Selasa, 14 Oktober 2025

Makna bahasa 2

 


KEJADIAN, ATRIBUT, dan 

RELASI tertentu akan dibiarkan implisit, misalnya, jika seseorang 

bertanya, Berapa orang yang datang?, orang yang ditanya mungkin 

menjawab, "Sepuluh." Dalam konteks ini, jelas "sepuluh" berarti 

'Sepuluh orang datang.' Rujukan ke orang dan datang dibiarkan im­

plisit dalam jawaban itu. 

Semua bahasa mempunyai bentuk gramatikal yang mutlak dipunyai, 

tetapi bentuk ini dalam tiap bahasa berbeda-beda. Misalnya, dalam 

bahasa Inggris, nomina tunggal atau jamak harus selalu dibuat 

eksplisit. Orang tidak dapat mengatakan, I saw dog walking down 

street, melainkan I saw some dogs walking down the street, atau I saw 

a dog walking down the street. Dalam bahasa Inggris, jumlah harus 

dibuat eksplisit, tetapi dalam kebanyakan bahasa, misalnya bahasa 

Indonesia, jumlah dapat dibiarkan implisit. Kita dapat mengatakan 

Saya melihat anjing berjalan, dan tidak tahu berapa anjing yang sedang 

berjalan itu. 

Nomina yang merujuk ke KEJADIAN mengandung infonnasi im­

plisit, tetapi tidak ada petunjuk siapa pelaku dan penderitanya. Kalimat 

Bantuan akan datang tidak mempunyai subyek atau obyek (pelaku dan 

penderitanya implisit). Akan tetapi, dalam bahasa yang menggunakan 

verba untuk memerikan KEJADIAN, subyek dan obyek verba itu harus 

diberikan. Jadi kalimat Bantuan akan datang harus dinyatakan de­

ngan bentuk: Seseorang akan datang dan ia akan membantu kita, Di 

sini tidak ditambahkan makna referensial yang baru; informasi itu 

hanya dibuat eksplisit. 

42 

Bahasa Pidgin, Papua Nugini, tidak mengenal perbedaan bentuk 

gramatikal ooiUk. maskulin dan feminin, tetapi sewaktu menerjemah­

kan dari bahasa Pidgin ke dalam bahasa-bahasa lain di Papua Nugini, 

informasi ini harus dibuat eksplisit. Untuk menerjemahkan bahasa 

yang sarna ke dalam bahasa Inggris, maskulin, feminin, dan netral ha­

rus dibedakan, walaupun teks asal dalam bahasa Pidgin mernbiarkan­

nya implisit. 

Makna referensial yang irnplisit dan yang eksplisit tergantung pada 

bahasa itu sendiri. Oleh karena hal ini berbeda-beda untuk tiap bahasa, 

dalarn penerjemahan diperlukan banyak penyesuaian. Masalah ini 

akan dibahas lebih rinci nanti. 

Informasi yang dibiarkan irnplisit dalarn konstruksi gramatikal akan 

mengakibatkan arnbiguitas (lebih dari satu makna! tafsiran), rnisalnya, 

kalimat bahasa Inggris the shooting of the hunters adalah ambigu. 

Kalimat ini mempunyai dua struktur semantis. Jika informasi implisit 

dibuat ekspIisit, kalimat ini dapat berarti Seseorang menembak para 

pemburu itu atauPara pemburu itu menembak sesuatu. Yang pertarna, 

pelakunya implisit, dan yang kedua, penderitanya. Ambiguitas Bering 

terpecahkan karena bahasa sasaran akan membuat informasi tersirat 

menjadi ekspIisit. Akan tetapi, untuk penerjemahan perlu diperhatikan 

bahwa informasi implisit dan ambiguitas kadang-kadang berhubungan. 

Informasi implisit dan makna konteks linguistis 

Teks ialah satuan yang disusun secara logis dan ditandai oleh 

keutuhan (kohesi), kontinuitas, pengelompokan, dan pola prominensi. 

Ada arus informasi lama dan baru, ada kelimpahan (redundancy atau 

pengulangan yang berlebihan) yang membantu menandai kesatuannya, 

dan ada pelbagai cara untuk rnenunjukkan topik atau tema teks ito., 

tetapi tiap bahasa berbeda-beda dalam hal ini. Ada bahasa yang meng­

gunakan banyak sekali bentuk pronominal, dan ada bahasa yang mem­

punyai banyak bentuk proverba!. Bahasa yang satu mungkin mem­

punyai penanda KEJADIAN yang jelas untuk membangun twang 

punggung cerita itu. Bahasa lain mungkin tergantung pada urutan 

kronologis. 

Dalam kebanyakan bahasa, membiarkan informasi implisit 

merupakan salah satu ciri yang digunakan untuk menandai makna 

konteks linguistis. Bagian informasi yang terdapat dalam struktur 

semantis dibiarkan irnplisit dalam gramatikanya untuk menunjukkan 

informasi lama, untuk menambah keutuhan (kohesi), dan dalam kasUB 

tertento., bahkan untuk menandai tema atau fokus. 

MAKNA IMPLISIT 43 

Dalam bahasa Ibrani, kisah penciptaan dalam Kej. 1 yang agak 

pendek ini menggunakan nama Allah' secara eksplisit sebanyak tiga 

puluh dua kali karena Allah merupakan pelaku dari kebanyakan 

tindakan yang diberikan. Akan tetapi, dalam bahasa lain, kata Allah 

hanya disebut sekali saja di permulaan terjemahan, dan dibiarkan 

implisit di seluruh isi cerita selanjutnya. Bahasa tertentu memper­

gunakan pronomina untuk mempertahankan sebagian maknanya, dan 

bahasa lain hanya menggunakan afiks verba yang menyatakan PER­

SONA KETIGA. Informasi tertentu ini dibiarkan implisit dalam 

kalimat-kalimat teks itu untuk menambah keutuhan cerita itu. Tidak 

ada informasi yang hilang; informasi itu hanya dibiarkan implisit. 

Dalam menerjem~Ilk~~ dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Aguaruna, 

misalnya, kata Allah dibuat eksplisit hanya pada permulaan teks itu, 

ketika pelakunya merupakan informasi baru. Selanjutnya, karena kata 

itu menjadi informasi lama, kata itu tidak akan diulang lagi secara 

eksplisit. Jika kata itu diulang lagi, maka pembaca Aguaruna akan 

bingung sekali dan menyangka ada banyak Allah, dan bukan satu Allah, 

yang terlibat dalam karya penciptaan. 

Bahasa tertentu menggunakan konstruksi pasif untuk menunjukkan 

fokus. Dengan menggunakan konstruksi pasif, makna tertentu 

dibiarkan implisit karena pelakunya tidak perlu disebutkan. Misalnya, 

sekolah itu dibangun pada ttJhun 1902 digunakan untuk menempatkan 

sekolah sebagai fokus, tetapi untuk itu, informasi tentang orang yang 

mendirikan sekolah itu harus dibiarkan implisit. Infonnasi yang 

dibiarkan implisit merupakan makna referensial, tetapi ini dilakukan 

untuk menandai makna konteks linguistis, yaitu bahwa sekolah 

merupakan fokus. Proposisi semantisnya ialah (seseorang) mendirikan 

sekolah itu pada tahun 1902. Dalam bahasa yang tidak memiliki 

kalimat pasif, mungkin fokusnya ditunjukkan dengan bentuk. yang 

sarna sekali berbeda. Dalam hal ini, pelaku perbuatannya perlu dibuat 

eksplisit. Dalam bahasa Aguaruna, misalnya, kalimat di atas harus 

diteIjemahkan dengan (masyarakat) mendirikan sekolah. Makna kon­

teks linguistis dari fokusnya ditunjukkan dengan sufiks khusus pada 

kata sekolah. 

Bentuk yang kurang eksplisit juga sering digunakan untuk menandai 

makna konteks linguistis. Misalnya, pronomina, proverba, dan kata­

kata pengganti lainnya kurang eksplisit dibandingkan dengan nomina 

dan verba yang dirujuknya. PeneIjemah harus menyesuaikan bentuk. 

ini, karena bahasa tertentu mungkin mengharuskan terjemahan yang 

lebih eksplisit atau yang kurang eksplisit dari bahasa sumber. Pener­

jemah akan menemukan perbedaan jumlah informasi yang harus 

dinyatakan secara eksplisit antarbahasa. 

44 

Makna situasional implisit 

Infonnasi yang dibiarkan implisit ketika berbicara kepada seseorang 

mungkin dibuat eksplisit ketika berbicara kepada orang lain. Seorang 

istri mungkin berkata kepada suaminya, Parto sakit. Dalam 

melaporkan infonnasi yang sarna kepada dokternya, ia akan me­

ngatakan,Anak saya Parto sakit atau Anak saya sakit. Infonnasi anak 

saya tidak diperlukan untuk menandakan Parto ketika berbicara 

kepada suaminya yang t.ahu benar siapa Parto itu. 

Sering dalam percakapan ada banyak hal dalam situasi itu yang 

memungkinkan pendengarnya mengerti persis apa yang dimaksudkan 

tanpa memerlukan banyak kata-kata. Misalnya, dalam bahasa Inggris, 

seorang ibu yang melihat anaknya hampir memasukkan tangannya ke 

api akan berteriak, "No!" Si anak mengerti amanat itu, 'Jangan masuk­

kan tanganmu ke api!' Semua informasi ini hanya dinyatakan dengan 

satu kata, "No," karen a situasi itu. Dalam situasi lain, makoa kata "Nol" 

mungkin sangat berbeda, seperti jika digunakan untuk menjawab 

pertanyaan, "Apakah kamu pergi ke kota kemarin?" Informasi yang 

tersirat dalam jawaban itu tidak ditemukan dalam situasi itu, tetapi 

dalam konteks linguistisnya, yaitu dalam pertanyaan yang telah 

ditanyakan. 

Orang yang membaca cerita tentang suatu kejadian dalam 

kebudayaan lain mungkin tidak mengerti cerita itu sarna sekali, karena 

begitu banyak informasinya yang dibiarkan implisit. Misalnya, 

Richards (1979), yang bekeIja dengan para penutur bahasa Waura, 

Brasilia, bennaksud meneIjemahkan salah satu cerita mereka ke dalam 

bahasa Portugis. Akan tetapi, ia merasa sangat sulit karena teks itu 

sendiri tidak menyebutkan pelbagai partisipan dalam cerita itu. 

Penutur cerita itu tidak membuat infonnasi ini eksplisit karena setiap 

orang dalam kebudayaan itu tahu siapa melakukan apa pada festival 

yang diperikannya. Struktur bahasanya tidak mengharuskan informasi 

ini dimasukkan, dan karena kebudayaan yang umum telah memberikan 

informasi itu kepada khalayakoya, informasi itu dibiarkan implisit. 

Akan tetapi, teIjemahan ke dalam bahasa Portugis memerlukan infor­

masi yang eksplisit sehingga cerita itu dapat dimengerti. Agar dapat 

menentukan makna teb itu secara memadai, orang harus tahu latar 

situasi dari komunikasi itu. 

Salah satu tantangan yang dihadapi penerjemah ialah mengetahui 

kapan infonnasi yang implisit harua dibuat eksplisit. Mungkin penulis 

menulis untuk orang yang mempunyai kebudayaan dan pengalaman 

yang sarna dengannya, tetapi peneIjemah, atau pembaca teIjemahan 

itu, mungkin tidak mempunyai latar belakang ini, dan tidak tahu 

MAKNA IMPLISIT 45 

banyak umtang informasi implisit ini. Mereka mungkin tidak dapat 

mengerti teIjemahan itu kecuali jika peneIjemah membuat eksplisit 

informasi yang tersirat dalam situasi komunikasi ini. 

Seperti yang akan dibahas lebih rinci nanti, peneIjemah tidak boleh 

menambah informasi yang bukan bagian dari teks sumber. Ada per­

bedaan antara informasi implisit dengan informasi yang kebetulan 

absen dan tidak pernah dimaksudkan sebagai bagian komunikasi. 

Misalnya dalam contoh Anak saya Parto sakit, sang ibu tidak me­

ngatakan Parto mempunyai rambut coklat dan berumur sepuluh 

tahun. Informasi ini bukan tersirat, tetapi absen. Informasi ini bukan 

bagian komunikasi dan karena itu tidak boleh ditambahkan. 

Jika seseorang menulis, John made the Queen's list, ia menganggap 

pembacanya sudah tahu bahwa yang dimaksudkan adalah 'Ratu 

Inggris'. Akan tetapi, untuk khalayak yang tidak mengetahui fakta ini 

dan tidak pernah mendengar tentang Ratu itu, apalagi daftarnya, maka 

informasi tersirat itu harus ditambahkan. Informasi itu tidak absen, 

tetapi tersirat, dan merupakan bagian situasi komunikasi. TeIjemahan 

itu harus begitu eksplisit, misalnya dengan menyatakan, John made the 

Queen of England's yearly Honors list. Informasi implisit hanya boleh 

dibuat eksplisit jika diperlukan untuk menyampaikan makna yang 

tepat, atau untuk mendapatkan kewajaran bentuk dalam teIjemahan. 

Kadang-kadang informasi itu harus dibuat eksplisit karena penulis 

bahasa sumber dan khalayaknya memiliki informasi yang tidak dikenal 

oleh khalayak bahasa sasaran. 

LATIHAN - Malma Implisit 

A. Sebutkanlah dan buatlah eksplisit BENDA atau KEJADIAN 

dalam kalimat-kalimat berikut. 

Contoh: Sesudah menghitung buku itu, Parto berkata 

"Ada 57." 

Buku dibiarkan implisit dalam kutipan ini. 

Sesudah menghitung buku itu, Parto berkata, "Ada 67 

buku." 

1. Bagi orang-orang tertentu, memaafkan adalah hal yang sulit. 

2. Orang Nigeria merupakan pekeIja keras. 

3. Negeri itu memiliki kebun anggur yang menghasilkan mi­

numan anggur. 

46 

4. Pengujiari sedang dilakukan pada kedalaman kurang lebih 

18.000 kaki. 

5. Wanita biasanya dapat bangun sebelum subuh, jauh sebelum 

suaminya bangun, untuk menyalakan api dan mulai menyiap­

kan makan pagi. 

B. Sebutkanlah dan buatlah eksplisit proposisi atau bagian proposisi 

yang implisit dalam kalimat-kalimat berikut. 

Contoh: Keesokan harinya Amir memutuskan untuk pergi 

kekota. 

Ia beIjumpa denganjaksa itu dan meminta beliau 

menanganinya. 

Infonnasi implisit: Amir pergi ke kota, ia tiba di kota. 

Teks mengatakan bahwa "ia memutuskan" . tetapi tidak 

mengatakan bahwa ia sebenarnya pergi. 

1. Raja memanggil semua penasihatnya dan meminta mereka 

untuk mengarlikan mimpinya. 

2. Akan tetapi, saya tidak perlu memotongnya dengan kapak, 

karen a saya mempunyai saudara laki-Iaki; saya bisa 

menggunakan pisau panjang. 

3. Kemudian ibu menyuruh saya membuat sendiri tutup kepala 

yang kecil; ia akan menunjukkan saya caranya. 

4. Tidak ada waktu. Mari kita menelepon. 

5. Saya tidakjadi mengajar karena Bapak Junus sudah sampai. 

C. Paragraf berikut merupakan teIjemahan yang agak harfiah dari 

bahasa Baka, Sudan (data dari Wanda Pace). Infonnasi dari 

makna konteks linguistis dan situasional yang implisit membuat 

paragraf itu sulit dimengerti oleh orang yang bukan penutur 

bahasa Baka. Pertama-tama paragraf itu diberikan, kemudian 

disusul dengan informasi tambahannya. Tulislah kembali 

paragraf itu dalam bahasa Indonesia yang dapat dengan mudah 

dimengerti oleh orang yang tidak mengenal kebudayaan Baka. 

Kemudian teIjemahkanlah paragraf yang sarna ini ke dalam 

bahasa kedua yang Anda kuasai. 

Ketika mereka sudah menyelesaikan perundingan pengantin 

wanita, mereka berlari pulang. Kemudian mereka memilih hari 

MAKNA IMPLISIT 47 

untuk mereka. Kemudian mereka mempersiapkan din mereka 

untuk pergi ke perkawinan. 

Informasi tambahan: Penmdingan itu dilakukan oleh kerabat 

peminang di rumah pengantin wanita. Kerabat pengantin wanita 

menentukan tanggal perkawinan itu, tetapi kerabat pelamarlah 

yang membuat persiapan untuk upacara perkawinan itu. 

D. Cerita berikut merupakan teIjemahan harnah yang disesuaikan 

dari bahasa Kalinga, Filipina. Orang yang tidak mengenal kebu­

dayaan Kalinga tidak akan mengerti cerita itu. Kata dan fi'ase 

yang tercetak miring merupakan informasi tersirat. Di bawah 

cerita itu diberikan penjelasan untuk tiap frase ini. Pelajarilah 

penjelasan itu dengan baik-baik dan tulislah kembali cerita 

itu dalam bahasa Indonesia idiomatis (atau dalam bahasa ibu 

Anda). 

Cerita Pengayauan Kalinga 

Orang-orang dari huIu sungai yang datang dari Malaya, dikatakan, 

mendirikan rumah mereka pada pertemuan di mana sungai bertemu 

dengan kolam yang tiOOk bertepi. Mereka bahagia karena mereka 

bebas, dan mereka tidak membolehkan mereka sendiri dikuasai oleh 

sesama mereka karena orang-orang mereka sangat besar, sangat kuat, 

dan sangat berani, dan mereka adalah prajurit yang tidak kenaI takut 

karen a apabila mereka pergi mengayau tiap orang membawa sebuah 

panci dan mereka pergi bernyanyi dalam peIjalanan. Apabila mereka 

tiba di pintu masuk desa itu, jika mereka berteriak, teriakan wanita itu 

bergema sebagai jawaban atas teriakan pria. Maka tidak ada apa-apa 

yang terdengar karena drum itu berbunyi um-um-um dan tidak ada 

pemutusannya. 

Akan tetapi, yang berubah yang tinggal di sekitar mereka pergi dan 

membiarkan mereka ditangkap oleh si mata-merah karena mereka 

menghalangi pekeIjaan mereka apabila naluri pengayauan itu datang. 

Kemudian si putih tiba dengan menembakkan senjata mereka dan 

orang huIu sungai ketakutan, karena mereka hanya berdiri di sana 

terbelalak dan dengan mudah menangkap si baju berpola karena 

mereka prajurit yang tidak kenaI takut. 

48 

Catatan 

kolam yang tidak bertepi: lautan 

pengayauan: perbuatan membunuh musuh seseorang, memotong ke­

palanya, dan mengawetkannya sebagai tanda kemenangan 

panci: wadah yang digunakan mereka untuk menyusutkan kepala, 

yang dibawa serta dalam serangan, supaya mereka bisa menyiap­

kan kepala itu sebelum kembali ke desanya 

pintu masuk desa itu: merujuk ke pintu masuk desa mereka sendiri 

yang terdapat tiang bambu yang terbelah dengan cangkir di 

atasnya di mana roh penjaga pintu des a itu tinggal. (Perhatikan, 

seluruh serangannya dibiarkan implisit, cerita itu mengenai 

bagaimana mereka berangkat menuju serangan itu dan 

kemudian apa yang teIjadi ketika mereka kembali ke desa 

mereka.) 

berteriak: menunjukkan kemenangan atau, kalau tidak, mereka ti­

dak akan berteriak 

teriakan wanita itu: yang ditinggalkan di desa, ketika pria pergi me­

nyerang. Mereka berteriak untuk menjawab teriakan keme­

nangan pria. 

um-um-um: suara drum yang menyatakan kemenangan 

pemutusannya: terus menerus, tanpa berhenti 

yang berubah: orang Kalinga yang tinggal di dataran rendah yang 

telah menerima kebiasaan Eropa 

si mata-merah: orang kulit putih 

mereka ... : orang Kalinga yang sedang berperang 

... mereka: orang dataran rendah yang telah terpengaruh kebiasaan 

Eropa 

si putih: orang kulit putih 

karena: ternyata karena 

si baju berpola: prajurit yang telah membunuh banyak orang. Setiap 

kali mereka membunuh seseorang maka tatOlain ditambahkan 

pada pola tato di badan mereka. 

Bah 5 

Langkahmlangkah dalam 

Proyek Penerjemahan 

Bagian pertama buku ini berlujuan untuk memberikan gambaran 

umum tentang aspek-aspek utama penerjemahan. Kita telah mem­

bahas makna dan jenis-jenis penerjernahan, serta beberapa aspek 

hubungan antara gramatika dan semantik yang mempengaruhi proses 

penerjemahan. Untuk melengkapi gambaran umum ini, sekarang kita 

akan beralih ke pembahasan tentang langkah-Iangkah dalam proyek 

penerjemahan itu. Sebelum memulai menerjemahkan, penerjemah 

harus memperlimbangkan keseluruhan proyek penerjemahan, dan 

segala hal yang dilibatkan untuk menghasilkan terjemahan yang baik. 

Tiap langkah ini akan diuraikan lebih rinei di bagian terakhir buku ini. 

Memulai proyek penerjemahan 

Sebelum memulai proyek penerjemahan, ada sejumlah hal yang 

harus benar-benar dimengerti oleh semua orang yang akan terlibat 

dalam proyek itu. Hal-hal ini dapat diringkas dengan TSTS - teks, 

sasaran, tim, dan sarana. 

Teb merujuk ke dokumen bahasa sumber tertentu yang akan diter­

jemahkan. Keinginan untuk menerjemahkan teks itu biasanya disertai 

pelbagai alasan; yang paling umum ialah untuk menyampaikan infor­

masi kepada orang-orang yang berbicara bahasa lain, atau untuk mem­

bagi kesenangan membaca teks sumber itu. Penerjemah harus 

mengetahui alasannya memilih teks itu, dan potensi terjemahannya 

untuk digunakan oleh khalayak bahasa sasaran. 

Sasaran merujuk ke khalayak. Untuk siapa terjemahan itu dibuat? 

Bentuk terjemahan akan dipengaruhi oleh masalah diaIek, tingkat 

50 

pendidikan, tingkat umur, kedwibahasaan, dan sikap orang terhadap 

bahasanya. Apakah teIjemahan itu akan digunakan di sekolah, untuk 

bisnis, atau sebagai bacaan lisan di gereja dan di rumah? Masalah 

ten tang sistem tulisan [alfabet, kanji, dU.] juga sangat penting. Sikap 

khalayak sasaran terhadap sistem tulisan yang digunakan harus diten­

tukan sebelum peneIjemahan itu dimulai. Beberapa teIjemahan yang 

sangat baik sudah ditolak karena pembacanya tidak menyukai atau 

tidak dapat membaca sistem tulisan itu. 

Tim merujuk ke orang-orang yang terlibat dalam proyek itu. Jika 

orang itu adalah pembicara yang menguasai bahasa sumber dan bahasa 

sasaran denganbaik, mungkin proyek itu dapat dilakukan hanya oleh 

satu orang. Walaupun begitu, lebih baik ada orang lain yang siap untuk 

mengevaluasi dan memberi konsultasi. Kebanyakan proyek pener­

jemahan memerlukan tim, yaitu sejumlah orang yang akan mem­

berikan bantuan pada tahap tertentu proyek itu. Hubungan keIja 

antarorang-orang ini harus dibina sebelum proyek itu dimulai, tetapi 

hubungan ini mungkin berubah sewaktu proyek itu dijalankan, dan 

faktor-faktor baru akan menjadi fokus. 

Ada hal-hal penting untuk setiap proyek peneIjemahan, tetapi tidak 

semuanya terdapat pada satu orang. Ada banyak jenis program yang 

dapat diadakan, tergantung pada kemampuan dan latar belakang 

mereka yang akan terlibat. Tim itu bisa terdjri dari: 

1) co-penerjemah (rekan penerjemah), di mana yang satu 

merupakan pakar dalam bahasa sumber, dan yang lainnya pakar 

dalam bahasa sasaran, atau 

2) seorang peneIjemah yang mempunyai kemampuan menangani 

masalah bahasa sumber dan bahasa sa saran, dan seorang 

penasihat atau konsultan, atau 

3) panitia yang masing-masing anggotanya saling membantu dan 

mempunyai tanggung jawab. 

Jenis program yang dikembangkan akan tergantung pada siapa Baja 

yang terlibat dan mampu menentukan makna bahasa sumber, siapa 

saja yang paling terampil membuat konsep dalam bahasa sasaran, dan 

siapa yang mengerti prinsip peneIjemahan. Tim itu bisa mencakup 

peneIjemah, konsultan, penguji, pemeriksa, dan bagian teknis seperti 

pengetik serta pengoreksi. Penerbit dan penyalur juga merupakan 

bagian tim itu. Sebelum pro~am itu berlanjut, perlu diketahui siapa 

yang akan melakukan fungsi yang berbeda ini. (Untuk rincian lebih 

lanjut, lihat bab 35.) Pelbagai anggota tim mungkin memerlukan 

LANGKAH-LANGKAH DALAM PROYEK PENERJEMAHAN 51 

latihan khusus untuk. melaksanakan tugas mereka, dan latihan ini 

mungkin perlu dilakukan sebelum proyek itu dimulai. 

Sarana merujuk. ke bahan sumber yang tertulis yang digunakan 

penerjemah sebagai alat bantu. Selain dokumen yang diterjemahkan, 

sarana ini mencakup kamus, leksikon, buku gramatika, pemerian 

kebudayaan, dU. dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran. Sewaktu 

menerjemahkan, tim memerlukan sebanyak mungkin informasi, 

karen a itu semua sarana ini harus dibawa ke tempat terjemahan itu 

dibuat. Untuk. proyek tertentu, ada sejumlah materi yang dapat dipakai 

untuk. membantu menafsirkan teks bahasa sumber dan mencari 

padanan dalam bahasa sasaran. Untuk proyek lain, mungkin sedikit 

sekali materi semacam ini yang tersedia, tetapi apa saja yang tersedia 

harus selalu ada di tempat kerja untuk memudahkan pekerjaan itu. 

Peralatan dan keuangan juga merupakan alat yang diperlukan untuk 

kelanjutan program yang efektif. 

Jika perihal teks, khalayak sasaran, dan hubungan tim itu sudah 

dipikirkan, dan sarana yang diperlukan sudah tersedia, proyek itu 

sudah siap dimulai. Proyek itu harus mengikuti serangkaian langkah 

yang mencakup persiapan, analisis, pengalihan, konsep awal, pem­

buatan kembali konsep awal, pengujian, penyempurnaan, dan per­

siapan naskah untuk penerbitan. Langkah ini akan dibahas secara rinci 

di bab 36 dan 37. 

Eksegesis (penafsiran) 

Eksegesis digunakan untuk merujuk proses mencari malula teks 

bahasa sumber yang akan diterjemahkan. Proses ini mencakup per­

siapan dan analisis yang harus dilakukan sebelum segalanya bisa 

ditulis dalam bahasa sasaran. Teks sumber itu harus dimengerti secara 

menyeluruh. Proses ini teIjadi dalam perpindahan dari bentuk bahasa 

sumber ke struktur seman tis, yaitu ke makna teks itu. 

Penerjemah harus mulai dengan membaca teks itu beberapa kali, 

kemudian dengan membaca materi lain yang dapat membantunya 

mengerti kebudayaan atau bahasa teks sumber itu. Sewaktu membaca 

teks itu, ia harus mencari tujuan penulisnya, tema teks itu, dan pe­

ngelompokan atau pembagian yang lebih besar. Mungkin ia perlu men­

cari garis besar teks itu untuk mengertinya secara keseluruhan. Jika 

semua sudah dilakukannya, berarti ia sudah siap untuk mengerjakan 

materi itu, bagian demi bagian. 

Analisis teks sumber mencakup pemecahan masalah ambiguitas, 

penemuan informasi implisit, studi kata-kata kunci, penafsiran makna 

figuratif, pengetahuan tentang kapan digunakan makna sekunder kata 

52 

dan fungsi sekunder struktur gramatikal, dU. Analisis ini mencakup 

pelaksanaan jenis analisis yang akan dibahas di buku ini. Sa saran pe.: 

nafsiran ialah untuk menentukan makna yang akan disampaikan di 

dalam teks bahasa sasaran. PeneIjemah mempelajari teks bahasa sum ... 

ber dengan teliti dan, dengan menggunakan Bemus sarana yang ada;: 

menentukan isi amanat bahasa sumber itu, perihal situasi komunikasi 

yang ada hubungannya, dan semua faktor lain yang harus dimengerti' 

untuk menghasilkan teIjemahan yang sepadan. . 

Pengalihan dan konsep awal 

Sesudah menganalisis teks bahasa sumber dengan cermat, pener-' 

jemah mulai membuat konsep pengalihan, bagian demi bagian. Peng­

alihan ini menghasilkan konsep awal. Dalam mempersiapkan konsep 

ini, peneIjemah mengalihkan dari bahasa sumber ke dalam bahasa 

sasaran, sambil mengingat khalayaknya. 

Setiap teks mempunyai seperangkat kata yang sangat penting untuk 

isi teks itu, dan yang mendukung komunikasi tema yang tepat. Jadi 

sebelum konsep itu dibuat, kata-kata kunci ini harus ditentukan, dan 

mungkin harus diperiksa dengan penutur lain dalam bahasa sasaran 

itu. 

Ada dua cara untuk membuat pengalihan dan konsep awal. Ada 

peneIjemah yang lebih suka membuat teIjemahan kasar dengan cepat 

sehingga materi itu mengalir secara wajar. Kemudian mereka akan 

memeriksa kembali agar tidak ada informasi yang salah, hilang atau 

ditambahkan. Dalam hal ini, teks bahasa sasaran lebih condong ke 

bentuk yang wajar. PeneIjemah lain mungkin lebih suka mempersiap­

kan konsep semantis yang mirip dengan proposisi, memastikan bahwa 

semua informasinya sudah dimasukkan, dan kemudian menyusunnya 

dalam bentuk idiomatis bahasa sasaran. Metode mana pun akan meng­

hasilkan teIjemahan idiomatis jika dilakukan dengan teliti. 

Konsep awal harus dikeIjakan kembali beberapa kali untuk memas­

tikan bahwa semua penyesuaian yang diperlukan sudah dilakukan, 

tidak ada informasi yang salah atau dihilangkan, teks itu menyam­

paikan amanat dengan jelas dalam bahasa sasaran, dan bentuk yang 

dipilih dapat dimengerti oleh khalayak sasaran. Sewaktu membuat dan 

mengeIjakan kembali konsep ini, peneIjemah harus selalu mengingat 

khalayaknya. Jika tim peneIjemahan sudah mengeIjakan konsep awal 

ini secukupn:,ra, maka mereka harus membuat salinan supaya evaluasi 

yang memadai dapat dilakukan. 

LANGKAH-LANGKAH DALAM PROYEK PENERJEMAHAN 53 

Evaluasi 

Tujuan evaluasi mencakup tiga kriteria: ketepatan, kejelasan, dan 

kewajaran. Pertanyaan yang harus dijawab yaitu: 

1. Apakah teIjemahan itu menyampaikan makna yang sama 

dengan makna bahasa sumber? 

2. Apakah teIjemahan itu dapat dimengerti dengan jelas oleh 

khalayaknya? dan 

3. Apakah bentuk teIjemahan itu mudah dibaca dan apakah 

gramatika dan gayanya wajar? 

Mereka yang membantu evaluasi haruslah penutur bahasa sasaran. 

Ada sejumlah jenis evaluasi yang harus dilakukan. (Lihat bab 37) 

Selama proses peneIjemahan, peneIjemah mungkin in gin memban­

dingkan hasil teIjemahannya dengan teks sumber untuk memastikan 

tidak ada penambahan, penghapusan, atau pengubahan informasi. 

Walaupun orang lain dalam tim itu mungkin dapat membantu peker­

jaan ini, ada baiknya jika ada konsultan yang memeriksa bahan itu. 

PeneIjemah dapat meminta penutur bahasa sasaran rnernbaca teks itu 

dan kemudian menceritakan kembali apa yang disampaikan teks itu 

kepadanya. Sewaktu membaca, mungkin ada bagian yang susah dibaca 

atau susah dimengerti. Setiap kali ada petunjuk masalah membaca, 

pemeriksa harus mencatatnya untuk pemeriksaan lebih lanjut. Cara 

lain untuk memeriksa ialah dengan bertanya kepada pernbaca teks itu, 

atau orang yang kepadanya teks itu dibacakan. Pertanyaan perlu di­

susun sedemikian rupa agar terna, tujuan penulis, dan fakta reI evan 

teks itu dapat terlihat. Pengertian apa saja yang salah harus dicatat 

dan kemudian diperiksakan kepada orang lain juga. Paling baik kalau 

ada orang yang belum pernah mencarnpuri pembuatan teIjemahan itu, 

tetapi yang mengetahui bahasa sumber dan bahasa sasaran, dan mener­

jemahkan kembali dari bahasa sasaran ke dalam bahasa sumber tanpa 

mengacu kembali ke teks bahasa sumber asli. Apakah teIjemahan balik 

itu memberikan makna yang sama seperti makna teks bahasa sumber 

asli? Setiap perbedaan harus diperiksa lebih lanjut. 

Tim perlu menyediakan waktu yang cukup untuk evaluasi. Jika 

sebagian besar calon pembaca teIjemahan itu dapat dilibatkan dalam 

proses evaluasi, materi yang pada akhirnya diterbitkan ini akan lebih 

menarik. 

Konsep perbaikan 

Sesudah evaluasi dilakukan dengan teliti, harus ada konsep per­

baikan yang dibuat berdasarkan umpan balik yang ditelima. Orang 

54 

yang diuji mungkin menyarankan banyak penyusunan kembali, meng­

ungkapkan salah pell:gertian, dU. Tim penerjemahan harus jujur 

menerima evaluasi ini, kemudian memeriksa dan menyusun kembali 

materi itu sebagaimana mestinya. Jika ada kata-kata kunci yang 

diubah, teks itu perlu diperiksa kembali dengan teliti agar ada konsis­

tensi perubahan yang dibuat. Jika bagian tertentu sulit dibaca, maka 

bagian ini perlu disusun kembali dengan bentuk yang lebih mudah, 

misalnya, dengan menambah atau rnengurangi kelimpahannya (redun­

dancy), dengan rnenarnbahkan lebih banyak informasi untuk menjelas­

.kan partisipan atau tema itu, dsb. Berapa kali naskah itu perlu disusun 

kembali akan berbeda-beda tergantung pada hasil evaluasi itu. 

Konsultasi 

Dalarn kebanyakan proyek penerjernahan, ada penasihat atau kon­

sultan yang selalu bersedia membantu penerjernah. Konsultan diharap­

kan untuk rnemperhatikan tiga hal: 

1) ketepatan isi, 

2) kewajaran gaya, dan 

3) efek terhadap khalayak bahasa sasaran. 

Penerjemah perlu merneriksakan hasil terjernahannya ke konsultan 

yang terlatih sesudah rnenyelesaikan satu atau dua bagian dari teke 

yang panjang. Jika penerjemah melanjutkan dan melakukan sejumlah 

karya terjemahannya tanpa pemeriksaan ini, ia akill kehilangan 

latihan yang dapat diberikan oleh konsultan sewaktu mereka memerik­

sa materi itu bersama. Dengan memeriksa materi itu bersama dengan 

konsultan, penerjemah akan mendapatkan pengertian yang tidak 

hanya dapat membantu konsep akhirnya, tetapi juga membantunya 

membuat konsep pengalihan yang lebih baik untuk bagian lain dari teks 

itu yang harus diterjernahkannya. 

Konsultan rnungkin ingin tahu bagairnana eksegesis dan konsep awal 

itu dibuat, dan sarana apa yang digunakan. Pada pertemuan awal, jika 

ia tidak hadir dalarn tahap perencanaan, ia dapat rnenanyakan proyek 

itu secara keseluruhan, yaitu TSTS. Pertanyaannya bisa rnengenai 

rna salah linguistis dan masalah budaya; sasarannya ialah meng­

evaluasi mutu terjernahan dalam hal rnakna, kewajaran dan 

kernungkinan penerimaan oleh khalayak bahasa sasaran. Selain 

evaluasi, ia bisa juga melatih dan membantu penerjemah memperbaiki 

teljemahannya dan belajar membuat terjemahan yang lebih memadai 

lagi. 

LANGKAH-LANGKAH DALAM PROYEK PENERJEMAHAN 55 

Konsep akhir 

PeneIjemah memasukkan usul yang dibuat oleh konsultan ke dalam 

teks yang diteIjemahkannya, dan memeriksakannya lagi ke penutur 

asli untuk lebih yakin akan kebenaran teIjemahan itu. Kemudian ia 

membuat perubahan seperlunya. Akan tetapi, sebelum mempersiapkan 

konsep akhir, ia harus memutuskan format itu bersama dengan 

seluruh tim peneIjemahan, konsultan, calon penerbit, dan penyalur. 

Mungkin ada hal-hal yang perlu diuji secara khusus sebelum konsep 

akhir itu disiapkan. Penerbitan yang mencakup gambar memerlukan 

evaluasi; ukuran huruf cetak tertentu juga harns diuji; penyuntingan 

akhir untuk ejaan dan tanda baca harus dilakukan. Jika semua hal ini 

sudah diperhitungkan, sejumlah salinan harns disiapkan dan dibagikan 

untuk dikoreksi oleh pelbagai orang sebelum dilakukan pencetakan 

yang sebenarnya. Setiap peneIjemah ingin hasil akhirnya setepat 

mungkin. Waktu yang dipakai untuk pemeriksaan dan persiapan kon­

sep akhir yang cermat akan memperbaiki mutu terjemahan dan mem­

buat terjemahan itu lebih dapat diterima oleh khalayaknya. 

LATIHAN - Langkah-Iangkah dalam Proyek Penerjemahan 

A. Sebutkan dan bahaslah TSTS dalam proyek peneIjemahan. 

B. Terangkan apa yang dimaksud dengan eksegesis. 

c. Apa sasaran penerjemah sewaktu ia mempersiapkan konsep 

awalnya? 

D. Apa tujuan evaluasi? 

E. Jenis pemeriksaan apa yang dapat dilakukan untuk evaluasi? 

F. Apa perbedaan antara konsep perbaikan dan konsep awal? 

G. Apa yang diperhatikan konsultan jika ia memeriksa ter­

jemahan? 

H. Apa perbedaan antara konsep akhir dengan konsep perbaikan 

yang dibuat lebih awal? 


II. LEKSIKON 


Bab6 

Kata sebagai Gugus Makna 

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, tujuan penerjemah ialah 

menyampaikan makna teks sumber denganjelas di dalam terjemahan­

nya. Dalam bab 1 telah disebutkan ciri-ciri bahasa yang mempe­

ngaruhi penerjemahan. Ciri pertama ialah komponen makna bergabung 

dalam unsur leksikal, tetapi tiap bahasa menggabungkannya secara 

berbeda-beda. Unsur leksikal atau kata merupakan gngus komponen 

makna. Penerjemah hams mampu menganalisis unsur leksikal teks 

sumber itu, atau menguraikannya untuk memperlihatkan maknanya. 

Oleh karena kamus menguraikan makna kata-kata, penerjemah yang 

baik akan menggunakan Bemus kamus dan leksikon yang tersedia 

untuk mempelajari makna teks sumber itu, dan untuk memastikan 

makna tiap kata. Tiap bahasa menggabungkan maknanya secara ber­

beda-beda, karena itu banyak kata dalam bahasa sumber yang tidak 

mempunyai padanan satu kata dalam bahasa sasaran. 

Konsep 

Dalam bab 3 telah dibahas struktur makna. Di situ dijelaskan bahwa 

komponen makna dan konsep digolongkan secara semantis menjadi 

BENDA., KEJADIAN, ATRIBUT, dan RELASI. BENDA didefinisikan 

sebagai semua makhluk bernyawa dan semua kesatuan tidak ber­

nyawa. KEJADIAN mencakup semua tindakan, proses, dan peng­

alaman. ATRIBUT mencakup semua sifat kualitas dan kuantitas yang 

dianggap berasal dari BENDA atau KEJADIAN. Sedangkan RELASI 

mencakup hubungan dua satuan semantis di antara semua satuan yang 

disebut di atas. ' 

Konsep yang digunakan dalam teks ini tidak merujuk ke bentuk 

(kata). tetapi hanya ke maknanya. Konsep yaitu gugus komponen 

60 

makna, atau satuan maIma yang nyata dalam tiap bahasa, dan dapat 

dibagi menjadi sejumlah komponen maIma (butir-butir informasi). 

Misalnya, konsep ram dapat dibagi menjadi DOMBA, JANTAN, dan 

DEWASA. Tiap bahasa mempunyai inventaris konsepnya sendiri, 

bagaimana konsep itu dapat dikenal? Tentang hal ini, Barnwell 

(1980: 141) mengatakan: 

Dalam bahasa terlentu, satuan konsep biasanya diwakili oleh 

kata, tetapi tidak selalu; konsep dapat juga diwakili oleh morfem, 

ungkapan idiomatis, nada, atau urutan kam. Konsep dikenal 

dalam bahasa terlentu berdasarkan prinsip kontras dan per ban­

dingan dalam sistem bahasa itu. nap konsep diasosiasikan de­

ngan bidang makna tertentu yang berbeda dengan bidang makna 

konsep lain dalam bahasa itu; fungsi. konsep adalah untuk 

merujuk ke bidang makna terlentu. 

Perihal dan contoh kontras dan perbandingan akan diberikan di bab : 

8. Seperti yang disebutkan di atas, semua bahasa mempunyai konsep, 

tetapi bukan konsep yang sarna. Dalam bahasa sumber dan bahasa 

sasaran ada kata yang isinya sangat serupa Cmengandung komponen 

makna yang sarna), tetapi tidak sepadan. Tidak semua masyarakat 

bahasa mempunyai gagasan yang sarna, artinya, realitas dikonsepkan 

secara berbeda-beda dalam masyarakat yang berbeda. Tiap masyarakat 

mengemas dan menamakan atau meleksikalkan gejala reaIitas di 

sekitarnya secara berbeda-beda. Seperti yang akan ditunjukkan dalam 

bab 7 dan 8 nanti, bahkan gejala fisik pun digolongkan dan dikemas 

secara berbeda-beda. Gejala sosial itu sendiri berbeda-beda menurut 

masyarakat pemakainya sehingga mengakibatkan nama (kata) yang 

berbeda-beda. (Untuk informasi lebih lanjut tentang konsep, lihat Nida 

dan Taber 1969:37-55; Barnwell 1980:141-43; Beekman, Callow, dan 

Kopesec 1981:16-17.) 

Oleh karena itu, langkah pertama dalam analisis kata ialah menen­

tukan apakah kata itu merujuk ke konsep BENDA, KEJADIAN, . 

ATRIBUT, ataukah RELASI, dan manakah konsep intinya? Banyak 

kata mudah digolongkan, misalnya, batu adalah BENDA, makan 

KEJADIAN, hijau ATRIBUT, dan di RELASI. Akan tetapi, banyak kata 

tidak mudah digolongkan, karena ada penyimpangan antara klasifikasi 

semantis dan klasifikasi gramatikal. Kata-kata tertentu dibentuk de­

ngan lebih dari satu konsep. 

Untuk mendefinisikan kata semacam ini, semua konsep yang 

digabungkan dalam kata itu harus dibuat eksplisit. Misalnya, kata 

pelari dapat didefinisikan sebagai orang yang berlari. Kita telah mem­

buat eksplisit fakta bahwapelari merujuk ke ORANG, dan bahwa orang 

KATA SEBAGAI GUGUS MAKNA 61 

itu berlari. Konaep intinya yaitu ORANG, dan konsep berlari membatasi 

ORANG. Jadi kata pelari membicarakan BENDA, yaitu orang, dan juga 

KEJADIAN, yaitu berlari. 

Penggabungan sejumlah makna ke dalam sebuah kata mencer­

minkan prinsip ekonomi bahasa. Dalam leksikon struktur lahir, 

beberapa konsep dapat diwakili oleh sebuah unsur leksikal. BENDA 

dan KEJADIAN biasanya diwakili oleh sebuah kata, walaupun kata itu 

mungkin mengandung sejumlah konsep. Misalnya, kebanyakan bahasa 

mempunyai kata melihat, mendengar, dan menciumlmembaui, tetapi 

konsep perceive dalam bahasa Inggris dibatasi oleh konsep lain -

dengan mata, dengan telinga, dan dengan hidung. Jadi, bahasa Inggris 

mempunyai satu kata yang mengandung makna kompleks. Akan 

tetapi, dalam bahasa Kabba-kaka, Chad, ada makna akar kata perceive, 

dan kata MENDENGAR dan MELIHAT hanya dapat dibedakan melalui 

penambahan telinga dan mata (Nida 1964:51). 

Di dalam kebudayaan penggembala, kadang-kadang ada satu kata 

yang berarti menjaga di malam hari. AKTIVITAS menjaga dan WAKTU 

malaY!t. hari dimasukkan sebagai makna sebuah kata. Dalam bahasa 

Quiche, misalnya, konsep menjaga dan di malam hari 8udah dilek­

sikalkan dalam satu bentuk atau satu kata, kwrax. Kata untuk men- , 

jaga, tanpa konsep malam hari, adalah kutstsxix. Bahasa Otomf" 

Meksiko, tidak mempunyai kata untuk pulau. Makna apa saja yang 

dikemas dalam kata itu? Pulau adalah BENDA. Pulau yaitu tanah' 

yang dikelilingi oleh air. Konsep intinya adalah tanah, tetapi dibatasi 

lebih lanjut oleh dikelilingi oleh air. 

Kata kwrax dalam bahasa Quich~ harus diuraikan untuk dapat 

diteljemahkan ke dalam bahasa Indonesia, karena bahasa Indonesia 

tidak menggabungkan menjaga dan di malam hari dalam satu kata. 

Sebaliknya kata pulau harus diuraikan untuk dapat diterjemahkan ke 

dalam bahasa Otom!. 

Menerjemahkan konsep 

Kata dalam satu bahasa tidak selalu mempunyai padanan dalam 

bahasa lain. Ada kata yang komponen maknanya tumpang tindih, tetapi 

jarang ada keselarasan mutlak antarbahasa. Oleh karen a itu, satu kata 

sering harus diteljemahkan dengan beberapa kata. Sebaliknya, 

beberapa kata dalam bahasa sumber mungkin harus diteljemahkan 

dengan satu kata, misalnya, kata 6 dalam bahasa Trique harus diter­

jemahkan dengan Kami mengupas kulit jagung. Kata dakumjuk­

maukait dalam bahasa Aguaruna harus diteljemahkan dengan "Apakah 

itu gambar saya?" Sebaliknya, kata sedih diteljemahkan ke dalam 

bahasa Aguaruna dengan frase perut dengan perasaan pecah. 

62 

Untuk menganalisis makna sebuah kata, peneIjemah harus tahuapa 

konsep inti kata itu. dan dalam hal apa konsep itu dibatasi. Mungkin 

kata itu dapat diteIjemahkan dengan satu kata yang sepadan dengan 

konsep intinya dan ditambah dengan satu frase untuk pembatasan lebih 

Ianjut. Perhatikan contoh berikut dari bahasa Aguanma: 

hutan - aents atsamaunum 

orang-orang di-mana-mereka-tidak-tempat 

(tempat yang tidak terdapat manuaia) 

teater - jega muun jegamkamunum aents 

romah besar yang-dibangun-tempat orang 

tuwaka ijumbaunum 

menghibur di-mana-mereka-berkumpul-tempat 

(rumah besar di mana orang berkumpul untuk hiburan) 

Penyimpangan klasifikasi 

Bentuk yang sarna dapat juga dipakai sebagai dua kelas kata yang 

berbeda, misaInya, perhatikan penggunaan kata "biru" dalam frase 

langit biru dan biru langit. Biro yang pertama digunakan sebagai 

adjektiva untuk memerikan langit, dan langit yang kedua digunakan 

sebagai adjektiva untuk memerikan biro. Dalam contoh pertama tidak 

ada penyimpangan, karena biru adalah ATRIBUT yang digunakan 

sebagai adjektiva, dan langit adalah BENDA yang digunakan sebagai 

nomina. Akan tetapi, dalam contoh kedua, iangit, yaitu BENDA, 

digunakan sebagai adjektiva untuk menerangkan biru. Padahal biro 

adalah ATRIBUT yang dipakai Bebagai nomina. Apabila terdapat pe­

nyimpangan serna cam ini, dalam terjemahan Bering diperlukan 

penyesuaian. Penyimpangan antara gramatika dan kategori semantis 

harus dipertimbangkan untuk menemukan makna asal kata. 

PeneIjemah tidak boleh beruaaha memadankan kelas kata bahasa 

yang satu dengan kelas kata bahasa yang lain, karena tiap bahasa 

mempunyai sistemnya sendiri untuk mengatur konsep ke dalam kelas 

kata yang berbeda. Jarang sekali nomina dalam satu bahasa dapat 

diterjemahkan dengan nomina dalam bahasa lain. Memang sering ada 

korelasi yang agak konsisten an tara dua kelas kata yang berbeda. 

Artinya, sementara bahasa yang satu Bering menggunakan verba, 

bahasa yang lain mungkin mengungkapkan makna yang sarna itu 

dengan nomina verbal. Pengamatan tentang perbedaan ini sangat 

berguna bagi penerjemah. Menerjemahkan dari bahasa yang 

menggunakan banyak verba ke dalam bahasa yang juga menggunakan 

banyak verba akan Iebih mudah dibandingkan dengan meneIjemahkan 

KATA SEBAGAI GUGUS MAKNA 63 

dari bahasa yang menggunakan banyak nomina ke dalam bahasa yang 

menggunakan banyak verba. 

Penyimpangan antara kelas semantis dan kelas kata Bering terjadi. 

Banyak bahasa mengungkapkan konsep }(EJAJDI~nya dengan 

nomina. Misalnya, pengetahuan adalah nomina yang berdasarkan kon­

sep KEJAJD~ tahu; kemampuan adalah nomina yang berdasarkan 

konsep mampu; dan laporan lengkap adalah £rase nomina yang ber­

dasarkan konsep melapor secara lengkap. Dalam bahasa tertentu, ada 

konsep KEJAJD~ yang menerangkan nomina, misalnya dalam bahasa 

Inggris, falling dalam falling star. Oleh karena falling merujuk ke 

konsep KEJAJD~, struktur semantis frase itu adalah a star which is 

falling. Dalam frase starry eyes, adjektiva starry merujuk ke BENDA, 

star, sehingga struktur semantisnya adalah eyes which look like stars. 

Jadi, ada penyimpangan antara gramatika dan struktur semantis. 

Ada pelbagai alasan kenapa terjadi nominalisasi. Dalam bahasa 

Indonesia dan mungkinjuga bahasa lainnya, salah satu alasannya ialah 

supaya topik yang sedang dibahas dapat diperkenalkan dengan nomina. 

Jika topik itu adalah KEJAJD~, maka dapat digunakan bentuk 

nomina, yang biasa disebut nomina abstrak. Misalnya, nomina 

penarikan dapat digunakan untuk membicarakan KEJAJD~ tarik, 

atau nomina ketinggian untuk membicarakan ATRIBUT tinggi, atau 

nomina alasan untuk. membicarakan RELASI sebab akibat, jika itu 

adalah topik kalimat. Penyimpangan semacam ini digunakan untuk 

menunjukkan topik kalimat atau paragraf. 

Jika tidak ada penyimpangan, teks itu akan mono ton dan tidak 

menarik. Penyimpangan dengan nominalisasi, verbalisasi, dan adjek­

tivisasi menambah dinamika dan "kehidupan" pada teks itu. Semua ini 

adalah bagian gaya yang menjadikan teks sebuah karya seni. 'Thr­

jemahan yang dilakukan secara harfiah akan kedengaran asing dan 

tidak mencapai tujuan teks sumber. 

Penerjemah mungkin perlu menganalisis bahasa sumber dengan 

membandingkan kelas katanya melalui klasifikasi semantis. Dalam 

contoh berikut, kata-kata itu diberi nama di atasnya menurut 

klasifikasi gramatikal, dan di bawahnya menurut klasifikasi semantis. 

Perhatikan penyimpangan ini: 

1. Nomina Pronomina 

pemerintah kami 

BENDA-F(EJAJD~ BENDA 

2. Nomina Nomina 

Adjektiva 

tercinta 

KEJAJD~ 

" ecantikan 

ATRIBUT 

Preposisi 

dari 

RELASI 

penari 

BENDA-KEJAJD~ 

64 

3. Nomina 

pelukis 

BENDA-KEJADIAN 

Preposisi 

dari 

KEJADIAN-RELASI 

Nomina 

Abidjan 

BENDA 

Untuk mengungkapkan kembali sebuah nomina dalam struktur 

semantis, kata itu mungkin perlu diuraikan, dan penyimpangan 

klasifikasinya sekaligus dihilangkan dengan menggunakan verba 

untuk KEJADIAN dan nomina untuk BENDA. Contoh di atas dapat 

diuraikan dan ditulis kembali sebagai berikut: 

1. Kami mencintainya. Ia memerintah kami. 

2. Orang yang menari itu cantik. 

3. Ia adalah orang yang melukis dan yang tinggal di Abidjan. 

Perhatikan, kadang-kadang sebuah kata mewakili beberapa konsep 

dan bahkan sebuah proposisi, seperti contoh di atas. 

Pengungkapan kembali 

Seorang peneIjemah yang menghadapi kesulitan menganalisis teks 

sumber lebih baik menulis kembali materi itu dalam struktur semantis, 

sebelum mulai memikirkan cara meneIjemahkannya. Dalam contoh 

berikut, paragraf itu pertama-tama diberikan dalam bahasa Inggris, 

kemudian disusul dengan pengungkapan kembali yang lebih menunjuk­

kan struktur semantis yang sarna, karena penyimpangan antara 

gramatika dan semantiknya sudah dihilangkan. BENDAdiwakili oleh 

nomina, KEJADIAN oleh verba, ATRIBUT oleh adjektiva atau adverbia, 

dan RELASI oleh penghubung. 

Word and reading games can sometimes be used for motivation 

and reading readiness. Some of these are also useful for additional 

drills when more normal instruction begins. They may actually 

teach the pupil his first words while he thinks he is only playing. 

They make good relief from concentrated study. (Gudschinsky 

1957:13.) 

PENGUNGKAPAN KEMBALI 

Playing games in which the pupils use words and read can sometimes 

motivate them and prepare them to read. Persons who teach may also 

use some of these games to drill the pupils more when they are later 

instructing them in regular classes. The games actually teach the pupil 

his first words while he thinks he is only playing. They relieve I relax 

pupils who have been concentrating as they study. 

KATA SEBAGAI GUGUS MAKNA 65 

Pengungkapan kembali semacam ini biasanya bukan merupakan 

contoh yang bagUB, tetapi dapat membantu penerjemah mengenali 

maknanya, dan memadankan kategori gramatikal dengan kategori 

semantis. Dengan demikian, penerjemah menghilangkan kebanyakan 

penyimpangan yang ada, dan merasa lebih mudah meneIjemahkan ke 

dalam bahasa yang lebih banyak menggunakan verba. 

Proses penguraian struktur semantis kata kadang-kadang disebut 

pengungkapan kembali. Pengungkapan kembali berarti penyam­

paian hal yang sarna dengan cara yang berbeda. Dengan demikian, 

komponen semantisnya tidak boleh berubah, ditambah atau 

dihilangkan. Pengungkapan kembali ini membantu peneIjemah 

"melihat" semua makna bahasa sumber. Sewaktu menghilangkan 

penyimpangan antara gramatika dan semantik, penerjemah perlu 

membuat eksplisit setiap konsep, dengan demikian semua makna teks 

dapat dikeluarkan. Perhatikan pengungkapan kembali frase-frase 

berikut yang merupakan terjemahan harfiah dari bahasa Inggria ke 

dalam bahasa Gahuku, Papua Nugini (Deibler dan Tailor 1977:1061). 

Frase-frase aali ini terdapat di dalam Matias Talks About Government 

(Hoffman 1969). Di sini diberikan dalam bahasa Indonesia untuk per­

bandingan bentuknya. 

INGGRIS 

suara deru mesin 

penantian yang lama 

pertemuan yang me­

nyenangkan 

keputusan 

membuat catatan 

hanan untuk janji 

banyak permintaan 

GAHUKU 

benda yang disenandungkan 

meletakkan bunyinya 

bahwa ia terus menunggu dalam 

waktu yang lama 

me,.eka bertemu dan senang 

kami akan mengatakan-memo­

tong (memutuskan) 

kamu akan membakar sebuah 

pemahatan tentang orang dengan 

berkata, "kami ingin melihat 

orang Administrator 

orang-orang terus menerus 

meminta 

Deibler dan Taylor menyatakan: 

Perlu diperhatikan bahwa walaupun di pegunungan Papua 

Nugini sering tidak mungkin menerjemahkan nomina verbal 

secara harfiah, untuk bahasa tipe Austronesia, terjemahan ini 

dapat dilakukan. Akan tetapi, sekali lagi, dalam bahasa ini, 

66 

mengubah bentuk nomina verbal menjadi verba sangat memban­

tu pengertian pembaca. 

Salah satu kesulitan yang seiring dengan perlunya mener­

jemahkan nomina verbal ckngan verba dalam bahasa Papua 

Nugini ialah keputusan tentang bagaimana klausa hasil ber­

hubungan ckngan konteksnya; yaitu hubungan logis dan temporal 

mana yang tepat digunakan sebagai penghubung. Sering pener­

jemah berhasil menghilangkan nomina dan menggantikannya 

ckngan verba, tetapi memilih konjungsi yang salah untuk meng­

hubungkan klausa itu ckngan kalimat selanjutnya. 

(Perihal hubungan ini akan dibahas dalam bab-bab berikut.) 

Dalam pengungkapan kembali sebuah kata, perIu diketahui konsep 

mana yang merupakan inti. Dalam contoh t.erdahulu, parafrase untuk 

pulau adalah tanah yang dikelilingi oleh air. Tanah adalah koIhponen 

makna inti, dan dikelilingi oleh air membatasi stau menerangkan 

dengan lebihjelas tanah yang mana. Batasan ini ruembedakannya dari 

tanah lain yangmungkin berbentukpadang pasir, sawah, ataugunung. 

Kata pengajar mencakup BENDA orang, dan KEJADIAN mengajar: 

pengajar adalah orang yang mengajar. Jadi, satu kata bisa mencakup 

BENDA dan KEJADIAN. Di sini orang adalah konsep inti dan yang 

mengajar memerikan orang itu. Demikianjuga, bantuan dalam kalimat 

Bantuan sudah datang dapat diungkapkan kembali sebagai seseorang 

yang dapat membantu. Di sini bantuan mencakup BENDA seseorang, 

dan KEJADIAN membantu. 

Kata tert.entu mewakili konsep inti dan konsep tambahan, sedangkan 

kata lain mewakili keseluruhan proposisi semantis. Pada umumnya, 

kata adalah kompleks secara semantis, dan terdiri dari sejumlah konsep 

yang dapat dibagi lagi menjadi komponen semantis. Klasifikasi kom­

ponen inti (BENDA, KEJADIAN, ATRIBUT, atau RELASI), menen­

tukan kelas semantisnya atau kelas yang tercakup dalam kata itu. 

Seperti yang telah dibahas di bab 3, satuan makna terkecil adalah 

komponen makna. Komponen makna ini bergabung untuk membentuk 

konsep, dan konsep membentuk proposisi. Sering sebuah kata mewakili 

sebuah konsep, tetapi lebih sering kata itu mewakili gugus konsep, atau 

bahkan sebuah proposisi. Dalam pengungkapan kembali, peneIjemah 

tidak perIu selalu menguraikan konsep itu sampai pada komponen 

makna terkecilnya. Akan tetapi,jika dalam kata itu terdapat lebih dari 

satu konsep, pengungkapan kembali akan membuat eksplisit tiap kon­

sep dari gugus konsep itu atau proposisi yang diwakili oleh kata itu. 

Misalnya, dalam bahasa Inggris, kata seperti centurion dapat 

diungkapkan dengan sebuah gugus konsep orang yang membawahi 

KATA SEBAGAI GUGUS MAKNA 67 

seratus tentara. Kata seperti "tentara" dapat diuraikan lagi, tetapi 

penerjemah tidak perlu menguraikan setiap kata sampai ke struktur 

dasar komponen makna itu, walaupun ini dapat membantunya meng­

ungkapkan kembali kata-kata itu dengan menunjukkan semua konsep 

yang tercakup di dalamnya. Analisis dengan parafrase hanya dilakukan 

untuk menghilangkan penyimpangan antara gramatika dan semantik, 

dan untuk menjelaskan konsep dalam kata yang kompleks. Konsep yang 

khas dalam suatu kebudayaan akan mempunyai kata dalam bahasa itu, 

tetapi kata itu hanya dapat diterjemahkan dengan penguraian makna­

nya, yaitu, dengan pengungkapan kembali. 

LATllIAN - Kata sebagai Gugus Makna 

A. Secara semantis, unsur leksikal berikut adalah kompleks. Kom­

ponen apa yang terdapat dalam tiap unsur leksikal itu? Mana 

yang merupakan inti? Tulislah kembali sedemikian rupa 

sehingga kelas semantis dan kelas gramatikalnya menjadi 

selaras dan hanya mencakup komponen yang relevan. 

Contoh: martir 'man usia yang dibunuh karena ia menolak 

untuk meninggalkan apa yang ia percaya' 

Komponen inti adalah manusia 

1. penari 

2. legislasi 

3. pilot 

4. penyalur (buku) 

5. dokter 

6. memutihkan 

7. menjerat 

8. menyelam 

9. melempar 

10. membenarkan 

11. membukukan 

12. (air) mengalir 

13. (bintang) jatuh 

14. rakus 

15. menyangkal 

16. penggantian 

17. kebenaran 

18. komunikasi 

19. menunda 

20. penundaan 

68 

B. Tulislah kembali kalimat berikut sehingga tidak ada lagi penyim­

pangan antara kelas semantis dan kelas gramatikal: 

Contoh: Banyak pertimbangan diperlukan untuk pemecahan 

suatu masalah. 

Seseorang mempertimbangkan dengan baik dan 

memecahkan masalah. 

1. Saya menangis ketika mereka memberitahukan kematian ibu 

saya. 

2. Kecintaan kepada negara kita adalah sangat penting. 

3. Cemburu itu tidak bagus. 

4. Apakah kamu menyukai hadiah kakekmu? 

6. Ia pembohong. 

6. Tidak ada yang menghargai penipuan. 

7. Keberhasilan merusaknya. 

8. Ketidakjujuran adalah buruk. 

9. Yang kaya tinggal di sini. 

10. Ia ke sini dalam suatu kunjungan. 

C. Tulislah kembali paragraf berikut ini sehingga tidak ada lagi 

penyimpangan antara kelas semantis dan kelas gramatikal. 

Pemburu itu melihat seekor angsa putih salju meluncur di 

selokan. Kecantikan burung itu membatalkannya menembak. 

Ia melihat hilangnya burung itu di tikungan berikut dan 

kemudian melanjutkan pencariannya. 

D. Berikut ini adalah terjemahan harfiah dari beberapa bahasa ke 

dalam bahasa Indonesia. Apa padanan idiomatis dalam bahasa 

Indonesia untuk tiap perangkat ini? 

1. Aguaruna (peru): kajar pujawai - ku-tidur itu ada 

Spanyol: tengo sueno - say(/, -- mempunyai kengantukan 

Indonesia: 

Bahasa lain yang Anda kuasai: 

2. M8l[akaIi (Brasilia): ukura yum ka'ak - hati duduk dengan­

kokoh dalam 

Aguaruna (Peru): "dekaskeapi," tawai - aitu_ pasti-benar," ia 

(laki-laki) berkata 

Spanyol: 10 cree - itu ia (laki-lo.ki)-percaya 

Apinaye (Brazil): kot amaxPer- pikir dengan 

Indonesia: 

Bahasa lain: 

KATA SEBAGAI GUGUS MAKNA 69 

3. Maxakali (Brasilia); kam aktux rex-meletakkan jauh kata­

kata 

Aguaruna (Peru); "dutikatajai," tiu - Saya-akan- melakukan­

dengan-demikian ia (laki-laki)-berkata 

Spanyol: dieS su promesa-memberikan,-nyajanji 

Indonesia; 

Bahasa lain; 

4. Munduruku (Brasilia): Tguycug ikereat kui puye - ia-sedih 

karena ia-mempunyai-keburukan (dosa) 

Aguaruna (Peru): anent9.i yapajiawai - nya-hati berubah 

Canela (Brasilia): ihkan ma hikra - membiarkan-pergi-dari 

-nya dosa 

Indonesia: 

Bahasa lain: 

E. Cobalah evaluasi kata tercetak miring dalam tiap soal berikut, 

dan ubahlah kelas katanya (atau kata utamanya, jika dilibatkan 

lebih dari satu kata) menjadi kelas kata lain untuk. melihat 

apakah Anda dapat memperbaiki kalimat itu. Jika perlu, ubahlah 

struktur gramatikalnya. . 

1. Before departure, I gave them some instructions. 

2. If costs change in any way prior to delivery of the equipment, the 

rent will likewise be changed in equal proportion. 

3. It is common knowledge that the U.S. share in the foreign trade 

has shown a tendency toward reduction in recent years. 

4. A complete elimination ofthe general decline in economic activity 

seems almost impossible. 

5. The government is taking all necessary steps for a defense ofthe 

borders. 

6. The United States is committed to a ceaseless striving for the 

attainment of a genuine disarmament. 

7. He could not incite his men to mutiny. That would be a crime. 

8. He rises early. 

9. With my knowledge of Hungary's past, I can review the past it 

has traversed and assess its present development. 

10. 'lbday leaders and rank and file laborers are more united than 

at any time in the past. 

Generik-spesifik 

Bah 7 

Beberapa Hubungan 

Antarunsur Leksikal 

Dalam bab 1, kita telah melihat bahwa komponen makna yang sarna 

dapat muncul dalam beberapa unsur leksikal (kata). Misalnya, makna 

SHEEP terdapat pad a kata lamb, ram, dan ewe, karena kata sheep 

adalah kata generik yang mencakup semua kata spesifik lamb, ram, 

dan ewe. Setiap bahasa mempunyai bidang kosakata dengan hubungan 

semacam ini. Perhatikan bagan 7.1 yang menunjukkan isi semantis 

beberapa kosakata bahasa Inggris. 

I DOMBA KUDA AYAM ANJING RUSA 

ASA JANTAN ram stallion rooster dog buck 

BETINA ewe mare hen bitch doe 

MUDA lamb colt/foal chick puppy fawn 

Bagan 7.1 

Di baris paling atas terdapat kata generik DOMBA, KUDA, AYAM, 

ANJING, dan RUSA. Kemudian, di sebelah kiri diberikan komponen 

maIma tambahan, yaitu DEWASA, JANTAN, BETINA, dan MUDAyang 

merupakan bagian kata-kata tercetak miring. (Perhatikan, tidak ada 

kata spesifik dalam bahasa Inggris untuk ANJING JAN TAN , 

DEWASA.) Dengan pengelompokan ini, orang dapat melihat komponen 

maIma yang membentuk tiap kata, dan menerapkan prinsip peng­

ungkapan kembali yang diberikan dalam bab sebelumnya. Ram adalah 

BEBERAPA HUBUNGAN ANTAR UNSUR LEKSlKAL 71 

DOMBA JANTAN DEWASA; ewe DOMBA BETINA DEWASA; lamb 

DOMBA MUDA. Pengungkapan kembali semacam ini dapat juga 

diterapkan pada kata-kata lain. 

Perangkat yang sarna ini dapat juga dilihat dari segi lain, yaitu dari 

diagram pohon seperti bagan 7.2. Di atas pohon ada kata generik 

binatang. Kata ini lebih generik daripada kata domba, kuda, ayam, dan 

anjing. Begitujuga, kata domba lebih generik daripada kata ram, ewe, 

dan lamb, dst. 

do mba 

r-h 

ram ewe lamb 

kuda 

I I I 

stallion mare colt 

binatang 

ayam 

I I I 

rooster hen' chick 

Bagan 7.2 

anjing 

I I I 

(dog) bitch puppy 

Dalam sebuah bahasa, kata mempunyai pelbagai hubungan dengan 

kata lain. Hubungan generik.epesifik sudah lazimdalam SeroUR 

bahasa. Hubungan ini disebut juga taksonomi. Orang yang mem­

pelajari botani pasti men genal jenis hubungan antarkata ini. Konsep 

spesifik-generik sangat membantu penerjemah menganalisis kosakata 

bahasa sumber dan bahasa sasaran, dan merupakan sarana untuk 

mencari padanandalam teIjemahan. 

Kosakata generik merujuk ke cara kata-kata suatu bahasa dikelom­

pokkan, dan dinamakan. Artinya, kata yang lebih generik mencakup 

semua anggota perangkat kata itu. Kata generik adalah kata kelas, 

yang maknanya juga ditemukan dalam dua atau lebih kata yang lebih 

spesifik. Kata yang lebih spesifik mempunyai komponen makna tam­

bahan selain makna kata generiknya. Misalnya, anjirrg lebih spesifik 

daripada binatang, karen a kata binatang digunakan untuk men­

definisikan anjing. Jadi, anjing adalah binatang yang mempunyai ciri 

spesifik tertentu. Juga, herder adalah anjing, binatang, dan benda; tiap 

kata ini lebih generik daripada kata sebelumnya. Perhatikan diagram 

taksonomi berikut yang dimulai dengan kata generik tanaman (data 

Litteral 1975). Thnaman dapat dibagi menjadi bunga, semak, pohon, 

rumput, pakis, dst. Pada tingkat lebih bawah, pohon dibagi lagi menjadi 

palem, cemara, karet, ek, dst. Kemudian lebih spesifik lagi,palem dibagi 

menjadi pinang, kelapa, sagu, enau, kurma, dst. Di tempat yang 

72 

mempunyai banyakjenis kelapa, pasti akan ada lebih banyak lagi kata 

spesifik yang membagijenis kelapa Oihat bagan 7.3). 

tanaman 

~I ------~I------~I----_rl ------'1-----

bunga semak· pohon Tumput pakis 

palem 

1 I I 

pinang karet ek cemara 

I r-----'I--~-.I-----rl-~---

enau kelopa , sop I kurmo 

Bagan 7.3 

Taksonomi terdiri dari beberapa perangkat kategori yang masing­

masing berkontras dengan tingkat berikutnya, artinya, kategori pada 

tingkat bawah termasuk dalam kategori tingkat di atasnya. Taksonomi 

dapat dipandang dari dua dimensi. Jika seseorang membaca secara i 

horizontal, ia akan melihat bahwa palem berbeda dengan cemara, karet, 

dan ek. Pada tingkat selanjutnya, pinang berbeda dengan kelapa, dan 

sagu, dst. Akan tetapi, jika seseorang membaca secara vertikal, maka 

hubungannya adalah generik-spesifik: unsur yang di atas lebih generik 

dan yang dibawahnya lebih spesifik. Kelapa spesifik adalah palem, 

yang merupakan pohon, yang juga merupakan tanaman. 

Kata atau bentuk yang sama kadang-kadang digunakan di beberapa 

tingkat dalam garis generik-spesifik. Misalnya, bagan 7.4, yang dimulai 

dengan kata generik animal, membedakan man dari animal, kemudian 

membagi man ke dalam man yang lebih spesifik versus woman, dan 

berikutnya membagi man ke dalam man yang lebih spesifik lagi versus 

boy. Pada tingkat yang paling akhir, yang lebih spesifik, ditambahkan 

beberapa komponen makna tambahan untuk melukiskan kata yang 

lebih generik. 

BEBERAPA HUBUNGAN ANTAR UNSUR LEKSlKAL 73 

man 

man 

man 

boy 

animal 

woman 

animal 

Bagan 7.4 

bird 

fish 

Kata man di atas bisa generik dan fJpesifik. Oleh karena hubungan 

generik dalam tiap bahasa biasanya sangat berbeda, tidak mungkin 

bahasa sasaran menggunakan sebuah bentuk untuk semua kemun­

culan kata man. Dalam bahasa Inggris, carry adalah kata generik 

untuk semua kata yang berhubungan dengan membawa. Oleh karen a 

itu, kata menjinjing diteIjemahkan dengan carry something light in 

one's hand ('membawa sesuatu yang ringan di tangan'). 

Kata yang mewakili KEJADIAN semantis dapatjuga disU8un dalam 

hubungan generik-spesifik. Perhatikan bagan 7.5. 

berbicara 

I I 

memerintah memarahi meminta menjawab mengumumkan 

I ----

memohon berdoa mengemis menghimbau 

Bagan 7.5 

Kata berbicara mempunyai makna yang sangat umum, sedangkan 

memerintah, memarahi, meminta, menjawab, dan mengumumkan Iebih 

spesifik. Kata-kata yang lebih spesifik ini telah mendapat komponen 

makna tambahan, selain komponen makna inti, berbicara. Pada tingkat 

yang lebih bawah, meminta dapat digambarkan dengan komponen 

makna tambahan yang menghasilkan memohon, berdoa, mengemis, dan 

menghimbau. 

74 

Perhatikanjuga bagan 7.6, menyiapkan paling generik, dan memasak 

merupakan salah satu cara menyiapkan. Memasak dapat dilakukan 

dengan beberapa cara spesifik, yaitu dengan membakar, memanggang, 

merebus, atau menggoreng. 

menyiapkan 

r---__ --II_ ---

memasak 

I I 

membakar memanggang mere bus menggoreng 

Bagan 7.6 

PeneIjemah harus mengetahui hubungan generik dan spesifik kata, 

karen a ini akan membantunya menemukan padanan leksikal yang 

baik. Ia dapat menggunakan kata generik, dan menambahkan frase 

deskriptif un'i;uk mejelaskan komponen maIma yang membatasi kata 

itu. Misalnya, kata serigala diteIjemahkan ke dalam bahasa Tepehua, 

Meksiko, dengan binatang ditambah dengan frase deskriptif seperti 

galak atau liar. 

Kadang-kadang peneIjemah mengalami kesulitan meneIjemahkan 

konsep yang tidak dikenal oleh penutur bahasa sasaran. Mungkin ia 

harus meminjam kata bahasa sumber, tetapi agar kata itu dapat 

dimengerti, ia harus menggunakan kata generik bersama dengan kata 

pinjaman itu untuk menjelaskan maksudnya. Misalnya, orang 

Aguaruna adalah orang dari hutan tropis yang belum pemah melihat 

unta. Kata unta diteIjemahkan ke dalam bahasa ini dengan binatang 

yang disebut camello. (Cameno ialah kata pinjaman dari bahasa 

Spanyol.) 

Bahasa cenderung berbeda dalam peristilahan generiknya dan bukan 

dalam peristilahan spesifiknya. Oleh karena itu, lebih mudah mener­

jemahkan kata yang relatif spesifik, karena kosakata spesifik lebih 

sering mempunyai padanannya. Akan tetapi, jika yang diteIjemahkan 

adalah kata generik, maka persoalannya akan lebih sulit. Misalnya, 

BEBERAPA HUBUNGAN ANTAR UNSUR LEKSlKAL 75 

dalam bahasa Aguaruna, tidak ada kata yang sarna dengan kata burung. 

Katapishak berarti 'burung kecil', kata chigki berarti 'bunmg buruan,' 

dan kata chi wag berarti 'bunmg besar bukan untuk perburuan' seperti 

elang. Orang dapat mengatakan "benda terbang" sebagai kata generik, 

tetapi kata ini mencakup serangga, kapal terbang, dU. Jika orang 

menanyakan padanan kata generik untuk burung, penutur bahasa 

mungkin menjawab pishak, chigki atau chiwag. Akan tetapi, ketiga 

kata ini tidak sarna dengan kata burung. Jika yang dimaksud adalah 

semuajenis burung,-maka ketiga kata Aguaruna itu harus dimasukkan. 

Bahasa Munduruku, Brasilia(data dari Ma:rjorie Crofts), mempunyai 

kata generik umayu, yang makna harfiahnya adalah yang tinggi di 

atas, yang mencakup monyet dan burung. Dalam bahasa itu tidak ada 

kata generik untuk monyet, selain kata umayu yang mencakup burung; 

dan tidak ada kata generik untuk burung, selain kata umayu yang 

meacakup monyet. 

Kebanyakan bahasa mempunyai padanan untuk kata spesifik seperti 

membunuh, mencuri dan membohong, tetapi kata generik untukjahat 

agak sulit ditemukan. Bahasa Gueaca, Venezuela, mempunyai kontras 

tiga kata generik baik, buruk, dan tabu. 

Baik mencakup makanan yang diinginkan, membunuh musuh, 

memakai obat bius secara tidak berlebihan, membakar istrinya 

untuk mendidiknya menjadi patuh, dan mencuri dari orang yang 

bukan termasuk dalam satu kelompok .... Buruk mencakup buah 

busuk, benda bercacat, membunuh orang dari kelompok yang 

sama, mencuri dari anggota kerabat, dan membohong .... Tabu 

mencakup perzinaan, terlalu akrab dengan ibu mertua, wanita 

bersuami yang makan tapir sebelum kelahiran anak pertamanya, 

dan anak yang makan binatang mengerat. (Nida 1964:79) 

Pene:rjemahan kata yang abstrak atau kata yang lebih generik 

biasanya sangat sulit, terutama jika konteks budaya kedua bahasa itu 

sangat hel'beda. Untuk mendapatkan padanan, pene:rjemah mungkin 

perlu mengetahui kata spesifik yang tercakup dalam kata generik, baik 

dalam bahasa sumbeI' maupun dalam bahasa sasaran. Kedua sistem itu 

tidak akan persis sekali, tetapi analisis yang teliti akan menentukan 

padanan yang paling tepat. 

Kata pengganti 

Kata pengganti merujuk ke sesuatu yang sudah disebutkan dalam 

konteks. Untuk menggambarkan kata pengganti, perhatikan 

bagaimana hal yang sama dirujuk oleh beberapa kata yang berbeda 

76 

dalam kalimat-kalimat berikut ini: 

Mercedes tua saya rusak lagi. Dulu itu memang mobil bagus, 

tetapi sekarang sudah waktunya menyingkirkan benda too itu. 

Dalarn kalimat di atas, Mercedes dirujuk dengan itu, mobil dan 

benda yang rnerupakan kata pengganti untuk anteseden Mercedes. 

Kadang-kadang kata pengganti lebih merupakan kata generik, misal­

nya, mobil adalah kata yang lebih generik dari Mercedes, dan benda 

lebih generik dari mobil. Akan tetapi, itu, yang merupakan pronomina, 

adalah kata pengganti yang dapat rnenggantikan nomina apa saja. 

Contoh lain adalah binatang kesayangan yang dapat dirujuk dengan 

kucing itu, binatang kesayanganku, Pussy atau Blacky. Contoh ini 

rnenunjukkan kata pengganti yang merujuk ke BENDA yang sarna, 

tetapi tidak harus merupakan bagian hirarki generik-spesifik. 

Bahasa tertentu mempunyai proverba untuk rnenggantikan verba. 

Bahasa Inggrie mempunyai do dan make. Bahasa Aguaruna, Peru, 

rnempunyai sejumlah proverba yang mewakili perangkat perbuatan, 

seperti halnya ia, dan - nya mewakili obyek. Oleh karena struktur 

wacana teks mengharuskan kalirnat-kalimat bahaea Aguaruna 

dihubungkan dengan proverba, maka perlu diketahui perbuatan yang 

merupakan keterangan suatu proverba. Proverba yang satu mencakup 

semua verba traneitif, dan proverba lain mencakup eemua verba intran­

sitif. Proverba ketiga mencakup eemua verba "berkata". PeneIjemah 

perlu mengetahui penggunaan kata pengganti dalam bahasa sasaran, 

dan tidak menerjemahkan pronomina dengan pronomina, dan proverba 

hanya dengan proverba, karena penggunaannya dalam kedua bahasa 

itu mungkin berbeda. 

Penggunaan kata pengganti digambarkan dalam contoh teIjernahan 

berikut dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aguaruna. Contoh ini 

diambil dari Yoh 5:8 12. Contoh dalam bahasa Indonesia adalah: 

Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu 

dan berjalanlah." Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu 

lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu 

hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang 

yang baru sembuh itu: "Han ini hari Sabat dan tidak boleh engkau 

memikul tilammu." Akan tetapi ia menjawab mereka: "Orang 

yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: 

"Angkatlah tilammu dan berjalanlah." Mereka bertanya 

kepadanya: "Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: 

"Angkatlah tilammu dan berjalanlah?" Tetapi orang yang 

baru sembuh itu ... 

Bahasa Aguaruna menggunakan kata pengganti untuk frase angkat­

lah tilammu dan berjalanlah. Bacaan itu berbunyi: 

BEBERAPA HUBUNGAN ANTAR UNSUR LEKSlKAL 77 

Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah "Jammu 

dan berjalanlah." Pada saat itu juga sembuhlah orang itu dan 

melakukan seperti yang Yesus perintahkan. Akan tetapi, hari 

itu hari Sabat. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi berkata 

kepada orang yang baru sembuh itu, "Hari ini hari Sabat. Kamu 

tidak boleh membawa itu." Dan ia menjawab mereka, "Orang 

yang menyembuhkan aku yang menyuruhku." Kemudian mereka 

bertanya kepadanya, "Siapa menyuruhmu?" Akan tetapi, orang 

yang baru sembuh itu ... 

Perhatikan, dalam bahasa Indonesia, frase angkatlah tilammu dan 

berjalanlah disebutkan lima kali, tetapi dalam bahasa sasaran 

(Aguaruna), frase itu hanya disebutkan sekali secara eksplisit dan 

selanjutnya digunakan kata pengganti, ARTInya tidak berubah. 

Sinonim 

Dalam bahasa apa saja, ada kata-kata y~ng sangat mirip maknanya, 

tetapi sangat sedikit yang mempunyai sinonim mutlak. Bahkan kata 

yang sangat mirip maknanya pun mungkin tidak mempunyai 

penggunaan yang persis sarna dalam struktur kalimat dan paragraf. 

Kata sering dan acap kali adalah sinonim dekat. Ada perangkat kata 

yang makna intinya bersinonim, tetapi yang mengandung konotasi 

tambahan yang positif atau negatif. Kata yang satu mungkin lebih 

formal dan yang lainnya kurang formal. Kata yang satu mungkin 

cocok dengan satu situasi dan yang lainnya coeok dengan situasi lain. 

Kata gem uk, gendut, dan gembrot semua mempunyai maIma umum, 

tetapi hanya dalam konteks tertentu kata itu dapat diperlukarkan. 

Berteriak, menjerit, dan memekik juga bersinonim tetapi mempunyai 

perbedaan dalam penggunaan. Dalam bahasa Inggris, police officer, 

policeman, dan cop, semua bermakna 'polisi', tetapi cop jauh dari bentuk 

formal dibandingkan denganpolice officer. Bahasa kedua mungkin tidak 

mempunyai kata spesifik untuk tiap sinonim dalam bahasa sumber, 

tetapi mungkin mempunyai lebih banyak kata yang dapat dipilih. 

Penerjemah perlu mengetahui sinonim dekat dan perbedaan makna 

yang keeil dari kata bersinonim itu, agar ia dapat memilih kata yang 

mempunyai konotasi yang tepat. (Konotasi akan dibahas dalam bab 13.) 

Jika kata polisi diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, kata mana 

yang harus dipilih, police officer, policeman, atau cop? Referensinya 

kepada orang yang sama tetapi kata itu digunakan secara berbeda-beda. 

78 

Antonim 

Antonim adalah kata yang berlawattan, atau berkontras dalam 

bagian makna tertentu. Semua bahasa mempunyai pasangan kata yang 

merupakan antonim, tetapi tiap bahasa mempunyai perangkat yang 

berbeda. Misalnya, dalam bahasa Inggris dibedakan short 'pendek' atau 

'rendah' dan tall 'tinggi' secara vertikal, dan short 'pendek' dan long 

'panjang' secara horisontal. Dalam bahasa Aguaruna, hanya ada dua 

kata, sutajuch dan esajam, yang digunakan untuk. perbedaan vertikal 

dan horisontal dari bentuk panjang. Dalam bahasa Indonesia, kita 

mempunyai kata baik dan buruk yang merupakan antonim. Dalam 

bahasa Aguaruna, dibuat perbedaan dengan kata pegkeg 'baik', 

berkontras dengan kata yang sama yang digabungkan dengan sufiks 

negatif, pegkegchau 'tidak baik'. Kata-kata itu bukan dua kata yang 

berbeda, tetapi hanya ada kata baik dan tidak baik. Bahasa Inggris 

mempunyai padanan kata slave 'budak' dan free 'bebas'. Bahasa In­

donesia mempunyai kedua kata itu, tetapi keduanya bukanlah padanan 

antonim. Bahasa lain mungkin mempunyai kata bebas sedangkan kata 

dengan makna budak adalah tidak bebas. 

Kadang-kadang dengan menggunakan antonim, penerjemah dapat 

menemukan kata yang dicarinya, misalnya dengan membuat bentuk 

negatif dari antonim itu. 

"Dalam kasllS tertentu, bahasa sasaran mungkin menggunakan 

konstruksi negatif sebagai cara yang wajar untuk. menangani konsep 

positif tertentu. Dalam bahasa Bila'an, Filipina, ungkapan tidak 

mungkin kami tidak akan adalah sama dengan kita harus" (Beekman 

dan Callow 1974:183). 

Contoh lain adalah sedikit dan banyak, buka dan tutup, dU. Bahasa 

tertentu hanya mempunyai satu kata untuk. pasangan kata itu dan 

pasangan lainnya menggunakan bentuk. negatif. Dalam bahasa 

Aguaruna, cara memuji untuk· kamu sangat cantik adalah dengan 

mengatakan kamu tidak jelek, dan tidak banyak adalah cara yang lebih 

tegas untuk mengatakan sedikit daripada kata sedikit itu sendiri. 

Kata resiprokal 

Kebanyakan bahasajuga mempunyai perangkat kata yang resiprokal 

dengan kata lain, misalnya, kata memberi dan menerima mempunyai 

hubungan resiprokal. Orang dapat mengatakan, Amir memberikan 

Mimi sebuah buku, atau Mimi menerima sebuah buku dari Amir; 

ARTInya sarna, karen a kedua perbuatan itu adalah perbuatan 

resiprokal. Orang dapat mengatakan, Amir mengajar Budi, atau Budi 

BEBERAPA HUBUNGAN ANTAR UNSUR LEKSlKAL 79 

bela jar dan Amir. Mengajar dan belajar adalah perbuatan resiprokal. 

Kadang-kadang hubungan ini dapat dipakai dalam peneIjemahan jika 

bahasa sasaran tidak mempunyai kata spesifik yang pemakaiannya 

sarna seperti dalam bahasa sumber. Kalimat Pemerintah meminjam­

kan banyak dana kepada penambang mungkin harns diteIjemahkan 

sebaliknya, Penambang menerima banyak dana dari pemerintah. 

Dalam bahasa Muyuw, tidak ada kata dilahirkan, maka orang tidak 

mengatakan Saya dilahirkan pada tahun 1930, tetapi Ibu saya 

melahirkan saya pada tahun 1930. Juga dalam bahasa Muyuw, kalimat 

Ia menyatakan semua makanan halal diteIjemahkan dengan tidak ada 

makanan yang terlarang baginya. 

Kesi.m.pulan 

Kosakata bahasa sumber tidak selalu sepadan dengan kosakata 

bahasa sasaran. Pengetahuan tentang cara pembentukan kosakata 

akan membantu peneIjemah menemukan padanan, misalnya, dengan 

mencari kosakata yang lebih generik atau spesifik, dengan mencari kata 

yang bersinonim atau yang hampir bersinonim, dan dengan mencari 

antonim dan kata resiprokal. 

LATllIAN-Beberapa Hubungan Antanmsur Leksikal 

A. Di depan kata yang diberikan, tulislah kata yang lebih generik 

yang mencakup kata itu. Di tempat kosong sesudah kata yang 

diberikan, tulislah kata yang lebih spesifik dari kedua kata di 

depannya. 

perabot kursi kursi malas __ 

1. rumah 

2. ikan 

3. beIjalan 

4. pisau 

5. bunga 

6. roti 

7. mesin tik 

8. gadis 

9._ piring 

10. rok 

11. perahu 

12. ternak 

80 

B. Buatlah daftar sepuluh anggota kelas "jenis pennainan" dalam 

bahasa Indonesia, dan susunlah kata~kata itu dalam diagram 

pohon untuk menunjukkan kata yang paling generik dan paling 

spesifik. 

C. Pelajarilah tetjemahan dari kata tercetak miring dalam tiap 

kalimat berikut. Apakah perubahan itu dari spesifik ke generik 

ataukah sebaliknya? 

1. Serigala itu merenggut dan menebarkannya. 

Binatang-buas yang merebutnya menyebabkannya ter­

sebar. 

2. Ia melihat kesana kemari untuk mencari siapa yang telah 

melakukannya. 

Ia melihat kesana kemari untuk mencari siapa yang telah 

melempar batu itu. 

3. Lihatlah bunga bakung di ladang! 

Lihatlah bunga liar! 

4. Nisannya bersama kita sampai sekarang. 

Bahkan sampai sekarang orang dapat melihat tempat 

pemakamannya. 

5. Setiap orang berbicara tentang kejadian itu. 

Setiap orang berbicara ten tang perayaan Hari Kemer­

dekaan. 

D. Dalam tiap soal berikut, BENDA atau KEJADIAN tertentu 

pertama- tama dirujuk dengan rujukan spesifik, kemudian de­

ngan kata pengganti. Garis bawahilah kata pengganti itu. 

1. Abidjan adalah kota besar di Afrika Barat. Letaknya di 

pantai dan merupakan kota metropolitan yang sedang 

berkembang dengan baik. 

2. Amir menolong seorang anak muda yang hampir 

tenggelam. Ketika apa yang telah dilakukannya diketahui, 

ia diberi penghargaan khusus karena amalnya. 

3. Hasan makan pagi, dan sesudah selesai, ia pergi ke luar 

untuk melihat matahari terbit. 

4. Mesin tik itu rusak lagi. Saya seharusnya membuang 

benda itu dari dulu. Saya membeIinya dengan harga 

potongan, dan itu bukanlah mesin yang bague. 

BEBERAPA HUBUNGAN ANTAR UNSUR LEKSlKAL 81 

E. Berilah sinonim untuk tiap katB berikut: 

1.Iucu 6. bijaksana 

2. mengatur 7. bagian 

3. kebohongan 8. keburukan 

4. tahan lama 9. kebaikan 

6. menghubungkan 10. murah hati 

F. Berikan antonim untuk tiap kata berik.ut: 

1. di dalam 6. mengikat 

2. membengkak. 7. menyebar 

3. mengakui 8. merugikan 

4. percaya 9. membebaskan 

6. menentang 10. memaa:fkan 

G. Tulislah kembali kalimat berikut dengan menggunakan per­

buatan resiprokal dari kata yang bercetak miring. Kemudian 

terjemahkanlah makna itu ke dalam bahasa lain dengan 

menggunakan padanan bentuk yang diberikan disini ataupun 

padanan resiprokal, tergantung kewajarannya. 

1. Amir memberikan buku itu kepada Budi. 

2. Orang itu mengikuti rajanya ke istana. 

3. Ketika ia mendengar bahwa mereka akan datang, ia mem­

buat persiapan untuk menerima mereka. 

4. Mimitelah menerima bunga dari seorang teman. 

6. Seseorang mengatakan kepadanya bahwa kejadian itu 

tidak benar. 

6. Amir meminjamkan buku itu kepada Budi. 

7. Mimi meminjam pen dari Jane. 

8. Saya ingin membeli buku darimu. 

9. Pemain drum memimpin parade. 

10. Thlongjualkan saya sebuah buku. 

11. Tentara Perancis menaklukkan musuhnya. 

12. Polisi mengejar penjahat itu. 

H. Ungkapkanlah kembali kalimat berikut dengan pernyataan 

positif. Apakah pernyataan negatif ataukah pernyataan positif 

lebih wajar dalam bahasa lain yang Anda kuasai? Cobalah 

keduanya dan pilihlah yang paling wajar. 

1. Ia mungkin tidak kaya, tetapi ia seorang "gentleman". 

2. Kami tidak dapat menyangkal bahwa ini adalah kenyataan. 

82 

3. la tidak pernah tidak bijaksana. 

4. lni bukan kesalahan kecil. 

5. Disini tidak dilarang parkir. 

I. Kalimat-kalimat berikut mungkin idiomatis, mungkin juga 

tidak. Sebagai latihan, ubahlah kata tercetak miring inise­

hingga kalimat positif menjadi negatif, dan kalimat negatif 

menjadi positif. Jika perlu, gantilah kata-kata itu dan ubahlah 

struktur gramatikalnya. Dalam tiap kalimat, bandingkanlah 

dan nilailah kedua kemungkinan teIjemahan itu. 

Contoh: Minum tidak dilarang. 

Minum diperbolehkan. 

1. Merokok tidak dilarang. 

2. 'Itdak mempertimbangkan faktor ini dalam menentukan 

kebijaksanaan ekonomi kita akan lucu sekali. 

3. Tambahan persetujuan ini hanya akan sah jika disam­

paikan secara tertulis. 

4. la bukan montir yang jelek. 

5. "Cina mungkin merupakan negara yang luae," kata Nehru, 

"tetapi India juga tidak kecil." 

6. la sudah mulai percaya bahwa ia akan tetap hidup, tetapi 

ia menolak menulis alamatnya ke orang-orangnya; ia tidak 

mau terlibat dalam propaganda demi prajuritnya. 

7. Semua itu baik sekali tetapi itu hal kecil. 

8. la masih belum membayar semua harga mobilnya. 

9. Lamaran yang diterima sesudah tanggal diatas tidak akan 

dihiraukan. 

10. Dalam hal kekuatan, bakat, keberanian dan kerelaan 

untuk berkorban, generasi Ialujarang dapat dibandingkan 

dengan orang sekarang yang memandang ke depan. 

Bab8 

Menemukan Makna melalui 

Pengelompokan dan Kontras 

Makna sebuah unsur leksikal hanya dapat ditemukan dengan mem­

pelajari unsur itu dalam kontras dengan unsur-unsur lain yang mem­

punyai hubungan dekat, misalnya dengan mengelompokkan unsur­

unsur itu, dan memperhatikan kontrasnya secara sistematis. Dengan 

cara ini, komponen makna bersama (shared meaning) dan komponen 

mama kontrastif dapat digambarkan secara lebih jelas. 

Hubungan bagian-keseluruhan 

Salah satu cara bahasa mengelompokkan kata adalah dengan 

hubungan yang dikenal dengan bagian-keseluruhan. Dalam bahasa 

Indonesia, misalnya, dagu, pipi, dahi, hidung, dan telinga adalah bagian 

dari kepala. Kepala, tangan, leher, bahu, lengan pinggang, pinggul, dan 

kaki adalah bagian dari badan. Dalam semua bahasa, ada banyak 

perangkat yang tersusun dari kata yang mempunyai hubungan bagian­

keseluruhan, misalnya perangkat kata yang menggambarkan bagian 

rumah, bagian mesin, bagian desa, organisasi struktural negara, or­

ganisaei politik, dU. Jika peneIjemah mempelajari pengelompokan 

bagian-keseluruhan dari dua bahasa, ia akan tahu bahwa tidak ada 

padanan yang persis sama untuk. kata-kata tertentu, tetapi akan ada 

komponen yang hilang dalam satu bahasa atau dalam bahasa lainnya, 

karena tiap bahasa mengelompokkan dan membagi bidang pe­

ngetahuannya secara berbeda-beda. Bahasa Slavia, misalnya, tidak 

mempunyai kata terplsah untuk. kata lengan dan tangan. Kata ruka 

dalam bahasa Rusia mencakup lengan dan tangan. Demikian juga 

dalam bahasa Indonesia, kata kaki dan dalam bahasa Rusia kata noga 

84 

mencakup kata foot dan leg dalam bahasa Inggris. Contoh di atas 

memperlihatkan bahwa satu kata mencakup bagian badan yang dalam 

bahasa Inggris diwakili oleh dua unsur leksikal. 

Pasangan kontrastif 

Pasangan kontrastifbisa sangat berguna untuk menentukan makna 

suatu kata. MisaInya, seseorang yang meneIjemahkan peristilahan 

bahasa Indonesia perlu menemukan perbedaan antara upah dan gaji, 

kami -kita,pekerja - pegawai, baju dinas - baju kebesaran, mendidik 

- mengajar. Jika bahasa sasaran mempunyai pasangan yang her­

hubungan dekat seperti ini, peneIjemah perlu menemukan komponen 

makna yang membedakan kata yang satu dengan kata lainnya agar ia 

dapat meneIjemahkannya dengan tepat. 

Dalam bahasa Inggris, kata meat (daging yang dapat dimakan) dan 

flesh (daging apa saja yang tidak dapat dimakan, termasuk daging 

manusia) mewakili perbedaan makna yang jarang dimiliki bahasa lain. 

Banyak bahasa hanya mempunyai sebuah kata untuk mencakup kedua 

bidang makna itu. Kata meat mempunyai komponen makna tambahan, 

yaitu makanan. Bahasa Indonesia menggunakan kata daging, dan 

bahasa Aguaruna neje, untuk padanan kata meat dan flesh. Konteks 

akan membuat makna yang dimaksud menjadi jelas. 

Prinsip kontras untuk menentukan makna sangatlah penting. Akan 

tetapi, sebelum membl'!.ndingkan