tidak menyatakan siapa yang melakukan perbuatan itu. 

Jika kalimat itu diserta.i konteks, pelakunya bisa diungkapkan dengan 

lebih eksplisit. 

Langkah-Iangkah penulisan kembali proposisi kejadian adalah 

sebagai berikut: 

1. Cari dan ungkapkan konsep KEJADIAN teks itu dalam ben­

tuk verba. 

2. Cari PARTISIPANnya (orang atau benda yang melakukan 

ataU terkena perbuatan). 

3. Tulis dalam bentuk proposisi yang KEJADIANnya 

diungkapkan dalam bentuk verba, dan PARTISIPANnya 

dibuat eksplisit, tanpa adanya penyimpangan gramatika dan 

semantik. Misalnya, dalam proposisi bahasa Indonesia, 

pelakunya adalah subyek, dan penderitanya adalah obyek. 

Hubungan anatarkonsep. diperlihatkan oleh penanda yang 

digunakan jika tidak ada penyimpangan. 

4. Pelajari hubungan antarproposisi I itu dan susun kembali 

proposisi-proposisi itu berdasarkan urutan kronologisnya. 

(Langkah keempat ini tidak dimasukkan di sini tetapi akan 

dibahas eli bagian v.) 

Contoh penerapan langkah-Iangkah di atas adalah sebagai berikut: 

TEKS 

Langkah 1: 

Langkah2 : 

Langkah3 : 

Langkah4 : 

7bno menolak tawaran Anton. 

KEJADIANnya adalah menolak dan menawarkan. 

PARTISIPAN adalah 7bno danAnton. 

7bno menolak. 

Anton menawarkan (untuk melakukan sesuatu). 

Urutan proposisi itu harus diubah menurut 

tahapan terjadinya, yaitu Anton menawarkan 

sebelum 7bno menolak. 

TEKS 

Langkah 1 : 

Langkah2 : 

Langkah3 : 

Langkah4 : 

PROPOSISI 201 

Keberangkatan Tini tergantung pada bantuan Thno. 

KEJADIANnya adalah berangkat dan bantu. (Thr­

gantung menyatakan hubungan syarat.) 

PARTISIPANnya adalah Tini dan Thno. 

Tini dapat berangkat. 

Jika tono membantunya. 

Urutan kejadiannya adalah membantu, dan 

kemudian berangkat. Hubungan antarproposisinya 

adalah syarat-KONSEKUENSI. (Jika Thno mem­

bantu Tini, Tini dapat berangkat.) 

Keempat langkah ini dapat digunakan untuk meI1ganalisis teks apa 

saja, dengan menulisnya dalam bentuk proposisi yang KEJADIAN, 

PARTISIPAN (BENDA), ATRIBUT, dan RELASInya dibuat eksplisit. 

Memang tidak setiap bacaan yang akan diteIjemahkan harus ditulis 

kern bali, tetapi analisis semacam ini dapat membantu peneIjemah 

menemukan padanan yang memadai dan cara peneIjemahan yang 

lebih tepat. 

Proposisi terdiri dari konsep-konsep dan merupakan satuan terkecil 

dari kornunikasi. Makna dari tiap konsep itu hanya terbatas pada ru­

jukannya °ke BENDA, KEJADIAN, ATRIBUT, atau RELASI. Artinya, 

jika konsep-konsep itu berdiri sendiri, komunikasi itu tidak bermakna. 

Akan tetapi, jika konsep itu tampil bersama dengan konsep lain, dan 

kombinasinya bermakna dan masuk akal (kecuali dalam khayalan, pui­

si, gambaran tentang hari kiamat, dsb.), maka kornbinasi itu dapat 

disebut proposisi. Satu proposisi dimengertiloleh penutUr bahasa 

sebagai satu kejadian (yaitu, satu perbuatan, pengalaman, proses, atau 

keadaan). Jika ada lebih dari sebuah KEJADIAN, berarti ada lebih dari 

sebuah proposisi. Misalnya, kalirnat Setelah melompat pagar, Thno ber­

lari dan terjun ke danau terdiri dari tiga proposisi: 

1. Thno melompat pagar, 

2. 1bno berlari, 

3. Thno terjun ke danau. 

Proposisi rnemiliki bentuk kalimat tunggal, yaitu, kalimat yang 

hanya rnernpunyai sebuah predikat (verba), atau sebuah klausa. 

Dalarn contoh berikut, teks sumber ditulis kembali sebagai proposisi­

proposisi (tanpa menunjukkan relasinya, karena ini belum dibahas). 

Bahasa su.mber 

Proposisi 

Permintaannya mengakibatkan per­

debatan. 

(Seseorang) meminta (sesuatu). 

(Orang) berdebat. 

202 

Bahasa sumber 

Proposisi 

Bahasa sumber 

Proposisi 

Pujian itu diterima baik oleh Yanti. 

(Seseorang) memuji Yanti. 

Yanti menanggapinya derlgan baik. 

Orang-orang yang bermaksud. men­

calonkan dirinya sebagai presiden a-

kan memulai kampanyenya dalam wah­

tu singkat. 

Beberapa orang bermaksud (melakukan 

sesuatu). Mereka mencalonkan t diri 

sebagai presiden. 

Mereka akan segera berkampanye. 

Contoh-contoh di atas hanya menggunakan tiga langkah analisis. 

Terjemahan proposisi yang baik tidak dapat dilakukan tanpa 

menggunakan langkah keempat, yaitu, menentukan hubungan an­

tarproposisi. Mungkin urutan proposisi harus diubah dan hubungannya 

dibuat eksplisit. Langkah empat akan dibahas nanti. 

Klasifikasi proposisi 

Ada duajenis utama proposisi - proposisi kej adian dan proposisi 

keadaan. Jika konsep inti dari proposisi itu merupakan KEJADIAN, 

proposisi itu disebut proposisi kejadian; jika tidak, proposisi itu disebut 

proposisi keadaan. Konsep inti dari proposisi keadaan merupakan BEN­

DAatauATRIBUT. 

Semua proposisi kejadian setidak-tidaknya terdiri dari satu konsep 

KEJADIAN inti dan satu konsep BENDA. Konsep KEJADIAN inti da­

pat merujuk ke perbuatan, pengaIaman, atau proBes. Perbuatan 

berupa konsep seperti BERLARI, MEMUKUL, MEMAKAN, dan BE­

RENANG. PengaIaman merupakan konsep yangmerujuk ke aktivitas 

kelima indera, ke aktivitas kognitif atau psikologis, misalnya, MEM­

BAUI, MELIHAT, MENDENGAR, BERPIKIR, dan MENDAMBAKAN. 

Proses seIaIu merujuk ke perubahan keadaan (dari satu keadaan ke 

keadaan lain), misaInya, MENINGGAL, MENJADI ASAM, dan MEM­

BEKU (Beekman, Callow, dan Kopesec 1981:56). 

Dalam contoh proposisi kejadian berikut, KEJADIANnya tercetak 

miring: 

Perbuatan: Anak itu berlari. 

'lbno makan kue. 

Yanti memberikan buku kepada Anton. 

Pengalaman: 

Proses: 

PROPOS1S1 203 

Yanti tahu sedikit. 

Anak-anak mendengar siulan itu. 

'Ibno melihat sapi itu. 

Susu itu menjadi asam. 

Anjing itu mati. 

Es itu mencair. 

Proposisi keadaan tidak mempunyai konsep KEJADIAN sebagai 

inti proposisi, tetapi terdiri dari BENDA dan ATRIBUT yang berhu­

bWlgan satu sarna lain melalui hubungan keadaan. Proposisi keadaan 

mempunyai dua bagian utama - topik dan sebutan. 'Ibpik adalah 

KONSEP yang dibicarakan, dan sebutan terdiri dari BENDA atau 

ATRIBUT yang digunakan untuk memerikan atau menandai topik dan 

hubungan keadaan itu. Misalnya, dalam kalimat Buku itu milik Anton, 

topiknya adalah BUKU, dan dihubungkan dengan konsep inti ANTON 

melalui hubungan kepemilikan. Jadi artinya adalah Buku itu dimiliki 

oleh (atau kepunyaanJ Anton. (Pelbagai jenis hubungan yang terdapat 

dalam proposisi keadaan akan dibahas di bab 20.) Konsep inti dalam 

proposisi keadaan adalah BENDA dan ATRIBUT yang muncul sebagai 

bagian sebutan. BENDA atau ATRIBUT ini disebut inti, karena unsur 

itu merupakan informasi (baru) yang penting, yang disajikan tentang 

topik (biasanya informasi lama). Perhatikan contoh berikut di mana 

ketiga bagian proposisi keadaan itu diberikan terlebih dahulu, dan 

disusul dengan padanan bahaaa Indonesianya. KONSEP intinya ter­

cetak tebal. 

MOBIL ... kepemilikan ... SAYA Mobil itu milik saya. 

ANJING ... penamaan ... FJDO Nama anjing itu Fido. 

DIREKTUR .. .identifikasi...PAK ALI Direktur itu Pak Ali .. 

TONO .. .lokasi...RUMAH 'lbno berada di rumah. 

TONO ... pemerian ... BESAR 'Ibno besar. 

Dalam bahasa Inggris padanannya adalah sebagai berikut: 

The car is mine. 

The dog's name is Fido. 

The Director is Mr. Ali. 

'Ibno is in the house. 

'Ibno is big. 

204 

Bahasa Inggris menggunakan verba be (is) untuk mengungkapkan 

kebanyakan proposisi keadaan. Akan tetapi, bahasa Aguaruna mener~ 

jemahkan kalimat di atas sebagai berikut (teIjemahan-balik harfiah): 

mobil-dimiliki-orang-perlama 

anjing Fido nama-pemilik 

direktur yang-itu-Pak Ali namanya 

'lbno rumah-di dalam tinggal 

'lbno besar-adalah 

Proposisi yang sama ini diungkapkan dalam bahasa Otomi.,Meksiko, 

dan Gahuku, Papua Nugini, dengan struktur berikut (Data dari Richard 

Blight dan Ellis Deibler): 

OTOMI 

1. lni adalah -ku mobil. 

2. Anjing dia-dinamakan (ar­

tikel takrif) Fido. 

3. Direktur ia-dinamakan (ar­

tikel takrif) Mr. Jones. 

4. 'lbno tinggal di-sana dalam 

(artikel takrif) rumah. 

5. Adalah besar (artikel takrif) 

'lbno. 

GAHUKU 

1. -Ku-mobil ada. 

2. Anjing nama-(penanda-penu­

tup-frase) Fido-adalah. 

3. Mandor-orang (penanda-penu­

tup-frase) Mr. Jones adalah-ia. 

4. Tono-(penanda-penutup-frase) 

rumah-dalam adalah-ia. 

5. 'lbno-(penanda-penutup-frase) 

pria besar adalah-ia. 

Struktur semantis, atau proposisinya, tetap sama, tetapi tiap bahasa 

mengungkapkan proposisi itu dengan bentuk gramatikal yang berbeda. 

Makna situasional proposisi 

Sejauh ini, kita telah membahas makna referensial proposisi. Akan 

tetapi, proposisi harusjuga dilihat dari segi situasi pemakaiannya. Apa 

yang ingin dibuat penulis atau pembicara dengan proposisinya? Apa 

tujuan penulis? Penulis mungkin membuat pertanYQ{Ln, membuat per­

nyataan atau memberikanperintah. Proposisi yang diberikan di bawah 

ini sarna untuk ketiga penggunaan ini. 

Makna referensial : TONO ... pelaku ... MEMUKUL ... pen-

Pernyataan 

Pertanyaan 

Perintah 

derita ... BOLA 

'lbno memukul bola. 

Apakah 'lbno memukul bola? 

'lbno, pukullah bola itu! 

PROPOSISI 206 

Makna referensial ketiga proposisi di atas sama, tetapi pemakaian­

nya berbeda. Proposisi kejadian dan keadaan dapat muncul bersama 

salah satu dari tiga makna situasional di atas. Makna situasional ini 

Bering disebut daya i1okusi. Dalam menulis proposisi, kalimat tunggal, 

urutan kata, dan tanda baca dapat digunakan untuk menunjukkan daya 

ilokusi proposisi, seperti yang dilakukan di atas; sedangkan dalam 

berbicara, intonasi sering menunjukkan daya ilokusi. Perhatikan con­

toh berikut: 

Proposisi keadaan yang memerintah : Bersabarlahl 

Proposisi keadaan yang menanyakan : Apakah Yanti sauda-

ramu? 

Proposisi keadaan yang menyatakan : Anjing itu di gudang. 

Proposisi kejadian (perbuatan) yang: Lari yang cepat! 

memerintah 

Proposisi kejadian (proses) yang ber- : Apakah susu itu men-

tanya jadi asam? 

Proposisi kejadian (pengalaman) yang: Kami mendengar 

menyatakan suara itu. 

Dalam gramatika bahasa tertentu, daya ilokusi diperlihatkan dengan 

urutan kata, dalam bahasa lain dengan partikeI, afiks atau kata-kata 

khusus. Daya ilokusi biasanya ditandai dengan modus (mood). Tiap 

proposisi merupakan PERNYATAAN, PERTANYAAN, atau PERIN­

TAlI. Dalam teIjemahan, semua ini diwakili oleh bentuk wajar bahasa 

sasaran. Sebuah proposisi hanya mempunyai maIma referensiaI, se­

belum ditambahkan daya ilokusi. Tidak ada komunikasi nyata yang 

dapat dilakukan tanpa maIma situasional ini. Mungkin saja orang 

mengenal konsep yang membentuk proposisi dan hubungannya satu 

sarna lain, tetapi masih tidak tahu apa maksud pembicara. Misalnya, 

kita mempunyai KEJADIAN makan, PELAKU harimau, dan 

PENDERITAwisatawan, tetapi masih tidak mengerti apa maksud pem­

bicara kecuali jika kita tahu apakah ia menyatakan fakta (Harimau 

makan wisatawan itu), atau bertanya (Apakah harimau itu makan 

wisatawan itu?). Jadi maksud pembicara dalam mengatakan sesuatu 

merupakan bagian komunikasi. 

Kadang-kadang daya ilokusi dinyatakan secara eksplisit oleh pem­

bicara. Orang dapat mengatakan, "Pergi!" sebagai perintah, tetapijuga 

dapat mengatakan, "Saya memerintahkan kamu untuk pergir Dalam 

kalimat ini, daya ilokusi sebenarnya dinyatakan dengan Saya memerin­

tahkan. Perhatikan kalimat-kalimat berikut: 

206 

Pergi! 

Ia pergi. 

Saya memerintahkan kamu untuk pergil Perintah 

Saya mengatakan bahwa ia pergi. Pernyataan 

Mengapa ia pergi? Saya menanyakan mengapa ia pergi. .PertaDyaan 

Dalam kolom pertama, daya ilokusi dinyatakan dengan modus kali­

mat. Dalam kolom kedua, daya ilokusi dibuat eksplisit. Dalam kolom 

ketiga, daya ilokusi diklasifikasikan. 

Ada cara lain untuk melihat ketiga pembedaan daya ilokusi ini. Per­

nya taan memberikan informasi kepada pendengarnya; pertanyaan 

mendapatkan informasi dari pendengarnya; dan perintah mendorong 

atau meminta pendengarnya untuk bertindak. Maksud pembicara ber­

ada dalam fokus, karena maksud itu berhubungan dengan apa yang ia 

inginkan dari pendengar. 

Secara teknis, proposisi yang tersirat dari Saya memerintah, saya 

mengatakan dan saya bertanya disebut performatif. Tujuan pembicara 

tidak selalu dinyatakan secara eksplisit seperti dalam kolom kedua di 

atas, tetapi Iebih sering dinyatakan dengan modus ~limat seperti 

dalam kolom satu. Akan tetapi, performatif adalah bagian penting dari 

struktur semantis, atau maIma proposisi itu. Tanpa mengetahui apa­

kah tujuan penulis adalah untuk MENYATAKAN, MENANYAKAN, 

atau MEMERINTAH, tidak mungkin komunikasi itu bisa tercapai. 

LATmAN - Proposisi 

A. Terjemahkanlah kalimat-kalimat di bawah ini ke dalam bahasa 

lain dengan sekurang-kurangnya dua bentuk gramatikal. (Jika 

perlu, uraikanlah dalam bentuk proposisi). Misalnya, 1bno 

melihat sapi setidak-tidaknya mempunyai tiga bentuk: Sapi 

dilihat Thno, Sapi yang dilihat 1bno, dan 1bno melihat sapi. 

1. Pembangunan kota itu dipikirkan secara serius. 

2. Thno menolak tawaran Anton. 

3. Kepergiannya tergantung pada bantuannya. 

4. Permintaannya mengakibatkan perdebatan. 

6. Pujian itu diterima baik oleh Yanti. 

6. Orang-orang yang bermaksud mencalonkan dirinya 

sebagai presiden akan memulai kampanyenya dalam 

waktu singkat. 

7. Mobil itu milik saya. 

8. Nama anjing itu Fido. 

9. Thno berada di rumah. 

10. Susu itu menjadi asam. 

PROPOSISI 207 

B. GarisJ>awahilah l KEJADIAN dalam kalimat-kalimat berikut, 

Kemudian tulislah proposisi-proposisinya. Jika partisipannya im­

plisit, buatlah eksplisit. 

1. Anton saksiku. 

2. Anton tahu sedikit tentang kejadian ini. 

3. Mobil itu dijual oleh Thno. 

4. Simpanan di bank sudah hampir habis. 

5. Pengunjung selalu tertarik pada kecantikan pulau­

pulauitu. 

6. Orang yang diberi tanggung jawab untuk menghukum 

itu menjawab. 

7. Kami mematuhi perintahnya. 

8. Pembangunan gedung itu dilanjutkan. 

C. Terjemahkanlah kedelapan kalimat di B itu ke dalam bahasa lain 

dengan menggunakan proposisi-proposisi yang telah Anda buat! 

D. Tulislah kembali proposisi PERNYATAAN di bawah ini dalam 

bentuk PERTANYAAN dan PERINTAH. Kemudian terjemahkan­

lah ke dalam bahasa lain, juga dalam bentuk pemyataan, per­

tanyaan, dan perintah . 

. 1. ., Thno bahagia. 

2. Yanti berlari ke rumah. 

3. Thno makan daging itu. 

4. Thno melihat sungai. 

5. Yanti memberi bunga kepada Santi. 

Bah 19 

Relasi dalam Proposisi Kejadian 

Proposisi merupakan kombinasi konsep. Kombinasi ini penting ka· 

rena konsep-konsepnya disatukan melalui relasi khusus. Konsep-kon· 

sep itu merupakan satuan yang membentuk proposisi. Dalam proposisi 

kejadian, konsep BENDA dan ATRIBUT dihubungkan dengan konsep 

KEJADIAN inti melalui relasi yang biasa disebut peran kasus. Dalam 

proposisi keadaan, ada relasi keadaan yang menghubungkan sebuah 

BENDA dengan BENDA lain, atau sebuah BENDA dengan sebuah 

ATRIUUT. Relasi dalam proposisi kejadian akan dibahas terlebih da· 

hulu, kemudian disusul dengan relasi dalam proposisi keadaan. 

Definisi peran kasus 

Ada dua belas peran kasus yang akan kita bahas di dalam bab ini. 

Pembahasan ini tidak memasukkan penyimpangan antara bentuk 

gramatikal dan struktur semantis. 

1. Pelaku (agent) yaitu BENDA yang melakukan perbuatan; 

dengan kata If in, orang atau benda yang melakukan 

KEJADIAN. 

John berlari cepat. 

John membaca buku. 

Rusa itu melompati pagar. 

Air itu mengalir dengan cepat. 

Anjing itu makan daging. 

Seperti yang dapat dilihat dari contoh-contoh di atas (jika tidak ada 

penyimpangan antara semantik dan gramatika), pelakunya berupa 

RELASI DALAM PROPOSISI KEJADIAN 209 

subyek kalimat. Kasus pelaku muncul apabila KEJADIANnya meru­

pakan perbuatan, seperti berlari, membaca, melompati, mengalir, dan 

makan. 

2. Penyebab (causer) kelihatannya mirip dengan pelaku, 

tetapi sebenarnya keduanya berbeda. Penyebab adalah BEN­

DA(orang atau benda) yang menyebabkan adanya KEJADIAN 

(perbuatan atau proses), tetapi tidak benar-benar melakukan­

nya. Penyebab juga berupa subyek kalimat, jika tidak ada pe­

nyimpangan antara gramatika dan semantik. 

Surya menjatuhkan Joni. (Surya menyebabkan Joni 

nang itu menguatkan 

bangunan. 

Andi memotong ayam 

itu. 

Malaria merenggut 

nyawanya. 

jatuh.) 

(Tiang itu menyebabkan ba­

ngunan itu menjadi lebih 

kuat.) 

(Andi menyebabkan ayam itu 

mati.) 

(Malaria menyebabkannya 

meninggal. ) 

Perhatikan juga contoh penyebab berikut dari bahasa Kiangan 

Ifugao, Filipina (data dari Richard Hohulin). ("PN" merupakan sing­

katan dari penanda nomina. 

a. Impabain mu Pedro nah em kinali. 

Menyebabkan-malu kamu Petrus PN kamu mengatakannya. 

Kamu menyebabkan Petrus malu dengan apa yang kamu 

katakan. 

Kamu adalah penyebab dan Petrus adalah penderita, ar­

tinya, Petrus menjadi malu. 

b. Pangaasim ta painnilam ke Juan 

'lblong-kamu sehingga kamu-menyebabkan-tahu PN .John 

an mundogo hi ina na. 

bahwa sedang-sakit PN ibu-nya. 

'lblong beritahukan (har. karnu-menyebabkan-ia-tahu) John 

bahwa ibunya sedang sakit. 

Di sini juga, kamu adalah penyebab dan John penderita. 

210 

3. Penderita (affected) yaitu BENDA yang mengalami KEJA­

DIAN atau yang dipengaruhi oleh KEJADIAN. Penderita 

merujuk ke orang atau benda yang mengalami KEJADIAN, 

yaitu, "merasakan akibatnya". 

Anjing makan daging. 

Pohon itu tumbang di atas rumah. 

Mentega itu mencair. 

Air itu menguap. 

Mary mencium bau asap. 

Jane menjadi sedih. 

1bno melihat ular. 

Dalam bahasa Indonesia,jika tidak ada penyimpangan semantik dan 

gramatika, penderitanya berupa obyek verba, jika KEJADIANNYA 

merupakan perbuatan. Jika KEJADIANnya merupakan pengala­

man atau proses, penderitanya berupa subyek kalimat. 

4. Pemeroleh (beneficiary) yaitu BENDA yang beruntung 

atau rugi karena KEJADIAN itu. Pemeroleh tidak dipengaruhi 

langsung oleh penderita. Misalnya, dalam proposisi Mary 

memberikan buku kepada ibunya, kata bukunya adalah 

penderita, dan ibunya adalah pemeroleh. 

John menjualkan mobil temannya. 

Mary membeli hadiah untuk 1bm. 

Jane memberi bunga kepada Elizabeth. 

5. Penyerta (accompaniment) yaitu BENDA yang ikut meng­

ambil bagian, dan berhubungan erat dengan pelaku, penyebab, 

atau penderita dalam s