Selasa, 14 Oktober 2025

Makna bahasa 4

 


skl. dakami kami kadakami m, 

prs. kedua tunggal ikaw ka kikaw mu,-m 

prs. kedua jamak dakayu kayu kadakayu nu 

prs. ketiga tunggal aggtna 0 kaggtna na 

prs. ketigajaroak aggtda da kaggidiz da 

Bagan 12.4 

Dalam menerjemahkan ke dalam bahasa yang mempWlyai per­

bedaan inklusif-eksklusif, penerjemah harus tahu bentuk mana yang 

harus digwtakan. . 

Kebanyakan bahasa mempunyai perangkat pronomina yang: 

biasanya disebut pronomina posesif(kata ganti kepWlyaan). Pronomina: 

ini bisa mempunyai komponen makna tambahan yang pada hakekatnya' 

eksklusif. Misalnya, dalam bahasa Chuj, Guatemala, jika dikatakan' 

sesuatu itu dimiliki oleh seseorang, impliknsinya adalah bahwa barangl 

itu tidak dimiliki orang lain pada saat yang sama. Misalnya, orang tidal( 

dapat menggwtakanguru saya dalam berbicara kepada ternan sekelas 

karena itu berarti pendengarnya tidak termasuk dalam pembicaraan,' 

sehingga mengakibatkan makna yang salah. Guru saya digwtakanjika~ 

pembicara menghadapi orang yang bukan teman sekelas. 

Dalam bahasa Aguaruna, Peru, pronomina tWlggal personf-!. pertama 

wi juga pada hakikatnya eksklusif. Jika seseorang mengatakan Saya 

RUJUKAN PERSONA 129 

pergi, ini denganjelas mengandaikanKamu tidak pergi. Dalam bahasa 

Huasteco, Meksiko, jika seseorang mengatakan Saya orang Indonesia, 

secara otomatis berarti Kamu bukan orang Indonesia. Penggunaan per­

sona pertama secara otomatis meniadakan PERSONA KEDUA. Akan 

tetapi, dalam bahasa Indonesiajika dikatakan, "Saya orang Indonesia," 

tidak ada implikasi apa-apa tentang orang yang diajak bicara. Ataujika 

orang mengatakan Kamu orang Amerika, ini tidak mengandaikan apa­

apa tentang pembicaranya. Dalam bahasa-bahasa Indo Eropa, eksklusi 

implisit belum ditemukan, tetapi dalam bahasa-bahasa lain, mungkin 

gejala ini agak umum. 

Kutipan berikut tentang perbedaan bahasa Inggris dan bahasa 

Muyuw, Papua Nugini, menunjukkan pentingnya inklusi-eksklusi 

dalam bahasa Muyuw (Lithgow 1967:14). 

Dalam pronomina bahasa Inggris, {okus makna adalah pada 

orang yang terlibat; dan pembicara atau pendengar bisa dimasuk­

kan, bisa juga tidak. Ada juga penggunaan idiomatis yang ben, 

tuknya tidak mencakup orang dalam {okus. 

Misalnya, bentuk persona kedua tunggal atau jamak yang 

dipakai dalam kalimat Kamu dapat melakukannya seperti ini, 

disamping makna harfiahnya, dapat juga berarti Orang dapat 

melakukannya seperti ini (persona ketiga) atau kita dapat 

melakukannya seperti ini (persona pertama). 

Untuk mengatakan orang lain tidak termasuk, harus 

digunakan kata-kata ekstra seperti Kamu boleh melakukannya; 

Saya tidak mau, atau Kamu dapat melakukannya sendiri. 

Dalam baJiasa Muyuw, aspek eksklusi{ makna leksikal dari 

pro nomina menjadi {ok us. Jadi: 

dualis inklusifprs. pertama yakid merujuk ke pembicara dan 

seorang pendengar, dan 

meniadakan yang lainnya 

jamak eksklusifprs.pertama yakamey merujuk ke pembicara, 

dan meniadakan pende­

ngar 

jamak persona kedua 

jamakpersona ketiga 

yakamiy merujuk ke pendengar, 

dan meniadakan pem­

bicara 

tasiyas meniadakan pembicara 

dan pendengar 

130 

Dalam bahasa Inggris, pronomina untuk kata semua orang adalah 

mereka (persona ketigajamak); tetapi dalam bahasa Muyuw, pronomina 

yang selalu dipakai adalahyakids (jamak inklusifpertama) 'kita semua' 

Terjemahan pronomina yang tepat ke dalam bahasa Muyuw hanya 

dapat dilakukan dengan menentukan siapa saja yang ditiadakan, dan 

kemudian memilih pronomina yang sesuai. 

Misalnya, perhatikan kutipan berikut: 

... janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama. Sebab 

dengan wewenang apakah kamu menghakimi mereka, yang 

berada diluar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi 

mereka yang berada di dalam jemaat? Mereka yang berada di luar 

jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang-orang yang 

melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu (1 Kor 5: 11-13) 

Diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Muyuw, kutipan di 

atas akan berarti: Kamu tidak boleh makan (tetapi saya boleh 

saja) ... Dengan wewenang apakah aku (tetapi mungkin wewenang 

kamu) ... Kamu (tetapi bukan saya) adalah hakim di dalam jemaat. 

Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu. 

Kutipan itu lebih baik diterjemahkan dengan: ... janganlah kita (ink) 

sekali-kali makan bersama-sama. Sebab dengan wewenang apakah kita 

(ink.) menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat. Bukankah kita 

(ink.) hanya menghakimi mereka yang berada di dalamjemaat. Mereka 

yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang 

melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu. 

Bahasa-bahasa Indian di Amerika Selatan juga sering mempunyai 

bentuk yang digunakan untuk melaporkan sesuatu yang dialami pem­

bicara. Bentuk ini berbeda dengan bentuk yang dipakai untuk 

melaporkan sesuatu yang hanya didengarnya. Pada dasarnya, per­

bedaannya ialah antara informasi langsung (yang didapat dari peng­

alaman sendiri) dan informasi tidak lang sung (yang didapat dari 

orang lain, buku, dll). Kadang-kadang sulit dimengerti dari teb sumber 

apakah penulis melaporkan sesuatu yang benar-benar ia lihat, atau 

sesuatu yang hanya sekedar didengarnya dari orang lain. Akan tetapi, 

informasi ini harus ditunjukkan dalam terjemahan ke dalam bahasa­

bahasa Indian, karena sistemnya mengharuskan demikian. 

Biasanya lebih sulit menerjemahkan dari sistem pronomina yang 

mempunyai sedikit perbedaan komponen semantis ke dalam sistem 

pronomina yang mempunyai perbedaan komponen semantis tambahan, 

karena informasinya tidak selalu tersedia dalam bahasa sasaran. Misal­

nya, dalam menerjemahkan ke dalam bahasa-bahasa tertentu di India 

yang mempunyai kategori keharusan untuk. HONORIFIK, dan teks 

RUJUKAN PERSONA 131 

sumbernya dalam bahasa Inggris yang tidak membuat perbedaan 

demikian, peneIjemah harus mengerti banyak tentang budaya bahasa 

sumber itu untuk dapat memilih bentuk pronomina dengan kategori 

HONORIFIK 

MaknasekunderpronoDrlna 

Masalah penerjemahan bukan sekedar masalah sistem pronomina 

yang berbeda, walaupun ini memang penting. Tiap bahasa mempunyai 

pro nomina dengan penggunaan sekunder tertentu atau penggunaan 

yang diperluas. Juga, tiap bahasa mempunyai sistemnya sendiri untuk 

makna sekunder pronomina, sama halnya dengan nomina dan verba. 

Dalam bahasa Indonesia, sering orang memulai pembicaraan dengan 

mengatakan, "Hari ini kita akan membahas masalah ini." Kemudian 

pembicara itu berbicara sendiri dari awal sampai akhir. Bentuk ini 

disebut editorial "kita" {'kami''). Editorial "kita" atau "kami" ini adalah 

makna sekunder dari pronomina kita yang menggunakan bentukjamak 

untuk makna tunggal. Bahasa Indonesia juga menggunakan pronomina 

kita jika obyek yang dirujuknya sebenarnya PERSONA KEDUA kamu. 

Perhatikan contoh berikut tentang bahasa Inggris [yang juga serupa 

dengan bahasa Indonesia] (data dari Eunice Pike): 

1. Perawat: Sudah waktunya kita minum obat. 

2. Perawat: Bagaimana kalau kita mandi sekarang? 

3. Ibu: Kita tidak boleh ribut. 

4. Guru: Kita tidak boleh berteriak, kita akan beIjalan de­

ngan tenang ke tempat kita masing-masing. 

Jika kita digunakan dalam makna primernya, maka perawat juga 

minum obat dan mandi, ibu juga harus tenang, dan guru juga tidak 

boleh berteriak. Akan tetapi, kita tahu bahwa maknanya tidak demi­

kian. Dalam tiap contoh di atas, kita merupakan penggunaan sekunder 

atau yang diperluas. Komponen SIMPATI ditambahkan dengan 

menggunakan pronomina PERSONAPERTAMA, dan bukan PERSONA 

KEDUA. 

Dalam bahasa Aguaruna, bukanlah hal yang aneh jika seseorang 

datang ke klinik untuk meminta obat dan mengatakan Saya sakit, dan 

sesudah perawat menanyakan gejalanya dan siap untuk menulis resep, 

pasien itu mengatakan Istri sayalah yang sakit. Dalam bahasa 

Aguaruna, PERSONA PERTAMA TUNGGAL tidak hanya mencakup 

saya sendiri, tetapi juga keluarga saya. Jadi perkataan orang itu saya 

sakit berarli bahwa seseorang dalam keluarganya sakit; perawat perlu 

menanyakan lebih Ian jut anggota keluarga mana yang dimaksud. 

132 

Politikus Amerika sering menggunakan saya untuk menyapa pen­

dengarnya, walaupun kamu kelihatannya lebih tepat. Misalnya, ia 

akan mengatakan Jika saya tidak membayar pajak ... Kalimat ini 

membawa pendengar keluar dari fokus dan merupakan cara yang agak 

keras tetapi tidak terlalu langsung. Perkataan "Jika kamu tidak mem­

bayar pajak," akan terlalu langsung dan tidak sopan. 

Penetjemaban pronomina 

Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menerjemahkan 

pronomina. Pertama, sistem bahasa sumber berbeda dengan sistem 

bahasa sasaran, karena itu, penerjemah harus mengetahui komponen 

makna dari kedua sistem itu untuk dapat menerjemahkan dengan 

tepat. 

Kedua, penerjemah harus ingat bahwa pronomina mempunyai 

penggunaan yang diperluas atau penggunaan sekunder. Apabila 

pronomina bahasa sumber digunakan dalam makna sekunder, mungkin 

ada penyesuaian yang harus dipertimbangkan oleh penerjemah. Jadi 

dalam keempat contoh di atas, pronomina PERSONA PERTAMA 

JAMAK mungkin harus diterjemahkan dengan pronomina PERSONA 

KEDUA. Misalnya, "Sudah waktunya kita minum obat," akan menjadi, 

"Sudah waktunya kamu minum obat." 

Pronomina tidak takrif (indefinite pronouns) juga sering digunakan 

dengan cara yang berbeda dalam bahasa yang berbeda. Bahasa Inggris 

sering menggunakan bentuk each ('setiap'), everyone ('setiap orang'), 

whoever ('siapa saja'), dan any ('setiap') dalam bentuk tunggal, tetapi 

banyak bahasa Afrika menggunakan bentuk jamak untuk jenis per­

nyataan yang umum ini. Misalnya, dalam bahasa Inggris dikatakan 

Love your neighbor as yourself ('Cintailah sesamamu seperti engkau 

mencintai dirimu sendiri'), sedangkan dalam bahasa Shilluk, orang 

akan menggunakan Love your neighbors as yourselves ('Cintailah 

sesama kalian seperti kalian mencintai diri kalian sendiri') dengan 

menggunakan bentuk jamak. Dalam bahasa Inggris Be kind to one 

another ('Bermurah hatilah satu sama lain') menjadi Be kind to all 

people ('Bermurah hatilah kepada semua orang') dalam bahasa Shilluk 

(Nida 1955:58). Penerjemah harus berhati-hati agar tidak menerjemah­

kan pernyataan umum ini secara harfiah, karena biasanya ini men­

cakup perubahan pronomina. 

Penggunaan figuratif untuk persona 

Ada beberapa majas yang, walaupun tidak selalu mencakup 

pronomina, mencakup penggunaan figuratiftertentu untuk PERSONA. 

RUJUKAN PERSONA 133 

Yang pertama adalah personifikasi: kecerdasan atau kehidupan 

manusia dihubungkan dengan benda mati atau gagasan abstrak. 

Misalnya, Nyiur melambai-lambai, Thmpat ini menyimpan seribu satu 

kenangan, atau Sawah merindukan datangnya hujan. Dalam semua 

contoh ini, benda tidak bernyawa, nyiur; tempat, dan sawah, diper­

sonifikasikan. Banyak bahasa mempunyai personifikasi sebagai majas, 

tetapi dalam bahasa tertentu, majas ini hanya dapat digunakan dalam 

Iegenda dan harus disesuaikan menurut jenis wacana. Di sini komponen 

makna BERNYAWA ditambahkan ke dalam makna obyek itu, yang 

mengakibatkan penggunaan figuratif. Dalam bahasa sasaran, 

mungkin diperlukan bentuk yang tidak figuratif - Daun nyiur ber­

goyang-goyang, Saya mempunyai banyak kenangan di tempat ini, dan 

Sawah ini sangat kering. 

Ada juga majas lain yaitu apostrofi: benda tidak bernyawa atau 

benda abstrak diperlakukan sebagai PERSONA KEDUA dan dengan 

sapaan Iangsung. Misalnya, daiamAlkitab, Mat2, kota Betlehem disapa 

dengan cara ini: Engkau Betlehem ... bukanlah yang terkecil diantara 

kota-kota utama Yehuda. 

PERSONA KEDUA. Tidak semua hahasa mempunyai penggunaan 

PERSONA KEDUA secara figuratif seperti ini, dan mungkin dalam 

terjemahan harus digunakan PERSONA KETIGA Betlehem adalah 

paling penting ... Atau mungkin Iebih baik mengubah Engkau Betle~m 

menjadi Engkau orang yang tinggal di Bethlehem ... 

Rujukan. ke persona menurut peran 

Bahasa kadang-kadang juga menggunakan rujukan peran dan 

bukan pronomina PERSONA PERTAMA. Misalnya, dalam pertemuan 

bisnis, ketuanya mengatakan, "Ketua memutuskan bahwa ... " dan 

bukan, "Saya memutuskan ... " Atau seorang laki-Iaki mengatakan 

kepada istrinya, "Suamimu sudah Iapar," padahal yang dimaksudkan 

ialah "Saya Iapar." Di sini, komponen FOKUS dimasukkan dengan 

menambahkan peran dan bukan pronomina. Dalam Injil, Yesus sering 

merujuk ke dirinya dengan PERSONA KETIGA Anak Manusia, dan 

bukan PERSONA PERTAMA Saya. Jika hahasa sasaran tidak mem­

buat penunjukan peran seperti ini, mungkin dalam terjemahan harus 

digunakan pronomina persona pertama dan fokusnya ditandai dengan 

cara lain. 

Orang Pame, Meksiko, menghindarl pemakaian nama diri dan 

menggunakan penunjukan peran. Seorang wanita akan merujuk ke 

suaminya sebagai yang lebih tua atau kepala rumah tangga. Atau ia 

mungkin merujuk ke peran sementara, yaitu apa yang dilakukan 

134 

pada saatitu, misalnya,pemotongkayu (Gibson 1965:3). Di sini rujukan 

peran lebih disukai daripada rujukan pronomina. 

Bahasa-bahasa tertentu, misalnya bahasa Yunani, kadang-kadang 

menggunakan peran sementara untuk merujuk ke seseorang, walaupun 

peran itu sudah tidak lagi sesuai. Misalnya, kisah di Alkitab mem­

bicarakan Simon, si penderita kusta, sesudah Simon sembuh dari kUBta. 

Alkitab juga membicarakan orang buta sesudah orang itu bisa melihat 

lagi. Dalam meneIjemahkan ke dalam bahasa lain, pEmeIjemah harns 

memastikan apakah bahasa sasaran juga menggunakan peran semen­

tara dengan cara ini. Dalam bahasa Aguaruna, mengatakan Simon si 

penderita kusta akan berarti ia masih menderita kusta, dan karenanya 

perlu diteIjemahkan dengan frase Simon yang pernah menderita kusta. 

Orang buta harUB diteIjemahkan dengan orang yang pernah buta. 

Dalam bahasa tertentu, jika seseorang sudah diperkenalkan dalam 

naratif, ia dirujuk bukan dengan nama atau pronomina, tetapi dengan 

hubungan peran dengan orang yang menjadi fokus. lni berlaku juga 

untuk bahasa Amuesha, Peru. Jika peran utama dari cerita itu adalah 

ayah, maka anaknya akan selalu dirujuk dengan anaknya. Jika peran 

utamanya adalah anaknya, maka ayah harns dirujuk dengan ayahnya. 

Dalam peneIjemahan, penunjukan peran, nomina, dan pro­

nomina, harus wajar dalam bahasa sasaran, dan tidak boleh diteIjemah­

kan secara harfiah. PeneIjemah harus selalu ingat siapa orang yang 

dibicarakan, dan bagaimana orang itu dibicarakan dalam bahasa 

sasaran. (Untuk diskusi tambahan tentang penggunaan pronomina, 

lihat Beekman dan Callow 1974, bab 7.) 

LATllIAN - Rujukan Persona 

A. Bandingkan sistem pronomina dari dua bahasa yang Anda 

kuasai. Komponen makna mana yang ditandai dalam bahasa 

yang satu dan tidak dalam bahasa yang lain? 

B. Dalam tiap soal berikut, versi pertama adalah teks sumber dan 

yang kedua adalah bentuk bahasa sasaran. Penyesuaian apa yang 

dilakukan dalam teIjemahan itu dan mengapa? 

Contoh: Bsu: Kata profesor, "Kita akan membicarakan astrologi 

hari ini." 

Bsa: Kata profesor, "Saya akan membicarakan astrologi 

hari ini." 

Pronomina jamak pertama diubah menjadi tunggal karena 

hanya satu orang yang berbicara. 

1. Bsu: 

Bsa: 

2. Bsu: 

Bsa: 

3. Bsu: 

Bsa: 

Bsa: 

RUJUKAN PERSONA 135 

Ada banyak yang ingin kami katakan kepadamu. 

Ada banyak yang ingin saya katakan kepadamu. 

Kenapa kebebasanku haru.s ditentukan oleh orang 

lain? 

Kenapa kebebasan kita harus ditentukan oleh orang 

lain? 

Guru: Sekarang kita akan mendengarkan sebuah 

cerita. 

Sekarang kamu akan mendengarkan sebuah cerita. 

(Penyesuaian tambahan apa yang dilakukan dalam 

kalimat berikut) . 

Sekarang saya akan membacakan kamu sebuah 

cerita. 

4. Bsu: Kepala sekolah kepada guru.: Bagian administrasi 

telah memutuskan untuk meniadakan kelas hari 

Jumat. 

Bsa: Saya telah memutuskan untuk meniadakan kelas 

hari Jumat. 

5. Bsu: Saya akan pergi sekarang (implikasinya, yang disapa 

juga akan pergi). 

Bsa: Mari kita pergi sekarang. 

C. Terjemahkanlah kelima kalimat di B ke dalam bahasa lain. 

D. Tulislah kembali kalimat berikut dengan mengubah kata generik 

menjadi JAMAR, dan dengan menyesuaikan kata-kata lain yang 

terpengaru.h oleh perubahan itu. 

1. Hendahlah kamu ramah seorang terhadap yang lain. 

2. Siapa saja yang siap boleh ikut kami. 

3. Berikan kepada siapa saja sebanyak yang diperlukan. 

4. Setiap orang yang datang akan mendengarkan pidato agung 

itu. 

5. Jika seseorang mencintaiku, ia akan melakukan apa yang 

saya suruh. 

E. Terjemahkanlah kalimat-kalimat di D ke dalam bahasa lain. 

Apakah bentuk tunggal ataukah bentuk jamak yang terbaik 

untuk teIjemahan itu. Penyesuaian apa yang Anda lakukan? 

Bah 13 

Unsur Leksikal dan Konteks Situasional 

Dalam bab 4 telah dibahas tiga jenis makna - MAKNA REFEREN­

SIAL, MAKNAKONTEKS LINGUISTIS, dan MAKNASlTUASIONAL. 

MaIma referensial telah dibahas secara rinci. Akan tetapi, situasi 

penggunaan katajuga penting untuk makna yang lengkap, karena kata 

tertentu yang dipilih akan tergantung pada pelbagai faktor situasi 

komunikasi. Penerjemah harus mengetahui makna kata yang diten­

tukan oleh situasi itu. 

KonotaBi unsur leksikal 

Selain untuk menyampaikan informasi faktual melalui rujukan ke 

BENDA, KEJADIAN, ATRIBUT, dan RELASI, kata juga mencetmin­

kan sikap dan emosi. Misalnya, kata ibu mempunyai respons emosi 

yang positif untuk kebanyakan orang, sebaliImya kata wanita lebih 

netral, dan kata nenek sihir bersifat negatif. KATA menimbulkan res­

pons emosi, dan res pons ini kadang- kadang dirujuk sebagai makna 

emotif. Dalam contoh di atas, kata ibu, wanita, dan nenek sihir mungkin 

merujuk ke orang yang sarna, mungkin juga tidak. Akan tetapi, 

walaupun sebuah kata merujuk ke orang yang sama, mungkin ada 

beberapa pilihan leksikal yang didasarkan pada makna konotatif atau 

emotif. Misalnya, kata ayah, papi, pap, papa, 'dan laki-laki tua 

merupakan unsur leksikal yang merujuk ke 'sanak famili dari generasi 

sebelumnya, maskulin, dan langsung'. Kata ayah mempunyai konotasi 

hormat, sedangkan papi mempunyai konotasi akrab atau intim. Laki­

laki tua menunjukkan kurangnya rasa hormat, atau mungkin 

digunakan untuk berolok-olok. Orang tidak memikirkan kata-kata 

menurut MAKNA REFERENSIALnya saja, tetapi juga memberikan 

reaksi secara emosional. 

UNSUR LEKSlKAL DAN KONTEKS SITUASIONAL 137 

Makna konotatifbiasanya ditentukan menurut kebudayaan. Kata 

yang mempunyai konotasi positif dalam satu kebudayaan mungkin 

mempunyai konotasi negatif dalam kebudayaan lain, misalnya, kata 

tribe ('suku') dalam bahasa Inggris. Di beberapa tempat, suku bangea 

tertentu memberikan reaksi yang sangat positif jika mereka disebut 

tribe. Di tempat lain, kata yang sama ini mempunyai konotasi negatif 

(misalnya kata boj dalam bahasa Pidgin di Papua Nugini) dan orang 

tidak mau disebut anggota suatu tribe. 

Kata ser;gala mempunyai konotasi negatif dalam bahasa Indonesia 

jika diasosiasikan dengan sifat licik dan penipu. Dalam bahasa lain, 

padanan kata yang merujuk ke serigala mungkin tidak mempunyai 

makna emotif sama sekali atau malahan mempunyai konotasi positif. 

Kata yang sama sekali netral dalam bahasa sumber,jika diterjemahkan 

secara harfiah, mungkin mengakibatkan konotasi emosi yang kuat. 

KATA Bering tampil dalam perangkat yang konotasinya berkisar dari 

negatif ke positif. Misalnya, kata kerempeng, kurus, dan langsing 

mungkin mempunyai konotasi berikut untuk kebanyakan orang: negatif 

untuk kerempeng, netral untuk kurus, dan positif untuk langsing. 

Sejauh kita membicarakan makna referensial, kata-kata tersebut di 

atas bersinonim, tetapi masing-masing digunakan secara berbeda-beda 

karena konotasinya. Begitujuga katagembrot termasuk negatif,gemule 

lebih netral, dan montok lebih positif. Penerjemah harus tahu konotasi 

positif dan negatif dari kata-kata dalam bahasa sumber untuk dapat 

menerjemahkannya dengan konotasi yang sesuai dalam bahasa 

sasaran. 

Atribut lain yang bersinonim dekat mungkin tidak sesuai jika diper­

tukarkan. Misalnya, dalam bahasa Inggris, perangkat beautiful, hand­

some, pretty, dan lovely kurang lebih merl.\iuk ke kualitas yang sama, 

tetapi handsome mempunyai konotasi tambahan yang biasanya 

merujuk ke orang laki-Iaki danbenda-benda lain, misalnya kuda atau 

perabot. Sebaliknya pretty tidak dipakai dalam konteks yang sama, 

tetapi merujuk ke orang perempuan, bunga, dll. Beautiful mungkin 

yang paling netral dan dapat dipakai dalam konteks yang lebih luas 

daripada kata-kata lain dalam perangkat itu. 

KATA juga dapat bervariasi menurut baru atau lamanya kata itu. 

"Pada umumnya, ada kata yang arkais, kuno, netral, atau modern. Tiap 

bahasa mempunyai kata-kata yang dianggap sudah tidak sesuai 

karena sudah leuno. Dalam situasi tertentu, terjemahan yang 

menggunakan kata-kata modern mungkin tidak sesuai, karena 

kosakata itu tidak diterima penutur bahasanya; sebaliknya kata-kata 

kuno mungkin ditolak oleh anggota"masyarakat lain. Misalnya, orang 

yangmenggunakan thee dan thou dalam bahasa Inggris adalah orang 

138 

religius dan termasuk dalam kelompok tertentu yang masih 

menggunakan bahasa itu. Oleh karena adanya konotasi ini, kebanyakan 

terjemahan ke dalam bahasa Inggris dewasa ini tidak bisa 

menggunakan kata-kata thee dan thou. 

Dalam mempelajari leksikon suatu bahasa, penerjemah tidak hanya 

perlu mengetahui makoa referensial kata itu Baja, tetapi juga perlu 

mengetahui apakah kata itu dianggap sudah kuno ataukah masih baru, 

dan karenanya masih belum merupakan kosakata netral dewasa ini. 

Jika peneIjemah menggunakan kata-kata yang sudah kuno, teIjemaban 

itu mungkin tidak akan digunakan lagi apabila orang-orang tuasudah 

tidak ada. Kata-kata yang dimengerti oleh semua I penutur· bahasa 

merupakan pilihan terbaik dalam peneIjemahan. . 

Makna konotatif yang berbeda dari satu bahasa ke bahasa lain 

mungkin disebabkan tabu negatif atau positifyang telah tmnbuh dalam 

kebudayaan bahasa itu. Kata-kata tabu yang sangat negatif sering 

menyebabkan dipakainya eufemisme. Adanya ungkapan eufemistis 

untuk kata tertentu merupakan petunjuk bahwa kata itu mungkin 

mempunyai konotasi negatif yang kuat. Dalam kebudayaan tertentu, 

menyebutkan nama orang yang telah meninggal merupabn tabu 

negatif. Dalam kebudayaan lain, kata itu mungkin memberikan sikap 

positif, dan anak-anak diberi nama yang sama dengan nama orang yang 

baru rneninggal. 

Mungkinjuga ada tabu positifyang mengakibatkan konotasi terten­

tu. Misalnya, di antara bangsa Y~,l!~, penghormatan tertinggi atau 

konotasi positifuntuk kataAllah telah mengakibatkan dipakainya cara 

eufemistis dalam merujuk ke Allah. Oleh karena rasa hormat yang 

tinggi, nama itu tidak dipakai dalam percakapan biasa, tetapi 

digunakan kata pengganti seperti surga atauyong maha tinagi. Kata­

kata pengganti tidak boleh diteIjemahkan secara harfiah ke dalam 

bahasa yang ti4~k, biasanya membuat penggantian semacam ini. 

Makoa kata ,Allah harus' diterjemahkan dengan jelas. 

Hubungan pembicara dan yang disapa 

Hubungan pembicara dan yang disapa selalu menentukan 

pemilihan kosakata yang mengakibatkan gaya bahasa yang berbeda. 

Orang yang berbicara kepada anak kecil tidak akan menggunakan kata 

yang sarna jika ia berbicara kepada mahasiswa di universitas. Faktor­

faktor seperti umur, kelas sosial, tingkat pendidikan, dan keahlian 

teknis dari pendengar akan mempengaruhi pemilihan kosakata yang 

digunakan. 

Kebanyakan bahasa mempunyai variasi wicara yang dianggap 

sebagai "bahasa kanak-kanak". Jika BeseorangmengatakanAnak mau 

UNSUR LEKSlKAL DAN KONTEKS SITUASIONAL 139 

susu atau Papi sayang padamu, kita segers tahu bahwa pembicara itu 

menyapa anak yang sangat keeil. Komunikasi lisan dengan anak keeil 

mungkin mencakup konstruksi gramatikal khusus seperti eontoh yang 

disebutkan di atas, dan mungkin meneakup perubahan- bunyi, atau 

pemilihan kata-kata khusus. Misalnya, wanita Aguaruna yang sedang 

berbicara kepada seorang bayi mengubah Bemus bunyi tak bersuara 

menjadi bunyi bersuara. Contohnya ialah kcnsonan pertama dari 

tsamau, yang berarti 'minuman dengan rasa pisang,' akan diucapkan 

sebagai chamau. Sewaktu berbieara kepada anak keeil, orang dewasa 

mungkin memilih katapapa, dan tidak memilih unsur leksikallain yang 

disebutkan di atas (ayah, pap, laki-laki tua). Begitu juga orang akan 

menggunakan mama, dan bukan ibu. Selain itu, kosakatanyajuga lebih 

terbatas agar sesuai dengan pengertian si anak. 

Dalam kebanyakan masyarakat, para remajanya mengembangkan 

kosakata tertentu yang dipakai jika mereka berbieara kepada sesama 

temannya. Walaupun mungkin dimengerti oleh orang dewasa di sekitar 

mereka, kosakata ini tidak akan dipakai oleh orang dewasa. Juga, 

dalam kelompok masyarakat manapun ada kosakata yang masih 

dikenal oleh kebanyakan orang tetapi yang hanya dipakai oleh orang­

orang tua saja, karena kata-kata itu tidak lagi merupakan kosakata 

yang digunakan oleh umum. Jelas peneIjemah harus menghindari 

kosakata yang dibatasi oleh umur, dan menggunakan kosakata yang 

dimengerti oleh umum, keeuali jika penulis teks sumber bermaksud 

memperlihatkan zaman tertentu. 

Dalam bahasa-bahasa tertentu, ada perbedaan antara wieara pria 

dan wieara wanita. Perbedaan itu hanya disebabkan pria berbicara 

tentang hal yang lain dari yang dibicarakan wanita. Pria mempunyai 

kosakata tertentu untuk membicarakan pekeIjaan yang melibatkan 

mereka, misalnya konstruksi rumah, bisnis, teknologi, dan kepemim­

pinan; sedangkan wanita mempunyai kosakata tertentu untuk 

berkebun, menjahit, memasak, dsb. Ada kata-kata tertentu yang mem­

punyai konotasi yang ada hubungannya dengan wanita, dan kata-kata 

tertentu lainnya mempunyai konotasi yang ada hubungannya dengan 

pria. Misalnya, bahasa Cocama, Peru, mempunyai perangkat prono­

mina yang berbeda, yang tergantung pada pembicara itu pria atau 

wanita. 

Dixon (1971:436-37) melaporkan adanya perbedaan antara bahasa 

sehari-hari dan bahasa mertua perempuan di Queensland utara, 

Australia. Setiap penutur bahasa Dyirbal tahu kedua bahasa itu 

(bahasa biasa dan bahasa khusus). Bahasa khusus dipakaijika kerabat 

yang dianggap tabu hadir di situ. (Istilah "bahasa mertua perempuan" 

digunakan untuk merujuk ke semua kerabat tabu atau bahasa yang 

140 

tidak boleh digunakan jika kerabat itu hadir di situ.) Kosakata dari 

keduanya sama sekali berbeda. Di bawah ini diperlihatkan tiga kata 

yang mengungkapkan cara memo tong (Dixon 1971:437). 

BAHASA SEHARI-HARI BAHASAMERTUAPEREMPUAN 

nudin (memutuskan) 

gunban (memotong satu iris) 

banyin (membelah kayu) 

dyalngan 

dyalngan 

bubaman 

Bahasa ini memperlihatkan contoh yang ekstrem, tetapi; memang 

ada banyak kosakata yang dipakai dalam situasi "khusus atau jika 

berbicara kepada orang tertentu. 

Tingkat kesopanan sangat penting dalam kebudayaan orang 

Jepang. "Bahasa Jepang mempunyai sistem pemilihan leksikal dan 

konstruksi verbal yang saling berhubungan dan yang sangat kompleks. 

Pemilihannya tergantung pada siapa yang berbicara, yang diajak 

bicara, dan orang yang dibicarakan" (Hinds 1973:155). 

Dalam artikelnya, Hinds memberikan contoh unsur leksikal yang 

mempunyai makna referensial yang sama, tetapi komponen makna 

tambahannya (seperti merendah, hormat, dan netraZ) berbeda. 

INDONESIA 

istri 

rumah 

tante, bibi 

MERENDAH 

kanai 

uchi 

oba 

HORMAT 

okusan 

otaku 

obasan 

NETRAL 

tsuma 

ie 

Kata yang merendah digunakan untuk merujuk ke diri sendiri dan 

ke seseorang atau sesuatu yang berhubungan langsung dengan diri 

sendiri. Bentuk hormat merujuk ke orang lain yang statusnya 

ditinggikan. 

Tingkat kesopanan juga digunakan dalam memilih verba. Per­

hatikan contoh berikut (Hinds 1973:156): 

sashiageru memberi kepada orang yang statusnya lebih tinggi atau 

kepada atasan 

ageru memberi kepada orang yang statusnya sama atau 

kepada atasan 

yaru memberi kepada teman karib atau orang yang status­

nya lebih rendah 

kudasaru memberi kepada pembicara (bentuk. hormat) 

kureru memberi kepada pembica'l'a (bentuk biasa) 

UNSUR LEKSIKAL DAN KONTEKS SITUASIONAL 141 

Ketika meneIjemahkan ke dalam bahasa Jepang, tingkat kesopanan 

menjadi sangat penting. Sebaliknya jika meneIjemahkan dari bahasa 

Jepang, hampir tidak mungkin mempertahankan semua perbedaan ini. 

Sebagian maknanya akan hilang. 

Dalam meneIjemahkan untuk kebudayaan minoritas, salah satu hal 

yang harus diperhatikan peneIjemah adalah tingkat pendidikan 

khalayaknya. Jika pembaca teIjemahan adalah orang dengan tingkat 

pendidikan sekolah dasar, kosakata yang dipilih harus yang dimengerti 

oleh orang-orang itu. Sebaliknya jika pembacanya adalah orang dengan 

pendidikan menengah, maka diperlukan sejumlah kosakata tambahan. 

Misalnya, orang yang lebih terpelajar cenderung meminjam kata-kata 

dari bahasa asing dan memakai kata-kata ini sebagai bagian bahasa 

mereka; sedangkan orang dengan pendidikan yang lebih rendah 

mungkin tidak akan mengerti kebanyakan kata-kata pinjaman ini. 

Orang yang lebih terpelajar mempunyai kosakata yang luas dalam 

bidang yang ia pelajari, tetapi mungkin ia kurang memiliki kosakata 

orang lain dalam kebudayaannya, karena memang ia tidak dilibatkan 

dalam kebanyakan pengalaman mereka. Misalnya, karena ia memusat­

kan pada pelajaran di sekolah, dan tidak pernah bertani, maka 

kosakatanya untuk pertanian akan kurang. 

Situasi komunikasi 

Selain umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan pembicara 

(penulis) dan khalayaknya, masih ada banyak faktor dalam situasi 

komunikasi yang mempengaruhi pemilihan kosakata tertentu. 

Kosakata untuk percakapan formal berbeda dengan kosakata untuk 

percakapan hiasa (slang) di rumah atau dengan ternan. Ada lafal, 

kata, dan gramatika tertentu untuk percakapan formal, tidak formal, 

dan biasa. Misalnya, dalam bahasa Inggris, kata inebriated ('mabuk') 

dipakai untuk percakapan formal, drunk untuk yang tidak formal, dan 

stoned untuk slang. Seseorang dapat dipanggil Dr. Raharjo Iskandar 

dalam percakapan formal, Raharjo dalam percakapan tidak formal, dan 

Harjo dalam percakapan biasa. Generasi muda lebih formal dari aook­

anak. Percakapan formal dipakai di dalam di kelas, parlemen, pidato, 

siaran radio, dsb. Percakapan tidak formal dipakai di luar kelas, di 

depan api unggun di desa, sewaktu makan, dsb. Percakapan hiasa 

dilakukan di rumah dan dengan ternan dekat. 

Bentuk formal dan tidak formal yang digunakan biasanya ber­

hubungan erat dengan lokasi percakapan. Dalam tulisan juga ada 

tingkat formalitaB, dan orang tidak menulis Burat resmi ke pejabat 

pemerintah dengan menggunakan kosakata yang sarna jika ia menulis 

142 

surat kepada seorang teman. Tentu Baja sebagian disebabkan topik yang 

akan ditulisnya, tetapi cara menyapa dan mengungkapkan isijuga akan 

berbeda. Dalam menulis surat resmi, penulis mungkin menggunakan 

kata Dengan honnat, sedangkan dalam surat kepada teman, ia akan 

menggunakan Salam sayang, dsb. 

Peristilahan teknis juga mempunyai nilai konotatif khusus bagi 

orang yang menggunakannya. Kadang-kadang orang menggunakan 

kosakata teknis atau formal untuk. memberikan kesan kepada pem­

bacanya tentang tingkat pendidikan atau statusnya dalam masyarakat. 

Penggunaan istilah teknis dapat mengakibatkan orang tertentu tidak 

mengerti, karena'mereka tidak mengenal peristilahan teknis itu. Oleh 

karena itu, peneIjemah harus selalu ingat siapa pembacanya; ia tidak 

boleh menggunakan kosakata yang begitu teknis sehingga tidak akan 

dimengerti oleh pembaca. Misalnya, bulletin bahasa yang diteIjemah­

kan untuk ahli bahasa mungkin menggunakan istilah leksikon, verba, 

gramatika, dU., tetapi teIjemahan untuk. orang biasa harus diubah 

dengan menggunakan kata kamus, kata kerja, tata bahasa. 

Dalam suatu bahasa yang sama, kosakata tertentu rnungkin 

digunakan di suatu daerah, dan kosakata lain di daerah lain untuk 

maksud yang sarna. Misalnya, dalam bahasa Inggris, kata cookie 

digunakan di Amerika Serikat untuk. merujuk. ke benda yang sama yang 

disebut biscuit di Australia. Kata trunk dalam bahaea Inggris Amerika. 

sarna deilgan. kata boot di Australia, dan kata gas sarna dengan petrol. 

Di Papua Nugini, orang" Pidgin di suatu daerah menggunakan kata 

buscat dan orang Pidgin di daerah lain menggunakan puse untuk makna 

kucing. PeneIjemah harus menggunakan kata yang dapat dimengerti 

oleh kalangan luas. Jika teIjernahannya untuk. penutur bahasa daerah, 

tentu saja bentuk yang dipilih juga harus yang dipakai di daerah itu. 

Makna budaya kata 

Salah satu masalah peneIjemahan yang paling sulit adalah per­

bedaan kebudayaan. Tiap bangsa roempunyai sudut pandangnya sen­

diri, karena itu, banyak kata yang kelihatan sepadan ternyata tidak 

sepadan. Masing-masing kata itu rnempunyai konotasi khusus. Misal­

nya, kata babi mempunyai konotasi yang negatif sekaH dalam 

kebudayaan orang Yahudi, tetapi dalarn kebudayaan Papua Nugini, 

kata ini mernpunyai konotasi yang sangat positif, karen a babi 

rnerupakan bagian yang sangat penting dalam kebudayaan itu. Dalam 

kebudayaan Amerika, penggunaan kata babi bersifat netral. Perbedaan 

ini berdasarkan variasi kebudayaan dan peran yang dimainkan kata itu 

dalam masyarakat. 

UNSUR LEKSlKAL DAN KONTEKS SITUASIONAL 143 

Tiap kebudayaan mempunyai fokus yang berbeda-beda. Misalnya, 

kebudayaan Papua Nugini memfokuskan perkebunan, perikanan, 

makanan, pepohonan, tanaman, dan upacara; sedangkan kebudayaan 

Amerika memfokuskan pekerjaan, cara mencari uang, olah raga, 

sekolah, dan perkawinan. Masyarakat tertentu lebih teknis dan 

masyarakat lain kurang teknis. Perbedaan ini dapat dilihat dari jumlah 

kosakata untuk membicarakan topik tertentu. Akan tetapi, dalam tiap 

masyarakat terdapat kosakata teknis dan nonteknis untuk mem­

bicarakan hal yang sama. Jika teks bahasa swnber menggunakan 

banyak istilah teknis, mungkin akan lebih sulit menerjemahkannya ke 

dalam bahasa yang menggunakan sedikit istilah teknis. Misalnya, 

untuk menerjemahkan Alkitab bahasa Ibrani ke dalam bahasa-bahasa 

di Papua Nugini atau di Amazon, Amerika Selatan, ada banyak masalah 

penerjemahan kosakata yang berhubungan dengan pendeta, bait suci, 

persembahan, dan sinagoga. Begitu juga, jika orang menerjemahkan 

buku tentang ilmu sosial yang ada hubungannya dengan kebudayaan 

Afrika, mungkin sulit sekali menemukan padanan kata untuk istilah 

peternakan. Menerjeinahkan dokumen tentang orang Eskimo dan salju 

mungkinjuga sangat sulit, karen a musim di Indonesia sangat berbeda 

dengan di Eskimo. Jika kebudayaannya serupa, maka tidak akan ada 

banyak kesulitan, karena mungkin kedua bahasa itumempunyai istilah 

yang hampir sepadan. Jika kebudayaannya sangat berbeda, biasanya 

sangat sulit untuk menemukan padanan unsur leksikal. 

Kebudayaan biasanya tercermin dalam penggunaan kata secara 

figuratif. Misalnya, dalam bahasa Inggris, kata domba digunakan 

secara figuratif dengan makna 'orang yang mengikuti tanpa berpikir.' 

Di Papua Nugini, orang menggunakan kasuari, dan di Indonesia, orang 

menggunakan kerbau (dalam bagai kerbau dicocok hidungnya). 

Masalah penggunaan obyek kebudayaan secara figuratif akan dibahas 

di bab tentang metafora. Yang penting ialah obyeknya sama, artinya, 

jika kita berbicara tentang babi dalam kebudayaan Papua Nugini, atau 

babi dalam kebudayaan Yahudi, obyeknya sama. Akan tetapi, 

maknanya sangat berbeda, karena di Papua Nugini, babi menandakan 

makanan dan kekayaan, tetapi d, antara orang-orang Yahudi, kata itu 

mempunyai konotasi tidak bersih dan barang yang tidak ada hubungan­

nya dengan makanan. 

Lakuan simbo1is 

Dalam setiap kebudayaan, ada lakuan tertentu yang bermakna sim­

bo1is. Lakuan ini akan muncul dalam teks bahasa sumber, biasanya 

tanpa petunjuk tentang maksud lakuan itu. Jika teks itu diterjemah-

144 

kan secara harfiah, maknanya akan nihil atau salah. Misalnya, dalam 

kebanyakan bahasa, pelbagai gerakan kepala bersifat simbolis. 

Gerakan kepala yang mempunyai makna positif dalam satu 

kebudayaan dapat merupakan makna negatif dalam kebudayaan lain. 

Jika teb itu sekedar mengatakan ia. menga1l88ule, tanpa memberikan 

alasannya, maksud teb akan disalahartikan, jika dalam kebudayaan 

bahasa sumher anggukan herarti ya, dan dalam kebudayaan bahasa 

sasaran anggukan tidak mempunyai makna simbolis. Di antara orang 

Chol, Meksiko, menggoyangkan kepala dari sisi satu ke sisi lain berarti 

penekanan untuk. kata tiOOk, dan mengangguk. herarti rasa gembim. 

Dalam kebudayaan Yunani, menggoyangkan kepala merupakan lam­

bang ejeJean atau cemooh; tetapi orang Witoto, Peru, mengungkapkan 

ejekan ini dengan memajukan dagunya. Orang Indonesia menunjuk ke 

dada dengan arti soya, tetapi orang Cina dan Jepang menunjuk ke 

hidung dengan jarinya untuk menunjuk ke diri sendiri. 

Jika bentuk lakuan dia80siasikan dengan fungsi yang berbeda dalam 

bahasa 88.8aran, kadang-kadang sulit diketahui bagaimana mener­

jemahkan lakuan aimbolis. Jika makna yang dimaksud dibuat 

eksplisit, dan kata yang mengungkapkan lakuan itu dipertahankan 

dalam teIjemahan, mungkin masih nihil maknanya, meskipun kadang­

kadang ini dapat membantu. Misalnya, jika teks bahasa Inggris me­

ngatakan,haJce one's fist ('roenggoyangkan kepalan'), penerjemah dapat 

menambahkan de1l/Jan kemarahan untuk menjelaskan makna isyarat 

itu. Akan tetapi, jika shalu! one's fist digunakan dalam bahasa sasaran 

untuk tujuan simbolis, pembacanya akan bingung. Dalam hal ini, lebih 

baik hilangkan sama sekali rujukan khusus untuk. lakuan simbol,is dan 

ungkapkanlah malma lakuan itu secara eksplisit, misalnya, dengan 

kalimat ia. memperlihatkan bahwa ia. marah sekali. Penerjemah harus 

membuat penyesuaian untuk menyampaikan makna teks sumher. 

LATIHAN - Unsur Leksikal dan Konteks Situasional 

A. Dalam tiap 1I0al berikut, sebutkan kontras emotifyang terdapat 

dalam kata-kata itu. Dalam konteks sosial apa masing-masing 

kata itu dipakai? 

1. ayah, yah, papi, pap, papa, laki-Iaki tua, bapak. pak 

2. mati, meninggal, berpulang, wafat, gugur, kembali ke 

pangkuanNya, mampus, 

3. berbicara, berkhotbah, menguliahi, bercakap, ber­

ceramah 

UNSUR LEKSlKAL DAN KONTEKS SITUASIONAL 145 

B. Dalam bahasa yang bukan bahasa Indonesia, berikan daftar kata 

yang mengandung makna ayah, mati dan berbicara. Sebutkan 

perbedaan konotasi antaranggota dalam tiap perangkat ter­

sebut? 

C. Bagaimana reaksi Anda terhadap kata-kata berikut? Dengan 

skala 1-5, kelompokkanlah kata-kata itu menurut konotasinya. 

1. baik 

2. agak baik 

3. netral 

4. agakjelek 

5. jelek 

anak 

Allah I 

roti 

ibu 

mati 

sekolah 

penjajahan 

pembunuhan 

ayah 

pelacur 

suku 

mobil 

darah 

kentang 

muntah 

pengkhianat 

D. Carilah lima perangkat kata dalam bahasa yang bukan bahasa 

Indonesia. Anggota-anggota tiap perangkat itu harus mempunyai 

makna referensial yang sama, tetapi yang satu mempunyai 

konotasi baik, yang satu konotasi jelek dan yang lainnya 

konotasi netral. 

E. Buatlah kalimat dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan 

frase di bawah ini. 

1. bertopang dagu 

2. mengerutkan kening 

3. mengangkat bahu 

4. mengangguk 

5. menggigit bibir 

6. memasang kuda-kuda 

7. membusungkan dada 

8. mengangkat tangan 

9. tangan di pinggang 

10. membuka topi 

11. senyumdi kulum 

12. memeluk tangan 

F. Mana dari lakuan simbolis di atas yang digunakan dalam 

kebudayaan bahasa asing yang Anda kuasai? Buatlah kalimat 

dalam bahasa itu dengan menggunakan lakuan simbolis tersebut. 

146 

G. Terangkan mengapa ada tiga cara untuk menyapa John Smith: 

1. 'Thtangganya berpapasan dengannya dan berkata, "Hai, 

John." 

2. Ketua rapat mengatakan, "Kita akan meminta'Bapak 

John Smith maju ke depan." 

3. Rektor universitas itu mengatakan, "Profesor Smith 

yang akan memberikan kuliah itu." 

H. Dalam situasi komunikasi apa "Selamat pagi" dalam bahasa 

Indonesia dipakai bersama dengan: 

1. jawaban "selamat pagi" 

2. berjabat. tangan 

3. senyuman 

4. cemberut 

6. membungkukkan badan 

6. ked.ipan mata 

7. lambaian tangan 

I. Apakah lakuan di Hjuga muncul dalam sapaan bahasa lain yang 

Anda kuasai? Dalam situasi apa? 

Bah 14 

Kolokasi Unsur-unsur Leksikal 

Dalam bab 10 dan 11, kita telah membahas makna sekunder dan 

makna figuratif. Di situ secara singkat diperlihatkan bahwa 

kolokasilah yang menentukan makna sebuah frase atau kalimat. 

Sekarang kita akan membahas secara rinci pengertian kolokasi 

(collocation = sanding kata) dan implikasinya untuk penerjemahan. 

Kolokasi menelaah bagaimana kata-kata bersesuaian satu sama 

lain, artinya, kata mana yang boleh tampil dengan kata lain apa saja 

dalam suatu konstruksi. Ada kata-kata yang selalu muncul bersama­

sarna, ada yang hanya kadang-kadang, dan ada yang sarna sekali tidak 

pernah muncul bersama. PeneIjemah harus mengetahui kolokasi kata 

untuk dapat mengerti makna teks dan menerjemahkannya dengan 

baik. Kata-kata tertentu tidak dapat tampil bersama-sama karena 

kombinasinya tidak mengandung makna dan berada di luar realitas. 

Misalnya, kita tidak mengatakan sayap kucing, tetapi sayap burung. 

Hanya dalam khayalan dengan kucing terbang kita dapat mengatakan 

sayap kucing. 

Kolokasi berarti peletakan kata secara berdampingan. Kombinasi 

kata dalam tiap bahasa berbeda-beda. Misalnya, dalam bahasa In­

donesia, kata membereskan dapat muncul bersama dengan kata tempat 

tidur, dan kita mengatakan membereskan tempat tidur. Akan tetapi, 

dalam bahasa Inggris digunakan membuat tempat tidur. Dalam bahasa 

Indonesia kita mengatakan ia mempunyai kesulitan, tetapi dalam 

bahasa Inggris dapat dikatakan ia menderita kesulitan, dan mungkin 

dalam bahasa lain lagi dikatakan ia melihat kesulitan atau ia minum 

kesulitan. Orang yang baru belajar bahasa kedua sering membuat 

kesalahan semacam ini, karena mereka memasangkan kata yang dapat 

diterima dalam bahasa pertama tetapi tidak dalam bahasa kedua. 

148 

Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa makna yang disampaikan 

adalah sarna, tetapi kata-kata yang digabungkan untuk. menyampaikan 

makna ini berbeda. 

Kolokasi khusWi 

Dalam setiap bahasa, ada kombinasi kata tertentu yang merupakan 

kombinasi tetap. Kata-kata ini selalu tampil bersama-sama dan 

dalam urutan tertentu, misalnya pulang pergi, bolak-balik, turon­

temuron, dan sama sekali. Bahasa lain mungkin mempunyai kombinasi 

yang sama sekali berbeda. 

Perhatikan ungkapan atau idiom berikut dalam bahasa Gahuku, 

Papua Nugini (data dari Ellis Deibler). ·Dalam ungkapan itu, tidak ada 

makna khusus yang dapat diberikan pada tiap kata; makna ungkapan 

didapatkan dari kolokasinya secara keseluruhan. 

ne-helele vizekave Saya takut. 

-ku-? 

no-goka vizekave Ia membohongi saya. 

-ku-hidung 

napa vizekave Benda itu menjadi besar. 

besar 

goive vizekave Ia menderita penyakit campak. 

ubi 

a-puta' vizekave Ia merangkulnya. 

-nya-pegangan 

peletani vizekave Ia melempar dan menangkap-

? nya (mis. bola itu) dengan ta-

ngan secara terus menerus. 

Dalam kolokasi tetap ini, kadang-kadang makna bagian ungkapan 

idiomatisnya sulit dikenal. 

Jika urutan kombinasi tetap ini diubah, hasilnya akan tidak wajar di 

telinga penutur asli bahasa bersangkutan. Contoh urutan tetap ialah 

siang malam, pulang pergi, panjang pfmdek, sana sini, dan tinggi 

rendok Orang Indonesia tidak mengatakan malam siang, pergi pulang, 

pendek panjang, dsb. Dalarn kebanyakan bahasa di Papua Nugini, oran@ 

mengatakan ibu dan bapak dan tidak pernah bapak dan ibu. 

KOLOKASI UNSUR-UNSUR LEKSlKAL 149 

Idiom adalah kolokasi khusus, atau kombinasi tetap yang mengan­

dung makna secara keseluruhan. Akan tetapi, makna kombinasi itu 

tidak sama dengan makna tiap kata tersendiri yang membentuk idiom 

itu. Idiom sering memiliki makna yang sama dengan Wlsur leksikal 

lain, tetapi mengandung konotasi emotiftertentu yang tidak dikandung 

oleh kata lain tersebut. Misalnya, kata kembali ke pangkuanNya mem­

punyai makna yang sama dengan mati, tetapi mengandung makna 

hormat. Dalam bahasa Inggris, idiom kick the bucket mempunyai 

makna yang sama dengan die ('meninggal')" tetapi mengandung rasa 

kurang hormat. Juga hit the sack ('pukul karungnya') berarti to go to bed 

('pergi tidur'), tetapi agak kurang formal. Perhatikan idiom berikut: 

bersilat lidah 

perangpena 

berbagi duka 

bermain mata 

berbalas pantun 

mengadu domba 

Perhatikanjuga contoh berikut dari bahasa Inggris dan tiga bahasa 

Afrika (Barnwell 1980:56). Makna yang sama diungkapkan dalam 

kedua bahasa itu, tetapi verba yang digunakannya berbeda, Untuk 

memperlihatkan perbedaan bentuknya, contoh-contoh tersebut diter­

jemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia. 

Inggris: 

mempertahankan hukum 

memecahkan hukum 

memperbaikijala 

makan madu liar 

ia diberi kebijaksanaan 

Mbembe: 

mematuhi hukum 

merusak hukum 

Jukun: 

mengikat jala 

minummadu 

E~aa: 

ia diajari kebijaksanaan 

Penerjemah harus berhati-hati dalam menerjemahkan idiom, karena 

penerjemahan harfiah sering tidak mengandung makna sama sekali. 

Pertama-tama, penerjemah harus memastikan makna idiom itu, dan 

kemudian mencari padanan wajar untuk mengungkapkan maknanya 

secara keseluruhan. 

150 

Ada juga kolokasi khusus yang dapat dilihat dalam perangkat­

perangkat, karena maknanya pada dasarnya sama. Perhatikan pe­

rangkat berikut dalam bahasa Inggris (Barnwell 1980:57): 

The king abdicated. 

The maid gave notice. 

The principal resigned. 

Raja turun tahta. 

Pembantu berhenti kerja. 

Kepala sekolah meletakkanjabatan. 

Dalam semua kalimat ini, subyeknya berhenti kerja, tetapi abdicated 

berkolokasi denganking (raja),gave notice dengan maid (pembantu) dan 

resigned dengan principal (kepala sekolah). Orang tidak dapat me­

ngatakan the maid abdicated atau the maid resigned. Pernatikan juga 

perangkat berikut: 

a teacher's salary 

a minister's stipend 

a worker's wage 

gaji guru 

gaji menteri 

gaji pegawai 

setandan pisang 

sehelai kertas 

sebuah jambu 

seekor kerbau 

Kolokasi dapat juga dianalisis berdasarkan komponen malma 

generik yang terdapat pada kata itu. Misalnya, dalam daftar kalimat 

di bawah ini, kolokasinya sudah benar. Akan tetapi, jika ',erbanya di­

ubah, maknanya atau makna metaforisnya menjadi salah, Daftar per­

tama bukan untuk insan, dan yang kedua untuk insan. 

Saya mencuci mobil. 

Kucing itu beranak. 

Anjing itu menggonggong (menyalak). 

Saya memandih;:zn bayi, 

Ia bersalin. 

Orang itu berteriak. 

Perhatikan perbedaan antara ungkapan bahasa Indonesia dan ung­

kapan bahasa Inggris di bawah ini 

Ind: makan pisang Ing: eat banana 

makan pagi 

makanwaktu 

(makan pisang) 

have breakfast 

(mempunyai sarapan) 

take time 

(mengambil waktu) 

TeIjemahan harfiah dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia 

tidak akan memberikan arti apa-apa. 

KOLOKASI UNSUR-UNSURLEKSlKAL 151 

Kolokasi adalah kata-kata yang digabungkan bersama dalam frase 

atau kalimat untuk membentuk ungkapan yang secara semantis ber­

satu. 

Jangkauan kolokasi 

Jangkauan kolokasi adalah daftar kata yang dapat muncul ber­

sarna dengan sebuah kata. Tidak ada dua kata yang mempunyai jang­

kauan kolokasi yang persis sama. Misalnya, orang mungkin mengang­

gap kuda, anjing, ayam, pria, dan aook-aook mempunyai kolokasi yang 

sarna. Memang ada tum.pang tindih di antara semua kata ini, karena 

semuanya bisa tampil bersama dengan kata makan, minum,jalan, dan 

lari. Akan tetapi, perhatikan, walaupun semua kata ini tampil ber­

sarna dengan kata berlari, hanya kuda dan anjing yang berkolokasi 

dengan nomina pacuan. Pacuan kuda dan pacuan anjing dapat 

diterima, tetapi pacuan ayam, pacuan pria, dan pacuan aook tidak 

terdapat dalam bahasa Indonesia. Ada kata-kata yang mempunyai 

jangkauan kolokasi yang sangat terbatas,;!an ada yang sangat besar. 

Jangkauan kolokasi padanan kata antarbahasa tidaklah sarna, tetapi 

ada tumpang tindihnya. Biasanya jangkauan ini cocok untuk pema­

kaian primer, tetapi tidak untuk pemakaian sekunder dan figuratif. 

Misalnya, dalam bahasa Inggris, run dalam people atau animals run 

('orang atau binatang berlari') mempunyai kata yang sama dalam ba­

hasa Indonesia, yaitu berlari. Akan tetapi, kolokasi bahasa Inggris run 

untuk nose ('hidung'), motor ('motor'), stockings('kaus kaki'), dan plant 

('tanaman'), tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Begitu juga ung­

kapan yang menggunakan run, seperti run into debt ('terlibat utang'), 

run into trouble ('mendapat kesulitan'), run out of money ('kehabisan 

uang'), dan run out of patience ('hilang kesabaran') bukan merupakan 

kolokasi yang benar dalam bahasa Indonesia jika digunakan kata ber­

lari. Jangkauan kolokasi untuk berlari dalam bahasa Indonesia agak 

terbatas. 

Jumlah kolokasi yang memenuhi syarat untuk sebuah kata sering 

tergantung pada kedudukannya dalam skala generik-spesifik. Misal­

nya, biootang akan mempunyai jangkauan yang lebih besar daripada 

domba atau anjing. 

Hanya penutur asli yang dapat menilai apakah sebuah kolokasi dapat 

diterima atau tidak, terutama jika kolokasi itu merupakan kolokasi 

baru. Bahasa memang berubah, dan ada penambahan dan pengurang­

an yang konstan untuk jangkauan kolokasi sebuah kata. Ada pener­

jemah yang mencoba menezjemahkan putih seperti salju ke dalam 

bahasa yang tidak memiliki kata salju dengan putih seperti hujan es. 

152 

Masalahnya ialah dalam bahasa itu putih tidak berkolokasi dengan 

hujan es, dan kombinasinya mungkin tidak memberikan makna yang 

sama. Bahasa itu mempunyai kolokasi terang seperti hujan es, tetapi 

maknanya berbeda. Akhirnya frase itu diteIjemahkan dengan sangat 

putih. Hal ini memang kadang-kadang merupakanjalan keluar terbaik. 

Bahasa Amuzgo, Meksiko, mempunyai dua kata untuk. padanan 

kata love ('cinta') dalam bahasa Inggris. Yang satu berkolokasi hanya 

dengan status yang lebih tinggi ke status yang lebih rendah ('Allah­

manusia, suami - istri, ibu - anak), dan yang satu lagi hanya dengan 

status rendah ke status yang lebih tinggi (manusia-Allah, istri-suami, 

anak-ibu). 

Pertentangan kolokasi 

Kekeliruan dalam kolokasi biasanya disebut pertentangan 

kolokasi. Setiap orang yang telah belajar bahasa kedua pasti pernah 

membuat kesalahan semacam ini. Kekeliruan ini, gramatikal ataupun 

leksikal, merupakan penggabungan kata yang tidak seharusnya mun­

cul bersama-sama. Kadang-kadang verba dan nomina dicampuraduk­

kan. Sebuah surat yang ditulis oleh seorang yang bukan penutur asli 

bahasa Inggrisj berbunyi, We have sent the book ... we are sorry for the 

overlook. ('Kami telah mengirimkan bukunya ... kami mohon maaf atas 

kekeliruan kami.') Kata overlook adalah verba; seharusnya digunakan 

nomina oversight. Ada juga kesalahan yang disebabkan oleh gramatika 

yang jelek, misalnya kalimat Semua mengikut jejaknya, yang se~arus­

nya Semua mengikutijejaknya. Kesalahan ini biasanya tidak dilakukan 

oleh orang yang meneIjemahkan ke dalam bahasa ibunya. Pertentang­

an kolokasi kadang-kadang tidak kentara, sehingga kadang-kadang 

diabaikan penerjemah. 

Tiap bahasa mempunyai batasan kolokasi. Misalnya, dalam bahasa 

tertentu, mendengarkan berkolokasi dengan suara, dan tidak dengan 

orang. Jadi kalimat seperti Saya mendengarkan John tidak dapat 

diterjemahkan, karena mendengarkan John merupakan pertentangan 

kolokasi. Terjemahan itu mungkin harus diubah menjadi Saya men­

dengarkan pidato John. Begitujuga, ada bahasa tertentu di mana kata 

percaya tidak berkolokasi dengan orang, tetapi dengan kata atau 

gagasan. Saya percaya kepadanya harus diteIjemahkan dengan Saya 

percaya apa yang ia katakan. 

Dalam bahasa Indonesia, kata kuku merupakan kata generik untuk 

manusia dan binatang. Kata cakar hanya dipakai untuk binatang, 

terutama untuk binatang buas. Akan tetapi, dalam bahasa Inggris, kuku 

manusia adalah fingernail. dan kuku binatang adalah claw. Kata 

KOLOKASI UNSUR-UNSUR LEKSlKAL 163 

fingernail tidak boleh dipakai untuk binatang. Bahasa lain mungkin 

hanya mempunyai satu kata yang dapat mencakup kuku dan cakar, 

atau fingernail dan claw. 

Kata-kata atributifjuga mempunyai batasan kolokasi. Orang dapat 

mengatakan anjing gemuk dan buku tebal, tetapi tidak buku gemuk dan 

anjing tebal. 

Kadang-kadang ada pertentangan budaya antara isi teks sumber 

dan pola budaya sasaran. Misalnya, dalam kebudayaan Anggor, Papua 

Nugini, wanita beIjalan dulu dan pria di belakangnya. Akan tetapi, di 

India, pria beIjalan duIu dan wanita mengikutinya. TeIjemahan dari 

kalimat bahasa India, pria berjalan lebih dahulu, ke dalam bahasa Ang­

gor harus mempertahankan fakta ini. Memang kebiasaan budaya itu 

bertentangan, tetapi arti kata itu tidak. Kenyataan bahwa pr!.a beIjal~n 

terdahuIu harus dipertahanksn dan tidak boleh diubah, artinya, cerita 

itu tidak diubah untuk membuat kebudayaan India menjadi 

kebudayaan Anggor. Akan tetapi, ada baiknya peneIjemah menambah­

kan frase seperti sesuai dengan kebiasaan mereka. 

Untuk memastikan apakah kata-kata dalam teks itu dipakai dalam 

makna primemya, peneIjemah dapat mengadakan pengecekan dengan 

penutur asli, karena hanya penutur aslilah yang paling dapat memas­

tikan apakah kata-kata tertentu dapat digabungkan atau tidak, dan 

apakah makna dari kombinasi kata itu. 

Konkordansi 

Konkordansi adalah pemadanan unsur leksikal yang konsisten. 

Konkordansi mutlak antara teks sumber dan teIjemahannya tidak 

mungkin tercapai, karena adanya ketidakselarasan antarstruktur 

bahasa. Sebuah kata dapat diteIjemahkan dengan beberapa kata yang 

berbeda, tergantung pada makna yang digunakannya. Jika tiap kata 

itu selalu diteIjemahkan sama, teIjemahan itu akan penuh dengan 

pertentangan kolokasi dan makna yang salah. 

Ada duajenis konkordansi, yaitu, konkordansi sejati dan konkor­

dansi semu. Konkordansi sejati ialah kata atau ungkapan 'yang 

sama yang digunakan berkali-kali untuk merujuk ke konsep yang sarna, 

artinya, kata itu mempunyai makna yang sama pada setiap kemun­

·culannya. Perhatikan contoh kata run ('berlari') berikut dalam bahasa 

Inggris. Untuk. memperlihatkan bentuk aslinya, di bawah teks asli itu 

diberikan teIjemahan harfiah yang disesuaikan. 

The boy ran to the store, ran up to the storekeeper, and asked for 

a can of milk. Then he ran out into the steet and, holding the milk 

tightly, ran home as fast as he could run. 

154 

(Anak itu berlari ke toko itu, berlari menuju ke penjaga toko 

itu, dan meminta sekaleng susu. Kemudian ia berlari ke luar ke 

jalan dan, dengan memegang susu itu erat-erat, berlari pulang 

secepatnya. J 

Tiap kata run mempunyai makna yang kurang Iebih sarna. Kata itu 

digunakan berkali-kali untuk memberikan kesan terburu-buru, jadi 

terjemahan tiap kata run (ran) mungkin sekali menggunakan unsur 

Ieksikal yang sarna (kecuali misalnya untuk perubahan kala). Akan 

tetapi, ada juga bahasa yang tidak menggunakan kata yang sama untuk 

menerjemahkan kelima kata itu. 

Sekarang perhatikan paragrafberikut (dan terjemahan harfiah yang 

disesuaikan) yang juga menggunakan kata run, tetapi konkordansinya 

merupakan konkordansi semu. Tiap kata run mempunyai makna 

yang berbeda. 

The motor of his car stopped running. The man didn't know 

what to do. He was near a brook which was running under the 

road through a culvert. He thought about using some of the water 

to cool the engine. But he decided he would run back to town and 

see if he might run into someone who could help him. 

(,Mesin mobilnya mogok. Orang itu tidak tahu apa yang harus 

dikerjakannya. Ia berada di dekat sungai kecil yang mengalir di 

bawah jalan itu dan yang menembus sebuah parit. Ia bermaksud 

menggunakan sedikit air itu untuk mendinginkan mesinnya. 

Akan tetapi, ia memutuskan untuk berlari kembali ke kota dan 

melihat apakah ia bisa bertemu dengan seseorang yang dapat 

membantunya. J 

Dalam paragrafini, tiap maIma run berbeda-beda, karen a itu pener­

jemah harus menggunakan empat kata yang berbeda untuk mener­

jemahkannya. Dalam bahass Indonesia digunakan berjalan (stop 

running diteIjemahkan dengan mogok), mengalir, berlari, dan bertemu. 

Paragraf berikut diterjemahkan dari bahasa ChoI, Meksiko. Kata, 

juc', dibiarkan dalam bentuk bahasa Chol untuk memperlihatkan 

konkordansinya yang muncul dalam teks asal (dari Beekman dan Cal­

low 1974:153). 

Keluarga Lopez selalu bekerja. Ketika kami mengunjungi 

mereka, si ayah juc' papan, si ibu juc' baju, putra sulung juc' 

parang, dan putri sulung juc' sabun ke badan anjingnya. 

Walaupun kata yang sarna digunakan empat kali, kata itu harus 

diterjemahkan dengan empat kata yang berbeda. Jika juc' muncul 

dengan kata papan, artinyamengetam, jika muncul dengan kata baju, 

KOLOKASI UNSUR-UNSUR LEKSlKAL 155 

artinya menyetrika, jika muncul dengan kata parang, artinya meng­

asah, danjika muncul dengan kata sabun, artinya menggosok. Dalam 

menetjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, konkordansi semu ini 

tidak mungkin dipertahankan. Dalam bahasa Indonesia teks itu akan 

berbunyi: . 

... ayah sedang mengetom papan, ibu sedang menyetriko 

pakaian, putra sulung sedang mengosoh parang, dan putri 

sulung sedang meJllfgoBokkan sabun ke badan anjingnya. 

Jika penerjemah. herusaha memperlahankan konkordansi dengan 

menggunakan TnRl/getam untuk keempat kata itu, teIjemahan itu tidak 

akan ada artinya. PeneIjemah tidak perlu mempertahankan konkor­

dansi semu dalam teIjemahan, kaJ:'ena sifat dasar dari makna sekunder 

dan jangkauan kolokasi tidaIt memungkinkan dipertahankannya 

konkordansi ini. 

Akan tetapi, konkordansi sejati harus dipertahankan. Penulis asli 

mungkin menggunakannya untuk menunjukkan topik, tema, ciri wa­

cana, atau gaya bahasa. Dalam hal ini, jika sebuah kata yang meru­

pakan bagian dari terna diteIjemahkan dengan banyak kata, mungkin 

pembaca merasa sulit mengikuti tema teks. Akan tetapi, kadang­

kadang struktur bahasa sasaran tidak memungkinkan dipertahankan­

nya konkordansi. Bahasa tertentu tidak mengulang kata yang sama 

dalam satu paragraf atau episode, tetapi menggunakan sinonim dan 

kata pengganti. 

Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa bahasa Amuzgo mem­

punyai dua kata untuk love, yang satu untuk status lebih tinggi ke 

status lebih rendah, dan yang lainnya untuk status lebih rendah ke 

status lebih tinggi. Jika teks sumber mempunyai satu kata love dan 

bahasa sasaran mempunyai dua kata, maka kedua kata itu harus 

digunakan dengan tepat dalam konteksnya untuk menyampikan 

makna yang benar, walaupun konkordansinya menjadi berkurang. 

Bahasa Yunani dan bahasa Indonesia juga mempunyai beberapa kata 

untuk merujuk ke malma yang tercakup dalam kata love dalam bahasa 

Inggris. Hasil terjemahan dari bahasa Yunani atau bahasa Indonesia 

ke dalam bahasa Inggris akan lebih serasi, karena hanya satu kata yang 

digunakan untuk menetjemahkan beberapa kata. 

Dalam peneIjemahan akan ada juga konkordansi yang hilang. Akan 

tetapi, yang penting adalah bahwa makna teIjemahan dapat sedekat 

mungkin dengan makna bahasa sumber, dan kata-kata yang berkenaan 

dengan tema dan yang diharapkan penulis untuk mencapai konkordan­

si harus juga dipertahankan, jika hal ini tidak mengubah makna. Akan 

ada juga tambahan konkordansi jika kata pengganti yang digunakan 

156 

dalam teks sumber kurang lebih rnempunyai makna yang sarna dan 

diterjemahkan dengan satu kata dalam bahasa sasaran. 

LATllIAN - Kolokasi Unsur-unsur Leksikal 

A. Tiap soal berikut mempunyai sebuah bentuk dengan banyak 

makna yang berbeda. Sebutkan makna-makna itu. Mana yang 

primer? 

1. Janganlah terlalu berkecil hati. 

Anak kecil itu terlalu dimanjakan. 

Rintangan itu masih tergolong kecil. 

Sejak kecil saya suka membaca. 

2. Argumentasinya dianggap cukup masuk akaI. 

Masuk saja, jangan ragu-ragu. 

Sudah tiga tahun saya masuk Kristen. 

3. Perdagangan gelap itu akhirnya terbongkar juga. 

Masalah itu masih gelap bagi saya. 

Gelap sekali ruangan ini. 

4. Ia sudah lama bersembunyi di dalam gua itu. 

Dalam hal ini, kita tidak dapat berbuat apa-apa. 

Bagian dalam sudah selesai semua. 

B. Terjemahkanlah kalimat-kalimat di Ake dalam bahasa lain yang 

bukan bahasa Indonesia. 

C. Dalam tiap kalimat berikut, kata buka mempunyai makna yang 

berbeda tergantung pada kata yang berkolokasi dengannya. 

Pikirkan bagaimana tiap kalimat ini dapat dite:rjemahkan ke 

dalam bahasa kedua yang Anda kuasai. 

1. Makanan ini kami siapkan untuk buka puasa. 

2. Buka pintu lebar-Iebar agar ia tahu bahwa kita sedang 

menunggunya. 

3. Kami buka kesempatan ini untuk Anda yang berminat. 

4. Buka topi sebelum membungkuk hormat. 

5. Jangan buka rahasia yang kita simpan bersama. 

6. Dari tadi ia belum juga buka mulut. 

7. Mereka yang buka serangan terlebih dahulu. 

8. Buka hati dan pikiranmul 

KOLOKASI UNSUR-UNSUR LEKSlKAL 157 

D. Untuk tiap kalimat di atas, sebutkan kolokasi yang membantu 

mengenal makna tiap kata buka. Apa hubungan kata itu dengan 

kata-kata yang berkolokasi dengannya? 

E. Paragrafbahasa Inggris berikut mempunyai banyak pertentang­

an kolokasi. Pertama, tulislah kembali paragrafitu dengan meng­

ubah tiap kata yang mempunyai nomor di sampingnya, dengan 

menggunakan kata yang berkolokasi lebih baik dan lebih wajar 

dalam bahasa Ine-gris. Sesudah selesai, bacalah catatan di bawah 

teks untuk melihat apakah Anda telah menemukan semua per­

ubahan ya>:lg diperlukan (Data dari David Strang~). 

Today1 morning as I was walking down the wa'; I saw my first3 

friend a smaU4 way ahead of me. I accelerated and C8!Jght above5 

with him. When I arrived6 up with him I tumbled7 into stairS 

adjacent9 to him but he was in such a haste10 that I could not 

keep up with him. Thereforell I said, "StroU12 more slowly 

you are strolling12 als013 fast." 

1. Seharusnya this morning, bukan today morning. 

2. Kata yang umum adalah road, bukan way. 

3. First berarti yang pertama, tidak harns yang penting. 

Seharusnya best. 

4. Frase yang digunakan seharusnya a little way, bukan a 

small way. 

5. Caught up adalah frase yang benar; above tidak 

berkolokasi dengan caught. 

6. Arrive tidak berkolokasi dengan orang, tetapi hanya 

untuk tempat. Kata yang tepat adalah caught up with. 

7. ldiomnya adalahfell into step; tumble tidak cocok di sini. 

8. Stair dan step kadang-kadang mempunyai makna yang 

sama dalam konteks tertentu, tetapi di sini hanya step 

yangcocok. 

9. Adjacent biasanya hanya digunakan untuk benda dan 

untukjenis konteks yang lebih teknis. Next adalah kata 

yang tepat jika berkolokasi dengan him (orang). 

10. Haste dan hurry mempunyai makna yang sama, tetapi 

bahasa Inggris menggunakan a hurry, dan tidak a haste. 

11. Therefore digunakan untuk pidato atau dalam buku 

tetapi tidak untuk percakapan biasa. Biasanya orang 

menggunakan so. 

158 

12. Stroll berarti berjalan perlahan-lahan, jadi kata ini tidak 

berkolokasi dengan slowly. Seharusnya digunakan walk. 

13. Also dan too dapat mempunyai makna yang sama, tetapi 

dalam konteks ini, maknanya adalah perbandingan. 

Also kurang memiliki makna "perbandingan" yang 

dipunyai too. Jadi yang tepat adalah too, dan bukanalso. 

F. Buatlah satu daftar benda yang berkolokasi dengan tiap verba 

berikut: mendapat, mencapai, menarik, mempunyai, dan meng­

ambil. Kemudian tanpa memperhatikan daftar itu, dalam 

bahasa lain, buatlah daftar kata yang berkolokasi dengan 

padanan kata dalam daftar pertama. apakah kedua daftar itu 

selaras? 

G. Apakah konkordansi (kata berhurufmiring) dalam tiap kalimat 

berikut termasuk konkordansi sejati atau konkordansi semu. 

1. Sarjana yang baik selalu penuhgagasan. Gagasan baru 

muncul tiap hari. Ia juga selalu terbuka terhadap 

gagasan orang lain. 

2. Dengan melarikan mobilnya sekencang-kencangnya, ia 

melarikan anak itu. 

3. Ia bisa mengeluarkan bisa dari tubuhnya. 

4. Semuanya berjalan baik. Keputusannya juga sudah 

dValankan. 

6. Sewaktu ia sedang menyikat kamar mandi, datang dua 

pencuri menyikat hartanya. 

Bah 15 

Padanan Leksikal untuk. 

Konsep yang Dikenal 

Dalam bab 1, penerjemahan digambarkan sebagai proses mem­

pelajari leksikon, struktw' gramatikal, dan situasi komunikasi dari teks 

bahasa sumber; menganalisis teks untuk menentukan maImanya; dan 

kemudian menyelaraskan kembali makna yang sam a ini dengan 

menggunakan bentuk wajar bahasa sasaran. Penerjemah harus men­

carl padanan leksikal antara bahasa .sumber dan bahasa sasaran, tetapi 

seperti yang dibahas di bab-bab sebelumnya, proses ini seringkali sa­

ngatrumit. 

Oleh karena kebudayaan bahasa sasaran sangat berbeda dengan 

kebudayaan bahasa sumber, penemuan padanan leksikal dengan sen­

dirinya akan sulit. Leksikon dua bahasa tidak akan selaras, karena tiap 

bahasa mempunyai cara tersendiri untuk mengelompokkan komponen 

semantisnya. Oleh karena itu, penerjemah harus membuat banyak 

penyesuaian, karena tidak mungkin didapatkan padanan unsur lek­

sikal yang harfiah, atau satu lawan satu. Penerjemah juga harus men­

cari cara paling wajar dan tepat untuk mengungkapkan maIma. InHah 

sebabnya mengapa bentuk terjemahan bisa sangat berbeda dengan 

bentuk teks sumber, walaupun konsep itu terdapat dalam kedua 

bahasa. 

Tiga bab berikutnya akan merangkum semua diskusi tentang lek­

sikon yang telah disajikan dalam bab 6 sampai dengan bab 14, dan 

memberikan saran tentang cara menemukan padanan leksikal yang 

sesuai. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam memilih padanan 

leksikal yang sesuai. Pertama, ada konsep dalam teks sumber yang 

sudah dikenal dalam bahasa sasaran, tetapi yang harus diterjemahkan 

dengan padanan yang tidak harfiah. Kedua, ada konsep dalam bahasa 

160 

sumber yang tidak dikenal dalarn bahasa sasaran. Dan ketiga, ada 

unsur leksikal dalam teks yang merupakan kata-kata kunci, yaitu 

kata-kata penting untuk tema dan perkembangan teks, darl memer­

lukan perlakuan khusus. Dalam bab ini, kita akan membahas yang 

pertama, yaitu padanan leksikal untuk konsep yang dikenal dalam 

kedua bahasa. Bab 16 dan 17 akan membahas dua hallainnya. 

Padanan leksikal yang tidak harfiah 

Walaupun kebanyakan konsep yang muncul dalam teks tertentujuga 

ditemukan dalam bahasa sasaran, konsep ini diungkapkan dengan cara 

yang berbeda-beda. Ada sejumlah komponen maIma yang dimiliki 

bahasa-bahasa, tetapi tidak akan ada keselarasan mutlak. Ada konsep 

yang terdapat dalam satu bahasa yang tidak dikenal dalam bahasa 

kedua. Akan tetapi, walaupun konsep yang sarna terdapat dalam dua 

bahasa, cara mengungkapkan konsep itu dalam kedua bahasa itu sering 

sangat berbeda. 

Tiap bahasa menggabungkan dan mengelompokkan komponen 

maknanya secara berbeda-beda. Biasanya makna sekunder dan makna 

figuratif dari unsur leksikal antar dua bahasa tidak mempunyai 

keselarasan'mutlak. Sebuah gagasan bisa diungkapkan dari perspektif 

yang berbeda-beda, artinya, secara figuratif dalam satu bahasa dan 

nonfiguratif dalam bahasa lain, atau secara positif di satu pihak dan 

secara negatif di lain pihak. Dengan adanya perbedaan leksikon yang 

begitu besar di antara pelbagai bahasa, bagaimana seorang peneIjemah 

dapat memilih padanan leksikal yang terbaik untuk teIjemahannya? 

Pertama-tama, peneIjemah harus tahu bahwa sebuah kata dalam 

bahasa sumber kadang-kadang dapat diteIjemahkan dengan satu atau 

sejumlah kata dalam bahasa sasaran, dan sebaliknya. Sering kata- kata 

dalam bahasa sumber diteIjemahkan dengan perangkat kata yang sarna 

sekali berbeda. Akan tetapi, kadang-kadang ada padanan yang selaras 

antardua bahasa, terutama jika kata itu digunakan dalam makna 

primemya dan bahasa sasaran mempunyai padanan makna primer 

yang sarna. Walaupun demikian, maIma primertidak selalumempunyai 

keselarasan mutlak, tetapi lebih ada keselarasan dibandingkan dengan 

makna sekunder. 

PeneIjemah harus ingat bahwa jumlah gagasan dan kombinasi 

gagasan yang dapat digabungkan dalam satu kata merupakan ciri khas 

nap bahasa. Hanya saja kadang-kadang gagasan itu kebetulan sarna 

dalam dua bahasayang berbeda (Beekman dan Callow 1974:176, huruf 

miring dari Larson). Harus diingat bahwa bahasa berbeda menurut: 

PADANAN LEKSlKAL 161 

1. jumlah dan pemilihan komponen makna yang diga­

bungkan dalam satu kata 

2. hubungan timbal balik yang ada antarkata. 

Oleh karena struktur leksikal kedua bahasa itu sangat berbeda, cara 

konsep itu diungkapkan juga sangat berbeda. 

Frase deskriptif 

Dalam bab 6, kita telah melihat kerumitan semantis kata. Di situ 

dibahas tentang perlunya penguraian komponen maIma kata dalam 

penerjemahan dengan menggunakan frase atau klausa. Oleh karena 

secara semantis, banyak kata dalam teks termasuk kompleks, sering 

kali satu kata harus diterjemahkan dengan beberapa kata, yaitu dengan 

frase deskriptif. MaImanya tetap sama. Misalnya, satu kata bahasa 

Inggris forewarn diterjemahkan dengan memperingatkan terlebih 

dahulu. Atau, kata memuji mungkin harus diterjemahkan dengan 

berkata, "Bagus sekali". Contoh kedua ini menunjukkan bahwa kata 

yang mempunyai implikasi wieara kadang-kadang harns diungkapkan 

dengan menggunakan wacana langsung. 

Proses penguraian atau pengungkapan kembali kata-kata yang 

kompleks seeara semantis kadang-kadang berlaku sebaliknya. 

Beberapa kata atau frase bahasa sumber mungkin menjadi satu kata 

dalam terjemahan, artinya, kata-kata atau frase-frase itu digabungkan 

dalam satu unsur leksikal. 

Meneari padanan untuk istilah keuangan sering sangat susah. 

Misalnya, pengungkapan kembali kata dolar tidaklah terlalu susahjika 

bahasa sasaran mempunyai sistem keuangan yang sarna. Kesulitannya 

muncul jika kata ini harus dipadankan dengan sistem keuangan yang 

lain. Kadang-kadang dapat digunakan padanan menurut jumlah sis­

tern bahasa sasaran, misalnya, satu dolar Amerika diterjemahkan 

dengan seribu tujuh ratus rupiah. Masalahnya ialah nilai mata uang 

dapat berubah-ubah dan susah sekali untuk memastikan padanan yang 

tepat. Alternatifnya yaitu meminjam bentuk leksikal dari bahasa sum­

ber, tetapi ini hampir tidak memberikan maIma apa-apa kepada pem­

baca. Jika mata uang tertentu disebutkan dan nilai itu tidaklah men­

jadi fokus, nama dalam bahasa swober dapat dipertahankan, misalnya 

sejenis mata uang yang disebut dolar. Jika nilai mata uang menjadi 

fokus, nilainya dapat disamakan dengan nilai mata uang dalam 

kebudayaan sa saran dengan menggunakan, misalnya, "gaji sekian 

hari", atau frase deskriptif, atau rujukan lain yang akan membuat nilai 

itu cukup jelas. 

162 

Masalah keuangan sekedar digunakan sebagai contohjenis masalah 

yang dihadapi peneIjemah, dan menunjukkan bahwa tidak mungkin 

meneIjemahkan secara harfiah. Makna harus dipertahankan dan ben­

tuknya boleh berubah: sebuah kata untuk banyak kata dan sebaliknya; 

ungkapan tidak :6.guratif untuk ungkapan :6guratif dan sebaliknya; 

bentuk resiprokal untuk bentuk langsung dsb. 

Menggunakan padanan kata yang ada kaitannya 

Dalam bab 7 telah dibahas padanan yang mencakup sinonim, an­

tonim, dan unsur leksikal resiprokal. Sering dua bahasa tidak mem­

punyai sinonim yang selaras, misalnya, bahasa Indonesia mempunyai 

sejumlah istilah seperti kebaikan, kesucian, kebenaran, dan kebajikan, 

tetapi bahasa Aguaruna hanya mempunyai satu kata pegkeg yang 

merupakan sinonim terdekat untuk tiap kata bahasa Indonesia itu. 

Terjemahan dari bahasa Aguaruna ke dalam bahasa Indonesia akan 

tergantung padajangkauan kolokasi tiap kata. Walaupun antarsinonim 

itu terdapat makna yang tumpang tindih, biasanya akan ada batasan 

kolokasi dan konotasi sinonim yang harus dipertimbangkan. Misalnya, 

kata anda, saudara, dan kamu merupakan sinonim, tetapi dalam 

kebanyakan konteks, pemakaiannya tidak dapat dipertukarkan. 

Ada juga kata atau ungkapan bersinonim yang digunakan bersama 

sebagai bentuk kembar. Bentuk kembar terdiri dari dua kata atau 

frase yang hampir bersinonim yang muncul sebagai satu satuan (unit), 

misalnya, sembuh dan pulih, mengamati dan memperhatikan, dan 

jengkel dan kesal. PeneIjemah harus menyelidiki alasan pemakaian 

bentuk kembar. Bentuk ini mungkin dipakai untuk menekankan mak­

sud penulis, atau untuk mengubah sedikit bidang makna, atau hanya 

sebagai alasan gaya bahasa. Bentuk kembar ini tidak selalu dapat 

dipertahankan dalam peneIjemahan. 

Ada juga bahasa yang mempunyai bentuk kembar yang didasarkan 

atas hubungan generik-spesifik. Misalnya, bahasa Yunani meng­

gunakan dua macam kata untuk berbicara seperti menjawab berkata, 

di mana menjawab merupakan kata yang lebih spesifik, dan berkata 

lebih generik. Jika ini merupakan ciri khas bahasa sumber dan bukan 

ciri khas bahasa sasaran, peneIjemah tidak perlu mempertahankan 

bentuk kembar itu, tetapi menggunakan bentuk kutipan yang wajar 

dari bahasa sasaran. Mungkin juga dalam bahasa sumber tidak ada 

bentuk kembar, dan bahasa sasaran harus menggunakan bentuk kem­

bar agar didapatkan gaya yang wajar. Makna bentuk kembar harus 

diteIjemahkan dengan tepat, dengan menggunakan bentuk apa Baja 

yang paling wajar dala~ bahasa sasaren. 

PADANAN LEKSlKAL 163 

Padanan Ieksikal kadang-kadang dapat juga ditemukan melalui 

penggunaan antonim pengingkar. Mungkin dalam bahasa sasaran 

tidak ada padanan Iangsung, tetapi ada unsur Ieksikal dengan makna 

yang berlawanan. Dengan cara mengingkar ini, makna yang dii­

nginkan dapat diperoleh. Kita telah melihat contoh kata .burUk yang 

hanya dapat diteIjemahkan ke dalam bahasa Aguaruna dengan kata 

pegkegchau 'tidak baik'. Jika digunakan antonim pengingkar sebagai 

padanan IeksikaI, penerjemah haru.e memerikea apakah kolokasinya 

cocok dalam konteks itu. Misalnya, dalam bahasa Colorado, Ecuador, 

kata baik merupakan kata yang sangat generik dan berkolokasi dengan 

kesehatan. Akan tetapi, jika kata baik diingkari, kata itu tidak dapat 

dipakai Iagi untuk kesehatan, artinya, tidaklah wajar untuk menga­

takan bukan kesehatan yang baik. Dalam bahasa Indonesia digunakan 

kesehatannya baik dan kesehatannya buruk. Jangkauan kolokasi kata 

dan antonimnya (dan juga antonim pengingkar) jarang ada yang sama, 

oamun dengan menyadari antonim (dan antonim pengingkar), padanan 

yang diinginkan mungkin dapat ditemukan. 

Penggunaan unsur leksikal resiprokal sebagai padanan 

merupakan kemungkinan lain yang dibahas dalam bab 7. MisaInya, 

John memberikan topi itu kepada saya dan Saya menerima topi itu dari 

John merupakan padanan resiprokal. Penerjemah harus terbuka 

terhadap kemungkinan ini bahwasanya cara ini merupakan padanan 

leksikal terbaik dalam situasi tertentu. Akan tetapi, mungkin bentuk 

resiprokal itu mempunyai makna konotatif yang berbeda, jangkauan 

kolokasi yang berbeda, atau perubahan fokus. MisaInya, dalam 

menggunakan resiprokaI, bentuk gramatikalsering diubah dari aktifke 

pasif, tetapi bentuk pasifmungkin mempunyai fungsi khusus yang tidak 

diinginkan teks sumber. 

Kata generik-spesifik 

Padanan Ieksikal yang mencakup kata generik dan spesifik 

merupakan kemungkinan lain untuk padanan terjemahan. Kita telah 

banyak membicarakan hubungan generik-spesifik ini. Ada tiga masalah 

dalam penerjemahan sehubungan dengan kata generik-spesifik 

(Beekman dan Callow 1974:185-186): 

1. Teks bahasa sumber mungkin menggunakan kata generik, 

tetapi bahasa sasaran hanya mempunyai kata yang Iebih 

spesifik dalam daerah semantis itu; 

2. Bahasa sumber menggunakan kata spesifik, tetapi bahasa 

sasaran hanya mempunyai kata generik dalam daerah 

semantis itu; atau 

164 

3. Kata yang digunakan dalam peneIjemahan dimaksudkan 

sebagai makna generik, tetapi ditafsirkan oleh, penutur 

bahasa sasaran sebagai makna spesifik. 

Seperti yang disebutkan di atas, tiap bahasa mengelompokkan kon­

sep ke dalam kesatuan generik secara berbeda-beda. Dalam bahasa 

Inggris, hanya ada satu kata untuk segalajenis pisang. Dalam bahasa 

Indonesia,- ada bart yak sekali nama spesifiknya, misalnya, pisang raja, 

pisang kepok, pisang tanduk, pisang ambon. Oleh karena adanya 

ketidakselarasan dalam peristilahan generik antarbahasa, kadang­

kadang dalam teIjemahan hanls digunakan padanan leksikal yang 

lebih generik atau yang lebih spesifik. 

Oleh karena kosakata generik sangat bervariasi, dan kosakata 

spesifik lebih banyak yang senlpa, maka penemuan padanan spesifik 

akan lebih mudah. Sebaliknya padanan generik untuk kata generik 

bahasa swnbermungkin tidak ada. Misalnya, kata mukjizat merupakan 

kata generik, artinya, kata itu merujuk ke pelbagai perbuatan mukjizat 

- menyembuhkan, menenangkan badai, mengusir roh jahat, dU. 

Dalam bahasa Trique, Meksiko, tidak ada kata untuk mukjizat, karena 

itu kata mukjizat harus diteIjemahkan dengan menyembuhkan orang 

sakit dan perbuatan amal serupa. Contoh lain yaituAda penerangan di 

atas meja. Kata penerangan mungkin hanls diteIjemahkan dengan 

padanan yang lebih spesifik dengan menemukan bentuk penerangan 

yang menljuk ke teks bahasa swnber, misalnya, Win atau lampu. 

Kadang-kadang bahasa sumber mempunyai kata spesifik sedangkan 

bahasa sasaran hanya mempunyai kata yang lebih generik. Jika kom­

ponen kontrastif dari kata spesifik bukan merupakan fokus, kata 

generik dapat dipakai sebagai padanan teIjemahan. Misalnya kata 

mawar dapat diteIjemahkan dengan bunga; serigala diterjemahkan 

dengan binatang buas yang mirip anjing. Jika perlu, tambahkanlah 

kata generik dengan frase deskriptif untuk menjelaskan komponen 

kontrastif dari unsur leksikal bahasa sumber. Dalam bahasa Inggris, 

kata bread ('roti') dalam frase daily bread (har. 'roti sehari-hari') 

merupakan kata spesifik yang mewakili gagasan generik. Kata ini 

merujuk ke makanan dan dapat diteIjemahkan ke dalam bahaba In­

donesia dengan kata generik makanan. 

Kadang-kadang orang dirujuk dengan profesi atau pekeIjaannya, 

seperti petani, penabur. Kata-kata ini dapat diteIjemahkan dengan 

menggunakan kata generik dan frase verba, misalnya, orang yang 

bertani, orang yang menabur. 

Dalam pembahasan tentang taksonomi, disebutkan bahwa kata yang 

sarna dapat muncul dalam beberapa tingkat hierarki taksonomi. Misal-

PADANAN LEKSlKAL 165 

nya, dalam bahasa Inggris, man tidak hanya berarti umat manusia pada 

umumnya, tetapi man juga berkontras dengan woman dan berkontras 

dengan boy. Dalam bahasa Vietnam, kata padi merujuk ke segala 

macam tanaman padi-padian yang bisa mencakup padi atau tidak, ke 

tanaman padi-padian spesifik, atau ke tanaman gandum. Dalam bahasa 

Muyuw, Papua Nugini, kata sampan merujuk ke perahu dengan segala 

ukuran atau gambaran, semua kendaraan darat, dan segala jenis kapal 

terbang. Juga, di Papua Nugini, beberapa bahasa menggunakan kata 

babi dengan makna generik binatang besar berkaki empat. 

Dalam menggunakan kata yang mempunyai penggunaan generik 

dan spesifik, penerjemah harus memberikan konteks yang cukup untuk 

menunjukkan pemakaiannya yang benar. Hal ini untuk. mencegah tim­

bulnya ambiguitas karena kat8 itu mempunyai makna yang lebih 

spesifik dan lebih generik. TeIjemahan harus mencakup kolokasi yang 

dapat membantu pembaca mengetahui apakah maknanya generik atau 

spesifik. 

Makna sekunder dan figuratif 

Di sini penggunaan istilah makna figuratif dibedakan dengan 

penggunaan makna sekunder yang tidak figuratif. Prinsip pener­

jemahan makna sekunder dan figuratif telah diberikan dalam bab 10 

dan 11. Yang harus diingat peneIjemah ialah bahwa makna sekunder 

dan figuratif hampir tidak pernah dapllt diterjemahkan dengan unsur 

leksikal yang sepadan. Bahkan makna primer yang kelihatan sama 

mungkin mempunyai komponen tambahan yang berbeda. 

Makna figuratif dan majas hampir selalu memerlukan penyesuaian 

dalam penerjemahan. Kadang-kadang dalam bahasa sasaran diperlu­

kan padanan yang tidak figuratif; dan kadang-kadang dapat ditemukan 

majas yang berbeda tetapi dengan makna yang sarna. 

Semua penggunaan figuratif tidak boleh dihilangkan dalam ter­

jemahan. Kadang-kadang kata yang tidak figuratif dalam bahasa SUDl­

ber harus diteIjemahkan dengan padanan figuratif. Misalnya, kata 

munafik diteIjemahkan ke dalam empat bahasa Nigeria dengan frase 

figuratif idiomatis berikut (Nida, catatan kuliah): 

orang dengan dua han 

orang dengan bibir bengkak 

orang dengan mulut manis 

orang yang berbicara dengan dua mulut 

Dalam bahasa Totonac, Meksiko, kata munafik diterjemahkan de­

ngan orang dengan dua-kata (Nida 1947:132). 

166 

Jika konsep yang bersangkutan dikenal dalam bahasa sumber dan 

bahasa sasaran, yang penting bagi penerjemah ialah menemukan cara 

yang paling wajar dan tepat untuk menyampaikan makna yang sarna 

dalam bahasa sasaran seperti yang diinginkan penulis bahasa sumber. 

lni dapat berarti bahwa penerjemah haros menggunakan bentuk yang 

sangat berbeda untuk menyampaikan makna yang tepat dan 

menggunakan ungkapan yang wajar. 

LATllIAN - Padanan Leksikal untuk Konsep yang Dikenal 

A.Terangkanlah penyesuaian dalam terjemahan berikut. 

1. Bsu: Si kaya tinggal di sini. 

Bsa: Orang yang mempunyai banyak uang tinggal di sini. 

2. Bsu: Serigala merenggut dan mencabik-cabiknya. 

Bsa: Biootang liar itu