merenggut dan mencabik-cabiknya.
3. Bsu: Tidak kurang dari sepuluh orang datang tadi Malam.
Bsa: Setidak-tidaknya sepuluh orang datang tadi Malam.
4. Bsu: Maria meminjam buku dan Joni.
Bsa: JoDi meminjamkan buku kepada Maria.
5. Bsu: Setiap orang membicarakan apa yang sedang terjadi.
Bsa: Setiap orang membicarakan pendaftaran masuk per-
guruan tinggi (dapat dimengerti dari konteks)
6. Bsu: Ia melirik ke gurunya.
Baa: Ia memandang sekilas ke gurunya.
7. Bsu: Seseorang dalam divisi itu menggelapkan uang.
Bsa: Seseorang dalam divisi itu makan uang.
8. Bsu: Tangan bayi itu sakit.
Bsa: Tangan bayi itu luka.
9. Bsu: Anak itu duduk di kaki tangga.
Bsa: Anak itu duduk di aook tangga terbawah.
10. Bsu: Mereka harus menghadap sang pemimpin.
Bsa: Mereka harus menemui sang pemimpin.
B. Dalam tiap pasangan kalimat berikut, Bsu. diberikan secara har
fiah, dan Bsa.merupakan terjemahan idiomatis. Terangkan
PADANAN LEKSlKAL 167
penyesuaian dalam teIjemahan itu. Tanda (-) menyatakan satu
kata.
1. Bsu: Satu orang kail-ikan melempar-ke-dalam matahari
turun ia- pergi.
Bsa: Suatu Malam seseorang pergi ke sungai untuk.
memancing.
2. Bsu: Bangkong menolak seaudah-melemparkannya-ke
dalam-air ia- meninggalkannya.
Baa: Ia melepaskan bangkong itu ke dalam air dan
meninggalkannya
3. Bsu: Ia melupakan-tentangnya rumah naik itu katak
hijau aesudah-makan orang-yang-ingin-pergi-tidur
bangkong-juga menjadi-orang tiba ia-naik-men
dekatinya.
Bsa: Ia melupakannya dan naik ke rumah. Sesudah
makan katak hijau itu, ia mencoba untuk. tidur.
Bangkong itu berubah menjadi manusia dan muncul
jika orang itu mencoba untuk tidur.
4. Bsu: Serigala dengan-cepat ikan mengambil-banyak
datang ia- meletakkannya-di-bawah.
Bsa: Serigala datang cepat-cepat dengan sejumlah ikan
yang orang itu letakkan di lantai.
c. TeIjemahkanlah ke empat goal di B di atas ke dalam bahasa lain
yang Anda kuasai.
D. Dalam tiap soal berikut, Bau. merupakan teIjemahan harfiah dari
bahasa Denya, Cameroon, dan Bsa merupakan teIjemahan
idiomatis. Terangkan tentang padanan leksikal yang nonhar
fiah dalam Bsa. (Data Abangma:1981).
1. Bsu: Kemiakinan, hal yang mereka-sebut itu kemiskinan,
hal itu-jelek.
Bsa: Kemiskinan itu jelek.
2. Bau: Kamu-jika miskin, kamu adalah orang mata terbuka.
Dalam mengumpulkan perkataan ia-meletakkan
tidak kepala di sana.
Bsa: Jika Anda miskin, Anda tidak berharga di mata orang
orang. Dalam pertemuan, tidak ada yang memper
hatikan apa yang Anda katakan.
168
3. Bsu: Kamu-jika miskin kamu-tahu tidak meletakkan
anak-anak di sekolah. Pendidikan-di-sekolah itu
memerlukan uang.
Bsa: Jika Anda miskin, Anda tidak akan mampu menye
kolahkan anak-anak Anda. Pendidikan di sekolah
memerlukan biaya.
4. Bsu: Itu-mempunyai hukum mereka-membuat kota itu
beIjalan baik.
Bsa: Peraturan itu membuat desa itu beIjalan baik.
5. Bsu: Bahkan-jika kamu di-sana, bahkan-jika tidak di
sana, dan kamu-jatuh hukum, mereka-makan kamu.
Bsa: Terlepas dari apakah Anda anggota atau bukan, jika
kebetulan Anda melanggar hukum, Anda akan diden
da.
E. TeIjemahkan soal di D di atas ke dalam bahasa lain yang Anda
kuasai. Apakah bentuk teIjemahan lebih menyerupai bahasa
Denya atau bahasa Indonesia? Apakah itu merupakan gaya
bahasa yang wajar dalam bahasa sasaran?
Bah 16
Padanan Leksikal untuk Konsep
yang Tidak Dikenal
Mungkin salah satu masalah yang paling sulit bagi peneIjemah ialah
cara menemukan padanan leksikal untuk. benda dan kejadian yang
tidak dikenal dalam kebudayaan bahasa sasaran. Oleh karena itu,
tidak ada kata atau frase dalam bahasa itu yang dapat dengan mudah
digunakan dalam terjemahan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pe
neIjemah harus mempertimbangkan tidak hanya kedua bahasa itu, te
tapijuga kedua kebudayaan itu. Konsep dalam bahasa sumber mungkin
tidak mempunyai padAn8 n leksikal dalam bahasa sasaran disebab
kan perbedaan geografis, adat istiadat, kepercayaan, wawasan, dll.
Jika konsep yang diteIjemahkan merujuk. ke sesuatu yang tidak
dikenal dalam kebudayaan sasaran, maka tugas peneIjemah menjadi
lebih berat. PeneIjemah tidak hanya harus mencari cara terbaik untuk.
merujuk ke sesuatu yang sudah merupakan bagian dari pengalaman
pembaca sasaran, tetapi juga harus mencari cara terbaik untuk meng
ungkapkan konsep yang sama sekali baru kepada penutur bahasa
sasaran.
Ada tiga alternatif dasar yang dapat dipilih peneIjemah untuk.
menemukan ungkapan sepadan dalam bahasa sasaran (Beekman dan,
Callow 1974:191-211):
1. kata generik dengan frase deskriptif
2. kata asing *
3. pengganti kebudayaan
• Penulis asli menggunakan istilah loan word ('kata pinjaman') yang dikontraskan
dengan borrowed word ('kata yang dipiDjam'). Kedua istilah ini bukanlah istilah yang
umum, tetapi maksud kedua istilah itu secara berturut-turut yaitu kate uing dan kate
piujaman. Lihat keterangan selanjutnya.
170
Tiap alternatif di atas mempunyai masalahnya tersendiri. Dalam tiap
konteks, peneIjemah harns memikirkan ketiga kemungkinan ini untuk
menentukan mana yang paling tepat untuk konsep tertentu.
Dalamteks apa saja, ada kata tertentuyangmerupakan kata kunci.
Jika kata kunci dari teks bahasa sumber tidak dikenal dalam bahasa
sasaran, masalahnya lebih serius lagi. Hal tentang kata kunci akan
dibahas dalam bab 17.
Bentuk dan fungsi
Oleh karena peneIjemah dihadapkan pada kata yang tidak mem
punyai padanan dalam kosakata bahasa sasaran, tanggung jawabnya
yang pertama yaitu mengerti benar makna kata itu dan penggunaannya
dalam konteks. Ia harns bertanya pada dirinya sendiri, "Komponen
makna mana yang terpenting dari kata ini? Apa yang akan disam
paikan oleh penulis asli dalam konteks ini?" Kadang-kadang bentuk
BENDAatau KEJADIAN lebih penting, tetapi bisajuga fungsinya yang
lebih penting. Kadang-kadang juga makna kata itu sendiri tidak sepen
ting efek yang ingin dicapai penulis. PeneIjemah harns menemukan
cara mengungkapkan komponen makna yang penting dari kata dan fra
se itu, yaitu, komponen makna yang menjadi fokus dalam konteks itu.
BENDA dan KEJADIAN dapat dilihat dari segi bentuk atau fung
sinya. Pembedaan ini sangat penting dalam meneari padanan lek·
sikal Misalnya, pensil mempunyai bentuk panjang, runeing di satu
ujung, biasanya dibuat dari kayu dengan grafit di tengah, dan mem
punyai penghapus di ujung lain. Pena yang juga digunakan untuk
menulls mempunyai fungsi yang sama, tetapi bentuknya berbeda.
Begitu juga, dalam menggambarkan bentuk anjing, kita akan mem
bicarakan ukuran, bentuk, warna, lokasi mata, telinga, dsb. Fungsi
anjing dalam kebudayaan tertentu yaitu untuk berburu dan mengawal,
tetapi dalam kebudayaan lain, mungkin sebagai teman. Bentuk
merujuk ke aspek fisik BENDA atau KEJADIAN, sedangkan fungsi
merujuk ke maksud, alasan, dan tujuan BENDA atau KEJADIAN itu.
Dalam bab-bab sebelumnya telah dikatakan bahwa sebuah padanan
dapat ditemukan melalui pengungkapan komponen makna kata itu
dalam bentuk frase deskriptif. Misalnya, pulau dapat diteIjemahkan
dengan tanah yang dikelilingi air. Dalam bahasa Inibaloi, Filipina,
ungkapan wajar untuk pulau yaitu tempat kecil di laut. Salah satu
kemungkinan untuk menemukan padanan bagi konsep yang tidak
dikenal ini ialah dengan mengungkapkan komponen makna kata
bahasa sumber. Sesudah itu digunakan kata generik dan modifikasi
deskriptif. Misalnya, kata sauh tidak terdapat dalam kebanyakan
PADANAN LEKSlKAL 171
bahasa. Frase Mereka membongkar sauh dapat diteIjemahkan dengan
Mereka mengangkat sauh besi yang berat yang digunakan untuk meng
hentikan perahu. Atau jika binatang seperti serigala tidak dikenal
dalam kebudayaan sasaran, dapat digunakan kata generik binatang,
dan ditambah dengan modifikasi deskriptif galak atau liar dan mirip
anjing. Akan tetapi, sebelum menggunakan jenis padanan ini, pener~
jemah hams mempelajari konteks dari teks untuk. melihat apakah
bentuk. ataukah fungsi dari unsur leksikal yang menjadi fokUB. Modi
fikasi dari kata generik dapat mencakup deskripsi bentuk, fungsi, atau
kedua- duanya.
Kadang-kadang perbandingan dapat digunakan untuk menyam
paikan maIma secara memadai. Seperti yang telah disebutkan, bentuk
mempunyai huhungan dengan ciri benda seperti ukuran, wujud, jum
Iah, warna, rasa, suhu, zat, dan bahan, atau gerakan yang dapat dilihat
dari suatu kejadian. Fungsi merujuk ke signifikansi BENDA atau
KEJADIAN, yaitu alasan atau tujuannya, atau kadang-kadang peng
gunaan BENDA. Tidak semua komponen kon!lep bahasa sumber pen
ting dalam konteks itu, karenanya modifikasi deskriptif tidak perIu
membuat eksplisit semua komponen itu; hanya komponen yang penting
untuk bacaan itu saja yang dibuat eksplisit.
Untuk. menemukan padanan leksikal yang baik, perlu diketahui.
hubungan bentuk dan fungsi. (Kita tidak berbicara tentang bentuk
linguistis seperti di bab 1, tetapi bentuk fisik.) Ada empat kemungkinan.
Pertama, BENDAatau KEJADIAN dalam satu bahasa dan kebudayaan
mungkin mempunyai bentuk dan fungsi yang sarna dalam bahasa lain.
Misalnya, telinga dengan fungsi mendengar adalah sarna dalam semua
budaya dan bahasa.
Kedua, bentuk mungkin sarna tetapi fungsinya berbeda. Kata roti dan
roti itu sendiri mungkin ditemukan dalam kedua kebudayaan, tetapi
dalam kebudayaan yang satu, roti mungkin merupakan hidangan atau
makanan utama, dan dalam kebudayaan lain, roti mungkin merupakan
jam uan khusus dan hanya dihidangkan sebagai makanan pencuci
mulut, atau sebagai makanan di pesta. Bentuknya sarna tetapi fung
sinya berbeda.
Kemungkinan ketiga ialah bahwa bentuk. yang sarna tidak terdapat
dalam bahasa sasaran, tetapi ada BENDAatau KEJADIAN yang mem
punyai fungsi yang sarna. Misalnya, dalam satu kebudayaan, roti
mungkin merupakan "bahan pokok dalam kehidupan" atau makanan
utama. Dalam kebudayaan lain, seperti kebanyakan kelompok bahasa
di daerah hutan tropis, "bahan pokok dalam kehidupan" adalah
singkong.Roti dan singkong mempunyai bentuk yang berbeda, tetapi
fungsinya sarna dalam kedua kebudayaan itu.
172
Kemungkinan yang keempat ialah bahwa bentuk dan fungsi mung
kin sama sekali tidak. ada hubungannya. Kata itu mungkin merujuk ke
sesustu yang tidak terdapat dalam kebudayaan sasaran, dan dalam
kebudayaan sasaran tidak ada unsur lain yang mempunyai fungsi yang
sama seperti kata ini. Misalnya dalam hal tertentu, kata domba dalam
teks dari Timur Tengah mempunyai fungsi sebagai kurban untuk dosa,
tetapi dalam kelompok hutan tropis di Amazon, tidak ada binatang
domba, dan tidak ada juga binatang untuk kurban dosa yang sebanding.
Baik bentuk. maupun fungsi tidak ada yang sepadan, karena itu dalam
teI:iemahan harus dipakai frase deskriptifuntuk bentuk dan fungsi.
Sejauh ini semus contoh berhubungan dengan BENDA dalam baha
sa sumber, tetapi sebenarnya hubungan bentuk dan fungsijuga berlaku
untuk KEJADIAN. Misalnya, kata berlan dalam makna primemya
mempunyai bentuk dan fungsi yang sama dalam semus bahasa. Ben
tuknya yaitu memindahkan din dan satu tempat ke tempat lain dengan
gerakan kaki yang cepatj dan fungsinya yaitu berpindah dari satu
tempat ke tempat lain dengan terburu- buru. Dalam hal ini bentuk. dan
fungsinya sama dalam semus bahasa.
Dalam kebudayaan orang Yahudi, perbuatan memukul dada mem
punyai fungsi penyesalan atau pertobatan, tetapi dalam kebudayaan
lain, seperti kebudayaan orang Otomf, 'Meksiko, bentuk yang sama ini
mempunyai fungsi memperlihatkan kemarahan. Bentuknya sama,
fungsinya berbeda.
Orang Korku, India, mempunyai kata yang berarti berhati-hati
menanam gandum baris demi baris; sedangkan bahasa-bahasa lain
mungkin mempunyai kata yang berarti menabur gandum di atas sa
wah. Dalam kedus bahasa itu, fungsinya satria, yaitumenanamgandum
sehingga gandum akan berkembang biak, tetapi bentuknya berbeda,
yaitu cara penanamannya.
Akan tetapi, kadang-kadang ada perbuatan yang tidak terdapat da
lam kebudayaan lain, dan tidak ada juga perbuatan lain dengan fung
sinya yang sama. Misalnya dalam kebudayaan tertentu, ada
KEJADIAN mentato (mencacah kulit) muka orang pada umur tertentu
dan fungsinya adalah untuk menunjukkan bahwa orang itu sekarang
sudah menjadi dewasa. Akan tetapi, mungkin dalam kebudayaan lain
tidak ada kebiasaan mentato, dan tidak ada kata untuk itu, serta tidak
ada kejadian tertentu yang menunjukkan bahwa seseorang sudah men
jadi dewasa. Dalam hal ini, baik bentuk maupun fungsi perbuatan
mentato itu tidak ada padanannya.
Fungsi BENDAatau KEJADIANbiasanya unikjika ditinjau dari segi
budaya, karenanya tidak dikenal oleh bangsa-bangea lain. Jika bentuk.
PADANAN LEKSlKAL 173
itu dipertahankan tanpa dijelaskan fungsinya, aun dihasilkan malma
yang salah. Jika tidak ada bentuk dan fungsi yang sepadan, maka da
iam terjemahan diperlukan penyesuaian. Untuk menghindari malma
yang salah, nihil, atau tidak jeIas, penetjemah harus ingat dua prinsip
berikut:
1. bentuk yang dirujuk suatu kata dapat digantikan,
dihilangkan, diuraikan, atau disesuaikan; dan
2. fungsi yang dirujuk sebuah kata dapa~ dibuat eksplisit.
Implikasi untuk prinsip-prinsip ini akan dibahas secara rinci di
bawah ini.
Padanan dengan memodifikasi kata generik
Thlah disebutkan sebelumnya bahwa penetjemah mungkin perlu
menggunakan kata generik dan mengungkapkan komponen-komponen
lain dengan jelas, yaitu dengan membuat parafraee. Jika kata dalam
bahasa eumber tidak terdapat dalam bahasa easaran, peneJjemah perlu
menganalisis kata itu untuk mEmemukan komponen generik, komponen
kontrastif, dan fungsi kata itu dalam konteksnya. Kemudian dari ana
lisis ini dapat ditemukan padanan yang tepat dalam bahaea easaran.
Jika kata generik digunakan sebagai padanan uneur leksikaI, dan
kemudian dimodifikasi untuk menyampaikan malma yang tepat, ada
empat modifikasi yang mungkin dapat dilakukan, yaitu dengan:
1. membuat ekeplisit bentuknya,
2. membuat eksplisit fungsinya,
3. membuat eksplisit bentuk dan fungsinya, atau
4. memodifikasi dengan perbandingan ke BENDA atau
KEJADIAN yang terdapat dalam bahasa sasaran.
Penggunaan kata generik sangat berguna sebagai dasar untuk men
dapatkan padanan yang tepat. Kadang-kadang kata generik itu sendiri
dapat mencukupi jika fokusnya tidak pada komponen makna lain atau
pada fungsi. Akan tetapi, sering kali banyak yang harus ditambahkan
untuk meI\ielaskan bentuk dan fungsi atau kedua-duanya. Perhatikan
contoh berikut yang digunakan untuk menetjemahkan kata yang tidak
mempunyai padanan dalam bahasa kedua (Beekman dan Callow
1974:194-198):
DIMODIFlKASI DENGAN CIRI BENTUK
(lwta generik dalam hurufmiring):
harta benda banyak benda berharga (Mazahua, Meksiko)
174
laut
anggur
anggur
tepung
dupa
air datar (Wantoat, Papua Nugini)
minuman anggur beragi (Hopi, A.S.)
minuman keras (Trique, Meksiko)
gandum kering yang digiling (Sierra Otomi,
Meksiko)
sesuatu yang mengeluarkan asap dan. berbau
harum (Ifugao, Filipina)
DIMODIFIKASI DENGAN PERNYATAAN FUNGSI
(kata generik dalam hurufmiring):
sinagoga
kapal
jangkar
kemudi
rumah, tempat mereka belajar ajaran Allan
(Wantoat, Papua Nugini)
sesuatu yang dengannya kita dapat berjalan di
atas air (Chiehimeca Pame, Meksiko)
benda yang membuat perahu tidak
bergerak (Chol, Meksiko)
papan untuk dikemudikan (Teteleingo Aztec,
Meksiko)
Kadang-kadang satu-satunya cara untuk menyampaikan dengan
tepat makna kata teks sumber ialah dengan memodifikasi kata generik
dengan bentuk dan fungsinya. Untuk itu mungkin diperlukan gam
baran tentang penampilan atau perbuatan, dan juga tujuannya, tetapi
tergantung pada konteks kata itu dalam teks sumber apakah keduanya
akan diperlukan. Berikut ini adalah eontoh bentuk dan fungsi yang
dibuat eksplisit sebagai modifikasi kata generik. Kata generiknya
dalam hurufmiring.
DIMODIFIKASI DENGAN BENTUK DAN FUNGSI:
ani-ani
bemo
pengundian
jangkar
pisau keeil untuk memotong padi, gandum
(Inggris)
kendaraan bermotor dengan tiga roda (lnggris)
ada benda bulat keeil yang mereka mainkan
yang dapat membuat jelas siapa yang menang
(Lalana Chinantee, Meksiko)
besi yang dilekatkan ke tali supaya besi itu
akan menyangkut kotoran sehingga perahu
tidak dapat bergerak (Tetelcingo Aztec, Mek
siko)
Cara ke empat untuk memodifikasi kata generik yaitu dengan
menggunakan perbandingan. Bentuk dan fungsi tidak dibuat eksplisit,
PADANAN LEKSlKAL 175
melainkan dibandingkan dengan sesuatu yang telah dikenal baik dalam
kebudayaan sasaran dan yang mempunyai unsur Ieksikal. Perhatikan
contoh di bawah ini:
DIMODIFIKASI DENGAN PERBANDINGAN:
kemudi
serigala
benda seperti dayung (Sierra Otomi"Meksiko)
binatang seperti anjing galak (Aguaruna,
Peru)
Dari keempat kemungkinan di atas, pemilihannya tergantung pada
bagaimana kata bahasa sumber dipakai dalam teks itu. orang perlu
menanyakan pentingnya kata itu dalam dokumen bahasa sumber.
Unsur Ieksikal yang menjadi fokus dalam pengertian paragraf atau
bagian teks perlu dimodifikasi Iebih rinci daripada unsur leksikal yang
kurang penting untuk tema utama. Jika bentuk unsur itu penting untuk
teks, maka bentuknya harus dimasukkan, tetapi jika fungsinya yang
merupakan kunci teks itu, peneIjemah harus memasukkan fungsinya
dalam modifikasi itu.
PeneIjemah perlu meneliti bagaimana kata dalam bahasa sumber itu
digunakan, agar ia dapat memutuskan penyesuaian mana yang harns
dibuatnya. Beberapa aturan yang harus diingat yaitu:
1. pusatkan pada komponen makna yang paling penting yang
dimiliki kata itu dalam konteks dan pastikan bahwa kom
ponen makna itu yang dikomunikasikan, dan
2. pastikan bahwa komponen makna yang penting untuk kon
teks tidak hilang.
Satu hallagi yang harns diperhatikan yaitu bahwa modifikasi tidak
boleh terIaIu panjang dan rumit sehingga kalimat itu menjadi susah
dimengerti dan perhatian pembaca dialihkan dari tema utama bacaan.
Pertanyaan pertama yang harus dijawab yaitu, "Apakah bentuk, atau
fungsi, atau kedua-duanya yang menjadi fokus dalam bacaan itu?"
Masukkan hanya yang diperlukan. Misalnya, dalam suatu konteks,
jangkar mungkin tidak terlalu penting, tetapi yang penting yaitu
kenyataan bahwa benda itu menahan kapal. PeneIjemah tidak perlu
merumitkan teIjemahannya dengan uraian yang panjang tentang ben
tuk itu. Akan tetapi, dalam teks lain, bentuk jangkar mungkin penting
karena kata itu memegang peranan penting tentang apa yang teIjadi.
Penerjemah harns dapat memutuskan tentang jumlah komponen yang
harus dimasukkan. Modifikasi yang rumit dapat menjadikan teks
bahasa sasaran sulit untuk dibaca, padahal sebenarnya tujuan i
176
modifikasi yaitu untuk membantu pengertian pembaca bahasa sasaran,
tidak untuk menyulitkan pengertian mereka.
Padanan dengan memodifikasi kata asing
Kata asing merujuk ke kata yang berasal dari bahasa lain dan tidak
dikenal oleh kebanyakan pemitu.r bahasa sasaran. Kata asing sering
digunakan untuk nama orang, tempat, daerah geografis, dll. Kata ini
sering harus ditambah dengan satu penggolong (classifier) supaya jelas
apakah kata itu merupakan nama orang, kota, negara, sungai. John
dapat diterjemahkan dengan orang yang bernama John. Sesudah
digunakan penggolong ini, seterusnya nama itu dapat digunakan tanpa
penggolong lagi. Di sam ping cara ini, ada cara lain untuk menggunakan
kata aaing dalam terjemahan. Kata ini dapat dimodifikasi dengan cara
yang sama seperti yang disebutkan di atas untuk kata generik, yaitu
dengan modifikasi yang mengkhususkan bentuk atau fungsi, atau
keduanya. Perhatikan contoh berikut (kata tercetak miring merupakan
kata asing):
DIMODIFlKASI DENGAN PENGGOLONG:
melpati
/Paskah
Amazon
singa
Lewi
burung yang disebut merpati (Wantoat, Papua
Nugioi)
perayaan yang disebutPaskah(Sierra Zapotec,
Meksiko)
sungai yang disebutAmazon (Aguaruna, Peru)
binatang yang disebut singa (Aguaruna, ~eru)
Orang Yahudi dari kelompok yang dinamakan
Lewi (Aguaruna, Peru)
DIMODIFlKASI DENGAN PEMERIAN BENTUK, FUNGSI, ATAU
KEDUANYA:
imam
jangkar
Setan
kemenyan
imam, orang yang berhubungan dengan
sesuatu yang diberikan kepada Allah (Kali
nga, Filipina)
besi yang disebut jangkar yang diikat dengan
tali sehingga perahu tidak dapat pergi lebih
jauh (Teutila Cuicatec, Meksiko)
Setan, pemimpin roh jahat (Sambal, Filipina)
minyak yang mahal dan harum yang di
sebut kemenyan (Aguaruna, Peru)
PADANAN LEKSlKAL 177
Walaupun penggunaan kata asing kadang-kadang dapat merupakan
jaJan keluar terbaik dalam menemukan padanan leksikal, ada juga
risiko yang harus diperhatikan penerjemah. Kata asing adalah kata
dari bahasa lain. Ada dua macam kata dari bahasa lain, yaitu kata
pinjaman yang telah diserap ke dalam bahasa sasaran sebehlID proses
penerjemahan, dan kata asing yang sama sekali baru untuk penutur
bahasa sasaran.
Bahasa terus menerus meminjam kata dari bahasa lain. Banyak di
antaranya benar-benar menjadi bagian dari bahasa itu sehingga pem
bicara tidak menganggapnya asing lagi. Bahasa Indonesia mempunyai
sejumlah kata yang dipinjam dari bahasa Belanda, Spanyol, Inggris,
Prancis, Cina, Arab, dsb. Misalnya, meja dipinjam dari bahasa Spanyol,
tahu dari bahasa Cina. Kata-kata ini dulu dipinjam dan sekarang men
jadi bagian bahasa Indonesia. Kata pinjaman dikenal oleh kebanyakan
penutiir bahasa" bahkanjuga oleh orang yang tidak tahu bahasa lain.
Kata-kata ini dapat digunakan persis seperti unsur leksikal lainnya
dalam bahasa itu.
Namun,-kata asing bukan merupakan bagian leksikon bahasa
saearan. Kata-kata ini merupakan kata-kata dari bahasa lain yang
tidak ada artinya bagi penutur bahasa sasaran, kecuali jika mereka
pernah mempelajari bentuk bahasa asal itu. Kata asing tidak akan
bermakna, kecualijika kata itu dimodifikasi untuk memberikan makna
pada konteks itu, dan dengan demikian pada kata itu juga., KaUl
Chiriaco tidak bermakna untuk penutlir bahasa lainkecuali penutur'
bahasaAguaruna. Kata ini dapat dipakai sebagai kata asing dalam
bahasa lain jika ditambahkan penggolong, yaitu sungai yang disebut
Chiriaco. Setelah ditambahi penggolong, kata asing menjadi bermakna;
kata itu mempunyai komponen generik sungai. Begitujuga orang yang
menerjemahkan legenda Aguaruna ke dalam bahasa Indonesia akan
tahu bahwa kata ajutap tidak mempunyai padanannya dalam bahasa
Indonesia. Penerjerilah dapat mempertahankan kata itu sebagai kata
asing dengan menggunakan frase seperti ajutap, tenaga yang diterima
melalui visi (penampakan). Sesudah kata aeing dikenalkan dengan
rrase modifikaei, rujukan selanjutnya ke ajutap dapat menggunakan
kata asing itu saja. Jika digunakan kata asing, konteks untuk tiap
kemunculannya harus berisi informasi secukupnya, sehingga makna
kata bahasa sumber tidak hilang atau menyimpang.
Padanan dengan pengganti kebudayaan
Ada unsur leksikal tertentu yang tidak dapat diterjemahkan dengan
kata generik maupun kata asing dengan modifikasi. Oleh karena itu,
178
unsur Ieksikal tersebut harns diteIjemahkan dengan kata yang tidak
persis sarna tetapi terdapat dalam bahasa sasaran. Rujukan ke dunia
nyata dari kebudayaan sasaran digantikan dengan rujukan yang tidak
dikenal dalam kebudayaan sumber. Apabila bentuknya bukan
merupakan fokus, cara ini baik sekali untuk fungsi dari dua rujukan
yang sarna, misalnya, penggantian macan tutul dengan harimau: Atau
KEJADIAN menguburkan mungkin diteIjemahkan kata yang berarti
meletakkan di dalam kubur, karena fungsinya sarna - mengebumikan
mayat.
Walaupun pengganti kebudayaan kadang-kadang merupakan alter
natif terbaik untuk situasi tertentu, ada beberapa hal yang herus
diingat peneIjemah. Jika yang diteIjemahkan adalah kejadian historis,
atau naratif sebuah kejadian sebenarnya, rujukan ke BENDA atau
KEJADIAN spesifik adalah penting untuk teIjemahan yang tepat.
Memperkenalkan BENDA dan KEJADIAN yang berbeda akan
melanggar prinsip dasar peneIjemahan, yaitu prinsip untuk tepat de
ngan kenyataan historis dan kenyataan masa kini. PeneIjemah tidak
boleh mengubah kenyataan yang dilaporkan. Jika cerita itu mengenai
seseorang yang sedang makan pisang, tidaklah tepat untuk me
ngatakan ia sedang makan jeruk. Akan jauh Iebih baik untuk me
ngatakan bahwa ia sedang makan buah-buahan yang disebut pisang,
yaitu dengan kata asing dan modifikasi lain, jika itu penting untuk isi
cerita.
Penggunaan pengganti kebudayaan dalam dokumen historis
mungkin dapat berakibat anakronistis, yaitu memperkenalkan
sesuatu yang belum ada pada waktu atau tempat yang dirujuk delam
teks sumber. Misalnya, meneIjemahkan dokumen yang ditulis beberapa
ratus tahun yang lalu dengan kata seperti radio atau kapal terbang akan
sangat anakronistis. PeneIjemah harus berpijak pada kenyataan
naratif. Oleh karena itu, beberapa jalan keluar lain yang disebutkan di
atas akan Iebih baik untuk padanan unsur leksikal jenis ini. Beberapa
padanan anakronistis mungkin perlu digunakan, tetapi ada yang Iebih
sulit daripada yang lainnya. Penggunaan padanan ukuran seperti
kilometer, dolar, dan kilogram tidak seserius penggunaan nama obyek,
seperti mobil digantikan dengan keretakuda.
Namun, ada beberapa teks yang Iebih didaktis (bersifat mendidik)
atau ditulis untuk menciptakan efek tertentu, dan bukan Wltuk meng
hubungkan fakta. Dalam teks ini, pengganti kebudayaan mungkin
dapat Iebih berguna. Misalnya, dalam sebuah teks didaktis yang diter
jemahkan ke dalam bahasa Aguaruna, ada bagian yang membicarakan
kehidupan orang yang dapat dinilai dari perbuatannya. Dalam teks
surnber digunakan sebuah-ilustrasi yang mengatakan dapatkah pohon
PADANAN LEKSlKAL 179
ara menghasilkan buah zaitun dan pohon anggur menghasilkan buah
ara? Baik buah ara maupun buah zaitun tidak dikenal oleh orang
Aguaruna. Mula-mula ada seorang peneIjemah yang menggunakan
kata asing dengan modifikasi, tetapi pembaca berusaha keras dalam
mengira-ngira seperti apa pohon ara dan zaitun itu, sebingga mereka
tidak mengerti pengajaran teks itu. Sebenarnya fokus paragraf itu
bukan rupa dari ara dan zaitun, karena itu, dalam teIjemahan berikut
nya digunakan pengganti kebudayaan - Dapatkah pohon avokad
menghasilkan buah palma, atau pohon anggur menghasilkan buah
avokad. Teks itu menjadi mudah dimengerti dan fokus utama dari
bacaan itu tidak menyimpang. .
Bahasa Muyuw, Papua Nugini, tidak mengenal frase menyirami
kebun. Sebuah teks sumber yang berisi pengajaran tentang pengabaran
Injil berbunyi demikian: Paulus menanam, Apolos menyiram, tetapi
Allah yang memberi pertumbuhan. Dalam bahasa Muyuw, orang mem
punyai dua tugas berkebun, dan karenanya peneIjemah menggunakan
pengganti kebudayaan dan meneIjemahkan dengan Paulus menanam,
Apolos memancang tonggak (agar tanaman itu tumbuh ke atas), dan
Tuhan membuat tanaman itu tumbuh.
Di bawah ini diberikan beberapa pengganti kebudayaan yang telah
digunakan dalam teIjemahan:
lampu obor bambu (Papua Nugini)
berbaring di meja duduk makan (Inggris)
singa jaguar (Amerika Selatan)
serigala-serigala ti\tus hutan (Afrika)
serigala biena (Afrika)
PeneIjemah perlu membuat sejumlah pertanyaan sebelum memper
timbangkan penggunakan pengganti kebudayaan. Seberapa mirip
kedua BENDA atau KEJADIAN itu? Jika keduanya eukup mirip (singa
dan jaguar), maka kemungkinan timbulnya masalah akan lebih keeil.
Dapatkah padanan deskriptif digunakan tanpa terlalu menyimpang
dari teks? Jika demikian halnya, maka padanan deskriptiflebih disukai
daripada pengganti kebudayaan. Bagaimanakah secara kebudayaan
i>enutur bahasa sasaran dikueilkan? Jika mereka sangat terkucil dan
hanya melihat sedikit saja unsur kebudayan dari daerah lain, pener
jemah mungkin perlu menggunakan lebih banyak pengganti kebu
dayaan dalam teIjemahan.
Ada hal lain yang perlu dicatat. Jika peneIjemah memutuskan untuk
tidak menggunakan pengganti kebudayaan untuk kata tertentu dalam
bacaan historis, maka ia juga tidak perlu menggunakannya dalam
bacaan didaktis. Artinya, ia dapat menggunakan jalan keluar yang
180
sama untuk keduanya dalam dokumen yang sama. Penggunaan jalan
keluar ini dapat memperkuat dan membantu pengajaran konsep baru
dalam bagian historis dari teks, jika penerjemahjuga menggunakannya
dalam bagian didaktis. Jika ada bagian historis dari dokumen yang
merujuk ke pohon ara dan :£rase itu akan dikenalkan dengan sejenis
frase deskriptif, maka cara yang sama dapat juga digunakan dalam
bagian didaktis dari dokumen yang sama. Yang harus diingat yaitu
bahwa harus ada konkordansi padanan leksikal (untuk makna yang
sarna dari sebuah kata) di seluruh dokumen itu.
Pengganti kebudayaan selalu berakibat penyimpangan makna ter
tentu dan tidak boleh digunakan kecualijika tidak adajalan keluar lain.
Sebaliknya pengganti kebudayaan dapat membangun padanan
dinamis, yang jika tidak digunakan, bagian amanat asal (bagian didak
tis atau emotif) tidak mungkin dimengerti.
LATIHAN - Padanan Leksikal untuk Konsep
yang Tidak Dikenal
A. Dalam soal-soal di bawah ini, kalimat pertama mewakili teks
bahasa sumber dan yang kedua hasil terjemahan. Sebutkan
apakah kata generik itu dimodifikasi melalui pemerian bentuk,
fungsi, bentuk dan fungsi, ataukah penggolong.
1. Ratu Ethiopia datang berkunjung.
Wanita yang memerintah orang Ethiopia datang berkun
jung.
2. Mereka makan singkong.
Mereka makan BejeniB akar tanaman berurnbi.
3. Ia diundang untuk menghadiri wisuda sarjana.
Ia diundang untuk menghadiri upaeara pelantikan orang
orang yang lulus dari perguruan tinggi.
4. Orang kafir diundang untuk hadir.
Orang yang tidak mengenal Allah diundang untuk hadir.
5. Mereka tiba di sebuah desa dekat sungai itu.
Mereka tiba di sebuah kota keeil dekat sungai.
6. Ia pergi ke Abijan.
Ia pergi ke sebuah kota yang disebut Abijan.
7. Ia melihat seorang malaikat.
Ia melihat seorang utusan dari surga.
PADANAN LEKSlKAL 181
8. Presiden berbicara terIebih dahulu.
Orang yang paling berkuasa di negara itu berbicara ter
lebih dahulu.
9. Mereka memasang kekang ke dalam mulut kuda untuk
menuntun mereka.
Mereka memasang palang logam dengan tali ke dalam
mulut kuda itu dan menarik tali itu untuk membawa
mereka.
10. Mereka menggunakan arit untuk memotong hasil panen.
Mereka menggunakan pisau panjang yang berbentuk sabit
untuk memotong hasil panen.
B. Apakah padanan leksikal berikut merupakan:
a., kata generik ditambah dengan modifikasi
b. kata asing ditambah dengan modifikasi, atau
c. pengganti kebudayaan
1. Keesokan harinya mereka menyeberangiAmazon.
Keesokan harinya mereka menyeberangi sungai Amazon.
2. Ada itik berenang di kali.
Ada angsa berenang di kali.
3. Ia tersesat selama enam hari di hutan.
Ia tersesat selama enam hari di tempat yang tidak dihuni
orang.
4. Mereka ke pasar naik becak.
Mereka ke pasar naik kendaraan roda tiga yang dikayuh
orang.
5. Lauknya berupa tempe.
Lauknya berupa makanan yang disebut tempe.
6. Orang-orang memasukkanjagung ke dalam ember.
Orang-orang memasukkan jagung ke dalam sejenis wadah
yang biasanya dipakai untuk mengangkat air.
7. Mereka sedang bermain catur.
Mereka sedang melakukan permainan yang disebut Icatur.
8. Mereka mengikatnya dengan rantai.
Mereka mengikatnya dengan tali yang terbuat dari logam.
182
9. Bonni duduk. meminia.
Anjing itu, Bonni, duduk dan meminta.
10. Raja berdiri di depan rakyatnya.
Pemimpin itu berdiri di depan rakyatnya.
11. Mereka makan singkong tiap hari.
Mereka makan akar yang disebut singkong tiap hari.
12. Ada banyak roti untuk. dimakan tiap orang.
Ada banyak kue jagung untuk dimakan tiap orang.
C. Lihatlah kembali kalimat di A dan B, dan teIjemahkanIah kata
tercetak miring itu ke dalam bahasa lain.
D. Kedua paragrafberikut mewakili "teka bahasa sumber" dan "ter
jemahan" yang dianggap benar. Kata dan frase tertentu daIam
kedua paragrafitu tercetak miring. Isilah tempat kosong dalam
paragraf teIjemahan itu dengan salah satu huruf (a- 0) untuk
menunjukkan jenis pengalihan dari bahasa sumber ke daIam
bahasa sasaran.
a. kata generik, dimodifikasi dengan perbandingan
b. peneIjemahan dengan padanan yang tidak harfiah dari
konsep yang sudah dikenal dalam bahasa sasaran
c. kata asing tanpa modifikasi
d_ pengganti kebudayaan
e. kata asing bersama dengan kata generik, yang dimodifikasi
menurut bentuk dan fungsinya
f. kata generik, yang dimodifikasi menurut fungsinya
g. kata generik yang digunakan untuk kata spesifik, tanpa
modifikasi
h. peneIjemahan dengan padanan harfiah dari konsep yang
sudah dikenaI daIam bahasa sasaran
i. kata generik, yang dimodifikasi menurut bentuknya
j. kata asing, bersama dengan kata generik., yang dimodifikasi
menurutbentuknya
k. kata asing, yang dimodifikasi menurut fungsinya
1. kata asing, bersama dengan kata generik, yang dimodifikasi
dengan perbandingan
m. kata generik, yang dimodifikasi menurut bentuk dan
fungsinya
n. kata spesifik yang digunakan untuk kata generik, tanpa
modifikasi
o. kata asing dengan penggolong
PADANAN LEKSlKAL 183
BAHASA SUMBER:
Oalin, seorang kepala des a yang terhormat, yang sudah beruban,
tampil ke depandan berbicara, "Saudara- saudara, nenek moyang kita
datang ke sini dari Kolonga, dipimpin oleh para kepala desa. Mereka
menanam gandum dan anggur, dan juga membawa masuk mabos dan
geelas dan membuat padang untuknya. Dengan sabit mereka merna
nen, dan tong anggur menjadi penuh. Akan tetapi, seperti yang kalian
ketahui, Duricharchs selalu menentang para kepala desa itu, dan
sekarang pertentangan itu telah berkembang menjadi pemberontakan
terbuka. Mereka menolak memakai jubah, dan mereka telah men
dobrak kubah dan memindahkan tiang totem, yang tidak seorangpun,
kecuali kepala desa yang telah ditasbihkan, berani menyentuhnya.
Jadi," Oalin melanjutkan, "pendapat Bays ialah bahwa semua
Duricharchs didenda dua puluh boshges, dan pemimpinnya dipen
jarakan enam bulan."
BAHASA SASARAN:
Oalin c , seorang kepala desa yang terhormat, yang sudah
beruban, tampil ke depan dan berbicara, "Saudara- saudara ___ ,
kakek zaman purba kita __ datang ke sini dari negara Kolanga __ ,
dipimpin para kepala desa. Mereka menanam padi-padian __ dan
anggur, dan juga membawa masuk mabos untuk ditunggangi __ dan
binatang yang mirip sapi yang disebut geelas __ , dan membuat
padang __ untuknya. Dengan parang __ , mereka memanen padi
padian dan anggur __ , dan lubang di tanah yang digunakan untuk
menyimpan minuman anggur __ menjadi penuh. Akan tetapi, seper
ti yang Anda ketahui, partai politik Duricharch, yang terdiri dari petani
dan yang membaktikan diri untuk menggulingkan orde __ , selalu
menentang para kepala desa, dan sekarang oposisi itu telah berkem
bang menjadi pemberontakan terbuka. Mereka telah menolak
memakai pakaian panjang __ , dan mereka telah mendobrak tempat
untuk menyimpan barang-barang berharga __ dan memindahkan
patung-patung yang berhiaskan ukiran yang disebut "tiang totem" __ ,
yang tidak seorangpun kecuali kepala desa yang telah ditasbihkan
berani menyentuhnya. Jadi," Oalin melanjutkan, "pendapat Bays ialah
bahwa semua orang Duricharchs didenda dua puluh uang logam perak
__ • dan pemimpin mereka dikurung enam bulan di bangunan untuk
penjahat __ ."
Bah 17
Masalah Khusus dalam
Menemukan Padanan Leksikal
Dalam setiap proyek penerjemahan, ada beberapa masalah unik da
lammencari padanan leksikal. Akan tetapi, ada juga beberapa hal yang
merupakan masalah umum. Setiap peneIjemah harus menemukan
padanan yang sesuai untuk kata-kata kunci dalam teks sumber itu. Ada
kata-kata tertentu yang pertama-tama kelihatan seperti padanan yang
sesuai, tetapi ternyata merupakan kata seasal semu. Masalah lain
nya yaitu adanya beberapa komponen makna yang hHang dan yang
ditambahkan, atau disebut juga masalah informasi implisit dan eks
pIisit.
Kata-kata kunci
Hampir semua teks yang akan diterjemahkan mempunyai beberapa
kata kunci. Kata kunci yaitu kata yang dipakai berulang kali dalam
sebuah teks dan sangat penting untuk tema atau topik yang sedang
dibahas. Kata kunci sering merupakan kata yang mewakili konsep pen
ting dan mendasar dari teks itu, dan sering bersifat tematik. Sewaktu
mempelajari teks sumber itu, peneIjemah hanis menemukan padanan
leksikal bagi setiap kata kunci itu, dan sedapat mungkin menerjemah
kannya dengan unsur leksikal yang sama dalam setiap kemunculannya.
Misalnya, jika seseorang meneIjemahkan bulletin pertanian tentang
irigasi ke dalam bahasa yang penuturnya tidak mengenal irigasi, maka
padanan leksikal untuk istilah-istilah irigasi ini harns dipilih secara
cermat dan ditentukan sebelum memulai peneIjemahan. Prosedur
untuk menemukan padanan leksikal ini sarna dengan prosedur yang
digambarkan di bab-bab sebelumnya. Akan tetapi, padananyang sesuai
MASALAH KHUSUS 186
untuk. kata-kata kuncijauh lebih penting daripada padanan yang sesuai
untuk. kata-kata lain dalam teks itu. Jika kata kunci diterjemahkan de
ngan pelbagai padanan, padahal yang diinginkan adalah MAKNA
YANG SAMA, maka maksud utama teks itu mungkin akan hilang, dan
teks itu akan menjadi kurang kohesif dan temanya kurang jelas.
Sebaliknya, peneIjemah tidak boleh menggunakan kata yang sarna
dalam konteks yang lain, jika maknanya sebenarnya berbeda. (Lihat
bab 14.) PeneIjemah mungkin perlu membakukan bentuk. yang digu
nakan untuk MAKNA YANG SAMA.
Dalam seperangkat kata, makna kata-kata yang berkontras satu
sarna lain dapat membingungkan, karena komponen maknanya ada
yang tumpang tindih. Dalam pemilihan padanan IeksikaI, makna yang
satu dengan makna lainnya harns dibedakan dengan jelas. MisaInya,
jika seseorang menerjemahkan teks tentang Timur Tengah, perlu
ditetapkan padanan leksikal yang tepat untuk. ketiga kata kunci gereja,
mesjid, dan sinagoga. Dalam meneIjemahkan teks ini ke dalam bahasa
yang tidak rnemiliki padanan kebudayaan ini, artinya tidak mempunyai
bangunan yang khusus untuk. aktivitas keagamaan, peneIjemah harns
menemukan bukan hanya padanan untuk menandakan bangunan
semacam ini, tetapi juga cara yang lebih khusus untuk. membedakan
ketiganya. Prinsip untuk menemukan padanan Ieksikal yang dibahas
sebelumnya dapat berlaku di sini. Artinya, komponen inti atau kom
ponen generik tiap kata perlu ditunjukkan, dan kemudian komponen
kontrastif dari ketiganya harus difokuskan. Perhatikan analisis
berikut untukgereja, mesjid, dan sinagoga:
Kelas generik jenis tempat yang digunakan untuk
tujuan beribadah
Komponen generik - tempat yang digunakan untuk tuju
an beribadah
Komponen pengkbusus:
gereja digunakan oleh orang Kristen
mesjid - digunakan oleh orang Islam
sinagoga - digunakan oleh orang Yahudi
Dalam membandingkan kata kemah suci, bait suci dan sinagoga,
penerjemah perlu mempertimbangkan lebih banyak komponen
pengkhususnya. Perhatikan analisis berikut (Larson 1975:44):
Kelas generik jenis tempat yang dipakai untuk. tujuan
beribadah oleh orang Yahudi
186
Komponen generik - temp at yang dipakai untuk tujuan
beribadah oleh orang Yahudi
Komponen pengkhusus:
kemah sud bait suci sinagoga
a. tempat Allah a. tempat Allah a. tempat orang
menemui menemui Yahudi berte-
umatnya umatnya muuntuk
pengajaran
agama
b. sementara b. tetap b. tetap
(dapat dibawa-
bawa)
c. hanya satu c. hanya satu c. banyak di tem-
pa t yang ber-
beda beda
d. umat pergi un- d. umat pergi un- d. umat pergi un-
tuk memper- tuk memper- tuk membaca
sembahkan sembahkan hukum Taurat,
korban korban korban, mengajar, her-
berdoa, meng- doa
ajar, belajar,
membakar
dupa
Dalam memilih istilah untuk sebuah kata, penerjemah harus juga
mempertimbangkan istilah untuk kata-kata lain dalam perangkat yang
sarna. Hal inijuga berlaku untuk perangkat semantis apa saja. Bagan
17.1 memperlihatkan contoh hasil teIjemahan balik dari padanan lek
sikal dalam beberapa bahasa. Tidak semua komponen kontrastifnya
diberikan. Di sini hanya diberikan komponen secukupnya untuk men
jelaskan perbedaan ketiga kata kunci itu.
kemahsuci bait suci sinagoga
Aguaruna (peru). rumah besar tempat untuk tempat berkum-
yang didirikan menyembah pul orang Yahudi
dari kulit Allah
dan kain
Kahgel, Papua Nugini rumah tempat tempat mereka rumah tempat
berkumpul yang mempersem- berkumpul orang
dibuat dari kain bahkan korban Yahudi untuk
mendengarkan
firman Allah
Gahuku,
Papua
NDgini
Nark,
Filipina
MASALAH KHUSUS 187
kemahsuci
rumah ibadah yang
dibuat dari kain
rumah ibadah yang
dibuat dari kain
baitsuci
rumah ibadah
yangbesar
rumah ibadah
yangbesar
Bagan 17.1
sinagoga
rumah ibadah
milik orang.\'Ya-
hudi .
rumah ibadah
orang Yahudi
Kata kunci yang merujuk ke benda konkret biasanya tidak terlalu
sukar diteIjemahkan, sedangkan hubungan sosial dan politik mungkin
lebih rumit. Akan tetapi, istilah yang berhubungan dengan aspek
keagamaan dari sebuah kebudayaan biasanya paling sulit, baik dalam
analisis kosakata sumber maupun dalam penemuan padanan bahasa
sasaran yang terbaik. Alasannya ialah bahwa kata ini tidak dapat
dinyat.l!kan denganjelas dan penggunaannya begitu otomatis, sehingga
penutur bahasa tidak begitu sadar akan pelbagai aspek makna yang
dilibatkan. Sekali lagi, lebih baik mempertimbangkan kata-kata per
perangkat daripada secara terpisah.
Untuk meneIjemahkan kata imam, peneIjemah perlu mempertim
bangkan seluruh sistem kegiatan beribadah, dan mencoba me
madankan fungsi tiap orang yang mempunyai peranan dalam agama
agar dapat ditemukan padanan yang paling sesuai dengan istilah imam.
Agar lebih tepat, kata yang dipilih mungkin perlu dimodifikasi, se
hingga dapat disampaikan makna yang sama seperti kata itu dalam
teks sumber. Kata yang pertama-tama kelihatan seperti padanan yang
baik mungkin sebenarnya mewakili orang dengan peran yang sangat
berbeda dalam kedua kebudayaan itu. Misalnya, fungsi imam Yahudi di
Palestina tidak sama dengan fungsi imam Brahmana di India. Untuk
teks tertentu, mungkin hal ini tidak terlalu penting, tetapi jika imam
merupakan kata kunci dalam teks sumber, penggunaan istilah itu perlu
diperhatikan.
Bab sebelumnya telah membahas kemungkinan penggunaan kata
asing. Kadang-kadang penggunaan kata asing perlu dilakukan untuk
kata kunci, misalnya jika ada perbedaan besar antara kedua
kebudayaan, terutama untuk kata-kata seperti nama kelompok agama,
politik dan kantor agama. Kadang-kadang memang lebih baik meng
gunakan kata asing, dan menerangkannya agar dapat disampaikan
makna yang benar, daripada mencoba menggunakan istilah bahasa
sasaran yang, walaupun maknanya tumpang tindih sebagian, mem
punyai komponen yang dapat memberikan makna yang salah. Misal
nya, jika kata imam dalam bahasa sasaran mempunyai implikasi ilmu
188
sihir atau pem.ujaan, lebih baik digunakan kata dari bahasa sumber,
dan peran imam dalam kebudayaan sumber dinyatakan dalam konteks
melalui modifikasi. Kadang-kadang memang mungkin digunakan is
tilah bahasa sasaran dan menerangkannya untuk mengisi kekurangan
dalam padanan yang dapat diterima. "Bahasa dapat menggabungkan
istilah dalam cara baru untuk mengungkapkan konsep baru atau untuk
menghindari denotasi dan konotasi yang negatif' (Beekman 1980:38).
Penggunaan kata asing atau kombinasi baru untuk kata kunei harus
benar-benar wajar secara semantis dan gramatikal. Artinya, walaupun
konsep itu baru., cara kata itu digabungkan harus benar- benar wajar.
Kadang-kadang perlu digunakan istilah bahasa sasaran dengan
hilangnya beberapa komponen yang diinginkan atau dengan bertam
bahnya beberapa komponen makna yang tidak diinginkan. Jika de
mikian halnya, kontekslah yang akan menunjukkan perbedaan dalam
keseluruhan makna. Untuk kebanyakan kata kunei, cara ini lebih di
sukai daripada pemakaian kata asing.
Dalam teks tertentu, ada kata bertanda yang lebih baik diper
tahankan sebagai kata asing. Kata ini mencakup hal seperti "kata-kata
bereiri masa yang menunjukkan fakta peradaban, seperti nama pakaian
dengan mode terakhir, produk atau penemuan baru, atau mode sesaat"
(Newmark 1974:71). Kata bertanda lebih sering ditransliterasikan
(transliterasi yaitu penyalinan huruf dari satu abjad ke dalam huruf
dari abjad lain) untuk mempertahankan makna waktu dalam sejarah,
dan ini biasa dilakukan dalam novel dan cerita pendek. Misalnya, dalam
menerjemahkan novel bahasa Spanyol ke dalam bahasa Indonesia, kata
seperti plaza sering digunakan sebagai kata tanda untuk memberikan
eiri khas Spanyol pada terjemahan. Akan tetapi, kata dalam dokumen
agama, politik dan sejarah tidak boleh sering ditransliterasikan .
Kata-kata simbolis
Dalam banyak teks, ada beberapa kata kunei yang memperoleh nilai
simbolis. Kata-kata ini mengandung makna figuratif atau metaforis
selain makna dasar kata itu, karenanya mungkin perlu disesuaikan
dalam terjemahan. Misalnya, kata salib merujuk ke kayu salib yang
digunakan untuk penyaliban pada masa Kekaisaran Romawi. Akan te
tapi, untuk orang Kristen, kata ini mempunyai makna simbolis yang
melebihi makna dasarnya. Secara simbolis, maknanya adalah kematian
danpenderitaan, dan bahkan lebih dari itu, salib melambangkan agama
Kristen. Kata salib dalam bahasa sumber mempunyai makna dasar
kayu salib yang digunakan untuk penyaliban, tetapi makna yang lebih
kuat yaitu dalam pemakaian simbolisnya, atau citra tematik yang
MASALAH KHUSUS 189
dikandungnya di seluruh teks itu. Kata kunci yang juga merupakan
kata simbolis perlu diberi perhatian khusus, sehingga maksud metaforis
dari penulis teks sumber tidak kabur. "Simbol ini dapat dipertahankan
dalam terjemahan tanpa mengorbankan maksudnya, dengan mem
berikan sedikit petunjuk kepada makna yang dimaksudkan atau de
ngan men.v~kan makna yang tidak figuratif untuk imajinemya"
(Beekman dan Callow 1974:136). Perhatikan, misalnya, dalam ter
jemahan berikut dari Ef2: 16, kata salib tetap dipertahankan walaupun
telah dibuat tambahan untuk memberikan makna yang tepat:
Teks sumber ... mendamaikan kita berdua pada Allah
dalam satu tubuh melalui salib, dengan
demikian mengakhiri permusuhan ...
Bahasa sasaran 1: dengan kematianNya di salib Kristus
melenyapkan rasa permusuhan; dengan
memakai salib ia mempersatukan dua bangsa
ke dalam satu tubuh dan membawa mereka
kembali kepada Allah.
Bahasa sasaran 2: Ia warat di kayu saUb untuk mengakhiri
kebencian dan membawa kita kembali kepada
Allah sebagai satu bangsa.
Dokumen agama Bering mempunyai kata kunci yang mengandung
makna simbolis dan juga makna harfiah. Kata kunci ini juga terdapat
dalam dokumen sastra,jadi peneIjemah perlu waspada terhadap makna
simbolis ini agar simbolnya tidak hilang dan ia tidak meneIjemahkan
hanya dengan makna Iangsung. Dalam contoh di atas, kata itu dapat
diteIjemahkan dengan kematian, tetapi kata saUb tetap dipertahankan
dikarenakan makna simbolisnya.
Kombinasi kata dan terjemahan harfiah yang salah
Dalam banyak bahasa, ada kelompok kata yang fungsinya sama se
perti sebuah kata, misainya, frase rumah sakit sama dengan satu kata
hospital dalam bahasa Inggris. Atau kata afternoon (har. 'sesudah
siang') dalam bahasa Inggris sepadan dengan sore dalam bahasa In
donesia. Kebanyakan kombinasi ini merupakan entri (kata kepaIa)
dalam kamus bahasa itu. Kamus Besar Bahasa Indonesia memasukkan .
frase berikut sebagai entri: rumah tangga, mata-mata, masya Allah,
dan tanggungjawab. Tiap frase ini terdiri atas Iebih dari satu kata, dan
190
dapat mencakup pelbagai kelas kata. Jadi, entri itu dapat berupa kom
binasi seperti orang-tua, orang aring, Gedung Putih, dan Istana Bogor.
Dalam banyak bahasa, ada kata-kata yang bergabung untuk mem
bentuk kata majemuk. Kata majemuk. yaitu kata baru yang diciptakan
dengan menyambung-nyambungkan kata tunggal, yang merupakan
bagian konstituen. Hampir tidak ada batasan untuk jeriis kombinasi
yang dapat dibentuk. Contohnya yaitu rumah sakit, daya tarik, pang
gung gembira, panjang tangan, kaki tangan, buta ayam, air mata buaya,
dan kepala batu. Bahasa Jerman dan Hongaria dikabarkan memiliki
banyak sekali kata majemuk.
Jenis kombinasi kata yang disebutkan di atas patut diperhatikan
peneIjemah, karena makna kombinasi secara keseluruhan tidak selalu
dapat ditentukan oleh makna dari bagian konstituen itu tersendiri.
Misalnya, teIjemahan untuk pomme de terre (apel dari tanah) dari
bahasa Perancis adalah kentang. Makna kebanyakan kombinasi kata
ini harns dipelajari, seolah-olah kombinasi itu merupakan satu kata
tunggal. Misalnya, teIjemahan ke dalam bahasa Indonesia yang me
ngatakan bahwa "Bulgaria sekarang sarna dengan kekuatan industri
kita, pus at utama metalurgi hitam." Kombinasi ini tidak bermakna
dalam bahasa Indonesia, dan kombinasi yang lebih baik yaitu industri
besi dan baja.
Kadang-kadang peneIjemah merasa puas dengan teIjemahan har
fiah kombinasi kata, karena ia tidak tahu bahwa ada bentuk. lain yang
lebih idiomatis. Jika teIjemahan harfiah kedengaran masuk. akal, pe
neIjemah mungkin tidak akan mendapat teIjemahan yang lebih baik.
Misalnya, teIjemahan harfiah bergerak ke belakang kelihatan benar,
tetapi teIjemahan yang lebih tepat adalah mundur. Dalam mener
jemahkan peristilahan teknis, yang mempunyai banyak kombinasi kata
semacam ini, peneIjemah harus selalu waspada agar ia tidak membuat
teIjemahan harfiah yang salah.
Kata seasal semu
Dalam meneIjemahkan ke dalam bahasa serumpun, salah satu
penyebab utama kesalahan pada tingkat leksikal yaitu kata seasal
semu. Kata seasa} semu dapat diartikan sebagai kata dalam bahasa
sumber yang kelihatan sangat mirip dengan kata dalam bahasa
sasaran, karena keduanya seasal, tetapi sebenarnya maknanya ber
beda. Misalnya, kata pusing-pusing dalam bahasa Malaysia berarti
jalan-jalan dalam bahasa Indonesia. Atau., kata family dalam bahaS8
Inggris merupakan kata seasal semu., karena maknanya sebenarnya
adalahkeluarga dan bukanfamili. Akan tetapi, katafamili merupakan
MASALAH KHUSUS 191
kata yang langsung muncul dalam pikiran orang jika ia baru pertama
kali mendengar atau membaca kata family. Makna family dalam bahasa
Inggris berbeda dengan makna famili dalam bahasa Indonesia. Contoh
lain yaitu kata kesel dalam bahasa Jawa. Kata ini sebenarnya berarti
lelah Iletih, tetapi orang yang tidak tahu akan menyamakannya dengan
kata kesal dalam bahasa Indonesia yang berartijengkel. Kata hostess
dalam bahasa Inggris berarti nyonya rumah, tetapi hostes dalam bahasa
Indonesia sama dengan pelacur. PeneIjemah harus berhati-hati agar
tidak menganggap bahwa kata dalam dua bahasa yang kelihatan sama,
maknanya juga sarna. Dalam perkembangan bahasa, makna kata bisa
ikut berubah, sehingga beberapa atau semua ciri semantis kata teks
surnber mungkin hilang, dan mungkin tinggal sebuah ciri khusus, atau
mungkin berubah sarna sekali.
Kata seasal semu Bering dikaitkan dengan·bahasa yang secara his
toris bertalian. Akan tetapi, selain itu, ada juga kata seasal semu seba
gai akibat dari peminjaman kata. Misalnya, banyak bahasa Amerin
dian, Meksiko, meminjam dari kata-kata Spanyol tetapi sering makna
kata asing itu kemudian menyimpang dari makna asalnya. Kata plaza
dalam bahasa Spanyol merujuk ke alun-alun kota, tetapi orang-orang
Mixes meminjam kata itu untuk merujuk ke kelompok orang yang men
jual barang. Ini disebabkan banyak sekali penjual menjajakan
barangnya di alun-alun itu pada hari-hari tertentu. Di Indonesia, plaza
sering dikaitkan dengan bangunan tinggi, misalnya Ratu Plaza, Central
Plaza, Indonesia Plaza, dsb. PeneIjemah harus berhati-hati dan tidak
rnenganggap bahwa kata asing itu rnempunyai makna yangJ!.arna de
ngan kata yang sarna dalam bahasa asalnya (Beekman dan Callow
1974:198).
Mungkin juga ada konsep tertentu dalam teks sumber yang keli
hatan serupa dengan konsep yang dikenal dalam kebudayaan sasaran,
tetapi setelah dili~at daTi dekat, ternyata fungsi atau pengertiannya
sangat berbeda. Penutur bahasa sasaran akan mengartikan konsep ini
berdasarkan kebudayaan rnereka, dan karena itu maknanya menjadi
rnenyirnpang. Sekali lagi bentukdan fungsi sangat penting. Bentuknya
biBa Barna, tetapi jika fungsinya berbeda, maknanya mungkin hilang
dalarn proses peneIjernahan. Misalnya, teks tentang memotong ranting
pohon dan menebarkannya di jalan untuk menghormati orang yang
mendekat dapat dengan mudah diteIjernahkan ke dalam bahasa Afrika
tertentu, karena konsep ini rnerupakan konsep yang dikenal dalarn
kebudayaan rnereka. Akan tetapi, dalam kebudayaan ini, konsep itu
diartikan sebagai menutup jalan untuk mencegah mendekatnya orang
yang tidak diinginkan. Dalam Alkitab, pengertian konsep ini yaitu
untuk menghormati dan menyambut seseorang yang turun ke jalan itu.
192
Dalam menerjemahkan ke dalam bahasa Afrika itu, salah pengertian
ini diperbaiki dengan menggunakan ranting-ranting pohon palem dan
dengan menunjukkan fungsinya.
Komponen makna yang implisit dan eksplisit
Setelah melihat bah-bab tentang padanan leksikal, kita tahu bahwa
uilsur leksikal dari bahasa sumber jarang sepadan dengan unsur lek
sikal dari bahasa sasaran, malahan kelihatannya lebih banyak ketidak
selarasan daripada keselarasannya. Jadi bagaimana mungkin orang
dapat menerjemahkan? Jawabannya terdapat pada kenyataan bahwa
bukan kata yang diteIjemahkan, melainkan keseluruhan makna dari
kombinasi kata. lnilah sebabnya mengapa sesudah membahas padanan
leksikal, kita baru mulai membahas terjemahan. Bagian berikutnya
dari buku ini akan membahas satuan yang lebih besar, yaitu kombinasi
kata menjadi klausa, kalimat, paragraf, dan teks.
Dalam proses penerjemahan, beberapa komponen malma teks sum
ber mungkin akan menjadi implisit dalam terjemahan, dan sebaliknya.
Hal ini disebabkan sifat dasar bahasa. Kategori yang dimasukkan da
lam pelbagai perangkat semantis akan berbeda-beda. Ada kategori yang
merupakan keharusan dalam suatu bahasa, sedangkan kategori lain
nya merupakan keharusan dalam bahasa lain. Untuk menemukan un
sur leksikal yang sepadan, penerjemah mungkin perlu membuat kom
ponen maim a yang implisit dalam dokumen sumber menjadi eksplisit.
Oleh karena tidak ada dua sistem bahasa yang sama, hasil teIjemahan
selalu terdapat penambahan atau pengurangan makna.
PeneIjemah yang ingin menyampaikan informasi teks sumber de
ngan tepat harus menyadari perbedaan antarhahasa. Ini dapat
dilakukannya melalui analisis makna teks sumber, baik referensial
maupun situasional, dan memilih bentuk yang wajar dan jelas dalam
bahasa sasaran.
LATllIAN - Masalah Khusus dalam.
Menemukan Padanan Leksikal
A. Carilah tiga artikel pendek (dari majalah, buku, dan koran).
Carilah kata kuncinya, dan terjemahkanlah kata kunci itu ke
dalam bahasa lain?
B. Perbaikilah kata yang tercetak miring dalam soal-soal berikut.
Jib perlu ubahlah struktur gramatikalnya.
MASALAH KHUSUS 193
1. Fonem adalah kumpulan ruas-ruas yang mempunyai fungsi
yang sama, yaitu membedakan bentuk-bentuk suatu
bahasa.
2. Daftarkanlah fonem-fonem bahasa daerah Saudara, yaitu
bahasa yang Saudara gunakan sejak keci1 di rumah.
3. Sajak-sajak seperti "the fat cat in the hat" juga merupakan
bukti perlunya meT18akui ruas tersendirl.
4. Yang pertama marl kita perhatikan seorang penutur.
C. Gantikanlah kata tercetak miring di bawah ini dengan salah satu
kata di dalam kurung itu.
1. Kata-katanya membawa keluar (menunjukkan, meng
akibatkan, menghasut) perdebatan.
2. Tidak ada gunanya membelanjakan (memakan, meng
gunakan, menghabiskan) waktu untuk berdebat.
3. Kesakitannya (rasa sakitnya, penyakitnya, kesehatannya)
tidak mengizinkannya bergabung dengan organisasi itu
saat ini.
4. Penjaga pintu bertanya (mendapat, menyuruh, mena
'nYIl]tan) saya menunggu di luar saja.
6. ,Awal hari I ini (tadi siang, pagi ini, kemarin) saya akan
menemuinya.
6. Apa proyek (rencana, pekerjaan, kesibukan) Anda untuk
liburan nanti?
7. Ada ketidaksetujuan (penawaran, konflik, persaingan) an
tara pihak yang membeli dan pihak yang menjual.
8. Masih ada berjuta-juta anak yang tidak dapat haclir di
(pergi ke, duduk di bangku, membayar uang) sekolah.
III. STRUKTUR PROPOSISI
Bah 18
Proposisi
Bagian II buku ini telah membahas cara menemukan komponen
makna unsur leksikal suatu bahasa; membandingan kata-kata dari
pelbagai bahasa untuk memperlihatkan pengaturan leksikonnya yang
berbeda- beda; dan mencari padanan leksikal yang memadai. Akan
tetapi, peneIjemahan tidak hanya mencakup penemuan padanan kata.
Struktur teks sumber harus dikesampingkan untuk mendapatkan
Btruktur bahasa sasaran yang wajar tanpa kehilangan atau perubahan
makna yang berarti. Oleh karena itu, sekarang kita akan beralih ke
struktur gramatikal, dan menekankan cara menemukan struktur se
mantisnya. Kita juga akan membandingan cara mengungkapkan mak
na dalam bahasa-bahasa yang berbeda. Oleh karena bab 3 telah menya
jikan gambaran umum tentang struktur semantis, ada baiknya pem
baca melihat kembali bab itu sebelum memulai bagian III buku ini.
Dalam bagian III ini, fokus pembahasan kita adalah proposisi, dan
dalam bagian IV, kombinasi proposisi dengan teks. (Kata proposisi di
Bini digunakan dalam makna luas untuk mencakup satu kejadian atau
keadaan dan konsep-konsep yang mempunyai hubungan langsung de
ngan kejadian atau keadaan itu. Jadi 7bno berlari merupakan satu pro
PQBisi, dan Bunga itu cantik juga merupakan satu proposisi.) Sering,
tetapi tidak selalu, proposisi mengambil bentuk sebuah klausa atau
kalimat tunggal dalam struktur gramatikal. Proposisi dapat diwakili
oleh pelbagai bentuk., tetapi apapun bentuk gramatikal itu, yang diwa
kilkan adalah proposisi semantis. Di bawah ini akan dibahas penyim
pangan antara bentuk gramatikal dan proposisi.
Definisi proposisi
Seperti yang dibahas sebelumnya, konsep terdiri dari komponen
makoa, atau dengan kata lain, komponen makna tergabung dalam
198
konsep. Sekarang kita akan melihat bagaimana konsep bersatu untuk
membentuk tingkat pengelompokan berikutnya yang disebut proposisi.
Proposisi yaitu pengelompokan konsep ke dalam satuan bermakna.
Dengan kata lain, proposisi adalah satuan semantis yang terdiri dari
konsep-konsep, di mana konsep yang satu merupakan inti dan konsep
lainnya berhubungan Iangsung dengan konsep inti. MisaInya, konsep
TONO, ANTON, dan MEMUKUL dapat digabungkan untuk memben
tuk proposisi-proposisi. PerbuatanMEMUKUL merupakan konsep
KEJADIAN inti. Apa yang disampaikan proposisi itu akan tergantung
pada hubungan TONO dan ANTON dengan MEMUKUL. Jika TONO
yang memukul dan ANTON yang dipukul, maka proposisinya adalah
7bno memukul Anton. Jika TONO yang dipukul, proposisinya adalah
Anton memukul 7bno.
Walaupun dalam gramatika bahasa Indonesia perbedaannya ditan
dai dengan urutan kata, dalam struktur semantis bahasa apa saja,
urutannya tidak penting. Yang penting iaIah, kita tahu konsep yang
bergabung untuk membentuk proposisi, dan hubungan antarkonsep
itu. Ada banyak cara untuk melambangkan struktur sernantis proposisi.
Misalnya, rumus berikut dapat digunakan untuk menunjukkan per
bedaan antara kedua proposisi di atas.
pelaku:'!bno ... aktivit&s:MEMUKUL ... penderita:Anton
pelaku:Anton ... aktivit&s:MEMUKUL ... penderita:'!bno
Dalam contoh pertama, TONO adalah pelaku dari MEMUKUL;
sedangkan dalam contoh kedua, TONO penderita dan ANTON pelaklL
Urutan dalam struktur semantis tidaklah penting, tetapi hubungan
pelaku dan penderitanya penting. Bahasa tertentu cenderung meletak
kan pelakunya di depan aktivitas, dan bahasa lain meletakkannya eli
belakang aktivitas. Dalam gramatika, pelaku sernantis sering di ung
kapkan sebagai subyek kalimat. Dalam bahasa Indonesia, orang tahu
pelaku dan penderitanya berdasarkan urutan kata dalam gramatika.
Bahasa lain mungkin mempunyai urutan sebaliknya, dan penanda tam·
bahan untuk menandakan pelaku dan penderitanya. MisaInya, dalam
bahasa Jepang urutan 7bno memukul Anton adalah sebagai berikut
(oleh peneIjemah):
'!bno ga Anton 0 mernukul.
Dalam bahasa Jepang ga adalah penanda subyek, dan 0 adalah
penanda obyek.
Untuk membicarakan struktur semantis, perlu dipilih bentuk untuk
menulis proposisi. Oleh karena buku ini disajikan dalam bahasa In-
PROPOSISI199
donesia, kita akan memilih bentuk yang umum dipakai dalam bahasa
ini. Untuk bahan yang Iebih teknis dapat digunakan rumus-rumus.
Bentuk hanya sekedar merupakan cara untuk memaparkan informasi.
Penerjemah harus memilih bentuk wajar bahasa sasaran dan tidak
boleh menerjemahkan proposisi secara harfiah.
Dalam satu bahasa, tiap proposisi dapat diwujudkan dengan pelbagai
cara. Penerjemah harus mencari cara terbaik, yaitu cara yang paling
wajar. MisaInya, proposisi 7bno memukul Anton dapat diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia dengan tiap bentuk berikut, tergantung
pada konteks keberadaannya:
7bno memukul Anton.
Anton dipukul (oleh) 7bno.
Pukulan pada Anton oleh 7bno ...
Anton, yang dipukul 7bno, ...
7bno, yang memukul Anton, ...
Bentuk gramatikal yang digunakan tergantung pada hubungan
antarpropo~isi, ,dan cara pengungkapannya yang wajar dalam bahasa
sasaran.
Jadi proposisi dapat digambarkan sebagai satuan semantis yang
terdiri dari konsep (BENDA, KEJADIAN, ATRIBUT), sebuah konsep
merupakan inti dan konsep lainnya berhubungan dengan konsep inti
meIaIui sistem RELASI. Jika konsep inti merupakan konsep KEJA
DIAN, proposisinya disebut proposisi kejadian; dan jika konsep intinya
merupakan BENDA atau ATRIBUT, proposisinya disebut proposisi
keadaan.(Beekman, Callow, dan Kopesec 1981:52). Perbedaan ini akan
dibahas sesudah kita membahas metode penemuan proposisi dalam
sebuah teks.
Menandai proposisi kejadian
Penandaan proposisi kejadian dimulai dengan menggolongkan kon
sep dalam teks itu. MisaInya, pertama-tama kalimat berikut dianalisis
dengan menentukan kata yang mewakili konsep KEJADIAN (K), kon
sep BENDA (B), konsep ATRIBUT (A) dan RELASI (R).
K B K A
Pembangunan kota itu dipikirkan secara serius.
200
Kemudian, kalimat itu diungkapkan kembali dalam bentuk p~
plsisi dengan KEJADIANnya sebagai inti. Ada dua KEJADIAN, mem
bangun dan memikirkan. Kedua proposisi itu adalah:
(Seseorang) membangun kota itu.
(Seseorang) memikirkan secara serius.
Kedua proposisi itu tidak dapat diungkapkan tanpa memasukkan
PARTISIPANnya, karena itu kedua proposisi itu menggunakan PELA
KU seseorang. Kata generikseseorang digunakan di sini, karena kalimat
gramatikalnya tidak menyatakan siapa yang melakukan perbuatan itu.
Jika kalimat itu diserta.i konteks, pelakunya bisa diungkapkan dengan
lebih eksplisit.
Langkah-Iangkah penulisan kembali proposisi kejadian adalah
sebagai berikut:
1. Cari dan ungkapkan konsep KEJADIAN teks itu dalam ben
tuk verba.
2. Cari PARTISIPANnya (orang atau benda yang melakukan
ataU terkena perbuatan).
3. Tulis dalam bentuk proposisi yang KEJADIANnya
diungkapkan dalam bentuk verba, dan PARTISIPANnya
dibuat eksplisit, tanpa adanya penyimpangan gramatika dan
semantik. Misalnya, dalam proposisi bahasa Indonesia,
pelakunya adalah subyek, dan penderitanya adalah obyek.
Hubungan anatarkonsep. diperlihatkan oleh penanda yang
digunakan jika tidak ada penyimpangan.
4. Pelajari hubungan antarproposisi I itu dan susun kembali
proposisi-proposisi itu berdasarkan urutan kronologisnya.
(Langkah keempat ini tidak dimasukkan di sini tetapi akan
dibahas eli bagian v.)
Contoh penerapan langkah-Iangkah di atas adalah sebagai berikut:
TEKS
Langkah 1:
Langkah2 :
Langkah3 :
Langkah4 :
7bno menolak tawaran Anton.
KEJADIANnya adalah menolak dan menawarkan.
PARTISIPAN adalah 7bno danAnton.
7bno menolak.
Anton menawarkan (untuk melakukan sesuatu).
Urutan proposisi itu harus diubah menurut
tahapan terjadinya, yaitu Anton menawarkan
sebelum 7bno menolak.
TEKS
Langkah 1 :
Langkah2 :
Langkah3 :
Langkah4 :
PROPOSISI 201
Keberangkatan Tini tergantung pada bantuan Thno.
KEJADIANnya adalah berangkat dan bantu. (Thr
gantung menyatakan hubungan syarat.)
PARTISIPANnya adalah Tini dan Thno.
Tini dapat berangkat.
Jika tono membantunya.
Urutan kejadiannya adalah membantu, dan
kemudian berangkat. Hubungan antarproposisinya
adalah syarat-KONSEKUENSI. (Jika Thno mem
bantu Tini, Tini dapat berangkat.)
Keempat langkah ini dapat digunakan untuk meI1ganalisis teks apa
saja, dengan menulisnya dalam bentuk proposisi yang KEJADIAN,
PARTISIPAN (BENDA), ATRIBUT, dan RELASInya dibuat eksplisit.
Memang tidak setiap bacaan yang akan diteIjemahkan harus ditulis
kern bali, tetapi analisis semacam ini dapat membantu peneIjemah
menemukan padanan yang memadai dan cara peneIjemahan yang
lebih tepat.
Proposisi terdiri dari konsep-konsep dan merupakan satuan terkecil
dari kornunikasi. Makna dari tiap konsep itu hanya terbatas pada ru
jukannya °ke BENDA, KEJADIAN, ATRIBUT, atau RELASI. Artinya,
jika konsep-konsep itu berdiri sendiri, komunikasi itu tidak bermakna.
Akan tetapi, jika konsep itu tampil bersama dengan konsep lain, dan
kombinasinya bermakna dan masuk akal (kecuali dalam khayalan, pui
si, gambaran tentang hari kiamat, dsb.), maka kornbinasi itu dapat
disebut proposisi. Satu proposisi dimengertiloleh penutUr bahasa
sebagai satu kejadian (yaitu, satu perbuatan, pengalaman, proses, atau
keadaan). Jika ada lebih dari sebuah KEJADIAN, berarti ada lebih dari
sebuah proposisi. Misalnya, kalirnat Setelah melompat pagar, Thno ber
lari dan terjun ke danau terdiri dari tiga proposisi:
1. Thno melompat pagar,
2. 1bno berlari,
3. Thno terjun ke danau.
Proposisi rnemiliki bentuk kalimat tunggal, yaitu, kalimat yang
hanya rnernpunyai sebuah predikat (verba), atau sebuah klausa.
Dalarn contoh berikut, teks sumber ditulis kembali sebagai proposisi
proposisi (tanpa menunjukkan relasinya, karena ini belum dibahas).
Bahasa su.mber
Proposisi
Permintaannya mengakibatkan per
debatan.
(Seseorang) meminta (sesuatu).
(Orang) berdebat.
202
Bahasa sumber
Proposisi
Bahasa sumber
Proposisi
Pujian itu diterima baik oleh Yanti.
(Seseorang) memuji Yanti.
Yanti menanggapinya derlgan baik.
Orang-orang yang bermaksud. men
calonkan dirinya sebagai presiden a-
kan memulai kampanyenya dalam wah
tu singkat.
Beberapa orang bermaksud (melakukan
sesuatu). Mereka mencalonkan t diri
sebagai presiden.
Mereka akan segera berkampanye.
Contoh-contoh di atas hanya menggunakan tiga langkah analisis.
Terjemahan proposisi yang baik tidak dapat dilakukan tanpa
menggunakan langkah keempat, yaitu, menentukan hubungan an
tarproposisi. Mungkin urutan proposisi harus diubah dan hubungannya
dibuat eksplisit. Langkah empat akan dibahas nanti.
Klasifikasi proposisi
Ada duajenis utama proposisi - proposisi kej adian dan proposisi
keadaan. Jika konsep inti dari proposisi itu merupakan KEJADIAN,
proposisi itu disebut proposisi kejadian; jika tidak, proposisi itu disebut
proposisi keadaan. Konsep inti dari proposisi keadaan merupakan BEN
DAatauATRIBUT.
Semua proposisi kejadian setidak-tidaknya terdiri dari satu konsep
KEJADIAN inti dan satu konsep BENDA. Konsep KEJADIAN inti da
pat merujuk ke perbuatan, pengaIaman, atau proBes. Perbuatan
berupa konsep seperti BERLARI, MEMUKUL, MEMAKAN, dan BE
RENANG. PengaIaman merupakan konsep yangmerujuk ke aktivitas
kelima indera, ke aktivitas kognitif atau psikologis, misalnya, MEM
BAUI, MELIHAT, MENDENGAR, BERPIKIR, dan MENDAMBAKAN.
Proses seIaIu merujuk ke perubahan keadaan (dari satu keadaan ke
keadaan lain), misaInya, MENINGGAL, MENJADI ASAM, dan MEM
BEKU (Beekman, Callow, dan Kopesec 1981:56).
Dalam contoh proposisi kejadian berikut, KEJADIANnya tercetak
miring:
Perbuatan: Anak itu berlari.
'lbno makan kue.
Yanti memberikan buku kepada Anton.
Pengalaman:
Proses:
PROPOS1S1 203
Yanti tahu sedikit.
Anak-anak mendengar siulan itu.
'Ibno melihat sapi itu.
Susu itu menjadi asam.
Anjing itu mati.
Es itu mencair.
Proposisi keadaan tidak mempunyai konsep KEJADIAN sebagai
inti proposisi, tetapi terdiri dari BENDA dan ATRIBUT yang berhu
bWlgan satu sarna lain melalui hubungan keadaan. Proposisi keadaan
mempunyai dua bagian utama - topik dan sebutan. 'Ibpik adalah
KONSEP yang dibicarakan, dan sebutan terdiri dari BENDA atau
ATRIBUT yang digunakan untuk memerikan atau menandai topik dan
hubungan keadaan itu. Misalnya, dalam kalimat Buku itu milik Anton,
topiknya adalah BUKU, dan dihubungkan dengan konsep inti ANTON
melalui hubungan kepemilikan. Jadi artinya adalah Buku itu dimiliki
oleh (atau kepunyaanJ Anton. (Pelbagai jenis hubungan yang terdapat
dalam proposisi keadaan akan dibahas di bab 20.) Konsep inti dalam
proposisi keadaan adalah BENDA dan ATRIBUT yang muncul sebagai
bagian sebutan. BENDA atau ATRIBUT ini disebut inti, karena unsur
itu merupakan informasi (baru) yang penting, yang disajikan tentang
topik (biasanya informasi lama). Perhatikan contoh berikut di mana
ketiga bagian proposisi keadaan itu diberikan terlebih dahulu, dan
disusul dengan padanan bahaaa Indonesianya. KONSEP intinya ter
cetak tebal.
MOBIL ... kepemilikan ... SAYA Mobil itu milik saya.
ANJING ... penamaan ... FJDO Nama anjing itu Fido.
DIREKTUR .. .identifikasi...PAK ALI Direktur itu Pak Ali ..
TONO .. .lokasi...RUMAH 'lbno berada di rumah.
TONO ... pemerian ... BESAR 'Ibno besar.
Dalam bahasa Inggris padanannya adalah sebagai berikut:
The car is mine.
The dog's name is Fido.
The Director is Mr. Ali.
'Ibno is in the house.
'Ibno is big.
204
Bahasa Inggris menggunakan verba be (is) untuk mengungkapkan
kebanyakan proposisi keadaan. Akan tetapi, bahasa Aguaruna mener~
jemahkan kalimat di atas sebagai berikut (teIjemahan-balik harfiah):
mobil-dimiliki-orang-perlama
anjing Fido nama-pemilik
direktur yang-itu-Pak Ali namanya
'lbno rumah-di dalam tinggal
'lbno besar-adalah
Proposisi yang sama ini diungkapkan dalam bahasa Otomi.,Meksiko,
dan Gahuku, Papua Nugini, dengan struktur berikut (Data dari Richard
Blight dan Ellis Deibler):
/
OTOMI
1. lni adalah -ku mobil.
2. Anjing dia-dinamakan (ar
tikel takrif) Fido.
3. Direktur ia-dinamakan (ar
tikel takrif) Mr. Jones.
4. 'lbno tinggal di-sana dalam
(artikel takrif) rumah.
5. Adalah besar (artikel takrif)
'lbno.
GAHUKU
1. -Ku-mobil ada.
2. Anjing nama-(penanda-penu
tup-frase) Fido-adalah.
3. Mandor-orang (penanda-penu
tup-frase) Mr. Jones adalah-ia.
4. Tono-(penanda-penutup-frase)
rumah-dalam adalah-ia.
5. 'lbno-(penanda-penutup-frase)
pria besar adalah-ia.
Struktur semantis, atau proposisinya, tetap sama, tetapi tiap bahasa
mengungkapkan proposisi itu dengan bentuk gramatikal yang berbeda.
Makna situasional proposisi
Sejauh ini, kita telah membahas makna referensial proposisi. Akan
tetapi, proposisi harusjuga dilihat dari segi situasi pemakaiannya. Apa
yang ingin dibuat penulis atau pembicara dengan proposisinya? Apa
tujuan penulis? Penulis mungkin membuat pertanYQ{Ln, membuat per
nyataan atau memberikanperintah. Proposisi yang diberikan di bawah
ini sarna untuk ketiga penggunaan ini.
Makna referensial : TONO ... pelaku ... MEMUKUL ... pen-
Pernyataan
Pertanyaan
Perintah
derita ... BOLA
'lbno memukul bola.
Apakah 'lbno memukul bola?
'lbno, pukullah bola itu!
PROPOSISI 206
Makna referensial ketiga proposisi di atas sama, tetapi pemakaian
nya berbeda. Proposisi kejadian dan keadaan dapat muncul bersama
salah satu dari tiga makna situasional di atas. Makna situasional ini
Bering disebut daya i1okusi. Dalam menulis proposisi, kalimat tunggal,
urutan kata, dan tanda baca dapat digunakan untuk menunjukkan daya
ilokusi proposisi, seperti yang dilakukan di atas; sedangkan dalam
berbicara, intonasi sering menunjukkan daya ilokusi. Perhatikan con
toh berikut:
Proposisi keadaan yang memerintah : Bersabarlahl
Proposisi keadaan yang menanyakan : Apakah Yanti sauda-
ramu?
Proposisi keadaan yang menyatakan : Anjing itu di gudang.
Proposisi kejadian (perbuatan) yang: Lari yang cepat!
memerintah
Proposisi kejadian (proses) yang ber- : Apakah susu itu men-
tanya jadi asam?
Proposisi kejadian (pengalaman) yang: Kami mendengar
menyatakan suara itu.
Dalam gramatika bahasa tertentu, daya ilokusi diperlihatkan dengan
urutan kata, dalam bahasa lain dengan partikeI, afiks atau kata-kata
khusus. Daya ilokusi biasanya ditandai dengan modus (mood). Tiap
proposisi merupakan PERNYATAAN, PERTANYAAN, atau PERIN
TAlI. Dalam teIjemahan, semua ini diwakili oleh bentuk wajar bahasa
sasaran. Sebuah proposisi hanya mempunyai maIma referensiaI, se
belum ditambahkan daya ilokusi. Tidak ada komunikasi nyata yang
dapat dilakukan tanpa maIma situasional ini. Mungkin saja orang
mengenal konsep yang membentuk proposisi dan hubungannya satu
sarna lain, tetapi masih tidak tahu apa maksud pembicara. Misalnya,
kita mempunyai KEJADIAN makan, PELAKU harimau, dan
PENDERITAwisatawan, tetapi masih tidak mengerti apa maksud pem
bicara kecuali jika kita tahu apakah ia menyatakan fakta (Harimau
makan wisatawan itu), atau bertanya (Apakah harimau itu makan
wisatawan itu?). Jadi maksud pembicara dalam mengatakan sesuatu
merupakan bagian komunikasi.
Kadang-kadang daya ilokusi dinyatakan secara eksplisit oleh pem
bicara. Orang dapat mengatakan, "Pergi!" sebagai perintah, tetapijuga
dapat mengatakan, "Saya memerintahkan kamu untuk pergir Dalam
kalimat ini, daya ilokusi sebenarnya dinyatakan dengan Saya memerin
tahkan. Perhatikan kalimat-kalimat berikut:
206
Pergi!
Ia pergi.
Saya memerintahkan kamu untuk pergil Perintah
Saya mengatakan bahwa ia pergi. Pernyataan
Mengapa ia pergi? Saya menanyakan mengapa ia pergi. .PertaDyaan
Dalam kolom pertama, daya ilokusi dinyatakan dengan modus kali
mat. Dalam kolom kedua, daya ilokusi dibuat eksplisit. Dalam kolom
ketiga, daya ilokusi diklasifikasikan.
Ada cara lain untuk melihat ketiga pembedaan daya ilokusi ini. Per
nya taan memberikan informasi kepada pendengarnya; pertanyaan
mendapatkan informasi dari pendengarnya; dan perintah mendorong
atau meminta pendengarnya untuk bertindak. Maksud pembicara ber
ada dalam fokus, karena maksud itu berhubungan dengan apa yang ia
inginkan dari pendengar.
Secara teknis, proposisi yang tersirat dari Saya memerintah, saya
mengatakan dan saya bertanya disebut performatif. Tujuan pembicara
tidak selalu dinyatakan secara eksplisit seperti dalam kolom kedua di
atas, tetapi Iebih sering dinyatakan dengan modus ~limat seperti
dalam kolom satu. Akan tetapi, performatif adalah bagian penting dari
struktur semantis, atau maIma proposisi itu. Tanpa mengetahui apa
kah tujuan penulis adalah untuk MENYATAKAN, MENANYAKAN,
atau MEMERINTAH, tidak mungkin komunikasi itu bisa tercapai.
LATmAN - Proposisi
A. Terjemahkanlah kalimat-kalimat di bawah ini ke dalam bahasa
lain dengan sekurang-kurangnya dua bentuk gramatikal. (Jika
perlu, uraikanlah dalam bentuk proposisi). Misalnya, 1bno
melihat sapi setidak-tidaknya mempunyai tiga bentuk: Sapi
dilihat Thno, Sapi yang dilihat 1bno, dan 1bno melihat sapi.
1. Pembangunan kota itu dipikirkan secara serius.
2. Thno menolak tawaran Anton.
3. Kepergiannya tergantung pada bantuannya.
4. Permintaannya mengakibatkan perdebatan.
6. Pujian itu diterima baik oleh Yanti.
6. Orang-orang yang bermaksud mencalonkan dirinya
sebagai presiden akan memulai kampanyenya dalam
waktu singkat.
7. Mobil itu milik saya.
8. Nama anjing itu Fido.
9. Thno berada di rumah.
10. Susu itu menjadi asam.
PROPOSISI 207
B. GarisJ>awahilah l KEJADIAN dalam kalimat-kalimat berikut,
Kemudian tulislah proposisi-proposisinya. Jika partisipannya im
plisit, buatlah eksplisit.
1. Anton saksiku.
2. Anton tahu sedikit tentang kejadian ini.
3. Mobil itu dijual oleh Thno.
4. Simpanan di bank sudah hampir habis.
5. Pengunjung selalu tertarik pada kecantikan pulau
pulauitu.
6. Orang yang diberi tanggung jawab untuk menghukum
itu menjawab.
7. Kami mematuhi perintahnya.
8. Pembangunan gedung itu dilanjutkan.
C. Terjemahkanlah kedelapan kalimat di B itu ke dalam bahasa lain
dengan menggunakan proposisi-proposisi yang telah Anda buat!
D. Tulislah kembali proposisi PERNYATAAN di bawah ini dalam
bentuk PERTANYAAN dan PERINTAH. Kemudian terjemahkan
lah ke dalam bahasa lain, juga dalam bentuk pemyataan, per
tanyaan, dan perintah .
. 1. ., Thno bahagia.
2. Yanti berlari ke rumah.
3. Thno makan daging itu.
4. Thno melihat sungai.
5. Yanti memberi bunga kepada Santi.
Bah 19
Relasi dalam Proposisi Kejadian
Proposisi merupakan kombinasi konsep. Kombinasi ini penting ka·
rena konsep-konsepnya disatukan melalui relasi khusus. Konsep-kon·
sep itu merupakan satuan yang membentuk proposisi. Dalam proposisi
kejadian, konsep BENDA dan ATRIBUT dihubungkan dengan konsep
KEJADIAN inti melalui relasi yang biasa disebut peran kasus. Dalam
proposisi keadaan, ada relasi keadaan yang menghubungkan sebuah
BENDA dengan BENDA lain, atau sebuah BENDA dengan sebuah
ATRIUUT. Relasi dalam proposisi kejadian akan dibahas terlebih da·
hulu, kemudian disusul dengan relasi dalam proposisi keadaan.
Definisi peran kasus
Ada dua belas peran kasus yang akan kita bahas di dalam bab ini.
Pembahasan ini tidak memasukkan penyimpangan antara bentuk
gramatikal dan struktur semantis.
1. Pelaku (agent) yaitu BENDA yang melakukan perbuatan;
dengan kata If in, orang atau benda yang melakukan
KEJADIAN.
John berlari cepat.
John membaca buku.
Rusa itu melompati pagar.
Air itu mengalir dengan cepat.
Anjing itu makan daging.
Seperti yang dapat dilihat dari contoh-contoh di atas (jika tidak ada
penyimpangan antara semantik dan gramatika), pelakunya berupa
RELASI DALAM PROPOSISI KEJADIAN 209
subyek kalimat. Kasus pelaku muncul apabila KEJADIANnya meru
pakan perbuatan, seperti berlari, membaca, melompati, mengalir, dan
makan.
2. Penyebab (causer) kelihatannya mirip dengan pelaku,
tetapi sebenarnya keduanya berbeda. Penyebab adalah BEN
DA(orang atau benda) yang menyebabkan adanya KEJADIAN
(perbuatan atau proses), tetapi tidak benar-benar melakukan
nya. Penyebab juga berupa subyek kalimat, jika tidak ada pe
nyimpangan antara gramatika dan semantik.
Surya menjatuhkan Joni. (Surya menyebabkan Joni
nang itu menguatkan
bangunan.
Andi memotong ayam
itu.
Malaria merenggut
nyawanya.
jatuh.)
(Tiang itu menyebabkan ba
ngunan itu menjadi lebih
kuat.)
(Andi menyebabkan ayam itu
mati.)
(Malaria menyebabkannya
meninggal. )
Perhatikan juga contoh penyebab berikut dari bahasa Kiangan
Ifugao, Filipina (data dari Richard Hohulin). ("PN" merupakan sing
katan dari penanda nomina.
a. Impabain mu Pedro nah em kinali.
Menyebabkan-malu kamu Petrus PN kamu mengatakannya.
Kamu menyebabkan Petrus malu dengan apa yang kamu
katakan.
Kamu adalah penyebab dan Petrus adalah penderita, ar
tinya, Petrus menjadi malu.
b. Pangaasim ta painnilam ke Juan
'lblong-kamu sehingga kamu-menyebabkan-tahu PN .John
an mundogo hi ina na.
bahwa sedang-sakit PN ibu-nya.
'lblong beritahukan (har. karnu-menyebabkan-ia-tahu) John
bahwa ibunya sedang sakit.
Di sini juga, kamu adalah penyebab dan John penderita.
210
3. Penderita (affected) yaitu BENDA yang mengalami KEJA
DIAN atau yang dipengaruhi oleh KEJADIAN. Penderita
merujuk ke orang atau benda yang mengalami KEJADIAN,
yaitu, "merasakan akibatnya".
Anjing makan daging.
Pohon itu tumbang di atas rumah.
Mentega itu mencair.
Air itu menguap.
Mary mencium bau asap.
Jane menjadi sedih.
1bno melihat ular.
Dalam bahasa Indonesia,jika tidak ada penyimpangan semantik dan
gramatika, penderitanya berupa obyek verba, jika KEJADIANNYA
merupakan perbuatan. Jika KEJADIANnya merupakan pengala
man atau proses, penderitanya berupa subyek kalimat.
4. Pemeroleh (beneficiary) yaitu BENDA yang beruntung
atau rugi karena KEJADIAN itu. Pemeroleh tidak dipengaruhi
langsung oleh penderita. Misalnya, dalam proposisi Mary
memberikan buku kepada ibunya, kata bukunya adalah
penderita, dan ibunya adalah pemeroleh.
John menjualkan mobil temannya.
Mary membeli hadiah untuk 1bm.
Jane memberi bunga kepada Elizabeth.
5. Penyerta (accompaniment) yaitu BENDA yang ikut meng
ambil bagian, dan berhubungan erat dengan pelaku, penyebab,
atau penderita dalam s
.jpeg)
