mobil untuk
dipakai, tidak supaya ia dapat menggunakannya untuk pergi bekerja.
Jika ada dua proposisi yang muncul bersama, yang satu negatif dan
yang Iainnya afirmatif, struktur gramatikal dari beberapa bahasa mem
punyai urutan tertentu yang Iebih wajar. Ada bahasa yang meletakkan
proposisi afirmatif sebelum proposisi negatif. Misalnya, kalimat dalam
bahasa Yunani karena aku datang dari surga, tidak untuk melak
sanakan kehendakku sendiri, tetapi kehendak dia yang 1J1£ngutus aku
harus ditetjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Amerindian dengan
mengubah urutan kedua klausa terakhir, dan mengatakan karena aku
turun dari surga untuk melaksanakan kehendaknya yang mengutus
aku dan bukan untuk melaksanakan kehendakku sendiri. Dalam
bahasa-bahasa ini, bentuk negatifharus mengikuti bentuk afirmatif.
Dalam bahasa tertentu ada struktur gramatikal yang bentuk negatif
nya tidak diletakkan dengan verba yang diingkarinya. Gejala ini
merupakan penyimpangan antara gramatika dan struktur semantis.
Perhatikan contoh berikut (Grimes 1975:237):
Inggris: I didn't think she would be ready.
(har. 'Saya tidak pikir ia akan siap.')
Artinya: Saya rasa ia belum siap. Bentuk negatif muncul ber
sarna dengan siap dalam struktur semantis, walaupun
munculnya bersama dengan verba pikir dalam gra
matika.
Hal yang perlu diingat oleh penetjemah yaitu bahwa tiap bahasa
mempunyai bentuk ingkar yang berbeda-beda. Pengingkaran dalam ba
hasa sumber tidak boIe4 ditetjemahkan secara harfiah tanpa mem
pelajari secara cermat makna dan bentuk ingkar dalam bahasa sasaran,
karen a mungkin ada sejumiah ketidakselarasan antara teks sumber
dan tetjemahan idiomatisnya.
PENYIMPANGAN DAYAILOKUSI 255
Ironi
~dang-kadang orang mengatakan kebalikan dari yang ia mak
su~. Misalnya, seorang guru. mene~ m~~ya yang ~esiangan
denganmengatakan "Wah, pagt sekalt hart tnt." Pemblcara me
ngatakan yang berlawanan sekali dari yang dimaksudkan. Ia me
ngatakan pagi, padahal yang dimaksud adalah siang. Jenis
penyimpangan antara makna dan bentuk gramatikal ini disebut ironi.
Dalam ironi, pernyataan afirmatif dapat digunakan untuk menggan
tikan pernyataan negatif yang dimaksud.
Misalnya, seseorang dapat mengatakan, "Saya selalu ingin tinggal di
Jakarta." yang berarti "Saya belum pernah merasa ingin tinggal di
Jakarta." Biasanya, kalimat semacam ini dikatakan dengan intonasi
khusus untuk menunjukkan ironi. Akan tetapi, dalam dokumen tertu
lis, mungkin tidak ada cukup tanda-tanda untuk membantu pener
jemah mengetahui bahwa kalimat itu merupakan ironi. Biasanya
keseluruhan konteks akan menunjukkan ketidaksesuaian untuk
makna langsung dan memperlihatkan bahwa maksudnya berlawanan.
Bahasa tertentu seperti Trique dan Otom~, Meksiko, memberikan
satu morfem di belakang pernyataan ironis. Tiap bahasa mempunyai
peranti khusus untuk menandai penyimpangan semantik dan
gramatika ini. Akan tetapi, penetjemah perlu berhati-hati terhadap
ironi teks sumber dan tahu cara terbaik untuk menandai ironi dalam
bahasa sasaran. Biasanya terjemahan langsung tidak dapat dilakukan.
Contoh yang sangat jelas terdapat dalam Alkitab 1 Kor 4:10 yang
berbunyi, Kami bodoh oleh karena Kristus, tetapi kamu arif dalam
Kristus. Kami lemah, tetapi kamu kuat. Kamu mulia, tetapi kami hina.
Rasul Paulus j sang penulis, bukan mengakui kelemahannya. Bacaan ini
merupakan contoh ironi. Agar maknanya dapat disampaikan dalam
bahasa Aguaruna, Peru, maksud penulis perlu dibuat eksplisit, yaitu
memulai paragraf itu dengan "orang mungkin melihat kita
sebagai orang bodoh sehubungan dengan Kristus, sebagai orang yang
tidak tahu apa-apa mengenai Kristus, seperti kamu mengetahui Nya ...
Maknanya tetap dipertahankan dengan membuat jelas perbandingan
nya dan dengan menambahkan informasi implisit orang-orang mungkin
melihat (artinya berpikir). Sewaktu menerjemahkan, bentuk bahasa
sumber perlu diubah untuk mendapatkan makna yang tepat.
256
LATIHAN - Penyimpangan antara Daya TIokusi dan Bentuk
Gramatikal
A. Apa maksud pembicara dengan menggunakan pertanyaan retoris
dalam tiap situasi berikut?
1. '!bno mencoba memberitahukan ternan kuliahnya apa yang
harus dikeIjakan. Temannya menjawab, "Knmu profesor
nya?"
2. Beberapa anak memainkan mobil yang diparkir dekat
rumah mereka. Kemudian datang seorang pria dan me
ngatakan, "Apa ini mobil kalian?"
3. Mary yang sedang mernasak berkata kepada temannya,
"Mengapa tidak kamu bereskan saja meja itu?"
4. Seorang ibu menuju ke dapur dan mendapatkan putranya
yang berumur tiga belas tahun sedang memasukkan ta
ngannya ke dalam stoples roti. Ibu mengatakan, "Apa yang
sed,ang kamu lakukan di sini?"
5. Seorang guru yang jengkel kepada anak-anak yang terns
rnenerus ribut meskipun sudah disuruh diarn, berkata,
"Kapan akan kalian hentikan suara itu?"
6. Seorang wanita yang sedang rnencoba memperbaiki kur
sinya yang rusak berkata kepada suaminya yang memper
hatikannya, "Mengapa tidak kau bantu aku?"
B. TeIjernahkanlah kalimat di Ake dalam bahasa lain? Apakah lebih
baik digunakan bentuk pernyataan ataukah bentuk perintah?
C. Kalirnat berikut rnerupakan kalirnat tanya. Anggaplah sernuanya
rnerupakan pertanyaan retoris dan ubahlah bentuk itu rnenjadi
kalirnat pernyataan.
1. Bukankah saya sudah rnernberikan buku itu kepadamu?
2. Bukankah saat itu rnusirn hujan?
3. Bagairnana Anda bisa begitu rnernpercayainya?
4. Siapa yang takut kepada dia?
5. Tidakkah lebih baik kamu pulang saja segera?
D. Ubahlah kalirnat berikut rnenjadi kalirnat perintah.
1. Kapan karnu akan mulai belajar?
2. Apakah karnu mau mampir sebentar?
3. Mengapa pintu itu dibuka?
PENYIMPANGAN DAYA ILOKUSI 257
3. Mengapa pintu itu tidak dibuka saja?
5. Kenapa kamu mengerjakannya begitu?
E. Pertanyaan retoris berikut berasal dari teks bahasa Tikar, Came
roon. Menurut Anda, apakah fungsi kalimat tanya itu? Ungkap
kanlah kembali semuanya dalam bentuk kalimat pernyataan
atau perintah, dan terjemahkanlah Bemus ini ke dalam bahasa
lain? (Contoh dari Jackson, 1982):
1. Seorang anak keeil bertemu dengan seorang anak yang Iebih
besar yang berpakaian compang-camping dan sedang
merokok. Anak keeil itu berkata, "Apakah Anda akan men
jadi sukses dengan merokok?"
2. Dua orang sedang membicarakan kasus bunuh diri yang
misterius, dan yang satu berkata, "Siapa yang tahu alasan
sebenarnya ?"
3. Seorang pria menceritakan kembali sebuah perkelahian
yang terjadi sehari sebelumnya. Ia berbalik kepada seorang
saksi dan berkata, "Saya mengatakan kebenaran, bukan?"
4. Dalam pidato pembukaan ten tang penghitungan masaIah
masalah di suatu desa, kepala kampung mengatakan,
"Maukah Anda mendengarkan atau tidak?"
5. Seseorang menanyakan yang Iainnya, "Di mana Elizabeth?"
dan yang lainnya menjawab, "Bukankah ia pergi ke apotek?"
(Kalimat ini menunjukkan bahwa pembicara pertama tahu
di mana Elizabeth berada).
6. Seseorang yang mengatakan kebalikan dari apa yang ingin
ia katakan, bertanya pada dirinya sendiri, "Apa yang baru
saya katakan?"
7. Seorang wanita yang telah kehabisan uang untuk me
nyelesaikan bangunan rumahnya berkata, 'ltpa yang harus
saya lakukan?"
8. Seseorang yang sedang bingung untuk mengambil
keputusan, berkata, "Jalan mana yang harus saya tempuh?"
9. Dalam cerita rakyat, seekor burung yang kehilangan
sarangnya berkata pada dirinya sendiri, "Di mana saya
harus tidur hari ini?"
10. Seorang ibu mengatakan kepada suaminya ketika anaknya
melakukan sesuatu yang hebat, 'ltnak siapa dong?"
'F. Tiap kalitt1at pernyataan berikut mempunyai daya ilokusi perin
tah. Tulisiah kembali kalimat itu dalam bentuk kalimat perintah.
1. Kamu bukan orang sini.
258
2. PintWlya terbuka.
3. Rambutmu kUBut sekali.
4. Kamu menginjak bWlgaku.
5. Supnya enak. (dikatakan kepada seorang anak yang tidak
makan Bupnya)
G. Tulislah kembali tiap kalimat negatif berikut dengan kalimat
afinnatif, dan teIjemahkanIah kalimat itu ke dalam bahasa lain.
Apakah kalimat negatif ataukah afirmatifyang lebih wajar dalam
bahasa itu?
1. TiOOk seorangpun di antara mereka yang akan pergi ke kota
tanpa persetujuanku.
2. Setiap orang yang nook membayar uang sekolahnya tidak
dapat sekolah di sini lagi.
3. Ia tiOOk pernah berbicara tanpa membesar-besarkan.
4. Kamu nook akan melihat saya sampai saya selesai menulia
cerita ini.
5. Jika ia tiOOk memperoleh lebih banyak uang ia tiOOk dapat
pergi ke sekolah.
6. John nook mempWlyai kakak lain selain Bill.
7. TiOOk ada sesuatu yang disembWlyikan yang nook dapat
terungkap.
8. Ia tidak perIu mandi kecuali mencuci tangannya.
9. Saya tidak akan bersiul, sebelum Anda selesai.
10. Kami tidak mempWlyai pemimpin lain selain Peter.
Bah 23
Proposisi Figuratif:
lWetafora dan Simile
Definisi metafora dan simile
Metafora dan simile merupakan majas perbandingan yang lazim
ditemukan dalam banyak bahasa. Perhatikan contoh simile berikut:
Ia berlari seperti angin.
Benjamin berlaku seperti serigala.
Bagaikan embun di pagi hari.
Simile biasanya menggunakan kata-kata seperti, bagciikan, ibarat,
bak, sebagai, umpama, laksana, dan serupa. Metafora tidak meng
gunakan kata seperti atau bagaikan, tetapi juga merupakan perban
dingan yang biasanya dapat ditulis kembali sebagai simile. Perban
dingan itu biasanya mengenai kesamaan. Perhatikan contoh berikut
untuk metafora.
Ia adalah serigala berbulu domba.
Tuti merupakan bunga di kampusnya.
Amir adalah buaya darat.
Contoh-contoh di atas dapat juga diubah menjadi simile.
Amir seperti serigala berbulu domba.
Tuti seperti bunga di kampusnya.
Amir seperti buaya darat.
Metafora dan simile merupakan bentuk gramatikal yang mewakili
dua proposisi dalam struktur semantis. Seperti yang disebutkan sebe
lumnya, sebuah proposisi terdiri dari sebuah topik, dan sebuah sebutan
260
(tentang topik). Misalnya, Amir tinggi terdiri dari topikAmir, dan Be
butan tinggi. Kalimat Bill memukul bola terdiri dari topik Bill dan
sebutan memukul bola. Jika metafora atau simile muncul dalam te~,
lebih baik peneIjemah menganalisisnya dan mencari kedua proposisi
yang merupakan struktur semantis dibalik majas itu. Hubungan an·
tara kedua proposisi itu merupakan suatu perbandingan yang muncul
dalam bagian sebutan. Sebutan dari kedua proposisi itu mirip atau
bahkan sarna.
Menganalisis metafora dan simile
Simile Tini sama tinggi dengaTt pohon mawar itu didasarkan atas dua
proposisi:
1. Tini tinggi.
2. Pohon mawar itu tinggi.
Kalimat ini sederhana dan mudah dianalisis karena topik, perban·
dingan dan kesamaannya diberikan. Topik proposisi pertama diban·
dingkan dengan topik proposisi kedua, dan sebutannya sarna. 'Thpik
proposisi kedua Bering disebut citra (image) atau ilustrasi, yaitu benda
atau hal yang serupa dengan topik pertama. Titik kemiripannya dite
mukan dalam sebutan. Jadi metafora atau simile mempunyai empat
bagian (lihat Beekman dan Callow 197 4untuk pembahasan lebih Ian jut):
topik - topik proposisi pertama (nonfiguratif), yaitu benda atau hal
yang dibicarakan.
citra - topik proposisi kedua (figuratif). yaitu apa yang dibanding.
kan. .
titik kemiripan - yaitu sebutan dari kedua proposisi yang dilibat
kan atau sebutan dari proposisi KEJADIAN yang citranya
merupakan topik.
padanan nonfiguratif - apabila proposisi yang berisi topik meru·
pakan proposisi kejadian, sebutannya merupakan padanan
nonfigura tif.
Di bawah ini diberikan beberapa contoh dari keempat bagian ter·
sebut. Dalam contoh-contoh di atas, hanya topik dan citra dari simile
yang diberikan. Titik kemiripannya implisit. Untuk menganalisis si·
mile, kita dapat mengungkapkan kedua proposisi itu secara eksplisit.
Dalam kalimat Ia seperti burung dalam sangkar, kedua proposisinya
ialah:
1. Ia (tidak bebas).
2. Burung dalam sangkar (tidak bebas).
METAFORA. DAN SIMILE 261
Informasi yang implisit dari contoh di atas diberikan dalam kurung.
Analisisnya adalah sebagai berikut:
topik-ia
citra - bunmg dalam sangkar
titik kemiripan - tidak bebas
Dalam contoh berikut, metaforanya terdiri dari satu kalimat yang
mengkodekan proposisi kejadian dan karenanya keempat bagian itu
harus ditemukan.
Yang Maha Adil a,kan rnemberikanmu mahkota kehidupan;
1. (Panitia) memberikan m&hkota (kepade. ratu kecantilu\p).
2. (Allah), yang menghakimi dengan adil, akan memberimu
(kehidupan kekal).
topik - Allah,. yang memutuskan dengan adil
citra - panitia
titik kemiripan - menerima penghargaan karena berlaku baik
makna nonfiguratif - akan memberimu kehidupan kekal
Untuk menganalisis metafora dan simile, ada baiknya peneljemah
menulis proposisi yang merupakan dasar perbandingan. Proposisi ini
harus memasukkan topik, citra, titik kemiripan, dan malma nonfi
guratif (jika proposisinya merupakan proposisi kejadian). Hanya sete
lah bagian-bagian ini diketahui, teljemahan yang baik dapat dilakukan.
Jadi malma teks sumber harus ditemukan terlebih dahulu.
Pengertian yang tepat tentang metafora atau simile tergantung pada
pengenalan yang tepat mengenai topik, citra, titik kemiripan. Peng
ertian tentang kalimat seperti Beratnya seperti gajah tidaklah terlalu
sulit, karen a jelas bahwa gajah itu berat dan orang itu berat. Perban
dingan dengan gajah itu tidak diartikan secara harfiah, tetapi di
gunakan untuk menekankan betapa beratnya orang itu. Di sini selain
simile,juga ada pernyataan yang dilebih-Iebihkan. Akan tetapi, kalimat
seperti Kotak itu seberat kopor saya mempunyai bentuk yang sarna
seperti simile. Kalimat ini bukan kalimat figuratif, melainkan perban
dingan sejati. Kita tidak boleh menganggap bahwa setiap perbandingan
itu merupakan majas. Amir mahan seperti kakaknya yang gemuk meru
pakan perbandingan sejati, tetapiAmir nwkan seperti babi merupakan
simile. Yang pertama berarti Amir makan terlalu banyak sarna seperti
yang dilakukan kakalmya. Yang kedua didasarkan atas sifat tertentu
dari babi yang juga merupakan ciri Amir. Titik kemiripannya tidak
diberikan. Proposisi itu mungkin berupa babi itu mahan terlalu banyak
atau babi itu makan cepat seluJ,li, atau babi itu mahan dengan rahus.
262
Jika sebutan tentang babi tidak diberikan, kita tidak tahu titik kemi
ripannya dengan Amir.
Kalimat binatang itu serigala bukan metafora, tetapi kalimat Amir
adalah serigala merupakan metafora. Amir dibandingkan dengan
serigala disebabkan titik kemiripan tertentu, ciri umum tertentu. Di
sini juga ada masalah analisis karena sebutannya hHang, meskipun
topikAmir dan sebutan serigala dimasukkan. Dalam hal apa kedua
nya serupa? Pertanyaan itu harus dijawab untuk dapat menafsirkan
metafora secara tepat. Konteks penggunaan metafora biasanya dapat
memberi petunjuk yang dapat membantu penafsiran.
Metafora "hidup" dan "mati"
Seperti halnya perbandingan harfiah tidak boleh dikacaukan dengan
metafora dan simile, metafora mati harus juga dibedakan dari meta·
fora hidup. Metafora mati yaitu metafora yang merupakan bagian
konstruksi idiomatis dari leksikon bahasa itu; sedangkan metafora
hidup yaitu metafora yang serta merta diciptakan oleh penulis atau
pembicara untuk mengajarkan atau melukiskan sesuatu. Jika meta
fora mati yang digunakan, maka orang yang mendengarkan atau mem
baca tidak lagi memikirkan makna primer dari kata itu, tetapi secara
spontan memikirkan maIma idiomatisnya. Contoh metafora mati ialah
kaki meja. Perbandingan antara kaki meja dan kaki binatang atau
manusia dapat dengan mudah dilihat, tetapi penutur bahasa tidak lagi
memikirkan kaki orang jika ia menggunakan ungkapan kaki meja.
Metafora mati juga disebut idiom. Orang yang menggunakan idiom
tidak lagi berpikir ten tang perbandingan yang didasarkannya.
Sebaliknya, metafora hidup dimengerti sesudah pembaca atau pende
ngar memberi perhatian khusus kepada perbandingan yang dibuat.
Setiap bahasa mempunyai idiom.
Dalam bahasa Indonesia, ada banyak idiom seperti kaki gunung,
kepala negara, dan mata kaki. Walaupunjelas tiap idiom ini didasarkan
atas sejenis perbandingan, semuanya merupakan metafora mati.
Penutur asH yang menggunakannya tidak lagi memikirkan perban
dingan itu ataupun memikirkan makna primer dari setiap katanya,
melainkan berpikir langsung tentang makna idiom itu.
Biasanya mudah bagi penutur asli untuk mengenal perbedaan an
tara metafora hidup dan metafora mati dalam bahasanya. PeneIjemah
perlu membuat pembedaan ini, karena idiom mati harus diterjemahkan
secara langsung tanpa mencoba mempertahankan isi metaforisnya;
sedangkan metafora hidup diperlakukan secara berbeda Olliat halaman
266-266). Oleh karena itu, peneIjemah perlu mengenali metafora mati
METAFORA DAN SIMILE 263
itu, dan menganalisisnya dengan cermat agar dapat disampaikan mak
na yang benar.
Metafora biasanya mudah dikenal, baik dalam teks tertulis maupun
dalam suatu situasi, karena ada hal lain dalam konteks itu yang ber
hubungan dengan citra yang digunakan. Dalam percakapan, metafora
dapat muncul tersendiri, tetapi mudah dimengerti dari situasi perban
dingannya. Dalam bahan tertulis, metafora sering terdiri dari sejumlah
citra atau citra umum yang berulang-ulang dalam teks itu. Contoh-con
tohnya terutama bisa kita temukan dalam karya sastra kuno.
Masalah menafsirkan metafora dan ibarat
Tidak semua metafora dan simile dapat diartikan dengan mudah.
Oleh karena itu, jika metafora diterjemahkan secara harfiah, kata per
kata, sering teIjadi salah pengertian. Ada sejumlah alas an mengapa
metafora sulit diartikan dan tidak dapat ditetjemahkan secara harfiah.
Pertama-tama, citra yang digunakan dalam metafora atau simile
mungkin tidak dikenal dalam bahasa sasaran. Misalnya, simile dari
kata salju mungkin tidak bermakna apa-apa bagi orang yang tinggal di
beberapa bagian Pasifik Selatan, karena salju tidak pernah dikenal di
daerah itu. Memang di Indonesia kita tidak memiliki salju, tetapi kata
salju ada dalam kosa kata kita. Dalam bahasa tertentu, tidak adanya
kata salju hanya disebabkan negara itu tidak memiliki salju. Dalam
bahasa Indonesia kita dapat mengatakan seputih salju. Perbandingan
serupa dalam suatu bahasa di Pasifik Selatan mungkin harus meng
gunakan seputih kerang laut atau seputih tulang. Contoh lain yaitu
bagai mendapat durian runtuh ('mendapat keuntungan besar tanpa
bersusah payah'). Simile ini mungkin tidak mengandung arti sarna
sekali dalam bahasa-bahasa lain di dunia ini, terutama di negara yang
tidak terdapat durian.
'Ibpik metafora yang tidak diungkapkan dengan jelas dapat menim
bulkan masalah bagi pembaca. Misalnya dalam kalimatSituasi itu balik
menyerang pemerintah, topiknya dibiarkan implisit.
Kadang-kadang titik kemiripanlah yang implisit dan sulit dikenal.
Misalnya, kalimat ia babi tidak mencakup titik kemiripan. Dalam ke
budayaan tertentu, rujukan ke babi memberikan gagasan kotor, tetapi
dalam kebudayaan lain, artinya rakus, dan dalam kebudayaan lain lagi
artinya tidak mendengarkan orang lain. Apabila titik kemiripan tidak
diungkapkan, metafora itu sering sulit ditafsirkan. Misalnya dalam
bahasa Inggris, perbandingan ia seperti sapi jantan dapat mempunyai
beberapa makna. Orang dapat memikirkan ciri-ciri sapijantan sebagai
kuat, besar, atau tidak pintar. Akan tetapi, karena ciri yang merupakan
fokus itu tidak disebutkan, metafora itu sulit ditafsirkan.
264
Salah satu masalah yang lebih serius lagi yaitu kenyataan bahwa ti
tik kemiripan dapat ditafsirkan secara berbeda-beda dalam kebudayaan
yang berbeda. Citra yang sarna dapat digunakan untuk rnakna yang ber
beda-beda. Misalnya, ungkapanAnton itu batu karang rnungkin berarti
ia teguh, tetapi dalarn kebudayaan lain dapat berarti ia tidak dapat
berbicara, atau ia selalu ada, atau ia sangat kuat. Begitujuga, jika se
seorang diwnparnakan sebagai domba, citranya bisa sangat berbeda
dalam kebudayaan yang berbeda. Perurnparnaan itu dapat berarti orang
berambut panjang, pemabuk, orang yang tidak batik menjawab, orang
yang hanya mengikut tanpa berpikir, atau pemuda yang menunggu
gadis-gadis mengikutinya. Jika kalimat ia domba diteIjemahkan secara
harfiah, teIjemahan itu akan rnernberikan rnakna yang salah sarna se
kali, karena itu titik kerniripan harus dipeIjelas.
Mungkinjuga bahasa sasaran tidak rnembuat perbandingan seperti
yang terdapat dalarn metafora teks surnber. Misalnya, dalarn teks swn
ber terdapat kalirnat Badai rumah tangga itu tampaknya tidak akan
mereda, tetapi rnungkin bahasa sasaran tidak rnenggunakan badai
untuk. rnernbicarakan perselisihan atau bencana dalarn keluarga. Per
bandingan yang tepat rnungkin rnenggunakan kata api seperti api
rumah tangga. Makna kalirnat di atas yang tidak rnengandung
rnetafora ialah "Dalarn rurnah tangga itu terdapat perselisihan atau
bencana yang keras, dan kelihatannya sernua ini tidak akan berakhir."
Dalam teks swnber, citranya yaitu badai di laut, tetapi dalarn bahasa
sasaran citra ini mungkin tidak bisa dipertahankan. Oleh karena itu,
penerjemah harus menemukan citra yang tepat dalam bahasa sasaran
jika metafora itu tetap akan dipertahankan.
Tiap bahasa berbeda dalarn frekuensi pemakaian metafora dan cara
rnenciptakannya. Sehubungan dengan bahasa Pijin, Kepulauan
Solomon, Simons dan Young mengatakan, "Dalam bahasa Pijin, kalimat
harfiah diartikan sedemikian rupa, dan kalimat yang tegas bahwa
sesuatu adalah sesuatu lainnya [metafora, tanpa rnenggunakan kata
seperti] cenderung ditolak sarna sekali." (1979:168-9) Akan tetapi,
simile tetap digunakan. Misalnya, kalimat berikut digunakan untuk
tempat penyeberangan:
ples fo kat kros long rod, luk olsem snek long si
bar: tempat untuk menyeberang jalan yang tampak seperti ular laut
Jika suatu kelornpok bahasa terus rnenerus rnenciptakan rnetafora
baru, mungkin tidak ada rnasalah rnernperkenalkan rnetafora baru ke
dalam teIjernahan. Akan tetapi, tetap saja rnetafora baruini harus diuji
dengan cerrnat untuk mernastikan perbandingan itu dapat diterima.
Ada beberapa bahasa yang jarang menciptakan metafora baru, karena
METAFORA DAN SIMILE 265
itu, meneIjemahkan metafora ke delam bahasa ini dapat menimbulkan
masalah pengertian yang serius. Dalam bahasa yang tidak sering meng
gunakan metaf?ra, mungkin sulit bagi pembaca untuk mengerti meta
fora yang diteIjeIilahkan secara langsung dari bahasa sumber.
Sebaliknya, dalam bahasa yang sering menggunakan metafora,
banyak citranya telah mempunyai makna metaforis dalam bahasa itu.
Jib citra teks sumber berbeda dengan citra babasa sasaran, pembaca
mungkin bisa salah menafsirkan titik kemiripannya, karena penafsiran
umumnya berdasarkan makoa perumpamaan dalam bahasa itu. Misal
nya, jika dalam teks sumber kalimatAnton adalah batu karang berarti
ia sangat keras, padahal dalam bahasa sasaran makoa metaforis untuk
batu karang ialah mem.punyai otot yang keras, metafora itu akan di
salahartikan jika diteIjemahkan secara harfiah:
Menerjemahkan metafora dan simile
Oleh karena adanya pelbagai masalah ini - kesulitan menemukan
maIma metafora dalam bahasa sumber dan salah pengertian yang
mungkin timbul- peneIjemah harus mempertimbangkan makna me
tafora dalam teks sumber dengan teliti. Langkah pertama menuju ter
jemahan metafora atau simile yang memadai ialah menentukan apakah
perbandingan itu merupakan metafora atau simile ''hid up" ataukah se
kedar mempakan majas. Jika kata yang figuratifitu hanya merupakan
idiom, atau metafora mati, maka citra itu tidak perlu dipertahankan,
dan maknanya dapat diteIjemahkan secara langsung, yaitu dengan
ungkapan yang nonfiguratif, seperti yang kita lihat di bab II.
Akan tetapi, jika perbandingan itu merupakan metafora atau simile
hidup, maka tugas pertama peneIjemah adalah menganalisis metafora
itu dengan teliti. Ada baiknya peneIjemah menulis secara eksplisit
topik, citra, dan titik kemiripan kedua proposisi itu. Jika salah satu dari
ketiganya tidak jelas, peneIjemah harus melihat teks itu secara ke
seluruhan untuk mendapatkan penafsiran yang paling tepat dalam pa
ragraf di mana metafora itu digunakan. Sesudah yakin akan penafsiran
metafora itu, peneIjemah dapat mulai mempertimbangkan bagaimana
metafora itu diteIjemhakan ke dalam bahasa sasaran.
MeneIjemahkan metafora atau simile secara harfiah sering meng
akibatkan makoa yang salah, nihil, atau ambigu, karena itu peneIjemah
harus menghindari semua ini. Majas yang diteIjemahkan secara har
fiah perlu diuji secara teliti dengan sejumlah penutur bahasa untuk
memastikan ketepatan maknanya.
Dalam hal metafora, kadang-kadang citra metaforisnya dapat diper
tahankan. Misalnya, dalam kalimat ia berkulit badak, kata badak
266
berarti tidak berperasaan. Jika badg,k mempunyai makna metaforis da
lam bahasa sasaran, mungkin tidak ada masalah menetjemahkan Be
cara agak harfiah. Akan tetapi, dalam bahasa tertentu., maIma metafora
akan lebihjelasjika metafora itu diganti dengan simile_~_ulitnya seperti
badak. Jika masih tidak terlalujelas, simile itu dapat dijelaskan dengan
lebih rinci dalam bentuk ia tidak berperasaan seperti kulit badak. Simile
lebih mudah dimengerti daripada metafora. Terutama jika topik., citra,
dan titik kemiripannya dimasukkan dalam perumpamaan itu, sedikit
kemungkinan teIjadi salah pengertian. Perhatikan ketiga langkah
berikut:
1. Ia babi.
2. Ia seperti bahi.
3. Ia kotor seperti babi.
1. Ia gajah.
2. Ia seperti gajah.
3. Ia besar seperti gajah.
Salah penafsiran dapat teIjadi, jika menggunakan metafora nomor 1.
Jika kalimat 1 diubah menjadi simile, seperti nomor 2, perbandingan
itu lebih mudah diartikan, tetapi titik kemiripannya masih tidak jelas.
Jika titik kemiripannya juga ditambahkan, seperti nomor 3, sedikit
sekali kemungkinan teIjadinya salah pengertian. Sebaliknya, bentuk
wajar yang digunakan untuk metafora dan simile dalam bahasa sasaran
merupakan bentuk yang harus dipilih. Apakah titik kemiripan biasanya
dimasukkan dalam metafora dalam. bahasa sasaran? Jika hanya
kadang-kadang dimasukkan, kapan dimasukkannya?
PeneIjemah dapat menggunakan metafora bahasa sasaran yang her
beda, tetapi mengandung makna yang sama dengan metafora dalam
bahasa sumber. Seperti contoh sebelumnya, Badai rumah tangga itu
tampaknya tidak akan mereda, mungkin dapat diteIjemahkan dengan
Api rumah tangga itu tampaknya belum akan padam. Sepanjang
makna nonfiguratif dari metafora itu tidak hilang atau menyimpang,
metafora dari bahasa sasaran dapat dipakai lmtuk menggantikannya.
Kadang-kadang peneIjemah dapat mempertahankan metafora teks
sumber, tetapi maknanya harus dimasukkan agar daya metafora yang
diinginkan tidak hilang. Misalnya ungkapan lidah tidak bertulaTIIJ
dapat dipertahankan dalam teIjemahan, tetapi maImanya harus ditam
bahkan: Lidah tidak bertulang; mudah mengatakan atau menjanjikan
sesuatu tetapi sulit melaksanakannya.
Kadang-kadang citra dalam teks sumber dapat diabaikan; artinya
makna perbandingan itu diterjemahkan secara langsung tanpa
METAFORA DAN SIMILE 267
menggunakan metafora. Misalnya Ia bunga kampus dapat diterjemah
kan dengan Ia paling cantik di kampus itu. Atauia kutu buku dapat di
terjemahkan dengania suka membaca buku.
Secara singkat dapat dikatakan ada lima cara menerjemahkan me
tafora. Untuk simile dapat diikuti cara 3, 4, dan 5.
1. Metafora dapat dipertahankan, jika kedengarannya wajar dan
jelas bagi pembacanya;
2. Metafora dapat diterjemahkan sebagai simile, yaitu dengan
menambahkan kata seperti, bagai, bagaikan, dll.;
3. Metafora bahasa sumber dapat digantikan dengan metafora
bahasa sasaran yang mempunyai maIma yang sama;
4. Metafora dapat dipertahankan dengan menerangkan
maImanya atau menambahkan topik dan/atau titik kemiripan
nya;dan
5. MaIma metafora dapat dijelaskan tanpa menggunakan citra
metaforisnya.
Berdasarkan daftar di atas, metafora Ia anak emas dapat diterjemah-
kan dengan lima cara yang berbeda:
1. Ia anak emas.
2. Ia seperti anak emas.
3. Ia merupakan harta termahal.
4. Ia anak emas. Emas merupakan benda berharga, dan ia
merupakan anak yang P'lling disayang dan paling berharga
(bagi orang tuanya).
5. Ia adalah anak yang paling disayang.
LATllIAN - Proposisi Figuratif: Metafora dan Simile
A. Berikut ini adalah metafora dalam bahasa Chinantec, Meksiko.
Titik kemiripannya tidak diungkapkan, tetapi diberikan dalam
kurung di belakang kalimat. Terjemahkanlah metafora itu ke
dalam bahasa lain dengan menggunakan kemungkinan yang
disebutkan di atas.
1. Petrus adalah siput. (lambat)
2. Amir bertengger jauh di atas. (kikir)
3. Ia burung kalkun. (bodoh)
4. fugas ini adalah pekerjaan wanita. (mudah)
6. Melahirkan adalah seperti menghasilkan labu. (sangat sulit)
268
B. Terjemahkanlah kalimat-kalimat berikut ke dalam bahasa lain,
dan sebutkanlah masalah yang Anda hadapi.
1. Ia memang malang, sudahjatuh tertimpa tangga pula.
2. Tuti malu-malu kucing.
3. Mereka memang berkulit badak.
4. Anak-anaknya seperti anjing berebut tulang.
5. Nasib manusia memang bagai roda pedati, ada kalanya enak
dan ada kalanya susah.
6. Ali adalah tangan kanan Pak Amin.
C. Carilah, dalam bahasa lain yang bukan bahasa Indonesia, lima
kalimat yang mengandung metafora. Sebutkanlah topik, citra
dan titik kemiripannya.
D. Sebutkan topik, citra, dan titik kemiripan dalam tiap kalimat
berikut. Ada baiknya kedua proposisi itu ditulis terlebih dahulu
agar topik, citra, dan titik kemiripannya dapat terlihat jelas.
1. Ia licik seperti serigala.
2. Anak itu seperti babi saja.
3. Ia kecil-keeil cabe rawit.
4. Saya akan datang seperti pencuri di waktu malam.
5. Ia seperti tiang listrik.
6. Rambutnya putih seperti kapas.
7. Pak Hengki kepala sekolah di sini.
8. Ia memang otak udang.
9. Mereka seperti pinang dibelah dua.
10. Sepandai-pandainya tupai melOn1pat sekali akanjatuhjuga.
Bab24
Analisis Proposisi:
Penjelasan Tambahan
Dalarn analisis semantis sebuah teb, kita perlu rnengetahui pro
posisi dalam teks itu, struktur batinnya, dan hubungan antarproposisi
itu. Bagian III dari buku ini memusatkan pada analisis proposisi itu
sendiri; sedangkan bagian berikutnya akan membahas hubungan satu
proposisi dengan proposisi lain sewaktu proposisi itu rnengelompok ke
dalarn satuan yang lebih besar. Dalam menangani proposisi, kita harus
selalu ingat bahwa proposisi merupakan satuan yang mempunyai fung
si dalarn satuan sernantis yang lebih besar dan lebih rurnit.
Dalarn bab 4, telah dibahas perbedaan antara MAKNA REFEREN
SIAL, MAKNASITUASIONAL, dan MAKNAKONTEKS L1NGUISTIS.
(Pernbaca disarankan untuk mernbaca kembali bab itu.) Sejauh ini kita
telah rnembahas proposisi dari segi makna referensial dan makna
situasional. Makna referensial berkaitan dengan konsep yang dirujuk
dalam proposisi dan hubungan antarkonsep itu. Makna situasional
berkaitan dengan hubungan pembicara-pendengar, terutama tujuan
proposisi itu untuk menyatakan, rnenanyakan, atau memerintah.
Tujuan bab ini ialah untuk melihat makna konteks linguistis dari
proposisi, dan memberikan contoh analisis proposisi yang berupa
sebuah paragraf dari sebuah teks.
Pertautan (koherensi) daIam sebuah prop08isi
Makna konteks linguistis berhubungan dengan kesatuan (unity) dan
cara pengelompokan satuan semantis. Dalam proposisi, makna konteb
linguistis berkaitan dengan cara pengelompokan konsep ke dalam pro
posisi. Proposisi merupakan kombinasi konsep yang berhubungan satu
sarna lain sehingga hasilnya bermakna.
270
Konsep kera, memanjat, dan pohon secara semantis cocok. Selama
hubungannya sebagai berikut: kera sebagai pelaku, memanjat sebagai
perbuatan, danpohon sebagai tempat, proposisi itu bermakna. Akan
tetapi, jika pohon merupakan pelaku dan kera tempat, kalimat itu
tidak bertaut (tidak koheren) dan tidak bermakna. Proposisi harus di
SUBun sehingga hasilnya bertaut (koheren), bermakna, dan mempunyai
kesatuan struktural.
Prominensi dalam proposisi
Seperti yang disebutkan sebelurnnya, sebuah proposisi terdiri dari
sebuah topik dan sebuah sebutan. Thpik berupa apa yang dibicarakan,
dan sebutan berupa apa yang dibicarakan tentang topik. Dalam sebuah
teks, topik yang sarna dapat muncul dalam. sejumlah proposisi dan
menjadi topik dari satuan yang lebih besar. Tanpa topik tidak akan ada
komunikasi, tetapi topik bukan bagian yang paling prorninen dari
struktur sebuah proposisi. Sebutan merupakan bagian prominen yang
"wajar", karena merupakan inforrnasi baru dan merupakan sesuatu
yang ingin disampaikan oleh penulis tentang topik.
Dalam bab 18 dikatakan bahwa tiap proposisi mempunyai konsep
inti yang dihubungkan dengan konsep-konsep lain melalui relasi kaSllS.
Konsep KEJADIAN, BENDA, atau ATRIBUT inti ini biasanya terdapat
dalam sebutan. Oleh karena itu, konsep inti proposisi ini, yang biasanya
terdapat dalam sebutan, merupakan konsep prorninen yang "wajar".
Sementara tiap proposisi dapat dianalisis sebagai kombinasi topik
dan sebutan, topik teks hanya dapat ditentukan sesudah melihat pro
posisi-proposisi itu secara berurutan. Dalam urutan proposisi yang
demikian, topik teks akan lebih mudah ditemukan. Namun dernikian
perlu dipikirkan topik proposisi, karena ada duajenis topik, yaitu topik
wajar dan topik bertanda.
'Ibpik wajar (natural topics)
Thpik dapat berupa topik wajar atau topik bertanda. Dalam pro
posisi kejadian, topik wajar merupakan konsep BENDA yang me
lakukan perbuatan, yaitu PELAKU atau PENYEBAB. Dalam proposisi
yangmempunyai PELAKU dan PENDERITA, PELAKUnya merupakan
topik wajar. Perhatikan contoh berikut untuk topik wajar (contoh dari
Beekman, Callow, dan Kopesec 1981:61):
John melempar bola.
Jane memaksa anak itu makan malam.
(PELAKU)
(PENYEBAB)
PENJELASAN TAMBAHAN 271
Jika konsep KEJADIAN merupakan pengalaman, topik wajamya
berupa konsep BENDA dengan peran PENDERITA:
Peter melihat ular. (PENDERITA)
Jika konsep KEJADIAN merupakan proses, topik wajamya berupa
konsep BENDAdengan peran PENDERITA:
Mentega itu meneair.
Thli itu memanjang terus.
Saya tertidur.
Ia meninggal.
(PENDERITA)
(PENDERITA)
(PENDERITA)
(PENDERITA)
Tiap eontoh di atas merupakan pemyataan. Jika proposisi itu berupa
pertanyaan, topik itu harus digantikan dengan kata tanya yang tepat.
Misalnya, siapa yang tertidur? Siapa yang memaksa anak itu makan
Malam? Apa yang mencair?
Topik bertanda (marked topics)
Topik proposisi tidak selalu merupakan topik wajar. Jika konsep ter
tentu lainnya dalam proposisi itu merupakan topik, maka topik itu
harus ditandai. Struktur gramatikal bahasa mempunyai sejumlah cara
untuk menandai topik. Sebuah konsep disebut topik bertanda, wa
laupun bukan merupakan topik wajar, jika topik itu merupakan topik
prODOSlRi. Perhatikan eontoh berikut untuk toDik bertanda. Peran ka
susnya diberikan dalam kurung (eontoh dari Beekman, Callow, dan
Kopesee 1981:61-62).
1. Bola yang ditendang anak itu memecahkan
kaca jendela. (ALAT)
2. Hadiah itu diberikan kepada murid
yang mendapat nilai tertinggi. (PENDERITA)
3. Istri Presiden dikalungi bunga
oleh seorang gadis keeil. (PEMEROLEH)
Dalam kalimat di atas, topik bertanda ditandai dengan meletakkan
nya di permulaan kalimat. Cara ini hanyalah satu di antara sekian
banyak eara bahasa menandai topiknya. Misalnya, dalam bahasa
Aguaruna, tidak ada perubahan urutan unium untuk menandai topik,
tetapi ada sufiks khusus -ka yang muneul di akhir sebuah satuan.
Sufiks ini menandai topik kalimat (lihat Larson 1978:183-90).
Dalam eontoh di atas, topiknya merujuk ke BENDA. Akan tetapi,
topik bertanda dapat juga merujuk ke ATRIBUT atau KEJADIAN.
272
Misalnya, perhatikan kalimat berikut:
'J'inggi badannya menguntungkan.
Ketekunannya dalam bela jar patut dipuji.
Permainan pianonya sangat terkenal.
Perhatikan, dalam contoh pertama, tinggi badannya mewakili pro
posisi Iatinggi. Seluruh proposisi itu merupakan topik kalimat. Dalam
contoh kedua, ketekunannya dalam bela jar mewakili proposisi kejadian
Iabelajar dengan tekun. Dan dalam contoh ketiga, permainan pianonya
mewakili proposisi kejadian Ia:6ermain piano. Jadi dalam struktur la
hir bahasa, topik kalimat dapat berupa proposisi yang utuh. Dalam
gramatika bahasa Indonesia, proposisi itu diwakili oleh bentuk yang
dinominalkan. Jika topikalisasi semacam ini muncul dalam struktur
gramatikal, penerjemah perIu mengenali proposisinya. Tidak semua
bahasa mengubah proposisi itu menjadi frase nomina dan menjadikan
nya topik, karena itu dalam penerjemahan diperlukan penyesuaian.
Bahasa tertentu menandai topiknya dengan mengubahnya menjadi
diatesis pasif. Konstruksi pasiftelah dibahas di bab 21. Dalam contoh
berikut, penderitanya ditandai sebagai topik dengan menjadikannya
subyek dari verba pasif.
Bunga itu diberikan kepada Betty oleh Andi.
Ia dikawal oleh enam tentara.
Sekali lagi perIu diingat bahwa pengedepanan topik dan penggunaan
pasif untuk menandai topik kalimat merupakan peranti yang di
gunakan dalam gramatika bahasa tertentu. Banyak bahasa menggu
nakan afiks untuk menandai topik. Seperti yang telah disebutkan, ba
hasa Aguaruna, Peru, menggunakan sufiks -ka (-k) untuk menandai
topik. Misalnya, dalam kedua kalimat berikut, -k di akhir kata pertama
merupakan penanda topik.
Pumpukuk makichik pishak shiigchawai.
Burung-hantu-topik satu burung cantik-tidak-itu
Gracielak tikima duwegmachui.
Graciela-topik sangat gemuk-tidak-ia
Dalam kedua kalimat di atas, topik wajar ditandai dengan ok.
Akan tetapi, jika topik itu bukan merupakan topik wajar proposisi,
maka topik bertandalah yang akan mengambil - k seperti dalam contoh
berikut:
nii nu jegak skiig wainmaitsui.
ia itu rumah-topik dengan-baik ia-tidak-dapat- melihat
PENJELASAN TAMBAHAN 273
'Ibpik yang tidak bertanda yaitu PELAKU ia, tetapi dalam kalimat
ini topiknya ditandai dan meropakan PENDERITA, rumah itu. Dalam
bahasa Aguaruna, verba, dan juga nomina, dapat ditandai untuk topik.
Penanda topik untuk kedua-duanya yaitu k atau -ka.
Dalam bahasa tertentu, pengedepanan topik menunjukkan fokus; da
lam bahasa lain, intonasi menunjukkan fokus. Ada banyak cara untuk
membuat bagian makna tertentu lebih prominen, yaitu dengan peranti
khusus dalam struktur gramatikal. Misalnya, dalam bahasa Indonesia,
prominensi dapat ditandai untuk menunjukkan kontras fokus, fokus
inklusif, fokus intensif atau penyorotan. Perhatikan contoh berikut
(Beekman, Callow, dan Kopesec 1981:62):
Kontras fokus :
Fokus inklusif :
Fokus intensif :
Penyorotan
Andi, bukan John, yang menyiangi rumput.
Ia membawa seluruh keluarganya - orang
tua, kakek, nenek, kakak, adik, keponakan-
ke Kebun Raya Bogor.
Andi sendirilah yang diundang.
Pamannya Jokolah yang lupa ia undang.
Perhatikan, dalam kalimat Andi memberinya bunga, Andi me
rupakan topik wajar. Orang dapat menambahkan prominensi bertanda
ke dalam topik wajar ini, seperti: Andi-lah yang memberinya bunga,
atauAndi adalah orang yang memberinya bunga. Dalam kedua kalimat
ini, Andi merupakan topik wajar (pelaku perbuatan), tetapi prominensi
bertanda ditambahkan dengan menggunakan peranti struktur lahir
yang menyatakan ... lah yang, dan ... adalah orang yang.
PeneIjemah harus tahu bahwa dalam teks sumber ada peranti khu
sus untuk menunjukkan prominensi bertanda yang khusus. Pener
jemah tidak boleh meneIjemahkan bentuk ini secara harfiah, teapi ha
ros ingat bahwa topik hasil teIjemahan itu harus sama dengan topik
teks sumbernya. Tiap bahasa mempunyai cara tersendiri untuk. menan
dai jenis prominensi lain dan juga topik. Perihal topik dan jenis pro
minensi lain sangat rumit, karena itu diperlukan studi yang lebih men
dalam tentang banyak bahasa untuk membandingkan pelbagai cara me
nandai topik dan menambahkan jenis prominensi lain ke dalam infor
masi itu. Hal ini disebutkan di sini agar peneIjemah tahu bahwa ada
bentuk atau urutan khusus yang mempunyai fungsi topikalisasi atau
menandai prominensi. (Seluruh topik tentang prominensi akan dibahas
lebih lengkap di bab 32.)
Penulisan kembali sebuah teks ke dalam bentuk proposisi
Seluruh diskusi dalam bagian 3 buku ini mencoba menekankan
hubungan antara sebuah proposisi dengan sebuah klaus a atau kalimat
274
sederhana. Jika ada hubungan langsWlg antara gramatika dan seman
tik, satu proposisi akan sarna dengan satu klausa atau satu kalimat
sederhana. Akan tetapi, dalam teks sumber ada banyak sekali penyim
pangan antara semantik dan gramatika, dan dalambahasa sasaran
akan ada juga banyak penyimpangan tetapi dalam hal yang berbeda.
Ada baiknya penerjemah menulis kembali teks itu dalam bentuk
proposisi. Sekarang kita akan melihat sebuah teks dan menulis kembali
teks ini dalam bentuk proposisi, dengan menggunakan langkah-Iang
kah yang diberikan di bab 18. Berikut ini diberikan ringkasan dari lang
kah-Iangkah untuk menemukan proposisi itu.
1. Carilah semua konsep KEJADIAN dan ungkapkanlah dengan
verba.
2. Carilah partisipannya.
3. Tulislah kembali kalimat itu dengan KEJADIANnya diWlgkap
kan dalam bentuk verba, dan PARTISIPANnya dibuat
eksplisit.
4. Carilah HUBUNGAN antarproposisi.
Kita tidak dapat melaksanakan langkah 4 sebelum kita menye
lesaikan bagian berikut buku ini. Pembaca disarankan untuk membaca
kembali bagian tentangpenemuan proposisi dalam bab 18.
Langkah 3 di atas, yaitu penulisan kembali ke dalam bentuk pro
posisi, sangat umum. Pembatasan berikut dalam penulisan kembali
proposisi itu akan bermanfaat bagi orang yang ingin melakukan analisis
struktur semantis teks secara rinci. Berikut ini adalah perluasan
langkah 3:
3a. Hanya Bentuk verba saja yang digunakan untuk mewakili
KEJADIAN (jika mungkin).
b. 'Ibpik wajar harns diungkapkan sebagai subyek klausa itu,
dan topik bertanda harus digarisbawahi.
c. Informasi implisit seperti topik dan titik kemiripan dari
simile atau metafora harus diungkapkan.
d. Hanya maIma primer kata saja yang digunakan dalam
proposisi.
e. Semua makna figuratif, kecuali simile dan metafora, harns
diungkapkan secara nonfiguratif.
f. MaIma dari semua konstruksi genitifharus dibuat eksplisit.
g. Proposisi sematan harns ditulis kembali sebagai proposisi
terpisah dalam bentuk klausa relatif.
Berikut ini merupakan terjemahan dari cerita C.S. Lewis's The Horse
and His Boy, hIm. 52-53. Di bawah paragrafyang dipilih untuk analisis
PENJELASAN TAMBAHAN 275
semantis itu adalah penulisan kembali bahan itu dalam bentuk pro
posisi. Contoh ini memperlihatkan cara menulis kembali sebuah teks
untuk melihat maknanya lebihjelas. Tentu saja untuk menerjemahkan
nya orang harus tahu hubungan antar proposisi itu. (Hal ini akan diba
has dalam bagian berikut buku ini.) (Shasta adalah nama anak laki-Iaki
dan Bree kudanya.)
Shasta berlagak memimpin, padahal Breelah yang sebenar
nya tahu jalan dan terus memimpin dengan menyentuhkan
hidungnya pada Shasta. Mereka segera membelok ke kiri dan
mulai menaiki bukit curam. Sekarang terasa lebih segar dan me
nyenangkan, karena jalan itu dibatasi pohon-pohon, sedangkan
rumah-rumah hanya terdapat di sebelah kanan saja. Di sebelah
lainnya, mereka memandang lewat atap rumah di kaki bukit dan
dapat melihat cukup jauh ke hulu sungai itu. Kemudian mereka
membU(lt tikungan tajam ke kanan dan terus naik. Mereka mem
buat zig-zag ke atas menuju pusat Thshbaan, dan segera tiba di
jalan yang lebih bagus. Patung besar dari dewa dan pahlawan
Calormen - yang lebih mengesankan daripada menyenangkan
untuk dilihat - terlihat. di alas patung yang tinggi dan bersinar.
Pohon palem ~ dan gang· berpilar membentuk bayangan di jala1l;
beraspal 'yang membara. Dan melalui pintu· gerbang yang
melengkung yang menuju banyak istana, Shasta melihat cabang
cabang yang hijau, air mancur yang sejuk, dan halaman rumput
yang halus. Pasti di dalamnya bagus sekali, pikirnya.
Penulisan kembali ke dalam bentuk proposisi
Tiap nomor di bawah ini mewakili sebuah proposisi. Akan tetapi, jika
proposis'i itu disematkan, artinya meIUpakan bagian dari konsep kom
pleks, proposisi itu tergabung dalam sebuah kalimat. Informasi yang
implisit dalam paragraf teks sumber dibuat eksplisit dalam proposisi
dan diberikan dalam kurung.
1. Shasta berlagak.
2. (bahwa ia) memimpin.
3. Bree benar-benar memimpin.
4. (Bree) tahujalan.
5. (Bree) memimpin (Shasta).
6. (Bree) menyentuhkan hidungnya pada (Shasta).
7. (Bree dan Shasta) segera membelok ke kiri.
8-9. (Bree dan Shasta) mulai naik ke bukit yang curam.
10. (Udara) di bukitjauh lebih segar (dari di lembah).
276
11-12. (Yang di sekeliling mereka) lebih menyenangkan (daripada
yang di sekeliling mereka di lembah).
13. Pohon-pohon tumbuh di sepanjang jalan.
14. Rumah-rumah di sebelah kanan saja.
15-16. (Shasta dan Bree) melihat ke kiri (ke bawah) atap, (yang
merupakan bagian) rumah di bawah bukit di kota itu.
17. (Shasta dan Bree) dapat melihat hulu sungai dari jauh.
18. (Shasta dan Bree) membelok ke kanan.
19-20. (Shasta dan Bree) kemudian berbelok kembali menuju ke
arah (mereka datang).
21. (Shasta dan Bree) beIjalan zig-zag ke atas sedikit lagi.
22-23. (Shasta dan Bree) tibil di pusat (bagian dari) kota yang
disebut Tashbaan.
24-26. (Shasta dan Bree) segera tiba (di tempat yang)jalan- jalannya
lebih baik (daripada yang mereka lihat sebelumnya).
27-28. Patung-patung yang sangat besar (ada di sana).
29-31. Beberapa patung (menggambarkan) dewa-dewa (yang dipuja
oleh orang-orang yang tinggal di negara yang (disebut) Calor
men.
32-34. Beberapa patung (menggambarkan) pahlawan-pahlawan
(yang diingat oleh orang-orang yang tinggal di negara yang
disebut) Calormen
35~36. (Patung itu) berada di atas alas yang tinggi yang Menge·
luarkan sinar
37. Patung itu mengesankan.
38. Patung itujelek.
39. Pohon palem ada di sana.
40-41. Gang beratap (yang didukung) oleh pilar (ada di sana).
42-43. (Gang beratap dan pohon palem) membentuk bayangan di
jalan beraspal yang sangat panas.
44-45. (Shasta) melihat lewat banyak pintu gerbang yang meleng·
kung.
46. (Pintu gerbang itu) dapat menembus banyak istana.
47. Shasta melihat banyak istana.
48-51. Di dalam pintu gerbang Shasta sekilas melihat cabang·
cabang yang hijau., air mancur yang sejuk, dan halaman
rumput yang halus.
52. Shasta berpikir.
53. (bahwa) bagus bagi dia.
54. (jika) ia berada di dalam.
PENJELASAN TAMBAHAN 277
Sekarang mari kita lihat contoh proposisi di atas. Contoh itu memper
lihatkan jenis perubahan yang dibuat dalam penulisan kembali ke
dalam bentuk proposisi. Di sini kita tidak membahas semua perubahall
itu, tetapi hanya menunjukkan beberapa contoh. Pertama-tama, per
hatikan bahwa teb sumber terdiri dari sepuluh kalimat, tetapi ada li
ma puluh empat proposisi yang ditulis untuk mewakili maknanya. Teks
sumber tentu Baja mencerminkan pengelompokan proposisi, tetapi da
lam menulis kembali teb itu ke dalam bentuk proposisi, akan ada Iebih
banyak proposisi daripada kalimat daIamteks sumber. Beberapa pro
posisi mencakup satu atau dua proposisi sematan yang membatasi
sebuah konsep. Contoh ini diperlihatkan oleh nomor-nomor yang me
nunjukkan Iebih dari satu proposisi dan oleh katayang (misaInya nomor
8-9). Jika sebuah proposisi dimulai dengan bahwa dan tidak diberi huruf
beBar, proposisi itu merupakan isi dari KEJADIAN sebelumnya seperti
nomor 2.
Langkah pertama yang disarankan yaitu menemukan KEJADIAN
dalam teb sumber. Dalam teks ini, sebagian besar KEJADIANnya diko
dekan dengan verba, tetapi ada beberapa KEJADIAN yang dikodekan
dengan adjektiva. (Nomor yang digunakan di bawah ini berasal dari
proposisi.) Teks sumber untuk nomor 36 berbunyi alas yang bersinar.
Bersinar merupakan adjektiva yang mewakili nomina sinar. Dalam
proposisi itu digunakan nomina sinar. Perhatikan nomor 43. Teb SUID
ber mengatakanjalan beraspal yang membara. Membara mempunyai
makna sekunder yaitu sangat panas. Jadi dalam proposisi itu di
gunakan ATRIBUTIF panas dan penyimpangannya dihilangkan. Ada
juga contoh yang kata dalam teks sumbernya kelihatan seperti verba
nominal, tetapi referennya ke BENDA, misalnya kata berpilar dalam
nomor 40-41. Teks sumber berbunyigang beratap yang berpilar. Pilar
adalah BENDA, jadi dalam proposisi digunakan Gang beratap yang
didukung oleh pilar.
Langkah kedua yaitu membuat semua PARTISIPANnya eksplisit.
Dalam teks sumber, nama Shasta dan Bree disebutkan hanya pada
kemunculan pertamanya, tetapi dalam proposisi, kedua nama itu di
sebutkan secara ebplisit sebagai PELAKU dari semua KEJADIAN.
Partisipan ini diberikan dalam kurung karena, dalam teks, nama itu
tidak eksplisit. Dalam 10-12, teks sumber sekedar mengatakan lebih
segar dan lebih menyenangkan, tetapi dalam proposisi ditafsirkan
udaranya lebih segar dan yang mengelilingi mereka lebih menye
nangkan.
Langkah ketiga yaitu menulis kembali proposisi itu dengan meng
hilangkan penyimpangan antara gramatika dan struktur semantis.
Caranya yaitu berdasarkan butir-butir yang didaftarkan di atas dari
278
a sampaig, sebelum cerita Shasta dan Bree. Sekarang kita akan melihat
contoh dari masing-masing butir ini.
Butir a menyatakan bahwa hanya bentuk verba saja yang digunakan
untuk mewakili KEJADIAN. Perhatikan bentuk verba yang digunakan
dalam proposisi: berlagak memimpin, tahu, menyentuhkan, membelok,
memulai, berada, tumbuh, dll. Semuanya merupakan verba sederhana.
Butir b mengatakan bahwa topik wajar harus diungkapkan sebagai
subyek klausa dan topik bertanda harus digarisbawahi. Semua ini telah
kita lakukan. Sebagian besar topiknya tidak bertanda dan hanya me
rupakan topik wajar, tetapi di beberapa tempat dalam teks sumber,
topiknya bertanda. Dalam 3, bentuk padahal Bree-lah menandai Bree
sebagai topik. Dalam 13, jalan itu dibatasi pohon-pohon merupakan
konstruksi pasif. Katajalan adalah subyek yang menunjukkan bahwa
jalan ditandai sebagai topik. Sebenamya, beberapa proposisi selanjut
nya adalah mengenai jalan itu. Jalan itu penting dalam proposisi
selanjutnya sampai nomor 27 ketika patung ditandai sebagai topik. Di
sini ada pengedepanan, tetapi tidak membuat kata itu sebagai topik
bertanda, karena topik proposisi keadaan harus merupakan topik wajar.
Akan tetapi, keterangan yang rumit itu menampilkannya sebagai topik.
Butir c mengatakan bahwa informasi implisit dari simile dan meta
fora harus dibuat eksplisit. Dalam teks ini hanya ada satu contoh untuk
metafora, yaitu kaki bukit, yang ditulis kembali menjadi bawah bukit
pada nomor 15-16.
Butir d mengatakan bahwa hanya makna primer kata saja yang di
gunakan dalam proposisi. Contoh ini dapat dilihat dalam nomor 15-16.
Teks sumber mengatakan kaki bukit. Makna primer kaki ialah 'salah
satu anggota tubuh manusia atau binatang'. Akan tetapi, kaki di teke
ini tidak merujuk ke kaki man usia maupun kaki binatang. Makna yang
dimaksudkan yaitu bagian bawah bukit. Jadi proposisi itu mengatakan
Shasta dan Bree melihat ke kiri, di bawah atap yang merupakan bagian
rumah di bawah bukit.
Butir e mengatakan bahwa semua makna figuratif, kecuali simile dan
metafora, harus dinyatakan secara nonfiguratif. Dalam teks ini kita
tidak mempunyai contoh kongkret untuk butir e.
Butir f mengatakan bahwa makna semua konstruksi genitif harns
diungkapkan secara eksplisit. Ada sejumlah konstruksi genitif dalam
teks sumber yang kesemuanya telah ditulis kembali secara eksplisit.
Perhatikan beberapa contoh ini. Pertama, atap rumah dalam 15-16
mempunyai hubungan PARTITIF-artinya atap yang merupakan ba
gian rumah. Dalam nomor 29-34, konstruksi dalam teks sumber patung
... dewa dan pahlawan Calormen terdiri dari dua konstruksi genitifyang
mempunyai hubungan PELUKISAN. Oleh karena itu proposisinya
PENJELASAN TAMBAHAN 279
mengatakan beberapa patung menggambarkan dewa-dewa, beberapa
patung menggambarkan pahlawan-pahlawan. Ada konstruksi genitif
lain juga, yaitu frase pahlawan Calormen. Frase ini dibuat eksplisit
dengan memberikan makna yang lengkap dari Calormen, yaitu orang
orang yang tinggal di negara yang disebut Calormen.
Dan terakhir, butir g mengatakan bahwa proposisi sematan harus
ditulis kembali sebagai klausa relatif. Proposisi sematan yang terdapat
dalam teks ini membatasi BENDA atau merupakan isi KEJADIAN.
Ada banyak di antaranya dalam contoh ini. Setiap kali ada dua atau tiga
nomor yang diletakkan bersama, alih-alih satu proposisi dengan satu
nom or, didapatkan penyematan semacam ini. Perhatikan nom or 8-9 di
mana curam membatasi bukit. Dalam 22-23, klasifikasi dari Tashbaan
dibuat eksplisit dengan menambahkan kata kota dan dengan meng
gunakan klausa relatif yang disebut Thshbaan. Dalam proposisi ter
akhir, 52-54, ada klausa relatifyang digunakan untuk menunjukkan isi
KEJADIAN berpikir. Teks sumber berbunyi pasti di dalamnya bagus
sekali, pikirnya dan pengungkapan kembali dalam proposisi me
ngatakan Shasta berpikir alangkah bagusnya jika ia berada di dalam.
Kita telah melihat contoh penulisan kembali teks yang pendek ke
dalam proposisi. PeneIjemah tidak diharapkan untuk menghabiskan
waktunya menulis semua proposisi teks itu. Akan Akan tetapi dengan
menyelesaikan langkah-Iangkah ini, diharapkan ia mampu menulis
kembali paragraf yang sangat sulit. Juga, dengan membuat eksplisit
semua makna, akan lebih mudah baginya untuk memikirkan cara
terbaik untuk menerjemahkan dengan wajar.
LATllIAN - Analisis Proposisi: Penjelasan Tambahan
A. Apa topik tiap kalimat berikut? Jika tidak ada topik bertanda,
sebutkan topik wajamya. Mungkin Anda perlu menulls kembali
kalimat itu dalam bentuk proposisi, dan melihat perubahan apa
yang telah dilakukan, misalnya:
Kalimat Bola itu dipukul John mengungkapkan proposisi John
memukul bola. Kalimat itu meletakkan bola di depan dan menggunakan
verba pasif, karena bola merupakan topik bertanda.
1. Daging itu dipotong.
2. Yunus melihat bintang.
3. Marialah yang pergi.
4. Orang yang menyembuhkannya adalah dr. Agus.
5. Air itu menguap.
280
6. Santo rnemberi saya bunga.
7. Saya diberikan bunga oleh Santo.
8. Bunga diberi kepada saya oleh Santo.
B. Tulislah kembali tiap kalirnat di atas dalarn bentuk proposisi atau
serangkaian proposisi (jika Anda belwn melakukannya sebelum
nya), dan teIjernahkanlah proposisi ini ke dalam bahasa lain
dengan menggunakan peranti penanda topik yang sesuai dalam
bahasa sasaran.
c. Berikut ini adalah bentuk lahir proposisi John menembak hari
mau itu dengan senapan. Akan tetapi, dalarn tiap kalimat ada
bentuk khusus yang digunakan untuk menunjukkan konsep ter
tentu yang di buat prominen. Konsep manakah itu? TeIjemah
kanlah tiap kalimat ini ke dalarn bahasa lain dengan tetap
mernpertahankan prorninensi yang dirnaksudkan dalam kalimat
bahasa swnber?
1. Johnlah yang menernbak harirnau itu dengan senapan.
2. Seekor harimau ditembak dengan senapan oleh John.
3. Senapan John rnenembak harirnau itu.
4. Harirnaulah yang John ternbak dengan senapan.
5. Ia rnenembaknya dengan senapan.
6. John rnenembak harirnau dengan itu.
D. Tulislah kernbali paragraf berikut dalarn bentuk proposisi, de
ngan rnengikuti langkah-langkah yang diberikan di bab ini.
Suatu sore seorang pria pergi ke sungai. Matahari sudah ter
benam dan hari telah menjadi gelap. Dalam perjalanan pulang
ke rumahnya, ia mendengar suara katak hijau menguak. Maka
ia menyalakan lampu, dan mencoba mencari katak hijau itu.
Dilihatnya katak hijau itu duduk bersama dengan seek or
bangkong di atas batu sambil bernyanyi. Ia menangkap katak itu
dan membawanya pergi, tetapi ia mengibaskan bangkong itu he
dalam air dan meninggalkannya.
E. Dengan menggunakan analisis yang dilakukan di D di atas,
teIjernahkanlah paragraf yang sarna ini ke dalam bahasa lain.
F. Dengan menggunakan analisis yang dilakukan di D, tulislah
kembali paragraf itu dalam bahasa Indonesia dengan bentuk
yang berbeda; artinya, ubahlah urutan proposisinya, atau
penggunaan nomina dan pronominanya, atau apa saja yang perlu
PENJELASAN TAMBAHAN 281
untuk mendapatkan bentuk yang berbeda tetapi makna yang
sarna. (Lihat contoh di halaman 221, 231, 232)
G. Tulislah kembali paragraf berikut dalam bentuk proposisi,
kemudian terjemahkanlah ke dalam bahasa lain.
Suatu hari yang indah ketika matahari bersinar terang, Pak
Buaya keluar dan air menuju ke pantai, dan sambil menjemur
dirinya ia tertidur dengan nyenyak sekali. Ketika ia terl'entang
demikian, datanglah Pak Rajawali, yang kebetulan terbang
melewatinya dan melihat Pak Buaya. Pak Rajawali mendarat di
samping Pak Buaya dan mulai mematuknya untuk melihat apa
kah ia telah mati.
IV. HUBUNGAN KOMUNIKASI
Bab25
Hubungan Penambahan dan
Hubungan Pendukung
Bagian III buku ini telah membahas dan menguraikan analisis teks
ke dalam proposisi. Akan tetapi, sebuah teks tidak hanya terdiri atas
daftar proposisi saja. Proposisi-proposisi ini mengelompok menjadi sa
tuan yang lebih besar. Dalam bab 3, ada pembahasan tentang hierarki
semantis. Di situ dikatakan bahwa komponen makna bersatu untuk
membentuk konsep, konsep bersatu untuk membentuk. gugus konsep,
- dan gugus konsep bersatu untuk membentuk proposisi. Bagian II dan
III telah menguraikan pengelompokan ini, tetapi pengelompokan ini
berlangsung terus. Dalam teks tuturan, misalnya, proposisi bersatu
membentuk gugus proposisi; gugus ini bersatu membentuk paragraf
semantis; paragraf semantis bersatu membentuk episode; episode
bersatu membentuk gugus episode; gugus episode bergabung dalam
bagian; dan bagian ini bersatu membentuk wacana. Jumlah tingkat
pengelompokan tergantung pada panjang,jenis, dan kerumitan teks itu,
karen a itu tidak semua tingkat terdapat dalam tiap teks. Dan walaupun
nama untuk. kelompok bervariasi menurut jenis wacana yang berbeda,
sebenarnya gagasan tentang pengelompokanlah yang penting untuk
dimengerti.
Perhatikan, keterangan di atas merupakan pernyataan tentang
struktur semantis. Pengelompokan ini berhubungan dengan satuan
gramatikal, tetapi tentu Baja akan ada sejumlah penyimpangan, seperti
yang akan kita lihatnanti. Jika tidak ada penyimpangan, maka seperti
yang disebutkan sebelumnya, proposisi akan sarna dengan klausa, atau
kalimat sederhana; gugus proposisi akan selaras dengan kalimat
kompleks, dst. Berikut ini diperlihatkan kesesuaian antara struktur
semantis dan struktur gramatikal wacana tuturan, jika tidak ada
286
penyimpa~gan pengelompokan. Sebuah wacana terdiri atas sebuah
hierarki satuan semantis dengan ukuran yang Makin luas.
proposisi
gugus prop08isi
paragraf semantis
episode
gu.gus episode
bagian
wacana
klausa / kalimat sederhana
kalimat (yang terdiri atas lebih dari
sebuah klausa)
paragraf
pasal
bab
bagian
teks
Pengelompokan di sebelah kiri disebut satuan komunikasi. Sama
halnya dengan konsep-konsep dalam suatu proposisi berhubungan satu
sama lain melalui hubungan (peran) kasus seperti PELAKU,
PENDERITA, dan LOKASI, proposisi-proposisijuga berhubungan satu
sama lain melalui hubungan komunikasi seperti alasan-HASIL,
sarana-TUJUAN, dan dasar-KESIMPULA..L.~. Peran dalam hurufbesar
menunjukkan proposisi INDUK (atau gugus INDUK) dan peran dalam
hurufkecil menunjukkan (gugus) proposisi yang mendukung INDUK.
Satuan-satuan dalam tiap tingkat berhubungan satu sama lain
melalui hubungan komunikasi. Artinya, proposisi-proposisi yang di
hubungkan melalui hubungan komunikasi membentuk gugus proposisi.
Gugus proposisi berhubungan satu sama lain dengan perangkat hu
bungan komunikasi yang sama untuk membentuk paragraf semantis.
Paragraf semantis berhubungan satu sarna lain, juga melalui hubungan
komuni~si, untuk membentuk episode, dst. Sifat dari satuan ini akan
dibahas dalam bab 29, sedangkan beberapa bab berikutnya akan mem
pelajari hubungan komunikasi ini dengan memberikan nama untuk
masing-masing hubungan itu.
Tidak diharapkan pembaca dapat menguasai dengan mudah nama
teknis untuk semua hubungan ini, tetapi diharapkan mereka akan
mampu menggunakan bab-bab ini sebagai pedoman acuan yang efektif
untuk menganalisis teks tertentu. Untuk dapat meneIjemahkan secara
memadai, pasti ada kalanya peneIjemah perlu menganalisis dengan
cermat hubungan antard~a satuan. Bab-bab ini akan memberikan
pedoman yang dapat dipakai untuk mempelajari hubungan itu. Tanpa
mengetahui bagaimana dua proposisi berhubungan satu sama lain,
orang tidak tahu apa yang sedang dikomunikasikan. Misalnya, orang
mungkin mempunyai dua proposisi berikut ini (contoh dari Barnwell
1980:178):
Maria menyapu lantai.
Lantainya kotor.
HUBUNGAN PENAMBAHAN DAN PENDUKUNG 287
Ada sejumlah cara kedua proposisi ini berhubungan satu sarna lain.
Miealnya, yang perta~a mungkin merupakan HASIL, dan yang kedua
alasan, sehingga kalimatnya berupa Maria menyapu lantai karena
lantainya kotor. Akan tetapi, hubungan kedua proposisi ini dapatjuga
berupa konsesi-LAWAN HARAPAN (concession- CONTRAEXPECTA
TION), sehingga didapatkan Walaupun Maria telah menyapu lantai itu,
lantai itu tetap kotor. Kemungkinan hubungan yang lain yaitu syarat
KONSEKUENSI (condition-CONSEQUENCE) Jika lantai itu kotor,
Maria menyapunya.
Jadi untuk mengerti apa yang disampaikan, orang harus mengetahui
hubungan komunikasi yang dimaksudkan. Hubungan ini, yang dieertai
tanda penghubung, kadang-kadang disebut alasan-HASIL (reason
RESULT), konsesi-LAWAN HARAPAN (concession-CONTRAEXPEC
TATION), dan keadaan-INDUK. (circumstance- HEAD). Artinya, untuk
alasan-HASIL, sebuah proposisi merupakan alasan dan yang lainnya
HASIL. Nama yang diberi tanda hubung untuk hubungan komunikasi
sekedar menunjukkan peran yang dimiliki tiap proposisi dalam ko
munikasi. Misalnya, dalam kalimat Maria menyapu lantai karena lan
tainya kotor, proposiei Maria menyapu lantai merupakan HASIL, dan
proposisi lantainya kotor merupakan alasan. Oleh karena itu, kita dapat
mengatakan bahwa Maria menyapu lantai mempunyai peran HASIL,
dan propoeisi lantainya kotor mempunyai peran alasan. Jadi hubungan
antara kedua proposisi ini disebut alasan-HASIL.
Satuan yang lebih besar yang dihubungkan dengan konsep
Sebelum memulai penyajian hubungan komunikasi yang sistema tis,
kita perlu membedakan antara hubungan proposisi dengan konsep, dan
hubungan propoeisi dengan proposisi lain. Dalam bab 19, kita telah me
lihat penjelasan tentang konsep, dan eejumlah contoh konsep kompleks.
Dalam konsep kompleks, ada proposisi sematan (embedded proposition)
yang membatasi salah satu konsep dalam proposisi. Misalnya, dalam
contoh berikut terdapat dua proposisi:
Orang yang datang ke kota itu berangkat dengan tergesa- gesa.
Kedua proposisi tersebut yaitu:
1. Orang itu berangkat dengan tergesa-gesa.
2. Orang itu datang ke kota.
Hubungannya bukan antara kedua proposisi itu, melainkan proposisi
kedua membatasi kata orang. Proposisi kedua ini menunjukkan orang
mana yang sedang dibicarakan, dan menyatakan bahwa orang itu ialah
288
orang yang datang ke kota dan bukan orang lain. Proposisi itu disemat
kan di dalam konsep orang.
Sebuah proposisi dapat berhubungan dengan konsep dalam proposisi
lain meIaIui hubungan pembatasan (delimitation relation). Hubung·
an pembatasan itu bisa berupa deskripsi (pemerian) atau identifikaal.
(pengenaIan). Contoh deskripsi yaitu: Yanto, yang sangat tinggi itu, ber·
lari dengan cepat. Kedua proposisi itu iaIah: Yanto berlari dengan cepat
dan Yanto sangat tinggi. Proposisi yang kedua ini dihubungkan dengan
sebuah konsep dalam proposisi pertama, dan sekedar memerikan Yanto.
Deskripsi sekedar memberikan informasi tentang unsur itu, misaInya,
Apel, yang mulai membusuk itu, berada di mangkok; sedangkan iden·
tifikasi membedakan unsur yang satu dari unsur serupa lainnya dengan
menunjukkan satu ciri kontrastif, misaInya, Yanto, yang berada di
akhir baris itu, akan pergi bersama kita.
Kadang-kadang sebuah proposisi atau gugus proposisi dihubungkan
secara renggang dengan sebuah konsep, dan bukan berupa pembataean.
dengan identifikasi atau deskripsi. Proposisi ini dapat berupa sejenis
komentar, atau sepotong informasi parentesis (penjelasan). Satuan
satuan ini mempunyai hubungan asosiatif dengan konsep yang
menyebabkan timbulnya komentar atau parentesis tersebut, misalnya:
Joni pergi ke toko pagi-pagi untuk membeli roti. Kebetulan
Bu Minah masih berada di sana. Joni membeli enam buah roti:
Dalam contoh di atas, proposisi Bu Minah masih berada di toko itu
merupakan parentesis, dan berhubungan dengan konsep toko melalui
hubungan asosiatif. Biasanya hubungan asosiatif digunakan untuk
menghubungkan satuan komunikasi yang lebih besar, tetapi kadang·
kadang juga muncul dalam sebuah gugus proposisi. Komentar digu·
nakan untuk menamakan satuan asosiatif yang Iebih erat kaitannya
dengan konsep yang dihubungkannya, dan biasanya ada tumpang tin
dih yang memberikan pertautan (coherence) yang Iemah. Sebaliknya
parentesis digunakan untuk. satuan asosiatif yang kurang penting
(periferal) bagi proposisi INDUK, dan tidak ada tumpang tindih.
Keempatjenis hubungan yang terdapat di antara konsep dan satuan
dalam tingkat yang Iebih atas dapat digambarkan dalam diagram
sebagai berikut:
Hubungan dengan koneep
~ identifikasi pembatasan
<
deskripsi
.... ~komentar
_oauun
parentesis
Bagan 25.1
HUBUNGAN PENAMBAHAN DAN PENDUKUNG 289
Bandingkan contoh kontrastif berikut:
1. Identifikasi Orang, yang berdiri di dekat sana, membantu
Yanto.
2. Deskripsi Orang itu, yang pendek, gemuk, dan botak,
akan tibajam 4.00 sore.
3. Komentar : Parman Sutedjo, yang kebetulan adalah
paman saya, adalah Rektor Universitas itu.
4. Parentesis Pencuri itu, suatu hari pasti akan tertangkap,
merampok bank di Budut jalan itu tadi
Malam.
[Contoh ketiga dan terutama keempat biasanya dipakai dalam per
cakapan.]
Dalam bahasa-bahasa lain, hubungan antara sebuah proposisi de
ngan sebuah konsep akan diungkapkan dalam bentuk yang berbeda
beda. Di bawah ini diberikan beberapa contoh dari bahasa Ese Ejja,
Bolivia (Shoemaker, Shoemaker, dan Larson 1978:43). Bahasa Ese Ejja
menggunakan verba yang dinominalisasikan untuk menunjukkan iden
tifikasi.
1. Ecuea ecue ano, ecue papa mejo)Jt, Ese Ejja poa.
Milikku -ku nenek, -ku papa pengandung, Ese Ejja adalah.
Nenek saya, ibu dari ayah saya, adalah orang Ese Ejja.
2. Ma ohua radio ejjasajaqui'yo quecua'yojji, ohua
Itu ia radio rusak pemasang ia
ana.
sedang-melakukan.
Orang yang memperbaiki radio rusak sedang melakukannya.
Berikut ini adalah contoh proposisi deskriptif yang memerikan
harimau.
Maya pea ibia poeje, maya ibia
Kemudian lain harimau akan-datang yang-itu harimau
quea-mase neenee.
adalah- buas. sangat.
Kemudian akan datang harimau lain yang sangat buas ..
290
Perhatikan, proposisi Harimau itu sangat buas diungkapkan dalam
sebuah klausa yang dimulai dengan maya, yang artinya yang itu.
Tiap bahasa mempunyai bentuk khusus untuk menunjukkan hu
bungan antara proposisi dengan konsep yang dibatasi atau yang
dikomentari. Oleh karena itu, penerjemah harus menggunakan bentuk
yang paling wajar untuk konteks tertentu yang menggunakan hubung
anitu.
Hubungan penambahan dan hubungan pendukung
Sekarang kits akan beraIih ke proposisi yang dihubungkan dengan
proposisi lain melalui hubungan komW'likasi. Dua istilah yang sangat
penting untuk mengerti hubungan komunikasi yaitu istilah penam.·
bahan dan pendukung. Dalam struktur gramatikal digunakan kata
koordinat dan subordinat untuk hubungan yang sarna ini. Penam
bahan dan pendukung digunakan untuk hubungan antarsatuan
komunikasi dalam struktur semantis, dan bukan gramatikal. Memang
sering satuan semantis dalam hubungan penambahan ditandai oleh
satuan gramatikal koordinat dalam struktur gramatikal. Begitujuga,
satuan semantis dalam huhungan pendukung akan sering ditandai oleh
konstruksi gramatikal subordinat. Akan tetapi, untuk jelasnya, kita
akan menggunakan kata penambahan dan pendukung untuk
memerikan hubungan komW'likasi semantis.
Dua proposisi yang mempunyai hubungan penambahan mempunyai
prominensi wajar yang sama; artinya yang satu tidakmendukung yang.
lainnya. Misalnya, dalam kaIimat Yanto pulang ke romah, makan
malam, menyelesaikan pekerjaan romahnya, dan pergi tidur terdapat
empat proposisi secara berurutan:
Yanto pulang ke romah.
Yanto makan malam.
Yanto menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
Yanto pergi tidur.
Keempat proposisi ini seimbang dan merupakan satu rangkaian.
Hubungannya ialah waktu berurutan yang merupakan salah satu
jenis hubungan penambahan. Kita akan meIihat pelbagaijenis hubung
an penambahan nanti.
Apabila sebuah proposisi hanya bersifat mendukung, proposisi itu eli
sebut proposisi pendukung. Proposisi ini mendukung proposisi yang
lebih prominen. Misalnya, dalam kaIimatMaria menyapu lantai karena
lantainya kotor, proposisi induknya merupakan HASIL, Maria menyapu
lantai, dan proposisi pendukung merupakan alasan, karena lantainya
HUBUNGAN PENAMBAHAN DAN PENDUKUNG 291
kotor. Ada banyak macam hubungan pendukung yang akan didefi
nisikan dan dijelaskan di bawah ini.
Kronologis dan nonkronologis
Klasifikasi hubungan komunikasi lainnya yang perlu diketahui ialah
perbedaan antara hubungan krunologis dan nonkronologis. Hu
bungan yang 'proposisinya dihubungkan satu sama lain berdasarkan
• UlUtan waktu disebut hubungan kronologis. Jika unsur waktu bukan
fokus, hubungannya disebut nonkronologis. Dalam contoh pertama di
atas tentang Yanto, ada empat proposisi yang dikaitkan secara kro
nologis; yaitu, pertama Yanto pulang ke rumah, kemudian ia makan
malam, kemudian ia mengerjakan pekerjaan rumahnya, dan terakhir,
ia pergi tidur. Proposisi ini dalam UlUtan kronologis, arlinya ada unsur
waktu dalam hubungan,antarproposisi itu. Aksn tetapi, dalam contoh
kedua, Maria menyapu lantai merupa:kan HASIL dari alasan, lantainya
kotor. Di sini sebab-musabab merupakan fokus; dan karena waktu
hanya sekedar kebetulan (insidental), dan bukan fokUB, hubungan itu
digolongkan nonkronologis. Abn tetapi, memang benar bahwa alasan
biasanya mendahului HASIL sehubungan dengan teIjadinya suatu ke
jadian yang dicatat dalam teks. Oleh karena itu, pengelompokan utama
hubungan komunikasi dapat digambarkan dalam diagram berikut
(Beekman, Callow, dan KOPesec 1981:80)
Hub~8DAntar- <
_tuan Kom1lDikaai
kronologis
penambahaJP, <
nonkronologia
kronolop
pendukung -<
nonkronologia
Bagan 26.2
Hubungan penambahan yang kronologis
Ada dua hubungan lain selain subklasifikasi hubungan kronologis,
yaitu hubungan waktu berurutan dan hubungan waktu bersamaan.
Apabila dua proposisi mempunyai hubungan waktu berurutan, maka
kejadian yang satu mengikuti kejadian lain pada waktu yang berde
katan, tetapi tidak ada tumpang tindih waktu antark~adian itu.
MisaInya, kalimatBus itu akan berhenti di daerah pasar, dan kemudian
292
menuju terminal terdiri dari dua proposisi yang merupakan hubungan
waktu berurutan satu terhadap lainnya. Proposisi pertamaBus.itu akan
berhenti di daerah pasar merujuk ke suatu kejadian yang terjadi lebih
dahulu, dan proposisi keduaBus itu akan menuju ke t.erminal merujuk
ke kejadian yang mengikuti kejadian pertama. Oleh karena itu, kedua
proposisi itu berada dalam hubungan waktu berurutan: yang satu ter
jadi lebih dahulu dan yang lainnya teIjadi sesudahnya. Keduanya ber
ada dalam urutan kronologis, dan dihubungkan melalui penambahan,
dalam arti yang satu tidak lebih prominen dari yang lainnya. Kedua
duanya sarna-sarna prominen.
Jika kejadian kedua proposisi itu teIjadi pada saat yang sarna, hu
bungan itu disebut hubungan waktu bersamaan. Tiap kejadiannya da
pat berupa kejadllm sementara atau kejadian yang terus menerus; dan
twnpang tindih waktunya mungkin sebagian atau seluruhnya. Misal
nya, 1bno bermain piano sedangk{Ln Tini bernyanyi merupakan contoh
dari hubungan waktu bersamaan. Proposisi 1bno bermain piano dan
proposisi 'Ilni bernyanyi mengacu kepada dua kejadian yang teIjadi
pada waktu yang bersamaan. Keduanya juga dalam hubungan penam
bahan, karen a di antaranya tidak ada yang lebih prominen. Keduanya
mempunyai prominensi yang sarna.
Perhatikan kedua contoh berikut. Dalam contoh pertama, kejadian
nya dalam hubungan waktu berurutan, artinya kejadian yang satu
mengikuti yang lainnya secara berurutan. Ketiga kejadian itu Barna
prominennya, dan dinamakan INDUK 1, 2, dan 3. Dalam contoh kedua,
ketiga proposisi itu berada dalam hubungan waktu bersamaan. Ketiga
kejadian itu teIjadi pada saat yang sarna. Tidak ada kejadian yang lebih
prominen dari yang lainnya, sehingga dinamakan INDUK 1, 2, dan 3.
Lihat bagan 25.3 dan 25.4 (contoh dari Beekman, Callow, dan Kopesec
1981:82).
L
INDUK 1 ---- (1) Mula-mula Yanto memotong rumput.
waktu
berurutan
- INDUK 2 -----(2) Selanjutnya ia memperbaiki pagar.
waktu
berorutan
INDUK 3 ---- (3) Selanjutnya ia mengecat pintu.
Mula-mula Yanto memotong rumput. Sesudah itu ia memperbaiki pagar dan
kemudian mengecat pintu.
Bagan 25.3
2.
HUBUNGAN PENAMBAHAN DAN PENDUKUNG 293
INDUK 1 ---- (1) Tono memotong rumput.
waktu
bersamaan
INDUK 2 ----(2) Joko memperbaiki. pagar.
waktu
bersamaan
INDUK 3 ---- (3) Amir mengecat pintu.
Tono memotong rumput. Sementara itu Joko memperbaiki pagar. Pada saat
yang sama Amir mengecat pintu.
Bagan 25.4
Hubungan waktu berurutan dan waktu bersamaan telah dijelaskan
dengan proposisi tunggal. Hubungan yang sarna inijuga berlaku untuk.
hubungan antargugus proposisi, antarparagraf, dan satuan dalarn
tingkat yang lebih atas. Bagan 25.5 merupakan contoh untuk. hubungan
waktu berurutan antartiga gugus proposisi.
{
INDUK -- (1) Mula-mula Peter memotong rwpput
-INDUK1
waktu -- (2) sebelum matahari bersinar terik.
waktu
berurutan
{
waktu -- (3) Ketika jam menunjukkan pukul10 pagi
INDUK2
INDUK-- (4) ia memperbaiki. pagar.
waktu
berurutan
L { INDUK-- (5) Selanjutnya ia mengecat pintu INDUK3
waktu -- (6) sesudah ia makan siang.
Mula-mula Peter memotong rumput sebelum matahari bersinar terik. Ketika
jam menunjukkan pukul 10 pagi, ia memperbaiki pagar, dan kemudian menge
cat pintu sesudah za makan siang.
Bagan 25.5
294
{
INDUK-------- (1) Tono memotong rumput
INDUKI
alasan -------- (2) urena ia kuat.
waktu.
bersamaan
(3) sementara itu Joko mem
perhaiki pagar
. INDUK 2 I INDUK
L alasan-------- (4) karena ia memiliki hebe-·
rapa peruue
waktu
bersamaan
[
INDUK (5) dan Amir mengecat pintu
INDUK 3 - alasan ---r pengarah --(6) urena ia senang
lSI (7) hahwa ia mengecat
7bno memotong rumput karena ia kuat, sedangkan Joko memperbaiki pagar
karena ia memiliki beberapa perkakas, dan Amir mengecat pintu karena ia
senang mengecat.
Bagan 25.6
Bagan 25.6 merupakan contoh hubungan waktu bersamaan yang
muncul di antara tiga gugus proposisi.
Daiam struktur gramatikal bahasa Indonesia, hubungan waktu her
urutan dinyatakan dengan kata-kata seperti mula-mula, sesudah itu,
dan kemudian, dan, selanjutnya, seusai, sehabis, dan bentuk lainnya;
sedangkan hubungan waktu bersamaan dinyatakan dengan sementara
itu, pada saat yang sama, sedangkan, dan, ketika, selagi, seraya, dab.
Bahasa lain akan mempunyai bentuk yang lain. Walaupun konjungsi
semacam ini ditemukan dalam banyak bahasa, peranti lainjuga Bering
ditemukan. Misalnya dalam bahasa Aguaruna, hubungan waktu ber
urutan sering dinyatakan dengan pengulangan verba dari klausa per
tama di depan klausa kedua. Verba yang diulang ini dapat juga dida
hului oleh proverba yang juga berfungsi untuk menandai hubungan
waktu berurutan. Perhatikan contoh berikut:
HUBUNGAN PENAMBAHAN DAN PENDUKUNG 295
Majamjan tiwiki ajugka
bangkong-oby mengibaskan sesudah-melemparkannya-ke-dalam-ia-air
ukuiuwai.
ia-meninggalkannya
Dutika ukuak nigka
sesudah-melakukan-begitu meninggalkannya ia
pachiakas jegaa waka ...
melupakannya rumah naik-ke-atas ...
Proposisi untuk contoh di atas dapat dilihat dalam bagan 25.7.
---I INDUK 1 - (1) Ia mengibaskan bangkong itu (dari batu).
INDUK 1 l waktu berurutan
waktu
berurutan
INDUK 2 -(2) Ia melempar bangkong itu ke dalam air.
INDUK 2 ------ (3) Ia meninggalkan bangkong itu
waktu i INDUK 1-(4) Ia lupa bangkong itu.
berurutan
INDUK 3 waktu berurutan
INDUK 2 - (6) Ia naik ke rumahnya.
Bagan 25.7
Dalam bahasa Wojokeso, Papua Nugini (disadur dari Longacre
1972c:38-39), nomina obyek dan pangkal verba diulang di permulaan
kalimat berikutnya Wltuk menWljukkan waktu berurutan. Contoh di
bawah ini menunjukkan pengulangan kata yang berarti buah- buahan
(dari pohon yang disebut nalokuso) dan kami memetik. Proposisi itu
diberikan dalam bagan 25.8. KEJADIAN dan BENDA yang hanya
mWlcul sekali dalam struktur semantis, mWlcul dua kali dalam
gramatika bahasa itu Wltuk menunjukkan hubWlgan waktu berurutan
antmKEJADIAN'\(mengambil dan mencari). .
296
••• naloku8o ife'mmalohwefohe. NalokuBO ife'nontae
buah-buahan kami-petik-indikatif buah-buahan kami-petik
tongo
perburuan-
uhwommalohweso posaefo
kita-cari-dan kosong
INDUK 1------------- (1) Kami memetik buah
buahan.
waktu bersamaan
INDUK2-
INDUK-------- (2) (Pada Baat yang aama)
kami meneari (burung) pel'
buruan.
~HASIL --- (3) (Akan tetapi, kami tidak menemukan burung itu .. LAWAN HARAPAN alasan ---(4) (karena aarangnya) koaong.
Bagan 25.8
Dengan cara yang sama, kita dapat menemukan contoh untuk
hubungan waktu berurutan antarparagraf dan antarepisode, dst.
Dalam sebuah cerita, sering satu episode mengikuti episode lain secara
kronologis, artinya episode yang satu teIjadi lebih dahulu, kernudian
episode yang kedua, dst. Episode-episode ini berada dalarn hubungan
waktu berurutan. Akan tetapi, dalam sebuah cerita, Bering kali penulie
rnenyajikan sebuah epidode, dan kernudian episode lain yang teIjadi
pada saat yang sarna di tempat lain. Kedua episode ini berada dalam
hubungan waktu bersarnaan.
Hubungan pendukung yang kronologis
Hubungan waktu berurutan dan waktu bersarnaan yang diperikan di
atas, menghubungkan kejadian yang prominensinya sarna, yaitu dalam
hubungan penarnbahan. Ada juga satuan-satuan dengan prominenei
yang tidak sarna yang dihubungkan satu Barna lain. Salah Batu satuan
ini rnendukung satuan lainnya; dengan kata lain, ada hubungan pen·
dukung-INDUK antara kedua satuan itu. Hubungan yang diuraikan
di sini dianggap kronologis, karena berfokus pada aspek waktu dari
kejadian; tetapi yang satu rnerupakan INDUK dan yang lainnya men
dukung INDUK. Hubungan yang disebut penahapan (progression)
HUBUNGAN PENAMBAHAN DAN PENDUKUNG 297
sangat mirip dengan waktu berurutan yang eliperikan eli atas. Artinya,
penahapan ini merupakan serangkaian kejaelian yang mempunyai
hubungan temporal, tetapi dalam hubungan waktu berurutan tidak ada
kejadian yang lebih prominen dari yang lainnya.
Dalam hubungan penahapan, beberapa kejaeliannya berada dalam
hubungan pendukung terhadap salah satu kejaelian yang paling pro
minen. Artinya, mungkin ada rentetan kejaelian yang mengarah pada
kejaelian akhir, yaitu kejaelian prominen.Gugus proposisinya sering
terdiri dari serangkaian langkah-Iangkah yang mengarah pada
TUJUAN. Perhatikan contoh dalam bagan 25.9 dan 25.10.
1.
-langkah 1---- (1) Peter bangun pagi-pagi sekali
penahapan
langkah 2 ---- (2) kemudian ia meninggalkan rumah
penahapan
langkah 3 ---- (3) kemudian ia pergi ke sungai
penahapan
TUJUAN ~---- (4) kemudian ia mulai memancing.
Peter bangun pagi-pagi sekali, meninggalkan rumahnya, pergi ke sungai, dan
mulai memancing.
2.
Bagan 25.9
langkah 1 ---- (1) Kupaslah tomat itu
penahapan
langkah 2 ---- (2) kemudian tambahkan sedikit garam
penahapan
langkah 3 ----(3) kemudian tambahkan sedikit bumbu
penahapan
TUJUAN ----- (4) kemudian rebuslah tomat itu enam menit.
Kupaslah tomat itu, tambahkan sedikit garam dan bumbu, dan kemudian
rebuslah enam menu.
Bagan 25.10
Dalam wacana yang lebih panjang, misalnya, mungkin ada
rangkaian paragraf, masing-masing memerikan satu kejaelian yang
298
mengarah pada kejadian utama yang terdapat di akhir paragraf itu
Oleh karena itu, paragraf-paragraf ini akan berada dalam hubungan
penahapan dengan paragrafINDUK, yang merupakan TUJUAN.
Hubungan waktu berurutan, waktu bersamaan, da
.jpeg)
