Selasa, 14 Oktober 2025

Makna bahasa 3


  dua unsur leksikal, penerjemah harus 

memeriksa apakah kedua kata itu merupakan sistem sejenis. Tidak ada 

gunanya membandingkan kata kaki dan rumah, karena kedua kata itu 

tidak membentuk pasangan untuk perbandingan. Sebaliknya, banyak 

yang bisa didapatkan dari perbandingan kata kaki dengan bagian tubuh 

lain, dan perbandingan kata rumah dengan jenis bangunan lain. Oleh 

karena itu, untuk mempelajari makna diperlukan kata-kata yang mem­

punyai beberapa ciri makna dan ciri kontrastifyang sama. 

Dalam setiap bahasa, ada pasangan kata yang berbeda satu sama 

lain hanya disebabkan satu komponen makna Baja. Misalnya, dalam 

bahasa Inggris, kata show dan see hanya berkontras dalam aspek di 

mana show mempunyai makna tambahan menyebabkan; jadi, show 

berarti menyebabkan melihat. Kata lain yang mempunyai hubungan 

semacam ini adalah kata drop (menjatuhkan) dan fall (jatuh); to drop 

berarti menyebabkan jatuh. Ada komponen makna yang sarna, yaitu 

kausatif, dalam show dan drop. Walaupun mungkin dalam bahasa lain 

tidak ada padanan kata yang persis sama untuk ketiga kata ini, bahasa 

itu mungkin mempunyai bentuk kausatifyang digunakan dengan kata 

see dan fall. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, kata lihat dan jatuh 

MENEMUKAN MAKNA 85 

dijadikan bentuk kausatif dengan penambahan imbuhan: memperlihat­

kan dan menjatuhkan. 

AnaIisi& komponen 

Komponen makna kata mungkin lebih mudah dipisahkan dengan 

melihat matriks atau diagram leksikal. Misalnya, sistem pronomina 

bahasa sumber dan bahasa sasaran dibandingkan untuk melihat apa­

kah dalam kedua sistem itu ada perbedaan yang dapat menimbulkan 

masalah dalam peneIjemahan. (Ini akan dibahas lebih lanjut dalam bab 

12.) Perhatikan bagan 8.1--8.4 yang memperlihatkan sistem pronomina 

subyek sejumlah bahasa (Strange dan Deibler 1974:18--19): 

Inggris 

tunggal jamak 

persona pertama I we 

persona kedua you 

persona ketiga maskulin feminin netral they 

he she it 

Bagan B.l 

Y~ani 

tunggal jamak 

persona pertama IU ~j.I£l~ 

persona ked~a en> Ul1£t~ 

persona ketiga maskulin feminin netral maskulin feminin netral 

au'to~ amTl aU'to au'tot (lJ.1'too aU'ta 

Bagan B.2 

Pidgin, Papua Nugini 

tunggal duaHs jamak 

inklusif eksklusif 

persona pertama mi mitupela yumi mipela 

persona kedua yu yutupela yupela 

persona ketiga. em tupela 01 

BaganB.3 

86 

Upper Asaro, Papua Nugini 

tunggal jamak 

persona pertama I naza laza 

persona kedua , gaza lingine 

persona ketiga aza ingine 

BCl/Ian 8.4 

Perhatikan, bahasa Inggris dan bahasa Yunani membedakan jenis 

kelamin. Bahasa Pidgin tidak menunjukkan perbedaan jenis kelamin 

tetapi mempunyai kontras tambahan untuk anggotanya, dualis, dan 

juga membedakan inklusif dan eksklusif untuk persona pertama. Dalam 

bahasa Upper Asaro, pronomina bebas tidak membedakanjenis ke!amin 

dan anggota dualis, tidak juga inklusif dan eksklusif. 

Pemetaan seperti dalam bagan 8.1--8.4, yang menunjukkan ciri 

kontrastifmakna untuk daerah kosakata tertentu, dapat banyak mem­

bantu peneIjemah. Peta semacam ini diperoleh dari analisis kom­

ponen. (Untuk diskusi yang Iebih Iengkap, lihat Nida 1975a.) Analisis 

komponen sering dipakai untuk menganalisis sistem kekerabatan (lihat 

Lounsbury 1956). 

Bidang hahasa tertentu dapat mempunyai analisis komponen yang 

Iebih baik dari bidang bahasa lain. U ntuk bidang yang dapat melakukan 

analisis ini, bagan seperti 8.1-8.4 akan sangat berguna. Untuk mem­

buat analisis semacam ini, diperlukan kata yang mempunyai hubungan 

satu sarna lain yang berdasarkan ciri bersama dan ciri kontrastif. 

Misalnya, kontras antargenerasi dalam I sistem kekerabatan dapat 

dilihat dari kontras antara muda dan tua, maskulin, dan feminin. 

Inggris 

langsung dekat jauh 

maskulin feminin maskulin feminin 

dua generasi sebe- grandfather I grandmother 

lumnya uncle aunt 

generasi sebelumnya 

father mother cous-

In 

generasi yang sarna ego brother sister 

generasi berikutnya son daugther nephew nlece 

dua gen. berikutnya grandson gr. daugther 

Bagan 8.5 

MENEMUKAN MAKNA 87 

Aguaruna 

garis sHeilah sendiri garis eileilah org. lain 

maskulin feminin feminin maskulin 

dua generasi sebelumnya opoch dukuch diich 

generasi sebelumnya opag dukug. 

generasi ego maskulin yatsug ubog ontsug soig 

yang sarna 

feminin ubog koig yuog ontsug 

generasi berikutnya uchi nawontu nuwaso ojiko 

dua generaei berikutnya tijagki 

Bagon8.6 

Bagan 8.5 dan 8.6 menunjukkan diagram istilah kekerabatan dalam 

bahasa Inggris dan dalam bahasa Aguaruna. Nama untuk. tiap baris 

dan kolom menunjukkan kontras makna unsur leksikal. Istilah ini 

dapat dianalisis, karena kita dapat menghubungkan tiap unsur leksikal 

dengan orang dalam dunia nonlinguistis (dunia nyata) dan sapaan satu 

sarna lain atau cara mereka merujuk. satu sarna lain. 

Perhatikan, bahasa Inggris mempunyai dua kata, brother dan sister, 

tetapi bahasa Aguaruna ada tiga, yaitu yatsug, ubag, dan kaig. 

Pemakaian ketiga kata ini tergantung pada yang berbicara. Seorang 

laki-Iaki rnemanggil saudara kandung perempuannya ubag dan saudara 

kandung laki-Iakinya yatsug; sedangkan, seorang wanita memanggil 

saudara kandung perempuannya kaig dan saudara kandung laki­

lakinya ubag. Bahasa Aguaruna dan mungkin juga bahasa lain tidak 

dapat sekedar menggunakan kata brother, karena ada banyak kata yang 

lebih spesifik. 

Bahasa Jawa membagi daerah makna lni ke dalam tiga kata, tetapi 

dengan komponen makna yang berbeda. Bentuk. mas adalah untuk. 

'kakak laki-laki', embag untuk. 'kakak perempuan', dan adig untuk. 

'adik'. Rata brother dan sister dalam bahasa Inggris tidak membedakan 

"lebih tua" atau "lebih muda" dari pembicara; sedangkan kata kakak 

dan adik dalam bahasa Indonesia tidak membedakan jenis kelamin 

"laki-Iaki" atau "perempuan". Penggunaan kata kakak dan adik dalam 

bahasa Indonesia lebih luas dari penggunaan kata brother dan sister, 

karena kakak dan adik dapat juga dipakai untuk. menyapa orang yang 

bukan saudara kandung (misalnya, saudara sepupu, ternan, orang yang 

tidak dikenal, anak didik.) Seorang peneIjemah harus mempelajari dan 

membandingkan peristilahan kekerabatan dari bahasa sumber dan 

88 

bahasa sasaran. Setiap kali menerjemahkan istilah kekerabatan, pener­

jemah harus mempertimbangkan rujukan dalam dunia nonlinguistis, 

dan cara orang itu dirujuk. Ia tidak boleh menerjemahkan secara 

harfiah kata yang tampaknya merupakan padanan terdekat. 

Jenis analisis yang telah kita bicarakan menunjukkan bahwa tiap 

kata merupakan gugus komponen makna. Dan makna ini dapat 

ditemukan meIaIui kontras satu kata dengan kata Iainnya, jika kata itu 

merupakan bagian suatu sistem, atau, jika kata itu berhubungan dalam 

hal tertentu. Untuk membentuk suatu perangkat, Bemus kata harns 

mengandung komponen generik bersama, misalnya, semua kata di 

atas mempunyai komponen bersama yaitu KEKERABATAN. Dalam 

bagan di bab 7 yang membandingkan perangkat yang berhubungan 

dengan domba, kuda, dll., komponen generiknya adalah BINATANG 

PIARAAN. 

Jenis-jenis komponen makna 

Kita dapat membuat diagram untuk kata man, woman, boy, dan girl 

dalam bahasa Inggris, karena semuanya adalah insan. Kata-kata ini 

mempunyai komponen generik yang merupakan komponen inti, INSAN 

Oihat bagan 8.7). 

MASKULIN FEMININ 

DEWASA man woman 

MUDA boy girl 

Bagan 8.7 

Selain komponen inti, tiap kata mempunyai komponen kontrastif 

yang membedakannya dari Bemus kata dari perangkat itu. Man mem­

punyai komponen kontrastif DEWASA dan MASKULIN, woman 

DEWASA dan FEMININ, boy MUDA dan MASKULIN, dan girl MUDA 

dan FEMININ. Tiap kata berkontras dengan kata lain, paling sedikit 

dalam satu komponen kontrastif. 

Komponen makna yang menyatukan tiap perangkat semantis ini 

disebut komponen generik atau komponen inti. Komponen makna yang 

membedakannya satu sama lain, dan digunakan sebagai nama untuk 

diagram itu, disebut komponen kontrastif. 

Sering dua bahaaa mempunyai perangkat yang sarna aejauh kita 

membicarakan komponen generik, tetapi komponen kontrastifnya akan 

MENEMUKAN MAKNA 89 

berbeda. Perangkat dalam bahasa yang satu mWlgkin mempWlyai 

unsur leksikal yang lebih banyak atau lebih -sedikit dibandingkan de­

ngan perangkat dalam bahasa lain, dan komponen kontrastifnya 

mWlgkin tidak sepadan. Misalnya, perangkat Wltuk INSAN dalam 

bahasa Inggris dalam (bagan 8.7) berbeda dengan perangkat untuk 

INSAN dalam bahasa AguarWl8 (bagan 8.8). 

MASKULIN FEMININ 

DEWASA kawin aishmang nuwa 

belumkawin datsa 

MUDA uchi nuwauch 

(feminin - kecil) 

Bagan 8.8 

Perhatikan, komponen kontrastiftamba:han dalam bahasa Aguaruna 

untuk MASKULIN DEWASA, yaitu: KAWIN, -dan BELUM KAWIN. 

Perhatikan juga, FEMININ MUDA hanya dapat ditunjukkan dengan 

penambahan sOOks -uch ke kata Wltuk. FEMININ DEWASA. -SOOks itu 

berarti kecil, sehingga kata untuk FEMININ MUDA adalah wanita 

kecil. (Akan tetapi, sOOks itu jelas mempunyai hubungan bentuk de­

ngan kata Wltuk. MASKULIN MUDA.) 

Dalam bab sebelumnya, kita membahas hubungan hirarki antarkata, 

yaitu., taksonomi. Di sini taksonomi juga didasarkan atas komponen 

generik dan komponen kontrastif bersama yang membedakan unsur 

leksikal yang satu dengan yang laionya, inisalnya, perhatikan bagan 

8.9 (Beekman dan Callow 1974:70). -

meja 

kursi 

tangan 

kursi 

kursi 

goyang 

perabot 

lemari 

pahaian 

kursi 

geladak 

lemari 

buku 

r-----

kursi 

bayi 

Bagan 8.9 

lemari 

mahan 

90 

Perhatikan, semua kata dalam perangkat ini mempunyai kelas 

generik perabot. Komponen kontrastif yang memisahkan meja, kursi, 

Zeman pakaian, lemari buku, dan Zemari makan mempunyai hubungan 

dengan bentuk dan kegunaan perabot itu. Kursi adalah komponen 

generik untuk kata kursi tangan, kursi goyang, kursi geladak, dan kursi 

bayi. Sekali lagi makna frase ini tergantung pada komponen kontrastif 

yang mempunyai hubungan dengan bentuk dan kegunaan. Jika pener­

jemah menangani teks yang mencakup peristilahan yang berhubungan 

dengan kelas generik, ia harus mempertimbangkan Jtomponen kontras­

tif kosakata bahasa sumber dan bahasa sasaran untuk memilih 

padanan terbaik. Seperti yang dikatakan sebelumnya, jika tidak ada 

padanan yang persis sama, dan jika komponen kontrastif itu penting 

untuk pengertian kalimat atau paragraf, mungkin peneIjemah perlu: 

memasukkan komponen kontrastif itu dengan pengungkapan kembali.' 

Jika komponen kontrastif tidak penting, ia dapat sekedar memilih 

padanan terdekat tanpa perincian lebih lanjut. 

Untuk melihat makna unsW"-unSW" leksikal yang tercakup dalam i 

perangkat semantis yang sama, pertama-tama peneIjemah harus' 

menemukan kelas yang dimiIikinya (kata generik). Kemudian unsur­

unsur leksikal itu dapat dipelajari melalui kontras. Misalnya, kata' 

memenntah, berjanji, menegur, bertanya, menjawab, dan mengumum­

kan adalah cara berbicara, atau termasuk dalam kelas generik yang, 

disebut berbicara. Oleh karena kata-kata ini termasuk dalam Batu 

perangkat yang sama, tiap kata ini dapat ditemukan melalui kontras. 

Bahasa lain mungkin juga mempunyai perangkat unsur leksikal yang 

bermakna berbicara, tetapi perangkat ini mungkin sangat berbeda 

dengan perangkat dalam bahasa Indonesia. Misalnya, bahasa Waiwai,: 

Guyana (data dari Hawkins 1962), tidak mempunyai verba yang berarti • 

berjanji, memuji, dan menyangkal. Makna itu sudah tercakup dalam 

kutipan yang bersama dengan verba berkata. (lihat bab 2) 

Komponen makna generik atau inti dapat dikatakan lebih menonjol 

dari komponen lain. Dalam kata boy ('anak laki-Iaki'), komponen makna 

INSAN lebih menonjol dari MASKULIN atau MUDAyang han.ya mem- . 

batasi INSAN. Dalam kalimat The boy is here 'Anak laki-Iaki itu di sini', . 

komponen INSAN digunakan dengan penekanan wajar, tetapi dalam J 

konteks tertentu, salah satu komponen kontrastif mungkin menjadi i 

fokUB, dan karena itu, memberikan penekanan yang intensif. Misal-, 

nya, dalam kalimat The boy, not the girl, lost the race 'Anak laki-Iakil 

itu, dan bukan anak perempuan itu, kalah dalam pertandingan', ; 

penekanannya adalah pad a MASKULIN yang bukan merupakan kom- : 

ponen inti, melainkan komponen kontrastif. Dalam kalimat A boy, 

cannot accomplish this task. It will take a man to do it 'Anak laki-Iaki; 

MENEMUKAN MAKNA 91 

tidak dapat melakukan tugas ini. Untuk itu diperlukan seorang pria', 

penekanannya adalah pada MUDA (ketidakdewasaan) yang bukan 

merupakan komponen inti. Komponen makna yang ditemukan dalam 

kata boy disajikan dalam bagan 8.10: 

7- maskulin 

muda 

BaganB.10 

Hubungan antara komponen kontrastif (MUDA dan MASKULIN) 

dan komponen inti (INS.AN) adalah hubungan batasan, artinya,INSAN 

dibatasi oleh MUDAdan MASKULIN. Komponen kontrastifmembatasi 

(makna) komponen inti. 

Selain komponen inti dan komponen kontrastif, ada juga komponen 

insidental (komponen tambahan). Kehadiran atau ketidakhadiran 

komponen ini tidak ada pengaruhnya terhadap kontras yang diperlukan 

dalam membedakan satu perangkat kata tertentu. Pada tingkat studi 

lain (yang lebih spesifik), komponen insidental ini mungkin berupa 

komponen kontrastif. Apa yang merupakan generik, kontrastif atau 

insidental tergantung pada tingkat fokus analisis, atau tergantung pada 

tingkat hierarki taksonomi. 

Misalnya, dalam membuat kontras jenis perabot, tidaklah relevan 

apakah obyek itu mempunyai tangan atau tidak. Kursi adalah sesuatu 

untuk diduduki, berkontras dengan meja, tempat tidur, dll. Akan tetapi, 

jika seseorang menggambarkan perangkat semantis jenis kursi, maka 

mempunyai tangan tidak lagi insidental tetapi kontrastif. Juga, dalam 

membiearakan kelas yang lebih generik lagi barang-barang buatan 

manusia, komponen untuk diduduki yang berkontrastif untuk perabot 

tidak lagi berkontrastif tetapi hanya insidental. 

Oleh karena peneIjemah menelaah makna kata, ia perlu menyelidiki 

perbedaan keeil antarkata dalam perangkat sernantis. Komponen 

kontrastiflah yang harus dipusatkannya. 

92 

LATllIAN-Menemukan Makna me1alui 

Pengelompokan dan Kontras 

A. Bandingkan perangkat kata untuk bagian rumah dalam dua 

bahasa yang Anda kuasai. Jika mungkin, mintalah satu orang 

untuk membuat daftar bagian-bagian yang dapat ia pikirkan 

dalam bahasa yang satu, dan orang lain dalam bahasa lainnya. 

Kemudian bandingkanlah kedua daftar itu. 

B. Buatlah diagram sistem kontras untuk istilah kekerabatan dari 

bahasa lain yang Anda kuasai. Bandingkanlah sistem itu dengan 

bahasa Indonesia dan bahasa Aguaruna (yang disajikan dalam 

bab ini). Perbedaan apakah yang Anda temukan? 

C. Dalam bahasa Indonesia, kata meninjau, menatap, memandang, 

membelalak, mengintip, menonton, dan menyorot merujuk ke 

cara melihat sesuatu. Komponen kontrastif apa yang mem­

bedakan kata itu satu sarna lain? 

D. Buatlah daftar kata yang menggambarkan cara melihat sesuatu 

dalam bahasa lain yang Anda kuasai. Jangan menerjemahkan 

dari bahasa Indonesia, buatlah daftar Bemus kata yang ada dalam 

pikiran Anda. Komponen kontrastif apa saja yang membedakan 

kata itu satu sama lain? 

E. Buatlah daftar kata yang menggambarkan cara berbicara dalam 

bahasa yang bukan bahasa Indonesia. Komponen kontrastif apa 

yang membedakan kata itu satu sama lain? 

Bab9 

Ketidakselarasan Sistem Leksikal 

Antarbahasa 

Dalam bah-bab sebelumnya, ketidakselarasan antarunsur Ieksikal 

dari dua bahasa sudah disebutkan beberapa kali. Tujuan bab ini ialah 

menekankan ketidakselarasan ini dengan contoh dan diskusi yang lebih 

banyak. Ketidakselarasan ini merupakan tantangon bagi penerjemah, 

karena bahasa sumber dan bahasa sasaran biasanya sangat berbeda 

dalam inventaris Ieksikal dan cara inventaris itu dibagi dan dikelom­

pokkan. 

Ketidakselarasan referensi (rujukan) 

Salah satu aspek makna kata adalah referensinya, yaitu BENDA, 

KEJADIAN, atauATRIBUT yang dirujuk oleh kata itu. Penutur bahasa 

mengerti makna kata itu disebabkan interaksi mereka dengan BENDA, 

KEJADIAN, atau ATRIBUT yang dirujuk. Kontras antarkata dalam 

perangkat semantis tidak dapat dipelajari tanpa sarene tertentu untuk 

menemukan kontras yang ada dalam dunia referensi (dunia yang 

dialami oleh anggota masyarakat bahasa dan yang merupakan tempat 

mereka bekeIja, serta merupakan topik yang mereka bicarakan). Kita 

telah melihat bahwa analisis komponen tergantung pada refertmsi 

nonlinguistis, atau tahu apa yang dirujuk. Walaupun BENDA, 

KEJADIAN, dan ATRIBUT yang sarna mungkin terdapat dalam dunia 

referensi, sistem referensi antarbahasa tidaklah seIaIu selaras satu 

lawan satu. Tiap bahasa membagi maknanya secara arbitrer dan ber­

beda-beda. Perhatikan bagan 9.1, yaitu kontras antara bahasa Inggris 

[yang kebetulan sarna dengan bahasa Indonesia] dan bahasa Mbembe, 

94 

Nigeria, (Barnwell 1980:24). Untuk. contoh bagian atas, bahasa Inggril 

[dan bahasa Indonesia] menggunakan tiga kata untuk. merujuk. kepadl 

daerah warna yang dalam bahasa Mbembe dirujuk dengan satu kata. 

Inggris [atau Indonesia] 

red'merah' 

orange 'jingga' 

yellow 'kuning' 

green 'hijau' 

blue 'biru' 

black 'hitam' 

Contoh lain (Barnwell 1980:25): 

Inggris 

( cloth '!tain' ) 

Inggris 

woman 'wanita' 

wife 'isteri' 

Inggris 

(lOVe 'cinta, kasih, sayang' J 

Bagan 9.1 

Mbembe 

( obina J 

Hauss 

zane 

kyalle 

yaddi 

Yunani 

Yunani 

Contoh berikut diambil dari bahasa Tzeltal, Meksiko. Ada banyak 

kata spesifik untuk. membawa, tetapi tidak ada kata generik untuk kata 

itu. 

KETIDAKSELARASAN SISTEM LEKSIKAL ANTARBAHASA 95 

jelup'in 

nol 

chup 

chuy 

lats' 

pach 

toy 

yom 

lut' 

pet 

cats' 

lup 

lat' 

cuch 

membawa di atas bahu 

membawa di dalam telapak tangan 

membawa di Baku atau kocek 

membawa dalam tas 

membawa di bawah lengan 

membawa di at.as kepala 

membawa tinggi-tinggi 

membawa sekaligus pelbagai benda yang berbeda 

membawa dengan tang 

membawa di dalam lengan 

membawa di antara gigi 

membawa di atas sendok 

membawa dalam wadah 

membawa di punggung 

Memang bahasa Indonesia mengenal beberapa jenis kata spesifik 

untuk membawa, misalnya m~njinjing, menjunjung, memikul, 

menggendong, dll, tetapi kata untuk yom, lup, chuy, misalnya, tidak 

terdapat dalam bahasa Indonesia, karena itu dalam teIjemahan, rincian 

ini mungkin perlu dimasukkan. 

Dalam meneIjemahkan kata membawa dari bahasa Inggris, yang 

hanya mempunyai satu kata carry, ke dalam bahasa Tzeltal, pener­

jemah harns memilih dari semus kata spesifik itu. '!'eke itu harns 

dipelajari dengan teliti agar dapat dipilih kata yang tepat. Akan tetapi, 

jika diteIjemahkan dal'i bahasa Tzeltal ke dalam bahasa Inggris, hanya 

ada satu kata yang dapat dipilih, yaitu kata carry. Kata carry dapat 

digunakan, tanpa penambahan £rase yang menerangkan cara mem­

bawa, kecuali jika cara membawa obyek itu penting untuk fokus atau 

tema konteks. Frase deskriptif yang ditambahkan adalah untuk men­

jelaskan komponen makna kontrastif yang ada dalam kata dari 

bahasa Tzeltal. Misalnya,jika pach terdapat dalam teks bahasa Tzeltal, 

tetapi cara obyek itu dibawa tidaklah menjadi fokus, maka cukup 

diteIjemahkan dengan kata carry. Sebaliknyajika cara obyek itu dibawa 

penting, peneIjemah harus menambah komponen makna kontrastif 

di atas kepala. 

Orang Tlingit, Alaska, tidak mempunyai kata generik untuk 

berenang, tetapi mereka mempunyai banyak kata spesifik, tergantung 

pada jenis renangnya, apa atau siapa yang berenang, dan bentuk 

tunggal ataujamak. Perhatikan data berikut (dari Constance Naish): 

96 

di-taach (tunggal) 

ka-doo-ya-to.ach (jamak) 

ya-x'aak (tunggal) 

ka-doo-ya-x'aak ·(jamak) 

ya-heen 

ya-ho (tunggai) 

ya-kwaan (jamak) 

ji-di-hoo (tunggal) 

ji-dzi-kwan (jamak) 

si-hoo (tunggal) 

si-kwaan (jamak) 

ya-dzi-aa (tunggai) 

ya-si-xoon (jamak) 

dli-tsees (tunggal) 

ka-doo-ya-tsees (jamak) 

ya-ya-goo (tunggai) 

ya-si-goo (jamak) 

(untuk manusia) 

(untuk ikan besar atau binatansi 

mamalia laut yang berenang di bawahl 

permukaan air) 

(untuk sekumpulan ikan yang berena~ 

di bawah permukaan air) 

(untuk binatang atau man usia yang! 

berenang di permukaan) 

(untuk binatang atau manusiaj 

yang berenang di permukaan, denga~ 

tanpa tujuan, dalam bentuk lingkaran) 

(untuk burung di permukaan) 

(untuk burung atau ikan yang bere-\ 

nang di bawah air dengan kepala dil 

permukaan) 

(untuk sesuatu yang berenang denganj 

cepat dan kuat, terutama binatangj 

menyusui yang hidup di laut) 

(untuk ikan hiu yang berenang ber­

gerombolan) 

Dalam menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa, 

Tlingit, penerjemah harus teliti sekali dalam memilih unsur leksikal: 

yang sesuai. Orang Tlingit yang menerjemahkan ke dalam bahasanya : 

sendiri secara naluri mengetahui kata yang tepat, tetapi terlebih dahulu . 

ia harus mempelajari teks dan situasi bahasa sumbernya. 

Ketidakselarasan perangkat semantis 

Unsur leksikal sebuah bahasa mewakilijaringan besar makna yang 

saling berhubungan yang biasanya disebut jaringan kognitif Pen­

dekatan yang berbeda untuk analisis jaringan ini akan menyoroti aspek 

yang berbeda dari struktur semantis bahasa. Kita telah membahas. 

KE'I1DAKSELARASAN SISTEM LEKSlKAL ANTARBAHASA 97 

beberapa cara melihat bagian leksikon. Dasar dari Bemus studi leksikon 

yaitu prinsip bahwa makna hanya dapat ditemukan melalui "kontras 

semantis. Dalsm mempelajari makna kata dalain bahasa sumber atau 

dalam bahaaa sasaran, penerjemah berhubungan dengan suatu sistem. 

Unsur leksikal dapat berhubungan satu sarna lain dengan pelbagai 

cara. Mungkin unSur-UDSur itu tidak mempunyai komponen makna 

yang sarna, tetapi dikaitkan satu same lain karena UDSur-unSur itu 

muncuI bersa.ma-sama jika orang berbicara tentang topik yang sama. 

Kata-kata itu dikelompokkan bersama dalam pikiran anggota 

masyarakat yang menggunakannya, karena BENDA dan KEJADIAN 

yang dirujuk Bering diasosiasikan satu same lain, misalnya, tiap bahasa 

mempunyai kosakata untuk topikpertanian. Dalam bahasa Indonesia, 

kata memf!pjak, menanam, menuai, gandum, jagung, pacul, mengikat, 

mesin kirik termasuk. dalam topik ini, dan .ada subkelompok kosakata \ 

~ntangjenis spesifik pertanian. Akan tetapi, tidak ada dua bahasa yang 

mempunyai kosakata yang persis sama untuk membicarakan per­

tanian. Bahasa yang satu mungkin mempunyai unsur leksikal yang 

Iebih banyak dari pada bahasa lainnya. Dalam hal ini hubungan an­

tarunsur leksikal lebih renggang, namun hubungan ini merupakan 

salah satu elemen keutuhan (kohesi) dalam teks, seperti yang akan kita 

bahas dalam bab 3l. 

Selain hubungan yang agak renggang ini, ada subkelompok • 

kosakata yang sangat erat hubungannya satu sama lain dan diikat 

bersama karena ada beberapa komponen makna yang tumpang tindih. 

Misalnya, ada satu perangkat kata yang muncul jika orang berbicara 

tentang m.esin yang dipakai untuk pertanian. Perangkat ini mencakup 

mesin bajak, penggaruk, traktor, mesin kombinasi. Kata-kata ini mem­

bentuk subperangkat di bawah topik pertanian. Jika berbicara tentang 

pertanian, subperangkat lain, yaitu kata cabang, batang, akar, benih, 

dan buah mempunyai hubungan yang sangat erat, kerena semuanya 

merupakan bagian pohon. 

Akan tetapi, bahkan perangkat kata yang sangat aederhana 

sekalipun yang merujuk. ke bagian pohon tidak akan seialu sepadan 

antarbahasa .. Dalam bahaaa Isnag, Filipina (data dari Rudy Barlaan), 

batang pohon terdiri dari dua bagian, bukan satu bagian seperti dalam 

pengertian orang Indonesia. Bagian bawah disebut pungut dan bagian 

.atas disebut arutang. Juga dalam bahasa Pangasinan, Filipina, 

tanaman bambu dibagi menjadi tiga bagian utama-lamut 'akar'siTN 

'batang', dan bwik 'buku'. "BuIu" terdiri dari bulawit 'cabang' dan bolull 

'daun'. 

Ada bahasa tertentu yang tidak memiliki kata spesifik untuk cara 

berbicara, karena itu, sering digunakan kutipan langsung, dan bentuk 

98 

kutipanlah yang memberikan makna. Dalam beberapa bahasa Amerin­

dian, tidilk ada kata untuk. memerintah, meminta, memohon, bertanya, 

memberitahukan, menyatakan, menerbitkan, menanyakan, membahas, 

mengagumi, menyangkal, membolehkan, menginginkan, dU. Kata-kata 

ini diungkapkan dalam bentuk. kutipan langsung. Misalnya, dalam 

bahasa Waiwai, Guiana, seperti yang kita lihat dalam bab 2, Kamu 

berjanji untuk datang, harns ditetjemahkan dengan "Pasti saya akan 

datang," katamu. Kalimat Ia memuji sampan itu, ditetjemahkan de­

ngan "Sampan yang bagus sekali," katanya (Hawkins 1962:164). 

Penetjemah harns menyelaraskan sistem bahasa yang satu dengan 

sistem bahasa yang lain. Walaupun dalam bahasa sasaran seolah- olah 

ada kata yang sepadan, mungkin komponennya berbeda dari komponen 

kata dalam bahasa sumber. Nida (1975a:58--60), misalnya, memberi­

kan contoh kata berbisik, mengoceh, menggumam, bernyanyi, dan ber­

senandung. Menurut Nida, untuk. berbisik "mungkin ada bisikan yang 

sangat lemah, hampir tidak kedengaran, yang kontras dengan bisikan 

yang sangat keras, tetapi semua tingkat kenyaringan ini digolongkan 

dalam kategori berbisik." Hwang (1979:1) mengatakan: 

... kata 80ksakita dalam bahasa Korea yang paling dekat 

maknanya dengan kata berbisik, mempunyai komponen yang 

paling penting yaitu "mengurangi kenyaringan, " selain komponen 

lain yang diberikan Nida, "verbal" "nada nonmusikal," dan "tak­

bersuara," Jadi, soksakita berarti pembicara mengatakan 

sesuatu dengan lembut sekali, dekat ke telinga pendengar, 

sehingga orang ketiga tidak akan mendengar apa yang dibi­

carakan. Begitu juga, komponen semantis bable'mengoceh' dan 

murmur'menggumam'dalam bahasa Inggris tidak sama dengan 

kata-kata itu dalam bahasa Korea. Ongalk,.lita 'mengoceh' dan 

jung,.,k",ita 'menggumam'dapat berupa verbal [kata sebenar­

nya} dan verbal semu [bukan dianggap sebagai kata}, yaitu, kom­

binasi konsonan dan vokal tanpa makna; sedangkan dalam 

bahasa Inggris babble adalah verbal semu dan murmur adalah 

verbal. 

Dalam bahasa Bora, Peru (data dari Wesley Thiesen), ada sejumlah 

akar verba yang digunakan untuk. membicarakan datang dan pergi, 

yaitu, 'gerakan dari satu tempat ke tempat lainnya', tetapi, kata ini 

tidak sepadan dengan kata datang dan pergi dalam bahasa Indonesia. 

Kata-kata ini dimengerti dalam hubungan dengan kata lainnya. 

pee 

-te­

uujete 

pergi 

pergi ke 

pergi sampai di 

KETIDAKSELARASAN SISTEM LEKSlKAL ANTARBAHASA 99 

tsaa­

-ua­

wajts! 

-je-

datang 

datangke 

datang sampai eli 

kembali ke 

Dalam bahasa Bora, penggunaan verba dan sufiks verba untuk arah 

tergantung pada lokasi pembieara. Datang hanya dipakai untuk 

menunjukkan tempat pe'Dbicara berada. Pergi dipakai untuk situasi 

lainnya. Jadi orang hanya dapat mengatakan datanglah ke rumah saya 

jika ia berada di rum~J.hnya sendiri. Jika pembieara berada di tempat 

lain, ia harus m"3ngatakan pergilah ke rumah saya. Jika dikatakan 

seseorang dataltg ke suatu tempat, implikasinya adalah pembicara 

berada di situ. Jadi sering kata datang dalam bahasa Indonesia harus 

diteIjemahkan dengan kata pergi dalam bahasa Bora. Akan tetapi, jika 

pembieara (atau penulis) melaporkan apa yang teIjadi, pemilihan kata 

akan tergantung pada lokasi pembieara atau penulis itu. PeneIjemah 

tidak selalu meneIjemahkan kata datang dengan tsaa-, tetapi harus 

disesuaikan dengan konteks. 

Bahasa Munduruku, Brasilia (data dari MaIjorie Crofts), mem­

punyai dua verba untuk kata datang. Kata xe dipakai jika pembicara 

berada di rumah, danayem digunakan jika pembicara tidak di rumah. 

Sedangkan bahasa Maxaeatl, juga Brasilia, mempunyai tigajenis letak 

tempat yang menentukan penggunaan verba gerakan. Letak ini berupa 

daerah rumah, tempat yang sedang dilalui, dan daerah antara kedua 

tempat ini (lihat Popovich 1967 untuk rinciannya). 

Hampir Bemus perangkat semantis antardua bahasa yang akan 

dibandingkan terdapat sedikit ketidakselarasan. Misalnya, istilah 

kekerabatan bukan hanya tidak selaras, seperti yang kita lihat dalam 

bab sebelumnya, tetapi juga sering mempunyai makna yang diperluas. 

Dalam bahasa tertentu, istilah kekerabatan hanya dipakai untuk 

kerabat sedarah daging, dan maknanya tidak diperluas. Akan tetapi, 

dalam bahasa Indonesia, orang dapat memanggil seorang anak keeil 

dengan nak jika ia tidak tahu namanya, sedangkan orang Piro, Peru, 

tidak memanggil nak kepada orang yang bukan anak kandung mereka. 

Orang Piro yang ingin menyapa orang yang lebih muda dengan sikap 

manis akan menggunakan kata anak muda. Bahasa tertentu mungkin 

menggunakan kata keponakan, dan bahasa lain mungkin meng­

gunakan kata teman. PeneIjemah harus mengetahui bagaimana istilah 

kekerabatan ini digunakan sebagai kata sapaan, artinya, sampai di 

mana perluasan istilah itu dapat dipakai untuk menyapa orang. 

100 

Hwang (1979:2) mencatat hal berikut tentang bahasa Korea: 

Istilah kekerabatan yang sering mempunyai penggunaan yang 

diperluas di luar sistem kekerabatan itu. Jadi seorang teman pria 

dari keluarga (atau dari orang tua) dapat dipanggil paman, 

aj,.ssi, dan seorang teman wanita dipanggil bibi, aju~ni. 

Orang Korea tidak biasa membedakan jenis kelamin untuk adik 

kandung, ton6sang, tetapi perbedaanjenis kelamin untuk kakak 

kandung adalah mutlak, karena dalam bahasa itu tidak ada kata 

yang mencakup kata kakak. Sebenarnya ada empat kata untuk 

kakak kandung, tergantung pada jenis kelamin ego / pembicara: 

oppa 'kakak laki (jika ego adalah perempuan), ',.nni' kakak 

perempuan (ego perempuan), nuna 'kakak perempuan (ego laki­

laki)' dan hy¢ng 'kakak laki-laki (ego laki-laki.)' 

Ketidakselarasan budaya daIam unsur leksikal 

Telah ditekankan bahwa tiap bahasa mempunyai pemusatan 

kosakata yang berbeda tergantung pada kebudayaan, lokasi geografis, 

dan wawasan masyarakatnya. Oleh karena situasi geografis yang ber­

beda, dalam suatu bahasa mungkin ada pemusatan kosakata untuk 

pertanian, dan dalam bahasa lain, pemusatan kosakata untuk 

perikanan. Kita telah membahas cara perangkat kosakata ini her­

hubungan satu sama lain dan cara menganalisisnya, tetapi masih ada 

aspek tambahan yang penting untuk peneIjemah. 

Sekilas kata dalam suatu bahasa kelihatan sepadan dengan kata 

dalam bahasa lain, dan malah kelihatan mempunyai komponen maIma 

inti dan komponen kontrastif yang sama. Perhatikan ketiga kata 

berikut yang secara sepintas mempunyai maIma yang sepadan, yaitu 

'rumah'. (Strange dan Deibler 1974:11). 

house oikos numunol 

Bagan 9.2 

KETIDAKSELARASAN SISTEM LEKSlKAL ANTARBAHASA 101 

Ketiga kata house, oikos, dan numuno merujuk ke BENDA yang 

kurang lebih sama. Makna generik ketiganya adalah BAN"GUNAN, dan 

komponen kontrastifnya TEMPAT TINGGAL ORANG. Akan tetapi, 

kata-kata ini menimbulkan gambaran yang sama sekali berbeda dalam 

pikiran pembicara bahasa, karena perbedaan obyek kebudayaan yang 

dirujuk. Sebuah kata sering tidak merujuk. ke benda yang persis sama 

seperti padanannya dalam bahasa lain, walaupun komponen inti dan 

komponen kontrastifkata itu mungkin sama. 

Apa yang dianggap komponen insidental dalam satu bahasa dapat 

menjadi komponen kontrastif dalam bahasa lain. Misalnya, kata 

oikos dalam bahasa Yunani digunakan dalam kalimatParto naik ke atas 

rumah untuk berdoo. Jika kalimat ini diterjemahkan ke dalam bahasa­

bahasa di Papua Nugini, mungkin akan teIjadi salah pengertian jika 

kata rumah diterjemahkan dengan numuno. Atap jerami yang bulat 

adalah tempat yang tidak pantas dinaiki untuk. berdoa. Komponen 

makna atap datar dalam kata oikos tidak kontrastif dalam kebudayaan 

Yunani, tetapi berkontras dengan bangunan di Papua Nugini. 

Penerjemah tidak hanya berhadapan dengan konsep dalam sistem 

satu bahasa, tetapi berhadapan dengan konsep dalam dua bahasa. Tiap 

bahasa membatasi dan memberi nama daerah realitas atau peng­

alamannya secara berbeda-beda. Penerjemah harus menemukan kata 

atau frase yang tepat untuk memadankan unsur leksikal yang 

digunakan dalam teks bahasa sumber. 

Misalnya, peneIjemah yang menghadapi konsep gidropaln dalam 

bahasa Rusia mwtgkin merasa bahwa kamus bahasa Inggris mem­

punyai banyak padanan seperti water plane, sea plane, flying boat, hydro 

plane, speed boot, dU. Ia harus tahu tentang kapal laut dan kapal 

terbang, dan juga cara membandingkan kata untuk menemukan kom­

ponen makna yang relevan. 

Kesulitan lain ialah konsep dalam satu sistem sering tampil dalam 

bentuk gugus, dan kadang-kadang juga bergabung dengan kelompok 

kata lain yang ada hubungannya secara semantis. Buku pedoman 

seorang pemilik. mobil pasti mengenai bagian-bagian mobil yang saling 

berhubungan, dan studi persenjataan pasti mengenai banyak jenis 

peluru dan senjata. Untuk. membedakan tongkat dan batu tidak diper­

lukan analisis khusus, karena perbedaannya cukup jelas, tetapi untuk. 

membedakan kata yang maknanya sangat mirip, masalahnya akan lain 

lagi. 

Menerjemahkan kata dari perangkat yang mewakili bidang makna 

tertentu dalam bahasa sumber mungkin sangat sulit, jika sistem 

tersebut dalam bahasa sasaran tidak sepadan. Misalnya, dalam bahasa 

Slavia, Letnan Jenderal adalah Jenderal kedua paling bawah. Pangkat 

102 

ini sama dengan Mayor Jenderal dalam sistem Amerika. Akan tetapi, 

dalam bahasa Slavia Mayor Jenderal adalah pangkat terendah Jenderal 

atau sama dengan Brigadir Jenderal dalam sistem Amerika. Jika kata 

ini diteIjemahkan secara harfiah, teIjemahan itu seolah-olah menun­

jukkan sistem paralel dari pangkat militer, padahal tidak demikian 

halnya. 

MAKNA hanya dapat ditemukan melalui kontras sistematis de­

ngan kata-kata lain yang mempunyai ciri tertentu yang sama. Kata­

kata ini juga harus berkontras dalam apa yang dirujuknya atau dalam 

SituaR" penggunaannya. 

LATIHAN-Ketidakselarasan Sistem Leksikal Antarbahasa 

A. Buatlah daftar kata untuk perangkat warna dalam bahasa yang 

bukan bahasa Indonesia, dan bandingkan kata-kata itu dengan 

bahasa Indonesia. 

B. Buatlah daftar kata untuk perangkat cara bergerak dalam bahasa 

yang bukan bahasa Indonesia. Komponen makna apa yang mem­

bedakannya satu sarna lain? 

C. Buatlah daftar kata untuk perangkat cara cairan bergerak dalam 

bahasa yang bukan bahasa Indonesia, kemudian bandingkan tiap 

kata itu. Sesudah itu, bandingkanlah kata-kata itu dengan kata 

menetes, bocor, menyemprot, menciprat, menuang, mengalir, dan 

menyembur. Apa perbedaan makna dalam kedua bahasa? 

D. Berikut ini diberikan data bahasa Hindi dan teIjemahan harfiah 

dalam bahasa Inggris dengan menggunakan "come" ('datang') dan 

"go" ('pergi'), dan sesudah itu diberikan terjemahan idiomatis 

bahasa Indonesia. Komponen makna apa, selain gerakan, yang 

terdapat dalam gambaran morfemis "come" dan "go" dalam 

bahasa Hindi? (Data dalam bahasa Hindi diambil dari "On the 

Deictic Use of 'Coming' and 'Going' in Hindi" oleh Anjani Kumar 

Sinha, University of Chicago dalam Papers from the Eighth 

Regional Meeting, Chicago Linguistic Society, April 14-16, 1972.) 

1. Uska lal'ka widman nikal ayli. 

His son ~ scholar came out. 

(Anaknya keluar sebagai saIjana.) 

2. USD laro nidal' nikalliya. 

His son fearless came out. 

(Anaknya ternyata tidak takut.) 

KETIDAKSELARASAN SISTEM LEKSlKAL ANTARBAHASA 103 

3. USM larka bewku nikal gaya. 

His son "a fool went out. 

(Anaknya ternyata seorang bodoh.) 

4. Uska larka badma s nikalgaya. 

His son "a rascal went out. 

(Anaknya ternyata seorang bajingan.) 

5. Musibat me uski buddhi nikal iiyf. 

In crisis, his wisdom came out 

(Dalam keadaan kritis, ia sangat bijaksana.) 

6. Musibat me uski buddhi nikal gayf. 

In crisis, his wisdom went out. 

(Dalam keadaan kritis, ia sangat tidak bijaksana.) 

7. CijO'ke dam upar carh gaye. 

The price of things went up. 

(Harga barang naik.) 

8. Cijo ke dam nice utar aye. 

The price of things came down. 

(Harga barang turun.) 

9. Bahut dina ke bad mandi ke ant me cijo ke dam upar carh 

aye 

At the end of the depression, after a long time, the prices 

came up. 

(Lama sesudah akhir depresi, harga naik.) 

10. Bahut dina ke bad mahagi ke ant me cijo ke dam nice utar 

aye 

At the end of the inflation, after a long time, the prices 

camedowm. 

(Lama sesudah akhir inflasi, harga turon.) 

11. UsIm bwdir carh gtiyti .. 

His temperature went up. 

(Suhu badannya naik.) 

12. Uska baxar utar aya. 

His temperature came down. 

(Suhu badannya turun.) 

104 

13. Wo brahman nikal aya. 

A Brahmin he came out. 

(Ia ternyata seorang brahmana.) 

14. Wo harijan nikal gaya. 

An Untouchable he went out: 

(Ia ternyata tidak dapat disentuh.) 

E. Buatlah daftar kata-kata kunci untuk orang dalam pemerintahan' 

negara Indonesia. Bandingkan kata-kata ini dengan kata-kate 

berikut yang digunakan selama pemerintahan Kaisar Romawi 

untuk perangkat semantis penguasa. 

kaisar 

raja 

gubernur 

bupati 

atas beberapa negara 

atas satu negara 

atas daerah sebuah negara 

atas seperempat bagian daerah suatu negara 

Bab 10 

Ragam Makna Unsur Leksikal 

Definisi "makna sekunder" 

Dalam bah-bab sebelumnya, kita memandang unsur leksikal dari segi 

komponen maIma yang membentuk. kata. Sebagian besar, maIma ini 

ditemukan melalui kontras satu unsur leksikal dengan unsur leksikal 

lainnya dalam suatu sistem. Di situ terlihat bahwa pasangan kata 

dalam perangkat semantis yang mempunyai maIma yang sama dapat 

dikontraskan; begitujuga, seluruh perangkat semantis dapat dikontras­

kan. Studi taksonomi, analisis komponen, studi antonim-sinonim, dan 

penguraian konsep atau komponen makna yang terkandung dalam satu 

kata, menunjukkan bahwa makna yang sarna dapat muneul sebagai 

bagian makna dari pelbagai kata. Sejauh ini kita lebih banyak mem­

bicarakan satu maIma kata, yaitu maIma primer, tetapi kebanyakan 

kata mempunyai lebih dari satu maIma. 

Seperti yang telah disebutkan dalam bab 1, salah satu ciri kata ialah 

sebuah unsur leksikal dapat mempunyai makna primer dan makna 

sekunder. Makna primer yaitu makna yang dipelajari sejak keeil, 

dan terkandung dalam sebuah kata jika kata itu digunakan tersendiri. 

Makna ini merupakan makna pertama yang muneul dalam pikira,n, dan 

cenderung mempunyai referensi ke situasi fisiko Makna sekunder 

yaitu makna yang tergantung pada konteks. Misalnya, kata bunga yang 

berdiri sendiri biasanya dihubungkan dengan bagian tumbuhan yang 

elok dan harum. Akan tetapi, bunga uang tidak ada hubungannya 

dengan tetumbuhan. Kata bunga di sini digunakan dalam makna 

sekunder. 

Seorang Mbembe, Nigeria, akan mengatakan bahwa chi berarti 

makan. Makna ini adalah makna primer. Akan tetapi, orang Mbembe 

106 

juga akan menggunakan kata yang sama ini dalam frase sebagai berikut 

(Barnwell 1980:32): 

MBEMBE HARFIAH IDIOMATIS 

chi akpuka makan uang menggelapkan 

chi edein makan jalan kecil pergi lebih dahulu 

chi ngwou makan suap menerima suap 

chi akpein makan kehidupan menikmati hidup sepuas-

puasnya 

chionong makanorang menipu seseorang 

Jika kata chi tampil bersama kata akpuka, artinya menggelapkan; 

jika tampil bersama kata edein, artinya pergi lebih dahulu; jika tampil 

bersama kata ngwou, artinya menerima suap, dll. MAKNAnya berubah 

tergantung pada kata yang tampil bersamanya. Kata akpuka, edein, 

ngwou, akpein, dan onong menjadi konteks untuk kata chi. Konteks ini 

juga disebut kolokasi. 

Orang yang menguasai dengan baik sebuah bahasa biasanya me­

ngetahui makna sebuah kata dari konteksnya. Akan tetapi, biasanya 

orang yang mempelajari bahas8 kedua akan mengalami kesulitan 

dalam belajar menggunakan makna sekunder sebuah kata. Demikian' 

juga, menerjemahkan makna primer lebih mudah daripada mener­

jemahkan makna sekunder, karena bahasa sasaran biasanya mem­

punyai padanan leksikal untuk makna primer, dan padanan yang tidak 

selaras untuk makna sekunder. Dalam bab 1, kita telah melihat contoh 

di mana tiap kata run dalam bahasa Inggris harus diteIjemahkan 

dengan kata lain dalam bahasa Indonesia. 

Makna nonprimer bahasa sumber biasanya tidak dapat diteIjemah­

kan dengan maIma primer bahasa sasaran. Misalnya, makna primer 

key 'kunci' dalam bahasa Inggris diteIjemahkan dengan llave dalam 

bahasa Spanyol, tetapi perhatikan daftar berikut yang menunjukkan 

teIjemahan makna sekundemya: 

key - llave (untuk pintu) 

key - clave (untuk kode) 

key - tecla (untuk mesin tik) 

Sebaliknya, jika llave diteIjemahkan ke dalam bahasa Inggris; key 

hanyalah merupakan makna primer. 

llave - key 'kunci' 

llave - faucet 'keran' 

llave - wrench 'kunci Inggris' 

RAGAM MAKNA UNSUR LEKSlKAL 107 

Menganalisis makna kata 

Proses menemukan makna kata agak rumit tetapi gaDget penting 

untuk menyusun kamus dan untuk belajar bahasa kedua. Selain itu, 

studi ini dapat juga bermanfaat bagi penerjemah jika tidak tersedia 

kamus yang memberikan gambaran yang tepat tentang makna kata 

(lih. Beekman dan Callow 1974, bab 4 dan 5 untuk lebih rinci). Seorang 

penerjemah yang benar-benar dwibahasa akan segers mengenali 

makna nonprimer. Jika makna sekunder diterjemahkan secara har­

fiah, terjemahan itu akan menghasilkan kolokasi yang aneh dan makna 

yang salah. 

Berikut ini diberikan langkah-Iangkah analisis makna kata. 

Langkah L Kumpulkan data 

Pertama-tama, kumpulkanlah sebanyak mungkin contoh 

penggunaan kata. Jika orang yang bersangkutan tahu bahasa sasaran, 

ia dapat memikirkan Bemus kemungkinan kombinasi kata itu. Jika 

tidak, ia harus mencari sebanyak mungkin kata itu dalam teks. 

(Konkordansi yang dibuat komputer akan mempercepat penelitian ini.) 

Orang yang belajar suatu bahasa, atau yang ingin menyusun kamus, 

harus memulai penelitiannya dengan mengumpulkan data tiap kata 

dari bahasa itu, dan menambah jumlah kata serta contoh kombinasi 

kata itu dengan kata lain. Sasarannya ialah membuat sebanyak 

mungkin daftar kolokasi. Di bawah ini diberikan contoh dalam bahasa 

Inggris (Beekman dan Callow 1974, bab 6): 

The bird runs. 

The boy runs. 

The car runs. 

The eye runs. 

The dog runs. 

The faucet (tap) runs. 

The jelly runs. 

The nose runs. 

The horse runs. 

The paint runs. 

The solder runs. 

The sore runs. 

The stocking runs. 

The stream runs. 

The ivy runs. 

The watch runs. 

The woman runs. 

The bean plant runs. 

Langkah 2. Kelompokkanlah kolokasinya ke dalam kelas 

generik 

Tiap bentuk gramatikal harns dianalisis secara terpisah. Dalam 

contoh ini, kita hanya menggunakan bentuk verba intransitif. Jika 

terdapat nomina run, nomina ini harus dianalisis secara terpisah. Kita 

108 

dapat mulai dengan menebak, dan memperbaiki analisis itu langkah 

demi langkah. 

1. binatang (bird, dog, horse) 

2. manusia (boy, woman) 

3. bagian tubuh (eye, nose, sore) 

4. padat (jelly, solder) 

5. cairan (faucet, paint, stream) 

6. tanaman rambat (ivy, bean plant) 

7. pakaian rajut (stocking) 

8. benda mekanis (car, watch) 

Perhatikan, walaupun binatang dan manusia dibagi dalam dua 

kelas generik, makna runnya 'berlari' adalah sama, karena itu, kita. 

dapat menggabungkan keduanya ke dalam kelas yang lebih generik­

makhIuk berkaki. Eye, nose, dan sore diklasifikasikan sebagai 

bagian badan, tetapi dalam hubungan dengan run, bukan bagian 

badan melainkan cairan yang keluar dari eye, nose atau sore yang runs 

'mengalir', karena itu, kata-kata ini dapat dikelompokkan ke dalam 

cairan. Jelly dan solder juga cairan, walaupun nantinya bisa padat. 

Oleh karena itu, kata-kata itu juga dikelompokkan ke dalam cairan. 

Klasifikasi yang baru ini adalah sebagai berikut: 

1. makhluk berkaki, misalnya bird, dog, horse, boy, woman; 

2. cairan, misalnya stream, paint, faucet, eye, nose, sore, jelly, 

solder; 

3. tanaman merambat, misalnya ivy, bean plant; 

4. pakaian rajutan, misalnya stocking; 

5. benda mekanis dengan dayasendiri, misalnya car, watch .. 

Langkah 3. Kelompokkanlah kembali konteks itu 

Pengelompokan kembali konteks ini berdasarkan kolokasi yang ter­

masuk dalam kelas generik yang sarna. 

Mahluk berkaki 

The bird runs. 

The boy runs. 

The dog runs. 

The horse runs. 

The woman runs. 

Cairan 

The nose runs. 

The faucet runs. 

The stream runs. 

The sore runs. 

The eye runs. 

The paint runs. 

The solder runs. 

The jelly runs 

RAGAM MAKNA UNSUR LEKSlKAL 109 

Tanaman rambat Benda mekanis dengan daya 

sendiri 

The ivy runs. The watch runs. 

The car runs The bean plant runs. 

Pakaian rajut 

The stocking runs. 

Langkah 4. Buatlah daftar dan namakanlah makna kata itu 

Sesudah data itu disusun kembali dengan kelas generik dari 

kolokasinya, makna-makna kata akan jauh lebih mudah terlihat. 

Untuk makhluk berkaki, makna kata run adalah menggerakkan diri 

dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat; untuk cairan, yaitu 

mengalir; untuk tanaman rambat, yaitu tumbuh, dU. 

Makna 1 : 

Makna 2 

MaknaS 

Makna4 

Makna 5 

menggerakkan diri dari satu tempat ke tempat lain 

dengan cepat atau bergerak cepat dengan menggunakan 

kaki (untuk makhluk berkaki) 

mengalir (untuk cairan) 

tumbuh dengan cara menyebar (untuk tanaman ram­

bat) 

mengakibatkan benangnya lepas atau rusak (untuk 

pakaian rajut) 

berfungsi secara efektif (untuk benda mekanis atau 

motor) 

Metode di atas berguna untuk mencari padanan teIjemahan, artinya, 

makna primer mungkin diteIjemahkan dengan padanan harfiah ber­

lari, makna sekunder mungkin harus diteIjemahkan dengan mengalir, 

tumbuh, dU. 

Menerjemahkan pelbagai makna 

Oleh karena analisis di atas rnerupakan analisis kata dalarn bahasa 

sasaran, maka kolokasi untuk kata run harus juga dimasukkan untuk 

memastikan bahwa makna itu benar. Jika makna itu didapat dari 

konteks, maka konteks itujuga harus nampak dalam teIjemahan. 

Kata dress dalam bahasa Inggris yang muncul dalam konteks berikut 

masing-masing memberikan makna yang berbeda. Perhatikan makna 

masing-masing kalimat itul 

110 

1. I dressed myself. 

2. I dressed a chicken 

3. I dressed timber. 

4. The soldiers dressed rank. 

5. I dressed the wound. 

Saya memakait baju. 

Saya mencabuti bulu ayam dan me­

ngeluarkan isi perutnya. 

Saya mengetam kayu itu. 

Serdadu itu berjajar dalam satu 

baris lurus. 

Saya mengobati dan membalut luka 

itu. 

Semua kata dress di atas mengandungide 'membuat dan menyiapkan 

sesuatu dalam bentuk yang dapat disajikan.' Adanya kesamaan makna 

ini menunjukkan bahwa hanya ada satu kata, dan bukan dua kata atau 

lebih (Beekman dan Callow 1974:97). Tiap makna di atas diterjemah­

kan dengan kata yang berbeda. Perhatikan padanan berikut dalam 

bahasa Pidgin, Papua Nugini: 

PIDGIN 

1. Mi putim kIos. 

2. Mi redim kokoruk bilong kukim. 

3. Mi plenim plang. 

4. 01 ami oli stretim lain bilong 01. 

5. Mi putim marasin long sua. 

INDONESIA HARFIAH 

Saya meletakkan baju. 

Saya menyiapkan ayam 

untuk masak. 

Saya mengetam papan. 

Serdadu itu meluruskan 

baris mereka. 

Saya meletakkan obat di 

atasluka. 

Perhatikan terjemahan dalam bahasa Spanyol di bawah ini; hanya 

makna primer kata dress yaitu memakai baju yang dapat diterjemah­

kan dengan vestirse. 

SPANYOL 

1. Yo me vest!. 

2. Yo labraba madera. 

3. Yo pelaba y destripaba la gallina. 

4. Los soldados se alinearon. 

5. Yo vendaba la herida. 

INDONESIA HARFIAH 

Saya sendiri memakai baju. 

Saya mengerjakan kayu. 

Saya mencabut bulu dan 

membersihkan ayam betina 

itu. 

Serdadu itu berjajar. 

Saya membalut luka itu. 

Contoh di atas menunjukkan bahwa makna sekunder selalu diter­

jemahkan dengan kata yang berbeda dari kata untuk makna primer. 

RAGAM MAKNA UNSUR LEKSIKAL 111 

Aguanma "wakan" 

(bemyawa VB. tidak bemyawa) 

(kelihatan VB. tidak kelihatan) (gambaran pelaku VB. gambaran kelakuan) ~ (adikodrati VB. (inBani VB. 

,A2 :i\~ 

hantu bunmg jiwa Roh 

manuBia Allah 

(bentukri~ 

bentuk ;~)' ~ 

~ (temporer VB. (temporer VB. permanen) permanen) /"'-. 5~6 7 8/ ""-9 

pantulan gambar bayang- jejak cakaran 

an 

Bagan 10.1 

Inggris "spirit" (Nida 1974:107) 

I (berkepribadian VB. tidak berkepribadian) 

.------(nOnlnBani VB insani) (karakter VB. BubBtanBi) 

(teologiB VB: nonteol~ (inBani VB noninsani) 

~~ kelihatan VB. kelihatan) 

(inferior VS. Buperior) (teknOIOgi/.jVS' (perorang­

umumlfolk)an VB. kelompok) 

(jahatlJvB. baik) ;.j 5 d 9 11 

2 peri 7 jiwa alkohol 

.

. malaikat 3 4 . 6 hantu 8 kebangBaan 10 

IbhB bagtan k b' 1~_ d Allah tuyul k 'b d' egem Ira - maJUlu 

dewa-d:v/a epn a Ian an 

Bagan 10.2 

Dalam bahasa Aguaruna, Peru, ada banyak kata yang merujuk ke 

kesatuan dalam alam mistik, antara lain, kata iwanch, wakan, tsugki, 

pas un, pasuk, nugkui, pagki, iwaji, ajutam, dll. Semua kata ini ter­

masuk dalam perangkat Bemantis yang sama dan dapat dikontraskan. 

Cara menganalisis komponen makna ini yaitu seperti yang diberikan di 

bab sebelumnya. Komponen intinya ialah MAKHLUKHALUS. Iwanch 

112 

mempWlyai komponen kontrastifjahat; wakan mempWlyai komponen 

kontrastifjiwa manusia, dll. Tiap kata ini mempWlyai makna primer 

dan sejumlah makna sekWlder. Makna sekWlder ditemukan dalam 

perangkat semantis, MAKHLUK HALUS. Misalnya, pagki mempWlyai 

makna primer sejenis ular yaTl/I membunuh maTl/Isanya dengan jalan 

membelitkan mangsanya; sedangkan makna sekundernya adalah 

makhluk halus yaTl/I tinggal di dalam air dan jahat, yang berkontras 

dengan tsugki, makhluk halus yaTl/I tinggal di dalam air tetapi yang 

baik. Contoh ini menunjukkan bahwa satu kata bisa menjadi anggota 

sejumlah perangkat semantis. Tentu saja ini menambah kesulitan, 

peneIjemahan. (lihat bagan 10.1 dan 10.2.) 

Dalam bagan itu diberikan sembilan makna kata wakan. (Jenis, 

analisis yang mengarah kebagian ini dilukiskan dalam Nida 1964:99--

113. Analisis Nida dalam bahasa Jnggris spirit dimasukkan di sini Wltuk 

menunjukkan kontrasnya dengan wakan.) Tiap makna diberi nomor di 

atasnya, dan nomor satu Wltuk makna primer. Kita lihat sebelumnya 

bahwa makna sekWlder ditandai oleh konteks. Misalnya, Wltuk menan­

dai makna buruTl/I, dan bukan hantu, dalam kata wakan, konteke itu 

harus memiliki tanda kodrati dan bukan adikodrati karena adikodrati 

(hantu) merupakan makna primer dari wakan. 

Kata wakan paling sedikit mempWlyai sembilan makna, tetapi 

maknanya itu sendiri baru dapat dimengerti jika terdapat dalam kon­

teke tertentu. Jika tidak, mWlgkin akan dihasilkan makna yang salah.' 

Misalnya, jika kita menggWlakan kata harimau sebagai konteks Wltuk: 

kata wakan, maknanya masih bisa ambigu. Kata itu bisa merujUk ket 

hantu harimau, pantulannya, bayangannya, cakarannya,jejaknya, atau 

gambarnya. Jika orang AguarWla mengatakan, Saya melihat wakan 

harimau, segera akan diketahui bahwa yang dimaksud adalah hantu, 

yaitu makhluk halus dalam bentuk harimau. Makna makhluk halus 

ditandai dengan kolokasi melihat yang menunjukkan hantu. Jika 

seseorang mengatakan, Ada wakan harimau dalam buku baru kita, 

maka yang dibicarakan adalah gambar, karena itu pasti tidak ber­

nyawa. Kolokasi buku menunjukkan makna ini. Jika dikatakan John 

mempunyai wakan harimau di kakinya, wakan diartikan sebagai 

cakaran karena kolokasi di kakinya. Kata wakan dalam John melihat 

wakan harimau di pasir ialahjejak karena kolokasi di pasir. 

Ada dua kaidah utama Wltuk makna 8ekunder sebuah kata, yaitu 

sebagai berikut: 

1. makna 8ekunder bahasa sumber mWlgkin tidak dapat diter­

jemahkan secara harfiah, tetapi harus dimengerti Wltuk mendapatkan 

padanan yang baik, dan 2. makna 8ekunder dari kata dalam bahasa 

RAGAM MAKNA UNSUR LEKSIKAL 113 

sasaran hanya akan bermaknajika konteks itu mencakup kolokasi yang 

menunjukkan maIma yang diinginkan. 

Ambiguitas 

Kurang memadainya konteks dapat mengakibatkan ambiguitas. 

Misalnya, £rase dalam bahasa Inggris This suit is lighter bisa berarti 

Jas itu tidak seberat yang lainnya atau Warna jas itu tidak setua jas 

lainnya. Ambiguitas itu disebabkan adanya dua pengertian, dan 

kmang memadainya konteks. Kita dapat mengatakan This suit is 

lighter in weight atau His suit is lighter in shade, tetapi biasanya 

konteks yang akan menunjukkan maIma sebenarnya. Tidak ada keran­

cuan antara This suit is lighter, since it is made of vicuna cloth dan This 

suit is lighter than even those spring pastels. Sering konteks yang lebih 

luas menandakan makna sekunder, tetapi harus ada sesuatu yang 

menyebabkan pembaca (khalayak) mengerti makna mana yang dimak­

sud. 

PeneIjemah harus mengetahui komponen maIma primer. Misalnya, 

dalam bahasa Chuj, Guatemala, kata berkata ternyata merupakan 

masalah buat peneIjemah. Kata itu dipak~ peneIjemah dalam kalimat 

Orang-orang mengatakan, "Orang ini Allah" Dalam cerita tersebut, 

orang itu bukan Allah; orang-orang mengatakannya, tetapi itu tidak 

benar. PeneIjemah tidak tahu bahwa makna primer dari kata berkata 

mencakup komponen kebenaran. Kata berkata berarti mengatakan 

kebenaran; komponen ini tidak ditandai. Untuk menyatakan bahwa apa 

yang mereka katakan adalah tidak benar, berkata harus ditandai. Jadi 

kalimat itu harus diteIjemahkan dengan Orang-orang berkata tidak 

benar, "la Allah". 

Padanan unsur leksikal antarbahasa tidak ada yang mempunyai 

maIma-maIma yang sama. Bahkan makna primer yang kelihatan sarna 

mungkin mempunyai komponen tambahan yang dapat mengakibatkan 

makna yang salah, jika tidak hati-hati menggunakannya. Salah satu 

hal yang paling penting dalam peneIjemahan adalah adanya konteks 

yang memadai untuk menandai makna yang diinginkan. Ambiguitas 

Bering timbul jika peneIjemah hanya mengetahui satu atau dua makna 

dari kata yang bersangkutan. 

Perhatikan ketiga kalimat bahasa Aguaruna berikut: 

1. pagki tepawai (har. 'ular terletak') 

2. pagki wajawai (har. 'ular berdiri') 

3. pagki ayawai (har. 'ular mereka') 

114 

Kalimat pertama berarti ada ular, yang kedua ada pelangi dan yang 

ketiga ada roh air. Semuanya menggunakan kata pagki yang mem­

punyai makna primer ular besar. marini tidak ditandai, tetapijika kata 

itu digunakan dalam konteks lain, kolokasi itu memberikan makna 

yang lain. Seorang penerjemah bermaksud meneIjemahkan per­

nyataan Allah kepada nabi Nub, "BusurKu Kutaruh di awan." Satu 

satunya unsur leksikal dalam bahasa itu untuk pelangi adalah kata 

pagki. Agar kata itu dapat berarti pelangi, harus dimasukkan kata 

wajawai 'berdiri.'ke dalam konteks itu. Saran semula untuk teIjemahan 

itu adalah "Saya akan menyebabkan pelangi berdiri di awan," tetapi 

penambahan kausatif membuatnya merujuk ke benda bernyawa, yaitu 

ular. Juga, dalam bahasa Aguaruna, pelangi tidak dapat dimiliki. 

Akhirnya kalimat itu diteIjemahkan dengan "Saya akan menyebabkan 

kamu melihatnya, pelangi yang berdiri itu." Kata berdiri harus ada 

untuk menghilangkan kemungkinan kesalahpahaman. 

LATIHAN - Ragam Malma Unsur Leksikal 

A. Dalam tiap kalimat berikut, kata yang tercetak miring mem­

punyai maIma sekunder. Apa artinya dan apajaringan makna 

yang menghubungkannya dengan maIma primer? 

1. Ia menyimpan banyak kenangan manis dengan pacarnya. 

2. Sekali lagi pemerintah menaikkan harga minyak. 

3. "Saya harus mengejar pesawat itu," katanya, sambil 

melihat arlojinya. 

4. Anak-anak memungut nilai dan sikap orang tua mereka. 

5. Ia harus menanggung malu seumur hidupnya. 

6. Seharusnya mereka membanting tulang mencari penggan-

tinya. 

7. Pemogokan karyawan akhirnya melumpuhkan kota ini. 

8. Tidak ada yang dapat memecahkan masalah ini. 

9. Saya sudah berusaha mempertahankan nama baik Anda. 

10. Mereka tidak terpengaruh oleh inflasi itu. 

B. Hilangkanlah ambiguitas kalimat-kalimat berikut dengan 

menuliskannya kembali dalam dua kalimat, masing-masing de­

ngan konteks yang berbeda. 

1. Baju kebesaran itu disimpa.n dengan rapi di dalam lemari. 

2. Saya dapat merasakan kepahitannya. 

3. Kenapa tidak kamu habiskan saja semuanya? 

RAGAM MAKNA UNSUR LEKSIKAL 115 

4. Ia sedikit tersinggung. 

5. Joni maju dengan cepat. 

C. Coba terjemahkan kalimat di B ke dalam bahasa lain yang Anda 

kuasai, agar kedua makna itu tersampaikan. 

D. Pilihlah sebuah kata dalam bahasa ibu Anda (berlari, mahan, 

atau melihat) dan sertakanlah sebanyak mungkin konteksnya. 

Kernudian analisislah kata itu dengan langkah-Iangkah yang 

diberikan di atas. 

E. Ikutilah prosedur yang diberikan di atas, dan carilah makna kata 

kahi dalam data berikut. Kemudian tetjemahkanlah tiap makna 

itu ke dalam bahasa lain. 

kaki orang 

kakigunung 

kaki bukit 

kaki pohon 

kaki tangan 

kaki kelinci 

kaki meja 

kaki halaman 

kaki tangga 

kaki tempat tidur 

F. Ikutilah petunjuk di E untuk kata panas dalam bahasa Indonesia. 

uangpanas 

hari panas 

suasana panas 

suhupanas 

musik panas 

adegan panas 

panas hati 

panas dingin 

cuaca panas 

badan panas 

film panas 

Bahll 

Makna Figuratif Unsur Leksikal 

Kita telah melihat bahwa sebuah kata bisa mempunyai pelbagai 

maIma, dan maIma ini ditandai oleh konteks atau kata-kata lain yang 

muncul bersamanya. Makna primer yaitu maIma yang tampil dalam 

pikiran penutur bahasa jika kata itu diucapkan tersendiri; sedangkan 

makna sekunder yaitu maIma yang tergantung pada konteks. MaIma 

sekunder berhuhungan dengan makna primer melalui jaringan maIma 

tertentu. 

Dalam makna sekunder, ada yang disebut makna figuratif, yaitu 

makna yang berdasarkan hubungan asosiasi dengan mokna pri1l'U!r 

(Beekman dan Callow 1974:94). Sehubungan dengan maIma :6.guratif, 

kita akan membahas beberapa jenis majas. 

Metonimia 

Penggunaan kata dalam maIma :6.guratif yang melibatkan asosiasi 

disebut metonimia, misaInya, Kantor itu sibuk. Di Bini yang dimaksud 

tentunya 'pegawai yang sibuk', dan bukan kantornya. Kantor dipakai 

dalam makna :6.guratifuntuk maksudpegawai. Jika kalimat ini diter­

jemahkan secara harfiah ke dalam kebanyakan bahasa, maka maIma 

yang dimaksud tidak dapat disampaikan. Makna figuratif biasanya 

tidak dapat diteIjemahkan secara harfiah. 

Dalam hahasa Inggris dapat dikatakan He has a good head, (har. 'Ia 

mempunyai kepala yang bague'). Kepala adalah tempat otak, dan 

digunakan secara :6.guratifuntuk merujuk ke otak. Juga, dalam haha­

sa Inggris dapat dikatakan The response from the floor was positive, (har. 

'Jawaban dari Iantai adalah positif'). Kata lantai digunakan secara 

figuratifuntuk mewakili hadirin yang duduk di lantai atau mungkin di 

kursi. Ada hubungan asosiatifyang memungkinkan makna figuratif. 

MAKNA FIGURATIF UNSUR LEKSIKAL 117 

Contoh-contoh yang diberikan di atas berdasarkan hubungan spasial 

(yang berkenaan dengan ruang): pegawai dalam kantor, otak dalam 

kepala, dan orang di kursi atau di lantai. Di sini kata yang satu meng­

gantikan kata yang lain, tetapi kata-kata ini tidak bersinonim: kantor 

bukan sinonim dari pegawai; kepala bukan sinonim dari otak; dan lantai 

bukan sinonim dari orang. 

Makna figuratif juga berdasarkan kolokasi. Misalnya, kata kantor 

mernpunyai makna figuratif, karena kata itu muncul dalam kolokasi 

dengan kata sibuk. 

Asosiasi bisajuga mempunyai hubungan temporal atau waktu, misal­

nya kita dapat rnengatakan, Inilah hari yang kita tunggu-tunggu. Hari 

yang dimaksud mungkin adalah hari Kemerdekaan. Atau seorang 

murid mungkin rnengatakan kepada temannya, Saatmu sudah tiba, 

maksudnya mungkin Waktu ujianmu sudah tiba. 

. Ada juga makna figuratif yang berdasarkan hubungan logis, misal­

nya, orang dapat mengatakan, Saya sedang membaca Shakespeare. 

Orang tidak dapat membaca Shakespeare. Kata ini digunakan secara 

figuratif untuk rnewakili drama Shakespeare. Di sini ada hubungan 

logis karena Shakespeare adalah penulis. Mungkin dalarn terjemahan 

harus digunakan Saya sedang membaca drama yang dikarang oleh 

Shakespeare. Contoh lain adalah Ia sedang mendengarkan Bach. 

Kadang-kadang sebuah obyek digunakan secara figuratif untuk 

mewakili benda yang digunakan, misalnya, Martin Beni lives by his 

gloves (har. 'Martin Beni hidup dari sarung tangannya'), berarti ia hidup 

dari bertinju. 

Kalirnat berikut bisa disalahartikan jika diterjernahkan secara har­

fiah ke dalam bahasa tertentu: Bapak Direktur Utama mengirim un­

dangan kepada para pemegang saham. Direktur Utama itu mungkin 

tidak langsung menanganinya, tetapi dialah yang menyuruh melak­

sanakan pengiriman itu. Kalirnat itu rnungkin harus diterjemahkan 

dengan cara yang berbeda agar didapat kesan bahwa bukan Direktur 

Utarna sendiri yang melakukannya, misalnya, Bapak Direktur Utama 

meminta sekretarisnya untuk mengirim undangan kepada para 

pemegang saham. 

Kalirnat Perdana Menteri melarang buruh yang tidak mempunyai 

keahlian untuk masuk he Papua Nugini mungkin dapat disalahartikan, 

karena Perdana Menteri itu hanya memprakatsai, dan petugas imigrasi 

yang melaksanakan. Jadi terjemahan itu harus disesuaikan. 

Atribut dapat juga digunakan untuk obyek yang rnernpunyai atribut 

itu. Misalnya, Jangan hanya melihat yang cantik dan mengabaikan 

yang jelek. Kata cantik mungkin berarti 'gadis yang cantik', danjelek 

berarti 'gadis yang jelek.' Atau sebuah obyek dapat digunakan untuk 

118 

sifat yang disimbolkan, misalnya dalam The arm of the law reached out 

to all corners of the country (har. 'lengan hukum itu mencapai seluruh 

sudut negara'), di mana ann 'lengan' digunakan sebagai simbo} otoritas. 

Terjemahan hamah dengan menggunakan lengan akan mengacaukan 

maIma sebenamya. 

Dalam tiap contoh di atas, hubungannya disebut metonimia. 

Metonimia terdapat dalam kebanyakan bahasa, tetapi tidak selalu 

mempunyai padanan yang sebanding dalam bahasa lain. Bahasa ter­

tentu mungkin menggunakan nama kota untuk merujuk ke pen­

duduknya, tetapi banyak bahasa di Papua Nugini menghilangkan 

metonimia dengan menerjemahkan maIma sebenarnya. Misalnya,-Lon­

don mengadakan pemilihan umum minggu lalu diterjemahkan dengan 

Orang London mengadakan pemilihan umum minggu lalu. 

Sinekdoke 

Makna figuratif yang berdasarkan hubungan bagian-keseluruhan 

juga sangat umum dalam bahasa tertentu. Hubungan ini disebut sinek­

doke, yaitu, bagian suatu obyek digunakan untuk mewakili 

keseluruhan obyek itu. Orang dapat mengatakan Dari tadi belum 

kelihatan batang hidungnya. Hidung adalah bagian tubuh manusla, 

dan digunakan untuk menggantikan tubuh manusia. Contoh lain yaitu 

'nap kepala keluarga membayar seribu rupiah, yang berarti tiap orang 

yang bertanggung jawab atas sootu keloorga membayar seribu rupiah. 

Kata batang hidung dan kepala digunakan secara figuratif. Perhatikan 

contoh- contoh berikut: 

1. Berapa ratus jiwa 

yang sudah menjadi 

korban? 

2. Kaki tangannya 

mulai memberontak. 

3. Kami hidup seatap. 

Menerjemahkan metonimia dan sinekdoke 

orang 

antek-antek 

rumah 

Dalam membahas terjemahan makna sekunder, dikatakan tiap 

maIma mungkin harus diterjemahkan dengan kata yang bp.rbeda, 

karena biasanya tidak ada keselarasan makna sekunder antarbahasa 

(kecuali mungkin antardialek atau bahasa yang serumpun). Hal ini 

juga berlaku untuk makna figuratif. Makna figuratif dari sebuah kata 

hampir pasti diterjemabkan dengan sebuah kata atau frase yang tidak 

MAKNA FIGURATIF UNSUR LEKSIKAL 119 

harfiah. "Sebuah kata dalam suatu bahasa biasanya harus diteIjemah­

kan ke dalam bahasa lain dengan sejumlah cara, sama seperti jumlah 

makoa kata itu." (Beekman dan Callow 1974:104). 

Ada tiga cara untuk meneIjemahkan metonimia dan sinekdoke. 

Pertama, makna kata dapat diteIjemahkan dengan tidak menggunakan 

bentUk figuratif, atau dengan disederhanakan tanpa menggunakan 

makoa sekunder dalam bahasa sasaran. Kantornya sibuk dapat diter­

jemahkan dengan Pegawainya sibuk. Kalimat The response from the 

floor dapat diteIjemahkan dengan Hadirin memberikan reaksi ... . He 

has a good head diteIjemahkan dengan Ia sangat pintar. Martin Beni 

lives by his gloves diteIjemahkan dengan Martin Beni hidup dari bertin­

ju. 

Cara kedua, yang mungkin lebih baik dalam situasi tertentu, adalah 

mempertahankan kata itu seperti bentuk aslinya, tetapi dengan 

menambahkan makna kata itu. Alternatif ini harus digunakan agar 

tidak ada komponen emosi atau dampak yang hilang, seperti dalam 

puisi. Misalnya Dunia sudah gila dapat diteIjemahkan dengan Orang 

di dunia sudah gila; Saatmu sudah tiba dapat diteIjemahkan dengan 

Saat ujianmu sudah tiba. Ia minum tiga cangkir diteIjemahkan dengan 

Ia minum tiga cangkir teh; Pemerintah akan menerapkan Zagi kursi 

listrik diterjemahkan dengan Pemerintah akan menerapkan lagi 

hukuman mati dengan menggunakan kursi listrik. 

Cara ketiga ialah menggantikan majas bahasa sumber dengan majas 

bahasa sasaran, tetapi hanIS selalu mempertahankan makna yang 

sama. Dalam bahasa Aguaruna, Peru, pan 'roti' tidak mengandung 

makoa 'makanan,' tetapi yujumak 'tepung singkong' mengandung 

makna ini. Ada bahasa yang menggunakan lidah sebagai makna 

figuratifuntuk kata "wieara," dan ada bahaea yangmenggunakan bibir. 

Dalam bahasa Aguaruna digunakan mulut. 

Kadang-kadang dalam bahasa sumber tidak ada majas, tetapi dalam 

bahasa sasaran lebih tepatjika digunakan majas. Misalnya,Ia memberi 

peringatan keras kepada mereka harus diteIjemahkan ke dalam bahasa 

Mbembe, Nigeria, dengan Ia menarik telinga mereka. Sasaran pener­

jemahan bukanlah untuk menghilangkan semua makna sekunder, ter­

masuk makoa figuratif. Seorang penerjemah hanya boleh meng­

gunakan makoa sekunder dan figuratifyang merupakan ciri khas baha­

sa sasaran, dan menghilangkan kolokasi yang aneh atau makna yang 

salah yang disebabkan oleh peneIjemahan harfiah. 

Idiom 

Salah satu jenis ungkapan figuratif yang terdapat dalam semua 

bahasa, tetapi yang sangat khas untuk tiap bahasa, adalah idiom. 

120 

Idiom yaitu ungkapan "untuk dua kata atau lebih yang tidak dapat 

dimengerti secara harfiah dan yang secara semantis berfungsi sebagai 

satu kesatuan" (Beekman dan Callow 1974:121). Bahasa Inggris me­

ngatakan He has a hard heart (har. 'Ia mempunyai hati yang keras'), 

artinya 'Ia tidak acuh terhadap kebutuhan sesama.' Ungkapan yang 

sarna ini, mempunyai hati yang keras, dalam bahasa Shipibo, Peru, 

berarti 'Ia berani.' Bahasa Shipibo memang mempunyai idiom yang 

berarti Seseorang'itu tidak acuh terhadap kebutuhan sesama, tetapi 

ungkapannya yaitu Thlinganya tidak mempunyai lubang. Contoh lain 

yaitu horse of a different color (har. 'kuda dengan warna yang berbeda' 

= 'Persoalannya berbeda-beda'), yang dalam bahasa Spanyol diungkap­

kan dengan tepung dengan kantong yang sangat berbeda. Bahasa In­

donesia menggunakan jarum jam, bahasa Inggris tangan jam, tetapi 

bahasa Mbembe lidah jam. 

Bahasa Apinaye, Brazilia,. mempunyai sejumlah idiom yang ber­

dasarkan anggota badan - mata, bulu mata, kepala, telinga, dlL Di 

bawah ini diberikan contoh dalam teIjemahan yang sangat harfiah, 

beserta padanan idiomatisnya (Ham 1965:2). 

HARFIAH IDIOMATIS 

Saya tidak mempunyai 

mata padamu. 

Sayasudah mengubur­

kan mata saya. 

Saya akan menarik bulu 

mata saya 

Mata saya berat padamu. 

Kepala saya kuat. 

Saya akan melakukan­

nya dengan kepala. 

Thlinganya busuk. 

Saya makan dalam 

lubang gigimu. 

Saya tidak ingat padamu. 

Saya sudah siap untuk pergi. 

Saya akan meminta bantuanmu. 

Saya ingat padamu. 

Saya keras kepala. 

Saya akan melakukannya seperti 

seharusnya. 

Ia manja. 

Saya makan pada waktu kamu 

tidak ada. 

Dalam bahasa Inggris, ada banyak penggunaan figuratif hati yang 

haru.s diteIjemahkan dengan lever dalam kebanyakan bahasa Mrika. 

Perhatikan contoh di bawah ini (Nida 1955:59): 

Untuk menunjukkan keadaan psikologis, bahasa-bahasa 

Nilotic banyak menggunakan kata yang berarti 'hati' atau 'lever' 

(yang terakhir lebih umum). Dalam bahasa Anuak, ada banyak 

MAKNA FIGURATIF UNSUR LEKSlKAL 121 

ungkapan yang menggunakan cwiny 'lever.' Perhatikan Ung­

kapan-ungkapan berikut yang khas dalam bahasa itu: ia mem­

punyai cwiny (ia baik), cwinynya baik (ia murah hati), cwinynya 

jelek (ia tidak bisa bergaul), cwinynya dangkal (ia cepat marah), 

cwinynya berat (ia sedih), cwinynya keras kepala (ia berani), 

cwinynya putih (ia bijaksana), cwinynya dingin (ia tidak akan 

berlaku tidak sopan dengan makan mendahului yang lainnya), 

cwinynya terbakar (ia kesal), dan cwinynya manis (ia bahagia). 

Prinsip penerjemahan untuk majas juga berlaku untuk idiom. 

Kadang-kadang idiom harus diterjemahkan dengan ungkapan yang ti­

dak figuratif, tetapi kadang-kadang dapat digunakan idiom bahasa 

sasaran yang selaras. Ada juga kata yang bukan idiom, tetapi harus 

diterjemahkan dengan idiom. Misalnya kata damai biasanya diter­

jemahkan ke dalam bahasa Afrika denganduduk di hati Oihat Nida dan 

Taber 1969:106). 

Penerjemah harus mengerti idiom dan majas bahasa sasaran, serta 

mampu mengungkapkannya secara wajar agar terjemahan itu hidup, 

dan gaya bahasa teks sumbernya dapat dipertahankan. 

Eufemisme 

Eufemisme adalah majas yang mirip dengan metonimia, yaitu peng­

gantian sebuah kata atau ungkapan dengan kata atau unghpan lain. 

Akan tetapi, eufemisme digunakan untuk menghindari ungkapan yang 

dapat menyinggung perasaan orang, yang tidak diterima secara sosial, 

atau yang tidak menyenangkan (lihat Beekman dan Callow 1974:119). 

Semua bahasa mempunyai ungkapan eufemistis, terutama dalam 

bidang seks, kematian, dan adikodrati. Orang Yahudi menggunakan 

kata surga untuk menghindari pemakaian nama Allah. Kebanyakan 

bahasa mempunyai cara untuk mengatakan mati, tanpa menggunakan 

kata yang mempunyai makna primer mati. Bahasa Indonesia meng­

gunakan kata meninggal, berpulang, kembali ke pangkuan Thhan, dsb. 

Dalam bahasa Mangga Buang, Papua Nugini, mata anakmu tutup lebih 

Bering digunakan daripada anakmu meninggal. Dalam bahasa Twi, 

Afrika, ia telah kembali ke desanya berarti ia meninggal. 

Dalam kebanyakan bahasa, seks dirujuk secara eufemistis, misalnya 

dengan ungkapan mengenal, memegang, meraba, berkumpul, tidur ber­

sama, dsb. Hal lain juga bisa dirujuk secara eufemistis, misalnya di 

Amerika, orang tua sekarang disebut 'penduduk senior'. Di antara orang 

Chol, Meksiko, bayi yang baru lahir selalu disebut dengan istilah 

negatif, misalnya dengan katajelek, untuk menipu roh halus agar mere­

ka tidak menginginkan bayi itu. Dalam bahasa Chontal, hantu disebut 

122 

secara eufemistis dengan saudara tua, karena penggunaan nama Iang­

sung akan membuatnya mengira ia dipanggil. Dalam bahasa Finlandia, 

ia sedang duduk di hotelnya berarti Cia sedang dalam penjara.' 

Eufemisme bahasa sumber biasanya harus diterjemahkan dengan 

eufemisme bahasa sasaran yang sebanding. Yang penting adalah pener­

jemah mengetahui sifat eufemistis dari ungkapan bahasa sumber, dan 

menerjemahkan dengan ungkapan yang wajar. Misalnya, ungkapan 

bahasa Yunani ia tidur dengan bapak-bapaknya harus diterjemahkan 

dengan ia pergi ke desanya dalam bahasa Twi; tetapi bahasa tertentu 

dapat sekedar mengatakan ia mati dan dianggap tidak menyinggung 

perasaan. 

Hiperbola 

"Hiperbola adalah metonimia atau sinekdoke yang mengungkapkan 

Iebih banyak dari yang diharapkan penulis untuk dimengerti pem­

bacanya. Ungkapan berlebihan ini sengaja digunakan untuk efek ter­

tentu, dan tidak boleh dimengerti seolah-olah ungkapan itu merupakan 

gambaran harfiah" (Beekman dan Callow 1974:118). Misalnya, ung­

kapanMereka menjungkirbalikkan dunia ini adalah berlebihan. Dunia 

mewakili orang-orang, dalam hal ini banyak orang, dan bukan semua 

orang di dunia ini. Kita dapat mengatakan Saya mati kelaparan yang 

berarti Saya lapar; Saya mati kedinginan yang berarti Saya sangat 

kedinginan; Iagila yang berartila melakukan sesuatu secara bodoh atau 

serampangan. Terjemahan hiperbola secara harfiah mungkin dimenger­

ti sebagai sesuatu yang tidak benar. Penerjemah harus memper­

tahankan efek yang diharapkan, dan sekaligus menyampaikan makna 

yang tepat. 

Perhatikan contoh berikut (dari Simons dan Young 1979): 

Pijin: Desfala kofi nao, ating evri suga nomoa i go insald. 

Saya rasa seseorang telah memasukkan semua gula di 

dunia ke dalam kopi ini. 

Maori: Ehara i te puu, kia pakuu, kia rongohia ai. 

Itu bukanlah senjata yang meletus sehingga kamu dapat 

mendengarnya. (Terjemahan harfiah untuk "Tenang 

sekali.") 

MAKNA FIGURATIF UNSUR LEKSIKAL 123 

LATllIAN - Makna Figuratif Unsur Leksikal 

A. Apakah kata atau frase yang tercetak miring dalam kalimat­

kalimat di bawah ini mengandung makna primer ataukah makna 

sekunder (figuratif ataukah nonfiguratif). 

1. Saya harns mengejar kapal terbang itu. 

2. Menteri OPEC sekali Iagi menaikkan harga minyak 

dunia. 

3. Anak-anak memungut nilai moral dan sikap orang 

tuanya. 

4. Saya hampir mati kelaparan. Mari kita sikat saja 

makanan ini. 

5. Mereka mempunyai kebiasaan menghias jendela pada 

hari Natal. 

6. Jelas taruhannya besar sekali. 

7. Mereka diharapkan untuk menghubungi kantor itu 

secara rutin. 

8. Indonesia sudah hampir dapat menyelesaikan 

masalah pertambahan penduduk. 

9. Siapa yang tahu tentang kenangan rahasia yang 

dimilikinya dan kebanyakan orang seangkatannya? 

10. Sambil menatap kehijauan itu, senyumnyapudar. 

11. Paulus menghabiskan masa liburannya bersama dengan 

keluarganya di puncak. 

12. Mereka tidak terlalu tergerak oleh inflasi. 

13. Ia dilahirkan di salah satujantung perkampungan kotor 

di Argentina. 

14. Mata dunia tertuju pada keduanya, tidak pada Collins. 

15. Kami tidak mengenal satujiwa pun dalam kelas ini. 

16. Darah saya mendidih. 

B. Sebutkan pemakaian figuratif dari kalimat-kalimat berikut, 

kemudian gantikan dengan ungkapan nonfiguratif. 

1. Ombak berkejar-kejaran. 

2. Saya senang mendengarkan Beethoven. 

3. Dua ratus jiwa hancur dalam kecelakaan itu. 

4. Tangan hukum itu menggapai seluruh negara itu. 

6. Ia minum tiga cangkir. 

6. Ia menuju ke tiang gantung. 

7. Jangan merusak nama baiknya. 

8. Memasak daging ini diperlukan waktu seumur hidup. 

124 

9. Dunia ini sudah gila. 

10. Ia menghilang dalam perang Vietnam. 

C. Pelajarilah idiom Apinay~ yang diberikan dalam bab ini. 

Bagaimana cara mengungkapkan idiom ini dalam bahasa lain, 

yang bukan bahasa Indonesia? Apakah ada idiom yang sepadan? 

D. Idiom berikut berasal dari bahasa Supyire, Mali, Afrika Barat. 

(Data Robert Carlson.) Carilah idiom dalam bahasa lain yang 

mempunyai makna yang sarna? 

SUPYIRE IDIOM 

Perut saya menjadi hitam. 

Perut saya jatuh padanya. 

Perut saya Manis. 

Perut saya panas. 

Perut saya dingin. 

Perut saya hambar. 

E. Proyek ragam makna. 

ARTI 

Saya lupa. 

Saya ingat. 

Saya gembira. 

Saya terburu-buru. 

Saya tenang. 

Saya sedih. 

1. Carilah tiga contoh untuk tiap makna berikut dalam 

majalah atau surat kabar. 

a. makna sekunder norifiguratif 

b. makna :figuratif 

2. Berikan keterangan berikut untuk tiap contoh: 

a. makna primer kata itu 

b. makna sekunder nonfiguratif atau figuratif 

c. terjemahan dari kutipan yang hanya meng­

gunakan makna primer kata itu. 

Contoh: meraih 

M. Whitcomb Hess adalah seorang penulis dan bekas guru 

yang tinggal di Athena, Ohio. Ia meraih gelar A.M. dart 

Universitas Ohio. (diterjemahkan dari Christianity 1bday, 

31 Januari 1975. Jilid. 19, No.9, hlm. 4) 

Makna primer dari meraih adalah menggapai kemudian 

menarik. 

Makna sekunder yang digunakan di sini ialah memperoleh. 

Artinya adalah Ia memperoleh gelar AM. dari Universitas 

Ohio. 

Bah 12 

Rujukan Persona 

Dalam dua bab sebelumnya telah dibahas makna sekunder dan 

makna figuratif. Di situ, contoh-contohnya merujuk ke nomina dan 

verba. Seperti yang disebutkan secara singkat di bab 7, semua bahasa 

mempunyai sistem kata penggann. Artinya, pronomina menggantikan 

nomina, dan proverba menggantikan verba. Dalam bab ini, kita akan 

membahas sistem pronomina dari dua segi: 

1. sistem pronomina yang unik dalam tiap bahasa, dan 

2. makna sekunder dan figuratif pronomina. 

Ketidakselarasan sistem dan makna yang bervariasi merupakan 

tantangan berat bagi penerjemah. 

Sistem pronomina 

Pronomina suatu bahasa membentuk perangkat semantis khusus 

yang biasanya dapat dianalisis dengan analisis komponen. Bandingkan 

bagan 12.1--12.3 berikut. 

tunggal jamak 

persona pertama I we 

persona kedua you 

persona ketiga maskulin feminin netral they 

he she it 

Bagan 12.1 

126 

Spanyol 

tunggal jamak 

pel'llona pertama yo maskulin feminin 

nosotros nosotras 

persona .amb tu lJosotros lJosotras 

kedua formal usted ustedes 

pel'llona ketiga maskulin feminin 

el ella ellos elllas 

Bagan 12.2 

tunggal jamak 

persona pertama Wl ii 

cpel'llona kedua arne atum 

kelihatan dekat nu 

persona ketiga jauh dita au 

tidak kelihatan nii 

Bagan 12.3 

Bahasa Inggris, Spanyol, dan Aguaruna membedakan TUNGGAL 

dan JAMAl{, dan juga PERSONA PERTAMA, KEDUA, dan KETIGA 

(kecuali untuk PERSONA KEDUA bahasa Inggris yang tidak mem­

bedakan TUNGGAL dan JAMAK). PERSONA PERTAMA merujuk ke 

pembicarfl, PERSONA KEDUA ke orang yang diajak bicara, dan PER­

SONA KETIGA ke seseorang yang bukan pembicara dan pendengar. 

Walaupun ada banyak kemiripan, ada juga beberapa perbedaan. Dalam 

bahasa Inggris, PERSONAKETIGA TUNGGALmempunyai pembagian 

yang berdasarkan jenis kelamin (MASKULIN, FEMININ, dan 

NETRAL). Bahasa Spanyol membuat perbedaan jenis kelamin untuk 

PERSONAKETIGA TUNGGAL dan JAMAl{, tetapi hanya MASKULIN 

dan FEMININ, tidak ada NETRAL. Dalam bahasa SpanyoI, PERSONA 

KEDUAmembedakan AKRAB dan FORMAL. Dalam bahasa Aguaruna, 

PERSONAKETIGA TUNGGAL dibagi lagi menjadi DEKAT, JAUH, dan 

TIDAK KELlHATAN. 

Tiap bahasa memiliki sistem pronomina yang memberikan kategori 

wajib. Kategori wajibini harns digunakan dalam teIjemahan, walaupun 

kategori itu tidak terdapat dalam bahasa sumber. Yang paling dasar 

RUJUKAN PERSONA 127 

untuk sistem pronomina ini adalah PERSONA: yaitu pembicara, yang 

diajak bicara, dan orang lain. Ciri pembedanya yang lazim adalah 

JUMLAH. JUMLAH bisa mencakup TUNGGAL, DUALIS, JAMAl{, 

dan KOLEKTIF. Bahasa Pame, Meksiko, mempunyai pronomina yang 

dipakai untuk merujuk ke orang atau benda yang DUALIS; lni bukan 

hal yang luar biasa. Bahasa Sursurunga, Papua Nugini, dikatakan 

mempunyai perbedaan tunggal, dualis, trialis, kuadral, dan pluralis. 

Kategori lain yang Bering ditemukan dalam sistem pronomina adalah 

perbedaan antara BERNYAWA dan TIDAK BERNYAWA; JENIS 

KELAMIN; INKLUSIF dan EKSKLUSIF; dan HONORIFIK (BENTUK 

HORMAT). Honorifik mencakup perbedaan yang dihubungkan dengan 

kedudukan sosia1 dalam masyarakat. 

Sebelum penerjemah melakukan tugasnya, ia harus mempelajari se­

cara teliti sistem pronomina kedua bahasa yang ditanganinya. Mungkin 

ada komponen malma dalam sistem pronomina bahasa sumber yang 

tidak ditemukan dalam sistem pronomina bahasa sasaran, dan 

sebalilmya. Penerjemah harus menggunakan komponen malma dalam 

sistem bahasa sasaran, walaupun komponen malma itu tidak ditunjuk­

kan dalam sistem bahasa sumber. Misalnya, dalam bahasa Inggris tidak 

ada komponen malma yang membedakan AKRAB dan FORMAL untuk 

persona kedua. Akan tetapi, jika orang menerjemahkan kata you dari 

bahasa Inggris ke dalam bahas/i Spanyol, ia harus tahu bentuk. bahasa 

Spanyol mana yang haru.s digunakan, tu atau usted. 

Sebaliknya, dalam menerjemahkan pronomina bahasa yang mem­

bedakan tingkat so sial ke dalam bahasa yang tidak memiliki komponen 

tersebut, penerjemah tidak perlu mencoba menciptakan komponen 

malma ini. la harus menggunakan pronomina yang wajardalam bahasa 

sasaran, walaupun itu berartihilangnya beberapa komponen_malma. 

Segala hal tentang penggunaan pronomina bahasa sasBran juga 

tergantung pada struktur wacana dari bahasa yang bersangkutan. (Hal 

ini akan dibahas dalam bab 30). Dalam menerjemahkan pronomina, 

kelihatan ada malma yang hilang atau ditambahkan, tetapi sebenarnya 

dalam keseluruhan teks itu tidaklah demikian, karena pronomina 

sekedar menggantikan nomina, dan nomina itu sendiri mengandung 

jangkauan penuh dari komponen makna. Misalnya, kata she dalam 

bahasa Inggris dapat digunakan untuk. merujuk ke gadis di sebelah 

rumah. Dalam menerjemahkan pronomina ini ke dalam bahasa yang 

tidak membedakan jenis kelamin, misalnya bahasa Aguaruna, kom­

ponen malma FEMININ akan hilang jika digunakan nii. Akantetapi, 

karena nii merujuk. ke gadis, (yang mencakup komponen maIma 

feminin), tidak ada komponen makna yang hilang, jika orang melihat 

keseluruhan konteksnya. . . .' 

128 

Inklusi dan eksklusi 

Banyak bahasa, misalnya bahasa-bahasa Austronesia dan Indian, 

yang membedakan bentuk inklusif dan eksklusif. Bahasa Indonesia 

mempWlyai pronomina "kami" dan "kita". Bahasa Inggris hanya mem­

punyai sebuah pronomina subyek untuk PERSONA PERTAMA 

JAMAK, we, yang merujuk ke pembicara dan seseorang yang bukan 

pendengar, dan ke pembicara dan pendengar. Seperti halnya bahasa 

Indonesia, bahasa Nahuat, Meksiko, juga mempWlyai kata temamen 

'kita'dan nehamen 'kami'. Yang pertama, inklusif, berarti pendengar 

dilibatkan dalam bentuk jamak persona pertarna, dan yang kedua, 

eksklusif, berarti pendengar tidak dilibatkan. 

Bagan 12.4 dari sistem pronomina bahasa Isnag, Filipina, memper­

lihatkan bentuk inklusif dan eksklusif, dan perbedaan lainnya (data 

dari Rudy Barlaan). (prs. adalah singkatan dari persona) 

Penekanan Subyek Obyek Posesif 

prs. pertama tunggal iya' ya'/Ca' kiya' ku,-

prs. pertama dualis da'ta ta kada'ta ta 

prs. pertama jamak inkl. da'tada tada kada'tada tada 

prs. pertama jamak ek