Selasa, 14 Oktober 2025

Makna bahasa 7


 mobil untuk 

dipakai, tidak supaya ia dapat menggunakannya untuk pergi bekerja. 

Jika ada dua proposisi yang muncul bersama, yang satu negatif dan 

yang Iainnya afirmatif, struktur gramatikal dari beberapa bahasa mem­

punyai urutan tertentu yang Iebih wajar. Ada bahasa yang meletakkan 

proposisi afirmatif sebelum proposisi negatif. Misalnya, kalimat dalam 

bahasa Yunani karena aku datang dari surga, tidak untuk melak­

sanakan kehendakku sendiri, tetapi kehendak dia yang 1J1£ngutus aku 

harus ditetjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Amerindian dengan 

mengubah urutan kedua klausa terakhir, dan mengatakan karena aku 

turun dari surga untuk melaksanakan kehendaknya yang mengutus 

aku dan bukan untuk melaksanakan kehendakku sendiri. Dalam 

bahasa-bahasa ini, bentuk negatifharus mengikuti bentuk afirmatif. 

Dalam bahasa tertentu ada struktur gramatikal yang bentuk negatif­

nya tidak diletakkan dengan verba yang diingkarinya. Gejala ini 

merupakan penyimpangan antara gramatika dan struktur semantis. 

Perhatikan contoh berikut (Grimes 1975:237): 

Inggris: I didn't think she would be ready. 

(har. 'Saya tidak pikir ia akan siap.') 

Artinya: Saya rasa ia belum siap. Bentuk negatif muncul ber­

sarna dengan siap dalam struktur semantis, walaupun 

munculnya bersama dengan verba pikir dalam gra­

matika. 

Hal yang perlu diingat oleh penetjemah yaitu bahwa tiap bahasa 

mempunyai bentuk ingkar yang berbeda-beda. Pengingkaran dalam ba­

hasa sumber tidak boIe4 ditetjemahkan secara harfiah tanpa mem­

pelajari secara cermat makna dan bentuk ingkar dalam bahasa sasaran, 

karen a mungkin ada sejumiah ketidakselarasan antara teks sumber 

dan tetjemahan idiomatisnya. 

PENYIMPANGAN DAYAILOKUSI 255 

Ironi 

~dang-kadang orang mengatakan kebalikan dari yang ia mak­

su~. Misalnya, seorang guru. mene~ m~~ya yang ~esiangan 

denganmengatakan "Wah, pagt sekalt hart tnt." Pemblcara me­

ngatakan yang berlawanan sekali dari yang dimaksudkan. Ia me­

ngatakan pagi, padahal yang dimaksud adalah siang. Jenis 

penyimpangan antara makna dan bentuk gramatikal ini disebut ironi. 

Dalam ironi, pernyataan afirmatif dapat digunakan untuk menggan­

tikan pernyataan negatif yang dimaksud. 

Misalnya, seseorang dapat mengatakan, "Saya selalu ingin tinggal di 

Jakarta." yang berarti "Saya belum pernah merasa ingin tinggal di 

Jakarta." Biasanya, kalimat semacam ini dikatakan dengan intonasi 

khusus untuk menunjukkan ironi. Akan tetapi, dalam dokumen tertu­

lis, mungkin tidak ada cukup tanda-tanda untuk membantu pener­

jemah mengetahui bahwa kalimat itu merupakan ironi. Biasanya 

keseluruhan konteks akan menunjukkan ketidaksesuaian untuk 

makna langsung dan memperlihatkan bahwa maksudnya berlawanan. 

Bahasa tertentu seperti Trique dan Otom~, Meksiko, memberikan 

satu morfem di belakang pernyataan ironis. Tiap bahasa mempunyai 

peranti khusus untuk menandai penyimpangan semantik dan 

gramatika ini. Akan tetapi, penetjemah perlu berhati-hati terhadap 

ironi teks sumber dan tahu cara terbaik untuk menandai ironi dalam 

bahasa sasaran. Biasanya terjemahan langsung tidak dapat dilakukan. 

Contoh yang sangat jelas terdapat dalam Alkitab 1 Kor 4:10 yang 

berbunyi, Kami bodoh oleh karena Kristus, tetapi kamu arif dalam 

Kristus. Kami lemah, tetapi kamu kuat. Kamu mulia, tetapi kami hina. 

Rasul Paulus j sang penulis, bukan mengakui kelemahannya. Bacaan ini 

merupakan contoh ironi. Agar maknanya dapat disampaikan dalam 

bahasa Aguaruna, Peru, maksud penulis perlu dibuat eksplisit, yaitu 

memulai paragraf itu dengan "orang mungkin melihat kita 

sebagai orang bodoh sehubungan dengan Kristus, sebagai orang yang 

tidak tahu apa-apa mengenai Kristus, seperti kamu mengetahui Nya ... 

Maknanya tetap dipertahankan dengan membuat jelas perbandingan­

nya dan dengan menambahkan informasi implisit orang-orang mungkin 

melihat (artinya berpikir). Sewaktu menerjemahkan, bentuk bahasa 

sumber perlu diubah untuk mendapatkan makna yang tepat. 

256 

LATIHAN - Penyimpangan antara Daya TIokusi dan Bentuk 

Gramatikal 

A. Apa maksud pembicara dengan menggunakan pertanyaan retoris 

dalam tiap situasi berikut? 

1. '!bno mencoba memberitahukan ternan kuliahnya apa yang 

harus dikeIjakan. Temannya menjawab, "Knmu profesor­

nya?" 

2. Beberapa anak memainkan mobil yang diparkir dekat 

rumah mereka. Kemudian datang seorang pria dan me­

ngatakan, "Apa ini mobil kalian?" 

3. Mary yang sedang mernasak berkata kepada temannya, 

"Mengapa tidak kamu bereskan saja meja itu?" 

4. Seorang ibu menuju ke dapur dan mendapatkan putranya 

yang berumur tiga belas tahun sedang memasukkan ta­

ngannya ke dalam stoples roti. Ibu mengatakan, "Apa yang 

sed,ang kamu lakukan di sini?" 

5. Seorang guru yang jengkel kepada anak-anak yang terns 

rnenerus ribut meskipun sudah disuruh diarn, berkata, 

"Kapan akan kalian hentikan suara itu?" 

6. Seorang wanita yang sedang rnencoba memperbaiki kur­

sinya yang rusak berkata kepada suaminya yang memper­

hatikannya, "Mengapa tidak kau bantu aku?" 

B. TeIjernahkanlah kalimat di Ake dalam bahasa lain? Apakah lebih 

baik digunakan bentuk pernyataan ataukah bentuk perintah? 

C. Kalirnat berikut rnerupakan kalirnat tanya. Anggaplah sernuanya 

rnerupakan pertanyaan retoris dan ubahlah bentuk itu rnenjadi 

kalirnat pernyataan. 

1. Bukankah saya sudah rnernberikan buku itu kepadamu? 

2. Bukankah saat itu rnusirn hujan? 

3. Bagairnana Anda bisa begitu rnernpercayainya? 

4. Siapa yang takut kepada dia? 

5. Tidakkah lebih baik kamu pulang saja segera? 

D. Ubahlah kalirnat berikut rnenjadi kalirnat perintah. 

1. Kapan karnu akan mulai belajar? 

2. Apakah karnu mau mampir sebentar? 

3. Mengapa pintu itu dibuka? 

PENYIMPANGAN DAYA ILOKUSI 257 

3. Mengapa pintu itu tidak dibuka saja? 

5. Kenapa kamu mengerjakannya begitu? 

E. Pertanyaan retoris berikut berasal dari teks bahasa Tikar, Came­

roon. Menurut Anda, apakah fungsi kalimat tanya itu? Ungkap­

kanlah kembali semuanya dalam bentuk kalimat pernyataan 

atau perintah, dan terjemahkanlah Bemus ini ke dalam bahasa 

lain? (Contoh dari Jackson, 1982): 

1. Seorang anak keeil bertemu dengan seorang anak yang Iebih 

besar yang berpakaian compang-camping dan sedang 

merokok. Anak keeil itu berkata, "Apakah Anda akan men­

jadi sukses dengan merokok?" 

2. Dua orang sedang membicarakan kasus bunuh diri yang 

misterius, dan yang satu berkata, "Siapa yang tahu alasan 

sebenarnya ?" 

3. Seorang pria menceritakan kembali sebuah perkelahian 

yang terjadi sehari sebelumnya. Ia berbalik kepada seorang 

saksi dan berkata, "Saya mengatakan kebenaran, bukan?" 

4. Dalam pidato pembukaan ten tang penghitungan masaIah­

masalah di suatu desa, kepala kampung mengatakan, 

"Maukah Anda mendengarkan atau tidak?" 

5. Seseorang menanyakan yang Iainnya, "Di mana Elizabeth?" 

dan yang lainnya menjawab, "Bukankah ia pergi ke apotek?" 

(Kalimat ini menunjukkan bahwa pembicara pertama tahu 

di mana Elizabeth berada). 

6. Seseorang yang mengatakan kebalikan dari apa yang ingin 

ia katakan, bertanya pada dirinya sendiri, "Apa yang baru 

saya katakan?" 

7. Seorang wanita yang telah kehabisan uang untuk me­

nyelesaikan bangunan rumahnya berkata, 'ltpa yang harus 

saya lakukan?" 

8. Seseorang yang sedang bingung untuk mengambil 

keputusan, berkata, "Jalan mana yang harus saya tempuh?" 

9. Dalam cerita rakyat, seekor burung yang kehilangan 

sarangnya berkata pada dirinya sendiri, "Di mana saya 

harus tidur hari ini?" 

10. Seorang ibu mengatakan kepada suaminya ketika anaknya 

melakukan sesuatu yang hebat, 'ltnak siapa dong?" 

'F. Tiap kalitt1at pernyataan berikut mempunyai daya ilokusi perin­

tah. Tulisiah kembali kalimat itu dalam bentuk kalimat perintah. 

1. Kamu bukan orang sini. 

258 

2. PintWlya terbuka. 

3. Rambutmu kUBut sekali. 

4. Kamu menginjak bWlgaku. 

5. Supnya enak. (dikatakan kepada seorang anak yang tidak 

makan Bupnya) 

G. Tulislah kembali tiap kalimat negatif berikut dengan kalimat 

afinnatif, dan teIjemahkanIah kalimat itu ke dalam bahasa lain. 

Apakah kalimat negatif ataukah afirmatifyang lebih wajar dalam 

bahasa itu? 

1. TiOOk seorangpun di antara mereka yang akan pergi ke kota 

tanpa persetujuanku. 

2. Setiap orang yang nook membayar uang sekolahnya tidak 

dapat sekolah di sini lagi. 

3. Ia tiOOk pernah berbicara tanpa membesar-besarkan. 

4. Kamu nook akan melihat saya sampai saya selesai menulia 

cerita ini. 

5. Jika ia tiOOk memperoleh lebih banyak uang ia tiOOk dapat 

pergi ke sekolah. 

6. John nook mempWlyai kakak lain selain Bill. 

7. TiOOk ada sesuatu yang disembWlyikan yang nook dapat 

terungkap. 

8. Ia tidak perIu mandi kecuali mencuci tangannya. 

9. Saya tidak akan bersiul, sebelum Anda selesai. 

10. Kami tidak mempWlyai pemimpin lain selain Peter. 

Bah 23 

Proposisi Figuratif: 

lWetafora dan Simile 

Definisi metafora dan simile 

Metafora dan simile merupakan majas perbandingan yang lazim 

ditemukan dalam banyak bahasa. Perhatikan contoh simile berikut: 

Ia berlari seperti angin. 

Benjamin berlaku seperti serigala. 

Bagaikan embun di pagi hari. 

Simile biasanya menggunakan kata-kata seperti, bagciikan, ibarat, 

bak, sebagai, umpama, laksana, dan serupa. Metafora tidak meng­

gunakan kata seperti atau bagaikan, tetapi juga merupakan perban­

dingan yang biasanya dapat ditulis kembali sebagai simile. Perban­

dingan itu biasanya mengenai kesamaan. Perhatikan contoh berikut 

untuk metafora. 

Ia adalah serigala berbulu domba. 

Tuti merupakan bunga di kampusnya. 

Amir adalah buaya darat. 

Contoh-contoh di atas dapat juga diubah menjadi simile. 

Amir seperti serigala berbulu domba. 

Tuti seperti bunga di kampusnya. 

Amir seperti buaya darat. 

Metafora dan simile merupakan bentuk gramatikal yang mewakili 

dua proposisi dalam struktur semantis. Seperti yang disebutkan sebe­

lumnya, sebuah proposisi terdiri dari sebuah topik, dan sebuah sebutan 

260 

(tentang topik). Misalnya, Amir tinggi terdiri dari topikAmir, dan Be­

butan tinggi. Kalimat Bill memukul bola terdiri dari topik Bill dan 

sebutan memukul bola. Jika metafora atau simile muncul dalam te~, 

lebih baik peneIjemah menganalisisnya dan mencari kedua proposisi 

yang merupakan struktur semantis dibalik majas itu. Hubungan an· 

tara kedua proposisi itu merupakan suatu perbandingan yang muncul 

dalam bagian sebutan. Sebutan dari kedua proposisi itu mirip atau 

bahkan sarna. 

Menganalisis metafora dan simile 

Simile Tini sama tinggi dengaTt pohon mawar itu didasarkan atas dua 

proposisi: 

1. Tini tinggi. 

2. Pohon mawar itu tinggi. 

Kalimat ini sederhana dan mudah dianalisis karena topik, perban· 

dingan dan kesamaannya diberikan. Topik proposisi pertama diban· 

dingkan dengan topik proposisi kedua, dan sebutannya sarna. 'Thpik 

proposisi kedua Bering disebut citra (image) atau ilustrasi, yaitu benda 

atau hal yang serupa dengan topik pertama. Titik kemiripannya dite­

mukan dalam sebutan. Jadi metafora atau simile mempunyai empat 

bagian (lihat Beekman dan Callow 197 4untuk pembahasan lebih Ian jut): 

topik - topik proposisi pertama (nonfiguratif), yaitu benda atau hal 

yang dibicarakan. 

citra - topik proposisi kedua (figuratif). yaitu apa yang dibanding. 

kan. . 

titik kemiripan - yaitu sebutan dari kedua proposisi yang dilibat­

kan atau sebutan dari proposisi KEJADIAN yang citranya 

merupakan topik. 

padanan nonfiguratif - apabila proposisi yang berisi topik meru· 

pakan proposisi kejadian, sebutannya merupakan padanan 

nonfigura tif. 

Di bawah ini diberikan beberapa contoh dari keempat bagian ter· 

sebut. Dalam contoh-contoh di atas, hanya topik dan citra dari simile 

yang diberikan. Titik kemiripannya implisit. Untuk menganalisis si· 

mile, kita dapat mengungkapkan kedua proposisi itu secara eksplisit. 

Dalam kalimat Ia seperti burung dalam sangkar, kedua proposisinya 

ialah: 

1. Ia (tidak bebas). 

2. Burung dalam sangkar (tidak bebas). 

METAFORA. DAN SIMILE 261 

Informasi yang implisit dari contoh di atas diberikan dalam kurung. 

Analisisnya adalah sebagai berikut: 

topik-ia 

citra - bunmg dalam sangkar 

titik kemiripan - tidak bebas 

Dalam contoh berikut, metaforanya terdiri dari satu kalimat yang 

mengkodekan proposisi kejadian dan karenanya keempat bagian itu 

harus ditemukan. 

Yang Maha Adil a,kan rnemberikanmu mahkota kehidupan; 

1. (Panitia) memberikan m&hkota (kepade. ratu kecantilu\p). 

2. (Allah), yang menghakimi dengan adil, akan memberimu 

(kehidupan kekal). 

topik - Allah,. yang memutuskan dengan adil 

citra - panitia 

titik kemiripan - menerima penghargaan karena berlaku baik 

makna nonfiguratif - akan memberimu kehidupan kekal 

Untuk menganalisis metafora dan simile, ada baiknya peneljemah 

menulis proposisi yang merupakan dasar perbandingan. Proposisi ini 

harus memasukkan topik, citra, titik kemiripan, dan malma nonfi­

guratif (jika proposisinya merupakan proposisi kejadian). Hanya sete­

lah bagian-bagian ini diketahui, teljemahan yang baik dapat dilakukan. 

Jadi malma teks sumber harus ditemukan terlebih dahulu. 

Pengertian yang tepat tentang metafora atau simile tergantung pada 

pengenalan yang tepat mengenai topik, citra, titik kemiripan. Peng­

ertian tentang kalimat seperti Beratnya seperti gajah tidaklah terlalu 

sulit, karen a jelas bahwa gajah itu berat dan orang itu berat. Perban­

dingan dengan gajah itu tidak diartikan secara harfiah, tetapi di­

gunakan untuk menekankan betapa beratnya orang itu. Di sini selain 

simile,juga ada pernyataan yang dilebih-Iebihkan. Akan tetapi, kalimat 

seperti Kotak itu seberat kopor saya mempunyai bentuk yang sarna 

seperti simile. Kalimat ini bukan kalimat figuratif, melainkan perban­

dingan sejati. Kita tidak boleh menganggap bahwa setiap perbandingan 

itu merupakan majas. Amir mahan seperti kakaknya yang gemuk meru­

pakan perbandingan sejati, tetapiAmir nwkan seperti babi merupakan 

simile. Yang pertama berarti Amir makan terlalu banyak sarna seperti 

yang dilakukan kakalmya. Yang kedua didasarkan atas sifat tertentu 

dari babi yang juga merupakan ciri Amir. Titik kemiripannya tidak 

diberikan. Proposisi itu mungkin berupa babi itu mahan terlalu banyak 

atau babi itu makan cepat seluJ,li, atau babi itu mahan dengan rahus. 

262 

Jika sebutan tentang babi tidak diberikan, kita tidak tahu titik kemi­

ripannya dengan Amir. 

Kalimat binatang itu serigala bukan metafora, tetapi kalimat Amir 

adalah serigala merupakan metafora. Amir dibandingkan dengan 

serigala disebabkan titik kemiripan tertentu, ciri umum tertentu. Di 

sini juga ada masalah analisis karena sebutannya hHang, meskipun 

topikAmir dan sebutan serigala dimasukkan. Dalam hal apa kedua­

nya serupa? Pertanyaan itu harus dijawab untuk dapat menafsirkan 

metafora secara tepat. Konteks penggunaan metafora biasanya dapat 

memberi petunjuk yang dapat membantu penafsiran. 

Metafora "hidup" dan "mati" 

Seperti halnya perbandingan harfiah tidak boleh dikacaukan dengan 

metafora dan simile, metafora mati harus juga dibedakan dari meta· 

fora hidup. Metafora mati yaitu metafora yang merupakan bagian 

konstruksi idiomatis dari leksikon bahasa itu; sedangkan metafora 

hidup yaitu metafora yang serta merta diciptakan oleh penulis atau 

pembicara untuk mengajarkan atau melukiskan sesuatu. Jika meta­

fora mati yang digunakan, maka orang yang mendengarkan atau mem­

baca tidak lagi memikirkan makna primer dari kata itu, tetapi secara 

spontan memikirkan maIma idiomatisnya. Contoh metafora mati ialah 

kaki meja. Perbandingan antara kaki meja dan kaki binatang atau 

manusia dapat dengan mudah dilihat, tetapi penutur bahasa tidak lagi 

memikirkan kaki orang jika ia menggunakan ungkapan kaki meja. 

Metafora mati juga disebut idiom. Orang yang menggunakan idiom 

tidak lagi berpikir ten tang perbandingan yang didasarkannya. 

Sebaliknya, metafora hidup dimengerti sesudah pembaca atau pende­

ngar memberi perhatian khusus kepada perbandingan yang dibuat. 

Setiap bahasa mempunyai idiom. 

Dalam bahasa Indonesia, ada banyak idiom seperti kaki gunung, 

kepala negara, dan mata kaki. Walaupunjelas tiap idiom ini didasarkan 

atas sejenis perbandingan, semuanya merupakan metafora mati. 

Penutur asH yang menggunakannya tidak lagi memikirkan perban­

dingan itu ataupun memikirkan makna primer dari setiap katanya, 

melainkan berpikir langsung tentang makna idiom itu. 

Biasanya mudah bagi penutur asli untuk mengenal perbedaan an­

tara metafora hidup dan metafora mati dalam bahasanya. PeneIjemah 

perlu membuat pembedaan ini, karena idiom mati harus diterjemahkan­

secara langsung tanpa mencoba mempertahankan isi metaforisnya; 

sedangkan metafora hidup diperlakukan secara berbeda Olliat halaman 

266-266). Oleh karena itu, peneIjemah perlu mengenali metafora mati 

METAFORA DAN SIMILE 263 

itu, dan menganalisisnya dengan cermat agar dapat disampaikan mak­

na yang benar. 

Metafora biasanya mudah dikenal, baik dalam teks tertulis maupun 

dalam suatu situasi, karena ada hal lain dalam konteks itu yang ber­

hubungan dengan citra yang digunakan. Dalam percakapan, metafora 

dapat muncul tersendiri, tetapi mudah dimengerti dari situasi perban­

dingannya. Dalam bahan tertulis, metafora sering terdiri dari sejumlah 

citra atau citra umum yang berulang-ulang dalam teks itu. Contoh-con­

tohnya terutama bisa kita temukan dalam karya sastra kuno. 

Masalah menafsirkan metafora dan ibarat 

Tidak semua metafora dan simile dapat diartikan dengan mudah. 

Oleh karena itu, jika metafora diterjemahkan secara harfiah, kata per 

kata, sering teIjadi salah pengertian. Ada sejumlah alas an mengapa 

metafora sulit diartikan dan tidak dapat ditetjemahkan secara harfiah. 

Pertama-tama, citra yang digunakan dalam metafora atau simile 

mungkin tidak dikenal dalam bahasa sasaran. Misalnya, simile dari 

kata salju mungkin tidak bermakna apa-apa bagi orang yang tinggal di 

beberapa bagian Pasifik Selatan, karena salju tidak pernah dikenal di 

daerah itu. Memang di Indonesia kita tidak memiliki salju, tetapi kata 

salju ada dalam kosa kata kita. Dalam bahasa tertentu, tidak adanya 

kata salju hanya disebabkan negara itu tidak memiliki salju. Dalam 

bahasa Indonesia kita dapat mengatakan seputih salju. Perbandingan 

serupa dalam suatu bahasa di Pasifik Selatan mungkin harus meng­

gunakan seputih kerang laut atau seputih tulang. Contoh lain yaitu 

bagai mendapat durian runtuh ('mendapat keuntungan besar tanpa 

bersusah payah'). Simile ini mungkin tidak mengandung arti sarna 

sekali dalam bahasa-bahasa lain di dunia ini, terutama di negara yang 

tidak terdapat durian. 

'Ibpik metafora yang tidak diungkapkan dengan jelas dapat menim­

bulkan masalah bagi pembaca. Misalnya dalam kalimatSituasi itu balik 

menyerang pemerintah, topiknya dibiarkan implisit. 

Kadang-kadang titik kemiripanlah yang implisit dan sulit dikenal. 

Misalnya, kalimat ia babi tidak mencakup titik kemiripan. Dalam ke­

budayaan tertentu, rujukan ke babi memberikan gagasan kotor, tetapi 

dalam kebudayaan lain, artinya rakus, dan dalam kebudayaan lain lagi 

artinya tidak mendengarkan orang lain. Apabila titik kemiripan tidak 

diungkapkan, metafora itu sering sulit ditafsirkan. Misalnya dalam 

bahasa Inggris, perbandingan ia seperti sapi jantan dapat mempunyai 

beberapa makna. Orang dapat memikirkan ciri-ciri sapijantan sebagai 

kuat, besar, atau tidak pintar. Akan tetapi, karena ciri yang merupakan 

fokus itu tidak disebutkan, metafora itu sulit ditafsirkan. 

264 

Salah satu masalah yang lebih serius lagi yaitu kenyataan bahwa ti­

tik kemiripan dapat ditafsirkan secara berbeda-beda dalam kebudayaan 

yang berbeda. Citra yang sarna dapat digunakan untuk rnakna yang ber­

beda-beda. Misalnya, ungkapanAnton itu batu karang rnungkin berarti 

ia teguh, tetapi dalarn kebudayaan lain dapat berarti ia tidak dapat 

berbicara, atau ia selalu ada, atau ia sangat kuat. Begitujuga, jika se­

seorang diwnparnakan sebagai domba, citranya bisa sangat berbeda 

dalam kebudayaan yang berbeda. Perurnparnaan itu dapat berarti orang 

berambut panjang, pemabuk, orang yang tidak batik menjawab, orang 

yang hanya mengikut tanpa berpikir, atau pemuda yang menunggu 

gadis-gadis mengikutinya. Jika kalimat ia domba diteIjemahkan secara 

harfiah, teIjemahan itu akan rnernberikan rnakna yang salah sarna se­

kali, karena itu titik kerniripan harus dipeIjelas. 

Mungkinjuga bahasa sasaran tidak rnembuat perbandingan seperti 

yang terdapat dalarn metafora teks surnber. Misalnya, dalarn teks swn­

ber terdapat kalirnat Badai rumah tangga itu tampaknya tidak akan 

mereda, tetapi rnungkin bahasa sasaran tidak rnenggunakan badai 

untuk. rnernbicarakan perselisihan atau bencana dalarn keluarga. Per­

bandingan yang tepat rnungkin rnenggunakan kata api seperti api 

rumah tangga. Makna kalirnat di atas yang tidak rnengandung 

rnetafora ialah "Dalarn rurnah tangga itu terdapat perselisihan atau 

bencana yang keras, dan kelihatannya sernua ini tidak akan berakhir." 

Dalam teks swnber, citranya yaitu badai di laut, tetapi dalarn bahasa 

sasaran citra ini mungkin tidak bisa dipertahankan. Oleh karena itu, 

penerjemah harus menemukan citra yang tepat dalam bahasa sasaran 

jika metafora itu tetap akan dipertahankan. 

Tiap bahasa berbeda dalarn frekuensi pemakaian metafora dan cara 

rnenciptakannya. Sehubungan dengan bahasa Pijin, Kepulauan 

Solomon, Simons dan Young mengatakan, "Dalam bahasa Pijin, kalimat 

harfiah diartikan sedemikian rupa, dan kalimat yang tegas bahwa 

sesuatu adalah sesuatu lainnya [metafora, tanpa rnenggunakan kata 

seperti] cenderung ditolak sarna sekali." (1979:168-9) Akan tetapi, 

simile tetap digunakan. Misalnya, kalimat berikut digunakan untuk 

tempat penyeberangan: 

ples fo kat kros long rod, luk olsem snek long si 

bar: tempat untuk menyeberang jalan yang tampak seperti ular laut 

Jika suatu kelornpok bahasa terus rnenerus rnenciptakan rnetafora 

baru, mungkin tidak ada rnasalah rnernperkenalkan rnetafora baru ke 

dalam teIjernahan. Akan tetapi, tetap saja rnetafora baruini harus diuji 

dengan cerrnat untuk mernastikan perbandingan itu dapat diterima. 

Ada beberapa bahasa yang jarang menciptakan metafora baru, karena 

METAFORA DAN SIMILE 265 

itu, meneIjemahkan metafora ke delam bahasa ini dapat menimbulkan 

masalah pengertian yang serius. Dalam bahasa yang tidak sering meng­

gunakan metaf?ra, mungkin sulit bagi pembaca untuk mengerti meta­

fora yang diteIjeIilahkan secara langsung dari bahasa sumber. 

Sebaliknya, dalam bahasa yang sering menggunakan metafora, 

banyak citranya telah mempunyai makna metaforis dalam bahasa itu. 

Jib citra teks sumber berbeda dengan citra babasa sasaran, pembaca 

mungkin bisa salah menafsirkan titik kemiripannya, karena penafsiran 

umumnya berdasarkan makoa perumpamaan dalam bahasa itu. Misal­

nya, jika dalam teks sumber kalimatAnton adalah batu karang berarti 

ia sangat keras, padahal dalam bahasa sasaran makoa metaforis untuk 

batu karang ialah mem.punyai otot yang keras, metafora itu akan di­

salahartikan jika diteIjemahkan secara harfiah: 

Menerjemahkan metafora dan simile 

Oleh karena adanya pelbagai masalah ini - kesulitan menemukan 

maIma metafora dalam bahasa sumber dan salah pengertian yang 

mungkin timbul- peneIjemah harus mempertimbangkan makna me­

tafora dalam teks sumber dengan teliti. Langkah pertama menuju ter­

jemahan metafora atau simile yang memadai ialah menentukan apakah 

perbandingan itu merupakan metafora atau simile ''hid up" ataukah se­

kedar mempakan majas. Jika kata yang figuratifitu hanya merupakan 

idiom, atau metafora mati, maka citra itu tidak perlu dipertahankan, 

dan maknanya dapat diteIjemahkan secara langsung, yaitu dengan 

ungkapan yang nonfiguratif, seperti yang kita lihat di bab II. 

Akan tetapi, jika perbandingan itu merupakan metafora atau simile 

hidup, maka tugas pertama peneIjemah adalah menganalisis metafora 

itu dengan teliti. Ada baiknya peneIjemah menulis secara eksplisit 

topik, citra, dan titik kemiripan kedua proposisi itu. Jika salah satu dari 

ketiganya tidak jelas, peneIjemah harus melihat teks itu secara ke­

seluruhan untuk mendapatkan penafsiran yang paling tepat dalam pa­

ragraf di mana metafora itu digunakan. Sesudah yakin akan penafsiran 

metafora itu, peneIjemah dapat mulai mempertimbangkan bagaimana 

metafora itu diteIjemhakan ke dalam bahasa sasaran. 

MeneIjemahkan metafora atau simile secara harfiah sering meng­

akibatkan makoa yang salah, nihil, atau ambigu, karena itu peneIjemah 

harus menghindari semua ini. Majas yang diteIjemahkan secara har­

fiah perlu diuji secara teliti dengan sejumlah penutur bahasa untuk 

memastikan ketepatan maknanya. 

Dalam hal metafora, kadang-kadang citra metaforisnya dapat diper­

tahankan. Misalnya, dalam kalimat ia berkulit badak, kata badak 

266 

berarti tidak berperasaan. Jika badg,k mempunyai makna metaforis da­

lam bahasa sasaran, mungkin tidak ada masalah menetjemahkan Be­

cara agak harfiah. Akan tetapi, dalam bahasa tertentu., maIma metafora 

akan lebihjelasjika metafora itu diganti dengan simile_~_ulitnya seperti 

badak. Jika masih tidak terlalujelas, simile itu dapat dijelaskan dengan 

lebih rinci dalam bentuk ia tidak berperasaan seperti kulit badak. Simile 

lebih mudah dimengerti daripada metafora. Terutama jika topik., citra, 

dan titik kemiripannya dimasukkan dalam perumpamaan itu, sedikit 

kemungkinan teIjadi salah pengertian. Perhatikan ketiga langkah 

berikut: 

1. Ia babi. 

2. Ia seperti bahi. 

3. Ia kotor seperti babi. 

1. Ia gajah. 

2. Ia seperti gajah. 

3. Ia besar seperti gajah. 

Salah penafsiran dapat teIjadi, jika menggunakan metafora nomor 1. 

Jika kalimat 1 diubah menjadi simile, seperti nomor 2, perbandingan 

itu lebih mudah diartikan, tetapi titik kemiripannya masih tidak jelas. 

Jika titik kemiripannya juga ditambahkan, seperti nomor 3, sedikit 

sekali kemungkinan teIjadinya salah pengertian. Sebaliknya, bentuk 

wajar yang digunakan untuk metafora dan simile dalam bahasa sasaran 

merupakan bentuk yang harus dipilih. Apakah titik kemiripan biasanya 

dimasukkan dalam metafora dalam. bahasa sasaran? Jika hanya 

kadang-kadang dimasukkan, kapan dimasukkannya? 

PeneIjemah dapat menggunakan metafora bahasa sasaran yang her­

beda, tetapi mengandung makna yang sama dengan metafora dalam 

bahasa sumber. Seperti contoh sebelumnya, Badai rumah tangga itu 

tampaknya tidak akan mereda, mungkin dapat diteIjemahkan dengan 

Api rumah tangga itu tampaknya belum akan padam. Sepanjang 

makna nonfiguratif dari metafora itu tidak hilang atau menyimpang, 

metafora dari bahasa sasaran dapat dipakai lmtuk menggantikannya. 

Kadang-kadang peneIjemah dapat mempertahankan metafora teks 

sumber, tetapi maknanya harus dimasukkan agar daya metafora yang 

diinginkan tidak hilang. Misalnya ungkapan lidah tidak bertulaTIIJ 

dapat dipertahankan dalam teIjemahan, tetapi maImanya harus ditam­

bahkan: Lidah tidak bertulang; mudah mengatakan atau menjanjikan 

sesuatu tetapi sulit melaksanakannya. 

Kadang-kadang citra dalam teks sumber dapat diabaikan; artinya 

makna perbandingan itu diterjemahkan secara langsung tanpa 

METAFORA DAN SIMILE 267 

menggunakan metafora. Misalnya Ia bunga kampus dapat diterjemah­

kan dengan Ia paling cantik di kampus itu. Atauia kutu buku dapat di­

terjemahkan dengania suka membaca buku. 

Secara singkat dapat dikatakan ada lima cara menerjemahkan me­

tafora. Untuk simile dapat diikuti cara 3, 4, dan 5. 

1. Metafora dapat dipertahankan, jika kedengarannya wajar dan 

jelas bagi pembacanya; 

2. Metafora dapat diterjemahkan sebagai simile, yaitu dengan 

menambahkan kata seperti, bagai, bagaikan, dll.; 

3. Metafora bahasa sumber dapat digantikan dengan metafora 

bahasa sasaran yang mempunyai maIma yang sama; 

4. Metafora dapat dipertahankan dengan menerangkan 

maImanya atau menambahkan topik dan/atau titik kemiripan­

nya;dan 

5. MaIma metafora dapat dijelaskan tanpa menggunakan citra 

metaforisnya. 

Berdasarkan daftar di atas, metafora Ia anak emas dapat diterjemah-

kan dengan lima cara yang berbeda: 

1. Ia anak emas. 

2. Ia seperti anak emas. 

3. Ia merupakan harta termahal. 

4. Ia anak emas. Emas merupakan benda berharga, dan ia 

merupakan anak yang P'lling disayang dan paling berharga 

(bagi orang tuanya). 

5. Ia adalah anak yang paling disayang. 

LATllIAN - Proposisi Figuratif: Metafora dan Simile 

A. Berikut ini adalah metafora dalam bahasa Chinantec, Meksiko. 

Titik kemiripannya tidak diungkapkan, tetapi diberikan dalam 

kurung di belakang kalimat. Terjemahkanlah metafora itu ke 

dalam bahasa lain dengan menggunakan kemungkinan yang 

disebutkan di atas. 

1. Petrus adalah siput. (lambat) 

2. Amir bertengger jauh di atas. (kikir) 

3. Ia burung kalkun. (bodoh) 

4. fugas ini adalah pekerjaan wanita. (mudah) 

6. Melahirkan adalah seperti menghasilkan labu. (sangat sulit) 

268 

B. Terjemahkanlah kalimat-kalimat berikut ke dalam bahasa lain, 

dan sebutkanlah masalah yang Anda hadapi. 

1. Ia memang malang, sudahjatuh tertimpa tangga pula. 

2. Tuti malu-malu kucing. 

3. Mereka memang berkulit badak. 

4. Anak-anaknya seperti anjing berebut tulang. 

5. Nasib manusia memang bagai roda pedati, ada kalanya enak 

dan ada kalanya susah. 

6. Ali adalah tangan kanan Pak Amin. 

C. Carilah, dalam bahasa lain yang bukan bahasa Indonesia, lima 

kalimat yang mengandung metafora. Sebutkanlah topik, citra 

dan titik kemiripannya. 

D. Sebutkan topik, citra, dan titik kemiripan dalam tiap kalimat 

berikut. Ada baiknya kedua proposisi itu ditulis terlebih dahulu 

agar topik, citra, dan titik kemiripannya dapat terlihat jelas. 

1. Ia licik seperti serigala. 

2. Anak itu seperti babi saja. 

3. Ia kecil-keeil cabe rawit. 

4. Saya akan datang seperti pencuri di waktu malam. 

5. Ia seperti tiang listrik. 

6. Rambutnya putih seperti kapas. 

7. Pak Hengki kepala sekolah di sini. 

8. Ia memang otak udang. 

9. Mereka seperti pinang dibelah dua. 

10. Sepandai-pandainya tupai melOn1pat sekali akanjatuhjuga. 

Bab24 

Analisis Proposisi: 

Penjelasan Tambahan 

Dalarn analisis semantis sebuah teb, kita perlu rnengetahui pro­

posisi dalam teks itu, struktur batinnya, dan hubungan antarproposisi 

itu. Bagian III dari buku ini memusatkan pada analisis proposisi itu 

sendiri; sedangkan bagian berikutnya akan membahas hubungan satu 

proposisi dengan proposisi lain sewaktu proposisi itu rnengelompok ke 

dalarn satuan yang lebih besar. Dalam menangani proposisi, kita harus 

selalu ingat bahwa proposisi merupakan satuan yang mempunyai fung­

si dalarn satuan sernantis yang lebih besar dan lebih rurnit. 

Dalarn bab 4, telah dibahas perbedaan antara MAKNA REFEREN­

SIAL, MAKNASITUASIONAL, dan MAKNAKONTEKS L1NGUISTIS. 

(Pernbaca disarankan untuk mernbaca kembali bab itu.) Sejauh ini kita 

telah rnembahas proposisi dari segi makna referensial dan makna 

situasional. Makna referensial berkaitan dengan konsep yang dirujuk 

dalam proposisi dan hubungan antarkonsep itu. Makna situasional 

berkaitan dengan hubungan pembicara-pendengar, terutama tujuan 

proposisi itu untuk menyatakan, rnenanyakan, atau memerintah. 

Tujuan bab ini ialah untuk melihat makna konteks linguistis dari 

proposisi, dan memberikan contoh analisis proposisi yang berupa 

sebuah paragraf dari sebuah teks. 

Pertautan (koherensi) daIam sebuah prop08isi 

Makna konteks linguistis berhubungan dengan kesatuan (unity) dan 

cara pengelompokan satuan semantis. Dalam proposisi, makna konteb 

linguistis berkaitan dengan cara pengelompokan konsep ke dalam pro­

posisi. Proposisi merupakan kombinasi konsep yang berhubungan satu 

sarna lain sehingga hasilnya bermakna. 

270 

Konsep kera, memanjat, dan pohon secara semantis cocok. Selama 

hubungannya sebagai berikut: kera sebagai pelaku, memanjat sebagai 

perbuatan, danpohon sebagai tempat, proposisi itu bermakna. Akan 

tetapi, jika pohon merupakan pelaku dan kera tempat, kalimat itu 

tidak bertaut (tidak koheren) dan tidak bermakna. Proposisi harus di­

SUBun sehingga hasilnya bertaut (koheren), bermakna, dan mempunyai 

kesatuan struktural. 

Prominensi dalam proposisi 

Seperti yang disebutkan sebelurnnya, sebuah proposisi terdiri dari 

sebuah topik dan sebuah sebutan. Thpik berupa apa yang dibicarakan, 

dan sebutan berupa apa yang dibicarakan tentang topik. Dalam sebuah 

teks, topik yang sarna dapat muncul dalam. sejumlah proposisi dan 

menjadi topik dari satuan yang lebih besar. Tanpa topik tidak akan ada 

komunikasi, tetapi topik bukan bagian yang paling prorninen dari 

struktur sebuah proposisi. Sebutan merupakan bagian prominen yang 

"wajar", karena merupakan inforrnasi baru dan merupakan sesuatu 

yang ingin disampaikan oleh penulis tentang topik. 

Dalam bab 18 dikatakan bahwa tiap proposisi mempunyai konsep 

inti yang dihubungkan dengan konsep-konsep lain melalui relasi kaSllS. 

Konsep KEJADIAN, BENDA, atau ATRIBUT inti ini biasanya terdapat 

dalam sebutan. Oleh karena itu, konsep inti proposisi ini, yang biasanya 

terdapat dalam sebutan, merupakan konsep prorninen yang "wajar". 

Sementara tiap proposisi dapat dianalisis sebagai kombinasi topik 

dan sebutan, topik teks hanya dapat ditentukan sesudah melihat pro­

posisi-proposisi itu secara berurutan. Dalam urutan proposisi yang 

demikian, topik teks akan lebih mudah ditemukan. Namun dernikian 

perlu dipikirkan topik proposisi, karena ada duajenis topik, yaitu topik 

wajar dan topik bertanda. 

'Ibpik wajar (natural topics) 

Thpik dapat berupa topik wajar atau topik bertanda. Dalam pro­

posisi kejadian, topik wajar merupakan konsep BENDA yang me­

lakukan perbuatan, yaitu PELAKU atau PENYEBAB. Dalam proposisi 

yangmempunyai PELAKU dan PENDERITA, PELAKUnya merupakan 

topik wajar. Perhatikan contoh berikut untuk topik wajar (contoh dari 

Beekman, Callow, dan Kopesec 1981:61): 

John melempar bola. 

Jane memaksa anak itu makan malam. 

(PELAKU) 

(PENYEBAB) 

PENJELASAN TAMBAHAN 271 

Jika konsep KEJADIAN merupakan pengalaman, topik wajamya 

berupa konsep BENDA dengan peran PENDERITA: 

Peter melihat ular. (PENDERITA) 

Jika konsep KEJADIAN merupakan proses, topik wajamya berupa 

konsep BENDAdengan peran PENDERITA: 

Mentega itu meneair. 

Thli itu memanjang terus. 

Saya tertidur. 

Ia meninggal. 

(PENDERITA) 

(PENDERITA) 

(PENDERITA) 

(PENDERITA) 

Tiap eontoh di atas merupakan pemyataan. Jika proposisi itu berupa 

pertanyaan, topik itu harus digantikan dengan kata tanya yang tepat. 

Misalnya, siapa yang tertidur? Siapa yang memaksa anak itu makan 

Malam? Apa yang mencair? 

Topik bertanda (marked topics) 

Topik proposisi tidak selalu merupakan topik wajar. Jika konsep ter­

tentu lainnya dalam proposisi itu merupakan topik, maka topik itu 

harus ditandai. Struktur gramatikal bahasa mempunyai sejumlah cara 

untuk menandai topik. Sebuah konsep disebut topik bertanda, wa­

laupun bukan merupakan topik wajar, jika topik itu merupakan topik 

prODOSlRi. Perhatikan eontoh berikut untuk toDik bertanda. Peran ka­

susnya diberikan dalam kurung (eontoh dari Beekman, Callow, dan 

Kopesee 1981:61-62). 

1. Bola yang ditendang anak itu memecahkan 

kaca jendela. (ALAT) 

2. Hadiah itu diberikan kepada murid 

yang mendapat nilai tertinggi. (PENDERITA) 

3. Istri Presiden dikalungi bunga 

oleh seorang gadis keeil. (PEMEROLEH) 

Dalam kalimat di atas, topik bertanda ditandai dengan meletakkan­

nya di permulaan kalimat. Cara ini hanyalah satu di antara sekian 

banyak eara bahasa menandai topiknya. Misalnya, dalam bahasa 

Aguaruna, tidak ada perubahan urutan unium untuk menandai topik, 

tetapi ada sufiks khusus -ka yang muneul di akhir sebuah satuan. 

Sufiks ini menandai topik kalimat (lihat Larson 1978:183-90). 

Dalam eontoh di atas, topiknya merujuk ke BENDA. Akan tetapi, 

topik bertanda dapat juga merujuk ke ATRIBUT atau KEJADIAN. 

272 

Misalnya, perhatikan kalimat berikut: 

'J'inggi badannya menguntungkan. 

Ketekunannya dalam bela jar patut dipuji. 

Permainan pianonya sangat terkenal. 

Perhatikan, dalam contoh pertama, tinggi badannya mewakili pro­

posisi Iatinggi. Seluruh proposisi itu merupakan topik kalimat. Dalam 

contoh kedua, ketekunannya dalam bela jar mewakili proposisi kejadian 

Iabelajar dengan tekun. Dan dalam contoh ketiga, permainan pianonya 

mewakili proposisi kejadian Ia:6ermain piano. Jadi dalam struktur la­

hir bahasa, topik kalimat dapat berupa proposisi yang utuh. Dalam 

gramatika bahasa Indonesia, proposisi itu diwakili oleh bentuk yang 

dinominalkan. Jika topikalisasi semacam ini muncul dalam struktur 

gramatikal, penerjemah perIu mengenali proposisinya. Tidak semua 

bahasa mengubah proposisi itu menjadi frase nomina dan menjadikan­

nya topik, karena itu dalam penerjemahan diperlukan penyesuaian. 

Bahasa tertentu menandai topiknya dengan mengubahnya menjadi 

diatesis pasif. Konstruksi pasiftelah dibahas di bab 21. Dalam contoh 

berikut, penderitanya ditandai sebagai topik dengan menjadikannya 

subyek dari verba pasif. 

Bunga itu diberikan kepada Betty oleh Andi. 

Ia dikawal oleh enam tentara. 

Sekali lagi perIu diingat bahwa pengedepanan topik dan penggunaan 

pasif untuk menandai topik kalimat merupakan peranti yang di­

gunakan dalam gramatika bahasa tertentu. Banyak bahasa menggu­

nakan afiks untuk menandai topik. Seperti yang telah disebutkan, ba­

hasa Aguaruna, Peru, menggunakan sufiks -ka (-k) untuk menandai 

topik. Misalnya, dalam kedua kalimat berikut, -k di akhir kata pertama 

merupakan penanda topik. 

Pumpukuk makichik pishak shiigchawai. 

Burung-hantu-topik satu burung cantik-tidak-itu 

Gracielak tikima duwegmachui. 

Graciela-topik sangat gemuk-tidak-ia 

Dalam kedua kalimat di atas, topik wajar ditandai dengan ok. 

Akan tetapi, jika topik itu bukan merupakan topik wajar proposisi, 

maka topik bertandalah yang akan mengambil - k seperti dalam contoh 

berikut: 

nii nu jegak skiig wainmaitsui. 

ia itu rumah-topik dengan-baik ia-tidak-dapat- melihat 

PENJELASAN TAMBAHAN 273 

'Ibpik yang tidak bertanda yaitu PELAKU ia, tetapi dalam kalimat 

ini topiknya ditandai dan meropakan PENDERITA, rumah itu. Dalam 

bahasa Aguaruna, verba, dan juga nomina, dapat ditandai untuk topik. 

Penanda topik untuk kedua-duanya yaitu k atau -ka. 

Dalam bahasa tertentu, pengedepanan topik menunjukkan fokus; da­

lam bahasa lain, intonasi menunjukkan fokus. Ada banyak cara untuk 

membuat bagian makna tertentu lebih prominen, yaitu dengan peranti 

khusus dalam struktur gramatikal. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, 

prominensi dapat ditandai untuk menunjukkan kontras fokus, fokus 

inklusif, fokus intensif atau penyorotan. Perhatikan contoh berikut 

(Beekman, Callow, dan Kopesec 1981:62): 

Kontras fokus : 

Fokus inklusif : 

Fokus intensif : 

Penyorotan 

Andi, bukan John, yang menyiangi rumput. 

Ia membawa seluruh keluarganya - orang 

tua, kakek, nenek, kakak, adik, keponakan-­

ke Kebun Raya Bogor. 

Andi sendirilah yang diundang. 

Pamannya Jokolah yang lupa ia undang. 

Perhatikan, dalam kalimat Andi memberinya bunga, Andi me­

rupakan topik wajar. Orang dapat menambahkan prominensi bertanda 

ke dalam topik wajar ini, seperti: Andi-lah yang memberinya bunga, 

atauAndi adalah orang yang memberinya bunga. Dalam kedua kalimat 

ini, Andi merupakan topik wajar (pelaku perbuatan), tetapi prominensi 

bertanda ditambahkan dengan menggunakan peranti struktur lahir 

yang menyatakan ... lah yang, dan ... adalah orang yang. 

PeneIjemah harus tahu bahwa dalam teks sumber ada peranti khu­

sus untuk menunjukkan prominensi bertanda yang khusus. Pener­

jemah tidak boleh meneIjemahkan bentuk ini secara harfiah, teapi ha­

ros ingat bahwa topik hasil teIjemahan itu harus sama dengan topik 

teks sumbernya. Tiap bahasa mempunyai cara tersendiri untuk. menan­

dai jenis prominensi lain dan juga topik. Perihal topik dan jenis pro­

minensi lain sangat rumit, karena itu diperlukan studi yang lebih men­

dalam tentang banyak bahasa untuk membandingkan pelbagai cara me­

nandai topik dan menambahkan jenis prominensi lain ke dalam infor­

masi itu. Hal ini disebutkan di sini agar peneIjemah tahu bahwa ada 

bentuk atau urutan khusus yang mempunyai fungsi topikalisasi atau 

menandai prominensi. (Seluruh topik tentang prominensi akan dibahas 

lebih lengkap di bab 32.) 

Penulisan kembali sebuah teks ke dalam bentuk proposisi 

Seluruh diskusi dalam bagian 3 buku ini mencoba menekankan 

hubungan antara sebuah proposisi dengan sebuah klaus a atau kalimat 

274 

sederhana. Jika ada hubungan langsWlg antara gramatika dan seman­

tik, satu proposisi akan sarna dengan satu klausa atau satu kalimat 

sederhana. Akan tetapi, dalam teks sumber ada banyak sekali penyim­

pangan antara semantik dan gramatika, dan dalambahasa sasaran 

akan ada juga banyak penyimpangan tetapi dalam hal yang berbeda. 

Ada baiknya penerjemah menulis kembali teks itu dalam bentuk 

proposisi. Sekarang kita akan melihat sebuah teks dan menulis kembali 

teks ini dalam bentuk proposisi, dengan menggunakan langkah-Iang­

kah yang diberikan di bab 18. Berikut ini diberikan ringkasan dari lang­

kah-Iangkah untuk menemukan proposisi itu. 

1. Carilah semua konsep KEJADIAN dan ungkapkanlah dengan 

verba. 

2. Carilah partisipannya. 

3. Tulislah kembali kalimat itu dengan KEJADIANnya diWlgkap­

kan dalam bentuk verba, dan PARTISIPANnya dibuat 

eksplisit. 

4. Carilah HUBUNGAN antarproposisi. 

Kita tidak dapat melaksanakan langkah 4 sebelum kita menye­

lesaikan bagian berikut buku ini. Pembaca disarankan untuk membaca 

kembali bagian tentangpenemuan proposisi dalam bab 18. 

Langkah 3 di atas, yaitu penulisan kembali ke dalam bentuk pro­

posisi, sangat umum. Pembatasan berikut dalam penulisan kembali 

proposisi itu akan bermanfaat bagi orang yang ingin melakukan analisis 

struktur semantis teks secara rinci. Berikut ini adalah perluasan 

langkah 3: 

3a. Hanya Bentuk verba saja yang digunakan untuk mewakili 

KEJADIAN (jika mungkin). 

b. 'Ibpik wajar harns diungkapkan sebagai subyek klausa itu, 

dan topik bertanda harus digarisbawahi. 

c. Informasi implisit seperti topik dan titik kemiripan dari 

simile atau metafora harus diungkapkan. 

d. Hanya maIma primer kata saja yang digunakan dalam 

proposisi. 

e. Semua makna figuratif, kecuali simile dan metafora, harns 

diungkapkan secara nonfiguratif. 

f. MaIma dari semua konstruksi genitifharus dibuat eksplisit. 

g. Proposisi sematan harns ditulis kembali sebagai proposisi 

terpisah dalam bentuk klausa relatif. 

Berikut ini merupakan terjemahan dari cerita C.S. Lewis's The Horse 

and His Boy, hIm. 52-53. Di bawah paragrafyang dipilih untuk analisis 

PENJELASAN TAMBAHAN 275 

semantis itu adalah penulisan kembali bahan itu dalam bentuk pro­

posisi. Contoh ini memperlihatkan cara menulis kembali sebuah teks 

untuk melihat maknanya lebihjelas. Tentu saja untuk menerjemahkan­

nya orang harus tahu hubungan antar proposisi itu. (Hal ini akan diba­

has dalam bagian berikut buku ini.) (Shasta adalah nama anak laki-Iaki 

dan Bree kudanya.) 

Shasta berlagak memimpin, padahal Breelah yang sebenar­

nya tahu jalan dan terus memimpin dengan menyentuhkan 

hidungnya pada Shasta. Mereka segera membelok ke kiri dan 

mulai menaiki bukit curam. Sekarang terasa lebih segar dan me­

nyenangkan, karena jalan itu dibatasi pohon-pohon, sedangkan 

rumah-rumah hanya terdapat di sebelah kanan saja. Di sebelah 

lainnya, mereka memandang lewat atap rumah di kaki bukit dan 

dapat melihat cukup jauh ke hulu sungai itu. Kemudian mereka 

membU(lt tikungan tajam ke kanan dan terus naik. Mereka mem­

buat zig-zag ke atas menuju pusat Thshbaan, dan segera tiba di 

jalan yang lebih bagus. Patung besar dari dewa dan pahlawan 

Calormen - yang lebih mengesankan daripada menyenangkan 

untuk dilihat - terlihat. di alas patung yang tinggi dan bersinar. 

Pohon palem ~ dan gang· berpilar membentuk bayangan di jala1l; 

beraspal 'yang membara. Dan melalui pintu· gerbang yang 

melengkung yang menuju banyak istana, Shasta melihat cabang­

cabang yang hijau, air mancur yang sejuk, dan halaman rumput 

yang halus. Pasti di dalamnya bagus sekali, pikirnya. 

Penulisan kembali ke dalam bentuk proposisi 

Tiap nomor di bawah ini mewakili sebuah proposisi. Akan tetapi, jika 

proposis'i itu disematkan, artinya meIUpakan bagian dari konsep kom­

pleks, proposisi itu tergabung dalam sebuah kalimat. Informasi yang 

implisit dalam paragraf teks sumber dibuat eksplisit dalam proposisi 

dan diberikan dalam kurung. 

1. Shasta berlagak. 

2. (bahwa ia) memimpin. 

3. Bree benar-benar memimpin. 

4. (Bree) tahujalan. 

5. (Bree) memimpin (Shasta). 

6. (Bree) menyentuhkan hidungnya pada (Shasta). 

7. (Bree dan Shasta) segera membelok ke kiri. 

8-9. (Bree dan Shasta) mulai naik ke bukit yang curam. 

10. (Udara) di bukitjauh lebih segar (dari di lembah). 

276 

11-12. (Yang di sekeliling mereka) lebih menyenangkan (daripada 

yang di sekeliling mereka di lembah). 

13. Pohon-pohon tumbuh di sepanjang jalan. 

14. Rumah-rumah di sebelah kanan saja. 

15-16. (Shasta dan Bree) melihat ke kiri (ke bawah) atap, (yang 

merupakan bagian) rumah di bawah bukit di kota itu. 

17. (Shasta dan Bree) dapat melihat hulu sungai dari jauh. 

18. (Shasta dan Bree) membelok ke kanan. 

19-20. (Shasta dan Bree) kemudian berbelok kembali menuju ke 

arah (mereka datang). 

21. (Shasta dan Bree) beIjalan zig-zag ke atas sedikit lagi. 

22-23. (Shasta dan Bree) tibil di pusat (bagian dari) kota yang 

disebut Tashbaan. 

24-26. (Shasta dan Bree) segera tiba (di tempat yang)jalan- jalannya 

lebih baik (daripada yang mereka lihat sebelumnya). 

27-28. Patung-patung yang sangat besar (ada di sana). 

29-31. Beberapa patung (menggambarkan) dewa-dewa (yang dipuja 

oleh orang-orang yang tinggal di negara yang (disebut) Calor­

men. 

32-34. Beberapa patung (menggambarkan) pahlawan-pahlawan 

(yang diingat oleh orang-orang yang tinggal di negara yang 

disebut) Calormen 

35~36. (Patung itu) berada di atas alas yang tinggi yang Menge· 

luarkan sinar 

37. Patung itu mengesankan. 

38. Patung itujelek. 

39. Pohon palem ada di sana. 

40-41. Gang beratap (yang didukung) oleh pilar (ada di sana). 

42-43. (Gang beratap dan pohon palem) membentuk bayangan di 

jalan beraspal yang sangat panas. 

44-45. (Shasta) melihat lewat banyak pintu gerbang yang meleng· 

kung. 

46. (Pintu gerbang itu) dapat menembus banyak istana. 

47. Shasta melihat banyak istana. 

48-51. Di dalam pintu gerbang Shasta sekilas melihat cabang· 

cabang yang hijau., air mancur yang sejuk, dan halaman 

rumput yang halus. 

52. Shasta berpikir. 

53. (bahwa) bagus bagi dia. 

54. (jika) ia berada di dalam. 

PENJELASAN TAMBAHAN 277 

Sekarang mari kita lihat contoh proposisi di atas. Contoh itu memper­

lihatkan jenis perubahan yang dibuat dalam penulisan kembali ke 

dalam bentuk proposisi. Di sini kita tidak membahas semua perubahall 

itu, tetapi hanya menunjukkan beberapa contoh. Pertama-tama, per­

hatikan bahwa teb sumber terdiri dari sepuluh kalimat, tetapi ada li­

ma puluh empat proposisi yang ditulis untuk mewakili maknanya. Teks 

sumber tentu Baja mencerminkan pengelompokan proposisi, tetapi da­

lam menulis kembali teb itu ke dalam bentuk proposisi, akan ada Iebih 

banyak proposisi daripada kalimat daIamteks sumber. Beberapa pro­

posisi mencakup satu atau dua proposisi sematan yang membatasi 

sebuah konsep. Contoh ini diperlihatkan oleh nomor-nomor yang me­

nunjukkan Iebih dari satu proposisi dan oleh katayang (misaInya nomor 

8-9). Jika sebuah proposisi dimulai dengan bahwa dan tidak diberi huruf 

beBar, proposisi itu merupakan isi dari KEJADIAN sebelumnya seperti 

nomor 2. 

Langkah pertama yang disarankan yaitu menemukan KEJADIAN 

dalam teb sumber. Dalam teks ini, sebagian besar KEJADIANnya diko­

dekan dengan verba, tetapi ada beberapa KEJADIAN yang dikodekan 

dengan adjektiva. (Nomor yang digunakan di bawah ini berasal dari 

proposisi.) Teks sumber untuk nomor 36 berbunyi alas yang bersinar. 

Bersinar merupakan adjektiva yang mewakili nomina sinar. Dalam 

proposisi itu digunakan nomina sinar. Perhatikan nomor 43. Teb SUID­

ber mengatakanjalan beraspal yang membara. Membara mempunyai 

makna sekunder yaitu sangat panas. Jadi dalam proposisi itu di­

gunakan ATRIBUTIF panas dan penyimpangannya dihilangkan. Ada 

juga contoh yang kata dalam teks sumbernya kelihatan seperti verba 

nominal, tetapi referennya ke BENDA, misalnya kata berpilar dalam 

nomor 40-41. Teks sumber berbunyigang beratap yang berpilar. Pilar 

adalah BENDA, jadi dalam proposisi digunakan Gang beratap yang 

didukung oleh pilar. 

Langkah kedua yaitu membuat semua PARTISIPANnya eksplisit. 

Dalam teks sumber, nama Shasta dan Bree disebutkan hanya pada 

kemunculan pertamanya, tetapi dalam proposisi, kedua nama itu di­

sebutkan secara ebplisit sebagai PELAKU dari semua KEJADIAN. 

Partisipan ini diberikan dalam kurung karena, dalam teks, nama itu 

tidak eksplisit. Dalam 10-12, teks sumber sekedar mengatakan lebih 

segar dan lebih menyenangkan, tetapi dalam proposisi ditafsirkan 

udaranya lebih segar dan yang mengelilingi mereka lebih menye­

nangkan. 

Langkah ketiga yaitu menulis kembali proposisi itu dengan meng­

hilangkan penyimpangan antara gramatika dan struktur semantis. 

Caranya yaitu berdasarkan butir-butir yang didaftarkan di atas dari 

278 

a sampaig, sebelum cerita Shasta dan Bree. Sekarang kita akan melihat 

contoh dari masing-masing butir ini. 

Butir a menyatakan bahwa hanya bentuk verba saja yang digunakan 

untuk mewakili KEJADIAN. Perhatikan bentuk verba yang digunakan 

dalam proposisi: berlagak memimpin, tahu, menyentuhkan, membelok, 

memulai, berada, tumbuh, dll. Semuanya merupakan verba sederhana. 

Butir b mengatakan bahwa topik wajar harus diungkapkan sebagai 

subyek klausa dan topik bertanda harus digarisbawahi. Semua ini telah 

kita lakukan. Sebagian besar topiknya tidak bertanda dan hanya me­

rupakan topik wajar, tetapi di beberapa tempat dalam teks sumber, 

topiknya bertanda. Dalam 3, bentuk padahal Bree-lah menandai Bree 

sebagai topik. Dalam 13, jalan itu dibatasi pohon-pohon merupakan 

konstruksi pasif. Katajalan adalah subyek yang menunjukkan bahwa 

jalan ditandai sebagai topik. Sebenamya, beberapa proposisi selanjut­

nya adalah mengenai jalan itu. Jalan itu penting dalam proposisi 

selanjutnya sampai nomor 27 ketika patung ditandai sebagai topik. Di 

sini ada pengedepanan, tetapi tidak membuat kata itu sebagai topik 

bertanda, karena topik proposisi keadaan harus merupakan topik wajar. 

Akan tetapi, keterangan yang rumit itu menampilkannya sebagai topik. 

Butir c mengatakan bahwa informasi implisit dari simile dan meta­

fora harus dibuat eksplisit. Dalam teks ini hanya ada satu contoh untuk 

metafora, yaitu kaki bukit, yang ditulis kembali menjadi bawah bukit 

pada nomor 15-16. 

Butir d mengatakan bahwa hanya makna primer kata saja yang di­

gunakan dalam proposisi. Contoh ini dapat dilihat dalam nomor 15-16. 

Teks sumber mengatakan kaki bukit. Makna primer kaki ialah 'salah 

satu anggota tubuh manusia atau binatang'. Akan tetapi, kaki di teke 

ini tidak merujuk ke kaki man usia maupun kaki binatang. Makna yang 

dimaksudkan yaitu bagian bawah bukit. Jadi proposisi itu mengatakan 

Shasta dan Bree melihat ke kiri, di bawah atap yang merupakan bagian 

rumah di bawah bukit. 

Butir e mengatakan bahwa semua makna figuratif, kecuali simile dan 

metafora, harus dinyatakan secara nonfiguratif. Dalam teks ini kita 

tidak mempunyai contoh kongkret untuk butir e. 

Butir f mengatakan bahwa makna semua konstruksi genitif harns 

diungkapkan secara eksplisit. Ada sejumlah konstruksi genitif dalam 

teks sumber yang kesemuanya telah ditulis kembali secara eksplisit. 

Perhatikan beberapa contoh ini. Pertama, atap rumah dalam 15-16 

mempunyai hubungan PARTITIF-artinya atap yang merupakan ba­

gian rumah. Dalam nomor 29-34, konstruksi dalam teks sumber patung 

... dewa dan pahlawan Calormen terdiri dari dua konstruksi genitifyang 

mempunyai hubungan PELUKISAN. Oleh karena itu proposisinya 

PENJELASAN TAMBAHAN 279 

mengatakan beberapa patung menggambarkan dewa-dewa, beberapa 

patung menggambarkan pahlawan-pahlawan. Ada konstruksi genitif 

lain juga, yaitu frase pahlawan Calormen. Frase ini dibuat eksplisit 

dengan memberikan makna yang lengkap dari Calormen, yaitu orang­

orang yang tinggal di negara yang disebut Calormen. 

Dan terakhir, butir g mengatakan bahwa proposisi sematan harus 

ditulis kembali sebagai klausa relatif. Proposisi sematan yang terdapat 

dalam teks ini membatasi BENDA atau merupakan isi KEJADIAN. 

Ada banyak di antaranya dalam contoh ini. Setiap kali ada dua atau tiga 

nomor yang diletakkan bersama, alih-alih satu proposisi dengan satu 

nom or, didapatkan penyematan semacam ini. Perhatikan nom or 8-9 di 

mana curam membatasi bukit. Dalam 22-23, klasifikasi dari Tashbaan 

dibuat eksplisit dengan menambahkan kata kota dan dengan meng­

gunakan klausa relatif yang disebut Thshbaan. Dalam proposisi ter­

akhir, 52-54, ada klausa relatifyang digunakan untuk menunjukkan isi 

KEJADIAN berpikir. Teks sumber berbunyi pasti di dalamnya bagus 

sekali, pikirnya dan pengungkapan kembali dalam proposisi me­

ngatakan Shasta berpikir alangkah bagusnya jika ia berada di dalam. 

Kita telah melihat contoh penulisan kembali teks yang pendek ke 

dalam proposisi. PeneIjemah tidak diharapkan untuk menghabiskan 

waktunya menulis semua proposisi teks itu. Akan Akan tetapi dengan 

menyelesaikan langkah-Iangkah ini, diharapkan ia mampu menulis 

kembali paragraf yang sangat sulit. Juga, dengan membuat eksplisit 

semua makna, akan lebih mudah baginya untuk memikirkan cara 

terbaik untuk menerjemahkan dengan wajar. 

LATllIAN - Analisis Proposisi: Penjelasan Tambahan 

A. Apa topik tiap kalimat berikut? Jika tidak ada topik bertanda, 

sebutkan topik wajamya. Mungkin Anda perlu menulls kembali 

kalimat itu dalam bentuk proposisi, dan melihat perubahan apa 

yang telah dilakukan, misalnya: 

Kalimat Bola itu dipukul John mengungkapkan proposisi John 

memukul bola. Kalimat itu meletakkan bola di depan dan menggunakan 

verba pasif, karena bola merupakan topik bertanda. 

1. Daging itu dipotong. 

2. Yunus melihat bintang. 

3. Marialah yang pergi. 

4. Orang yang menyembuhkannya adalah dr. Agus. 

5. Air itu menguap. 

280 

6. Santo rnemberi saya bunga. 

7. Saya diberikan bunga oleh Santo. 

8. Bunga diberi kepada saya oleh Santo. 

B. Tulislah kembali tiap kalirnat di atas dalarn bentuk proposisi atau 

serangkaian proposisi (jika Anda belwn melakukannya sebelum­

nya), dan teIjernahkanlah proposisi ini ke dalam bahasa lain 

dengan menggunakan peranti penanda topik yang sesuai dalam 

bahasa sasaran. 

c. Berikut ini adalah bentuk lahir proposisi John menembak hari­

mau itu dengan senapan. Akan tetapi, dalarn tiap kalimat ada 

bentuk khusus yang digunakan untuk menunjukkan konsep ter­

tentu yang di buat prominen. Konsep manakah itu? TeIjemah­

kanlah tiap kalimat ini ke dalarn bahasa lain dengan tetap 

mernpertahankan prorninensi yang dirnaksudkan dalam kalimat 

bahasa swnber? 

1. Johnlah yang menernbak harirnau itu dengan senapan. 

2. Seekor harimau ditembak dengan senapan oleh John. 

3. Senapan John rnenembak harirnau itu. 

4. Harirnaulah yang John ternbak dengan senapan. 

5. Ia rnenembaknya dengan senapan. 

6. John rnenembak harirnau dengan itu. 

D. Tulislah kernbali paragraf berikut dalarn bentuk proposisi, de­

ngan rnengikuti langkah-langkah yang diberikan di bab ini. 

Suatu sore seorang pria pergi ke sungai. Matahari sudah ter­

benam dan hari telah menjadi gelap. Dalam perjalanan pulang 

ke rumahnya, ia mendengar suara katak hijau menguak. Maka 

ia menyalakan lampu, dan mencoba mencari katak hijau itu. 

Dilihatnya katak hijau itu duduk bersama dengan seek or 

bangkong di atas batu sambil bernyanyi. Ia menangkap katak itu 

dan membawanya pergi, tetapi ia mengibaskan bangkong itu he 

dalam air dan meninggalkannya. 

E. Dengan menggunakan analisis yang dilakukan di D di atas, 

teIjernahkanlah paragraf yang sarna ini ke dalam bahasa lain. 

F. Dengan menggunakan analisis yang dilakukan di D, tulislah 

kembali paragraf itu dalam bahasa Indonesia dengan bentuk 

yang berbeda; artinya, ubahlah urutan proposisinya, atau 

penggunaan nomina dan pronominanya, atau apa saja yang perlu 

PENJELASAN TAMBAHAN 281 

untuk mendapatkan bentuk yang berbeda tetapi makna yang 

sarna. (Lihat contoh di halaman 221, 231, 232) 

G. Tulislah kembali paragraf berikut dalam bentuk proposisi, 

kemudian terjemahkanlah ke dalam bahasa lain. 

Suatu hari yang indah ketika matahari bersinar terang, Pak 

Buaya keluar dan air menuju ke pantai, dan sambil menjemur 

dirinya ia tertidur dengan nyenyak sekali. Ketika ia terl'entang 

demikian, datanglah Pak Rajawali, yang kebetulan terbang 

melewatinya dan melihat Pak Buaya. Pak Rajawali mendarat di 

samping Pak Buaya dan mulai mematuknya untuk melihat apa­

kah ia telah mati. 


IV. HUBUNGAN KOMUNIKASI 


Bab25 

Hubungan Penambahan dan 

Hubungan Pendukung 

Bagian III buku ini telah membahas dan menguraikan analisis teks 

ke dalam proposisi. Akan tetapi, sebuah teks tidak hanya terdiri atas 

daftar proposisi saja. Proposisi-proposisi ini mengelompok menjadi sa­

tuan yang lebih besar. Dalam bab 3, ada pembahasan tentang hierarki 

semantis. Di situ dikatakan bahwa komponen makna bersatu untuk 

membentuk konsep, konsep bersatu untuk membentuk. gugus konsep, 

- dan gugus konsep bersatu untuk membentuk proposisi. Bagian II dan 

III telah menguraikan pengelompokan ini, tetapi pengelompokan ini 

berlangsung terus. Dalam teks tuturan, misalnya, proposisi bersatu 

membentuk gugus proposisi; gugus ini bersatu membentuk paragraf 

semantis; paragraf semantis bersatu membentuk episode; episode 

bersatu membentuk gugus episode; gugus episode bergabung dalam 

bagian; dan bagian ini bersatu membentuk wacana. Jumlah tingkat 

pengelompokan tergantung pada panjang,jenis, dan kerumitan teks itu, 

karen a itu tidak semua tingkat terdapat dalam tiap teks. Dan walaupun 

nama untuk. kelompok bervariasi menurut jenis wacana yang berbeda, 

sebenarnya gagasan tentang pengelompokanlah yang penting untuk 

dimengerti. 

Perhatikan, keterangan di atas merupakan pernyataan tentang 

struktur semantis. Pengelompokan ini berhubungan dengan satuan 

gramatikal, tetapi tentu Baja akan ada sejumlah penyimpangan, seperti 

yang akan kita lihatnanti. Jika tidak ada penyimpangan, maka seperti 

yang disebutkan sebelumnya, proposisi akan sarna dengan klausa, atau 

kalimat sederhana; gugus proposisi akan selaras dengan kalimat 

kompleks, dst. Berikut ini diperlihatkan kesesuaian antara struktur 

semantis dan struktur gramatikal wacana tuturan, jika tidak ada 

286 

penyimpa~gan pengelompokan. Sebuah wacana terdiri atas sebuah 

hierarki satuan semantis dengan ukuran yang Makin luas. 

proposisi 

gugus prop08isi 

paragraf semantis 

episode 

gu.gus episode 

bagian 

wacana 

klausa / kalimat sederhana 

kalimat (yang terdiri atas lebih dari 

sebuah klausa) 

paragraf 

pasal 

bab 

bagian 

teks 

Pengelompokan di sebelah kiri disebut satuan komunikasi. Sama 

halnya dengan konsep-konsep dalam suatu proposisi berhubungan satu 

sama lain melalui hubungan (peran) kasus seperti PELAKU, 

PENDERITA, dan LOKASI, proposisi-proposisijuga berhubungan satu 

sama lain melalui hubungan komunikasi seperti alasan-HASIL, 

sarana-TUJUAN, dan dasar-KESIMPULA..L.~. Peran dalam hurufbesar 

menunjukkan proposisi INDUK (atau gugus INDUK) dan peran dalam 

hurufkecil menunjukkan (gugus) proposisi yang mendukung INDUK. 

Satuan-satuan dalam tiap tingkat berhubungan satu sama lain 

melalui hubungan komunikasi. Artinya, proposisi-proposisi yang di­

hubungkan melalui hubungan komunikasi membentuk gugus proposisi. 

Gugus proposisi berhubungan satu sama lain dengan perangkat hu­

bungan komunikasi yang sama untuk membentuk paragraf semantis. 

Paragraf semantis berhubungan satu sarna lain, juga melalui hubungan 

komuni~si, untuk membentuk episode, dst. Sifat dari satuan ini akan 

dibahas dalam bab 29, sedangkan beberapa bab berikutnya akan mem­

pelajari hubungan komunikasi ini dengan memberikan nama untuk 

masing-masing hubungan itu. 

Tidak diharapkan pembaca dapat menguasai dengan mudah nama 

teknis untuk semua hubungan ini, tetapi diharapkan mereka akan 

mampu menggunakan bab-bab ini sebagai pedoman acuan yang efektif 

untuk menganalisis teks tertentu. Untuk dapat meneIjemahkan secara 

memadai, pasti ada kalanya peneIjemah perlu menganalisis dengan 

cermat hubungan antard~a satuan. Bab-bab ini akan memberikan 

pedoman yang dapat dipakai untuk mempelajari hubungan itu. Tanpa 

mengetahui bagaimana dua proposisi berhubungan satu sama lain, 

orang tidak tahu apa yang sedang dikomunikasikan. Misalnya, orang 

mungkin mempunyai dua proposisi berikut ini (contoh dari Barnwell 

1980:178): 

Maria menyapu lantai. 

Lantainya kotor. 

HUBUNGAN PENAMBAHAN DAN PENDUKUNG 287 

Ada sejumlah cara kedua proposisi ini berhubungan satu sarna lain. 

Miealnya, yang perta~a mungkin merupakan HASIL, dan yang kedua 

alasan, sehingga kalimatnya berupa Maria menyapu lantai karena 

lantainya kotor. Akan tetapi, hubungan kedua proposisi ini dapatjuga 

berupa konsesi-LAWAN HARAPAN (concession- CONTRAEXPECTA­

TION), sehingga didapatkan Walaupun Maria telah menyapu lantai itu, 

lantai itu tetap kotor. Kemungkinan hubungan yang lain yaitu syarat­

KONSEKUENSI (condition-CONSEQUENCE) Jika lantai itu kotor, 

Maria menyapunya. 

Jadi untuk mengerti apa yang disampaikan, orang harus mengetahui 

hubungan komunikasi yang dimaksudkan. Hubungan ini, yang dieertai 

tanda penghubung, kadang-kadang disebut alasan-HASIL (reason­

RESULT), konsesi-LAWAN HARAPAN (concession-CONTRAEXPEC­

TATION), dan keadaan-INDUK. (circumstance- HEAD). Artinya, untuk 

alasan-HASIL, sebuah proposisi merupakan alasan dan yang lainnya 

HASIL. Nama yang diberi tanda hubung untuk hubungan komunikasi 

sekedar menunjukkan peran yang dimiliki tiap proposisi dalam ko­

munikasi. Misalnya, dalam kalimat Maria menyapu lantai karena lan­

tainya kotor, proposiei Maria menyapu lantai merupakan HASIL, dan 

proposisi lantainya kotor merupakan alasan. Oleh karena itu, kita dapat 

mengatakan bahwa Maria menyapu lantai mempunyai peran HASIL, 

dan propoeisi lantainya kotor mempunyai peran alasan. Jadi hubungan 

antara kedua proposisi ini disebut alasan-HASIL. 

Satuan yang lebih besar yang dihubungkan dengan konsep 

Sebelum memulai penyajian hubungan komunikasi yang sistema tis, 

kita perlu membedakan antara hubungan proposisi dengan konsep, dan 

hubungan propoeisi dengan proposisi lain. Dalam bab 19, kita telah me­

lihat penjelasan tentang konsep, dan eejumlah contoh konsep kompleks. 

Dalam konsep kompleks, ada proposisi sematan (embedded proposition) 

yang membatasi salah satu konsep dalam proposisi. Misalnya, dalam 

contoh berikut terdapat dua proposisi: 

Orang yang datang ke kota itu berangkat dengan tergesa- gesa. 

Kedua proposisi tersebut yaitu: 

1. Orang itu berangkat dengan tergesa-gesa. 

2. Orang itu datang ke kota. 

Hubungannya bukan antara kedua proposisi itu, melainkan proposisi 

kedua membatasi kata orang. Proposisi kedua ini menunjukkan orang 

mana yang sedang dibicarakan, dan menyatakan bahwa orang itu ialah 

288 

orang yang datang ke kota dan bukan orang lain. Proposisi itu disemat­

kan di dalam konsep orang. 

Sebuah proposisi dapat berhubungan dengan konsep dalam proposisi 

lain meIaIui hubungan pembatasan (delimitation relation). Hubung· 

an pembatasan itu bisa berupa deskripsi (pemerian) atau identifikaal. 

(pengenaIan). Contoh deskripsi yaitu: Yanto, yang sangat tinggi itu, ber· 

lari dengan cepat. Kedua proposisi itu iaIah: Yanto berlari dengan cepat 

dan Yanto sangat tinggi. Proposisi yang kedua ini dihubungkan dengan 

sebuah konsep dalam proposisi pertama, dan sekedar memerikan Yanto. 

Deskripsi sekedar memberikan informasi tentang unsur itu, misaInya, 

Apel, yang mulai membusuk itu, berada di mangkok; sedangkan iden· 

tifikasi membedakan unsur yang satu dari unsur serupa lainnya dengan 

menunjukkan satu ciri kontrastif, misaInya, Yanto, yang berada di 

akhir baris itu, akan pergi bersama kita. 

Kadang-kadang sebuah proposisi atau gugus proposisi dihubungkan 

secara renggang dengan sebuah konsep, dan bukan berupa pembataean. 

dengan identifikasi atau deskripsi. Proposisi ini dapat berupa sejenis 

komentar, atau sepotong informasi parentesis (penjelasan). Satuan­

satuan ini mempunyai hubungan asosiatif dengan konsep yang 

menyebabkan timbulnya komentar atau parentesis tersebut, misalnya: 

Joni pergi ke toko pagi-pagi untuk membeli roti. Kebetulan 

Bu Minah masih berada di sana. Joni membeli enam buah roti: 

Dalam contoh di atas, proposisi Bu Minah masih berada di toko itu 

merupakan parentesis, dan berhubungan dengan konsep toko melalui 

hubungan asosiatif. Biasanya hubungan asosiatif digunakan untuk 

menghubungkan satuan komunikasi yang lebih besar, tetapi kadang· 

kadang juga muncul dalam sebuah gugus proposisi. Komentar digu· 

nakan untuk menamakan satuan asosiatif yang Iebih erat kaitannya 

dengan konsep yang dihubungkannya, dan biasanya ada tumpang tin­

dih yang memberikan pertautan (coherence) yang Iemah. Sebaliknya 

parentesis digunakan untuk. satuan asosiatif yang kurang penting 

(periferal) bagi proposisi INDUK, dan tidak ada tumpang tindih. 

Keempatjenis hubungan yang terdapat di antara konsep dan satuan 

dalam tingkat yang Iebih atas dapat digambarkan dalam diagram 

sebagai berikut: 

Hubungan dengan koneep 

~ identifikasi pembatasan 

deskripsi 

.... ~komentar 

_oauun 

parentesis 

Bagan 25.1 

HUBUNGAN PENAMBAHAN DAN PENDUKUNG 289 

Bandingkan contoh kontrastif berikut: 

1. Identifikasi Orang, yang berdiri di dekat sana, membantu 

Yanto. 

2. Deskripsi Orang itu, yang pendek, gemuk, dan botak, 

akan tibajam 4.00 sore. 

3. Komentar : Parman Sutedjo, yang kebetulan adalah 

paman saya, adalah Rektor Universitas itu. 

4. Parentesis Pencuri itu, suatu hari pasti akan tertangkap, 

merampok bank di Budut jalan itu tadi 

Malam. 

[Contoh ketiga dan terutama keempat biasanya dipakai dalam per­

cakapan.] 

Dalam bahasa-bahasa lain, hubungan antara sebuah proposisi de­

ngan sebuah konsep akan diungkapkan dalam bentuk yang berbeda­

beda. Di bawah ini diberikan beberapa contoh dari bahasa Ese Ejja, 

Bolivia (Shoemaker, Shoemaker, dan Larson 1978:43). Bahasa Ese Ejja 

menggunakan verba yang dinominalisasikan untuk menunjukkan iden­

tifikasi. 

1. Ecuea ecue ano, ecue papa mejo)Jt, Ese Ejja poa. 

Milikku -ku nenek, -ku papa pengandung, Ese Ejja adalah. 

Nenek saya, ibu dari ayah saya, adalah orang Ese Ejja. 

2. Ma ohua radio ejjasajaqui'yo quecua'yojji, ohua 

Itu ia radio rusak pemasang ia 

ana. 

sedang-melakukan. 

Orang yang memperbaiki radio rusak sedang melakukannya. 

Berikut ini adalah contoh proposisi deskriptif yang memerikan 

harimau. 

Maya pea ibia poeje, maya ibia 

Kemudian lain harimau akan-datang yang-itu harimau 

quea-mase neenee. 

adalah- buas. sangat. 

Kemudian akan datang harimau lain yang sangat buas .. 

290 

Perhatikan, proposisi Harimau itu sangat buas diungkapkan dalam 

sebuah klausa yang dimulai dengan maya, yang artinya yang itu. 

Tiap bahasa mempunyai bentuk khusus untuk menunjukkan hu­

bungan antara proposisi dengan konsep yang dibatasi atau yang 

dikomentari. Oleh karena itu, penerjemah harus menggunakan bentuk 

yang paling wajar untuk konteks tertentu yang menggunakan hubung­

anitu. 

Hubungan penambahan dan hubungan pendukung 

Sekarang kits akan beraIih ke proposisi yang dihubungkan dengan 

proposisi lain melalui hubungan komW'likasi. Dua istilah yang sangat 

penting untuk mengerti hubungan komunikasi yaitu istilah penam.· 

bahan dan pendukung. Dalam struktur gramatikal digunakan kata 

koordinat dan subordinat untuk hubungan yang sarna ini. Penam­

bahan dan pendukung digunakan untuk hubungan antarsatuan 

komunikasi dalam struktur semantis, dan bukan gramatikal. Memang 

sering satuan semantis dalam hubungan penambahan ditandai oleh 

satuan gramatikal koordinat dalam struktur gramatikal. Begitujuga, 

satuan semantis dalam huhungan pendukung akan sering ditandai oleh 

konstruksi gramatikal subordinat. Akan tetapi, untuk jelasnya, kita 

akan menggunakan kata penambahan dan pendukung untuk 

memerikan hubungan komW'likasi semantis. 

Dua proposisi yang mempunyai hubungan penambahan mempunyai 

prominensi wajar yang sama; artinya yang satu tidakmendukung yang. 

lainnya. Misalnya, dalam kaIimat Yanto pulang ke romah, makan 

malam, menyelesaikan pekerjaan romahnya, dan pergi tidur terdapat 

empat proposisi secara berurutan: 

Yanto pulang ke romah. 

Yanto makan malam. 

Yanto menyelesaikan pekerjaan rumahnya. 

Yanto pergi tidur. 

Keempat proposisi ini seimbang dan merupakan satu rangkaian. 

Hubungannya ialah waktu berurutan yang merupakan salah satu 

jenis hubungan penambahan. Kita akan meIihat pelbagaijenis hubung­

an penambahan nanti. 

Apabila sebuah proposisi hanya bersifat mendukung, proposisi itu eli­

sebut proposisi pendukung. Proposisi ini mendukung proposisi yang 

lebih prominen. Misalnya, dalam kaIimatMaria menyapu lantai karena 

lantainya kotor, proposisi induknya merupakan HASIL, Maria menyapu 

lantai, dan proposisi pendukung merupakan alasan, karena lantainya 

HUBUNGAN PENAMBAHAN DAN PENDUKUNG 291 

kotor. Ada banyak macam hubungan pendukung yang akan didefi­

nisikan dan dijelaskan di bawah ini. 

Kronologis dan nonkronologis 

Klasifikasi hubungan komunikasi lainnya yang perlu diketahui ialah 

perbedaan antara hubungan krunologis dan nonkronologis. Hu­

bungan yang 'proposisinya dihubungkan satu sama lain berdasarkan 

• UlUtan waktu disebut hubungan kronologis. Jika unsur waktu bukan 

fokus, hubungannya disebut nonkronologis. Dalam contoh pertama di 

atas tentang Yanto, ada empat proposisi yang dikaitkan secara kro­

nologis; yaitu, pertama Yanto pulang ke rumah, kemudian ia makan 

malam, kemudian ia mengerjakan pekerjaan rumahnya, dan terakhir, 

ia pergi tidur. Proposisi ini dalam UlUtan kronologis, arlinya ada unsur 

waktu dalam hubungan,antarproposisi itu. Aksn tetapi, dalam contoh 

kedua, Maria menyapu lantai merupa:kan HASIL dari alasan, lantainya 

kotor. Di sini sebab-musabab merupakan fokus; dan karena waktu 

hanya sekedar kebetulan (insidental), dan bukan fokUB, hubungan itu 

digolongkan nonkronologis. Abn tetapi, memang benar bahwa alasan 

biasanya mendahului HASIL sehubungan dengan teIjadinya suatu ke­

jadian yang dicatat dalam teks. Oleh karena itu, pengelompokan utama 

hubungan komunikasi dapat digambarkan dalam diagram berikut 

(Beekman, Callow, dan KOPesec 1981:80) 

Hub~8DAntar- < 

_tuan Kom1lDikaai 

kronologis 

penambahaJP, < 

nonkronologia 

kronolop 

pendukung -< 

nonkronologia 

Bagan 26.2 

Hubungan penambahan yang kronologis 

Ada dua hubungan lain selain subklasifikasi hubungan kronologis, 

yaitu hubungan waktu berurutan dan hubungan waktu bersamaan. 

Apabila dua proposisi mempunyai hubungan waktu berurutan, maka 

kejadian yang satu mengikuti kejadian lain pada waktu yang berde­

katan, tetapi tidak ada tumpang tindih waktu antark~adian itu. 

MisaInya, kalimatBus itu akan berhenti di daerah pasar, dan kemudian 

292 

menuju terminal terdiri dari dua proposisi yang merupakan hubungan 

waktu berurutan satu terhadap lainnya. Proposisi pertamaBus.itu akan 

berhenti di daerah pasar merujuk ke suatu kejadian yang terjadi lebih 

dahulu, dan proposisi keduaBus itu akan menuju ke t.erminal merujuk 

ke kejadian yang mengikuti kejadian pertama. Oleh karena itu, kedua 

proposisi itu berada dalam hubungan waktu berurutan: yang satu ter­

jadi lebih dahulu dan yang lainnya teIjadi sesudahnya. Keduanya ber­

ada dalam urutan kronologis, dan dihubungkan melalui penambahan, 

dalam arti yang satu tidak lebih prominen dari yang lainnya. Kedua­

duanya sarna-sarna prominen. 

Jika kejadian kedua proposisi itu teIjadi pada saat yang sarna, hu­

bungan itu disebut hubungan waktu bersamaan. Tiap kejadiannya da­

pat berupa kejadllm sementara atau kejadian yang terus menerus; dan 

twnpang tindih waktunya mungkin sebagian atau seluruhnya. Misal­

nya, 1bno bermain piano sedangk{Ln Tini bernyanyi merupakan contoh 

dari hubungan waktu bersamaan. Proposisi 1bno bermain piano dan 

proposisi 'Ilni bernyanyi mengacu kepada dua kejadian yang teIjadi 

pada waktu yang bersamaan. Keduanya juga dalam hubungan penam­

bahan, karen a di antaranya tidak ada yang lebih prominen. Keduanya 

mempunyai prominensi yang sarna. 

Perhatikan kedua contoh berikut. Dalam contoh pertama, kejadian­

nya dalam hubungan waktu berurutan, artinya kejadian yang satu 

mengikuti yang lainnya secara berurutan. Ketiga kejadian itu Barna 

prominennya, dan dinamakan INDUK 1, 2, dan 3. Dalam contoh kedua, 

ketiga proposisi itu berada dalam hubungan waktu bersamaan. Ketiga 

kejadian itu teIjadi pada saat yang sarna. Tidak ada kejadian yang lebih 

prominen dari yang lainnya, sehingga dinamakan INDUK 1, 2, dan 3. 

Lihat bagan 25.3 dan 25.4 (contoh dari Beekman, Callow, dan Kopesec 

1981:82). 

INDUK 1 ---- (1) Mula-mula Yanto memotong rumput. 

waktu 

berurutan 

- INDUK 2 -----(2) Selanjutnya ia memperbaiki pagar. 

waktu 

berorutan 

INDUK 3 ---- (3) Selanjutnya ia mengecat pintu. 

Mula-mula Yanto memotong rumput. Sesudah itu ia memperbaiki pagar dan 

kemudian mengecat pintu. 

Bagan 25.3 

2. 

HUBUNGAN PENAMBAHAN DAN PENDUKUNG 293 

INDUK 1 ---- (1) Tono memotong rumput. 

waktu 

bersamaan 

INDUK 2 ----(2) Joko memperbaiki. pagar. 

waktu 

bersamaan 

INDUK 3 ---- (3) Amir mengecat pintu. 

Tono memotong rumput. Sementara itu Joko memperbaiki pagar. Pada saat 

yang sama Amir mengecat pintu. 

Bagan 25.4 

Hubungan waktu berurutan dan waktu bersamaan telah dijelaskan 

dengan proposisi tunggal. Hubungan yang sarna inijuga berlaku untuk. 

hubungan antargugus proposisi, antarparagraf, dan satuan dalarn 

tingkat yang lebih atas. Bagan 25.5 merupakan contoh untuk. hubungan 

waktu berurutan antartiga gugus proposisi. 

INDUK -- (1) Mula-mula Peter memotong rwpput 

-INDUK1 

waktu -- (2) sebelum matahari bersinar terik. 

waktu 

berurutan 

waktu -- (3) Ketika jam menunjukkan pukul10 pagi 

INDUK2 

INDUK-- (4) ia memperbaiki. pagar. 

waktu 

berurutan 

L { INDUK-- (5) Selanjutnya ia mengecat pintu INDUK3 

waktu -- (6) sesudah ia makan siang. 

Mula-mula Peter memotong rumput sebelum matahari bersinar terik. Ketika 

jam menunjukkan pukul 10 pagi, ia memperbaiki pagar, dan kemudian menge­

cat pintu sesudah za makan siang. 

Bagan 25.5 

294 

INDUK-------- (1) Tono memotong rumput 

INDUKI 

alasan -------- (2) urena ia kuat. 

waktu. 

bersamaan 

(3) sementara itu Joko mem­

perhaiki pagar 

. INDUK 2 I INDUK 

L alasan-------- (4) karena ia memiliki hebe-· 

rapa peruue 

waktu 

bersamaan 

INDUK (5) dan Amir mengecat pintu 

INDUK 3 - alasan ---r pengarah --(6) urena ia senang 

lSI (7) hahwa ia mengecat 

7bno memotong rumput karena ia kuat, sedangkan Joko memperbaiki pagar 

karena ia memiliki beberapa perkakas, dan Amir mengecat pintu karena ia 

senang mengecat. 

Bagan 25.6 

Bagan 25.6 merupakan contoh hubungan waktu bersamaan yang 

muncul di antara tiga gugus proposisi. 

Daiam struktur gramatikal bahasa Indonesia, hubungan waktu her­

urutan dinyatakan dengan kata-kata seperti mula-mula, sesudah itu, 

dan kemudian, dan, selanjutnya, seusai, sehabis, dan bentuk lainnya; 

sedangkan hubungan waktu bersamaan dinyatakan dengan sementara 

itu, pada saat yang sama, sedangkan, dan, ketika, selagi, seraya, dab. 

Bahasa lain akan mempunyai bentuk yang lain. Walaupun konjungsi 

semacam ini ditemukan dalam banyak bahasa, peranti lainjuga Bering 

ditemukan. Misalnya dalam bahasa Aguaruna, hubungan waktu ber­

urutan sering dinyatakan dengan pengulangan verba dari klausa per­

tama di depan klausa kedua. Verba yang diulang ini dapat juga dida­

hului oleh proverba yang juga berfungsi untuk menandai hubungan 

waktu berurutan. Perhatikan contoh berikut: 

HUBUNGAN PENAMBAHAN DAN PENDUKUNG 295 

Majamjan tiwiki ajugka 

bangkong-oby mengibaskan sesudah-melemparkannya-ke-dalam-ia-air 

ukuiuwai. 

ia-meninggalkannya 

Dutika ukuak nigka 

sesudah-melakukan-begitu meninggalkannya ia 

pachiakas jegaa waka ... 

melupakannya rumah naik-ke-atas ... 

Proposisi untuk contoh di atas dapat dilihat dalam bagan 25.7. 

---I INDUK 1 - (1) Ia mengibaskan bangkong itu (dari batu). 

INDUK 1 l waktu berurutan 

waktu 

berurutan 

INDUK 2 -(2) Ia melempar bangkong itu ke dalam air. 

INDUK 2 ------ (3) Ia meninggalkan bangkong itu 

waktu i INDUK 1-(4) Ia lupa bangkong itu. 

berurutan 

INDUK 3 waktu berurutan 

INDUK 2 - (6) Ia naik ke rumahnya. 

Bagan 25.7 

Dalam bahasa Wojokeso, Papua Nugini (disadur dari Longacre 

1972c:38-39), nomina obyek dan pangkal verba diulang di permulaan 

kalimat berikutnya Wltuk menWljukkan waktu berurutan. Contoh di 

bawah ini menunjukkan pengulangan kata yang berarti buah- buahan 

(dari pohon yang disebut nalokuso) dan kami memetik. Proposisi itu 

diberikan dalam bagan 25.8. KEJADIAN dan BENDA yang hanya 

mWlcul sekali dalam struktur semantis, mWlcul dua kali dalam 

gramatika bahasa itu Wltuk menunjukkan hubWlgan waktu berurutan 

antmKEJADIAN'\(mengambil dan mencari). . 

296 

••• naloku8o ife'mmalohwefohe. NalokuBO ife'nontae 

buah-buahan kami-petik-indikatif buah-buahan kami-petik 

tongo 

perburuan-

uhwommalohweso posaefo 

kita-cari-dan kosong 

INDUK 1------------- (1) Kami memetik buah­

buahan. 

waktu bersamaan 

INDUK2-

INDUK-------- (2) (Pada Baat yang aama) 

kami meneari (burung) pel' 

buruan. 

~HASIL --- (3) (Akan tetapi, kami tidak menemukan burung itu .. LAWAN HARAPAN alasan ---(4) (karena aarangnya) koaong. 

Bagan 25.8 

Dengan cara yang sama, kita dapat menemukan contoh untuk 

hubungan waktu berurutan antarparagraf dan antarepisode, dst. 

Dalam sebuah cerita, sering satu episode mengikuti episode lain secara 

kronologis, artinya episode yang satu teIjadi lebih dahulu, kernudian 

episode yang kedua, dst. Episode-episode ini berada dalarn hubungan 

waktu berurutan. Akan tetapi, dalam sebuah cerita, Bering kali penulie 

rnenyajikan sebuah epidode, dan kernudian episode lain yang teIjadi 

pada saat yang sarna di tempat lain. Kedua episode ini berada dalam 

hubungan waktu bersarnaan. 

Hubungan pendukung yang kronologis 

Hubungan waktu berurutan dan waktu bersarnaan yang diperikan di 

atas, menghubungkan kejadian yang prominensinya sarna, yaitu dalam 

hubungan penarnbahan. Ada juga satuan-satuan dengan prominenei 

yang tidak sarna yang dihubungkan satu Barna lain. Salah Batu satuan 

ini rnendukung satuan lainnya; dengan kata lain, ada hubungan pen· 

dukung-INDUK antara kedua satuan itu. Hubungan yang diuraikan 

di sini dianggap kronologis, karena berfokus pada aspek waktu dari 

kejadian; tetapi yang satu rnerupakan INDUK dan yang lainnya men­

dukung INDUK. Hubungan yang disebut penahapan (progression) 

HUBUNGAN PENAMBAHAN DAN PENDUKUNG 297 

sangat mirip dengan waktu berurutan yang eliperikan eli atas. Artinya, 

penahapan ini merupakan serangkaian kejaelian yang mempunyai 

hubungan temporal, tetapi dalam hubungan waktu berurutan tidak ada 

kejadian yang lebih prominen dari yang lainnya. 

Dalam hubungan penahapan, beberapa kejaeliannya berada dalam 

hubungan pendukung terhadap salah satu kejaelian yang paling pro­

minen. Artinya, mungkin ada rentetan kejaelian yang mengarah pada 

kejaelian akhir, yaitu kejaelian prominen.Gugus proposisinya sering 

terdiri dari serangkaian langkah-Iangkah yang mengarah pada 

TUJUAN. Perhatikan contoh dalam bagan 25.9 dan 25.10. 

1. 

-langkah 1---- (1) Peter bangun pagi-pagi sekali 

penahapan 

langkah 2 ---- (2) kemudian ia meninggalkan rumah 

penahapan 

langkah 3 ---- (3) kemudian ia pergi ke sungai 

penahapan 

TUJUAN ~---- (4) kemudian ia mulai memancing. 

Peter bangun pagi-pagi sekali, meninggalkan rumahnya, pergi ke sungai, dan 

mulai memancing. 

2. 

Bagan 25.9 

langkah 1 ---- (1) Kupaslah tomat itu 

penahapan 

langkah 2 ---- (2) kemudian tambahkan sedikit garam 

penahapan 

langkah 3 ----(3) kemudian tambahkan sedikit bumbu 

penahapan 

TUJUAN ----- (4) kemudian rebuslah tomat itu enam menit. 

Kupaslah tomat itu, tambahkan sedikit garam dan bumbu, dan kemudian 

rebuslah enam menu. 

Bagan 25.10 

Dalam wacana yang lebih panjang, misalnya, mungkin ada 

rangkaian paragraf, masing-masing memerikan satu kejaelian yang 

298 

mengarah pada kejadian utama yang terdapat di akhir paragraf itu 

Oleh karena itu, paragraf-paragraf ini akan berada dalam hubungan 

penahapan dengan paragrafINDUK, yang merupakan TUJUAN. 

Hubungan waktu berurutan, waktu bersamaan, da