Selasa, 14 Oktober 2025

Makna bahasa 1

 ,


Perkembangan kebudayaan dan peradaban modern di dalam ber­

bagai bidangnya, seperti ilmu, teknologi, dan seni akan dapat diikuti 

dengan lebih baikjika didukung oleh tersedianya sarana kepustakaan 

yang memadai. Di samping karangan para ahli Indonesia, yang terl:mka 

bagi pemakai bahasa Indonesia, masih lebih banyak lagi informasi 

khU8U8 yang tersimpan dalam bahasa asing, dan yang hanya terbuka 

bagi mereka yang memahami bahasa asing itu. Padahal, pengalihan 

pengetahuan dan teknologi demi kelancaran proses pembangunan di 

segala bidang mensyaratkan perolehan informasi, dan keterampilan 

berdasarkan informasi itu, yang belum teIjangkau karena perintang 

bahasa asing. Banyak pemikir budaya Indonesia yang sudah menegas­

kan betapa pentingnya kita mengembangkan usaha peneIjemahan pada 

skala besar agar informasi yang penting itu juga menjadi milik orang 

banyak yang tidak akrab dengan bahasa asing. 

Ada sangkaan bahwa barang siapa yang tahu dua bahasa, atau lebih, 

mampu meneIjemahkan teks dengan baik. Anggapan itu harus ditolak 

karena peneIjemah yang mahir memenuhi syarat yang berikut ini. 

1. Ia mengenal seluk beluk penggunaan bahasa sumber dari ju­

rusan kosakatanya, tata bahasanya, dan gaya bahasanya. 

2. Ia menguasai bahasa sasaran sebagai bahasa keduanya. Seke­

dar mengenal bahasa itu bukan jaminan mutu. 

3. Ia memahami subjek atau pokok bahasan' yang akan diter­

jemahkan. Ia tidak perlu menguasai betul bidang yang ber­

sangkutan, tetapi ia harus mengerti isi yang diungkapkan di 

dalam teks yang dihadapinya. 

4. Ia harus yakin bahwa peneIjemahan itu bukan suatu kiat atau 

seni belaka, melainkanjuga suatu kegiatan yang berdasarkan 

teori yang menjelaskan proses peneIjemahan itu. 

XIII 

Agar teori penerjemahan itu dapat dimasyarakatkan dan disebarkan 

di antara kalangan yang lebih luas, organisasi Summer Institute of 

Linguistics, yang berkarya di Indonesia atas keIja sarna dengan Depar­

temen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, telah berjasa 

dengan penyediaan buku teke dalam bahasa Indonesia bagi kepenting­

an para penerjemah dan calon penerjemah. Karangan Dr. Mildred 

Larson: Meaning-Based Translation, yang diterjemahkan oleh 

Kentjanawati Taniran itu, mengetengahkan prinsip-prinsip pokok 

penerjemahan dengan gaya yang jelas sehingga dapat dipelajari tanpa 

guru. Tiap bab diakhiri dengan sejumlah latihan yang sepatutnya diker­

jakan untuk menguji taraf keterampilan pemakai buku itu. Bagai­

manapun, penerjemah yang piawai harus mahir menerapkan pema­

haman teori pada karya terjemahannya. Ia akan menyadari kenyataan 

bahwa terjemahan yang baik merupakan paduan teori dan praktek. 

Teori saja, atau pengalaman semata-mata, tidak menghasilkan karya 

yang bermutu tinggi. Buku ini mengawali era baru dalam pendidikan 

dan pelatihan calon penerjemah profesional karena menunjang 

pemenuhan salah satu prasyarat bagi usaha penerjemahan pada skala 

nasional, yakin adanya kelompok profesi penerjemah yang benar-benar 

menguasai ilmu dan kiat penerjemahan. Selanjutnya kita harus me­

ningkatkan usaha agar prasyarat yang kedua terpenuhi, yakni pener­

bitan seri kamus dwibahasa yang juga memuat kumpulan istilah yang 

baku, agar dapat dicegah timbulnya padanan istilah dalam bahasa Indo­

nesia yang simpang siur yang akan berakibat orang hams membaca 

teks aslinya kembali untuk. memahami terjemahannya. 

Karangan ini tidak saja merupakan sumbangan yang berarti bagi 

khazanah kepustakaan Indonesia, tetapi dapat dipandang juga sarana 

yang turut menopang usaha pencerdasan kehidupan bangsa. Atas 

prakarsa itu, saya mengucapkan selamat dan tahniah kepada pimpinan 

Summer Insititute of Linguistics yang peka terhadap salah satu rum­

pang di bidangpenerjemahan di Indonesia. 


Menurut definisi di kamus, peneIjemahan merupakan pengubahan 

dari suatu bentuk ke dalam bentuk lain, atau pengubahan dari suatu 

bahasa ke dalam bahasa lain, dan sebaliknya (The Merriam-Webster 

Dictionary, 1984). Yang dimaksud dengan bentuk bahasa ialah kata, 

frase. klausa, kalimat, paragraf, dll., baik lis an maupun tulisan. Bentuk 

itu disebut struktur lahir bahasa, yaitu bagian struktural bahasa yang 

biasa terlihat dalam bentuk cetak atau terdengar dalam ujaran. Dalam 

peneIjemahan, bentuk bahasa sumber diganti dengan bentuk bahasa 

sa saran. Akan tetapi, bagaimana pengubahan ini dilakukan? Apakah 

yang menentukan pemilihan bentuk dalam peneIjemahan? 

Buku ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa penerjemahan 

merupakan pengalihan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa 

sasaran. Pengalihan ini dilakukan dari bentuk bahasa pertama ke 

dalam bentuk bahasa kedua melalui struktur semantis. Maknalah yang 

dialihkan dan harus dipertahankan, sedangkan bentuk boleh diubah. 

Bahasa asal teIjemahan itu disebut bahasa sumber (bsu.), sedangkan 

bahasa hasil terjemahan itu disebut bahasa sasaran (bsa.). Mener­

jemahkan berarti: 

1. mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, 

dan konteks budaya dari teks bahasa sumber, 

2. menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya. 

3. mengungkapkan kembali makna yang sarna itu dengan 

menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai 

dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya. 

Sekarang coba perhatikan contoh berikut ini. Anggaplah kita mener­

jemahkan kalimat bahasa Spanyol Tengo suefw ke dalam bahasa 

Aguaruna, Peru. Bentuk kalimat bahasa Spanyol itu terdiri dari bentuk 

verba teng- yang berarti 'mempunyai', sufiks -0 'persona pertama', dan 

kata sueno 'tidur'. Kombinasi itu berarti 'seseorang, pembicara, dalam 

keadaan mengantuk'. Untuk mengungkapkan makna yang sarna itu 

dalam bahasa Aguaruna, Peru, digunakanKajang pujawai, yang terdiri 

dari nominakaja- 'tidur', sufiks -ng '-ku', dan verbapuja- 'hidup'dengan 

sufiks -wai 'bentuk indikatif persona ketiga'. TeIjemahan yang sangat 

harfiah dari kalimat bahasa Spanyol itu ialah Saya mempunyai tidur, 

dan dari bahasa Aguaruna TIdur saya hidup. Kedua teIjemahan itu 

bukanlah teIjemahan yang baik. TeIjemahan yang benar ialah Saya 

mengantuk, (Saya 'persona pertama', dan mengantuk 'adjektiva'). 

Ketiga bahasa itu menggunakan bentuk gramatikal dan pilihan leksikal 

yang berbeda untuk menunjukkan makna yang sarna (lihat bagan 1.2). 

Bsu. 


Memang orang yang menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran 

dengan baik Bering dapat membuat pengalihan dari suatu bentuk ke 

bentuk lain dengan cepat, tanpa memikirkan struktur semantisnya 

secara nyata. Akan tetapi, untuk teks yang sulit, dan jika peneIjemah 

tidak sama mahirnya dalam kedua bahasa itu (jika mereka hanya 

sebagai penutur asli satu bahasa saja), pengetahuan mengenai prinsip 

yang akan disajikan di sini akan membantu peneIjemah membuat 

teIjemahan yang lebih memadai. Walaupun orang dapat meml;mat 

teIjemahan yang memadai tanpa analisis yang rinci, proses pener­

jemahan dengan analisis semantis dapat mendatangkan banyak keun­

tungan bagi para peneIjemah. 

Menangani pengalihan kalimat-kalimat sederhana, misalnya 

ucapan selamat atau salam yang dipakai dalam percakapan sehari­

hari, adalah relatifmudah. 

Contoh: 

Indonesia 

Spanyol 

Aguaruna 

Siapa namamu? 

Como se llama? (har. 'bagaimana dirimu kamu­

panggil?') 

Amesh yaitpa? (har. 'kamu-ragu siapa-kamu?') 

Di sini, masalahnya bukan sekedar pemilihan kata yang berbeda, 

melainkan juga penggunaan struktur gramatikal yang berbeda. 

Sekarang coba perhatikan contoh penggunaan bentuk yang berbeda­

beda untuk mengungkapkan makna yang sarna. Untuk mengungkap­

kan makna "seseorang, yaitu pembicara, memiliki uang", bahasa In­

donesia menggunakan bentuk saya mempunyai uang; bahasa Jepang 

dan Latin menggunakan bentuk, yang secara harfiah adalah, kepada 

saya ada uang; bahasa Arab dan RUBia dengan saya ada uang; dan 

bahasa Aguaruna dan Turki uang saya ada. 

Para peneIjemah jarangmempunyai masalah dengan kalimat seder­

hana dan ucapan biasa seperti di atas. Mereka hampir tidak pemah 

berpikir bahwa bentuk gramatikal dan pemilihan leksikalnya begitu 

berbeda. Akan tetapi, jika mereka beraIih ke bahan yang tidak dikenal, 

atau ke tingkat struktur sintaksis yang lebih atas, dengan kalimat dan 

wacana yang sulit, mereka cenderung menggunakan unsur leksikal dan 

bentuk gramatikal bahasa sasaran yang terlalu dipengaruhi oleh unsur 

leksikal dan bentuk gramatikal bahasa sumber. Akibatnya, bentuk itu 

kedengaran aneh dan asing di telinga para pendengamya. Misalnya, 

orang Jerman mungkin mengatakan dalam bahasa Inggris The child 

has fever, it is ill, dan bukan The child has a fever, he / she is ill, karena 

pengaruh bahasa Jerman Das Kind hat Fieber, es ,ist krank. Dalam 

bahasa Inggris diperlukan sebuah artikel, a, sebelum fever; dan child 

dirujuk dengan pronomina maskulin atau feminin, bukan pronomina 

netral, it. 

Kita sudah biasa denganjenis kesalahan yang dibuat oleh orang yang 

bukan penutur asli. Jika dianalisis, kesalahan itu biasanya menunjuk­

kan pengaruh bentuk leksikal dan grarnatikal bahasa ibu orang itu. Ia 

rnenerjernahkan bentuk bahasanya sendiri (bahasa sumber) secara har­

flah, karena itu ujarannya dalam bahasa sasaran kedengaran tidak 

wajar. Misalnya, sebuah brosur yang digunakan dalarn sebuah reklame 

untuk turis di Belem, Brazil, berbunyi: We glad to you an unforgettable 

trip by fantastic Maraj6 Island, yang seharusnya berbunyi We offer you 

an unforgettable trip to fantastic Marajo Island. Di bagian lain brosur 

itu tertulis, Beyond all those things, enjoy of delicious that your proper 

mind can create. Marajo is inspiration, yang seharusnya berbunyiAnd 

above all, enjoy the delights which your own mind will create. Marajo 

will inspire you. Di halaman lain brosur itu terdapat tulisan dalam 

bahasa sumber, yaitu bahasa Portugis, dan dari situ diketahui bahwa 

ketidakwajaran bahasa Inggris itu disebabkan pengaruh bentuk bahasa 

Portugis. Untuk membuat terjemahan yang efektif, orang harus men­

cari makna bahasa sumber dan menggunakan bentuk bahasa sasaran 

yang dapat rnengungkapkan makna itu dengan wajar. 

Buku ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada pembacanya 

faktor linguistis dan sosiolinguistis yang terlibat dalam penerjemahan, 

dan mernberinya latihan yang cukup untuk perkembangan keteram­

pilan dalam pengalihan antarbahasa. Dasar pikiran buku ini ialah 

bahwa terjemahan terbaik adaTah terjemahan yang: 

1. menggunakan bentuk wajar bahasa sasaran, 

2. menyampaikan sebanyak mungkin makna yang sarna kepada 

\ penutur bahasa sasaran seperti yang dimengerti oleh penutur 

bahasa sumber, dan 

3. mempertahankan dinamika teks bahasa surnber, artinya, 

menyajikan terjemahan sedemikian rupa sehingga dapat mem­

bangkitkan respons pembaca, dan diharapkan sarna seperti teks 

sumber membangkitkan respons pembacanya. 

Chi-chi bahasa yang mempengaruhi penerjemahan 

Ada ernpat ciri bahasa yang mernpunyai pengaruh langsung terhadap 

prinsip penerjemahan. Pertama, komponen-komponen makna 

dikernas dalam unsur leksikal, tetapi pengemasannya dalam suatu 

bahasa berbeda dengan pengemasannya dalam bahasa lain. Misalnya, 

kebanyakan bahasa mempunyai komponen makna jamak, seperti-s 

BENTUK DAN MAKNA 7 

dalarn bahasa Inggris, yang sering rnuncul dalam grarnatika sebagai 

sufiks pada nomina atau verba atau kedua-duanya. Akan tetapi, dalam 

bahasa Aguaruna, bentukjamak rnerupakan kornponen pangkal verba 

itu sendiri, dan untuk. kebanyakan verba biasa, komponen itu tidak 

dapat dipisahkan. Jika pelakunya tunggal, digunakan bentuk. pertama, 

jika jarnak digunakan bentuk. kedua. 

1. tupikau 

1. eketu 

1. weu 

ia berlari 

ia duduk 

ia pergi 

2. pisaju mereka berlari 

2. pekemsau mereka duduk. 

2. shiaku mereka pergi 

Pemeriksaan kamus apa saja akan menunjukkan banyaknya cara 

pengemasan komponen makna dalam unsur leksikal. Dalam contoh di 

bawah ini, Bemus komponen maknanya termuat dalam sebuah unsur 

leksikal. 

- Dalam bahasa Otomi, Meksiko, ada sebuah kata yang berarti 

menjaga domba pada malam hari. 

- Dalam bahasa Vietnam, ada kata yang berarti seseorang 

meninggalkan rumah untuk pergi ke suatu tempat, tetapi tiba-tiba 

terjadi sesuatu di rumahnya sehingga ia harus pulang. 

- Dalam bahasa Chipaya, Bolivia, kata Wltuk. proyektor ialah benda 

untuk menayangkan gambar di dinding. 

Jadi kita lihat bahwa sebuah kata dalam bahasa sumber sering harus 

diterjemahkan dengan beberapa atau banyak kata. 

Kedua, kornponen makna yang sarna dapat rnuncul dalam beberapa 

unsur (bentuk) leksikal struktur lahir. Dalam bahasa Inggris, ada kata 

sheep 'domba', tetapi kata lamb 'anak domba', ram 'domba jantan 

dewasa', dan ewe 'domba betina dewasa' juga mencakup makna sheep. 

Semua kata itu mempunyai komponen domba, tetapi masing-masing 

mempunyai komponen tambahan yang membedakan kata yang satu 

dengan kata yang lain: muda pada lamb; dewasa danjantan pada ram; 

dan dewasa dan betina pada ewe. Dalam bahasa Huambisa, Peru, anak 

domba diteIjemahkan dengan "domba anaknya," dombajantan dewasa 

dengan "domba besar," dan domba betina dewasa dengan "dornba 

wanitanya." Contoh lain dapat ditemukan dalarn bahasa Indonesia pada 

kata membawa; kata menjinjing, menyandang, menjunjung, memikul 

masing-masing mencakup makna membawa + komponen tambahan. 

Ketiga, sebuah bentuk dapat digunakan untuk. mewakili beberapa 

makna alternatif. Ciri itu dapat kita lihat dalam kamus yang baik, 

misalnya, The Contemporary English-Indonesian Dictionary mem­

berikan 85 makna untuk kata bahasa Inggris run. Kebanyakan kata 

dalam kamus itu mempunyai lebih dari satu maIma. Ada makna 

primer, yaitu makna yang muncul dalam pikiran seseorang, jika kata 

itu diucapkan tersendiri tanpa konteks; dan ada makna sekunder, 

yaitu maIma tambahan sebuah kata dalam konteks dengan kata lain. 

Dalam bahasa Inggris, kita bisa mengatakan, the boys runs 

dengan menggunakan run dalam makna primernya. Kita dapat juga 

mengatakan the motor runs 'motor itu berjalan', the river runs 'sungai 

itu mengalir', dan his nose runs 'ia pilek' dengan menggunakan run 

dalam makna sekundernya. Perhatikan perbandingan padanannya 

dalam bahasa Indonesia; ternyata sungai,jam, dan hidung tidak ber­

bentuk run dalam semua bahasa. 

INGGRIS 

The boy runs. 

The river runs. 

The clock runs. 

The nose runs. 

INDONESIA 

Anak itu berlari. 

Sungai itu mengalir. 

Jam itu berjalan. 

Iapilek. 

Prinsip itu tidak terbatas pada unsur leksikal saja, karena pola 

gramatikal yang sarna dapat juga mengungkapkan beberapa maIma 

yang sangat berbeda. Misalnya, frase posesifrumah saya dapat berarti 

'rumah yang saya miliki', 'rumah yang saya sewa', 'rumah yang saya 

tempati', 'rumah yang saya bangun', atau 'rumah yang denahnya saya 

buat'. Hanya dalam konteks yang lebih besar maknanya dapat diten­

tukan. Perhatikan frase posesifberikut dan variasi maImanya: 

mobil saya 

kakak saya 

kaki saya 

nyanyian saya 

bukusaya 

desa saya 

kereta saya 

kepemilikan 

kekerabatan 

bagian-keseluruhan (bagian tubuh saya) 

aktor-aktivitas (saya bernyanyi) 

kepemilikan atau kepengarangan (buku yang 

saya miliki, atau buku yang saya tulis) 

tempat tinggal (desa tempat saya tinggal) 

penggunaan (kereta yang saya tumpangi) 

Kalimat lengkap dapat juga mempunyai beberapa fungsi, misalnya, 

pertanyaan r~toris, yaitu kalimat tanya yang tidak mempunyai makna 

pertanyaan. Kalimat Mary, kenapa belum kamu cuci pi ring itu? mem­

punyai bentuk tanya yang memang dalam konteks tertentu meminta 

BENTUK DAN MAKNA 9 

infonnasi, tetapi kalimat itu sering digunakan dengan maIma perintah 

(atau usul). (Masalah meneIjemahkan pertanyaan akan dibahas dalam 

bab 22.) Kalimat sederhana dalam bahasa Inggris He made the bed, 

dapat berarti 'Ia membuat (seperti seorang tukang kayu membuat) 

tempat tidur', atau 'Ia membereskan seprai, selimut, dan bantal guling'. 

Sebagaimana kata mempunyai maIma primer dan sekunder, penan­

da gramatikaljuga mempunyai fungsi primer dan biasanyajuga fungsi 

sekunder. Preposisi on dalam bahasa Inggris dipakai untuk menunjuk­

kan pelbagai makna. Bandingkan pemakaian on berikut dengan ben­

tuknya dalam bahasa Indonesia. 

John found a book on the floor. 

John found a book on mathematics. 

John found a book on Tuesday. 

John found a book on sale. 

John menemukan buku di 

lantai. 

John menemukan buku 

matematika. 

John menemukan buku 

pada hari Selasa. 

John mendapat buku di 

teT1J-pat obral. 

Bandingkan juga pemakaian bahasa Inggris by: 

John was stopped by the policeman. 

'John dihadang oleh polisi'. 

John stopped by the bookstand. 

'John berhenti di samping kios buku'. 

By pertama menunjukkan bahwa polisi adalah pelaku perbuatan itu, 

sedangkan by kedua menunjukkan bahwa kios buku adalah lokasinya. 

Dalam bahasa Acholi, Sudan, kata oto mempunyai pelbagai makna, 

bergantung pada kata yang tampil bersamanya. Perhatikan kalimat­

kalimat berikut: 

Latin oto. 

Aguluoto. 

Mac oto. 

Anak itu meninggal. 

Pot itupecah. 

Api itupadam. 

Keempat, sebuah maIma dapat diungkapkan dengan pelbagai ben­

tuk. Misalnya, makna "kucing itu hitam" dapat diungkapkan dengan: 

kucing itu hitam, kucing hitam itu, dan kucing yang hitam itu, bergan­

tung pada cara makna itu berhubungan dengan maIma lain. Selain itu, 

makna Apakah tempat ini sudah diambil orang?, Apakah ada yang 

10 

duduk di sini?, dan Bolehkah saya duduk di sini?, pada dasarnya sarna, 

yaitu pembicara menunjukkan keinginannya untuk duduk di suatu 

tempat. Dalam bahasa Pidgin, makna Ia memberi saya buku sarna 

dengan em i givim wanpela buk long mi atau em i givim mi wanpela 

buk. Begitujuga, kalimat berikut mempunyai makna yang pad a dasar­

nya sarna (teljemahan dari contoh K L. Pike): 

Yang lain menyalahkan John karena kesulitan itu. 

Yang lain menyalahkan John atas kesulitan itu. 

Yang lain menimpakan kesulitan itu pada John. 

Yang lain mengatakan John bertanggung jawab atas kesulitan itu. 

Yang lain meminta John untuk bertanggungjawab atas kesulitan itu. 

Kita telah melihat bahwa bahkan dalam satu bahasa ada banyak 

sekali cara bentuk mengungkapkan maknanya, dan hanyajika bentuk 

itu digunakan dalam makna atau fungsi primemya, ada korelasi satu 

lawan satu (one-to-one correlation) antara bentuk dan makna. Makna 

lain ialah makna sekunder yang mencakup makna figuratif. 

Ciri "penyimpangan" itu (yaitu, perbedaan atau kurangnya korelasi 

satu lawan satu antara bentuk dan makna), merupakanjawaban meng­

apa terjemahan merupakan tugas yang berat. Jika tidak ada penyim­

pangan, maka semua unsur leksikal dan bentuk gramatikal hanya akan 

mempunyai sebuah makna, dan terjemahan kata per kata dan struktur 

gramatikal per struktur gramatikal dapat dimungkinkan. Akan tetapi, 

kenyataannya ialah bahwa bahasa merupakan perangkat hubungan 

yang kompleks antara makna (semantik) dan bentuk Oeksikon dan 

gramatika). Tiap bahasa mempunyai bentuk yang khas untuk mewakili 

maknanya, sehingga dalam penerjemahan, makna yang sarna mungkin 

harus diungkapkan dalam bahasa lain dengan bentuk yang sangat 

berbeda. Menerjemahkan bentuk suatu bahasa secara harfiah dapat 

mengubah maknanya, atau setidak-tidaknya mengakibatkan bentuk 

yang tidak wajar. Oleh karena itu, dalam penerjemahan, makna harns 

lebih diutamakan daripada bentuk; maknalah yang harns dialihkan 

dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Misalnya, jika kalimat 

bahasa Inggris He is cold hearted, atau His heart is cold ('Ia tidak 

berperasaan, tidak mempunyai simpati') diterjemahkan secara harfiah 

ke dalam bahasa Mambila, Nigeria, kalimat itu akan diartikan Ia 

damai, tidak cepat marah, dan ke dalam bahasa. Cinyanja, Zambia Ia 

takut (Barnwell 1980:12). Dalam hal ini, makna figuratiflah yang 

menyebabkan perbedaan. 

Jika bahasa sumber dan bahasa sasaran bukan bahasa serumpun, 

BENTUK DAN MAKNA 11 

hampir tidak mungkin terdapat hubungan bentuk antara teks sumber 

dan hasil terjemahannya. 'lIap bahasa menggunakan bentuk yang ber­

beda, dan bentuk itu mempunyai makna primer dan makna sekunder, 

termasuk makna figuratif. Makna ganda inilah yang menambah 

kerumitan lebih lanjut. 

Jenis-jenis teIjemahan akan dibahas dalam bab 2, tetapi untuk 

memperIihatkan perbedaan bentuk antarbahasa, dibawah ini diberikan 

contoh-contoh terjemahan dari bahasa Quiche, Guatemala (data Fox 

1959: 174). 

Itu dikatakan bahwa menjadi satu orang pria tidak dari 

sini, tidak diketahui di mana -nya atau ia datang di mana. Satu 

hari ini hal ia berjalan dalam sebuah perkebunan atau di dalam 

mereka pesisir, ia melihat penampilannya satu kecil kalung, atau 

ia berpikir bahwa seuntai kecil kalung sangat cantik dilempar di 

atas tanah di jalan itu. Ia mengambil kalung ini ia melempar 

dalam mulutnya karena akibatnya bahwa datang satu orang lain 

ke belakangnya, karena -nya bahwa tidak ia menjumpai yang satu 

yang mengikuti inijalan di belakangnya, tidak ia tahu dan bahwa 

kalung itu ia lempar dalam mulutnya satu ular dan orang pria 

satu ini meninggal seketika karena tidak ia tahu penampilannya 

ular itu atau bahwa ia makan ini bukan ini seuntai kalung hanya 

mungkin ular ini. 

Sekarang bandingkan versi di atas dengan terjemahan yang sudah 

disesuaikan dengan gramatika bahasa Indonesia tetapi yang masih 

belum tampak wajar. 

Dikatakan bahwa dahulu ada seorang laki-Iaki (yang bukan 

dari sini, dan saya tidak tahu di mana kota asalnya), yang suatu 

hari [;edang berjalan di sebuah perkebunan (atau di pesisir). Ia 

melihat seuntai kalung kecil, atau apa yang disangkanya seuntai 

kalung yang sangat indah, tergeletak di jalan. Ia mengambil 

kalung itu dan memasukkan ke mulutnya karena ada seseorang 

yang datang mendekat, dan ia tidak ingin orang lain itu melihat 

kalung itu. Yah, ia tidak tahu bahwa kalung yang dia lem­

parkan ke dalam mulutnya adalah seek or ular. Orang itu 

meninggal dalam waktu singkat, karena ia tidak tahu bahwa itu 

ular. Ia tidak tahu bahwa ia telah memasukkan ke mulutnya 

bukan seuntai kalung, melainkan seek or ular. 

Dalam terjemahan pertama, tiap kata Quich~ digantikan dengan 

persamaan makna terdekat dalam bahasa Indonesia. Akibatnya tidak 

ada maknanya. Terjemahan kedua menggunakan bentuk leksikon dan 

gramatika yang wajar untuk mengungkapkan maknanya. Di bawah ini 

12 

cm-ita itu ditulis kembali dalam bentuk yang lebih idiomatis: 

Dahulu kala, seorang asing dari suatu kota sedang berjalan di 

sebuah perkebunan di sepanjang pantai. Tiba-tiba ia melihat 

seuntai kalung kecil yang sangat indah tergeletak di jalan. Diam­

bilnya kalung itu dan dimasukkannya ke dalam mulutnya, karena 

ada orang lain yang berjalan di belakangnya dan ia tidak ingin 

orang itu melihat kalung itu. Orang asing itu tidak tahu bahwa 

kalung itu adalah ular. Ia meninggal seketika. Ia meninggal 

karena ia tidak sadar bahwa kalung itu adalah seekor ular; ia 

tidak tahu bahwa ia memasukkan ular, dan bukan kalung, ke 

dalam mulutnya. 

Apa yang dapat dikatakan dalam suatu bahasa dapatjuga dikatakan 

dalam bahasa lain; jadi menerjemahkan adalah hal yang mungkin. 

Penerjemah harus mempertahankan makna,jika perlu bentuk bahasa 

sasaran harus diubah agar makna bahasa sumber tidak menyimpang. 

LATllIAN - Bentuk dan Makna 

A. Pasangan kalimat berikut ada yang berbeda bentuknya, dan ada 

yang berbeda maknanya. Apakah pengubahan utama meru­

pakan pengubahan bentuk ataukah pengubahan makna? 

Contoh: Mereka merampok orang tua itu. 

Orang tua itu dirampok oleh mereka. 

Jawab: Pengubahan bentuk. 

1. Murid-murid suka belajar semantik. 

Murid-murid suka mempelajari semantik. 

2. Saya membeli sepasang sepatu kuda. 

Saya membeli sepasang sepatu kulit. 

3. 1a melihat burung itu. 

1a mendengar kucing itu. 

4. Anton jalan kaki ke sana. 

Anton pergi berjalan-jalan. 

5. Pergilah tidur. 

Saya ingin kamu pergi tidur. 

6. Saya datang; saya lihat; saya menang. 

Saya datang, lihat, dan menang. 

BENTUK DAN MAKNA 13 

7. Dua minggu kemudian ia datang. 

Sesudah dua minggu ia datang. 

8. Ada meja di dalam buku itu. 

Ada buku di meja itu. 

9. Orang muda itu kecurian buku gramatika bahasa Yunaninya. 

Buku gramatika bahasa Yunani orang muda itu dicuri. 

10. Ia terbangun oleh bunyi halilintar. 

Bunyi halilintar membangunkannya. 

B. Buatlah sebanyak mungkin bentuk gramatikal yang mengan­

dung makna yang sarna seperti contoh yang diberikan di bawah 

ini. Kemudian terjemahkan ke dala,;m bahasa lain dengan 

sebanyak mungkin bentuk yang dapai Anda pikirkan. 

Contoh: Langkah 1 Ctulislah beberapa bentuk dengan makna yang 

sama): 

kucing itu hi tam 

kucing hitam itu 

kucing, yang hitam itu 

Langkah 2 Cterjemahkanlah ke dalam bahasa lain dengan 

pelbagai bentuk): 

the cat is black 

the black cat 

the cat, which is black 

1. kendi air 

2. Andi membeli mobil 

3. hari yang panas 

4. baju panjang warna biru milik ibu 

5. rumah Pardi 

C. Semua kalimat di bawah ini mempunyai bentuk gramatikal yang 

sarna, tetapi dengan adanya pengubahan unsur leksikal, maka 

makna yang ditandai oleh unsUl' leksikal itu juga berubah. ter­

lepas dari makna referensial kata itu sendiri. Makna apa yang 

14 

ditandai dalam tiap frase posesifberikut? Jawablah dengan men­

definisikannya. Bagaima,na makna itu dapat diungkapkan ke 

dalam bahasa lain yang Anda kuasai? 

Contoh: mobil orang itu - orang itu memiliki mobil itu. 

the man's car - the man OWllS the car 

mata orang itu - mata adalah bagian orang itu. 

the man's eye - the eye is part of the man 

1. tempat praktek dokter itu 

2. pasien dokter itu 

3. buku dokter itu 

4. kakak dokter itu 

5. tangan dokter itu 

6. rumah dokter itu 

D. (Disadur dari Barnwell 1983c:25-26.) Sebutkan apakah pasangan 

kalimatlfrase itu sarna ataukah berbeda maknanya. 

1. (a) Hari hujan sepanjang malam. 

(b) Hujan turun sepanjang malam. 

2. (a) Ada buku di atas meja. 

(b) Ada meja di dalam buku itu. 

3. (a) John sangat kaget ketika mendengar berita itu. 

(b) Berita itu sangat mengagetkan John ketika ia mende-

" J ngarnya. 

4. (a) Hari yang panas.,\ 

(b) Hari ini panas. 

5. (a)rumahPeter. 

(b) Rumah yang dimiliki Peter. 

6. (a) Ia diam saja. 

(b) Ia tidak mengatakan apa-apa. 

7. (a)Saya membeli kain untuk membuatkan Mary sebuah 

baju baru. 

(b)Saya membeli sebuah baju baru untuk Mary. 

BENTUK DAN MAKNA 15 

8. (a) Saya membeli sayuran di pasar. 

(b) Saya membeli tomat dan bawang di pasar. 

9. (a) Orang tua saya baik-baik saja. 

(b) Ayah dan ibu saya baik-baik saja. 

10. (a) John sakit; ia mendapat serangan sejenis malaria. 

(b) John benar-benar sangat sakit. 

11. (a) Ada empat ruangan di rumah ini. 'C •. ,f.'· 

(b) Rumah ini mempunyai empat ruangan dan sebuah 

dapur di belakang. 

12. (a) Dalam pandangan saya, pemerintah melaksanakan 

tugasnya dengan baik dan membuat banyak perbaikan 

dalam negara itu. Tetapi ada banyak orang yang tidak 

setuju dengan pendapat ini. 

(b) Pandangan tentang pemerintah terbagi dua. Ada yang 

mengatakan pemerintah melaksanakan tugasnya de­

ngan baik dan membuat banyak perbaikan di negara itu. 

Yang lainnya tidak setuju. 

Bab2 

Jenis-jenis Penerjemahan 

Harfiah versus idiomatis 

Setiap teb mempunyai bentuk dan makna. Oleh karena itu, pener­

jemahan dibagi menjadi dua jenis; yang satu berdasarkan bentuk dan 

yang lainnya berdasarkan makna. Penerjemahan yang berdasarkan 

bentuk berusaha mengikuti bentuk bahasa sumber, dan dikenal dengan 

sebutan peneIjemahan harfiah. Penerjemahan yang berdasarkan 

makna berusaha menyampaikan makna teks bahasa sumber dengan 

bentuk bahasa sasaran yang wajar. Penerjemahan semacam ini disebut 

penerjemahan idiomatis. 

Penerjemahan baris per baris (interlinear) merupakan penerjemahan 

harfiah mutlak. Untuk tujuan tertentu, memang diperlukan ciri-ciri 

linguistis teks sumber, misalnya, untuk studi linguistis bahasa itu. 

Penerjemahan harfiah ini bisa sangat berguna untuk studi bahasa 

sumber, tetapi tidak banyak membantu pembaca bahasa sasaran yang 

ingin mengetahui makna teks sumber. Penerjemahan harfiah tam­

paknya tidak mempunyai makna dan hampir tidak mempunyai nilai 

komunikasi, misalnya: 

Chuave, Papua Nugini: kan daro 

Terjemahan harfiah : namamu panggil! 

Terjemahan di atas ini tidak banyak menyampaikan makna, 

sebaliknya terjemahan yang tepat adalah Siapakah namamu? 

Jika kedua bahasa itu berasal dari satu rumpun, penerjemahan har­

fiah biasanya dapat dimengerti, karena mungkin bentuk gramatikal-

JENIS-JENIS PENERJEMAHAN 17 

nya senlpa. Meskipun demikian, pemilihan unsur Ieksikal membuat 

terjemahan itu kedengaran asing. 

Selain untuk penerjemahan baris per baris, penerjemahan harfiah 

mutlak bukanlah peneIjemahan yang umum. Penerjemah yang cen­

derung menerjemahkan secara harfiah sebenarnya membuat pener­

jemahan harfiah yang diSe8uaikan. Penerjemahan ini mengubah 

urutan dan gramatika bahasa somber agar menjadijelas dalam bahasa 

sasaran, tetapi unsur leksikalnya diteIjemahkan secara harfiah. Ka­

dang-kadang unsur leksikalnyajuga diubah untuk menghindari maIm a 

yang nihil atau untuk memperbaiki komunikasi, tetapi hasilnya masih 

belum kedengaran wajar. Perhatikan contoh dari sebuah bahasa di 

Papua Nugini: 

ro ahombo ngusifu pamariboyandi 

saya dia (perempuan)-oby. hati saya-mengikatnya (harfiah) 

Saya mengikatnya di hati saya. (harfiah yang disesuaikan) 

Penerjernahan harnah yang disesuaikan di atas menyesuaikan struk­

tur kalimat bahasa sumber dengan struktur kalimat bahasa Indonesia, 

tetapi kalirnat itu tetap belom menyarnpaikan makna yang jelas. 'fer­

jernahan idiomatisnya menggunakan bentuk, Saya tidak pernah 

melupakannya, atau Saya mengenangnya di hati saya. 

Penerjemahan harfiah yang disesuaikan mehgubah bentuk gra­

matikal jika konstruksinya mengharuskan. Akan tetapi, jika pener­

jemah mempunyai pilihan, ia akan mengikuti bentuk teks somber 

walaupun bentuk yang berbeda mungkin lebih wajar dalam bahasa 

sasaran. PeneIjemahan ini dan peneIjemahan harfiah sering salah 

karena pemilihan padanan katanya yang harfiah, artinya, unsur lek­

sikalnya yang diterjemahkan. PeneIjemahan harfiah dari kata, idiom, 

majas mengakibatkan penerjemahan itu menjadi tidak jelas, tidak 

wajar, dan bahkan tidak bermaIma. Dalam penerjemahan harfiah yang 

disesuaikan, penerjemah biasanya menyesuaikan peneIjemahan itu 

secukupnya untuk. menghindari maIma yang nihil dan salah,tetapi 

ketidakwajaran tetap ada. 

PeneIjemahan idiomatis rnenggunakan bentuk bahasa sasaran yang 

wajar, oaik konstruksi gramatikalnya maupun pemilihan unSU1' lek­

sikalnya. Penerjemahan idiomatis rnutlak tidak kedengaran sebagai 

hasil terjernahan, tetapi seperti ditulis asli dalam bahasa sasaran. Oleh 

karena itu, penerjemah yang baik akan rnencoba rnenerjernahkan 

secara idiomatis. Akan tetapi, penerjernahan seringrnenlpakan gabung­

an pengalihan harfiah satuan leksikal dan teIjernahan idiornatis 

makna teks itu. Tidaklah rnudah untuk membuat penerjemahan 

idiomatis secara konsisten. Seorang penerjemah mungkin mengungkap-

18 

kan sebagian teIjemahannya dalam bentuk yang sangat wajar dan di 

bagian lain kembali pada bentuk harfiah. Jenis-jenis peneIjemahan 

berkisar dari peneIjemahan yang sangat harfiah, menuju ke pener­

jemahan harfiah, harfiah yang disesuaikan, yang mendekati idiomatis, 

idiomatis, dan kadang-kadang bahkan sampai kepada penetjemahan 

yang terlalu bebas (lihat bagan 2.1). 

har. 

sangat yang campuran 

har. harfiah disesuaikan acak 

I I I I 

Bagan 2.1 

mendekati 

idiomatis 

idio- terlalu 

matis bebas 

I I 

SASARAN 

PENERJEMAH 

PeneIjemahan yang terlalu bebas biasanya jarang digunakan, atau 

tidak diterima untuk kebanyakan tujuan. Sebuah penetjemahan di­

sebut terlalu bebas, jika dalam peneIjemahan itu ditambahkan infor­

masi lain yang tidak ada dalam teke sumber itu, jika makna bahasa 

sufnber diubah, atau jika kenyataan latar historis dan budaya teke 

bahasa sumber diubah. Kadang-kadang peneIjemahan terlalu bebas 

dibuat untuk tujuan humor, atau untuk membangkitkan respons ter­

tentu dari pembacanya. Penekanannya ialah pada reaksi orang yang 

membaca atau mendengarnya, dan maknanya tidak perlu sama dengan 

makna bahasa sumber. 

Berikut ini diberikan contoh peneIjemahan dari teke bahasa Inggris 

kuno ke dalam bahasa Inggris modern. Teks asli itu berbunyi, I was glad 

when Stephanas, Fortunatus, and Achaicus arrived, because they have 

supplied what was lacking from you. For they refreshed my spirit and 

yours also. Such men deserve recognition. Teks ini diteIjemahkan 

sebagai, It sure is good to see Steve, Lucky and 'Big Bam'. They sorta 

make up for your not being here. They're big boost to both me and you all. 

Let's give them a big hand. Tujuan peneIjemahan ini adalah membuat 

teks kuno kelihatan modern, tetapi hasilnya menjadi peneIjemahan 

yang terlalu bebas. 

Sasaran peneIjemah ialah menghasilkan teks dalam bahasa sasaran 

yang menyampaikan amanat yang sarna seperti amanat teks sumber, 

dan menggunakan pemilihan gramatikal dan leksikal yang wajar dalam 

bahasa ib1. Dengan kata lain, sasarannya ialah peneIjemahan idio­

matis. Bab-bab berikut akan membahas rincian dalam menghasilkan 

penerjemahan semacam ini, tetapi prinsip dasarnya ialah pener-

JENIS-JENIS PENERJEMAHAN 19 

jemahan idiomatis yang menghasilkan makna bahasa sumber (yaitu 

makna yang dimaksudkan oleh komunikator asli) dalam bentuk wajar 

bahasa sasaran. 

Akan tetapi, dalam penerjemahan selalu ada bahaya interferensi dari 

bentuk bahasa swober. Studi kebanyakan penerjemahan menunjukkan 

bahwa untuk menerjemahkan secara idiomatis, seorang penerjemah 

harus membuat banyak penyesuaian bentuk. Di bawah ini diberikan 

contoh bermacam-macam penyesuaian sebagai bukti perlunya studi 

yang lebih rinci yang diberikan dalam bab-bab berikut: 

Menerjem~kan ciri-ciri gramatikal 

Kelas kata merupakan ciri khas setiap bahasa, artinya, tiap bahasa 

mempunyai pembagian leksikonnya sendiri ke dalam kelas seperti 

nomina, verba, adjektiva. Tiap bahasa mempunyai kelas dan subkelas 

yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penerjemah tidak selalu dapat 

menerjemahkan nomina bahasa sumber dengan nomina bahasa 

sasaran. Banyak bahasa yang mengungkapkan perbuatan dengan verba 

dan bukan dengan nomina, tetapi bahasa-bahasa Indo-Eropa, misalnya, 

mempunyai banyak nomina yang benar-benar merujuk ke perbuatan. 

Seorang penerjemah di Papua Nugini (dari Deibler dan Taylor 

1977:1060) diminta oleh seorang petugas patroli untuk menerjemahkan 

Delapan Pokok Rencana Perbaikan untuk Papua Nugini (Papua Nugini: 

Kantor Perencanaan Pusat 1973). Salah satu Pokok itu, yang bahasa 

swobernya bahasa Inggris, berbunyi, Decentralization of economic ac­

tivity, planning and government spending, with emphasis on agricul­

tural development, village industry, better internal trade, and more 

spending channeled through local and area bodies. Sulit bagi pener­

jemah untuk mengalihkan kalimat semacam ini ke dalam bahasa 

daerah di Papua Nugini, karena kata seperti decentralization, activity, 

planning, government spending, emphasis, development, dan trade 

biasanya harus diterjemahkan dengan verba. Jika digunakan verba, 

maka subyek dan obyek verba itu mungkin harus dibuat eksplisit. 

Bentuk bahasa Inggris ini sangat berbeda dengan bentuk bahasa Papua 

Nugini, tetapi penyesuaian semacam ini harus dilakukan untuk 

menyampaikan amanat itu secara tepat. Penerjemahan idiomatis yang 

menggunakan verba adalah sebagai berikut: 

The government wants to decrease the work it does for businesses 

and what it plans and the money it spends in the capital, and wants 

to increase what people and groups in local areas do to help farmers 

and small businesses whose owners live in villages, and help people 

in this country buy and sell things made in this country, and to 

help local groups spend the government's money. 

20 

Kebanyakan bahasa mempunyai kelas kata yang disebut pronomina, 

dan sistem pronominal dalam tiap bahasa berbeda-beda. PeneIjemah 

harus menggunakan bentuk pronomina bahasa sasaran, walaupun 

maknanya mungkin sangat berbeda dengan makna pronomina bahasa 

sumber. Misalnya, untuk meneIjemahkan ke dalam bahasa Kiowa, 

Amerika Serikat, pronominanya harus menunjukkan perbedaan antara 

persona tunggal, dualis, dan plural, walaupun bahasa sumber tidak 

membuat perbedaan ini. Atau, jika meneIjemahkan ke dalam bahasa 

Bali (SwellengrebeI1963:158), peneIjemah harus membedakan bahasa 

tingkat hormat, walaupun dalam bahasa sumber tidak ada perbedaan 

serupa. PeneIjemah harus mengerti kebudayaan Bali dan konteks 

budaya teks yang diteIjemahkannya untuk dapat memilih bentuk yang 

sesuai. 

Dalam bah as a Indonesia, pronomina persona pertama jamak 

kita I kami sering digunakan untuk makna persona kedua kamu I kalian. 

Alasan penggunaan kita ialah untuk menunjukkan rasa empati dan 

pengertian. Perawat mengatakan kepada anak yang sakit, Sekarang 

sudah waktunya kita minum obat. Atau guru mengatakan, Kita tidak 

boleh berteriak, kita harus berjalan perlahan-lahan ke tempat kila. 

Jelas pronomina itu tidak merujuk ke perawat atau guru itu, tetapi ke 

anak-anak yang disapanya, kamulkalian. Dalam meneIjemahkan 

pronomina ini ke dalam bahasa lain, penerjemahan harfiah dengan 

persona pertama jamak mungkin mengubah makna teks sumber. 

PeneIjemah harus mencari cara wajar untuk menyampaikan makna 

persona kedua, sekaligus perasaan empati yang terkandung dalam 

kalimat bahasa sumber. 

Konstruksi gramatikal juga bervariasi antara bahasa sumber dan 

bahasa sasaran; susunan katanya, misalnya, mungkin terbalik sarna 

sekali. Berikut ini diberikan kalimat sederhana dari bahasa Gahuku, 

Papua Nugini, dengan penerjemahan harfiah morfem per morfem di 

bawahnya (data dari Deibler): 

muli mako al-it-ove loko taoni-loka v-it-ove 

lemon beberapa ambil-akan-saya mengatakan kota-ke pergi-akan-saya 

Segera terlihat bahwa untuk mendapatkan terjemahan yang agaL 

dapat dimengerli diperlukan urutan yang terbalik sarna sekali: Saya 

akan pergi ke kota dengan mengatakan "Saya akan mengambillemon". 

PeneIjemahan yang lebih idiomatis akan berbunyi: Saya akan pergi ke 

kota untuk membeli lemon. Untuk mendapatkan bentuk yang wajar, 

susunan katanya harus diubah sarna sekali dan disesuaikan dengan 

pola gramatikal bahasa Indonesia. Selain itu, kutipan langsung yang 

menandai tujuan dalam bahasa Gahuku harus diubah ke dalarn bentuk 

kIausa tujuan. 

JENIS-JENIS PENERJEMAHAN 21 

Kadang-kadang konstruksi pasif harus diterjemahkan dengan 

konstruksi aktif, atau sebaliknya, tergantung pada bentuk wajar bahasa 

sasarannya. Dalam bahasa Jepang (Wallace 1977: 1-2), ada bentuk pasif 

dengan su.fiks -(r)are-. Perhatikan kedua kalimat di bawah ini: 

Aktif: Sensei wa Thro 

Guru topik Taro 

Guru memarahi T:lro. 

Pasif: Thro wa sensei 

Taro topik guru. 

Taro dimarahi guru. 

o sikatta. 

akusatif memarahi-lampau. 

ni 

datif 

sikarareta. 

memarahi-pasif-Iampau. 

Walaupun contoh di atas menunjukkan adanya dua bentuk (aktif dan 

pasif), ini tidak berarti bahwa penerjemahan ke dalam bahasa Jepang 

dapat menggunakan bentuk yang mana saja. Dalam bahasa Jepang, ka­

limat pasif digunakan terutama jika "subyek itu digambarkan sebagai 

penderita" (Wallace 1972:2). Dalam bahasa Jepang kuno, ini merupakan 

satu-satunya penggunaan verba pasif dengan -(r)are-. Banyak kalimat 

pasif bahasa sumber tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa 

Jepang dengan kalimat pasif, karena itu akan memberikan kesan 

bahwa subyeknya sebagai penderita. Pilihan gramatikal dalam pener­

jemahan harus didasarkan pada fungsi konstruksi gramatikal dalam 

bahasa sasaran, bukan pada penerjemahan harfiah dari bentuk bahasa 

sumber. 

Contoh di atas hanyalah untuk menunjukkan beberapa macam 

penyesuaian gramatikal yang harus dilakukan untuk mendapatkan 

penerjemahan idiomatis. Jarang ada teks yang dapat diterjemahkan 

dengan bentuk yang sarna seperti dalam bahasa sumber. 'I'entu saja 

kadang-kadang ada yang kebetulan selaras, tetapi penerjemah harus 

menerjemahkan maknanya dan tidak menghiraukan apakah ben­

tuknya sarna atau tidak. 

Menerjemahkan ciri-ciri leksikal 

Tiap bahasa mempunyai cara idiomatisnya sendiri untuk meng­

ungkapkan makna melalui unsur leksikal (kata, frase); tiap bahasa 

mempunyai banyak idiom, makna sekunder, metafora, dan makna 

figuratif yang lain. Perhatikan cara merujuk kata demam dalam baha­

sa-bahasa berikut! Hanya penerjemahan harfiahnya yang diberikan 

agar tiap bentuk bahasa sumber dapat dibandingkan. 

22 

Yunani : Demam itu meninggalkannya. 

Aguaruna: Ia mendingin. 

llocano : Demam itu tidak ada lagi padanya. 

Terjemahan bahasa Indonesia untuk. ketiganya adalah: Demamnya 

sudah hilang, atau Suhu badannya sudah kembali normal. 

Semua bahasa mempunyai idiom, yaitu untaian kata yang maknanya 

berbeda dari makna yang disampaikan oleh kata-kata tersendiri. 

Dalam bahasa Indonesia, orang yangpanjang tangan adalah orang yang 

suka mencuri. Makna itu tidak ada hubungannya denganpanjang atau 

tangan. Berikut ini adalah idiom dalam bahasa Inggris yang meng­

gunakan into dan in: run into debt, rush into print, step into a practice, 

fly into a passion, spring into notice, jump into a fight, dive into a book, 

wade into adversity, break into society, stumble into acquaintance, glide 

into intimacy, fall in love. Contoh- contoh dalam bahasa Indonesia ialah 

otak udang, cuci mata, banting tulang, makan hati, kaki tangan, buah 

mulut. Walaupun kombinasi semacam ini tidak mengikuti aturan ter­

tentu, orang tidak dapat mengatakan: break into debt, fall into print, 

wade into practice; otak tulang, banting udang. Kombinasi itu sudah 

tertentu, karena maknanya terletak pada kombinasi itu sendiri. Mener­

jemahkan idiom kata per kata ke dalam bahasa lain tidak akan mem­

berikan makna sama sekali. Bentuknya tidak bisa dipertahankan, oleh 

karena itu penerjemah harus menggunakan kata atau frase bahasa 

sasaran yang mempunyai makna yang sarna. • 

Idiom berikut ini terdapat dalam bahasa Apinaye, Brasilia (Ham 

1965:2). Kolom pertama merupakan penerjemahan harfiah dari bahasa Apinay~, dan kolom kedua penerjemahan idiomatis. 

HARFIAB 

Saya tidak mempunyai 

mata padamu., 

Saya telah mengubur 

mataku. 

Saya akan menarik kelopak 

matamu. 

Mataku sulit padamu. 

Saya akanmelakukannya 

dengan kepala saya. 

Telinganya busuk.. 

IDIOMATIS 

Saya tidak ingat padamu. 

Saya telah siap untuk. pergi. 

Saya ingin minta bantuanmu. 

Saya ingat padamu. 

Saya akan melakukannya dengan 

cara yang saya anggap pantas. 

Ia manja. 

JENIS-JENIS PENERJEMAlfAN 23 

Majas meru.pakan tantangan bagi peneIjemah yang ingin membuat 

penerjemahan idiomatis. PeneIjemahan harfiah dari bahasa Inggris 

blind as a bat 'buta seperti kelelawar', kedengaran aneh sekali dalam 

bahasa yang perbandingaTl antara orang buta dengan kelelawar tidak 

pernah digunakan sebagai majas. Dalam bahaea Aguaruna lebih wajar 

menggunakan buta seperti serigala, karena ada legenda ten tang 

matahari yang meminjam mata eerigala dan kemudian kembali ke 

surga dengan membawa mata serigala yang bagus, sehingga tinggallah 

serigala dengan mata yang jelek dari matahari. Itulah sebabnya meng­

apa orang Aguaruna mengatakan, jika serigala ingin melihat, ia 

menelentangkan kepalanya ke belakang dan melihat dengan 

kerongkongannya. Majas sering berdasarkan cerita atau kejadian his­

torie, tetapi biasanya asal majas sudah tidak jelas. 

Kebanyakan bahasa menggunakan nama binatang secara metaforis, 

tetapi perbandingannya untuk tiap bahasa sering berbeda. Oleh karena 

itu, majas suatu bahasa bisa disalahartikan jika tidak dibuat 

penyesuaian tertentu. Misalnya, jika seseorang dikatakan babi, dalam 

bahasa Indonesia, artinya orang itu kotor dan rakus. Akan tetapi dalam 

bahasa-bahasa di Meksiko, misalnya, dalam bahasa Mixteco, artinya 

orang itu bodoh; dalam bahasa Tzeltal, orang itu tidur di tanah; dalam 

bahasa Aztec, orang itu mabuk; dan dalam bahasa Otomf, orang itu 

tidak bermoral. Jadi untuk menerjemahkan kata babi yang metaforis, 

penerjemah perIu berhati-hati agar tidak menghasilkan makna yang 

salah. 

Dalam beberapa bahasa, kata tertentu hanya dapat diungkapkan 

dengan kutipan langsung dan verba berkata. Misalnya, bahasa Waiwai, 

Guyana, tidak mempunyai kata yang khusas untuk berjanji, memuji, 

menyangkal, dan kata-kata seru.pa lainnya. Kata-kata ini harus diter­

jemahkan dengan kata berkata disertai sebuah kutipan langsung (Haw­

kins 1962:164): 

INDONESIA 

Kamu berjanji untuk 

datang. 

Ia memuji sampan itu. 

Ia menyangkal bahwa la 

mengambilnya. 

WAIWAI 

"Saya pasti akan datang, n 

katamu. 

"Sampan yang indah sekali, n 

katanya. 

"Saya tidak mengambilnya, n 

katanya. 

Dalam bahasa Aguaruna satu-satunya cara untuk mengungkapkan 

kata percaya ialah dengan kutipan langsung: 

24 

Indonesia: Saya percaya padamu. 

Aguaruna: "Benar," kataku kepadamu. 

Kombinasi leksikal tertentu dari bahasa sumber bisa ambigu; 

maknanya tidakjelas, misalnya, It's too hot to eat dalam bahasa Inggris 

dapat berarli: 'Makanan itu terlalu panas untuk dimakan'; 'Cuaca 

terlalu panas sehingga kita tidak bernafsu makan'; 'Kuda itu merasa 

panas sesudah berpacu dan tidak ingin makan'. Sulit sekali mener­

jemahkan kalimat ini ke dalam bahasa lain dengan tetap memper­

tahankan ketiga makna ini. Dalam proses membuat teIjemahan 

idiomatis, ambiguitas semacam ini harus dipecahkan dan hanya makna 

yang dimakeud yang disampaikan. 

Kesi.mpulan 

PeneIjemahan adalah proses yang rumit, tetapi peneIjemah yang 

mahir akan menemukan cara untuk mengungkapkan makna yang 

dimaksud, walaupun bentuk baru itu mungkin sangat berbeda dengan 

bentuk bahaaa sumber. Dahulu orang-orang seperti Cicero dan Horace 

bersikeras bahwa orang harus meneIjemahkan makna umum dan 

dinamika bahasa itu. Penerjemahan harfiah ditertawakan dan 

diremehkan. Horace mengatakan bahwa peneIjemah yang tepat tidak 

meneIjemahkan kata per kata, dan Jerome menyebutkan dua syarat 

untuk mendapatkan terjemahan yang book, yaitu pengertian yang 

memadOO tentang bahasa sumber dan penguasaan yang memadai ten­

tang bahasa sasaran. 

Akan tetapi, dengan adanya struktur bahasa yang rumit, bagaimana 

seorang peneIjemah berani berharap untuk menghasilkan pener­

jemahan yang memadai? PeneIjemahan harfiah dapat dihindari 

melalui analisis bahasa sumber secara cermat; pertama-tama mengerti 

dengan jelas amanat yang akan dikomunikasikan. PeneIjemah yang 

menghabiskan waktu untuk mempelajari teke bahasa sumber secara 

telit!, untuk menulis analisis semantisnya, dan kemudian mencari cara 

yang sarna untuk mengungkapkan amanat yang sarna ini secara wajar 

ke dalam bahasa sasaran, akan bisa menghasilkan terjemahan yang 

memadai dan kadang-kadang bahkan mengagumkan. Sasarannya ialah 

menghindari peneIjemahan harfiah dan harus berusaha mendapatkan 

teIjemahan yang benar-benar idiomatis. Ia akan tahu bahwa ia berhasil 

jika pembaca bahasa sasaran sarna sekali tidak mengenal karyanya 

sebagai teIjemahan, melainkan sebagai teke yang ditulis dalam bahasa 

sasaran untuk. informasi dan hiburan. 

JENIS-JENIS PENERJEMAHAN 25 

LATllIAN - Jenis-Jenis Penerjemahan 

A. Dalam tiap pasangan kalimat berikut, mana yang lebih idiomatis, 

a atau b? Bagaimana makna itu diungkapkan secara idiomatis 

dalam bahasa kedua yang Anda kuasai? 

1. (a) Penjaga toko itu berkata bahwa kami akan menggan­

tikan uangmu. 

(b) Penjaga toko itu berjanji akan mengembalikan uang 

kami. 

2. (a) Seorang anak mengutarakan cerita pendek itu pada 

Bays di pesta. 

(b) Ia seorang anak. Ia menceritakan cerita pendek itu. Ini 

adalah dalam permainan ia berkata. 

3. (a) Alfabet Internasional pasti akan membawa akibat 

perubahan ejaanjuga. Betapa banyak anak yang sudah 

mengalami kesulitan mengeja! 

(b) Alfabet Internasional pasti akan berakibat perubahan 

ejaan juga. Dan berapa banyak tangisan yang sudah 

dialami anak- anak tentang ejaan itu! 

4. (a) Kemudian ia melaporkan nasib buruknya kepada polisi, 

yang mencari pencuri itu dengan tekun. 

(b) Kemudian kesialannya dilaporkan kepada polisi, yang 

adalah pencuri itu mencari dengan saksama. 

B. Carilah bentuk harfiah terjemahan bahasa Inggris berikut dan 

garis bawahilah kata atau £rase yang tidak kedengaran ~ajar. 

Sebutkanlah cara yang lebih idiomatis untuk mengungkapkan­

nya dalam bahasa Inggris. (Semua contoh ini dari bahan ter­

jeJDahan yang diterbitkan. Referensinya tidak diberikan untuk 

~memalukan penerjemahnya.) 

1. We offers as attractions horse trip or car by fields and forests. 

(Brosur turis) 

2. 1b move the cabin push button of wishing floor. If cabin 

should enter more persons, each one should press number of 

wishing floor. (Petunjuk di elevatorllift) 

3. The archeological matters In Egypt indicated that the prin­

cesses in those days had used natural cosmetic to polish their 

beauty. (surat kabar) 

26 

4. Since 1976, the women hasjoined the popular army, and has 

been permitted to join the armed forces and to acquire an 

equal military rank. Other laws have extended the mother's 

have before and after delivery, and granted the mother an 

additional two-year leave to take care of her child under four 

years of age. (Surat kabar) 

5. A hold-up (perampokan) took place of a motorcycle rider at 

Kampung early yesterday morning. (Surat kabar) 

6. When you feel cold, because of the climate, or you feel some­

thing had in your bones, please rub Param Kocok Super 

Kecil. Shake well the solution before use. (Petunjuk 

pemakaian obat) 

7. Guatemala City is always full of surprises. It has a delicious 

climate, for reasons of its altitude - 1500 meters - but not so 

high as to affect people from low-lying areas. (Majalah di 

kapal terbang) 

8. Villagers spend most of their energies in producing corn and 

beans for their families. Those are the principle products, 

including coffee, greens and fruit. (Majalah di kapal terbang) 

C. Kalimat-kalimat di bawah ini ditulis oleh orang Sudan yang 

belurn mahir berbicara bahasa Inggris. Bentuk yang digunakan 

menunjukkan contoh struktur bahasa ibu mereka yang dialihkan 

ke dalam bahasa Inggris. Informasi yang sarna diberikan dalam 

kurung dalam bahasa Inggris idiomatis. Perubahan apa yang 

dibuat dalam mengoreksi bahasa Inggris? Perubahan ini menun­

jukkan perbedaan antara bahasa Sudan dan bahasa Inggris. 

1. Sir, the problems of before don't forget. 

(Sir, please don't forget the problems we discussed before.) 

2. If there is any means, send me a letter to Riwoto. 

(If there is any way to do so, send a letter to me at Riwoto.) 

3. I will think you time to time day and day. 

(I will be thinking about you often everyday.) 

4. I am very grateful to inform you with this letter. 

(I am very happy to be able to send / write you this letter.) 

5. 1 am a man who has been to Juba for 15 years. 

(I have now lived in Juba for 15 years.) 

Bab3 

Struktur Semantis Bahasa 

Struktur batin dan struktur lahir 

Cara lain untuk melihat bentuk dan makna ialah dengan 

memikirkannya sebagai struktur lahir dan struktur batin. Salah 

satu asumsi buku ini ialah bahwa dalam tiap bahasa ada perbedaan 

antara struktur batin bahasa (semantis) dan struktur lahir bah'asa 

(gramatikal, leksikal, fonologis). Analisis struktur lahir bahasa tidak 

, .... ~mbantu kita mengetahui informasi yang perIu diketahui tentang 

bahasa untuk tujuan peneIjemahan. Maknalah yang berperan sebagai 

dasar peneIjemahan ke dalam bahasa lain. 

Asumsi dasar yang kedua ialah bahwa maIma sudah tersusun rapi. 

MaIma bukanlah bidang yang tidak dapat dicapai, melainkan meru­

pakan bidang yang dapat dianalisis dan diwakilkan dengan cara yang 

berguna untuk para peneIjemah. MaIma tidak tersusun dengan cara 

yang sama seperti urutan struktur lahir, tetapi merupakan jaringan 

satuan semantis dan hubungan antarsatuan ini. Satuan dan hubungan 

ini dapat diwakilkan dengan pelbagai cara. Persetujuan yang akan 

dipakai di dalam buku ini dipilih untuk alasan praktis; tujuan buku ini 

bukan untuk membantah teori linguistis tetapi untuk menyajikan 

sarana yang akan membantu peneIjemah. Namun, perIu diingat bahwa 

prosedur ini didasarkan atas kedua aSUlDsi di atas. 

Dibandingkan dengan struktur gramatikal, struktur semantis lebih 

mendekati universal, artinya,jenis satuan, ciri, dan hubungannya pada 

dasarnya sama untuk semua bahasa. Misalnya, semua bahasa mem­

punyai komponen maIma yang dapat dikelompokkan menjadi BENDA, 

KEJADIAN, ATRIBUT, atau RELASI (HUBUNGAN), tetapi tidak 

semua bahasa mempunyai kelas gramatikal struktur lahir yang sarna. 

Ada bahasa yang mempunyai konjungsi, ada yang tidak; ada yang 

28 

mempunyai frase preposisi dan ada yang tidak. Kelas kata tiap bahasa 

berbeda-heda. Semua kelas semantis di atas terdapat dalam semua 

bahasa: setiap konsep dalam semua bahasa merujuk. ke BENDA, 

KEJADIAN, ATRIBUT, atau RELASI. 

Proposisi semantis terdapat dalam semua bahasa. Proposisi ini 

terdiri dari konsep-koDsep (pengelompokan komponen makna) yang 

berhubungan satu sarna lain, dengan satu BENDA, KEJADIAN, atau 

ATRIBUT sebagai konsep inti. Ada banyak cara yang dapat digunakan 

untuk. mewakili proposisi, misaInya: 

kODsep (AMIR, MEMUKUL, dan BOLA), dan 

peran yang terdiri dari: 

pelaku, (yang melakukan perhuatan), dan 

penderita (yang menjadi akibat perbuatan) 

dapat dinyatakan dengan: 

pelaku, AMIR, MEMUKUL penderita, BOLA 

atau 

AMIR. .. pelaku ... MEMUKUL ... penderita ... BOLA 

Urutannya tidak menjadi masaIah, karena maknanya tidak herubah 

jika urutannya sebagai berikut: 

BOLA ... penderita ... MEMUKUL ... pelaku ... AMIR 

Ada hanyak persetujuan yang dapat digunakan. Cara lain ialah 

dengan membuat rumus sebagai berikut: 

pelaku: AMIR aktivita8: MEMUKUL penderita: BOLA 

Untuk kesederhanaan penyajian, hahaaa Indonesia mengungkapkan 

proposisi ini dengan bentuk struktur Iahir Amir memukul bola. Per­

hatikan keempat proposisi berikut yang mempunyai hubungan waktu 

berurutan satu sarna lain. 

STRUKTUR BATIN 

Amir bertemu dengan Budi di sudut itu. 

Amir dan Budi berbincang-bincang. 

Budi pergi. 

Amirpergi. 

Keempat proposisi ini dapat diungkapkan dalam hahasa manapun 

dengan struktur Iahir hahasa itu. Dalam hahasa Indonesia dapat 

digunakan sejumlah struktur Iahir sebagai berikut: 

STRUKTUR SEMANTIS BAHASA 29 

STRUKTUR LAlllR 

1. Amir bertemu dengan Budi di sudut itu. Mereka berbincang­

bincang. Budi pergi. Kemudian Amir pergi juga. 

2. Amir bertemu dengan Budi di sudut itu dan mereka berbin­

cang -bincang. Kemudian Budi pergi, dan begitu juga Amir. 

3. Amir bertemu dengan Budi di sudut itu. Sesudah mereka 

berbincang-bincang, Budi pergi dan kemudian Amir pergi. 

4. Amirdan Budi bertemudisudutitu untuk berbincang-bincang. 

Sesudah selesai berbincang-bincang, Budi pergi dahulu dan 

kemudian Amir pergi juga. 

Dalam struktur semantis, satu-satunya urutan ialah kronologis, 

tetapi urutan kronologis ini tidak selalu selaras dengan urutan kata­

kata dalam struktur gramatikal dan bahkan Bering berbeda atau 

menyimpang. Proposisi-proposisi di atas dapat juga diungkapkan de­

ngan bentuk berikut: 

5. Amir pergi belakangan, sesudah ia dan Budi bertemu di 

sudut itu, berbincang-bincang, dan Budi pergi. 

Kelima kalimat di atas dapat dianggap sebagai bentuk struktur lahir 

yang benar untuk mewakili keempat proposisi itu. (Perlu diketahui 

bahwa keterangan ini merupakan penyederhanaan masalah untuk 

mengerti maksud perbedaan antara struktur batin dan struktur lahir.) 

Penulisan kembali suatu hal yang sama dalam bahasa yang sama 

tetapi dengan cara yang berbeda disebut parafrase. Parafrase tidak 

boleh mengubah makna amanat asal, dan hanlB menggunakan bentuk 

wajar bahasa itu. 

Satuan semantis 

Leksikon struktur lahir suatu bahasa dibagi menurut distribusi 

dalam gramatika. Klasifikasi dan jumlah kelas kata tergantung pada 

distribusi yang dimiliki kata itu sebagai subyek, predikat, obyek, dU. 

dalam kalimat itu. Misalnya, jika dikatakan Pekerjaan itu sulit, kata 

pekerjaan dimasukkan dalam kelas nomina, karena kata itu digunakan 

sebagai subyek sebuah konstruksi gramatikal. Akan tetapi, pekerjaan 

merupakan sesuatu yang dilakukan oleh orang; kata itu adalah 

KEJADIAN yang merupakan perbuatan. Jadi, dalam hal ini, ada 

penyimpangan an tara kelas semantis dan kelas gramatikal. 

Kalimat bahasa Inggris The dog treed the cat secara gramatikal 

merupakan kalimat SPO (subyek., predikat, obyek) sehubungan dengan 

30 

urutan satuan gramatikalnya, tetapi struktur semantis kaIimatnya 

jauh lebih nmrit. Terjemahan ke dalam bahasa lain mungkin tidak bisa 

hanya berupa satu kaIimat yang terdiri dari satu klausa sederhana saja. 

Alasannya ialah bahwa verba treed merupakan contoh penyimpangan 

antara gramatika dan semantik. 'Iree, yang merupakan BENDA, 

digunakan sebagai verba. KEJADIANnya ialah menyebabkan naik ke 

atas pohon. Malma kalimat ini adalah Anjing itu menyebabkan kucing 

itu naik ke atas pohon atauAnjing itu mengejar kucing itu, karenanya, 

kucing itu naik ke atas pohon. Gramatika bahasa menggunakan banyak 

alternatifuntuk mengungkapkan struktur semantisnya. Teks ini akan 

membahas macam-macam penyimpangan yang harus diawasi oleh 

penerjemah pada waktu menerjemahkan. 

Satuan terkecil dalam struktur semantis ialah komponen makna, 

yang mengelompok untuk membentuk konsep. (Istilah-istilah ini akan 

dibahas lebih rinei di dalam bab 6.) Secara semantis komponen malma 

dan konsep dibagi menjadi empat kelompok utama, yaitu BENDA, 

KEJADIAN, ATRIBUT, dan RELASI. BENDA mencakup semua 

makhluk bernyawa (baik dalam dunia nyata maupun dalam dunia gaib, 

misalnya anak, roh, malaikat); dan semua satuan tidak bernyawa, 

misalnya batu, galaksi, darah. KEJADIAN mencakup semua per­

buatan, perubahan keadaan (proses), dan pengalaman, misalnya: 

makan, minum, lari, pikir, teriak. ATRIBUT mencakup semua sifat 

kualitas dan kuantitas yang dianggap berasal dari BENDA atau 

KEJADIAN, miaalnya: panjang, tebal, empuk, kasar, dengan perlahan­

lahan, tiba-tiba, sedikit, semua. Dan yang terakhir, RELASI mencakup 

semua hubungan antara dua buah satuan seman tis di atas; misalnya 

dengan, oleh, karena, sejak, dan, karena itu, sesudah, atau. 

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa dalam bahasa Indonesia 

hanya nomina yang dipakai untuk melukiskan BENDA, hanya verba 

yang melukiskan KEJADIAN, hanya pewatas (modifier) yang melukis­

kan ATRIBUT, dan hanya preposisi dan konjungsi yang melukiskan 

RELASI. Dengan kata lain, dalam semua contoh di atas, ada korelasi 

satu lawan satu antara struktur semantis dan gramatikal; tidak ada 

"penyimpangan" . 

Dalam bahasa Inggris, boy, yang termasuk BENDA, merupakan satu 

unsur leksikal, tetapi terdiri dari beberapa komponen makna, yaitu 

INSAN, MASKULIN, dan MUDA. (INSAN termasuk kelas semantis 

BENDA, sedangkan MASKULIN dan MUDA termasuk kelas 

ATRIBUT.) Adajuga bahasa yang mempunyai satu unsur leksikal yang 

mencakup ketiga komponen maim a ini, tetapi ada juga bahasa yang 

tidak, misalnya bahasa Indonesia, kata laki-laki mencakup MASKULIN 

dan INSAN saja. Jika di depan kata laki-laki ditambah dengan kata 

STRUKTUR SEMANTIS BAHASA 31 

anak, maka kata anak laki-laki sama dengan boy. Bahasa Ndogo, 

Sudan, mempunyai kata dako yang mencakup kom~onen makna MAS­

KULIN dan INSAN. Kata vi berarli MUDA, karena itu vi dako akan 

sarna dengan kata boy. Dalam bahasa Chinantec, Meksiko, tiap korn­

ponen makna untuk kata boy merupakan kata yang terpisah, yaitu 

jiuung dsea nu'. Ketiga kata ini berarti MUDA (ANAK), INSAN, dan 

MASKULIN. Setiap bahasa mernpunyai cara yang berbeda untuk meng­

atur komponen maknanya ke dalam kata dan frase. 

Pada umumnya nomina dan pronomina dari gramatika merujuk ke 

BENDAdaiam struktur semantis; verba dari gramatika ke KEJADIAN, 

dsb. Andaikata tidak ada penyimpangan, hubungannya adalah sebagai 

berikut: 

BENDA ........... nomina, pronomina 

KEJADIAN ..... verba 

ATRIBUT ......... adjektiva, adverbia 

RELASI.. .......... konjungsi, preposisi, parlikel, enklitik, dll. 

Dalam kalimat sederhana sepertiAmirmemanggilNani,AMIRdan 

NANI termasuk dalam kelas semantis BENDA dan merupakan nomina 

dalam kalimat ini. MEMANGGIL, secara. semantis, adalah KEJADIAN, 

dan secara gramatikal, verba. Struktur kalimat ini menunjukkan 

bahwa Amir, pelakunya, adalah subyek; dan Nani, penderitanya, 

adalah obyek. Di sini tidak ada penyimpangan antara struktur lahir 

dan struktur batin (dengan anggapan bahwa dalarn bentuk yang tidak 

menyimpang, pelakunya adalah subyek, dan penderitanyu adalah 

obyek). 

Akan tetapi, dalam struktur lahir bahasa ada banyak penyimpangan, 

misalnya, dalarn kalirnat Saya mendengrtr panggilan Amir. Panggilan 

merupakan nomina dalam struktur lahir, tetapi dalam kalimat ini, kata 

itu mewakili KEJADIAN semantis memanggil. Secara sernantis, ada 

dua KEJADIAN dan dua PROPOSISI yang diwakilkan dalam bentuk 

lahir Saya mendengar panggilan Amir. Proposisi pertama ialah Amir 

mema nggil , dan yang kedua Saya mendengar. Kedua proposisi ini 

dapat diwakili dengan Amir memanggil saya dan saya mendengarnya. 

Di sini tidak ada penyirnpangan. Akan tetapi, jika orang mengatakan 

Saya mendengar ketika Amir memanggil, yang berarti kedua proposisi 

ini diungkapkan dalam satu klausa, alih-alih dua klausa, maka di sini 

terdapat penyimpangan. Menemukan struktur semantis berarli juga 

menghilangkan penyimpangan an tara kelas semantis dan kelas 

gramatikal. 

32 

Hierarki semantis 

Dalam struktur lahir, setiap satuan dikelompokkan ke dalam satuan 

yang lebih besar dalam hierarki struktur gramatikal. Morfem (akar 

kata dan afiks) bersatu membentuk kata, kata bersatu membentuk 

frase, frase bersatu membentuk klausa, klausa membentuk kalimat, 

kalimat membentuk paragraf, paragraf membentuk pelbagai jenis 

satuan wac ana dan ini bersatu membentuk. teks (seperti cerita, surat, 

khotbah). 

Walaupun struktur semantis lebih merupakan jaringan konfigurasi, 

masing-masing tnerupakan bagian dari konfigurasi yang lebih besar. 

Untuk tujuan praktis buku ini, kita akan melihat struktur semantis 

secara hierarkijuga. Satuan terkecil ialahkomponen makna. Komponen 

makna bersatu dalam konsep, konsep dalam proposisi, proposisi dalam 

gugus proposisi, gugus proposisi dalam paragraf semantis, paragraf 

semantis dalam episode, episode dalam gugus episode. Satuan ini ber­

satumembentuksatuan wacanayang lebih besar. Jadi struktur seman­

tis adalah salah satu pengelompokan yang lebih kecil, yang bersatu 

membentuk pengelompokan yang lebih besar. Apabila· tidak ada 

penyimpangan antara konfigurasi semantis dan struktur gramatikal, 

maka hubungannya adalah sebagai berikut: 

STRUKTUR SEMANTIS STRUKTUR GRAMATIKAL 

komponen maIma ................ morfem (akar dan afiks) 

konsep ......................... kata 

konsep kompleks (gugus konsep) .... £rase 

proposisi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Ida usa 

gugus proposisi. ................. kalimat 

paragraf semantis ................ paragraf 

episode ......................... pasal 

gugus episode ................... bab 

bagian semantis ................. bagian 

wacana. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. teks 

Hubungan di atas merupakan satuan untuk wacana jenis tuturan 

(naratiO. Untuk. satuan di atas gugus proposisi dalamjenis wacana lain 

diperlukan nama lain. Jumlah tingkat struktur tergantung pada teks 

itu. Satu buku bisa terdiri dari beberapa bagian, sedangkan teks yang 

lebih pendek hanya terdiri dari satu episode saja. 

STRUKTUR SEMANTIS BAHASA 33 

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dan seperti yang akan 

kita bahas Iebih rinci nanti, ada banyak penyimpangan antara struk­

tur semantis dan struktur gramatikaI, dan' itulah yang menjadikan 

terjemahan sebuah tantangan. Penerjemah harus mempelajari struk­

tur Iahir bahasa sumber untuk menemukan konsep, proposisi, dU. dari 

struktur semantisnya. Tugas selanjutnya ialah menyelaraskan makna 

dari struktur semantis ke dalam struktur Iahir bahasa sasaran. Untuk 

itu, penerjemah haru.s juga mempelajari penyimpangan gramatika 

bahasa sasaran dalam hubungannya dengan struktur semantis. Ia 

harus juga mengetahui bagaimana menggunakan penyimpangan ini 

untuk menyelaraskan makna secara wajar. 

Situasi komunikasi 

Salah satu cara untuk melihat perbedaan antara makna dan bentuk 

(antara batin dan Iahir) ialah cara yang disebutkan Joseph Grimes 

(1975:114): 

... perlu sekali dibuat perbedaan antara keadaan dalam bahasa 

di mana pembicara dapat membuat pilihan dan keadaan di mana 

tidak ada pilihan untuknya. Yang pertama [nomina, verba, ad­

jektiva, adverbial menunjukkan makna. Seperti yang telah ditun­

jukkan oleh kebanyakan linguis, makna dapat disampaikan 

hanya jika pembicara dapat memilih untuk mengatakan sesuatu 

yang lain. Yang terakhir [konjungsi, preposisi, artikeI, dan 

pronominal adalah komponen bahasa yang Iebih mekanis, yaitu 

proses pelaksanaan di mana hasil pilihan pembicara diungkap­

kan dalam bentuk konvensional yang memungkinkan adanya 

komunikasi dengan orang lain. 

Makna yang dipilih dipengaruhi oleh situasi komunikasi, misaInya, 

siapa pembicara itu, siapa khalayaknya, apa tradisi budayanya dsb. (Ini 

akan dibahas secara rinci dalam bab 33.) Pembicara (atau penulis), 

dengan mendasari pilihannya atas banyak faktor dalam situasi 

komunikasi, memilih apa yang ingin ia sampaikan. Sesudah menen­

tukan maknanya, ia harus memakai bentuk (gramatikal; Ieksikal, 

fonologis) bahasa itu untuk menyampaikan makna itu. Ia dapat memilih 

satu bentuk atau bentuk lainnya untuk memberikan makna emotif, di 

sam ping informasi yang in gin disampaikannya, karena ia ingin mem­

buat bagian tertentu Iebih prominen (menonjol) daripada bagian lain­

nya, dan menambah fokus tertentu pada bagian amanat itu. 

Misalnya, seorang ibu yang marah kepada putranya karena tidak 

melakukan tugas'di rumah, mungkin menyuruhnya membuang 

34 

sampah. Sang ibu sudah pernah menyuruhnya sebelumnya, jadi anak 

itu tahu tugasnya. Ibu ingin menyampaikan semua makna ini, yaitu pe­

rintah untuk membuang sampah dan emosi yang dirasakannya. untuk 

itu, ibu mungkin tidak menggunakan bentuk. perintah struktur lahir, 

tetapi menggunakan pertanyaan (lihat Larson 1979), misalnya per­

tanyaan dengan "kapan" -Kapan kamu mau buang sampah itu? Jika 

anak itu belum pernah disuruh sebelumnya, dan jika tidak dalam 

keadaan marah ataujengkel, mungkin ibu akan menggunakan bentuk. 

perintah, seperti, "Buanglah sampah itu." Oleh karena makna emotif 

yang disampaikan, maka kita mendapatkan penyimpangan bentuk. dan 

makna, yaitu bentuk pertanyaan menandakan perintah. Jika bahasa 

sasaran tidak menggunakan pertanyaan dengan cara demikian, maka 

penerjemah harus menggunakan bentuk yang berbeda dalam ter­

jemahannya. Akan tetapi, bentuk apapun yang dipilih, informasi dan 

emosi bahasa sumber harus disampaikan. 

lsi informasi itu adalah: 

pelaku: SAyA ..... aktivitas: MEMERINTAH 

pelaku: KAMU ... aktivitas: MEMBUANG ... penderita: SAMPAH 

Sebelum bentuk struktur lahir itu dipilih, masalah sosiolinguistis 

dan psikolinguistis yang mempengaruhi makna harus dipertim­

bangkan; dan tujuan pembicara, yang dalam hal ini tidak hanya mem­

beri perintah tetapi juga menunjukkan frustrasi dan desakan, harus 

dimasukkan. Bentuk. pertanyaan yang menggunakan kapan menun­

jukkan informasi sosiolinguistis dan psikolinguistis. 

Terjemahan bahasa Aguaruna, Peru, d~ri Kap.o"n akan kamu buang 

sampah itu? adalah: Wamak, wamak.: i Wa ani4me? Wamak tsuwat 

ajapata. Terjemahan yang sangat harfiah ke dalam bahasa Indonesia 

yaitu'Dengan cepat, dengan cepat. Kenapa kamu seperti itu? Dengan 

cepat sampah kamu-Iempar-keluar!' Bentuk. ini sama sekali berbeda 

dengan bentuk. bahasa Indonesia idiomatis, Kapan akan kamu buang 

sampah itu?, tetapi informasi yang sarna dan makna emotifnya dapat 

disampaikan. Tugas penerjemah bukan hanya menyampaikan infor­

masi yang sama, tetapi juga mencoba membangkitkan respons 

emosional yang sarna seperti teks asalnya. 

Agar hasil terjemahan itu mempunyai dinamika yang sarna seperti 

teks asalnya, terjemahan itu harus wajar dan mudah dimengerti. 

Amanat ini mencakup informasi dan akibat emosional yang diinginkan 

oleh penulis bahasa sumber. Tiap teks bahasa sumber ditulis dalam 

latar historis tertentu, dalam latar budaya tertentu, dan dengan satu 

STRUKTUR SEMANTIS BAHASA 35 

tujuan, yaitu maksud penulis. Hal ini juga harus dipertimbangkan 

untuk mendapatkan terjemahan yang tepat. Jika karangan kuno diter­

jemahkan ke dalam bahasa modern, mungkin ada pertentangan antara 

usaha untuk tepat dengan latar historisnya dan usaha untuk tepat 

dengan maksud penulisnya. Untuk dapat menyampaikan tujuan 

penulis, penerjemah mungkin harus mengubah waktu historisnya dan 

"memodernkan" terjemahan itu. Perubahan ini tentu saja membuat 

hasil terjemahan kurang tepat. 

Jika teks bahasa sumber berasal dari kebudayaan yang sangat ber­

beda dengan kebudayaan bahasa sasaran, maka sulit bagi peneIjemah 

untuk menyampaikan amanat itu persis seperti amanat sumber. Rin­

clan tentang bagaimana situasi komunikasi dan kebudayaan mempe­

ngaruhi teIjemahan akan dibahas di dalam bab 33. 

LATllIAN - Struktur Semantis Bahasa 

A. Setiap kalimat berikut sekurang-kurangnya mempunyai satu 

penyimpangan antara struktur batin (semantis) dan struktur 

lahir (gramatikal). Garis bawahilah kata yang mewakili penyim­

pangan ini, dan tulislah kalimat itu dalam bentuk lain agar tidak 

terdapat penyimpangan lagi. 

Contoh: Memaafkan adalah penting. 

Memaafkan adalah penting. 

Adalah penting untuk memaafkan. 

(atau, Adalah penting jika kita dapat memaafkan 

orang.) 

1. Domba itu dibawa ke pembantaian. 

2. Mereka diberi tahu tentang kematian Susan. 

3. Masakannya enak sekali. 

4. Nyanyiannya terlalu keras. 

5. Pembebasannya tidakjadi dilaksanakan. 

6. Tikaman itu mematikannya. 

7. Hukumannya akan segera dijalankan. 

8. Doa harus didahulukan setiap hari. 

B. Bentuk gramatikal dapat berubah tanpa disertai perubahan 

maknanya .. Di bawah ini diberikan sebuah paragraf dengan 

gramatika dan semantik yang hampir selaras. Setiap kejadian­

nya diwujudkan dengan verba, partisipannya dengan nomina, 

36 

relasinya dengan penanda lahiriah. Kemudian di bawah paragraf 

itu diberikan tiga macam struktur lahir dengan maknanya 

yangsama. 

STRUKTUR BATIN (SEMANTIS) 

Kemarin Amir pergi ke kota. Selanjutnya Amir membeli mobil. 

S~lanjutnya Amir mengendarai pulang mobil itu. Selanjutnya Amir 

memperlihatkan mobil itu kepada Nani. Karena itu, Nani sangat 

gembira. 

STRUKTUR LAHIR (GRAMATIKAL) 

(1) Kemarin Amir pergi ke kota dan membeli sebuah mobil. Ia me­

ngendarainya pulang dan memperlihatkannya kepada Nani, 

yang sangat gembira. 

(2) Amir membeli sebuah mobil kemarin ketika ia pergi ke kota. 

Sesudah mengendarainya pulang ia memperlihatkannya kepada 

Nani, yang membuat Nani sangat gembira. 

(3) Amir membeli sebuah mobil di kota kemarin. Nani sangat gem­

bira ketika Amir membawanya pulang dan memperlihatkan 

kepadanya. 

Dalam contoh di atas, pertama-tama semua konsep, proposisi, dan 

gugus proposisi paragrafitu ditulis secara lengkap. Kemudian disusul 

dengan tiga struktur lahir yang menyampaikan maknanya yang sama. 

Dalam ketiga struktur lahir ini: 

a. Bentuk lahir apa yang digunakan untuk merujuk ke konsep 

Amir? 

.b. Bentuk lahir apa yang digunakan untuk merujuk ke konsep 

mobil? 

c. Bentuk lahir apa yang digunakan untuk ,mengungkapkan 

proposisi Selanjutnya Amir mengendarai pulang mobil itu? 

d. Bentuk lahir apa yang digunakan untuk mengungkapkan 

proposisi Kemarin Amir pergi ke kota? 

e. Bentuk lahir apa yang digunakan untuk' memperlihatkan 

hrlbungan kedua proposisi Amir memperlihatkan mobil itu 

kepada Nani dan Nani sangat gembira? 

STRUKTUR SEMANTIS BAHASA 37 

C. Dengan rnenggunakan proposisi struktur batin di B, terjemahkan 

informasi itu ke dalam bahasa lain. Tulislah dalam dua atau tiga 

bentuk yang berbeda, dengan tetap mempertahankan makna 

yang sarna. 

D. Tulislah paragrafberikut dalam bahasa Indonesia dengan meng­

ubah bentuknya tetapi dengan rnempertahankan maknanya 

setepat mungkin. Tulislah kembali paragraf itu beberapa kali, 

dan gunakanlah kalimat yang wajar dan jelas. 

Hari yang indah. PukullO. Yati meninggalkan rumah. Rumah 

itu milik Yati. Selanjutnya Yati mengendarai mobil ke kantor pos. 

Selanjutnya Yati menghentikan mobilnya. Selanjutnya Yati pergi 

keluar. Selanjutnya Yati memegang pegangan pintu itu. Pegang­

an pintu itu ada di pintu. Pintu itu adalah bagian dari kantor 

pos. Pintu itu terkunci. Oleh karena itu, Yati kecewa. Thtapi Yati 

tidak marah. Melainkan Yati kuatir. Yati ingin tahu apakah 

Bapak Karno sakit? 

E. Gunakan informasi yang diberikan dalam paragraf di D, ter­

jemahkanlah cerita itu ke dalam bahasa lain. Tulislah kernbali 

paragrafitu beberapa kali dengan bentuk yang berbeda-beda. 

Bab4 

Makna Implisit 

PeneIjemahan merupakan penyampaian makna yang sarna dalam 

bahasa kedua seperti yang disampaikan oleh bahasa pertama. Akan 

tetapi, untuk melaksanakan ini secara memadai, orang harus tahu 

bahwa ada banyakjenis makna. Tidak semua makna yang akan disam­

paikan dinyatakan dengan jelas dalam bentuk teks bahasa sumber. 

Mencari makna teks yang akan diteIjemahkan termasuk mencari in­

formasi eksplisit dan informasi implisit. Tujuan bab ini ialah untuk 

memberikan gambaran umum tentang pentingnya makna implisit bagi 

peneIjemah. Perihal makna implisit akan disebutkan berkali-kali di 

sepanjang buku ini. 

Jenis-jenis makna 

Biasanya makna diartikan sebagai sesuatu yang dirujuk oleh kata 

atau kalimat, misalnya, kata apel merujuk ke buah yang dihasilkan 

oleh pohon tertentu. Orang mengetahui makna apel karena. mereka 

telah melihat apel dan belajar menyebutnya apel. Makna ini disebut 

makna referensial (makna rujukan atau makna acuan), karena kata 

itu merujuk langsung ke benda, kejadian, atribut, atau relasi tertentu 

yang dapat dilihat atau dibayangkan. Sebuah kalimat mempunyai 

makna, karena kalimat itu merujuk ke sesuatu yang telah teIjadi, yang 

mungkin teIjadi, atauyang dibayangkan sedang teIjadi. Makna referen­

sial merupakan isi informasi atau sesuatu yang dikomunikasikan. 

Makna referensial disusun dalam struktur semantis. Butir-butir 

informasinya dikemas atau disatukan dan diungkapkan dalam pel­

bagai kombinasi. Sewaktu butir-butir informasi ini dikemas ke dalam 

satua!l yang makin besar, didapatkan makna konteks linguistis, 

yang harus dipertimbangkan dalam teIjemahan. Misalnya, jika kata 

MAKNA IMPLISIT 39 

apel sudah dirujuk dalam teks itu, dan kemudian kata itu dirujuk lagi, 

maka kenyataan bahwa apel itu adalah apel yang sarna merupakan 

bagian makna konteks linguistis. Informasi tertentu dapat merupakan 

informasi lama (yang sudah disebutkan sebelumnya), atau informasi 

baru. Informasi bisa berupa topik (apa yang sedang dibicarakan) 

wacana itu, atau sebutan tentang topik. Informasi tertentu lebih 

merupakan inti amanat, yaitu lebih penting atau lebih prominen. 

Makna konteks linguistislah yang menggabungkan informasi referen­

sial ke dalam teks yang utuh (koheren). Makna konteks linguistis 

ditandai oleh deiktik, pengulangan, pengelompokan, dan banyak ciri 

lain dalam struktur gramatikal sebuah teks. 

Kedua proposisi Nani mengupas apel dan Nani makan apel men­

cakup NANI sebagai pelaku, dan APEL sebagai penderita. NANI dan 

APEL dirujuk dua kali (makna referensial), tetapi untuk membentuk 

struktur gramatikal yang benar, kita juga harus tahu apakah makna 

konteks linguistis itu mencakup hanya satu NANI dan hanya satu 

APEL, atau apakah ada dua NANI, atau dua APEL. Jika hanya ada 

satu NANI dan satu APEL, maka struktur lahirnya adalah NAN! me­

ngupas apel, dan kemudian ia memakannya. Sesudah diberikan propo­

sisi pertama, NANI dan APEL menjadi informasi lama dan karenanya 

digunakan bentuk pronominal. Akan tetapi, jika ada dua NANI yang 

diacu dan hanya satu APEL, maka bentuk gramatikalnya harus ditun­

jukkan, misalnya:-liengan Nani mengupas apel, dan kemudian Nani 

yang lain memak'aiinya. Setiap bahasa mempunyai cara untuk menan­

dai makna konteks linguistis, tetapi cara ini mungkin berbeda-beda. Mi­

salnya, bentuk pronominal tidak digunakan secara sarna dalam Bemus 

bahasa, tetapi semua bahasa mempunyai cara formal untuk menunjuk­

kan bahwa informasi tertentu merupakan informasi lama. 

Selain makna referensial dan makna konteks linguistis, ada juga 

makna situasional yang sangat penting untuk mengerti teks apa saja. 

Amanat teks dihasilkan dalam suatu situasi komunikasi. Misalnya, 

hubungan antara penulis atau pembicara dengan orang yang disapa 

akan mempengaruhi komunikasi itu. Makna situasional ditentukan 

oleh tempat komunikasi itu berlangsung; waktu berlangsungnya; umur, 

jenis kelamin, status sosial, hubungan antara pembicara dan pende­

ngarnya; praanggapan yang dibawa masing-masing pihak ke dalam 

komunikasi itu; latar belakang budaya pembicara dan orang yang 

disapanya, dll. 

Misalnya orang yang sama dapat diacu dengan pelbagai unsur lek­

sikal. Seorang yang bernamaAchmad Sanjaya dapat dipanggilAchmad, 

Pak Achmad, Profesor'Sanjaya, dU. tergantung pada situasinya. 

Pemilihannya mengandung makna situasional; artinya pemilihan ini 

40 

dapat menunjukkan apakah situasi itu fonnal atau tidak fonnal. 

Seorang teman yang mengacunya sebagai Achmad sewaktu 

menyalaminya di pagi hari mungkin memanggilnya Pak Achmad, ke­

tika memperkenalkannya di seminar universitas. Bentuk leksikal yang 

berbeda dipilih untuk menunjukkan makna situasional. 

Sebuah teks mungkin sama sekali tidak dimengerti oleh orang yang 

tidak mengenal kebudayaan bahasa itu karena terdapat begitu banyak 

makna situasional di dalamnya. Sewaktu menerjemahkan ke dalam 

bahasa lain, makna situasional asli hanIB dimasukkan dalam bentuk 

yang lebih jelas, agar keseluruhan makna yang sarna dapat disam­

paikan kepada para pembacanya. 

Jangkauan implikasi untuk penerjemahan yang timbul dari ketiga 

jenis makna ini akan dibahas secara rinei di bab-bab berikutnya. Akan 

tetapi, ada satu hal yang sangat mendasar dalam penerjemahan dan 

berhubungan langsung dengan ketigajenis makna ini, yaitu kenyataan 

bahwa dalam setiap teks ada makna yang diungkapkan secara eksplisit 

dan ada makna yang dibiarkan implisit. Penerjemah harus mengetahui 

kedua macam infonnasi ini. Ada informasi eksplisit dan implisit yang 

menyampaikan ketiga jenis maIma ini. 

Informasi implisit dan ekspHsit 

Penerjemah harus waspada terhadap informasi implisit dan 

ekspUsit yang disampaikan. Jika seseorang berbicara atau menulis, 

jumlah informasi yang dimasukkan dalam teks itu tergantung pada 

jumlah informasi yang telah dikenal oleh pembicara (penulis) dan orang 

yang disapanya. Biasanya dalam berbicara ada informasi tertentu yang 

dihilangkan, karena orang yang disapa sudah tahu fakta itu dan 

mungkin malah akan tersinggung jika informasi itu dimasukkan, 

karena itu dapat berarti mereka sangat bodoh dan tidak tahu apa-apa. 

Jadi dalam setiap komunikasi, informasi tertentu yang diko­

munikasikan dibiarkan implisit. 

Misalnya, penyiar berita di Amerika Serikat akan membuat kalimat 

seperti ini, Rancangan pajak Reagan disahkan di Senat hari ini. Jika 

penyiar itu mengatakan, Rancangan pajak yang diajukan Presiden 

Amerika Serikat, Ronald Reagan, disahkan dalam Senat Amerika 

Serikat hari ini, orang akan segera berhenti mendengarkan penyiaritu, 

karena penyiar itu menghabiskan waktu menyiarkan berita yang sudah 

mereka ketahui. 

Semua komunikasi didasarkan atas informasi yang dikenal. Infor­

masi ini bisa mencakup struktur bahasa, kebudayaan, percakapan 

sebelumnya, bahan bacaan yang sama, pengalaman umum, dsb. yang 

MAKNA IMPLISIT 41 

telah dikenal. Dalam setiap teks ada infonnasi atau makna yang 

implisit. Informasi atau makna tertentu dibiarkan implisit karena 

struktur bahasa sumbernya; karena informasi atau makna itu sudah 

tercakup di bagian lain dalam teks itu; atau karena informasi itu sudah 

dikenal dalam situasi komunikasi itu. Akan tetapi, infonnasi implisit 

itu harus disampaikan oleh penerjemah, karena informasi itu 

merupakan bagian makna yang ingin disampaikan oleh penulis asli. 

Informasi eksplisit adalah infonnasi yang diungkapkan secara jelas 

dengan unsur leksikal dan bentuk gramatikal. Infonnasi ini merupakan 

bagian struktur Iahir. Sebaliknya informasi implisit tidak mempunyai 

bentuk, tetapi merupakan bagian dari keseluruhan komunikasi yang 

dimaksudkan oleh penulisnya. 

Infonnasi referensial, konteks linguistis, dan / atau situasional bisa 

eksplisit atau implisit. 

Makna referensiaI implisit 

Dalam setiap teks, rujukan ke BENDA,