skl. dakami kami kadakami m,
prs. kedua tunggal ikaw ka kikaw mu,-m
prs. kedua jamak dakayu kayu kadakayu nu
prs. ketiga tunggal aggtna 0 kaggtna na
prs. ketigajaroak aggtda da kaggidiz da
Bagan 12.4
Dalam menerjemahkan ke dalam bahasa yang mempWlyai per
bedaan inklusif-eksklusif, penerjemah harus tahu bentuk mana yang
harus digwtakan. .
Kebanyakan bahasa mempunyai perangkat pronomina yang:
biasanya disebut pronomina posesif(kata ganti kepWlyaan). Pronomina:
ini bisa mempunyai komponen makna tambahan yang pada hakekatnya'
eksklusif. Misalnya, dalam bahasa Chuj, Guatemala, jika dikatakan'
sesuatu itu dimiliki oleh seseorang, impliknsinya adalah bahwa barangl
itu tidak dimiliki orang lain pada saat yang sama. Misalnya, orang tidal(
dapat menggwtakanguru saya dalam berbicara kepada ternan sekelas
karena itu berarti pendengarnya tidak termasuk dalam pembicaraan,'
sehingga mengakibatkan makna yang salah. Guru saya digwtakanjika~
pembicara menghadapi orang yang bukan teman sekelas.
Dalam bahasa Aguaruna, Peru, pronomina tWlggal personf-!. pertama
wi juga pada hakikatnya eksklusif. Jika seseorang mengatakan Saya
RUJUKAN PERSONA 129
pergi, ini denganjelas mengandaikanKamu tidak pergi. Dalam bahasa
Huasteco, Meksiko, jika seseorang mengatakan Saya orang Indonesia,
secara otomatis berarti Kamu bukan orang Indonesia. Penggunaan per
sona pertama secara otomatis meniadakan PERSONA KEDUA. Akan
tetapi, dalam bahasa Indonesiajika dikatakan, "Saya orang Indonesia,"
tidak ada implikasi apa-apa tentang orang yang diajak bicara. Ataujika
orang mengatakan Kamu orang Amerika, ini tidak mengandaikan apa
apa tentang pembicaranya. Dalam bahasa-bahasa Indo Eropa, eksklusi
implisit belum ditemukan, tetapi dalam bahasa-bahasa lain, mungkin
gejala ini agak umum.
Kutipan berikut tentang perbedaan bahasa Inggris dan bahasa
Muyuw, Papua Nugini, menunjukkan pentingnya inklusi-eksklusi
dalam bahasa Muyuw (Lithgow 1967:14).
Dalam pronomina bahasa Inggris, {okus makna adalah pada
orang yang terlibat; dan pembicara atau pendengar bisa dimasuk
kan, bisa juga tidak. Ada juga penggunaan idiomatis yang ben,
tuknya tidak mencakup orang dalam {okus.
Misalnya, bentuk persona kedua tunggal atau jamak yang
dipakai dalam kalimat Kamu dapat melakukannya seperti ini,
disamping makna harfiahnya, dapat juga berarti Orang dapat
melakukannya seperti ini (persona ketiga) atau kita dapat
melakukannya seperti ini (persona pertama).
Untuk mengatakan orang lain tidak termasuk, harus
digunakan kata-kata ekstra seperti Kamu boleh melakukannya;
Saya tidak mau, atau Kamu dapat melakukannya sendiri.
Dalam baJiasa Muyuw, aspek eksklusi{ makna leksikal dari
pro nomina menjadi {ok us. Jadi:
dualis inklusifprs. pertama yakid merujuk ke pembicara dan
seorang pendengar, dan
meniadakan yang lainnya
jamak eksklusifprs.pertama yakamey merujuk ke pembicara,
dan meniadakan pende
ngar
jamak persona kedua
jamakpersona ketiga
yakamiy merujuk ke pendengar,
dan meniadakan pem
bicara
tasiyas meniadakan pembicara
dan pendengar
130
Dalam bahasa Inggris, pronomina untuk kata semua orang adalah
mereka (persona ketigajamak); tetapi dalam bahasa Muyuw, pronomina
yang selalu dipakai adalahyakids (jamak inklusifpertama) 'kita semua'
Terjemahan pronomina yang tepat ke dalam bahasa Muyuw hanya
dapat dilakukan dengan menentukan siapa saja yang ditiadakan, dan
kemudian memilih pronomina yang sesuai.
Misalnya, perhatikan kutipan berikut:
... janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama. Sebab
dengan wewenang apakah kamu menghakimi mereka, yang
berada diluar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi
mereka yang berada di dalam jemaat? Mereka yang berada di luar
jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang-orang yang
melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu (1 Kor 5: 11-13)
Diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Muyuw, kutipan di
atas akan berarti: Kamu tidak boleh makan (tetapi saya boleh
saja) ... Dengan wewenang apakah aku (tetapi mungkin wewenang
kamu) ... Kamu (tetapi bukan saya) adalah hakim di dalam jemaat.
Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.
Kutipan itu lebih baik diterjemahkan dengan: ... janganlah kita (ink)
sekali-kali makan bersama-sama. Sebab dengan wewenang apakah kita
(ink.) menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat. Bukankah kita
(ink.) hanya menghakimi mereka yang berada di dalamjemaat. Mereka
yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang
melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.
Bahasa-bahasa Indian di Amerika Selatan juga sering mempunyai
bentuk yang digunakan untuk melaporkan sesuatu yang dialami pem
bicara. Bentuk ini berbeda dengan bentuk yang dipakai untuk
melaporkan sesuatu yang hanya didengarnya. Pada dasarnya, per
bedaannya ialah antara informasi langsung (yang didapat dari peng
alaman sendiri) dan informasi tidak lang sung (yang didapat dari
orang lain, buku, dll). Kadang-kadang sulit dimengerti dari teb sumber
apakah penulis melaporkan sesuatu yang benar-benar ia lihat, atau
sesuatu yang hanya sekedar didengarnya dari orang lain. Akan tetapi,
informasi ini harus ditunjukkan dalam terjemahan ke dalam bahasa
bahasa Indian, karena sistemnya mengharuskan demikian.
Biasanya lebih sulit menerjemahkan dari sistem pronomina yang
mempunyai sedikit perbedaan komponen semantis ke dalam sistem
pronomina yang mempunyai perbedaan komponen semantis tambahan,
karena informasinya tidak selalu tersedia dalam bahasa sasaran. Misal
nya, dalam menerjemahkan ke dalam bahasa-bahasa tertentu di India
yang mempunyai kategori keharusan untuk. HONORIFIK, dan teks
RUJUKAN PERSONA 131
sumbernya dalam bahasa Inggris yang tidak membuat perbedaan
demikian, peneIjemah harus mengerti banyak tentang budaya bahasa
sumber itu untuk dapat memilih bentuk pronomina dengan kategori
HONORIFIK
MaknasekunderpronoDrlna
Masalah penerjemahan bukan sekedar masalah sistem pronomina
yang berbeda, walaupun ini memang penting. Tiap bahasa mempunyai
pro nomina dengan penggunaan sekunder tertentu atau penggunaan
yang diperluas. Juga, tiap bahasa mempunyai sistemnya sendiri untuk
makna sekunder pronomina, sama halnya dengan nomina dan verba.
Dalam bahasa Indonesia, sering orang memulai pembicaraan dengan
mengatakan, "Hari ini kita akan membahas masalah ini." Kemudian
pembicara itu berbicara sendiri dari awal sampai akhir. Bentuk ini
disebut editorial "kita" {'kami''). Editorial "kita" atau "kami" ini adalah
makna sekunder dari pronomina kita yang menggunakan bentukjamak
untuk makna tunggal. Bahasa Indonesia juga menggunakan pronomina
kita jika obyek yang dirujuknya sebenarnya PERSONA KEDUA kamu.
Perhatikan contoh berikut tentang bahasa Inggris [yang juga serupa
dengan bahasa Indonesia] (data dari Eunice Pike):
1. Perawat: Sudah waktunya kita minum obat.
2. Perawat: Bagaimana kalau kita mandi sekarang?
3. Ibu: Kita tidak boleh ribut.
4. Guru: Kita tidak boleh berteriak, kita akan beIjalan de
ngan tenang ke tempat kita masing-masing.
Jika kita digunakan dalam makna primernya, maka perawat juga
minum obat dan mandi, ibu juga harus tenang, dan guru juga tidak
boleh berteriak. Akan tetapi, kita tahu bahwa maknanya tidak demi
kian. Dalam tiap contoh di atas, kita merupakan penggunaan sekunder
atau yang diperluas. Komponen SIMPATI ditambahkan dengan
menggunakan pronomina PERSONAPERTAMA, dan bukan PERSONA
KEDUA.
Dalam bahasa Aguaruna, bukanlah hal yang aneh jika seseorang
datang ke klinik untuk meminta obat dan mengatakan Saya sakit, dan
sesudah perawat menanyakan gejalanya dan siap untuk menulis resep,
pasien itu mengatakan Istri sayalah yang sakit. Dalam bahasa
Aguaruna, PERSONA PERTAMA TUNGGAL tidak hanya mencakup
saya sendiri, tetapi juga keluarga saya. Jadi perkataan orang itu saya
sakit berarli bahwa seseorang dalam keluarganya sakit; perawat perlu
menanyakan lebih Ian jut anggota keluarga mana yang dimaksud.
132
Politikus Amerika sering menggunakan saya untuk menyapa pen
dengarnya, walaupun kamu kelihatannya lebih tepat. Misalnya, ia
akan mengatakan Jika saya tidak membayar pajak ... Kalimat ini
membawa pendengar keluar dari fokus dan merupakan cara yang agak
keras tetapi tidak terlalu langsung. Perkataan "Jika kamu tidak mem
bayar pajak," akan terlalu langsung dan tidak sopan.
Penetjemaban pronomina
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menerjemahkan
pronomina. Pertama, sistem bahasa sumber berbeda dengan sistem
bahasa sasaran, karena itu, penerjemah harus mengetahui komponen
makna dari kedua sistem itu untuk dapat menerjemahkan dengan
tepat.
Kedua, penerjemah harus ingat bahwa pronomina mempunyai
penggunaan yang diperluas atau penggunaan sekunder. Apabila
pronomina bahasa sumber digunakan dalam makna sekunder, mungkin
ada penyesuaian yang harus dipertimbangkan oleh penerjemah. Jadi
dalam keempat contoh di atas, pronomina PERSONA PERTAMA
JAMAK mungkin harus diterjemahkan dengan pronomina PERSONA
KEDUA. Misalnya, "Sudah waktunya kita minum obat," akan menjadi,
"Sudah waktunya kamu minum obat."
Pronomina tidak takrif (indefinite pronouns) juga sering digunakan
dengan cara yang berbeda dalam bahasa yang berbeda. Bahasa Inggris
sering menggunakan bentuk each ('setiap'), everyone ('setiap orang'),
whoever ('siapa saja'), dan any ('setiap') dalam bentuk tunggal, tetapi
banyak bahasa Afrika menggunakan bentuk jamak untuk jenis per
nyataan yang umum ini. Misalnya, dalam bahasa Inggris dikatakan
Love your neighbor as yourself ('Cintailah sesamamu seperti engkau
mencintai dirimu sendiri'), sedangkan dalam bahasa Shilluk, orang
akan menggunakan Love your neighbors as yourselves ('Cintailah
sesama kalian seperti kalian mencintai diri kalian sendiri') dengan
menggunakan bentuk jamak. Dalam bahasa Inggris Be kind to one
another ('Bermurah hatilah satu sama lain') menjadi Be kind to all
people ('Bermurah hatilah kepada semua orang') dalam bahasa Shilluk
(Nida 1955:58). Penerjemah harus berhati-hati agar tidak menerjemah
kan pernyataan umum ini secara harfiah, karena biasanya ini men
cakup perubahan pronomina.
Penggunaan figuratif untuk persona
Ada beberapa majas yang, walaupun tidak selalu mencakup
pronomina, mencakup penggunaan figuratiftertentu untuk PERSONA.
RUJUKAN PERSONA 133
Yang pertama adalah personifikasi: kecerdasan atau kehidupan
manusia dihubungkan dengan benda mati atau gagasan abstrak.
Misalnya, Nyiur melambai-lambai, Thmpat ini menyimpan seribu satu
kenangan, atau Sawah merindukan datangnya hujan. Dalam semua
contoh ini, benda tidak bernyawa, nyiur; tempat, dan sawah, diper
sonifikasikan. Banyak bahasa mempunyai personifikasi sebagai majas,
tetapi dalam bahasa tertentu, majas ini hanya dapat digunakan dalam
Iegenda dan harus disesuaikan menurut jenis wacana. Di sini komponen
makna BERNYAWA ditambahkan ke dalam makna obyek itu, yang
mengakibatkan penggunaan figuratif. Dalam bahasa sasaran,
mungkin diperlukan bentuk yang tidak figuratif - Daun nyiur ber
goyang-goyang, Saya mempunyai banyak kenangan di tempat ini, dan
Sawah ini sangat kering.
Ada juga majas lain yaitu apostrofi: benda tidak bernyawa atau
benda abstrak diperlakukan sebagai PERSONA KEDUA dan dengan
sapaan Iangsung. Misalnya, daiamAlkitab, Mat2, kota Betlehem disapa
dengan cara ini: Engkau Betlehem ... bukanlah yang terkecil diantara
kota-kota utama Yehuda.
PERSONA KEDUA. Tidak semua hahasa mempunyai penggunaan
PERSONA KEDUA secara figuratif seperti ini, dan mungkin dalam
terjemahan harus digunakan PERSONA KETIGA Betlehem adalah
paling penting ... Atau mungkin Iebih baik mengubah Engkau Betle~m
menjadi Engkau orang yang tinggal di Bethlehem ...
Rujukan. ke persona menurut peran
Bahasa kadang-kadang juga menggunakan rujukan peran dan
bukan pronomina PERSONA PERTAMA. Misalnya, dalam pertemuan
bisnis, ketuanya mengatakan, "Ketua memutuskan bahwa ... " dan
bukan, "Saya memutuskan ... " Atau seorang laki-Iaki mengatakan
kepada istrinya, "Suamimu sudah Iapar," padahal yang dimaksudkan
ialah "Saya Iapar." Di sini, komponen FOKUS dimasukkan dengan
menambahkan peran dan bukan pronomina. Dalam Injil, Yesus sering
merujuk ke dirinya dengan PERSONA KETIGA Anak Manusia, dan
bukan PERSONA PERTAMA Saya. Jika hahasa sasaran tidak mem
buat penunjukan peran seperti ini, mungkin dalam terjemahan harus
digunakan pronomina persona pertama dan fokusnya ditandai dengan
cara lain.
Orang Pame, Meksiko, menghindarl pemakaian nama diri dan
menggunakan penunjukan peran. Seorang wanita akan merujuk ke
suaminya sebagai yang lebih tua atau kepala rumah tangga. Atau ia
mungkin merujuk ke peran sementara, yaitu apa yang dilakukan
134
pada saatitu, misalnya,pemotongkayu (Gibson 1965:3). Di sini rujukan
peran lebih disukai daripada rujukan pronomina.
Bahasa-bahasa tertentu, misalnya bahasa Yunani, kadang-kadang
menggunakan peran sementara untuk merujuk ke seseorang, walaupun
peran itu sudah tidak lagi sesuai. Misalnya, kisah di Alkitab mem
bicarakan Simon, si penderita kusta, sesudah Simon sembuh dari kUBta.
Alkitab juga membicarakan orang buta sesudah orang itu bisa melihat
lagi. Dalam meneIjemahkan ke dalam bahasa lain, pEmeIjemah harns
memastikan apakah bahasa sasaran juga menggunakan peran semen
tara dengan cara ini. Dalam bahasa Aguaruna, mengatakan Simon si
penderita kusta akan berarti ia masih menderita kusta, dan karenanya
perlu diteIjemahkan dengan frase Simon yang pernah menderita kusta.
Orang buta harUB diteIjemahkan dengan orang yang pernah buta.
Dalam bahasa tertentu, jika seseorang sudah diperkenalkan dalam
naratif, ia dirujuk bukan dengan nama atau pronomina, tetapi dengan
hubungan peran dengan orang yang menjadi fokus. lni berlaku juga
untuk bahasa Amuesha, Peru. Jika peran utama dari cerita itu adalah
ayah, maka anaknya akan selalu dirujuk dengan anaknya. Jika peran
utamanya adalah anaknya, maka ayah harns dirujuk dengan ayahnya.
Dalam peneIjemahan, penunjukan peran, nomina, dan pro
nomina, harus wajar dalam bahasa sasaran, dan tidak boleh diteIjemah
kan secara harfiah. PeneIjemah harus selalu ingat siapa orang yang
dibicarakan, dan bagaimana orang itu dibicarakan dalam bahasa
sasaran. (Untuk diskusi tambahan tentang penggunaan pronomina,
lihat Beekman dan Callow 1974, bab 7.)
LATllIAN - Rujukan Persona
A. Bandingkan sistem pronomina dari dua bahasa yang Anda
kuasai. Komponen makna mana yang ditandai dalam bahasa
yang satu dan tidak dalam bahasa yang lain?
B. Dalam tiap soal berikut, versi pertama adalah teks sumber dan
yang kedua adalah bentuk bahasa sasaran. Penyesuaian apa yang
dilakukan dalam teIjemahan itu dan mengapa?
Contoh: Bsu: Kata profesor, "Kita akan membicarakan astrologi
hari ini."
Bsa: Kata profesor, "Saya akan membicarakan astrologi
hari ini."
Pronomina jamak pertama diubah menjadi tunggal karena
hanya satu orang yang berbicara.
1. Bsu:
Bsa:
2. Bsu:
Bsa:
3. Bsu:
Bsa:
Bsa:
RUJUKAN PERSONA 135
Ada banyak yang ingin kami katakan kepadamu.
Ada banyak yang ingin saya katakan kepadamu.
Kenapa kebebasanku haru.s ditentukan oleh orang
lain?
Kenapa kebebasan kita harus ditentukan oleh orang
lain?
Guru: Sekarang kita akan mendengarkan sebuah
cerita.
Sekarang kamu akan mendengarkan sebuah cerita.
(Penyesuaian tambahan apa yang dilakukan dalam
kalimat berikut) .
Sekarang saya akan membacakan kamu sebuah
cerita.
4. Bsu: Kepala sekolah kepada guru.: Bagian administrasi
telah memutuskan untuk meniadakan kelas hari
Jumat.
Bsa: Saya telah memutuskan untuk meniadakan kelas
hari Jumat.
5. Bsu: Saya akan pergi sekarang (implikasinya, yang disapa
juga akan pergi).
Bsa: Mari kita pergi sekarang.
C. Terjemahkanlah kelima kalimat di B ke dalam bahasa lain.
D. Tulislah kembali kalimat berikut dengan mengubah kata generik
menjadi JAMAR, dan dengan menyesuaikan kata-kata lain yang
terpengaru.h oleh perubahan itu.
1. Hendahlah kamu ramah seorang terhadap yang lain.
2. Siapa saja yang siap boleh ikut kami.
3. Berikan kepada siapa saja sebanyak yang diperlukan.
4. Setiap orang yang datang akan mendengarkan pidato agung
itu.
5. Jika seseorang mencintaiku, ia akan melakukan apa yang
saya suruh.
E. Terjemahkanlah kalimat-kalimat di D ke dalam bahasa lain.
Apakah bentuk tunggal ataukah bentuk jamak yang terbaik
untuk teIjemahan itu. Penyesuaian apa yang Anda lakukan?
Bah 13
Unsur Leksikal dan Konteks Situasional
Dalam bab 4 telah dibahas tiga jenis makna - MAKNA REFEREN
SIAL, MAKNAKONTEKS LINGUISTIS, dan MAKNASlTUASIONAL.
MaIma referensial telah dibahas secara rinci. Akan tetapi, situasi
penggunaan katajuga penting untuk makna yang lengkap, karena kata
tertentu yang dipilih akan tergantung pada pelbagai faktor situasi
komunikasi. Penerjemah harus mengetahui makna kata yang diten
tukan oleh situasi itu.
KonotaBi unsur leksikal
Selain untuk menyampaikan informasi faktual melalui rujukan ke
BENDA, KEJADIAN, ATRIBUT, dan RELASI, kata juga mencetmin
kan sikap dan emosi. Misalnya, kata ibu mempunyai respons emosi
yang positif untuk kebanyakan orang, sebaliImya kata wanita lebih
netral, dan kata nenek sihir bersifat negatif. KATA menimbulkan res
pons emosi, dan res pons ini kadang- kadang dirujuk sebagai makna
emotif. Dalam contoh di atas, kata ibu, wanita, dan nenek sihir mungkin
merujuk ke orang yang sarna, mungkin juga tidak. Akan tetapi,
walaupun sebuah kata merujuk ke orang yang sama, mungkin ada
beberapa pilihan leksikal yang didasarkan pada makna konotatif atau
emotif. Misalnya, kata ayah, papi, pap, papa, 'dan laki-laki tua
merupakan unsur leksikal yang merujuk ke 'sanak famili dari generasi
sebelumnya, maskulin, dan langsung'. Kata ayah mempunyai konotasi
hormat, sedangkan papi mempunyai konotasi akrab atau intim. Laki
laki tua menunjukkan kurangnya rasa hormat, atau mungkin
digunakan untuk berolok-olok. Orang tidak memikirkan kata-kata
menurut MAKNA REFERENSIALnya saja, tetapi juga memberikan
reaksi secara emosional.
UNSUR LEKSlKAL DAN KONTEKS SITUASIONAL 137
Makna konotatifbiasanya ditentukan menurut kebudayaan. Kata
yang mempunyai konotasi positif dalam satu kebudayaan mungkin
mempunyai konotasi negatif dalam kebudayaan lain, misalnya, kata
tribe ('suku') dalam bahasa Inggris. Di beberapa tempat, suku bangea
tertentu memberikan reaksi yang sangat positif jika mereka disebut
tribe. Di tempat lain, kata yang sama ini mempunyai konotasi negatif
(misalnya kata boj dalam bahasa Pidgin di Papua Nugini) dan orang
tidak mau disebut anggota suatu tribe.
Kata ser;gala mempunyai konotasi negatif dalam bahasa Indonesia
jika diasosiasikan dengan sifat licik dan penipu. Dalam bahasa lain,
padanan kata yang merujuk ke serigala mungkin tidak mempunyai
makna emotif sama sekali atau malahan mempunyai konotasi positif.
Kata yang sama sekali netral dalam bahasa sumber,jika diterjemahkan
secara harfiah, mungkin mengakibatkan konotasi emosi yang kuat.
KATA Bering tampil dalam perangkat yang konotasinya berkisar dari
negatif ke positif. Misalnya, kata kerempeng, kurus, dan langsing
mungkin mempunyai konotasi berikut untuk kebanyakan orang: negatif
untuk kerempeng, netral untuk kurus, dan positif untuk langsing.
Sejauh kita membicarakan makna referensial, kata-kata tersebut di
atas bersinonim, tetapi masing-masing digunakan secara berbeda-beda
karena konotasinya. Begitujuga katagembrot termasuk negatif,gemule
lebih netral, dan montok lebih positif. Penerjemah harus tahu konotasi
positif dan negatif dari kata-kata dalam bahasa sumber untuk dapat
menerjemahkannya dengan konotasi yang sesuai dalam bahasa
sasaran.
Atribut lain yang bersinonim dekat mungkin tidak sesuai jika diper
tukarkan. Misalnya, dalam bahasa Inggris, perangkat beautiful, hand
some, pretty, dan lovely kurang lebih merl.\iuk ke kualitas yang sama,
tetapi handsome mempunyai konotasi tambahan yang biasanya
merujuk ke orang laki-Iaki danbenda-benda lain, misalnya kuda atau
perabot. Sebaliknya pretty tidak dipakai dalam konteks yang sama,
tetapi merujuk ke orang perempuan, bunga, dll. Beautiful mungkin
yang paling netral dan dapat dipakai dalam konteks yang lebih luas
daripada kata-kata lain dalam perangkat itu.
KATA juga dapat bervariasi menurut baru atau lamanya kata itu.
"Pada umumnya, ada kata yang arkais, kuno, netral, atau modern. Tiap
bahasa mempunyai kata-kata yang dianggap sudah tidak sesuai
karena sudah leuno. Dalam situasi tertentu, terjemahan yang
menggunakan kata-kata modern mungkin tidak sesuai, karena
kosakata itu tidak diterima penutur bahasanya; sebaliknya kata-kata
kuno mungkin ditolak oleh anggota"masyarakat lain. Misalnya, orang
yangmenggunakan thee dan thou dalam bahasa Inggris adalah orang
138
religius dan termasuk dalam kelompok tertentu yang masih
menggunakan bahasa itu. Oleh karena adanya konotasi ini, kebanyakan
terjemahan ke dalam bahasa Inggris dewasa ini tidak bisa
menggunakan kata-kata thee dan thou.
Dalam mempelajari leksikon suatu bahasa, penerjemah tidak hanya
perlu mengetahui makoa referensial kata itu Baja, tetapi juga perlu
mengetahui apakah kata itu dianggap sudah kuno ataukah masih baru,
dan karenanya masih belum merupakan kosakata netral dewasa ini.
Jika peneIjemah menggunakan kata-kata yang sudah kuno, teIjemaban
itu mungkin tidak akan digunakan lagi apabila orang-orang tuasudah
tidak ada. Kata-kata yang dimengerti oleh semua I penutur· bahasa
merupakan pilihan terbaik dalam peneIjemahan. .
Makna konotatif yang berbeda dari satu bahasa ke bahasa lain
mungkin disebabkan tabu negatif atau positifyang telah tmnbuh dalam
kebudayaan bahasa itu. Kata-kata tabu yang sangat negatif sering
menyebabkan dipakainya eufemisme. Adanya ungkapan eufemistis
untuk kata tertentu merupakan petunjuk bahwa kata itu mungkin
mempunyai konotasi negatif yang kuat. Dalam kebudayaan tertentu,
menyebutkan nama orang yang telah meninggal merupabn tabu
negatif. Dalam kebudayaan lain, kata itu mungkin memberikan sikap
positif, dan anak-anak diberi nama yang sama dengan nama orang yang
baru rneninggal.
Mungkinjuga ada tabu positifyang mengakibatkan konotasi terten
tu. Misalnya, di antara bangsa Y~,l!~, penghormatan tertinggi atau
konotasi positifuntuk kataAllah telah mengakibatkan dipakainya cara
eufemistis dalam merujuk ke Allah. Oleh karena rasa hormat yang
tinggi, nama itu tidak dipakai dalam percakapan biasa, tetapi
digunakan kata pengganti seperti surga atauyong maha tinagi. Kata
kata pengganti tidak boleh diteIjemahkan secara harfiah ke dalam
bahasa yang ti4~k, biasanya membuat penggantian semacam ini.
Makoa kata ,Allah harus' diterjemahkan dengan jelas.
Hubungan pembicara dan yang disapa
Hubungan pembicara dan yang disapa selalu menentukan
pemilihan kosakata yang mengakibatkan gaya bahasa yang berbeda.
Orang yang berbicara kepada anak kecil tidak akan menggunakan kata
yang sarna jika ia berbicara kepada mahasiswa di universitas. Faktor
faktor seperti umur, kelas sosial, tingkat pendidikan, dan keahlian
teknis dari pendengar akan mempengaruhi pemilihan kosakata yang
digunakan.
Kebanyakan bahasa mempunyai variasi wicara yang dianggap
sebagai "bahasa kanak-kanak". Jika BeseorangmengatakanAnak mau
UNSUR LEKSlKAL DAN KONTEKS SITUASIONAL 139
susu atau Papi sayang padamu, kita segers tahu bahwa pembicara itu
menyapa anak yang sangat keeil. Komunikasi lisan dengan anak keeil
mungkin mencakup konstruksi gramatikal khusus seperti eontoh yang
disebutkan di atas, dan mungkin meneakup perubahan- bunyi, atau
pemilihan kata-kata khusus. Misalnya, wanita Aguaruna yang sedang
berbicara kepada seorang bayi mengubah Bemus bunyi tak bersuara
menjadi bunyi bersuara. Contohnya ialah kcnsonan pertama dari
tsamau, yang berarti 'minuman dengan rasa pisang,' akan diucapkan
sebagai chamau. Sewaktu berbieara kepada anak keeil, orang dewasa
mungkin memilih katapapa, dan tidak memilih unsur leksikallain yang
disebutkan di atas (ayah, pap, laki-laki tua). Begitu juga orang akan
menggunakan mama, dan bukan ibu. Selain itu, kosakatanyajuga lebih
terbatas agar sesuai dengan pengertian si anak.
Dalam kebanyakan masyarakat, para remajanya mengembangkan
kosakata tertentu yang dipakai jika mereka berbieara kepada sesama
temannya. Walaupun mungkin dimengerti oleh orang dewasa di sekitar
mereka, kosakata ini tidak akan dipakai oleh orang dewasa. Juga,
dalam kelompok masyarakat manapun ada kosakata yang masih
dikenal oleh kebanyakan orang tetapi yang hanya dipakai oleh orang
orang tua saja, karena kata-kata itu tidak lagi merupakan kosakata
yang digunakan oleh umum. Jelas peneIjemah harus menghindari
kosakata yang dibatasi oleh umur, dan menggunakan kosakata yang
dimengerti oleh umum, keeuali jika penulis teks sumber bermaksud
memperlihatkan zaman tertentu.
Dalam bahasa-bahasa tertentu, ada perbedaan antara wieara pria
dan wieara wanita. Perbedaan itu hanya disebabkan pria berbicara
tentang hal yang lain dari yang dibicarakan wanita. Pria mempunyai
kosakata tertentu untuk membicarakan pekeIjaan yang melibatkan
mereka, misalnya konstruksi rumah, bisnis, teknologi, dan kepemim
pinan; sedangkan wanita mempunyai kosakata tertentu untuk
berkebun, menjahit, memasak, dsb. Ada kata-kata tertentu yang mem
punyai konotasi yang ada hubungannya dengan wanita, dan kata-kata
tertentu lainnya mempunyai konotasi yang ada hubungannya dengan
pria. Misalnya, bahasa Cocama, Peru, mempunyai perangkat prono
mina yang berbeda, yang tergantung pada pembicara itu pria atau
wanita.
Dixon (1971:436-37) melaporkan adanya perbedaan antara bahasa
sehari-hari dan bahasa mertua perempuan di Queensland utara,
Australia. Setiap penutur bahasa Dyirbal tahu kedua bahasa itu
(bahasa biasa dan bahasa khusus). Bahasa khusus dipakaijika kerabat
yang dianggap tabu hadir di situ. (Istilah "bahasa mertua perempuan"
digunakan untuk merujuk ke semua kerabat tabu atau bahasa yang
140
tidak boleh digunakan jika kerabat itu hadir di situ.) Kosakata dari
keduanya sama sekali berbeda. Di bawah ini diperlihatkan tiga kata
yang mengungkapkan cara memo tong (Dixon 1971:437).
BAHASA SEHARI-HARI BAHASAMERTUAPEREMPUAN
nudin (memutuskan)
gunban (memotong satu iris)
banyin (membelah kayu)
dyalngan
dyalngan
bubaman
Bahasa ini memperlihatkan contoh yang ekstrem, tetapi; memang
ada banyak kosakata yang dipakai dalam situasi "khusus atau jika
berbicara kepada orang tertentu.
Tingkat kesopanan sangat penting dalam kebudayaan orang
Jepang. "Bahasa Jepang mempunyai sistem pemilihan leksikal dan
konstruksi verbal yang saling berhubungan dan yang sangat kompleks.
Pemilihannya tergantung pada siapa yang berbicara, yang diajak
bicara, dan orang yang dibicarakan" (Hinds 1973:155).
Dalam artikelnya, Hinds memberikan contoh unsur leksikal yang
mempunyai makna referensial yang sama, tetapi komponen makna
tambahannya (seperti merendah, hormat, dan netraZ) berbeda.
INDONESIA
istri
rumah
tante, bibi
MERENDAH
kanai
uchi
oba
HORMAT
okusan
otaku
obasan
NETRAL
tsuma
ie
Kata yang merendah digunakan untuk merujuk ke diri sendiri dan
ke seseorang atau sesuatu yang berhubungan langsung dengan diri
sendiri. Bentuk hormat merujuk ke orang lain yang statusnya
ditinggikan.
Tingkat kesopanan juga digunakan dalam memilih verba. Per
hatikan contoh berikut (Hinds 1973:156):
sashiageru memberi kepada orang yang statusnya lebih tinggi atau
kepada atasan
ageru memberi kepada orang yang statusnya sama atau
kepada atasan
yaru memberi kepada teman karib atau orang yang status
nya lebih rendah
kudasaru memberi kepada pembicara (bentuk. hormat)
kureru memberi kepada pembica'l'a (bentuk biasa)
UNSUR LEKSIKAL DAN KONTEKS SITUASIONAL 141
Ketika meneIjemahkan ke dalam bahasa Jepang, tingkat kesopanan
menjadi sangat penting. Sebaliknya jika meneIjemahkan dari bahasa
Jepang, hampir tidak mungkin mempertahankan semua perbedaan ini.
Sebagian maknanya akan hilang.
Dalam meneIjemahkan untuk kebudayaan minoritas, salah satu hal
yang harus diperhatikan peneIjemah adalah tingkat pendidikan
khalayaknya. Jika pembaca teIjemahan adalah orang dengan tingkat
pendidikan sekolah dasar, kosakata yang dipilih harus yang dimengerti
oleh orang-orang itu. Sebaliknya jika pembacanya adalah orang dengan
pendidikan menengah, maka diperlukan sejumlah kosakata tambahan.
Misalnya, orang yang lebih terpelajar cenderung meminjam kata-kata
dari bahasa asing dan memakai kata-kata ini sebagai bagian bahasa
mereka; sedangkan orang dengan pendidikan yang lebih rendah
mungkin tidak akan mengerti kebanyakan kata-kata pinjaman ini.
Orang yang lebih terpelajar mempunyai kosakata yang luas dalam
bidang yang ia pelajari, tetapi mungkin ia kurang memiliki kosakata
orang lain dalam kebudayaannya, karena memang ia tidak dilibatkan
dalam kebanyakan pengalaman mereka. Misalnya, karena ia memusat
kan pada pelajaran di sekolah, dan tidak pernah bertani, maka
kosakatanya untuk pertanian akan kurang.
Situasi komunikasi
Selain umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan pembicara
(penulis) dan khalayaknya, masih ada banyak faktor dalam situasi
komunikasi yang mempengaruhi pemilihan kosakata tertentu.
Kosakata untuk percakapan formal berbeda dengan kosakata untuk
percakapan hiasa (slang) di rumah atau dengan ternan. Ada lafal,
kata, dan gramatika tertentu untuk percakapan formal, tidak formal,
dan biasa. Misalnya, dalam bahasa Inggris, kata inebriated ('mabuk')
dipakai untuk percakapan formal, drunk untuk yang tidak formal, dan
stoned untuk slang. Seseorang dapat dipanggil Dr. Raharjo Iskandar
dalam percakapan formal, Raharjo dalam percakapan tidak formal, dan
Harjo dalam percakapan biasa. Generasi muda lebih formal dari aook
anak. Percakapan formal dipakai di dalam di kelas, parlemen, pidato,
siaran radio, dsb. Percakapan tidak formal dipakai di luar kelas, di
depan api unggun di desa, sewaktu makan, dsb. Percakapan hiasa
dilakukan di rumah dan dengan ternan dekat.
Bentuk formal dan tidak formal yang digunakan biasanya ber
hubungan erat dengan lokasi percakapan. Dalam tulisan juga ada
tingkat formalitaB, dan orang tidak menulis Burat resmi ke pejabat
pemerintah dengan menggunakan kosakata yang sarna jika ia menulis
142
surat kepada seorang teman. Tentu Baja sebagian disebabkan topik yang
akan ditulisnya, tetapi cara menyapa dan mengungkapkan isijuga akan
berbeda. Dalam menulis surat resmi, penulis mungkin menggunakan
kata Dengan honnat, sedangkan dalam surat kepada teman, ia akan
menggunakan Salam sayang, dsb.
Peristilahan teknis juga mempunyai nilai konotatif khusus bagi
orang yang menggunakannya. Kadang-kadang orang menggunakan
kosakata teknis atau formal untuk. memberikan kesan kepada pem
bacanya tentang tingkat pendidikan atau statusnya dalam masyarakat.
Penggunaan istilah teknis dapat mengakibatkan orang tertentu tidak
mengerti, karena'mereka tidak mengenal peristilahan teknis itu. Oleh
karena itu, peneIjemah harus selalu ingat siapa pembacanya; ia tidak
boleh menggunakan kosakata yang begitu teknis sehingga tidak akan
dimengerti oleh pembaca. Misalnya, bulletin bahasa yang diteIjemah
kan untuk ahli bahasa mungkin menggunakan istilah leksikon, verba,
gramatika, dU., tetapi teIjemahan untuk. orang biasa harus diubah
dengan menggunakan kata kamus, kata kerja, tata bahasa.
Dalam suatu bahasa yang sama, kosakata tertentu rnungkin
digunakan di suatu daerah, dan kosakata lain di daerah lain untuk
maksud yang sarna. Misalnya, dalam bahasa Inggris, kata cookie
digunakan di Amerika Serikat untuk. merujuk. ke benda yang sama yang
disebut biscuit di Australia. Kata trunk dalam bahaea Inggris Amerika.
sarna deilgan. kata boot di Australia, dan kata gas sarna dengan petrol.
Di Papua Nugini, orang" Pidgin di suatu daerah menggunakan kata
buscat dan orang Pidgin di daerah lain menggunakan puse untuk makna
kucing. PeneIjemah harus menggunakan kata yang dapat dimengerti
oleh kalangan luas. Jika teIjernahannya untuk. penutur bahasa daerah,
tentu saja bentuk yang dipilih juga harus yang dipakai di daerah itu.
Makna budaya kata
Salah satu masalah peneIjemahan yang paling sulit adalah per
bedaan kebudayaan. Tiap bangsa roempunyai sudut pandangnya sen
diri, karena itu, banyak kata yang kelihatan sepadan ternyata tidak
sepadan. Masing-masing kata itu rnempunyai konotasi khusus. Misal
nya, kata babi mempunyai konotasi yang negatif sekaH dalam
kebudayaan orang Yahudi, tetapi dalarn kebudayaan Papua Nugini,
kata ini mernpunyai konotasi yang sangat positif, karen a babi
rnerupakan bagian yang sangat penting dalam kebudayaan itu. Dalam
kebudayaan Amerika, penggunaan kata babi bersifat netral. Perbedaan
ini berdasarkan variasi kebudayaan dan peran yang dimainkan kata itu
dalam masyarakat.
UNSUR LEKSlKAL DAN KONTEKS SITUASIONAL 143
Tiap kebudayaan mempunyai fokus yang berbeda-beda. Misalnya,
kebudayaan Papua Nugini memfokuskan perkebunan, perikanan,
makanan, pepohonan, tanaman, dan upacara; sedangkan kebudayaan
Amerika memfokuskan pekerjaan, cara mencari uang, olah raga,
sekolah, dan perkawinan. Masyarakat tertentu lebih teknis dan
masyarakat lain kurang teknis. Perbedaan ini dapat dilihat dari jumlah
kosakata untuk membicarakan topik tertentu. Akan tetapi, dalam tiap
masyarakat terdapat kosakata teknis dan nonteknis untuk mem
bicarakan hal yang sama. Jika teks bahasa swnber menggunakan
banyak istilah teknis, mungkin akan lebih sulit menerjemahkannya ke
dalam bahasa yang menggunakan sedikit istilah teknis. Misalnya,
untuk menerjemahkan Alkitab bahasa Ibrani ke dalam bahasa-bahasa
di Papua Nugini atau di Amazon, Amerika Selatan, ada banyak masalah
penerjemahan kosakata yang berhubungan dengan pendeta, bait suci,
persembahan, dan sinagoga. Begitu juga, jika orang menerjemahkan
buku tentang ilmu sosial yang ada hubungannya dengan kebudayaan
Afrika, mungkin sulit sekali menemukan padanan kata untuk istilah
peternakan. Menerjeinahkan dokumen tentang orang Eskimo dan salju
mungkinjuga sangat sulit, karen a musim di Indonesia sangat berbeda
dengan di Eskimo. Jika kebudayaannya serupa, maka tidak akan ada
banyak kesulitan, karena mungkin kedua bahasa itumempunyai istilah
yang hampir sepadan. Jika kebudayaannya sangat berbeda, biasanya
sangat sulit untuk menemukan padanan unsur leksikal.
Kebudayaan biasanya tercermin dalam penggunaan kata secara
figuratif. Misalnya, dalam bahasa Inggris, kata domba digunakan
secara figuratif dengan makna 'orang yang mengikuti tanpa berpikir.'
Di Papua Nugini, orang menggunakan kasuari, dan di Indonesia, orang
menggunakan kerbau (dalam bagai kerbau dicocok hidungnya).
Masalah penggunaan obyek kebudayaan secara figuratif akan dibahas
di bab tentang metafora. Yang penting ialah obyeknya sama, artinya,
jika kita berbicara tentang babi dalam kebudayaan Papua Nugini, atau
babi dalam kebudayaan Yahudi, obyeknya sama. Akan tetapi,
maknanya sangat berbeda, karena di Papua Nugini, babi menandakan
makanan dan kekayaan, tetapi d, antara orang-orang Yahudi, kata itu
mempunyai konotasi tidak bersih dan barang yang tidak ada hubungan
nya dengan makanan.
Lakuan simbo1is
Dalam setiap kebudayaan, ada lakuan tertentu yang bermakna sim
bo1is. Lakuan ini akan muncul dalam teks bahasa sumber, biasanya
tanpa petunjuk tentang maksud lakuan itu. Jika teks itu diterjemah-
144
kan secara harfiah, maknanya akan nihil atau salah. Misalnya, dalam
kebanyakan bahasa, pelbagai gerakan kepala bersifat simbolis.
Gerakan kepala yang mempunyai makna positif dalam satu
kebudayaan dapat merupakan makna negatif dalam kebudayaan lain.
Jika teb itu sekedar mengatakan ia. menga1l88ule, tanpa memberikan
alasannya, maksud teb akan disalahartikan, jika dalam kebudayaan
bahasa sumher anggukan herarti ya, dan dalam kebudayaan bahasa
sasaran anggukan tidak mempunyai makna simbolis. Di antara orang
Chol, Meksiko, menggoyangkan kepala dari sisi satu ke sisi lain berarti
penekanan untuk. kata tiOOk, dan mengangguk. herarti rasa gembim.
Dalam kebudayaan Yunani, menggoyangkan kepala merupakan lam
bang ejeJean atau cemooh; tetapi orang Witoto, Peru, mengungkapkan
ejekan ini dengan memajukan dagunya. Orang Indonesia menunjuk ke
dada dengan arti soya, tetapi orang Cina dan Jepang menunjuk ke
hidung dengan jarinya untuk menunjuk ke diri sendiri.
Jika bentuk lakuan dia80siasikan dengan fungsi yang berbeda dalam
bahasa 88.8aran, kadang-kadang sulit diketahui bagaimana mener
jemahkan lakuan aimbolis. Jika makna yang dimaksud dibuat
eksplisit, dan kata yang mengungkapkan lakuan itu dipertahankan
dalam teIjemahan, mungkin masih nihil maknanya, meskipun kadang
kadang ini dapat membantu. Misalnya, jika teks bahasa Inggris me
ngatakan,haJce one's fist ('roenggoyangkan kepalan'), penerjemah dapat
menambahkan de1l/Jan kemarahan untuk menjelaskan makna isyarat
itu. Akan tetapi, jika shalu! one's fist digunakan dalam bahasa sasaran
untuk tujuan simbolis, pembacanya akan bingung. Dalam hal ini, lebih
baik hilangkan sama sekali rujukan khusus untuk. lakuan simbol,is dan
ungkapkanlah malma lakuan itu secara eksplisit, misalnya, dengan
kalimat ia. memperlihatkan bahwa ia. marah sekali. Penerjemah harus
membuat penyesuaian untuk menyampaikan makna teks sumher.
LATIHAN - Unsur Leksikal dan Konteks Situasional
A. Dalam tiap 1I0al berikut, sebutkan kontras emotifyang terdapat
dalam kata-kata itu. Dalam konteks sosial apa masing-masing
kata itu dipakai?
1. ayah, yah, papi, pap, papa, laki-Iaki tua, bapak. pak
2. mati, meninggal, berpulang, wafat, gugur, kembali ke
pangkuanNya, mampus,
3. berbicara, berkhotbah, menguliahi, bercakap, ber
ceramah
UNSUR LEKSlKAL DAN KONTEKS SITUASIONAL 145
B. Dalam bahasa yang bukan bahasa Indonesia, berikan daftar kata
yang mengandung makna ayah, mati dan berbicara. Sebutkan
perbedaan konotasi antaranggota dalam tiap perangkat ter
sebut?
C. Bagaimana reaksi Anda terhadap kata-kata berikut? Dengan
skala 1-5, kelompokkanlah kata-kata itu menurut konotasinya.
1. baik
2. agak baik
3. netral
4. agakjelek
5. jelek
anak
Allah I
roti
ibu
mati
sekolah
penjajahan
pembunuhan
ayah
pelacur
suku
mobil
darah
kentang
muntah
pengkhianat
D. Carilah lima perangkat kata dalam bahasa yang bukan bahasa
Indonesia. Anggota-anggota tiap perangkat itu harus mempunyai
makna referensial yang sama, tetapi yang satu mempunyai
konotasi baik, yang satu konotasi jelek dan yang lainnya
konotasi netral.
E. Buatlah kalimat dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan
frase di bawah ini.
1. bertopang dagu
2. mengerutkan kening
3. mengangkat bahu
4. mengangguk
5. menggigit bibir
6. memasang kuda-kuda
7. membusungkan dada
8. mengangkat tangan
9. tangan di pinggang
10. membuka topi
11. senyumdi kulum
12. memeluk tangan
F. Mana dari lakuan simbolis di atas yang digunakan dalam
kebudayaan bahasa asing yang Anda kuasai? Buatlah kalimat
dalam bahasa itu dengan menggunakan lakuan simbolis tersebut.
146
G. Terangkan mengapa ada tiga cara untuk menyapa John Smith:
1. 'Thtangganya berpapasan dengannya dan berkata, "Hai,
John."
2. Ketua rapat mengatakan, "Kita akan meminta'Bapak
John Smith maju ke depan."
3. Rektor universitas itu mengatakan, "Profesor Smith
yang akan memberikan kuliah itu."
H. Dalam situasi komunikasi apa "Selamat pagi" dalam bahasa
Indonesia dipakai bersama dengan:
1. jawaban "selamat pagi"
2. berjabat. tangan
3. senyuman
4. cemberut
6. membungkukkan badan
6. ked.ipan mata
7. lambaian tangan
I. Apakah lakuan di Hjuga muncul dalam sapaan bahasa lain yang
Anda kuasai? Dalam situasi apa?
Bah 14
Kolokasi Unsur-unsur Leksikal
Dalam bab 10 dan 11, kita telah membahas makna sekunder dan
makna figuratif. Di situ secara singkat diperlihatkan bahwa
kolokasilah yang menentukan makna sebuah frase atau kalimat.
Sekarang kita akan membahas secara rinci pengertian kolokasi
(collocation = sanding kata) dan implikasinya untuk penerjemahan.
Kolokasi menelaah bagaimana kata-kata bersesuaian satu sama
lain, artinya, kata mana yang boleh tampil dengan kata lain apa saja
dalam suatu konstruksi. Ada kata-kata yang selalu muncul bersama
sarna, ada yang hanya kadang-kadang, dan ada yang sarna sekali tidak
pernah muncul bersama. PeneIjemah harus mengetahui kolokasi kata
untuk dapat mengerti makna teks dan menerjemahkannya dengan
baik. Kata-kata tertentu tidak dapat tampil bersama-sama karena
kombinasinya tidak mengandung makna dan berada di luar realitas.
Misalnya, kita tidak mengatakan sayap kucing, tetapi sayap burung.
Hanya dalam khayalan dengan kucing terbang kita dapat mengatakan
sayap kucing.
Kolokasi berarti peletakan kata secara berdampingan. Kombinasi
kata dalam tiap bahasa berbeda-beda. Misalnya, dalam bahasa In
donesia, kata membereskan dapat muncul bersama dengan kata tempat
tidur, dan kita mengatakan membereskan tempat tidur. Akan tetapi,
dalam bahasa Inggris digunakan membuat tempat tidur. Dalam bahasa
Indonesia kita mengatakan ia mempunyai kesulitan, tetapi dalam
bahasa Inggris dapat dikatakan ia menderita kesulitan, dan mungkin
dalam bahasa lain lagi dikatakan ia melihat kesulitan atau ia minum
kesulitan. Orang yang baru belajar bahasa kedua sering membuat
kesalahan semacam ini, karena mereka memasangkan kata yang dapat
diterima dalam bahasa pertama tetapi tidak dalam bahasa kedua.
148
Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa makna yang disampaikan
adalah sarna, tetapi kata-kata yang digabungkan untuk. menyampaikan
makna ini berbeda.
Kolokasi khusWi
Dalam setiap bahasa, ada kombinasi kata tertentu yang merupakan
kombinasi tetap. Kata-kata ini selalu tampil bersama-sama dan
dalam urutan tertentu, misalnya pulang pergi, bolak-balik, turon
temuron, dan sama sekali. Bahasa lain mungkin mempunyai kombinasi
yang sama sekali berbeda.
Perhatikan ungkapan atau idiom berikut dalam bahasa Gahuku,
Papua Nugini (data dari Ellis Deibler). ·Dalam ungkapan itu, tidak ada
makna khusus yang dapat diberikan pada tiap kata; makna ungkapan
didapatkan dari kolokasinya secara keseluruhan.
ne-helele vizekave Saya takut.
-ku-?
no-goka vizekave Ia membohongi saya.
-ku-hidung
napa vizekave Benda itu menjadi besar.
besar
goive vizekave Ia menderita penyakit campak.
ubi
a-puta' vizekave Ia merangkulnya.
-nya-pegangan
peletani vizekave Ia melempar dan menangkap-
? nya (mis. bola itu) dengan ta-
ngan secara terus menerus.
Dalam kolokasi tetap ini, kadang-kadang makna bagian ungkapan
idiomatisnya sulit dikenal.
Jika urutan kombinasi tetap ini diubah, hasilnya akan tidak wajar di
telinga penutur asli bahasa bersangkutan. Contoh urutan tetap ialah
siang malam, pulang pergi, panjang pfmdek, sana sini, dan tinggi
rendok Orang Indonesia tidak mengatakan malam siang, pergi pulang,
pendek panjang, dsb. Dalarn kebanyakan bahasa di Papua Nugini, oran@
mengatakan ibu dan bapak dan tidak pernah bapak dan ibu.
KOLOKASI UNSUR-UNSUR LEKSlKAL 149
Idiom adalah kolokasi khusus, atau kombinasi tetap yang mengan
dung makna secara keseluruhan. Akan tetapi, makna kombinasi itu
tidak sama dengan makna tiap kata tersendiri yang membentuk idiom
itu. Idiom sering memiliki makna yang sama dengan Wlsur leksikal
lain, tetapi mengandung konotasi emotiftertentu yang tidak dikandung
oleh kata lain tersebut. Misalnya, kata kembali ke pangkuanNya mem
punyai makna yang sama dengan mati, tetapi mengandung makna
hormat. Dalam bahasa Inggris, idiom kick the bucket mempunyai
makna yang sama dengan die ('meninggal')" tetapi mengandung rasa
kurang hormat. Juga hit the sack ('pukul karungnya') berarti to go to bed
('pergi tidur'), tetapi agak kurang formal. Perhatikan idiom berikut:
bersilat lidah
perangpena
berbagi duka
bermain mata
berbalas pantun
mengadu domba
Perhatikanjuga contoh berikut dari bahasa Inggris dan tiga bahasa
Afrika (Barnwell 1980:56). Makna yang sama diungkapkan dalam
kedua bahasa itu, tetapi verba yang digunakannya berbeda, Untuk
memperlihatkan perbedaan bentuknya, contoh-contoh tersebut diter
jemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia.
Inggris:
mempertahankan hukum
memecahkan hukum
memperbaikijala
makan madu liar
ia diberi kebijaksanaan
Mbembe:
mematuhi hukum
merusak hukum
Jukun:
mengikat jala
minummadu
E~aa:
ia diajari kebijaksanaan
Penerjemah harus berhati-hati dalam menerjemahkan idiom, karena
penerjemahan harfiah sering tidak mengandung makna sama sekali.
Pertama-tama, penerjemah harus memastikan makna idiom itu, dan
kemudian mencari padanan wajar untuk mengungkapkan maknanya
secara keseluruhan.
150
Ada juga kolokasi khusus yang dapat dilihat dalam perangkat
perangkat, karena maknanya pada dasarnya sama. Perhatikan pe
rangkat berikut dalam bahasa Inggris (Barnwell 1980:57):
The king abdicated.
The maid gave notice.
The principal resigned.
Raja turun tahta.
Pembantu berhenti kerja.
Kepala sekolah meletakkanjabatan.
Dalam semua kalimat ini, subyeknya berhenti kerja, tetapi abdicated
berkolokasi denganking (raja),gave notice dengan maid (pembantu) dan
resigned dengan principal (kepala sekolah). Orang tidak dapat me
ngatakan the maid abdicated atau the maid resigned. Pernatikan juga
perangkat berikut:
a teacher's salary
a minister's stipend
a worker's wage
gaji guru
gaji menteri
gaji pegawai
setandan pisang
sehelai kertas
sebuah jambu
seekor kerbau
Kolokasi dapat juga dianalisis berdasarkan komponen malma
generik yang terdapat pada kata itu. Misalnya, dalam daftar kalimat
di bawah ini, kolokasinya sudah benar. Akan tetapi, jika ',erbanya di
ubah, maknanya atau makna metaforisnya menjadi salah, Daftar per
tama bukan untuk insan, dan yang kedua untuk insan.
Saya mencuci mobil.
Kucing itu beranak.
Anjing itu menggonggong (menyalak).
Saya memandih;:zn bayi,
Ia bersalin.
Orang itu berteriak.
Perhatikan perbedaan antara ungkapan bahasa Indonesia dan ung
kapan bahasa Inggris di bawah ini
Ind: makan pisang Ing: eat banana
makan pagi
makanwaktu
(makan pisang)
have breakfast
(mempunyai sarapan)
take time
(mengambil waktu)
TeIjemahan harfiah dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia
tidak akan memberikan arti apa-apa.
KOLOKASI UNSUR-UNSURLEKSlKAL 151
Kolokasi adalah kata-kata yang digabungkan bersama dalam frase
atau kalimat untuk membentuk ungkapan yang secara semantis ber
satu.
Jangkauan kolokasi
Jangkauan kolokasi adalah daftar kata yang dapat muncul ber
sarna dengan sebuah kata. Tidak ada dua kata yang mempunyai jang
kauan kolokasi yang persis sama. Misalnya, orang mungkin mengang
gap kuda, anjing, ayam, pria, dan aook-aook mempunyai kolokasi yang
sarna. Memang ada tum.pang tindih di antara semua kata ini, karena
semuanya bisa tampil bersama dengan kata makan, minum,jalan, dan
lari. Akan tetapi, perhatikan, walaupun semua kata ini tampil ber
sarna dengan kata berlari, hanya kuda dan anjing yang berkolokasi
dengan nomina pacuan. Pacuan kuda dan pacuan anjing dapat
diterima, tetapi pacuan ayam, pacuan pria, dan pacuan aook tidak
terdapat dalam bahasa Indonesia. Ada kata-kata yang mempunyai
jangkauan kolokasi yang sangat terbatas,;!an ada yang sangat besar.
Jangkauan kolokasi padanan kata antarbahasa tidaklah sarna, tetapi
ada tumpang tindihnya. Biasanya jangkauan ini cocok untuk pema
kaian primer, tetapi tidak untuk pemakaian sekunder dan figuratif.
Misalnya, dalam bahasa Inggris, run dalam people atau animals run
('orang atau binatang berlari') mempunyai kata yang sama dalam ba
hasa Indonesia, yaitu berlari. Akan tetapi, kolokasi bahasa Inggris run
untuk nose ('hidung'), motor ('motor'), stockings('kaus kaki'), dan plant
('tanaman'), tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Begitu juga ung
kapan yang menggunakan run, seperti run into debt ('terlibat utang'),
run into trouble ('mendapat kesulitan'), run out of money ('kehabisan
uang'), dan run out of patience ('hilang kesabaran') bukan merupakan
kolokasi yang benar dalam bahasa Indonesia jika digunakan kata ber
lari. Jangkauan kolokasi untuk berlari dalam bahasa Indonesia agak
terbatas.
Jumlah kolokasi yang memenuhi syarat untuk sebuah kata sering
tergantung pada kedudukannya dalam skala generik-spesifik. Misal
nya, biootang akan mempunyai jangkauan yang lebih besar daripada
domba atau anjing.
Hanya penutur asli yang dapat menilai apakah sebuah kolokasi dapat
diterima atau tidak, terutama jika kolokasi itu merupakan kolokasi
baru. Bahasa memang berubah, dan ada penambahan dan pengurang
an yang konstan untuk jangkauan kolokasi sebuah kata. Ada pener
jemah yang mencoba menezjemahkan putih seperti salju ke dalam
bahasa yang tidak memiliki kata salju dengan putih seperti hujan es.
152
Masalahnya ialah dalam bahasa itu putih tidak berkolokasi dengan
hujan es, dan kombinasinya mungkin tidak memberikan makna yang
sama. Bahasa itu mempunyai kolokasi terang seperti hujan es, tetapi
maknanya berbeda. Akhirnya frase itu diteIjemahkan dengan sangat
putih. Hal ini memang kadang-kadang merupakanjalan keluar terbaik.
Bahasa Amuzgo, Meksiko, mempunyai dua kata untuk. padanan
kata love ('cinta') dalam bahasa Inggris. Yang satu berkolokasi hanya
dengan status yang lebih tinggi ke status yang lebih rendah ('Allah
manusia, suami - istri, ibu - anak), dan yang satu lagi hanya dengan
status rendah ke status yang lebih tinggi (manusia-Allah, istri-suami,
anak-ibu).
Pertentangan kolokasi
Kekeliruan dalam kolokasi biasanya disebut pertentangan
kolokasi. Setiap orang yang telah belajar bahasa kedua pasti pernah
membuat kesalahan semacam ini. Kekeliruan ini, gramatikal ataupun
leksikal, merupakan penggabungan kata yang tidak seharusnya mun
cul bersama-sama. Kadang-kadang verba dan nomina dicampuraduk
kan. Sebuah surat yang ditulis oleh seorang yang bukan penutur asli
bahasa Inggrisj berbunyi, We have sent the book ... we are sorry for the
overlook. ('Kami telah mengirimkan bukunya ... kami mohon maaf atas
kekeliruan kami.') Kata overlook adalah verba; seharusnya digunakan
nomina oversight. Ada juga kesalahan yang disebabkan oleh gramatika
yang jelek, misalnya kalimat Semua mengikut jejaknya, yang se~arus
nya Semua mengikutijejaknya. Kesalahan ini biasanya tidak dilakukan
oleh orang yang meneIjemahkan ke dalam bahasa ibunya. Pertentang
an kolokasi kadang-kadang tidak kentara, sehingga kadang-kadang
diabaikan penerjemah.
Tiap bahasa mempunyai batasan kolokasi. Misalnya, dalam bahasa
tertentu, mendengarkan berkolokasi dengan suara, dan tidak dengan
orang. Jadi kalimat seperti Saya mendengarkan John tidak dapat
diterjemahkan, karena mendengarkan John merupakan pertentangan
kolokasi. Terjemahan itu mungkin harus diubah menjadi Saya men
dengarkan pidato John. Begitujuga, ada bahasa tertentu di mana kata
percaya tidak berkolokasi dengan orang, tetapi dengan kata atau
gagasan. Saya percaya kepadanya harus diteIjemahkan dengan Saya
percaya apa yang ia katakan.
Dalam bahasa Indonesia, kata kuku merupakan kata generik untuk
manusia dan binatang. Kata cakar hanya dipakai untuk binatang,
terutama untuk binatang buas. Akan tetapi, dalam bahasa Inggris, kuku
manusia adalah fingernail. dan kuku binatang adalah claw. Kata
KOLOKASI UNSUR-UNSUR LEKSlKAL 163
fingernail tidak boleh dipakai untuk binatang. Bahasa lain mungkin
hanya mempunyai satu kata yang dapat mencakup kuku dan cakar,
atau fingernail dan claw.
Kata-kata atributifjuga mempunyai batasan kolokasi. Orang dapat
mengatakan anjing gemuk dan buku tebal, tetapi tidak buku gemuk dan
anjing tebal.
Kadang-kadang ada pertentangan budaya antara isi teks sumber
dan pola budaya sasaran. Misalnya, dalam kebudayaan Anggor, Papua
Nugini, wanita beIjalan dulu dan pria di belakangnya. Akan tetapi, di
India, pria beIjalan duIu dan wanita mengikutinya. TeIjemahan dari
kalimat bahasa India, pria berjalan lebih dahulu, ke dalam bahasa Ang
gor harus mempertahankan fakta ini. Memang kebiasaan budaya itu
bertentangan, tetapi arti kata itu tidak. Kenyataan bahwa pr!.a beIjal~n
terdahuIu harus dipertahanksn dan tidak boleh diubah, artinya, cerita
itu tidak diubah untuk membuat kebudayaan India menjadi
kebudayaan Anggor. Akan tetapi, ada baiknya peneIjemah menambah
kan frase seperti sesuai dengan kebiasaan mereka.
Untuk memastikan apakah kata-kata dalam teks itu dipakai dalam
makna primemya, peneIjemah dapat mengadakan pengecekan dengan
penutur asli, karena hanya penutur aslilah yang paling dapat memas
tikan apakah kata-kata tertentu dapat digabungkan atau tidak, dan
apakah makna dari kombinasi kata itu.
Konkordansi
Konkordansi adalah pemadanan unsur leksikal yang konsisten.
Konkordansi mutlak antara teks sumber dan teIjemahannya tidak
mungkin tercapai, karena adanya ketidakselarasan antarstruktur
bahasa. Sebuah kata dapat diteIjemahkan dengan beberapa kata yang
berbeda, tergantung pada makna yang digunakannya. Jika tiap kata
itu selalu diteIjemahkan sama, teIjemahan itu akan penuh dengan
pertentangan kolokasi dan makna yang salah.
Ada duajenis konkordansi, yaitu, konkordansi sejati dan konkor
dansi semu. Konkordansi sejati ialah kata atau ungkapan 'yang
sama yang digunakan berkali-kali untuk merujuk ke konsep yang sarna,
artinya, kata itu mempunyai makna yang sama pada setiap kemun
·culannya. Perhatikan contoh kata run ('berlari') berikut dalam bahasa
Inggris. Untuk. memperlihatkan bentuk aslinya, di bawah teks asli itu
diberikan teIjemahan harfiah yang disesuaikan.
The boy ran to the store, ran up to the storekeeper, and asked for
a can of milk. Then he ran out into the steet and, holding the milk
tightly, ran home as fast as he could run.
154
(Anak itu berlari ke toko itu, berlari menuju ke penjaga toko
itu, dan meminta sekaleng susu. Kemudian ia berlari ke luar ke
jalan dan, dengan memegang susu itu erat-erat, berlari pulang
secepatnya. J
Tiap kata run mempunyai makna yang kurang Iebih sarna. Kata itu
digunakan berkali-kali untuk memberikan kesan terburu-buru, jadi
terjemahan tiap kata run (ran) mungkin sekali menggunakan unsur
Ieksikal yang sarna (kecuali misalnya untuk perubahan kala). Akan
tetapi, ada juga bahasa yang tidak menggunakan kata yang sama untuk
menerjemahkan kelima kata itu.
Sekarang perhatikan paragrafberikut (dan terjemahan harfiah yang
disesuaikan) yang juga menggunakan kata run, tetapi konkordansinya
merupakan konkordansi semu. Tiap kata run mempunyai makna
yang berbeda.
The motor of his car stopped running. The man didn't know
what to do. He was near a brook which was running under the
road through a culvert. He thought about using some of the water
to cool the engine. But he decided he would run back to town and
see if he might run into someone who could help him.
(,Mesin mobilnya mogok. Orang itu tidak tahu apa yang harus
dikerjakannya. Ia berada di dekat sungai kecil yang mengalir di
bawah jalan itu dan yang menembus sebuah parit. Ia bermaksud
menggunakan sedikit air itu untuk mendinginkan mesinnya.
Akan tetapi, ia memutuskan untuk berlari kembali ke kota dan
melihat apakah ia bisa bertemu dengan seseorang yang dapat
membantunya. J
Dalam paragrafini, tiap maIma run berbeda-beda, karen a itu pener
jemah harus menggunakan empat kata yang berbeda untuk mener
jemahkannya. Dalam bahass Indonesia digunakan berjalan (stop
running diteIjemahkan dengan mogok), mengalir, berlari, dan bertemu.
Paragraf berikut diterjemahkan dari bahasa ChoI, Meksiko. Kata,
juc', dibiarkan dalam bentuk bahasa Chol untuk memperlihatkan
konkordansinya yang muncul dalam teks asal (dari Beekman dan Cal
low 1974:153).
Keluarga Lopez selalu bekerja. Ketika kami mengunjungi
mereka, si ayah juc' papan, si ibu juc' baju, putra sulung juc'
parang, dan putri sulung juc' sabun ke badan anjingnya.
Walaupun kata yang sarna digunakan empat kali, kata itu harus
diterjemahkan dengan empat kata yang berbeda. Jika juc' muncul
dengan kata papan, artinyamengetam, jika muncul dengan kata baju,
KOLOKASI UNSUR-UNSUR LEKSlKAL 155
artinya menyetrika, jika muncul dengan kata parang, artinya meng
asah, danjika muncul dengan kata sabun, artinya menggosok. Dalam
menetjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, konkordansi semu ini
tidak mungkin dipertahankan. Dalam bahasa Indonesia teks itu akan
berbunyi: .
... ayah sedang mengetom papan, ibu sedang menyetriko
pakaian, putra sulung sedang mengosoh parang, dan putri
sulung sedang meJllfgoBokkan sabun ke badan anjingnya.
Jika penerjemah. herusaha memperlahankan konkordansi dengan
menggunakan TnRl/getam untuk keempat kata itu, teIjemahan itu tidak
akan ada artinya. PeneIjemah tidak perlu mempertahankan konkor
dansi semu dalam teIjemahan, kaJ:'ena sifat dasar dari makna sekunder
dan jangkauan kolokasi tidaIt memungkinkan dipertahankannya
konkordansi ini.
Akan tetapi, konkordansi sejati harus dipertahankan. Penulis asli
mungkin menggunakannya untuk menunjukkan topik, tema, ciri wa
cana, atau gaya bahasa. Dalam hal ini, jika sebuah kata yang meru
pakan bagian dari terna diteIjemahkan dengan banyak kata, mungkin
pembaca merasa sulit mengikuti tema teks. Akan tetapi, kadang
kadang struktur bahasa sasaran tidak memungkinkan dipertahankan
nya konkordansi. Bahasa tertentu tidak mengulang kata yang sama
dalam satu paragraf atau episode, tetapi menggunakan sinonim dan
kata pengganti.
Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa bahasa Amuzgo mem
punyai dua kata untuk love, yang satu untuk status lebih tinggi ke
status lebih rendah, dan yang lainnya untuk status lebih rendah ke
status lebih tinggi. Jika teks sumber mempunyai satu kata love dan
bahasa sasaran mempunyai dua kata, maka kedua kata itu harus
digunakan dengan tepat dalam konteksnya untuk menyampikan
makna yang benar, walaupun konkordansinya menjadi berkurang.
Bahasa Yunani dan bahasa Indonesia juga mempunyai beberapa kata
untuk merujuk ke malma yang tercakup dalam kata love dalam bahasa
Inggris. Hasil terjemahan dari bahasa Yunani atau bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Inggris akan lebih serasi, karena hanya satu kata yang
digunakan untuk menetjemahkan beberapa kata.
Dalam peneIjemahan akan ada juga konkordansi yang hilang. Akan
tetapi, yang penting adalah bahwa makna teIjemahan dapat sedekat
mungkin dengan makna bahasa sumber, dan kata-kata yang berkenaan
dengan tema dan yang diharapkan penulis untuk mencapai konkordan
si harus juga dipertahankan, jika hal ini tidak mengubah makna. Akan
ada juga tambahan konkordansi jika kata pengganti yang digunakan
156
dalam teks sumber kurang lebih rnempunyai makna yang sarna dan
diterjemahkan dengan satu kata dalam bahasa sasaran.
LATllIAN - Kolokasi Unsur-unsur Leksikal
A. Tiap soal berikut mempunyai sebuah bentuk dengan banyak
makna yang berbeda. Sebutkan makna-makna itu. Mana yang
primer?
1. Janganlah terlalu berkecil hati.
Anak kecil itu terlalu dimanjakan.
Rintangan itu masih tergolong kecil.
Sejak kecil saya suka membaca.
2. Argumentasinya dianggap cukup masuk akaI.
Masuk saja, jangan ragu-ragu.
Sudah tiga tahun saya masuk Kristen.
3. Perdagangan gelap itu akhirnya terbongkar juga.
Masalah itu masih gelap bagi saya.
Gelap sekali ruangan ini.
4. Ia sudah lama bersembunyi di dalam gua itu.
Dalam hal ini, kita tidak dapat berbuat apa-apa.
Bagian dalam sudah selesai semua.
B. Terjemahkanlah kalimat-kalimat di Ake dalam bahasa lain yang
bukan bahasa Indonesia.
C. Dalam tiap kalimat berikut, kata buka mempunyai makna yang
berbeda tergantung pada kata yang berkolokasi dengannya.
Pikirkan bagaimana tiap kalimat ini dapat dite:rjemahkan ke
dalam bahasa kedua yang Anda kuasai.
1. Makanan ini kami siapkan untuk buka puasa.
2. Buka pintu lebar-Iebar agar ia tahu bahwa kita sedang
menunggunya.
3. Kami buka kesempatan ini untuk Anda yang berminat.
4. Buka topi sebelum membungkuk hormat.
5. Jangan buka rahasia yang kita simpan bersama.
6. Dari tadi ia belum juga buka mulut.
7. Mereka yang buka serangan terlebih dahulu.
8. Buka hati dan pikiranmul
KOLOKASI UNSUR-UNSUR LEKSlKAL 157
D. Untuk tiap kalimat di atas, sebutkan kolokasi yang membantu
mengenal makna tiap kata buka. Apa hubungan kata itu dengan
kata-kata yang berkolokasi dengannya?
E. Paragrafbahasa Inggris berikut mempunyai banyak pertentang
an kolokasi. Pertama, tulislah kembali paragrafitu dengan meng
ubah tiap kata yang mempunyai nomor di sampingnya, dengan
menggunakan kata yang berkolokasi lebih baik dan lebih wajar
dalam bahasa Ine-gris. Sesudah selesai, bacalah catatan di bawah
teks untuk melihat apakah Anda telah menemukan semua per
ubahan ya>:lg diperlukan (Data dari David Strang~).
Today1 morning as I was walking down the wa'; I saw my first3
friend a smaU4 way ahead of me. I accelerated and C8!Jght above5
with him. When I arrived6 up with him I tumbled7 into stairS
adjacent9 to him but he was in such a haste10 that I could not
keep up with him. Thereforell I said, "StroU12 more slowly
you are strolling12 als013 fast."
1. Seharusnya this morning, bukan today morning.
2. Kata yang umum adalah road, bukan way.
3. First berarti yang pertama, tidak harns yang penting.
Seharusnya best.
4. Frase yang digunakan seharusnya a little way, bukan a
small way.
5. Caught up adalah frase yang benar; above tidak
berkolokasi dengan caught.
6. Arrive tidak berkolokasi dengan orang, tetapi hanya
untuk tempat. Kata yang tepat adalah caught up with.
7. ldiomnya adalahfell into step; tumble tidak cocok di sini.
8. Stair dan step kadang-kadang mempunyai makna yang
sama dalam konteks tertentu, tetapi di sini hanya step
yangcocok.
9. Adjacent biasanya hanya digunakan untuk benda dan
untukjenis konteks yang lebih teknis. Next adalah kata
yang tepat jika berkolokasi dengan him (orang).
10. Haste dan hurry mempunyai makna yang sama, tetapi
bahasa Inggris menggunakan a hurry, dan tidak a haste.
11. Therefore digunakan untuk pidato atau dalam buku
tetapi tidak untuk percakapan biasa. Biasanya orang
menggunakan so.
158
12. Stroll berarti berjalan perlahan-lahan, jadi kata ini tidak
berkolokasi dengan slowly. Seharusnya digunakan walk.
13. Also dan too dapat mempunyai makna yang sama, tetapi
dalam konteks ini, maknanya adalah perbandingan.
Also kurang memiliki makna "perbandingan" yang
dipunyai too. Jadi yang tepat adalah too, dan bukanalso.
F. Buatlah satu daftar benda yang berkolokasi dengan tiap verba
berikut: mendapat, mencapai, menarik, mempunyai, dan meng
ambil. Kemudian tanpa memperhatikan daftar itu, dalam
bahasa lain, buatlah daftar kata yang berkolokasi dengan
padanan kata dalam daftar pertama. apakah kedua daftar itu
selaras?
G. Apakah konkordansi (kata berhurufmiring) dalam tiap kalimat
berikut termasuk konkordansi sejati atau konkordansi semu.
1. Sarjana yang baik selalu penuhgagasan. Gagasan baru
muncul tiap hari. Ia juga selalu terbuka terhadap
gagasan orang lain.
2. Dengan melarikan mobilnya sekencang-kencangnya, ia
melarikan anak itu.
3. Ia bisa mengeluarkan bisa dari tubuhnya.
4. Semuanya berjalan baik. Keputusannya juga sudah
dValankan.
6. Sewaktu ia sedang menyikat kamar mandi, datang dua
pencuri menyikat hartanya.
Bah 15
Padanan Leksikal untuk.
Konsep yang Dikenal
Dalam bab 1, penerjemahan digambarkan sebagai proses mem
pelajari leksikon, struktw' gramatikal, dan situasi komunikasi dari teks
bahasa sumber; menganalisis teks untuk menentukan maImanya; dan
kemudian menyelaraskan kembali makna yang sam a ini dengan
menggunakan bentuk wajar bahasa sasaran. Penerjemah harus men
carl padanan leksikal antara bahasa .sumber dan bahasa sasaran, tetapi
seperti yang dibahas di bab-bab sebelumnya, proses ini seringkali sa
ngatrumit.
Oleh karena kebudayaan bahasa sasaran sangat berbeda dengan
kebudayaan bahasa sumber, penemuan padanan leksikal dengan sen
dirinya akan sulit. Leksikon dua bahasa tidak akan selaras, karena tiap
bahasa mempunyai cara tersendiri untuk mengelompokkan komponen
semantisnya. Oleh karena itu, penerjemah harus membuat banyak
penyesuaian, karena tidak mungkin didapatkan padanan unsur lek
sikal yang harfiah, atau satu lawan satu. Penerjemah juga harus men
cari cara paling wajar dan tepat untuk mengungkapkan maIma. InHah
sebabnya mengapa bentuk terjemahan bisa sangat berbeda dengan
bentuk teks sumber, walaupun konsep itu terdapat dalam kedua
bahasa.
Tiga bab berikutnya akan merangkum semua diskusi tentang lek
sikon yang telah disajikan dalam bab 6 sampai dengan bab 14, dan
memberikan saran tentang cara menemukan padanan leksikal yang
sesuai. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam memilih padanan
leksikal yang sesuai. Pertama, ada konsep dalam teks sumber yang
sudah dikenal dalam bahasa sasaran, tetapi yang harus diterjemahkan
dengan padanan yang tidak harfiah. Kedua, ada konsep dalam bahasa
160
sumber yang tidak dikenal dalarn bahasa sasaran. Dan ketiga, ada
unsur leksikal dalam teks yang merupakan kata-kata kunci, yaitu
kata-kata penting untuk tema dan perkembangan teks, darl memer
lukan perlakuan khusus. Dalam bab ini, kita akan membahas yang
pertama, yaitu padanan leksikal untuk konsep yang dikenal dalam
kedua bahasa. Bab 16 dan 17 akan membahas dua hallainnya.
Padanan leksikal yang tidak harfiah
Walaupun kebanyakan konsep yang muncul dalam teks tertentujuga
ditemukan dalam bahasa sasaran, konsep ini diungkapkan dengan cara
yang berbeda-beda. Ada sejumlah komponen maIma yang dimiliki
bahasa-bahasa, tetapi tidak akan ada keselarasan mutlak. Ada konsep
yang terdapat dalam satu bahasa yang tidak dikenal dalam bahasa
kedua. Akan tetapi, walaupun konsep yang sarna terdapat dalam dua
bahasa, cara mengungkapkan konsep itu dalam kedua bahasa itu sering
sangat berbeda.
Tiap bahasa menggabungkan dan mengelompokkan komponen
maknanya secara berbeda-beda. Biasanya makna sekunder dan makna
figuratif dari unsur leksikal antar dua bahasa tidak mempunyai
keselarasan'mutlak. Sebuah gagasan bisa diungkapkan dari perspektif
yang berbeda-beda, artinya, secara figuratif dalam satu bahasa dan
nonfiguratif dalam bahasa lain, atau secara positif di satu pihak dan
secara negatif di lain pihak. Dengan adanya perbedaan leksikon yang
begitu besar di antara pelbagai bahasa, bagaimana seorang peneIjemah
dapat memilih padanan leksikal yang terbaik untuk teIjemahannya?
Pertama-tama, peneIjemah harus tahu bahwa sebuah kata dalam
bahasa sumber kadang-kadang dapat diteIjemahkan dengan satu atau
sejumlah kata dalam bahasa sasaran, dan sebaliknya. Sering kata- kata
dalam bahasa sumber diteIjemahkan dengan perangkat kata yang sarna
sekali berbeda. Akan tetapi, kadang-kadang ada padanan yang selaras
antardua bahasa, terutama jika kata itu digunakan dalam makna
primemya dan bahasa sasaran mempunyai padanan makna primer
yang sarna. Walaupun demikian, maIma primertidak selalumempunyai
keselarasan mutlak, tetapi lebih ada keselarasan dibandingkan dengan
makna sekunder.
PeneIjemah harus ingat bahwa jumlah gagasan dan kombinasi
gagasan yang dapat digabungkan dalam satu kata merupakan ciri khas
nap bahasa. Hanya saja kadang-kadang gagasan itu kebetulan sarna
dalam dua bahasayang berbeda (Beekman dan Callow 1974:176, huruf
miring dari Larson). Harus diingat bahwa bahasa berbeda menurut:
PADANAN LEKSlKAL 161
1. jumlah dan pemilihan komponen makna yang diga
bungkan dalam satu kata
2. hubungan timbal balik yang ada antarkata.
Oleh karena struktur leksikal kedua bahasa itu sangat berbeda, cara
konsep itu diungkapkan juga sangat berbeda.
Frase deskriptif
Dalam bab 6, kita telah melihat kerumitan semantis kata. Di situ
dibahas tentang perlunya penguraian komponen maIma kata dalam
penerjemahan dengan menggunakan frase atau klausa. Oleh karena
secara semantis, banyak kata dalam teks termasuk kompleks, sering
kali satu kata harus diterjemahkan dengan beberapa kata, yaitu dengan
frase deskriptif. MaImanya tetap sama. Misalnya, satu kata bahasa
Inggris forewarn diterjemahkan dengan memperingatkan terlebih
dahulu. Atau, kata memuji mungkin harus diterjemahkan dengan
berkata, "Bagus sekali". Contoh kedua ini menunjukkan bahwa kata
yang mempunyai implikasi wieara kadang-kadang harns diungkapkan
dengan menggunakan wacana langsung.
Proses penguraian atau pengungkapan kembali kata-kata yang
kompleks seeara semantis kadang-kadang berlaku sebaliknya.
Beberapa kata atau frase bahasa sumber mungkin menjadi satu kata
dalam terjemahan, artinya, kata-kata atau frase-frase itu digabungkan
dalam satu unsur leksikal.
Meneari padanan untuk istilah keuangan sering sangat susah.
Misalnya, pengungkapan kembali kata dolar tidaklah terlalu susahjika
bahasa sasaran mempunyai sistem keuangan yang sarna. Kesulitannya
muncul jika kata ini harus dipadankan dengan sistem keuangan yang
lain. Kadang-kadang dapat digunakan padanan menurut jumlah sis
tern bahasa sasaran, misalnya, satu dolar Amerika diterjemahkan
dengan seribu tujuh ratus rupiah. Masalahnya ialah nilai mata uang
dapat berubah-ubah dan susah sekali untuk memastikan padanan yang
tepat. Alternatifnya yaitu meminjam bentuk leksikal dari bahasa sum
ber, tetapi ini hampir tidak memberikan maIma apa-apa kepada pem
baca. Jika mata uang tertentu disebutkan dan nilai itu tidaklah men
jadi fokus, nama dalam bahasa swober dapat dipertahankan, misalnya
sejenis mata uang yang disebut dolar. Jika nilai mata uang menjadi
fokus, nilainya dapat disamakan dengan nilai mata uang dalam
kebudayaan sa saran dengan menggunakan, misalnya, "gaji sekian
hari", atau frase deskriptif, atau rujukan lain yang akan membuat nilai
itu cukup jelas.
162
Masalah keuangan sekedar digunakan sebagai contohjenis masalah
yang dihadapi peneIjemah, dan menunjukkan bahwa tidak mungkin
meneIjemahkan secara harfiah. Makna harus dipertahankan dan ben
tuknya boleh berubah: sebuah kata untuk banyak kata dan sebaliknya;
ungkapan tidak :6.guratif untuk ungkapan :6guratif dan sebaliknya;
bentuk resiprokal untuk bentuk langsung dsb.
Menggunakan padanan kata yang ada kaitannya
Dalam bab 7 telah dibahas padanan yang mencakup sinonim, an
tonim, dan unsur leksikal resiprokal. Sering dua bahasa tidak mem
punyai sinonim yang selaras, misalnya, bahasa Indonesia mempunyai
sejumlah istilah seperti kebaikan, kesucian, kebenaran, dan kebajikan,
tetapi bahasa Aguaruna hanya mempunyai satu kata pegkeg yang
merupakan sinonim terdekat untuk tiap kata bahasa Indonesia itu.
Terjemahan dari bahasa Aguaruna ke dalam bahasa Indonesia akan
tergantung padajangkauan kolokasi tiap kata. Walaupun antarsinonim
itu terdapat makna yang tumpang tindih, biasanya akan ada batasan
kolokasi dan konotasi sinonim yang harus dipertimbangkan. Misalnya,
kata anda, saudara, dan kamu merupakan sinonim, tetapi dalam
kebanyakan konteks, pemakaiannya tidak dapat dipertukarkan.
Ada juga kata atau ungkapan bersinonim yang digunakan bersama
sebagai bentuk kembar. Bentuk kembar terdiri dari dua kata atau
frase yang hampir bersinonim yang muncul sebagai satu satuan (unit),
misalnya, sembuh dan pulih, mengamati dan memperhatikan, dan
jengkel dan kesal. PeneIjemah harus menyelidiki alasan pemakaian
bentuk kembar. Bentuk ini mungkin dipakai untuk menekankan mak
sud penulis, atau untuk mengubah sedikit bidang makna, atau hanya
sebagai alasan gaya bahasa. Bentuk kembar ini tidak selalu dapat
dipertahankan dalam peneIjemahan.
Ada juga bahasa yang mempunyai bentuk kembar yang didasarkan
atas hubungan generik-spesifik. Misalnya, bahasa Yunani meng
gunakan dua macam kata untuk berbicara seperti menjawab berkata,
di mana menjawab merupakan kata yang lebih spesifik, dan berkata
lebih generik. Jika ini merupakan ciri khas bahasa sumber dan bukan
ciri khas bahasa sasaran, peneIjemah tidak perlu mempertahankan
bentuk kembar itu, tetapi menggunakan bentuk kutipan yang wajar
dari bahasa sasaran. Mungkin juga dalam bahasa sumber tidak ada
bentuk kembar, dan bahasa sasaran harus menggunakan bentuk kem
bar agar didapatkan gaya yang wajar. Makna bentuk kembar harus
diteIjemahkan dengan tepat, dengan menggunakan bentuk apa Baja
yang paling wajar dala~ bahasa sasaren.
PADANAN LEKSlKAL 163
Padanan Ieksikal kadang-kadang dapat juga ditemukan melalui
penggunaan antonim pengingkar. Mungkin dalam bahasa sasaran
tidak ada padanan Iangsung, tetapi ada unsur Ieksikal dengan makna
yang berlawanan. Dengan cara mengingkar ini, makna yang dii
nginkan dapat diperoleh. Kita telah melihat contoh kata .burUk yang
hanya dapat diteIjemahkan ke dalam bahasa Aguaruna dengan kata
pegkegchau 'tidak baik'. Jika digunakan antonim pengingkar sebagai
padanan IeksikaI, penerjemah haru.e memerikea apakah kolokasinya
cocok dalam konteks itu. Misalnya, dalam bahasa Colorado, Ecuador,
kata baik merupakan kata yang sangat generik dan berkolokasi dengan
kesehatan. Akan tetapi, jika kata baik diingkari, kata itu tidak dapat
dipakai Iagi untuk kesehatan, artinya, tidaklah wajar untuk menga
takan bukan kesehatan yang baik. Dalam bahasa Indonesia digunakan
kesehatannya baik dan kesehatannya buruk. Jangkauan kolokasi kata
dan antonimnya (dan juga antonim pengingkar) jarang ada yang sama,
oamun dengan menyadari antonim (dan antonim pengingkar), padanan
yang diinginkan mungkin dapat ditemukan.
Penggunaan unsur leksikal resiprokal sebagai padanan
merupakan kemungkinan lain yang dibahas dalam bab 7. MisaInya,
John memberikan topi itu kepada saya dan Saya menerima topi itu dari
John merupakan padanan resiprokal. Penerjemah harus terbuka
terhadap kemungkinan ini bahwasanya cara ini merupakan padanan
leksikal terbaik dalam situasi tertentu. Akan tetapi, mungkin bentuk
resiprokal itu mempunyai makna konotatif yang berbeda, jangkauan
kolokasi yang berbeda, atau perubahan fokus. MisaInya, dalam
menggunakan resiprokaI, bentuk gramatikalsering diubah dari aktifke
pasif, tetapi bentuk pasifmungkin mempunyai fungsi khusus yang tidak
diinginkan teks sumber.
Kata generik-spesifik
Padanan Ieksikal yang mencakup kata generik dan spesifik
merupakan kemungkinan lain untuk padanan terjemahan. Kita telah
banyak membicarakan hubungan generik-spesifik ini. Ada tiga masalah
dalam penerjemahan sehubungan dengan kata generik-spesifik
(Beekman dan Callow 1974:185-186):
1. Teks bahasa sumber mungkin menggunakan kata generik,
tetapi bahasa sasaran hanya mempunyai kata yang Iebih
spesifik dalam daerah semantis itu;
2. Bahasa sumber menggunakan kata spesifik, tetapi bahasa
sasaran hanya mempunyai kata generik dalam daerah
semantis itu; atau
164
3. Kata yang digunakan dalam peneIjemahan dimaksudkan
sebagai makna generik, tetapi ditafsirkan oleh, penutur
bahasa sasaran sebagai makna spesifik.
Seperti yang disebutkan di atas, tiap bahasa mengelompokkan kon
sep ke dalam kesatuan generik secara berbeda-beda. Dalam bahasa
Inggris, hanya ada satu kata untuk segalajenis pisang. Dalam bahasa
Indonesia,- ada bart yak sekali nama spesifiknya, misalnya, pisang raja,
pisang kepok, pisang tanduk, pisang ambon. Oleh karena adanya
ketidakselarasan dalam peristilahan generik antarbahasa, kadang
kadang dalam teIjemahan hanls digunakan padanan leksikal yang
lebih generik atau yang lebih spesifik.
Oleh karena kosakata generik sangat bervariasi, dan kosakata
spesifik lebih banyak yang senlpa, maka penemuan padanan spesifik
akan lebih mudah. Sebaliknya padanan generik untuk kata generik
bahasa swnbermungkin tidak ada. Misalnya, kata mukjizat merupakan
kata generik, artinya, kata itu merujuk ke pelbagai perbuatan mukjizat
- menyembuhkan, menenangkan badai, mengusir roh jahat, dU.
Dalam bahasa Trique, Meksiko, tidak ada kata untuk mukjizat, karena
itu kata mukjizat harus diteIjemahkan dengan menyembuhkan orang
sakit dan perbuatan amal serupa. Contoh lain yaituAda penerangan di
atas meja. Kata penerangan mungkin hanls diteIjemahkan dengan
padanan yang lebih spesifik dengan menemukan bentuk penerangan
yang menljuk ke teks bahasa swnber, misalnya, Win atau lampu.
Kadang-kadang bahasa sumber mempunyai kata spesifik sedangkan
bahasa sasaran hanya mempunyai kata yang lebih generik. Jika kom
ponen kontrastif dari kata spesifik bukan merupakan fokus, kata
generik dapat dipakai sebagai padanan teIjemahan. Misalnya kata
mawar dapat diteIjemahkan dengan bunga; serigala diterjemahkan
dengan binatang buas yang mirip anjing. Jika perlu, tambahkanlah
kata generik dengan frase deskriptif untuk menjelaskan komponen
kontrastif dari unsur leksikal bahasa sumber. Dalam bahasa Inggris,
kata bread ('roti') dalam frase daily bread (har. 'roti sehari-hari')
merupakan kata spesifik yang mewakili gagasan generik. Kata ini
merujuk ke makanan dan dapat diteIjemahkan ke dalam bahaba In
donesia dengan kata generik makanan.
Kadang-kadang orang dirujuk dengan profesi atau pekeIjaannya,
seperti petani, penabur. Kata-kata ini dapat diteIjemahkan dengan
menggunakan kata generik dan frase verba, misalnya, orang yang
bertani, orang yang menabur.
Dalam pembahasan tentang taksonomi, disebutkan bahwa kata yang
sarna dapat muncul dalam beberapa tingkat hierarki taksonomi. Misal-
PADANAN LEKSlKAL 165
nya, dalam bahasa Inggris, man tidak hanya berarti umat manusia pada
umumnya, tetapi man juga berkontras dengan woman dan berkontras
dengan boy. Dalam bahasa Vietnam, kata padi merujuk ke segala
macam tanaman padi-padian yang bisa mencakup padi atau tidak, ke
tanaman padi-padian spesifik, atau ke tanaman gandum. Dalam bahasa
Muyuw, Papua Nugini, kata sampan merujuk ke perahu dengan segala
ukuran atau gambaran, semua kendaraan darat, dan segala jenis kapal
terbang. Juga, di Papua Nugini, beberapa bahasa menggunakan kata
babi dengan makna generik binatang besar berkaki empat.
Dalam menggunakan kata yang mempunyai penggunaan generik
dan spesifik, penerjemah harus memberikan konteks yang cukup untuk
menunjukkan pemakaiannya yang benar. Hal ini untuk. mencegah tim
bulnya ambiguitas karena kat8 itu mempunyai makna yang lebih
spesifik dan lebih generik. TeIjemahan harus mencakup kolokasi yang
dapat membantu pembaca mengetahui apakah maknanya generik atau
spesifik.
Makna sekunder dan figuratif
Di sini penggunaan istilah makna figuratif dibedakan dengan
penggunaan makna sekunder yang tidak figuratif. Prinsip pener
jemahan makna sekunder dan figuratif telah diberikan dalam bab 10
dan 11. Yang harus diingat peneIjemah ialah bahwa makna sekunder
dan figuratif hampir tidak pernah dapllt diterjemahkan dengan unsur
leksikal yang sepadan. Bahkan makna primer yang kelihatan sama
mungkin mempunyai komponen tambahan yang berbeda.
Makna figuratif dan majas hampir selalu memerlukan penyesuaian
dalam penerjemahan. Kadang-kadang dalam bahasa sasaran diperlu
kan padanan yang tidak figuratif; dan kadang-kadang dapat ditemukan
majas yang berbeda tetapi dengan makna yang sarna.
Semua penggunaan figuratif tidak boleh dihilangkan dalam ter
jemahan. Kadang-kadang kata yang tidak figuratif dalam bahasa SUDl
ber harus diteIjemahkan dengan padanan figuratif. Misalnya, kata
munafik diteIjemahkan ke dalam empat bahasa Nigeria dengan frase
figuratif idiomatis berikut (Nida, catatan kuliah):
orang dengan dua han
orang dengan bibir bengkak
orang dengan mulut manis
orang yang berbicara dengan dua mulut
Dalam bahasa Totonac, Meksiko, kata munafik diterjemahkan de
ngan orang dengan dua-kata (Nida 1947:132).
166
Jika konsep yang bersangkutan dikenal dalam bahasa sumber dan
bahasa sasaran, yang penting bagi penerjemah ialah menemukan cara
yang paling wajar dan tepat untuk menyampaikan makna yang sarna
dalam bahasa sasaran seperti yang diinginkan penulis bahasa sumber.
lni dapat berarti bahwa penerjemah haros menggunakan bentuk yang
sangat berbeda untuk menyampaikan makna yang tepat dan
menggunakan ungkapan yang wajar.
LATllIAN - Padanan Leksikal untuk Konsep yang Dikenal
A.Terangkanlah penyesuaian dalam terjemahan berikut.
1. Bsu: Si kaya tinggal di sini.
Bsa: Orang yang mempunyai banyak uang tinggal di sini.
2. Bsu: Serigala merenggut dan mencabik-cabiknya.
Bsa: Biootang liar itu
.jpeg)
