,
Perkembangan kebudayaan dan peradaban modern di dalam ber
bagai bidangnya, seperti ilmu, teknologi, dan seni akan dapat diikuti
dengan lebih baikjika didukung oleh tersedianya sarana kepustakaan
yang memadai. Di samping karangan para ahli Indonesia, yang terl:mka
bagi pemakai bahasa Indonesia, masih lebih banyak lagi informasi
khU8U8 yang tersimpan dalam bahasa asing, dan yang hanya terbuka
bagi mereka yang memahami bahasa asing itu. Padahal, pengalihan
pengetahuan dan teknologi demi kelancaran proses pembangunan di
segala bidang mensyaratkan perolehan informasi, dan keterampilan
berdasarkan informasi itu, yang belum teIjangkau karena perintang
bahasa asing. Banyak pemikir budaya Indonesia yang sudah menegas
kan betapa pentingnya kita mengembangkan usaha peneIjemahan pada
skala besar agar informasi yang penting itu juga menjadi milik orang
banyak yang tidak akrab dengan bahasa asing.
Ada sangkaan bahwa barang siapa yang tahu dua bahasa, atau lebih,
mampu meneIjemahkan teks dengan baik. Anggapan itu harus ditolak
karena peneIjemah yang mahir memenuhi syarat yang berikut ini.
1. Ia mengenal seluk beluk penggunaan bahasa sumber dari ju
rusan kosakatanya, tata bahasanya, dan gaya bahasanya.
2. Ia menguasai bahasa sasaran sebagai bahasa keduanya. Seke
dar mengenal bahasa itu bukan jaminan mutu.
3. Ia memahami subjek atau pokok bahasan' yang akan diter
jemahkan. Ia tidak perlu menguasai betul bidang yang ber
sangkutan, tetapi ia harus mengerti isi yang diungkapkan di
dalam teks yang dihadapinya.
4. Ia harus yakin bahwa peneIjemahan itu bukan suatu kiat atau
seni belaka, melainkanjuga suatu kegiatan yang berdasarkan
teori yang menjelaskan proses peneIjemahan itu.
XIII
Agar teori penerjemahan itu dapat dimasyarakatkan dan disebarkan
di antara kalangan yang lebih luas, organisasi Summer Institute of
Linguistics, yang berkarya di Indonesia atas keIja sarna dengan Depar
temen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, telah berjasa
dengan penyediaan buku teke dalam bahasa Indonesia bagi kepenting
an para penerjemah dan calon penerjemah. Karangan Dr. Mildred
Larson: Meaning-Based Translation, yang diterjemahkan oleh
Kentjanawati Taniran itu, mengetengahkan prinsip-prinsip pokok
penerjemahan dengan gaya yang jelas sehingga dapat dipelajari tanpa
guru. Tiap bab diakhiri dengan sejumlah latihan yang sepatutnya diker
jakan untuk menguji taraf keterampilan pemakai buku itu. Bagai
manapun, penerjemah yang piawai harus mahir menerapkan pema
haman teori pada karya terjemahannya. Ia akan menyadari kenyataan
bahwa terjemahan yang baik merupakan paduan teori dan praktek.
Teori saja, atau pengalaman semata-mata, tidak menghasilkan karya
yang bermutu tinggi. Buku ini mengawali era baru dalam pendidikan
dan pelatihan calon penerjemah profesional karena menunjang
pemenuhan salah satu prasyarat bagi usaha penerjemahan pada skala
nasional, yakin adanya kelompok profesi penerjemah yang benar-benar
menguasai ilmu dan kiat penerjemahan. Selanjutnya kita harus me
ningkatkan usaha agar prasyarat yang kedua terpenuhi, yakni pener
bitan seri kamus dwibahasa yang juga memuat kumpulan istilah yang
baku, agar dapat dicegah timbulnya padanan istilah dalam bahasa Indo
nesia yang simpang siur yang akan berakibat orang hams membaca
teks aslinya kembali untuk. memahami terjemahannya.
Karangan ini tidak saja merupakan sumbangan yang berarti bagi
khazanah kepustakaan Indonesia, tetapi dapat dipandang juga sarana
yang turut menopang usaha pencerdasan kehidupan bangsa. Atas
prakarsa itu, saya mengucapkan selamat dan tahniah kepada pimpinan
Summer Insititute of Linguistics yang peka terhadap salah satu rum
pang di bidangpenerjemahan di Indonesia.
Menurut definisi di kamus, peneIjemahan merupakan pengubahan
dari suatu bentuk ke dalam bentuk lain, atau pengubahan dari suatu
bahasa ke dalam bahasa lain, dan sebaliknya (The Merriam-Webster
Dictionary, 1984). Yang dimaksud dengan bentuk bahasa ialah kata,
frase. klausa, kalimat, paragraf, dll., baik lis an maupun tulisan. Bentuk
itu disebut struktur lahir bahasa, yaitu bagian struktural bahasa yang
biasa terlihat dalam bentuk cetak atau terdengar dalam ujaran. Dalam
peneIjemahan, bentuk bahasa sumber diganti dengan bentuk bahasa
sa saran. Akan tetapi, bagaimana pengubahan ini dilakukan? Apakah
yang menentukan pemilihan bentuk dalam peneIjemahan?
Buku ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa penerjemahan
merupakan pengalihan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran. Pengalihan ini dilakukan dari bentuk bahasa pertama ke
dalam bentuk bahasa kedua melalui struktur semantis. Maknalah yang
dialihkan dan harus dipertahankan, sedangkan bentuk boleh diubah.
Bahasa asal teIjemahan itu disebut bahasa sumber (bsu.), sedangkan
bahasa hasil terjemahan itu disebut bahasa sasaran (bsa.). Mener
jemahkan berarti:
1. mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi,
dan konteks budaya dari teks bahasa sumber,
2. menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya.
3. mengungkapkan kembali makna yang sarna itu dengan
menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai
dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya.
4
Sekarang coba perhatikan contoh berikut ini. Anggaplah kita mener
jemahkan kalimat bahasa Spanyol Tengo suefw ke dalam bahasa
Aguaruna, Peru. Bentuk kalimat bahasa Spanyol itu terdiri dari bentuk
verba teng- yang berarti 'mempunyai', sufiks -0 'persona pertama', dan
kata sueno 'tidur'. Kombinasi itu berarti 'seseorang, pembicara, dalam
keadaan mengantuk'. Untuk mengungkapkan makna yang sarna itu
dalam bahasa Aguaruna, Peru, digunakanKajang pujawai, yang terdiri
dari nominakaja- 'tidur', sufiks -ng '-ku', dan verbapuja- 'hidup'dengan
sufiks -wai 'bentuk indikatif persona ketiga'. TeIjemahan yang sangat
harfiah dari kalimat bahasa Spanyol itu ialah Saya mempunyai tidur,
dan dari bahasa Aguaruna TIdur saya hidup. Kedua teIjemahan itu
bukanlah teIjemahan yang baik. TeIjemahan yang benar ialah Saya
mengantuk, (Saya 'persona pertama', dan mengantuk 'adjektiva').
Ketiga bahasa itu menggunakan bentuk gramatikal dan pilihan leksikal
yang berbeda untuk menunjukkan makna yang sarna (lihat bagan 1.2).
Bsu.
Memang orang yang menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran
dengan baik Bering dapat membuat pengalihan dari suatu bentuk ke
bentuk lain dengan cepat, tanpa memikirkan struktur semantisnya
secara nyata. Akan tetapi, untuk teks yang sulit, dan jika peneIjemah
tidak sama mahirnya dalam kedua bahasa itu (jika mereka hanya
sebagai penutur asli satu bahasa saja), pengetahuan mengenai prinsip
yang akan disajikan di sini akan membantu peneIjemah membuat
teIjemahan yang lebih memadai. Walaupun orang dapat meml;mat
teIjemahan yang memadai tanpa analisis yang rinci, proses pener
jemahan dengan analisis semantis dapat mendatangkan banyak keun
tungan bagi para peneIjemah.
Menangani pengalihan kalimat-kalimat sederhana, misalnya
ucapan selamat atau salam yang dipakai dalam percakapan sehari
hari, adalah relatifmudah.
Contoh:
Indonesia
Spanyol
Aguaruna
Siapa namamu?
Como se llama? (har. 'bagaimana dirimu kamu
panggil?')
Amesh yaitpa? (har. 'kamu-ragu siapa-kamu?')
Di sini, masalahnya bukan sekedar pemilihan kata yang berbeda,
melainkan juga penggunaan struktur gramatikal yang berbeda.
Sekarang coba perhatikan contoh penggunaan bentuk yang berbeda
beda untuk mengungkapkan makna yang sarna. Untuk mengungkap
kan makna "seseorang, yaitu pembicara, memiliki uang", bahasa In
donesia menggunakan bentuk saya mempunyai uang; bahasa Jepang
dan Latin menggunakan bentuk, yang secara harfiah adalah, kepada
saya ada uang; bahasa Arab dan RUBia dengan saya ada uang; dan
bahasa Aguaruna dan Turki uang saya ada.
Para peneIjemah jarangmempunyai masalah dengan kalimat seder
hana dan ucapan biasa seperti di atas. Mereka hampir tidak pemah
berpikir bahwa bentuk gramatikal dan pemilihan leksikalnya begitu
berbeda. Akan tetapi, jika mereka beraIih ke bahan yang tidak dikenal,
atau ke tingkat struktur sintaksis yang lebih atas, dengan kalimat dan
wacana yang sulit, mereka cenderung menggunakan unsur leksikal dan
bentuk gramatikal bahasa sasaran yang terlalu dipengaruhi oleh unsur
leksikal dan bentuk gramatikal bahasa sumber. Akibatnya, bentuk itu
kedengaran aneh dan asing di telinga para pendengamya. Misalnya,
orang Jerman mungkin mengatakan dalam bahasa Inggris The child
has fever, it is ill, dan bukan The child has a fever, he / she is ill, karena
pengaruh bahasa Jerman Das Kind hat Fieber, es ,ist krank. Dalam
6
bahasa Inggris diperlukan sebuah artikel, a, sebelum fever; dan child
dirujuk dengan pronomina maskulin atau feminin, bukan pronomina
netral, it.
Kita sudah biasa denganjenis kesalahan yang dibuat oleh orang yang
bukan penutur asli. Jika dianalisis, kesalahan itu biasanya menunjuk
kan pengaruh bentuk leksikal dan grarnatikal bahasa ibu orang itu. Ia
rnenerjernahkan bentuk bahasanya sendiri (bahasa sumber) secara har
flah, karena itu ujarannya dalam bahasa sasaran kedengaran tidak
wajar. Misalnya, sebuah brosur yang digunakan dalarn sebuah reklame
untuk turis di Belem, Brazil, berbunyi: We glad to you an unforgettable
trip by fantastic Maraj6 Island, yang seharusnya berbunyi We offer you
an unforgettable trip to fantastic Marajo Island. Di bagian lain brosur
itu tertulis, Beyond all those things, enjoy of delicious that your proper
mind can create. Marajo is inspiration, yang seharusnya berbunyiAnd
above all, enjoy the delights which your own mind will create. Marajo
will inspire you. Di halaman lain brosur itu terdapat tulisan dalam
bahasa sumber, yaitu bahasa Portugis, dan dari situ diketahui bahwa
ketidakwajaran bahasa Inggris itu disebabkan pengaruh bentuk bahasa
Portugis. Untuk membuat terjemahan yang efektif, orang harus men
cari makna bahasa sumber dan menggunakan bentuk bahasa sasaran
yang dapat rnengungkapkan makna itu dengan wajar.
Buku ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada pembacanya
faktor linguistis dan sosiolinguistis yang terlibat dalam penerjemahan,
dan mernberinya latihan yang cukup untuk perkembangan keteram
pilan dalam pengalihan antarbahasa. Dasar pikiran buku ini ialah
bahwa terjemahan terbaik adaTah terjemahan yang:
1. menggunakan bentuk wajar bahasa sasaran,
2. menyampaikan sebanyak mungkin makna yang sarna kepada
\ penutur bahasa sasaran seperti yang dimengerti oleh penutur
bahasa sumber, dan
3. mempertahankan dinamika teks bahasa surnber, artinya,
menyajikan terjemahan sedemikian rupa sehingga dapat mem
bangkitkan respons pembaca, dan diharapkan sarna seperti teks
sumber membangkitkan respons pembacanya.
Chi-chi bahasa yang mempengaruhi penerjemahan
Ada ernpat ciri bahasa yang mernpunyai pengaruh langsung terhadap
prinsip penerjemahan. Pertama, komponen-komponen makna
dikernas dalam unsur leksikal, tetapi pengemasannya dalam suatu
bahasa berbeda dengan pengemasannya dalam bahasa lain. Misalnya,
kebanyakan bahasa mempunyai komponen makna jamak, seperti-s
BENTUK DAN MAKNA 7
dalarn bahasa Inggris, yang sering rnuncul dalam grarnatika sebagai
sufiks pada nomina atau verba atau kedua-duanya. Akan tetapi, dalam
bahasa Aguaruna, bentukjamak rnerupakan kornponen pangkal verba
itu sendiri, dan untuk. kebanyakan verba biasa, komponen itu tidak
dapat dipisahkan. Jika pelakunya tunggal, digunakan bentuk. pertama,
jika jarnak digunakan bentuk. kedua.
1. tupikau
1. eketu
1. weu
ia berlari
ia duduk
ia pergi
2. pisaju mereka berlari
2. pekemsau mereka duduk.
2. shiaku mereka pergi
Pemeriksaan kamus apa saja akan menunjukkan banyaknya cara
pengemasan komponen makna dalam unsur leksikal. Dalam contoh di
bawah ini, Bemus komponen maknanya termuat dalam sebuah unsur
leksikal.
- Dalam bahasa Otomi, Meksiko, ada sebuah kata yang berarti
menjaga domba pada malam hari.
- Dalam bahasa Vietnam, ada kata yang berarti seseorang
meninggalkan rumah untuk pergi ke suatu tempat, tetapi tiba-tiba
terjadi sesuatu di rumahnya sehingga ia harus pulang.
- Dalam bahasa Chipaya, Bolivia, kata Wltuk. proyektor ialah benda
untuk menayangkan gambar di dinding.
Jadi kita lihat bahwa sebuah kata dalam bahasa sumber sering harus
diterjemahkan dengan beberapa atau banyak kata.
Kedua, kornponen makna yang sarna dapat rnuncul dalam beberapa
unsur (bentuk) leksikal struktur lahir. Dalam bahasa Inggris, ada kata
sheep 'domba', tetapi kata lamb 'anak domba', ram 'domba jantan
dewasa', dan ewe 'domba betina dewasa' juga mencakup makna sheep.
Semua kata itu mempunyai komponen domba, tetapi masing-masing
mempunyai komponen tambahan yang membedakan kata yang satu
dengan kata yang lain: muda pada lamb; dewasa danjantan pada ram;
dan dewasa dan betina pada ewe. Dalam bahasa Huambisa, Peru, anak
domba diteIjemahkan dengan "domba anaknya," dombajantan dewasa
dengan "domba besar," dan domba betina dewasa dengan "dornba
wanitanya." Contoh lain dapat ditemukan dalarn bahasa Indonesia pada
kata membawa; kata menjinjing, menyandang, menjunjung, memikul
masing-masing mencakup makna membawa + komponen tambahan.
Ketiga, sebuah bentuk dapat digunakan untuk. mewakili beberapa
makna alternatif. Ciri itu dapat kita lihat dalam kamus yang baik,
misalnya, The Contemporary English-Indonesian Dictionary mem
berikan 85 makna untuk kata bahasa Inggris run. Kebanyakan kata
8
dalam kamus itu mempunyai lebih dari satu maIma. Ada makna
primer, yaitu makna yang muncul dalam pikiran seseorang, jika kata
itu diucapkan tersendiri tanpa konteks; dan ada makna sekunder,
yaitu maIma tambahan sebuah kata dalam konteks dengan kata lain.
Dalam bahasa Inggris, kita bisa mengatakan, the boys runs
dengan menggunakan run dalam makna primernya. Kita dapat juga
mengatakan the motor runs 'motor itu berjalan', the river runs 'sungai
itu mengalir', dan his nose runs 'ia pilek' dengan menggunakan run
dalam makna sekundernya. Perhatikan perbandingan padanannya
dalam bahasa Indonesia; ternyata sungai,jam, dan hidung tidak ber
bentuk run dalam semua bahasa.
INGGRIS
The boy runs.
The river runs.
The clock runs.
The nose runs.
INDONESIA
Anak itu berlari.
Sungai itu mengalir.
Jam itu berjalan.
Iapilek.
Prinsip itu tidak terbatas pada unsur leksikal saja, karena pola
gramatikal yang sarna dapat juga mengungkapkan beberapa maIma
yang sangat berbeda. Misalnya, frase posesifrumah saya dapat berarti
'rumah yang saya miliki', 'rumah yang saya sewa', 'rumah yang saya
tempati', 'rumah yang saya bangun', atau 'rumah yang denahnya saya
buat'. Hanya dalam konteks yang lebih besar maknanya dapat diten
tukan. Perhatikan frase posesifberikut dan variasi maImanya:
mobil saya
kakak saya
kaki saya
nyanyian saya
bukusaya
desa saya
kereta saya
kepemilikan
kekerabatan
bagian-keseluruhan (bagian tubuh saya)
aktor-aktivitas (saya bernyanyi)
kepemilikan atau kepengarangan (buku yang
saya miliki, atau buku yang saya tulis)
tempat tinggal (desa tempat saya tinggal)
penggunaan (kereta yang saya tumpangi)
Kalimat lengkap dapat juga mempunyai beberapa fungsi, misalnya,
pertanyaan r~toris, yaitu kalimat tanya yang tidak mempunyai makna
pertanyaan. Kalimat Mary, kenapa belum kamu cuci pi ring itu? mem
punyai bentuk tanya yang memang dalam konteks tertentu meminta
BENTUK DAN MAKNA 9
infonnasi, tetapi kalimat itu sering digunakan dengan maIma perintah
(atau usul). (Masalah meneIjemahkan pertanyaan akan dibahas dalam
bab 22.) Kalimat sederhana dalam bahasa Inggris He made the bed,
dapat berarti 'Ia membuat (seperti seorang tukang kayu membuat)
tempat tidur', atau 'Ia membereskan seprai, selimut, dan bantal guling'.
Sebagaimana kata mempunyai maIma primer dan sekunder, penan
da gramatikaljuga mempunyai fungsi primer dan biasanyajuga fungsi
sekunder. Preposisi on dalam bahasa Inggris dipakai untuk menunjuk
kan pelbagai makna. Bandingkan pemakaian on berikut dengan ben
tuknya dalam bahasa Indonesia.
John found a book on the floor.
John found a book on mathematics.
John found a book on Tuesday.
John found a book on sale.
John menemukan buku di
lantai.
John menemukan buku
matematika.
John menemukan buku
pada hari Selasa.
John mendapat buku di
teT1J-pat obral.
Bandingkan juga pemakaian bahasa Inggris by:
John was stopped by the policeman.
'John dihadang oleh polisi'.
John stopped by the bookstand.
'John berhenti di samping kios buku'.
By pertama menunjukkan bahwa polisi adalah pelaku perbuatan itu,
sedangkan by kedua menunjukkan bahwa kios buku adalah lokasinya.
Dalam bahasa Acholi, Sudan, kata oto mempunyai pelbagai makna,
bergantung pada kata yang tampil bersamanya. Perhatikan kalimat
kalimat berikut:
Latin oto.
Aguluoto.
Mac oto.
Anak itu meninggal.
Pot itupecah.
Api itupadam.
Keempat, sebuah maIma dapat diungkapkan dengan pelbagai ben
tuk. Misalnya, makna "kucing itu hitam" dapat diungkapkan dengan:
kucing itu hitam, kucing hitam itu, dan kucing yang hitam itu, bergan
tung pada cara makna itu berhubungan dengan maIma lain. Selain itu,
makna Apakah tempat ini sudah diambil orang?, Apakah ada yang
10
duduk di sini?, dan Bolehkah saya duduk di sini?, pada dasarnya sarna,
yaitu pembicara menunjukkan keinginannya untuk duduk di suatu
tempat. Dalam bahasa Pidgin, makna Ia memberi saya buku sarna
I
dengan em i givim wanpela buk long mi atau em i givim mi wanpela
buk. Begitujuga, kalimat berikut mempunyai makna yang pad a dasar
nya sarna (teljemahan dari contoh K L. Pike):
Yang lain menyalahkan John karena kesulitan itu.
Yang lain menyalahkan John atas kesulitan itu.
Yang lain menimpakan kesulitan itu pada John.
Yang lain mengatakan John bertanggung jawab atas kesulitan itu.
Yang lain meminta John untuk bertanggungjawab atas kesulitan itu.
Kita telah melihat bahwa bahkan dalam satu bahasa ada banyak
sekali cara bentuk mengungkapkan maknanya, dan hanyajika bentuk
itu digunakan dalam makna atau fungsi primemya, ada korelasi satu
lawan satu (one-to-one correlation) antara bentuk dan makna. Makna
lain ialah makna sekunder yang mencakup makna figuratif.
Ciri "penyimpangan" itu (yaitu, perbedaan atau kurangnya korelasi
satu lawan satu antara bentuk dan makna), merupakanjawaban meng
apa terjemahan merupakan tugas yang berat. Jika tidak ada penyim
pangan, maka semua unsur leksikal dan bentuk gramatikal hanya akan
mempunyai sebuah makna, dan terjemahan kata per kata dan struktur
gramatikal per struktur gramatikal dapat dimungkinkan. Akan tetapi,
kenyataannya ialah bahwa bahasa merupakan perangkat hubungan
yang kompleks antara makna (semantik) dan bentuk Oeksikon dan
gramatika). Tiap bahasa mempunyai bentuk yang khas untuk mewakili
maknanya, sehingga dalam penerjemahan, makna yang sarna mungkin
harus diungkapkan dalam bahasa lain dengan bentuk yang sangat
berbeda. Menerjemahkan bentuk suatu bahasa secara harfiah dapat
mengubah maknanya, atau setidak-tidaknya mengakibatkan bentuk
yang tidak wajar. Oleh karena itu, dalam penerjemahan, makna harns
lebih diutamakan daripada bentuk; maknalah yang harns dialihkan
dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Misalnya, jika kalimat
bahasa Inggris He is cold hearted, atau His heart is cold ('Ia tidak
berperasaan, tidak mempunyai simpati') diterjemahkan secara harfiah
ke dalam bahasa Mambila, Nigeria, kalimat itu akan diartikan Ia
damai, tidak cepat marah, dan ke dalam bahasa. Cinyanja, Zambia Ia
takut (Barnwell 1980:12). Dalam hal ini, makna figuratiflah yang
menyebabkan perbedaan.
Jika bahasa sumber dan bahasa sasaran bukan bahasa serumpun,
BENTUK DAN MAKNA 11
hampir tidak mungkin terdapat hubungan bentuk antara teks sumber
dan hasil terjemahannya. 'lIap bahasa menggunakan bentuk yang ber
beda, dan bentuk itu mempunyai makna primer dan makna sekunder,
termasuk makna figuratif. Makna ganda inilah yang menambah
kerumitan lebih lanjut.
Jenis-jenis teIjemahan akan dibahas dalam bab 2, tetapi untuk
memperIihatkan perbedaan bentuk antarbahasa, dibawah ini diberikan
contoh-contoh terjemahan dari bahasa Quiche, Guatemala (data Fox
1959: 174).
Itu dikatakan bahwa menjadi satu orang pria tidak dari
sini, tidak diketahui di mana -nya atau ia datang di mana. Satu
hari ini hal ia berjalan dalam sebuah perkebunan atau di dalam
mereka pesisir, ia melihat penampilannya satu kecil kalung, atau
ia berpikir bahwa seuntai kecil kalung sangat cantik dilempar di
atas tanah di jalan itu. Ia mengambil kalung ini ia melempar
dalam mulutnya karena akibatnya bahwa datang satu orang lain
ke belakangnya, karena -nya bahwa tidak ia menjumpai yang satu
yang mengikuti inijalan di belakangnya, tidak ia tahu dan bahwa
kalung itu ia lempar dalam mulutnya satu ular dan orang pria
satu ini meninggal seketika karena tidak ia tahu penampilannya
ular itu atau bahwa ia makan ini bukan ini seuntai kalung hanya
mungkin ular ini.
Sekarang bandingkan versi di atas dengan terjemahan yang sudah
disesuaikan dengan gramatika bahasa Indonesia tetapi yang masih
belum tampak wajar.
Dikatakan bahwa dahulu ada seorang laki-Iaki (yang bukan
dari sini, dan saya tidak tahu di mana kota asalnya), yang suatu
hari [;edang berjalan di sebuah perkebunan (atau di pesisir). Ia
melihat seuntai kalung kecil, atau apa yang disangkanya seuntai
kalung yang sangat indah, tergeletak di jalan. Ia mengambil
kalung itu dan memasukkan ke mulutnya karena ada seseorang
yang datang mendekat, dan ia tidak ingin orang lain itu melihat
kalung itu. Yah, ia tidak tahu bahwa kalung yang dia lem
parkan ke dalam mulutnya adalah seek or ular. Orang itu
meninggal dalam waktu singkat, karena ia tidak tahu bahwa itu
ular. Ia tidak tahu bahwa ia telah memasukkan ke mulutnya
bukan seuntai kalung, melainkan seek or ular.
Dalam terjemahan pertama, tiap kata Quich~ digantikan dengan
persamaan makna terdekat dalam bahasa Indonesia. Akibatnya tidak
ada maknanya. Terjemahan kedua menggunakan bentuk leksikon dan
gramatika yang wajar untuk mengungkapkan maknanya. Di bawah ini
12
cm-ita itu ditulis kembali dalam bentuk yang lebih idiomatis:
Dahulu kala, seorang asing dari suatu kota sedang berjalan di
sebuah perkebunan di sepanjang pantai. Tiba-tiba ia melihat
seuntai kalung kecil yang sangat indah tergeletak di jalan. Diam
bilnya kalung itu dan dimasukkannya ke dalam mulutnya, karena
ada orang lain yang berjalan di belakangnya dan ia tidak ingin
orang itu melihat kalung itu. Orang asing itu tidak tahu bahwa
kalung itu adalah ular. Ia meninggal seketika. Ia meninggal
karena ia tidak sadar bahwa kalung itu adalah seekor ular; ia
tidak tahu bahwa ia memasukkan ular, dan bukan kalung, ke
dalam mulutnya.
Apa yang dapat dikatakan dalam suatu bahasa dapatjuga dikatakan
dalam bahasa lain; jadi menerjemahkan adalah hal yang mungkin.
Penerjemah harus mempertahankan makna,jika perlu bentuk bahasa
sasaran harus diubah agar makna bahasa sumber tidak menyimpang.
LATllIAN - Bentuk dan Makna
A. Pasangan kalimat berikut ada yang berbeda bentuknya, dan ada
yang berbeda maknanya. Apakah pengubahan utama meru
pakan pengubahan bentuk ataukah pengubahan makna?
Contoh: Mereka merampok orang tua itu.
Orang tua itu dirampok oleh mereka.
Jawab: Pengubahan bentuk.
1. Murid-murid suka belajar semantik.
Murid-murid suka mempelajari semantik.
2. Saya membeli sepasang sepatu kuda.
Saya membeli sepasang sepatu kulit.
3. 1a melihat burung itu.
1a mendengar kucing itu.
4. Anton jalan kaki ke sana.
Anton pergi berjalan-jalan.
5. Pergilah tidur.
Saya ingin kamu pergi tidur.
6. Saya datang; saya lihat; saya menang.
Saya datang, lihat, dan menang.
BENTUK DAN MAKNA 13
7. Dua minggu kemudian ia datang.
Sesudah dua minggu ia datang.
8. Ada meja di dalam buku itu.
Ada buku di meja itu.
9. Orang muda itu kecurian buku gramatika bahasa Yunaninya.
Buku gramatika bahasa Yunani orang muda itu dicuri.
10. Ia terbangun oleh bunyi halilintar.
Bunyi halilintar membangunkannya.
B. Buatlah sebanyak mungkin bentuk gramatikal yang mengan
dung makna yang sarna seperti contoh yang diberikan di bawah
ini. Kemudian terjemahkan ke dala,;m bahasa lain dengan
sebanyak mungkin bentuk yang dapai Anda pikirkan.
Contoh: Langkah 1 Ctulislah beberapa bentuk dengan makna yang
sama):
kucing itu hi tam
kucing hitam itu
kucing, yang hitam itu
Langkah 2 Cterjemahkanlah ke dalam bahasa lain dengan
pelbagai bentuk):
the cat is black
the black cat
the cat, which is black
1. kendi air
2. Andi membeli mobil
3. hari yang panas
4. baju panjang warna biru milik ibu
5. rumah Pardi
C. Semua kalimat di bawah ini mempunyai bentuk gramatikal yang
sarna, tetapi dengan adanya pengubahan unsur leksikal, maka
makna yang ditandai oleh unsUl' leksikal itu juga berubah. ter
lepas dari makna referensial kata itu sendiri. Makna apa yang
14
ditandai dalam tiap frase posesifberikut? Jawablah dengan men
definisikannya. Bagaima,na makna itu dapat diungkapkan ke
dalam bahasa lain yang Anda kuasai?
Contoh: mobil orang itu - orang itu memiliki mobil itu.
the man's car - the man OWllS the car
mata orang itu - mata adalah bagian orang itu.
the man's eye - the eye is part of the man
1. tempat praktek dokter itu
2. pasien dokter itu
3. buku dokter itu
4. kakak dokter itu
5. tangan dokter itu
6. rumah dokter itu
D. (Disadur dari Barnwell 1983c:25-26.) Sebutkan apakah pasangan
kalimatlfrase itu sarna ataukah berbeda maknanya.
1. (a) Hari hujan sepanjang malam.
(b) Hujan turun sepanjang malam.
2. (a) Ada buku di atas meja.
(b) Ada meja di dalam buku itu.
3. (a) John sangat kaget ketika mendengar berita itu.
(b) Berita itu sangat mengagetkan John ketika ia mende-
" J ngarnya.
4. (a) Hari yang panas.,\
(b) Hari ini panas.
5. (a)rumahPeter.
(b) Rumah yang dimiliki Peter.
6. (a) Ia diam saja.
(b) Ia tidak mengatakan apa-apa.
7. (a)Saya membeli kain untuk membuatkan Mary sebuah
baju baru.
(b)Saya membeli sebuah baju baru untuk Mary.
BENTUK DAN MAKNA 15
8. (a) Saya membeli sayuran di pasar.
(b) Saya membeli tomat dan bawang di pasar.
9. (a) Orang tua saya baik-baik saja.
(b) Ayah dan ibu saya baik-baik saja.
10. (a) John sakit; ia mendapat serangan sejenis malaria.
(b) John benar-benar sangat sakit.
11. (a) Ada empat ruangan di rumah ini. 'C •. ,f.'·
(b) Rumah ini mempunyai empat ruangan dan sebuah
dapur di belakang.
12. (a) Dalam pandangan saya, pemerintah melaksanakan
tugasnya dengan baik dan membuat banyak perbaikan
dalam negara itu. Tetapi ada banyak orang yang tidak
setuju dengan pendapat ini.
(b) Pandangan tentang pemerintah terbagi dua. Ada yang
mengatakan pemerintah melaksanakan tugasnya de
ngan baik dan membuat banyak perbaikan di negara itu.
Yang lainnya tidak setuju.
Bab2
Jenis-jenis Penerjemahan
Harfiah versus idiomatis
Setiap teb mempunyai bentuk dan makna. Oleh karena itu, pener
jemahan dibagi menjadi dua jenis; yang satu berdasarkan bentuk dan
yang lainnya berdasarkan makna. Penerjemahan yang berdasarkan
bentuk berusaha mengikuti bentuk bahasa sumber, dan dikenal dengan
sebutan peneIjemahan harfiah. Penerjemahan yang berdasarkan
makna berusaha menyampaikan makna teks bahasa sumber dengan
bentuk bahasa sasaran yang wajar. Penerjemahan semacam ini disebut
penerjemahan idiomatis.
Penerjemahan baris per baris (interlinear) merupakan penerjemahan
harfiah mutlak. Untuk tujuan tertentu, memang diperlukan ciri-ciri
linguistis teks sumber, misalnya, untuk studi linguistis bahasa itu.
Penerjemahan harfiah ini bisa sangat berguna untuk studi bahasa
sumber, tetapi tidak banyak membantu pembaca bahasa sasaran yang
ingin mengetahui makna teks sumber. Penerjemahan harfiah tam
paknya tidak mempunyai makna dan hampir tidak mempunyai nilai
komunikasi, misalnya:
Chuave, Papua Nugini: kan daro
Terjemahan harfiah : namamu panggil!
Terjemahan di atas ini tidak banyak menyampaikan makna,
sebaliknya terjemahan yang tepat adalah Siapakah namamu?
Jika kedua bahasa itu berasal dari satu rumpun, penerjemahan har
fiah biasanya dapat dimengerti, karena mungkin bentuk gramatikal-
JENIS-JENIS PENERJEMAHAN 17
nya senlpa. Meskipun demikian, pemilihan unsur Ieksikal membuat
terjemahan itu kedengaran asing.
Selain untuk penerjemahan baris per baris, penerjemahan harfiah
mutlak bukanlah peneIjemahan yang umum. Penerjemah yang cen
derung menerjemahkan secara harfiah sebenarnya membuat pener
jemahan harfiah yang diSe8uaikan. Penerjemahan ini mengubah
urutan dan gramatika bahasa somber agar menjadijelas dalam bahasa
sasaran, tetapi unsur leksikalnya diteIjemahkan secara harfiah. Ka
dang-kadang unsur leksikalnyajuga diubah untuk menghindari maIm a
yang nihil atau untuk memperbaiki komunikasi, tetapi hasilnya masih
belum kedengaran wajar. Perhatikan contoh dari sebuah bahasa di
Papua Nugini:
ro ahombo ngusifu pamariboyandi
saya dia (perempuan)-oby. hati saya-mengikatnya (harfiah)
Saya mengikatnya di hati saya. (harfiah yang disesuaikan)
Penerjernahan harnah yang disesuaikan di atas menyesuaikan struk
tur kalimat bahasa sumber dengan struktur kalimat bahasa Indonesia,
tetapi kalirnat itu tetap belom menyarnpaikan makna yang jelas. 'fer
jernahan idiomatisnya menggunakan bentuk, Saya tidak pernah
melupakannya, atau Saya mengenangnya di hati saya.
Penerjemahan harfiah yang disesuaikan mehgubah bentuk gra
matikal jika konstruksinya mengharuskan. Akan tetapi, jika pener
jemah mempunyai pilihan, ia akan mengikuti bentuk teks somber
walaupun bentuk yang berbeda mungkin lebih wajar dalam bahasa
sasaran. PeneIjemahan ini dan peneIjemahan harfiah sering salah
karena pemilihan padanan katanya yang harfiah, artinya, unsur lek
sikalnya yang diterjemahkan. PeneIjemahan harfiah dari kata, idiom,
majas mengakibatkan penerjemahan itu menjadi tidak jelas, tidak
wajar, dan bahkan tidak bermaIma. Dalam penerjemahan harfiah yang
disesuaikan, penerjemah biasanya menyesuaikan peneIjemahan itu
secukupnya untuk. menghindari maIma yang nihil dan salah,tetapi
ketidakwajaran tetap ada.
PeneIjemahan idiomatis rnenggunakan bentuk bahasa sasaran yang
wajar, oaik konstruksi gramatikalnya maupun pemilihan unSU1' lek
sikalnya. Penerjemahan idiomatis rnutlak tidak kedengaran sebagai
hasil terjernahan, tetapi seperti ditulis asli dalam bahasa sasaran. Oleh
karena itu, penerjemah yang baik akan rnencoba rnenerjernahkan
secara idiomatis. Akan tetapi, penerjernahan seringrnenlpakan gabung
an pengalihan harfiah satuan leksikal dan teIjernahan idiornatis
makna teks itu. Tidaklah rnudah untuk membuat penerjemahan
idiomatis secara konsisten. Seorang penerjemah mungkin mengungkap-
18
kan sebagian teIjemahannya dalam bentuk yang sangat wajar dan di
bagian lain kembali pada bentuk harfiah. Jenis-jenis peneIjemahan
berkisar dari peneIjemahan yang sangat harfiah, menuju ke pener
jemahan harfiah, harfiah yang disesuaikan, yang mendekati idiomatis,
idiomatis, dan kadang-kadang bahkan sampai kepada penetjemahan
yang terlalu bebas (lihat bagan 2.1).
har.
sangat yang campuran
har. harfiah disesuaikan acak
I I I I
Bagan 2.1
mendekati
idiomatis
I
idio- terlalu
matis bebas
I I
i
SASARAN
PENERJEMAH
PeneIjemahan yang terlalu bebas biasanya jarang digunakan, atau
tidak diterima untuk kebanyakan tujuan. Sebuah penetjemahan di
sebut terlalu bebas, jika dalam peneIjemahan itu ditambahkan infor
masi lain yang tidak ada dalam teke sumber itu, jika makna bahasa
sufnber diubah, atau jika kenyataan latar historis dan budaya teke
bahasa sumber diubah. Kadang-kadang peneIjemahan terlalu bebas
dibuat untuk tujuan humor, atau untuk membangkitkan respons ter
tentu dari pembacanya. Penekanannya ialah pada reaksi orang yang
membaca atau mendengarnya, dan maknanya tidak perlu sama dengan
makna bahasa sumber.
Berikut ini diberikan contoh peneIjemahan dari teke bahasa Inggris
kuno ke dalam bahasa Inggris modern. Teks asli itu berbunyi, I was glad
when Stephanas, Fortunatus, and Achaicus arrived, because they have
supplied what was lacking from you. For they refreshed my spirit and
yours also. Such men deserve recognition. Teks ini diteIjemahkan
sebagai, It sure is good to see Steve, Lucky and 'Big Bam'. They sorta
make up for your not being here. They're big boost to both me and you all.
Let's give them a big hand. Tujuan peneIjemahan ini adalah membuat
teks kuno kelihatan modern, tetapi hasilnya menjadi peneIjemahan
yang terlalu bebas.
Sasaran peneIjemah ialah menghasilkan teks dalam bahasa sasaran
yang menyampaikan amanat yang sarna seperti amanat teks sumber,
dan menggunakan pemilihan gramatikal dan leksikal yang wajar dalam
bahasa ib1. Dengan kata lain, sasarannya ialah peneIjemahan idio
matis. Bab-bab berikut akan membahas rincian dalam menghasilkan
penerjemahan semacam ini, tetapi prinsip dasarnya ialah pener-
JENIS-JENIS PENERJEMAHAN 19
jemahan idiomatis yang menghasilkan makna bahasa sumber (yaitu
makna yang dimaksudkan oleh komunikator asli) dalam bentuk wajar
bahasa sasaran.
Akan tetapi, dalam penerjemahan selalu ada bahaya interferensi dari
bentuk bahasa swober. Studi kebanyakan penerjemahan menunjukkan
bahwa untuk menerjemahkan secara idiomatis, seorang penerjemah
harus membuat banyak penyesuaian bentuk. Di bawah ini diberikan
contoh bermacam-macam penyesuaian sebagai bukti perlunya studi
yang lebih rinci yang diberikan dalam bab-bab berikut:
Menerjem~kan ciri-ciri gramatikal
Kelas kata merupakan ciri khas setiap bahasa, artinya, tiap bahasa
mempunyai pembagian leksikonnya sendiri ke dalam kelas seperti
nomina, verba, adjektiva. Tiap bahasa mempunyai kelas dan subkelas
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penerjemah tidak selalu dapat
menerjemahkan nomina bahasa sumber dengan nomina bahasa
sasaran. Banyak bahasa yang mengungkapkan perbuatan dengan verba
dan bukan dengan nomina, tetapi bahasa-bahasa Indo-Eropa, misalnya,
mempunyai banyak nomina yang benar-benar merujuk ke perbuatan.
Seorang penerjemah di Papua Nugini (dari Deibler dan Taylor
1977:1060) diminta oleh seorang petugas patroli untuk menerjemahkan
Delapan Pokok Rencana Perbaikan untuk Papua Nugini (Papua Nugini:
Kantor Perencanaan Pusat 1973). Salah satu Pokok itu, yang bahasa
swobernya bahasa Inggris, berbunyi, Decentralization of economic ac
tivity, planning and government spending, with emphasis on agricul
tural development, village industry, better internal trade, and more
spending channeled through local and area bodies. Sulit bagi pener
jemah untuk mengalihkan kalimat semacam ini ke dalam bahasa
daerah di Papua Nugini, karena kata seperti decentralization, activity,
planning, government spending, emphasis, development, dan trade
biasanya harus diterjemahkan dengan verba. Jika digunakan verba,
maka subyek dan obyek verba itu mungkin harus dibuat eksplisit.
Bentuk bahasa Inggris ini sangat berbeda dengan bentuk bahasa Papua
Nugini, tetapi penyesuaian semacam ini harus dilakukan untuk
menyampaikan amanat itu secara tepat. Penerjemahan idiomatis yang
menggunakan verba adalah sebagai berikut:
The government wants to decrease the work it does for businesses
and what it plans and the money it spends in the capital, and wants
to increase what people and groups in local areas do to help farmers
and small businesses whose owners live in villages, and help people
in this country buy and sell things made in this country, and to
help local groups spend the government's money.
20
Kebanyakan bahasa mempunyai kelas kata yang disebut pronomina,
dan sistem pronominal dalam tiap bahasa berbeda-beda. PeneIjemah
harus menggunakan bentuk pronomina bahasa sasaran, walaupun
maknanya mungkin sangat berbeda dengan makna pronomina bahasa
sumber. Misalnya, untuk meneIjemahkan ke dalam bahasa Kiowa,
Amerika Serikat, pronominanya harus menunjukkan perbedaan antara
persona tunggal, dualis, dan plural, walaupun bahasa sumber tidak
membuat perbedaan ini. Atau, jika meneIjemahkan ke dalam bahasa
Bali (SwellengrebeI1963:158), peneIjemah harus membedakan bahasa
tingkat hormat, walaupun dalam bahasa sumber tidak ada perbedaan
serupa. PeneIjemah harus mengerti kebudayaan Bali dan konteks
budaya teks yang diteIjemahkannya untuk dapat memilih bentuk yang
sesuai.
Dalam bah as a Indonesia, pronomina persona pertama jamak
kita I kami sering digunakan untuk makna persona kedua kamu I kalian.
Alasan penggunaan kita ialah untuk menunjukkan rasa empati dan
pengertian. Perawat mengatakan kepada anak yang sakit, Sekarang
sudah waktunya kita minum obat. Atau guru mengatakan, Kita tidak
boleh berteriak, kita harus berjalan perlahan-lahan ke tempat kila.
Jelas pronomina itu tidak merujuk ke perawat atau guru itu, tetapi ke
anak-anak yang disapanya, kamulkalian. Dalam meneIjemahkan
pronomina ini ke dalam bahasa lain, penerjemahan harfiah dengan
persona pertama jamak mungkin mengubah makna teks sumber.
PeneIjemah harus mencari cara wajar untuk menyampaikan makna
persona kedua, sekaligus perasaan empati yang terkandung dalam
kalimat bahasa sumber.
Konstruksi gramatikal juga bervariasi antara bahasa sumber dan
bahasa sasaran; susunan katanya, misalnya, mungkin terbalik sarna
sekali. Berikut ini diberikan kalimat sederhana dari bahasa Gahuku,
Papua Nugini, dengan penerjemahan harfiah morfem per morfem di
bawahnya (data dari Deibler):
muli mako al-it-ove loko taoni-loka v-it-ove
lemon beberapa ambil-akan-saya mengatakan kota-ke pergi-akan-saya
Segera terlihat bahwa untuk mendapatkan terjemahan yang agaL
dapat dimengerli diperlukan urutan yang terbalik sarna sekali: Saya
akan pergi ke kota dengan mengatakan "Saya akan mengambillemon".
PeneIjemahan yang lebih idiomatis akan berbunyi: Saya akan pergi ke
kota untuk membeli lemon. Untuk mendapatkan bentuk yang wajar,
susunan katanya harus diubah sarna sekali dan disesuaikan dengan
pola gramatikal bahasa Indonesia. Selain itu, kutipan langsung yang
menandai tujuan dalam bahasa Gahuku harus diubah ke dalarn bentuk
kIausa tujuan.
JENIS-JENIS PENERJEMAHAN 21
Kadang-kadang konstruksi pasif harus diterjemahkan dengan
konstruksi aktif, atau sebaliknya, tergantung pada bentuk wajar bahasa
sasarannya. Dalam bahasa Jepang (Wallace 1977: 1-2), ada bentuk pasif
dengan su.fiks -(r)are-. Perhatikan kedua kalimat di bawah ini:
Aktif: Sensei wa Thro
Guru topik Taro
Guru memarahi T:lro.
Pasif: Thro wa sensei
Taro topik guru.
Taro dimarahi guru.
o sikatta.
akusatif memarahi-lampau.
ni
datif
sikarareta.
memarahi-pasif-Iampau.
Walaupun contoh di atas menunjukkan adanya dua bentuk (aktif dan
pasif), ini tidak berarti bahwa penerjemahan ke dalam bahasa Jepang
dapat menggunakan bentuk yang mana saja. Dalam bahasa Jepang, ka
limat pasif digunakan terutama jika "subyek itu digambarkan sebagai
penderita" (Wallace 1972:2). Dalam bahasa Jepang kuno, ini merupakan
satu-satunya penggunaan verba pasif dengan -(r)are-. Banyak kalimat
pasif bahasa sumber tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa
Jepang dengan kalimat pasif, karena itu akan memberikan kesan
bahwa subyeknya sebagai penderita. Pilihan gramatikal dalam pener
jemahan harus didasarkan pada fungsi konstruksi gramatikal dalam
bahasa sasaran, bukan pada penerjemahan harfiah dari bentuk bahasa
sumber.
Contoh di atas hanyalah untuk menunjukkan beberapa macam
penyesuaian gramatikal yang harus dilakukan untuk mendapatkan
penerjemahan idiomatis. Jarang ada teks yang dapat diterjemahkan
dengan bentuk yang sarna seperti dalam bahasa sumber. 'I'entu saja
kadang-kadang ada yang kebetulan selaras, tetapi penerjemah harus
menerjemahkan maknanya dan tidak menghiraukan apakah ben
tuknya sarna atau tidak.
Menerjemahkan ciri-ciri leksikal
Tiap bahasa mempunyai cara idiomatisnya sendiri untuk meng
ungkapkan makna melalui unsur leksikal (kata, frase); tiap bahasa
mempunyai banyak idiom, makna sekunder, metafora, dan makna
figuratif yang lain. Perhatikan cara merujuk kata demam dalam baha
sa-bahasa berikut! Hanya penerjemahan harfiahnya yang diberikan
agar tiap bentuk bahasa sumber dapat dibandingkan.
22
Yunani : Demam itu meninggalkannya.
Aguaruna: Ia mendingin.
llocano : Demam itu tidak ada lagi padanya.
Terjemahan bahasa Indonesia untuk. ketiganya adalah: Demamnya
sudah hilang, atau Suhu badannya sudah kembali normal.
Semua bahasa mempunyai idiom, yaitu untaian kata yang maknanya
berbeda dari makna yang disampaikan oleh kata-kata tersendiri.
Dalam bahasa Indonesia, orang yangpanjang tangan adalah orang yang
suka mencuri. Makna itu tidak ada hubungannya denganpanjang atau
tangan. Berikut ini adalah idiom dalam bahasa Inggris yang meng
gunakan into dan in: run into debt, rush into print, step into a practice,
fly into a passion, spring into notice, jump into a fight, dive into a book,
wade into adversity, break into society, stumble into acquaintance, glide
into intimacy, fall in love. Contoh- contoh dalam bahasa Indonesia ialah
otak udang, cuci mata, banting tulang, makan hati, kaki tangan, buah
mulut. Walaupun kombinasi semacam ini tidak mengikuti aturan ter
tentu, orang tidak dapat mengatakan: break into debt, fall into print,
wade into practice; otak tulang, banting udang. Kombinasi itu sudah
tertentu, karena maknanya terletak pada kombinasi itu sendiri. Mener
jemahkan idiom kata per kata ke dalam bahasa lain tidak akan mem
berikan makna sama sekali. Bentuknya tidak bisa dipertahankan, oleh
karena itu penerjemah harus menggunakan kata atau frase bahasa
sasaran yang mempunyai makna yang sarna. •
Idiom berikut ini terdapat dalam bahasa Apinaye, Brasilia (Ham
1965:2). Kolom pertama merupakan penerjemahan harfiah dari bahasa Apinay~, dan kolom kedua penerjemahan idiomatis.
HARFIAB
Saya tidak mempunyai
mata padamu.,
Saya telah mengubur
mataku.
Saya akan menarik kelopak
matamu.
Mataku sulit padamu.
Saya akanmelakukannya
dengan kepala saya.
Telinganya busuk..
IDIOMATIS
Saya tidak ingat padamu.
Saya telah siap untuk. pergi.
Saya ingin minta bantuanmu.
Saya ingat padamu.
Saya akan melakukannya dengan
cara yang saya anggap pantas.
Ia manja.
JENIS-JENIS PENERJEMAlfAN 23
Majas meru.pakan tantangan bagi peneIjemah yang ingin membuat
penerjemahan idiomatis. PeneIjemahan harfiah dari bahasa Inggris
blind as a bat 'buta seperti kelelawar', kedengaran aneh sekali dalam
bahasa yang perbandingaTl antara orang buta dengan kelelawar tidak
pernah digunakan sebagai majas. Dalam bahaea Aguaruna lebih wajar
menggunakan buta seperti serigala, karena ada legenda ten tang
matahari yang meminjam mata eerigala dan kemudian kembali ke
surga dengan membawa mata serigala yang bagus, sehingga tinggallah
serigala dengan mata yang jelek dari matahari. Itulah sebabnya meng
apa orang Aguaruna mengatakan, jika serigala ingin melihat, ia
menelentangkan kepalanya ke belakang dan melihat dengan
kerongkongannya. Majas sering berdasarkan cerita atau kejadian his
torie, tetapi biasanya asal majas sudah tidak jelas.
Kebanyakan bahasa menggunakan nama binatang secara metaforis,
tetapi perbandingannya untuk tiap bahasa sering berbeda. Oleh karena
itu, majas suatu bahasa bisa disalahartikan jika tidak dibuat
penyesuaian tertentu. Misalnya, jika seseorang dikatakan babi, dalam
bahasa Indonesia, artinya orang itu kotor dan rakus. Akan tetapi dalam
bahasa-bahasa di Meksiko, misalnya, dalam bahasa Mixteco, artinya
orang itu bodoh; dalam bahasa Tzeltal, orang itu tidur di tanah; dalam
bahasa Aztec, orang itu mabuk; dan dalam bahasa Otomf, orang itu
tidak bermoral. Jadi untuk menerjemahkan kata babi yang metaforis,
penerjemah perIu berhati-hati agar tidak menghasilkan makna yang
salah.
Dalam beberapa bahasa, kata tertentu hanya dapat diungkapkan
dengan kutipan langsung dan verba berkata. Misalnya, bahasa Waiwai,
Guyana, tidak mempunyai kata yang khusas untuk berjanji, memuji,
menyangkal, dan kata-kata seru.pa lainnya. Kata-kata ini harus diter
jemahkan dengan kata berkata disertai sebuah kutipan langsung (Haw
kins 1962:164):
INDONESIA
Kamu berjanji untuk
datang.
Ia memuji sampan itu.
Ia menyangkal bahwa la
mengambilnya.
WAIWAI
"Saya pasti akan datang, n
katamu.
"Sampan yang indah sekali, n
katanya.
"Saya tidak mengambilnya, n
katanya.
Dalam bahasa Aguaruna satu-satunya cara untuk mengungkapkan
kata percaya ialah dengan kutipan langsung:
24
Indonesia: Saya percaya padamu.
Aguaruna: "Benar," kataku kepadamu.
Kombinasi leksikal tertentu dari bahasa sumber bisa ambigu;
maknanya tidakjelas, misalnya, It's too hot to eat dalam bahasa Inggris
dapat berarli: 'Makanan itu terlalu panas untuk dimakan'; 'Cuaca
terlalu panas sehingga kita tidak bernafsu makan'; 'Kuda itu merasa
panas sesudah berpacu dan tidak ingin makan'. Sulit sekali mener
jemahkan kalimat ini ke dalam bahasa lain dengan tetap memper
tahankan ketiga makna ini. Dalam proses membuat teIjemahan
idiomatis, ambiguitas semacam ini harus dipecahkan dan hanya makna
yang dimakeud yang disampaikan.
Kesi.mpulan
PeneIjemahan adalah proses yang rumit, tetapi peneIjemah yang
mahir akan menemukan cara untuk mengungkapkan makna yang
dimaksud, walaupun bentuk baru itu mungkin sangat berbeda dengan
bentuk bahaaa sumber. Dahulu orang-orang seperti Cicero dan Horace
bersikeras bahwa orang harus meneIjemahkan makna umum dan
dinamika bahasa itu. Penerjemahan harfiah ditertawakan dan
diremehkan. Horace mengatakan bahwa peneIjemah yang tepat tidak
meneIjemahkan kata per kata, dan Jerome menyebutkan dua syarat
untuk mendapatkan terjemahan yang book, yaitu pengertian yang
memadOO tentang bahasa sumber dan penguasaan yang memadai ten
tang bahasa sasaran.
Akan tetapi, dengan adanya struktur bahasa yang rumit, bagaimana
seorang peneIjemah berani berharap untuk menghasilkan pener
jemahan yang memadai? PeneIjemahan harfiah dapat dihindari
melalui analisis bahasa sumber secara cermat; pertama-tama mengerti
dengan jelas amanat yang akan dikomunikasikan. PeneIjemah yang
menghabiskan waktu untuk mempelajari teke bahasa sumber secara
telit!, untuk menulis analisis semantisnya, dan kemudian mencari cara
yang sarna untuk mengungkapkan amanat yang sarna ini secara wajar
ke dalam bahasa sasaran, akan bisa menghasilkan terjemahan yang
memadai dan kadang-kadang bahkan mengagumkan. Sasarannya ialah
menghindari peneIjemahan harfiah dan harus berusaha mendapatkan
teIjemahan yang benar-benar idiomatis. Ia akan tahu bahwa ia berhasil
jika pembaca bahasa sasaran sarna sekali tidak mengenal karyanya
sebagai teIjemahan, melainkan sebagai teke yang ditulis dalam bahasa
sasaran untuk. informasi dan hiburan.
JENIS-JENIS PENERJEMAHAN 25
LATllIAN - Jenis-Jenis Penerjemahan
A. Dalam tiap pasangan kalimat berikut, mana yang lebih idiomatis,
a atau b? Bagaimana makna itu diungkapkan secara idiomatis
dalam bahasa kedua yang Anda kuasai?
1. (a) Penjaga toko itu berkata bahwa kami akan menggan
tikan uangmu.
(b) Penjaga toko itu berjanji akan mengembalikan uang
kami.
2. (a) Seorang anak mengutarakan cerita pendek itu pada
Bays di pesta.
(b) Ia seorang anak. Ia menceritakan cerita pendek itu. Ini
adalah dalam permainan ia berkata.
3. (a) Alfabet Internasional pasti akan membawa akibat
perubahan ejaanjuga. Betapa banyak anak yang sudah
mengalami kesulitan mengeja!
(b) Alfabet Internasional pasti akan berakibat perubahan
ejaan juga. Dan berapa banyak tangisan yang sudah
dialami anak- anak tentang ejaan itu!
4. (a) Kemudian ia melaporkan nasib buruknya kepada polisi,
yang mencari pencuri itu dengan tekun.
(b) Kemudian kesialannya dilaporkan kepada polisi, yang
adalah pencuri itu mencari dengan saksama.
B. Carilah bentuk harfiah terjemahan bahasa Inggris berikut dan
garis bawahilah kata atau £rase yang tidak kedengaran ~ajar.
Sebutkanlah cara yang lebih idiomatis untuk mengungkapkan
nya dalam bahasa Inggris. (Semua contoh ini dari bahan ter
jeJDahan yang diterbitkan. Referensinya tidak diberikan untuk
~memalukan penerjemahnya.)
1. We offers as attractions horse trip or car by fields and forests.
(Brosur turis)
2. 1b move the cabin push button of wishing floor. If cabin
should enter more persons, each one should press number of
wishing floor. (Petunjuk di elevatorllift)
3. The archeological matters In Egypt indicated that the prin
cesses in those days had used natural cosmetic to polish their
beauty. (surat kabar)
26
4. Since 1976, the women hasjoined the popular army, and has
been permitted to join the armed forces and to acquire an
equal military rank. Other laws have extended the mother's
have before and after delivery, and granted the mother an
additional two-year leave to take care of her child under four
years of age. (Surat kabar)
5. A hold-up (perampokan) took place of a motorcycle rider at
Kampung early yesterday morning. (Surat kabar)
6. When you feel cold, because of the climate, or you feel some
thing had in your bones, please rub Param Kocok Super
Kecil. Shake well the solution before use. (Petunjuk
pemakaian obat)
7. Guatemala City is always full of surprises. It has a delicious
climate, for reasons of its altitude - 1500 meters - but not so
high as to affect people from low-lying areas. (Majalah di
kapal terbang)
8. Villagers spend most of their energies in producing corn and
beans for their families. Those are the principle products,
including coffee, greens and fruit. (Majalah di kapal terbang)
C. Kalimat-kalimat di bawah ini ditulis oleh orang Sudan yang
belurn mahir berbicara bahasa Inggris. Bentuk yang digunakan
menunjukkan contoh struktur bahasa ibu mereka yang dialihkan
ke dalam bahasa Inggris. Informasi yang sarna diberikan dalam
kurung dalam bahasa Inggris idiomatis. Perubahan apa yang
dibuat dalam mengoreksi bahasa Inggris? Perubahan ini menun
jukkan perbedaan antara bahasa Sudan dan bahasa Inggris.
1. Sir, the problems of before don't forget.
(Sir, please don't forget the problems we discussed before.)
2. If there is any means, send me a letter to Riwoto.
(If there is any way to do so, send a letter to me at Riwoto.)
3. I will think you time to time day and day.
(I will be thinking about you often everyday.)
4. I am very grateful to inform you with this letter.
(I am very happy to be able to send / write you this letter.)
5. 1 am a man who has been to Juba for 15 years.
(I have now lived in Juba for 15 years.)
Bab3
Struktur Semantis Bahasa
Struktur batin dan struktur lahir
Cara lain untuk melihat bentuk dan makna ialah dengan
memikirkannya sebagai struktur lahir dan struktur batin. Salah
satu asumsi buku ini ialah bahwa dalam tiap bahasa ada perbedaan
antara struktur batin bahasa (semantis) dan struktur lahir bah'asa
(gramatikal, leksikal, fonologis). Analisis struktur lahir bahasa tidak
, .... ~mbantu kita mengetahui informasi yang perIu diketahui tentang
bahasa untuk tujuan peneIjemahan. Maknalah yang berperan sebagai
dasar peneIjemahan ke dalam bahasa lain.
Asumsi dasar yang kedua ialah bahwa maIma sudah tersusun rapi.
MaIma bukanlah bidang yang tidak dapat dicapai, melainkan meru
pakan bidang yang dapat dianalisis dan diwakilkan dengan cara yang
berguna untuk para peneIjemah. MaIma tidak tersusun dengan cara
yang sama seperti urutan struktur lahir, tetapi merupakan jaringan
satuan semantis dan hubungan antarsatuan ini. Satuan dan hubungan
ini dapat diwakilkan dengan pelbagai cara. Persetujuan yang akan
dipakai di dalam buku ini dipilih untuk alasan praktis; tujuan buku ini
bukan untuk membantah teori linguistis tetapi untuk menyajikan
sarana yang akan membantu peneIjemah. Namun, perIu diingat bahwa
prosedur ini didasarkan atas kedua aSUlDsi di atas.
Dibandingkan dengan struktur gramatikal, struktur semantis lebih
mendekati universal, artinya,jenis satuan, ciri, dan hubungannya pada
dasarnya sama untuk semua bahasa. Misalnya, semua bahasa mem
punyai komponen maIma yang dapat dikelompokkan menjadi BENDA,
KEJADIAN, ATRIBUT, atau RELASI (HUBUNGAN), tetapi tidak
semua bahasa mempunyai kelas gramatikal struktur lahir yang sarna.
Ada bahasa yang mempunyai konjungsi, ada yang tidak; ada yang
28
mempunyai frase preposisi dan ada yang tidak. Kelas kata tiap bahasa
berbeda-heda. Semua kelas semantis di atas terdapat dalam semua
bahasa: setiap konsep dalam semua bahasa merujuk. ke BENDA,
KEJADIAN, ATRIBUT, atau RELASI.
Proposisi semantis terdapat dalam semua bahasa. Proposisi ini
terdiri dari konsep-koDsep (pengelompokan komponen makna) yang
berhubungan satu sarna lain, dengan satu BENDA, KEJADIAN, atau
ATRIBUT sebagai konsep inti. Ada banyak cara yang dapat digunakan
untuk. mewakili proposisi, misaInya:
kODsep (AMIR, MEMUKUL, dan BOLA), dan
peran yang terdiri dari:
pelaku, (yang melakukan perhuatan), dan
penderita (yang menjadi akibat perbuatan)
dapat dinyatakan dengan:
pelaku, AMIR, MEMUKUL penderita, BOLA
atau
AMIR. .. pelaku ... MEMUKUL ... penderita ... BOLA
Urutannya tidak menjadi masaIah, karena maknanya tidak herubah
jika urutannya sebagai berikut:
BOLA ... penderita ... MEMUKUL ... pelaku ... AMIR
Ada hanyak persetujuan yang dapat digunakan. Cara lain ialah
dengan membuat rumus sebagai berikut:
pelaku: AMIR aktivita8: MEMUKUL penderita: BOLA
Untuk kesederhanaan penyajian, hahaaa Indonesia mengungkapkan
proposisi ini dengan bentuk struktur Iahir Amir memukul bola. Per
hatikan keempat proposisi berikut yang mempunyai hubungan waktu
berurutan satu sarna lain.
STRUKTUR BATIN
Amir bertemu dengan Budi di sudut itu.
Amir dan Budi berbincang-bincang.
Budi pergi.
Amirpergi.
Keempat proposisi ini dapat diungkapkan dalam hahasa manapun
dengan struktur Iahir hahasa itu. Dalam hahasa Indonesia dapat
digunakan sejumlah struktur Iahir sebagai berikut:
STRUKTUR SEMANTIS BAHASA 29
STRUKTUR LAlllR
1. Amir bertemu dengan Budi di sudut itu. Mereka berbincang
bincang. Budi pergi. Kemudian Amir pergi juga.
2. Amir bertemu dengan Budi di sudut itu dan mereka berbin
cang -bincang. Kemudian Budi pergi, dan begitu juga Amir.
3. Amir bertemu dengan Budi di sudut itu. Sesudah mereka
berbincang-bincang, Budi pergi dan kemudian Amir pergi.
4. Amirdan Budi bertemudisudutitu untuk berbincang-bincang.
Sesudah selesai berbincang-bincang, Budi pergi dahulu dan
kemudian Amir pergi juga.
Dalam struktur semantis, satu-satunya urutan ialah kronologis,
tetapi urutan kronologis ini tidak selalu selaras dengan urutan kata
kata dalam struktur gramatikal dan bahkan Bering berbeda atau
menyimpang. Proposisi-proposisi di atas dapat juga diungkapkan de
ngan bentuk berikut:
5. Amir pergi belakangan, sesudah ia dan Budi bertemu di
sudut itu, berbincang-bincang, dan Budi pergi.
Kelima kalimat di atas dapat dianggap sebagai bentuk struktur lahir
yang benar untuk mewakili keempat proposisi itu. (Perlu diketahui
bahwa keterangan ini merupakan penyederhanaan masalah untuk
mengerti maksud perbedaan antara struktur batin dan struktur lahir.)
Penulisan kembali suatu hal yang sama dalam bahasa yang sama
tetapi dengan cara yang berbeda disebut parafrase. Parafrase tidak
boleh mengubah makna amanat asal, dan hanlB menggunakan bentuk
wajar bahasa itu.
Satuan semantis
Leksikon struktur lahir suatu bahasa dibagi menurut distribusi
dalam gramatika. Klasifikasi dan jumlah kelas kata tergantung pada
distribusi yang dimiliki kata itu sebagai subyek, predikat, obyek, dU.
dalam kalimat itu. Misalnya, jika dikatakan Pekerjaan itu sulit, kata
pekerjaan dimasukkan dalam kelas nomina, karena kata itu digunakan
sebagai subyek sebuah konstruksi gramatikal. Akan tetapi, pekerjaan
merupakan sesuatu yang dilakukan oleh orang; kata itu adalah
KEJADIAN yang merupakan perbuatan. Jadi, dalam hal ini, ada
penyimpangan an tara kelas semantis dan kelas gramatikal.
Kalimat bahasa Inggris The dog treed the cat secara gramatikal
merupakan kalimat SPO (subyek., predikat, obyek) sehubungan dengan
30
urutan satuan gramatikalnya, tetapi struktur semantis kaIimatnya
jauh lebih nmrit. Terjemahan ke dalam bahasa lain mungkin tidak bisa
hanya berupa satu kaIimat yang terdiri dari satu klausa sederhana saja.
Alasannya ialah bahwa verba treed merupakan contoh penyimpangan
antara gramatika dan semantik. 'Iree, yang merupakan BENDA,
digunakan sebagai verba. KEJADIANnya ialah menyebabkan naik ke
atas pohon. Malma kalimat ini adalah Anjing itu menyebabkan kucing
itu naik ke atas pohon atauAnjing itu mengejar kucing itu, karenanya,
kucing itu naik ke atas pohon. Gramatika bahasa menggunakan banyak
alternatifuntuk mengungkapkan struktur semantisnya. Teks ini akan
membahas macam-macam penyimpangan yang harus diawasi oleh
penerjemah pada waktu menerjemahkan.
Satuan terkecil dalam struktur semantis ialah komponen makna,
yang mengelompok untuk membentuk konsep. (Istilah-istilah ini akan
dibahas lebih rinei di dalam bab 6.) Secara semantis komponen malma
dan konsep dibagi menjadi empat kelompok utama, yaitu BENDA,
KEJADIAN, ATRIBUT, dan RELASI. BENDA mencakup semua
makhluk bernyawa (baik dalam dunia nyata maupun dalam dunia gaib,
misalnya anak, roh, malaikat); dan semua satuan tidak bernyawa,
misalnya batu, galaksi, darah. KEJADIAN mencakup semua per
buatan, perubahan keadaan (proses), dan pengalaman, misalnya:
makan, minum, lari, pikir, teriak. ATRIBUT mencakup semua sifat
kualitas dan kuantitas yang dianggap berasal dari BENDA atau
KEJADIAN, miaalnya: panjang, tebal, empuk, kasar, dengan perlahan
lahan, tiba-tiba, sedikit, semua. Dan yang terakhir, RELASI mencakup
semua hubungan antara dua buah satuan seman tis di atas; misalnya
dengan, oleh, karena, sejak, dan, karena itu, sesudah, atau.
Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa dalam bahasa Indonesia
hanya nomina yang dipakai untuk melukiskan BENDA, hanya verba
yang melukiskan KEJADIAN, hanya pewatas (modifier) yang melukis
kan ATRIBUT, dan hanya preposisi dan konjungsi yang melukiskan
RELASI. Dengan kata lain, dalam semua contoh di atas, ada korelasi
satu lawan satu antara struktur semantis dan gramatikal; tidak ada
"penyimpangan" .
Dalam bahasa Inggris, boy, yang termasuk BENDA, merupakan satu
unsur leksikal, tetapi terdiri dari beberapa komponen makna, yaitu
INSAN, MASKULIN, dan MUDA. (INSAN termasuk kelas semantis
BENDA, sedangkan MASKULIN dan MUDA termasuk kelas
ATRIBUT.) Adajuga bahasa yang mempunyai satu unsur leksikal yang
mencakup ketiga komponen maim a ini, tetapi ada juga bahasa yang
tidak, misalnya bahasa Indonesia, kata laki-laki mencakup MASKULIN
dan INSAN saja. Jika di depan kata laki-laki ditambah dengan kata
STRUKTUR SEMANTIS BAHASA 31
anak, maka kata anak laki-laki sama dengan boy. Bahasa Ndogo,
Sudan, mempunyai kata dako yang mencakup kom~onen makna MAS
KULIN dan INSAN. Kata vi berarli MUDA, karena itu vi dako akan
sarna dengan kata boy. Dalam bahasa Chinantec, Meksiko, tiap korn
ponen makna untuk kata boy merupakan kata yang terpisah, yaitu
jiuung dsea nu'. Ketiga kata ini berarti MUDA (ANAK), INSAN, dan
MASKULIN. Setiap bahasa mernpunyai cara yang berbeda untuk meng
atur komponen maknanya ke dalam kata dan frase.
Pada umumnya nomina dan pronomina dari gramatika merujuk ke
BENDAdaiam struktur semantis; verba dari gramatika ke KEJADIAN,
dsb. Andaikata tidak ada penyimpangan, hubungannya adalah sebagai
berikut:
BENDA ........... nomina, pronomina
KEJADIAN ..... verba
ATRIBUT ......... adjektiva, adverbia
RELASI.. .......... konjungsi, preposisi, parlikel, enklitik, dll.
Dalam kalimat sederhana sepertiAmirmemanggilNani,AMIRdan
NANI termasuk dalam kelas semantis BENDA dan merupakan nomina
dalam kalimat ini. MEMANGGIL, secara. semantis, adalah KEJADIAN,
dan secara gramatikal, verba. Struktur kalimat ini menunjukkan
bahwa Amir, pelakunya, adalah subyek; dan Nani, penderitanya,
adalah obyek. Di sini tidak ada penyimpangan antara struktur lahir
dan struktur batin (dengan anggapan bahwa dalarn bentuk yang tidak
menyimpang, pelakunya adalah subyek, dan penderitanyu adalah
obyek).
Akan tetapi, dalam struktur lahir bahasa ada banyak penyimpangan,
misalnya, dalarn kalirnat Saya mendengrtr panggilan Amir. Panggilan
merupakan nomina dalam struktur lahir, tetapi dalam kalimat ini, kata
itu mewakili KEJADIAN semantis memanggil. Secara sernantis, ada
dua KEJADIAN dan dua PROPOSISI yang diwakilkan dalam bentuk
lahir Saya mendengar panggilan Amir. Proposisi pertama ialah Amir
mema nggil , dan yang kedua Saya mendengar. Kedua proposisi ini
dapat diwakili dengan Amir memanggil saya dan saya mendengarnya.
Di sini tidak ada penyirnpangan. Akan tetapi, jika orang mengatakan
Saya mendengar ketika Amir memanggil, yang berarti kedua proposisi
ini diungkapkan dalam satu klausa, alih-alih dua klausa, maka di sini
terdapat penyimpangan. Menemukan struktur semantis berarli juga
menghilangkan penyimpangan an tara kelas semantis dan kelas
gramatikal.
32
Hierarki semantis
Dalam struktur lahir, setiap satuan dikelompokkan ke dalam satuan
yang lebih besar dalam hierarki struktur gramatikal. Morfem (akar
kata dan afiks) bersatu membentuk kata, kata bersatu membentuk
frase, frase bersatu membentuk klausa, klausa membentuk kalimat,
kalimat membentuk paragraf, paragraf membentuk pelbagai jenis
satuan wac ana dan ini bersatu membentuk. teks (seperti cerita, surat,
khotbah).
Walaupun struktur semantis lebih merupakan jaringan konfigurasi,
masing-masing tnerupakan bagian dari konfigurasi yang lebih besar.
Untuk tujuan praktis buku ini, kita akan melihat struktur semantis
secara hierarkijuga. Satuan terkecil ialahkomponen makna. Komponen
makna bersatu dalam konsep, konsep dalam proposisi, proposisi dalam
gugus proposisi, gugus proposisi dalam paragraf semantis, paragraf
semantis dalam episode, episode dalam gugus episode. Satuan ini ber
satumembentuksatuan wacanayang lebih besar. Jadi struktur seman
tis adalah salah satu pengelompokan yang lebih kecil, yang bersatu
membentuk pengelompokan yang lebih besar. Apabila· tidak ada
penyimpangan antara konfigurasi semantis dan struktur gramatikal,
maka hubungannya adalah sebagai berikut:
STRUKTUR SEMANTIS STRUKTUR GRAMATIKAL
komponen maIma ................ morfem (akar dan afiks)
konsep ......................... kata
konsep kompleks (gugus konsep) .... £rase
proposisi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Ida usa
gugus proposisi. ................. kalimat
paragraf semantis ................ paragraf
episode ......................... pasal
gugus episode ................... bab
bagian semantis ................. bagian
wacana. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. teks
Hubungan di atas merupakan satuan untuk wacana jenis tuturan
(naratiO. Untuk. satuan di atas gugus proposisi dalamjenis wacana lain
diperlukan nama lain. Jumlah tingkat struktur tergantung pada teks
itu. Satu buku bisa terdiri dari beberapa bagian, sedangkan teks yang
lebih pendek hanya terdiri dari satu episode saja.
STRUKTUR SEMANTIS BAHASA 33
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dan seperti yang akan
kita bahas Iebih rinci nanti, ada banyak penyimpangan antara struk
tur semantis dan struktur gramatikaI, dan' itulah yang menjadikan
terjemahan sebuah tantangan. Penerjemah harus mempelajari struk
tur Iahir bahasa sumber untuk menemukan konsep, proposisi, dU. dari
struktur semantisnya. Tugas selanjutnya ialah menyelaraskan makna
dari struktur semantis ke dalam struktur Iahir bahasa sasaran. Untuk
itu, penerjemah haru.s juga mempelajari penyimpangan gramatika
bahasa sasaran dalam hubungannya dengan struktur semantis. Ia
harus juga mengetahui bagaimana menggunakan penyimpangan ini
untuk menyelaraskan makna secara wajar.
Situasi komunikasi
Salah satu cara untuk melihat perbedaan antara makna dan bentuk
(antara batin dan Iahir) ialah cara yang disebutkan Joseph Grimes
(1975:114):
... perlu sekali dibuat perbedaan antara keadaan dalam bahasa
di mana pembicara dapat membuat pilihan dan keadaan di mana
tidak ada pilihan untuknya. Yang pertama [nomina, verba, ad
jektiva, adverbial menunjukkan makna. Seperti yang telah ditun
jukkan oleh kebanyakan linguis, makna dapat disampaikan
hanya jika pembicara dapat memilih untuk mengatakan sesuatu
yang lain. Yang terakhir [konjungsi, preposisi, artikeI, dan
pronominal adalah komponen bahasa yang Iebih mekanis, yaitu
proses pelaksanaan di mana hasil pilihan pembicara diungkap
kan dalam bentuk konvensional yang memungkinkan adanya
komunikasi dengan orang lain.
Makna yang dipilih dipengaruhi oleh situasi komunikasi, misaInya,
siapa pembicara itu, siapa khalayaknya, apa tradisi budayanya dsb. (Ini
akan dibahas secara rinci dalam bab 33.) Pembicara (atau penulis),
dengan mendasari pilihannya atas banyak faktor dalam situasi
komunikasi, memilih apa yang ingin ia sampaikan. Sesudah menen
tukan maknanya, ia harus memakai bentuk (gramatikal; Ieksikal,
fonologis) bahasa itu untuk menyampaikan makna itu. Ia dapat memilih
satu bentuk atau bentuk lainnya untuk memberikan makna emotif, di
sam ping informasi yang in gin disampaikannya, karena ia ingin mem
buat bagian tertentu Iebih prominen (menonjol) daripada bagian lain
nya, dan menambah fokus tertentu pada bagian amanat itu.
Misalnya, seorang ibu yang marah kepada putranya karena tidak
melakukan tugas'di rumah, mungkin menyuruhnya membuang
34
sampah. Sang ibu sudah pernah menyuruhnya sebelumnya, jadi anak
itu tahu tugasnya. Ibu ingin menyampaikan semua makna ini, yaitu pe
rintah untuk membuang sampah dan emosi yang dirasakannya. untuk
itu, ibu mungkin tidak menggunakan bentuk. perintah struktur lahir,
tetapi menggunakan pertanyaan (lihat Larson 1979), misalnya per
tanyaan dengan "kapan" -Kapan kamu mau buang sampah itu? Jika
anak itu belum pernah disuruh sebelumnya, dan jika tidak dalam
keadaan marah ataujengkel, mungkin ibu akan menggunakan bentuk.
perintah, seperti, "Buanglah sampah itu." Oleh karena makna emotif
yang disampaikan, maka kita mendapatkan penyimpangan bentuk. dan
makna, yaitu bentuk pertanyaan menandakan perintah. Jika bahasa
sasaran tidak menggunakan pertanyaan dengan cara demikian, maka
penerjemah harus menggunakan bentuk yang berbeda dalam ter
jemahannya. Akan tetapi, bentuk apapun yang dipilih, informasi dan
emosi bahasa sumber harus disampaikan.
lsi informasi itu adalah:
pelaku: SAyA ..... aktivitas: MEMERINTAH
pelaku: KAMU ... aktivitas: MEMBUANG ... penderita: SAMPAH
Sebelum bentuk struktur lahir itu dipilih, masalah sosiolinguistis
dan psikolinguistis yang mempengaruhi makna harus dipertim
bangkan; dan tujuan pembicara, yang dalam hal ini tidak hanya mem
beri perintah tetapi juga menunjukkan frustrasi dan desakan, harus
dimasukkan. Bentuk. pertanyaan yang menggunakan kapan menun
jukkan informasi sosiolinguistis dan psikolinguistis.
Terjemahan bahasa Aguaruna, Peru, d~ri Kap.o"n akan kamu buang
sampah itu? adalah: Wamak, wamak.: i Wa ani4me? Wamak tsuwat
ajapata. Terjemahan yang sangat harfiah ke dalam bahasa Indonesia
yaitu'Dengan cepat, dengan cepat. Kenapa kamu seperti itu? Dengan
cepat sampah kamu-Iempar-keluar!' Bentuk. ini sama sekali berbeda
dengan bentuk. bahasa Indonesia idiomatis, Kapan akan kamu buang
sampah itu?, tetapi informasi yang sarna dan makna emotifnya dapat
disampaikan. Tugas penerjemah bukan hanya menyampaikan infor
masi yang sama, tetapi juga mencoba membangkitkan respons
emosional yang sarna seperti teks asalnya.
Agar hasil terjemahan itu mempunyai dinamika yang sarna seperti
teks asalnya, terjemahan itu harus wajar dan mudah dimengerti.
Amanat ini mencakup informasi dan akibat emosional yang diinginkan
oleh penulis bahasa sumber. Tiap teks bahasa sumber ditulis dalam
latar historis tertentu, dalam latar budaya tertentu, dan dengan satu
STRUKTUR SEMANTIS BAHASA 35
tujuan, yaitu maksud penulis. Hal ini juga harus dipertimbangkan
untuk mendapatkan terjemahan yang tepat. Jika karangan kuno diter
jemahkan ke dalam bahasa modern, mungkin ada pertentangan antara
usaha untuk tepat dengan latar historisnya dan usaha untuk tepat
dengan maksud penulisnya. Untuk dapat menyampaikan tujuan
penulis, penerjemah mungkin harus mengubah waktu historisnya dan
"memodernkan" terjemahan itu. Perubahan ini tentu saja membuat
hasil terjemahan kurang tepat.
Jika teks bahasa sumber berasal dari kebudayaan yang sangat ber
beda dengan kebudayaan bahasa sasaran, maka sulit bagi peneIjemah
untuk menyampaikan amanat itu persis seperti amanat sumber. Rin
clan tentang bagaimana situasi komunikasi dan kebudayaan mempe
ngaruhi teIjemahan akan dibahas di dalam bab 33.
LATllIAN - Struktur Semantis Bahasa
A. Setiap kalimat berikut sekurang-kurangnya mempunyai satu
penyimpangan antara struktur batin (semantis) dan struktur
lahir (gramatikal). Garis bawahilah kata yang mewakili penyim
pangan ini, dan tulislah kalimat itu dalam bentuk lain agar tidak
terdapat penyimpangan lagi.
Contoh: Memaafkan adalah penting.
Memaafkan adalah penting.
Adalah penting untuk memaafkan.
(atau, Adalah penting jika kita dapat memaafkan
orang.)
1. Domba itu dibawa ke pembantaian.
2. Mereka diberi tahu tentang kematian Susan.
3. Masakannya enak sekali.
4. Nyanyiannya terlalu keras.
5. Pembebasannya tidakjadi dilaksanakan.
6. Tikaman itu mematikannya.
7. Hukumannya akan segera dijalankan.
8. Doa harus didahulukan setiap hari.
B. Bentuk gramatikal dapat berubah tanpa disertai perubahan
maknanya .. Di bawah ini diberikan sebuah paragraf dengan
gramatika dan semantik yang hampir selaras. Setiap kejadian
nya diwujudkan dengan verba, partisipannya dengan nomina,
36
relasinya dengan penanda lahiriah. Kemudian di bawah paragraf
itu diberikan tiga macam struktur lahir dengan maknanya
yangsama.
STRUKTUR BATIN (SEMANTIS)
Kemarin Amir pergi ke kota. Selanjutnya Amir membeli mobil.
S~lanjutnya Amir mengendarai pulang mobil itu. Selanjutnya Amir
memperlihatkan mobil itu kepada Nani. Karena itu, Nani sangat
gembira.
STRUKTUR LAHIR (GRAMATIKAL)
(1) Kemarin Amir pergi ke kota dan membeli sebuah mobil. Ia me
ngendarainya pulang dan memperlihatkannya kepada Nani,
yang sangat gembira.
(2) Amir membeli sebuah mobil kemarin ketika ia pergi ke kota.
Sesudah mengendarainya pulang ia memperlihatkannya kepada
Nani, yang membuat Nani sangat gembira.
(3) Amir membeli sebuah mobil di kota kemarin. Nani sangat gem
bira ketika Amir membawanya pulang dan memperlihatkan
kepadanya.
Dalam contoh di atas, pertama-tama semua konsep, proposisi, dan
gugus proposisi paragrafitu ditulis secara lengkap. Kemudian disusul
dengan tiga struktur lahir yang menyampaikan maknanya yang sama.
Dalam ketiga struktur lahir ini:
a. Bentuk lahir apa yang digunakan untuk merujuk ke konsep
Amir?
.b. Bentuk lahir apa yang digunakan untuk merujuk ke konsep
mobil?
c. Bentuk lahir apa yang digunakan untuk ,mengungkapkan
proposisi Selanjutnya Amir mengendarai pulang mobil itu?
d. Bentuk lahir apa yang digunakan untuk mengungkapkan
proposisi Kemarin Amir pergi ke kota?
e. Bentuk lahir apa yang digunakan untuk' memperlihatkan
hrlbungan kedua proposisi Amir memperlihatkan mobil itu
kepada Nani dan Nani sangat gembira?
STRUKTUR SEMANTIS BAHASA 37
C. Dengan rnenggunakan proposisi struktur batin di B, terjemahkan
informasi itu ke dalam bahasa lain. Tulislah dalam dua atau tiga
bentuk yang berbeda, dengan tetap mempertahankan makna
yang sarna.
D. Tulislah paragrafberikut dalam bahasa Indonesia dengan meng
ubah bentuknya tetapi dengan rnempertahankan maknanya
setepat mungkin. Tulislah kembali paragraf itu beberapa kali,
dan gunakanlah kalimat yang wajar dan jelas.
Hari yang indah. PukullO. Yati meninggalkan rumah. Rumah
itu milik Yati. Selanjutnya Yati mengendarai mobil ke kantor pos.
Selanjutnya Yati menghentikan mobilnya. Selanjutnya Yati pergi
keluar. Selanjutnya Yati memegang pegangan pintu itu. Pegang
an pintu itu ada di pintu. Pintu itu adalah bagian dari kantor
pos. Pintu itu terkunci. Oleh karena itu, Yati kecewa. Thtapi Yati
tidak marah. Melainkan Yati kuatir. Yati ingin tahu apakah
Bapak Karno sakit?
E. Gunakan informasi yang diberikan dalam paragraf di D, ter
jemahkanlah cerita itu ke dalam bahasa lain. Tulislah kernbali
paragrafitu beberapa kali dengan bentuk yang berbeda-beda.
Bab4
Makna Implisit
PeneIjemahan merupakan penyampaian makna yang sarna dalam
bahasa kedua seperti yang disampaikan oleh bahasa pertama. Akan
tetapi, untuk melaksanakan ini secara memadai, orang harus tahu
bahwa ada banyakjenis makna. Tidak semua makna yang akan disam
paikan dinyatakan dengan jelas dalam bentuk teks bahasa sumber.
Mencari makna teks yang akan diteIjemahkan termasuk mencari in
formasi eksplisit dan informasi implisit. Tujuan bab ini ialah untuk
memberikan gambaran umum tentang pentingnya makna implisit bagi
peneIjemah. Perihal makna implisit akan disebutkan berkali-kali di
sepanjang buku ini.
Jenis-jenis makna
Biasanya makna diartikan sebagai sesuatu yang dirujuk oleh kata
atau kalimat, misalnya, kata apel merujuk ke buah yang dihasilkan
oleh pohon tertentu. Orang mengetahui makna apel karena. mereka
telah melihat apel dan belajar menyebutnya apel. Makna ini disebut
makna referensial (makna rujukan atau makna acuan), karena kata
itu merujuk langsung ke benda, kejadian, atribut, atau relasi tertentu
yang dapat dilihat atau dibayangkan. Sebuah kalimat mempunyai
makna, karena kalimat itu merujuk ke sesuatu yang telah teIjadi, yang
mungkin teIjadi, atauyang dibayangkan sedang teIjadi. Makna referen
sial merupakan isi informasi atau sesuatu yang dikomunikasikan.
Makna referensial disusun dalam struktur semantis. Butir-butir
informasinya dikemas atau disatukan dan diungkapkan dalam pel
bagai kombinasi. Sewaktu butir-butir informasi ini dikemas ke dalam
satua!l yang makin besar, didapatkan makna konteks linguistis,
yang harus dipertimbangkan dalam teIjemahan. Misalnya, jika kata
MAKNA IMPLISIT 39
apel sudah dirujuk dalam teks itu, dan kemudian kata itu dirujuk lagi,
maka kenyataan bahwa apel itu adalah apel yang sarna merupakan
bagian makna konteks linguistis. Informasi tertentu dapat merupakan
informasi lama (yang sudah disebutkan sebelumnya), atau informasi
baru. Informasi bisa berupa topik (apa yang sedang dibicarakan)
wacana itu, atau sebutan tentang topik. Informasi tertentu lebih
merupakan inti amanat, yaitu lebih penting atau lebih prominen.
Makna konteks linguistislah yang menggabungkan informasi referen
sial ke dalam teks yang utuh (koheren). Makna konteks linguistis
ditandai oleh deiktik, pengulangan, pengelompokan, dan banyak ciri
lain dalam struktur gramatikal sebuah teks.
Kedua proposisi Nani mengupas apel dan Nani makan apel men
cakup NANI sebagai pelaku, dan APEL sebagai penderita. NANI dan
APEL dirujuk dua kali (makna referensial), tetapi untuk membentuk
struktur gramatikal yang benar, kita juga harus tahu apakah makna
konteks linguistis itu mencakup hanya satu NANI dan hanya satu
APEL, atau apakah ada dua NANI, atau dua APEL. Jika hanya ada
satu NANI dan satu APEL, maka struktur lahirnya adalah NAN! me
ngupas apel, dan kemudian ia memakannya. Sesudah diberikan propo
sisi pertama, NANI dan APEL menjadi informasi lama dan karenanya
digunakan bentuk pronominal. Akan tetapi, jika ada dua NANI yang
diacu dan hanya satu APEL, maka bentuk gramatikalnya harus ditun
jukkan, misalnya:-liengan Nani mengupas apel, dan kemudian Nani
yang lain memak'aiinya. Setiap bahasa mempunyai cara untuk menan
dai makna konteks linguistis, tetapi cara ini mungkin berbeda-beda. Mi
salnya, bentuk pronominal tidak digunakan secara sarna dalam Bemus
bahasa, tetapi semua bahasa mempunyai cara formal untuk menunjuk
kan bahwa informasi tertentu merupakan informasi lama.
Selain makna referensial dan makna konteks linguistis, ada juga
makna situasional yang sangat penting untuk mengerti teks apa saja.
Amanat teks dihasilkan dalam suatu situasi komunikasi. Misalnya,
hubungan antara penulis atau pembicara dengan orang yang disapa
akan mempengaruhi komunikasi itu. Makna situasional ditentukan
oleh tempat komunikasi itu berlangsung; waktu berlangsungnya; umur,
jenis kelamin, status sosial, hubungan antara pembicara dan pende
ngarnya; praanggapan yang dibawa masing-masing pihak ke dalam
komunikasi itu; latar belakang budaya pembicara dan orang yang
disapanya, dll.
Misalnya orang yang sama dapat diacu dengan pelbagai unsur lek
sikal. Seorang yang bernamaAchmad Sanjaya dapat dipanggilAchmad,
Pak Achmad, Profesor'Sanjaya, dU. tergantung pada situasinya.
Pemilihannya mengandung makna situasional; artinya pemilihan ini
40
dapat menunjukkan apakah situasi itu fonnal atau tidak fonnal.
Seorang teman yang mengacunya sebagai Achmad sewaktu
menyalaminya di pagi hari mungkin memanggilnya Pak Achmad, ke
tika memperkenalkannya di seminar universitas. Bentuk leksikal yang
berbeda dipilih untuk menunjukkan makna situasional.
Sebuah teks mungkin sama sekali tidak dimengerti oleh orang yang
tidak mengenal kebudayaan bahasa itu karena terdapat begitu banyak
makna situasional di dalamnya. Sewaktu menerjemahkan ke dalam
bahasa lain, makna situasional asli hanIB dimasukkan dalam bentuk
yang lebih jelas, agar keseluruhan makna yang sarna dapat disam
paikan kepada para pembacanya.
Jangkauan implikasi untuk penerjemahan yang timbul dari ketiga
jenis makna ini akan dibahas secara rinei di bab-bab berikutnya. Akan
tetapi, ada satu hal yang sangat mendasar dalam penerjemahan dan
berhubungan langsung dengan ketigajenis makna ini, yaitu kenyataan
bahwa dalam setiap teks ada makna yang diungkapkan secara eksplisit
dan ada makna yang dibiarkan implisit. Penerjemah harus mengetahui
kedua macam infonnasi ini. Ada informasi eksplisit dan implisit yang
menyampaikan ketiga jenis maIma ini.
Informasi implisit dan ekspHsit
Penerjemah harus waspada terhadap informasi implisit dan
ekspUsit yang disampaikan. Jika seseorang berbicara atau menulis,
jumlah informasi yang dimasukkan dalam teks itu tergantung pada
jumlah informasi yang telah dikenal oleh pembicara (penulis) dan orang
yang disapanya. Biasanya dalam berbicara ada informasi tertentu yang
dihilangkan, karena orang yang disapa sudah tahu fakta itu dan
mungkin malah akan tersinggung jika informasi itu dimasukkan,
karena itu dapat berarti mereka sangat bodoh dan tidak tahu apa-apa.
Jadi dalam setiap komunikasi, informasi tertentu yang diko
munikasikan dibiarkan implisit.
Misalnya, penyiar berita di Amerika Serikat akan membuat kalimat
seperti ini, Rancangan pajak Reagan disahkan di Senat hari ini. Jika
penyiar itu mengatakan, Rancangan pajak yang diajukan Presiden
Amerika Serikat, Ronald Reagan, disahkan dalam Senat Amerika
Serikat hari ini, orang akan segera berhenti mendengarkan penyiaritu,
karena penyiar itu menghabiskan waktu menyiarkan berita yang sudah
mereka ketahui.
Semua komunikasi didasarkan atas informasi yang dikenal. Infor
masi ini bisa mencakup struktur bahasa, kebudayaan, percakapan
sebelumnya, bahan bacaan yang sama, pengalaman umum, dsb. yang
MAKNA IMPLISIT 41
telah dikenal. Dalam setiap teks ada infonnasi atau makna yang
implisit. Informasi atau makna tertentu dibiarkan implisit karena
struktur bahasa sumbernya; karena informasi atau makna itu sudah
tercakup di bagian lain dalam teks itu; atau karena informasi itu sudah
dikenal dalam situasi komunikasi itu. Akan tetapi, infonnasi implisit
itu harus disampaikan oleh penerjemah, karena informasi itu
merupakan bagian makna yang ingin disampaikan oleh penulis asli.
Informasi eksplisit adalah infonnasi yang diungkapkan secara jelas
dengan unsur leksikal dan bentuk gramatikal. Infonnasi ini merupakan
bagian struktur Iahir. Sebaliknya informasi implisit tidak mempunyai
bentuk, tetapi merupakan bagian dari keseluruhan komunikasi yang
dimaksudkan oleh penulisnya.
Infonnasi referensial, konteks linguistis, dan / atau situasional bisa
eksplisit atau implisit.
Makna referensiaI implisit
Dalam setiap teks, rujukan ke BENDA,
.jpeg)
