KALI ANAK BERAK.
--Sampai umur 1 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali berak
-umur 1 sampai 5 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kali berak
Katakan kepada ibu :
- Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari
mangkuk/cangkir/gelas
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan
- lebih lambat.
- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
2. LANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN.
3. KAPAN KEMBALI.
Catatan : aturan yang ke-4 yaitu pemberian tablet Zinc tidak diberikan
kepada bayi muda.
Lihat konseling bagi ibu
Rencana Terapi B : Penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang dengan Oralit
Berikan oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.
UMUR * sampai 4
bulan
4-12 bulan 12 -24 bulan 2 – 5 tahun
BERAT BADAN < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
JUMLAH
CAIRAN
200-400 400-700 700-900 900-1400
• TENTUKAN JUMLAH ORALIT UNTUK 3 JAM PERTAMA.
Jumlah oralit yang diperlukan = berat badan (dalam Kg) x 75 ml.
dipakai UMUR hnaya bila berat badan anak tidak diketahui
- Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman dari
atas.
- Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, berikan
juga 100-200 ml air matang selama periode ini
• TUNJUKAN CARA MEMBERIKAN LARUTAN ORALIT
- Minumlah sedikit-sedkit tapi sering dari cangkir/mangkuk/gelas
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih lambat
- Lanjutkan ASI selama anak mau
• sesudah 3 JAM
- Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
- Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
- Mulailah memberi makan anak
• JIKA IBU MEMAKSA PULANG SEBELUM PENGOBATAN SELESAI :
- Tunjukan cara menyiapkan cairan oralit di rumah.
- Tunjukan berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan.
- Beri bungkus yang cukup untuk rehidrasi dengan 6 bungkus lagi sesuai
yang dianjurkan dalam Rencana Terapi A.
- Jelaskan 4 aturan perawatan diare di rumah:
1. BERI CAIRAN TAMBAHAN
2. LANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN
3. KAPAN HARUS KEMBALI
Catatan : aturan yang ke-4 yaitu pemberian tablet Zinc, tidak diberikan kepada
bayi muda
Lihat Rencana Terapi A
14. Mengobati luka atau bercak putih (thrush) di mulut
Obati luka atau bercak putih (thrush) pada bayi muda secepatnya agar
tidak mengganggu bayi muda dalam menyusu.
15. Perawatan Metode Kanguru (PMK)
BBLR membutuhkan bantuan dan waktu untuk penyesuaian
kehidupan di luar rahim. Mereka juga memerlukan bantuan untuk
tetap hangat dan mendapatkan ASI yang cukup untuk tumbuh. Satu
cara untuk menolong bayi mendapatkan kebutuhan ini adalah
menjaga bayi tetap kontak kulit dengan kulit ibunya. Perawatan
metode kanguru adalah suatu cara agar BBLR terpenuhi kebutuhan
khusus mereka terutama dalam mempertahankan kehangatan suhu
tubuh.
Untuk melakukan PMK, tentukan bayi memiliki berat lahir <2500
gram, tanpa masalah/komplikasi.
Syarat melakukan PMK :
a. Bayi tidak mengalami Kesulitan Bernapas
b. Bayi tidak mengalami Kesulitan Minum
c. Bayi tidak Kejang
d. Bayi tidak Diare
e. Ibu dan keluarga bersedia dan tidak sedang sakit
Lakukan PMK untuk menghangatkan bayi bila memenuhi syarat
diatas. Metoda kanguru sangat baik dilakukan selama dalam
perjalanan ke tempat rujukan. Metoda ini berguna untuk mempercepat
terjadinya kestabilan suhu tubuh dan merangsang bayi baru lahir
segera mengisap puting payudara ibu.
Pelaksanaan PMK memiliki 4 komponen :
a. Posisi
b. Nutrisi
c. Dukungan
d. Pemantauan
CARA MENGOBATI LUKA ATAU BERCAK PUTIH (THRUSH) DI MULUT
• Cuci tangan ibu sebelum mengobati bayi.
• Bersihkan mulut bayi dengan ujung jari ibu uag terbungkus kain bersih dan
telah dicelupkan ke larutan ait matang hangat bergaram (1 gelas air hangat
ditambah seujung sendok teh garam)
• Olesi mulut dengan Gentian Violet 0,25% atau teteskan 1 ml suspense
Niastatin.
• Cuci tangan kembali
• Obati luka atau bercak di mulut 3 kali sehari selama 7 hari
Cara menyiapkan Gentian Violet 0,25% :
1 bagian Gentian Violet 1% ditambah 3 bagian aquades (misal : 10 ml Gentian
Violet 1% ditambah 30 ml aquades)
a. Posisi Melakukan Perawatan Metode Kanguru
b. Nutrisi
Selama pelaksanaan PMK, BBLR hanya diberikan ASI. Melalui PMK
akan mendukung dan mempromosikan pemberian ASI eksklusif,
karena ibu menjadi lebih cepat tanggap bila bayi ingin menyusu.
Bayi bisa menyusu lebih lama dan lebih sering. Bila bayi dibawa ke
fasilitas kesehatan dan bayi tidak mampu menelan ASI dapat
dilakukan pemasangan Oro Gastric Tube (OGT) untuk dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
c. Dukungan
Keluarga memberikan dukungan pada ibu dan bayi untuk
pelaksanaan perawatan metoda kanguru. Di fasilitas kesehatan
pelaksanaan PMK akan dibantu oleh petugas kesehatan.
d. Pemantauan
BBLR yang dirawat di fasilitas kesehatan yang dapat dipulangkan
lebih cepat (berat < 2000 gram) harus dipantau untuk tumbuh
kembangnya. jika didapatkan tanda bahaya harus dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Kunjungi BBLR minimal dua kali dalam minggu pertama, dan
selanjutnya sekali dalam setiap minggu sampai berat bayi 2500
gram dengan memperpakai algoritma MTBM.
Hal- hal yang perlu dipantau selama PMK:
1) Pastikan suhu aksila normal (36,5 – 37,5 ° C )
2) Pastikan pernapasan normal (30-60 X/menit)
3) Pastikan tidak ada tanda bahaya
4) Pastikan bayi mendapatkan ASI yang cukup (minimal menyusu
tiap 2 jam)
5) Pastikan pertumbuhan dan perkembangan baik (berat badan
akan turun pada minggu pertama antara 10-15%, pertambahan
berat badan pada minggu kedua 15g/KgBB/hari).
16. Memeriksa Status Penyuntikan Vitamin K1 dan Status Imunisasi pada
Bayi Muda
Periksalah status vitamin K1 bayi muda, apakah bayi muda sudah
mendapat vitamin K1 yang harus diberikan segera sesudah lahir, sesudah
proses Inisiasi Menyusu Dini dan sebelum pemberian imunisasi
Hepatitis B.
Selain imunisasi Hepatitis B yang harus diberikan segera sesudah lahir,
berikut ini adalah jadwal imunisasi yang harus diberikan kepada
neonatus/ bayi muda.
JADWAL IMUNISASI PADA NEONATUS/BAYI MUDA
Umur Jenis imunisasi
Lahir di rumah Lahir di sarana
pelayanan kesehatan
0-7 hari HB-0 HB-0, BCG, Polio 1
1 bulan BCG dan Polio 1 -----------------------
2 bulan DPT-HB dan Polio 2 DPT-HB 1 dan Polio 2
Catatan : di daerah yang mendapat polio intramuscular, imunisasi
Polio 1 diberikan pada umur 2 bulan.
17. Konseling Bagi Ibu
Petugas kesehatan memberitahu ibu kapan harus kembali ke klinik
dan juga mengajari ibu untuk mengenali tanda-tanda yang
menunjukkan kapan anak harus segera dibawa ke klinik serta menilai
praktik pemberian ASI dan memberikan konseling untuk mengatasi
masalah yang ditemukan. Konseling meliputi juga untuk kesehatan
ibu sendiri.
Berikan juga konseling tentang cara melanjutkan pengobatan di
rumah, merawat bayi muda sehat maupun sakit termasuk melakukan
asuhan dasar di rumah. Konseling diberikan pada bayi muda dengan
klasifikasi kuning dan hijau. Lakukan konseling sesudah anda selesai
memberikan tindakan/pengobatan.
a. Mengpakai Keterampilan Komunikasi yang Baik
Lakukan konseling bagi ibu untuk melanjutkan pengobatan di
rumah dengan keterampilan komunikasi sebagai berikut:
Tanya : Ajukan pertanyaan dan dengarkan
jawaban ibu dengan seksama. Anda
akan mengetahui apa saja yang telah
dilakukan dengan benar dan apa yang
masih perlu diubah.
Puji : Jika ibu telah bertindak benar.
Nasihati : Batasi nasihat kepada ibu untuk hal
yang benar-benar tepat. pakai
bahasa yang dimengerti ibu.
Cek
pemahaman
: Ajukan pertanyaan untuk mengetahui
apa yang telah dipahami ibu dan apa
yang perlu dijelaskan lebih lanjut.
Hindari pertanyaan yang jawabannya
“ya” atau “tidak”
b. Menasihati dan Mengajari Ibu Cara Pemberian Obat Oral di Rumah
Langkah-langkah mengajari ibu cara pemberian obat di rumah
adalah:
1) Tunjukkan kepada ibu obat oral yang akan diberikan kepada
bayi di rumah dan dosis pemberiannya.
2) Jelaskan kepada ibu alasan pemberian obat tersebut.
3) Peragakan cara mengukur/membuat satu dosis.
4) Perhatikan cara ibu menyiapkan sendiri 1 dosis.
5) Mintalah ibu memberi dosis pertama pada bayi di klinik.
6) Terangkan dengan jelas cara memberikan obat, kemudian beri
label dan bungkus obat.
7) Jelaskan bahwa semua obat oral harus diberikan sesuai waktu
yang dianjurkan, walaupun bayi telah menunjukkan
perbaikan.
8) Cek pemahaman ibu.
c. Menasihati dan Mengajari Ibu Cara Mengobati Infeksi Bakteri Lokal
di Rumah
Ada 2 jenis infeksi bakteri lokal yang dapat diobati di rumah, yaitu
Infeksi mata dan Infeksi kulit atau pusar.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan ketika mengajari ibu:
1) Jelaskan cara memberi pengobatan tersebut.
2) Amati cara ibu mempraktikkan di depan anda.
3) Cek pemahaman ibu sebelum pulang.
Berikut ini contoh pertanyaan untuk cek pemahaman ibu yang
bayinya mempunyai klasifikasi infeksi bakteri lokal pada pusar dan
anda sudah menjelaskan cara mengobati infeksi lokal pada pusar :
“Apa yang ibu lakukan waktu merawat tali pusat bayi?”
Ibu mungkin menjawab bahwa ia akan mengolesi dengan minyak
tawon. Jawaban ibu menggambarkan bahwa ia belum memahami
penjelasan yang anda berikan. Ulangi penjelasan anda dengan lebih
jelas.
d. Menasihati Ibu Tentang Cara Pemberian ASI
Sebelum menasihati ibu, amati cara ibu menyusui bayinya.
Kemudian nasihati sesuai dengan masalah yang ditemukan.
Anjuran pemberian ASI eksklusif untuk bayi muda
Makanan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan
adalah ASI. Menyusui secara eksklusif berarti bayi hanya diberi
ASI, tidak diberi tambahan makanan atau cairan lain. Berikan ASI
sesuai keinginan bayi paling sedikit 8 kali sehari, pagi, siang, sore
maupun malam.
Pada hari-hari pertama sesudah kelahiran jika bayi dibiarkan
menyusu sesuai keinginannya dan tidak diberikan cairan lain maka
akan dihasilkan secara bertahap 10 – 100 mL ASI per hari. Produksi
ASI akan optimal sesudah hari 10-14. Bayi sehat akan
mengkonsumsi 700-800 mL ASI per hari (kisaran 600-1000 mL).
sesudah 6 bulan pertama produksi ASI akan menurun menjadi 400-
700 mL sehingga diperlukan makanan pendamping ASI. sesudah 1
tahun, produksi ASI hanya sekitar 300-500 mL sehingga makanan
padat menjadi makanan utama.
Pada bayi, ada 3 jenis refleks yang berhubungan dengan proses
menyusu, yaitu:
1) Refleks mencari puting susu (rooting reflex)
BBL akan menoleh ke arah pipi yang disentuh. Bayi akan
membuka mulutnya jika bibirnya disentuh dan berusaha
untuk mengisap benda yang disentuhkan tersebut.
2) Refleks mengisap (suckling reflex)
Rangsangan puting susu pada langit-langit bayi menimbulkan
refleks mengisap. Isapan ini akan memicu areola dan
puting susu ibu tertekan gusi, lidah dan langit-langit bayi,
sehingga sinus laktiferus di bawah areola tertekan dan ASI
terpancar keluar.
3) Refleks menelan (swallowing reflex)
ASI di dalam mulut bayi akan didorong oleh lidah ke arah
faring, sehingga menimbulkan refleks menelan.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang manfaat kontak
langsung ibu-bayi dan anjurkan untuk menyusui bayinya sesering
mungkin untuk merangsang produksi ASI sehingga mencukupi
kebutuhan bayi. Yakinkan ibu dan keluarganya bahwa kolostrum
(susu beberapa hari pertama kelahiran) adalah zat bergizi dan
mengandung zat-zat kekebalan tubuh. Minta ibu untuk memberi
ASI sesuai dengan keinginan atau tanda dari bayinya. Biarkan bayi
menyusu pada satu payudara hingga puas atau bayi melepas
sendiri puting susu ibu (sekitar 15-20 menit). Berikan payudara sisi
lainnya hanya bila bayi masih menunjukkan tanda ingin menyusu.
Jelaskan pada ibu bahwa membatasi lama bayi menyusu akan
mengurangi jumlah nutrisi yang diterima bayi dan akan
menurunkan produksi susunya. Anjurkan ibu untuk bertanya
mengenai cara pemberian ASI dan kemudian beri jawaban lengkap
dan jelas. Pesankan untuk mencari pertolongan bila ada masalah
dengan pemberian ASI.
e. Cara Menyusui yang Benar
1) Menyusui dalam posisi dan perlekatan yang benar, sehingga
menyusui efektif.
2) Menyusui minimal 8 kali sehari semalam (24 jam)
3) Menyusui kanan-kiri secara bergantian, hanya berpindah ke
sisi lain sesudah mengosongkan payudara yang sedang
disusukan.
4) Keuntungan pengosongan payudara adalah:
a) Mencegah pembengkakan payudara
b) Meningkatkan produksi ASI
c) Bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap (ASI awal
dan akhir)
POSISI MENYUSUI
Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan keberhasilan pemberian
ASI dan mencegah lecet puting susu. Pastikan ibu memeluk bayinya
dengan benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukan,
terutama jika ibu pertama kali menyusui atau ibu berusia sangat
muda.
Posisi ibu yang benar saat menyusui akan memberikan rasa nyaman
selama ibu menyusui bayinya dan juga akan membantu bayi
melakukan isapan yang efektif.
Posisi menyusui yang benar adalah:
• Jika ibu menyusui bayi dengan posisi duduk santai, punggung
bersandar dan kaki tidak menggantung.
• Jika ibu menyusui sambil berbaring, maka harus dijaga agar
hidung bayi tidak tertutup.
Kemudian tunjukkan kepada ibu cara melekatkan bayi. Ibu
hendaknya:
• Menyentuhkan puting susu ke bibir bayi.
• Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
• Segera mendekatkan bayi ke arah payudara sedemikian rupa
sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.
Posisi menyusui yang diuraikan di atas adalah posisi dimana ibu telah
memiliki kemampuan untuk duduk dan melakukan mobilisasi
secukupnya. Masih ada beberapa posisi alternatif lain yang
disesuaikan dengan kemampuan ibu sesudah melahirkan anaknya,
misalnya posisi berbaring telentang, miring kiri atau miring kanan dan
sebagainya. Posisi ibu berbaring telentang dan setengah duduk
mungkin lebih sesuai untuk pemberian ASI dini.
Posisi menyusui yang benar akan membantu bayi untuk melekat
dengan baik pada payudara ibu.
jika posisi menyusu dan perlekatan ke payudara benar maka bayi
akan mengisap dengan efektif.
Tanda bayi mengisap dengan efektif adalah bayi mengisap secara
dalam, teratur yang diselingi istirahat.
Pada saat bayi mengisap ASI, hanya terdengar suara bayi
f. Mengajari Ibu Cara Meningkatkan Produksi ASI
Kegagalan seorang ibu memberikan ASI secara eksklusif antara lain
disebabkan ibu merasa produksi ASI-nya sedikit. ASI akan keluar
lebih banyak jika payudara mendapatkan rangsang yang lebih lama
dan lebih sering. Anda perlu mengajari ibu cara meningkatkan
produksi ASI.
g. Mengatasi Masalah Pemberian ASI pada Bayi
MASALAH PEMECAHAN
Bayi
banyak
menangis
atau rewel
• Jelaskan bahwa hal ini tidak selalu terkait dengan ganguan
pemberian ASI.
• Periksa popok bayi, mungkin basah.
• Gendong bayi mungkin perlu perhatian.
• Susui bayi, beberapa bayi membutuhkan lebih banyak minum
daripada bayi lainnya
Bayi tidak
tidur
sepanjang
malam
• Merupakan proses alamiah, karena bayi muda perlu menyusu
lebih seirng
• Tidurkan bayi disamping ibu dan lebih sering disusui pada
malam hari.
• Jangan berikan makanan lain
Bayi
menolak
untuk
menyusu
• Mungkin bayi bingung puting, karena sudah diberi susu botol
• Tetap berikan hanya ASI (tunggu sampai bayi betul-betul lapar)
• Berikan perhatian dan kasih sayang
• Pastikan bayi menyusu sampai air susu habis
• Lihat tata laksana dalam algoritma, kalau perlu dirujuk
Bayi
bingung
puting
• Jangan mudah mengganti ASI dengan susu formula tanpa
indikasi medis yang tepat
• Ajarkan ibu posisi dan cara melekat yang benar
• Secara bertahap tawarkan selalu payudara setiap kali bayi
menunjukkan keinginan untuk minum
• ASI tetap dapat diperah dan diberikan pada bayi dengan cangkir
atau sendok, sampai bayi dapat kembali menyusu. Bila ada
indikasi medis dapat diberikan susu formula. Jangan
mengpakai botol, dot dan kempeng.
Bayi
prematur
dan bayi
kecil
(BBLR)
• Berikan ASI sesering mungkin walaupun waktu menyusuinya
pendek-pendek. BBLR minum setidaknya setiap 2 jam.
• Jika belum bisa menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau
pompa. Berikan ASI dengan sendok atau cangkir
• Untuk merangsang mengisap, sentuh langit-langit bayi dengan
jari ibu yang bersih
Bayi
kuning
(ikterus)
• Mulai menyusui segera sesudah bayi lahir
• Susui bayi sesering mungkin tanpa dibatasi. ASI membantu
bayi mengatasi kuning lebih cepat
Bayi sakit • Teruskan menyusui. Lihat tatalaksana dalam algoritma, kalau
perlu rujuk
MENGAJARI IBU CARA MENINGKATKAN PRODUKSI ASI
• Cara untuk meningkatkan ASI adalah dengan menyusui sesering mungkin.
• Menyuseui lebih sering akan lebih baik karena merupakan kebutuhan bayi.
• Menyusu pada payudara kiri dan kanan secara bergantian
• Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah payudara
lainnya.
• Jika bayi telah tidur lebih dari 2 jam, bangunkan dan langsung disusui
MASALAH PEMECAHAN
Bayi
sumbing
• Posisi bayi duduk
• Puting dan aerola dipegang selagi menyusui, hal ini sangat
membantu bayi mendapat ASI cukup
• Ibu jari tibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir
bayi
• Jika sumbing pada bibir dan langit-langit, ASI dikeluarkan
dnegan cara manula ataupun pompa, kemudian diberikan
dengan sendok/pipet atau botol dengan dot panjang sehingga
ASI dapat masuk dengan sempurna. Dengan cara ini bayi akan
belajar mengisap dan menelan ASI, menyesuaikan dengan irama
pernapasannya.
Bayi
kembar
• Posisi yang mudah adalah posisi dibawah lengan (under arm)
• Paling baik kedua bayi disusui secara bersamaan.
• Susui lebih sering selama waktu yang diinginkan masing-
masing bayi, umurnya > 20 menit.
Bayi
banyak
tidur
Jika bayi selalu mengantuk dan tetap tertidur meskipun saat
menyusu terakhirnya telah lewat dari 3 jam yang lalu ibu dapat
mencoba menyusuinya dengan cara :
• Letakkan bayi di dada ibu sesering mungkin sehingga dapat
melihat tanda-tanda bayi mulai terjaga and dapat segera
menawarinya untuk menyusu.
• Redupkan cahaya dalam ruangan agar bayi mau membuka
matanya.
• Bangunkan bayi dengan cara :
Berbicara dengan bayi
Membuka selimut/pakaian bayi
Mengusap-usap wajah dan tubuh bayi
Memandikan bayi
• Rangsang reflex rooting bayi dengan menyentuhkan puting ibu
ke pipinya
• Teteskan ASI perah ke mulut bayi
• Setiap kali gerakan memerah ASI dari mulut bayi berkurang,
gerakan payudara ke arah langit-langit mulut bayi.
h. Mengatasi masalah pemberian ASI pada Ibu
MASALAH PEMECAHAN
Ibu khawatir
bahwa ASI-nya
tidak cukup
untuk bayi
(sindrom ASI
kurang)
• Katakan kepada ibu bahwa semakin sering menyusui,
semakin banyak air susu yang diproduksi.
• Susui bayi setiap minta. Jangan biarkan lebih dari 2 jam
tanpa menyusul. Biarkan bayi menyusu sampai payudara
terasa kosong. Berikan ASI dari kedua payudara.
• Hindari pemberian makanan atau minuman selain ASI.
Ibu mengatakan
bahwa air
susunya tidak
keluar
• Jelaskan cara memproduksi dan mengeluarkan ASI. Pada
3 hari pertama pasca bersalin, hormon kehamilan masih
tinggi sehingga aliran ASI masih sedikit. Namun
kebutuhan bayi pada 3 hari pertama memang hanya
berkisar 2-20 ml tiap kali menyusu.
• Susul sesuai keinginan bayi dan lebih sering.
• Jangan biarkan lebih dari 2 jam tanpa menyusul.
Ibu mengatakan
puting susunya
terasa sakit
(puting susu
lecet
• Ibu dapat terus memberikan ASI pada keadaan luka tidak
begitu sakit.
• Perbaiki posisi dan perlekatan. Olesi puting susu dengan
ASI. Mulai menyusui dari puting yang paling tidak lecet
• Puting susu dapat diistirahatkan sementara waktu, kurang
MASALAH PEMECAHAN
lebih 1x 24 jam jika puting lecet sangat berat. Selama
puting diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan alat pompa karena nyeri.
• Berikan parasetamol 1 tablet tiap 4-6 jam untuk
menghilangkan nyeri. pakai BH yang menyongkong
payudara
• Jika ada luka/bercak putih pada puting susu, segera
hubungi bidan
Ibu memiliki
puting
datar/tenggelam
• Tidak perlu memperbaiki kondisi puting sebelum
persalinan.
• Ajari posisi dan cara perlekatan yang benar
• Ibu dan bayi perlu sesering mungkin melakukan kontak
kulit dengan kulit untuk memberi kesempatan pada bayi
menemukan sendiri posisi cara yang paling nyaman
baginya untuk menyusu.
• Bila bayi belum dapat melekat dengan baik pada minggu-
minggu pertama, ibu dapat memerah ASI dan memberinya
dengan gelas.
• Bisa juga mengpakai spuit 10-30 ml yang dipotong
ujungnya sehingga pendorong spuit 10-30 ml yang
dipotong ujungnya sehingga pendorong spuit bisa
dimasukan dari ujung tersebut. Ujung sisi yang tidak
dipotong dapat dilekatkan ke aerola ibu dan pendorong
spuit ditarik untuk merangsang penonjolan puting
sebelum menyusui.
• Seiring dengan pertumbuhan bayi, mulut bayi menjadi
lebih besar dan keterampilannya untuk menyusupun
meningkat.
• Hindari penggunaan botol susu dan dot/ kempeng karena
hanya akan menghalangi bayi untuk mampu menyusu.
Ibu mengeluh
payudaranya
terlalu penih
dan terasa sakit
(payudara
bengkak)
• Usahakan menyusui sampai payudara kosong.
• Kompres payudara dengan air hangat selama 5 menit. Urut
payudara dari arah pangkal menuju puting.
• Bantu ibu untuk memerah ASI sebelum menyusui kembali.
• Susui bayi sesegera mungkin (setiap 2-3 jam) sesudah
payudara ibu tersa lebih lembut. Aoabila bayi tidak dapat
menyusu, keluarkan ASI dan minumkan kepada bayi.
Kompres payudara dengan kain dingin sesudah menyusui.
Keringkan payudara
• Jika masih sakit, perlu dicek apakah terjadi masititis
Mastitis dan
abses payudara
• Beri antibiotika
• Beri obat penghilang rasa nyeri
• Kompres hangat.
• Tetap berikan ASI dengan posisi yang benar sehingga bayi
dapat mengisap dengan baik.
• Jika telah terjadi abses, sebaiknya payuda yang sakit tidak
disusukan, tetapi ASI harus tetap dikeluarkan dengan
diperah untuk membantu proses penyembuhan dan
menjaga produksi ASI.
Ibu sakit dan
tidak mau
menyusui
bayinya
• Ibu yang menderita batuk pilek demam (selesma), diare
atau penyakit ringan lainnya dapat tetap menyusui
bayinya. ASI saat ibu sakit ringan tidak berbahaya, justru
memberikan kekebalan pada bayi terhadap penyakit yang
sedang diderita ibu.
• Tidurkan bayi disamping ibu dan motivasi ibu supaya
MASALAH PEMECAHAN
tetap menyusui bayi
• Jelaskan bahwa ibu dapat minum obat yang aman untuk
ibu menyusui. Susui bayi sebelum ibu mimum obat.
• Ibu jangan minum obat tanpa sepengetahuan
dokter/bidan, karena mungkin dapat membahayakan bayi.
Ibu bekerja • Susui bayi pagi hari sebelum berangkat kerja, segera
sesudah pulang kerumah dan lebih sering pada malam hari.
• Jika ada tempat penitipan bayi di tempat bekerja, susui
bayi sesuai jadwal. Jika tidak ada, perah ASI di tempat
bekerja.
• ASI perah disimpan untuk dibawa pulag, atau dikirim ke
rumah.
• Pastikan pengasuh memberi ASI perah dengan cangkir
atau sendok.n
Ibu pasca bedah
kaisar
• Tumbuhkan rasa percaya diri ibu. Bedah kaisar tidak
mempengaruhi produksi ASI. Ibu tetap dapat menyusui
segera sesudah bayi lahir (melakukan Inisiasi Menyusu
Dini), tetap dapat menyusul eksklusif hingga usia 6 bulan
dan terus menyusui hingga usia 2 tahun atau lebih.
• Komunikasikan pada ibu dan keluarga bahwa IMD pada
bayi lahir dari bedah kisar umumnya memerlukan waktu
sedikit lebih lama.
• Posisi menyusui perlu disesuaikan dengan posisi yang
paling nyaman bagi ibu terkait dengan nyeri pada luka
operasi. Posisi menyusui sambil tidur miring dapat
dilakukan dengan posisi dada bayi berhadapan dengan
dada ibu. sesudah 24 jam umumnya ibu boleh bergerak
lebih leluasa, termasuk duduk, sehingga ibu dapat
menyusui sambil duduk.
• Rasa sakit yang berlebih sesudah operasi dapat
mempengaruhi kepercayaan diri ibu untuk menyusui.
Ingatkan ibu untuk mengkonsumsi obat sesuai anjaran
dokter, termasuk obat anti nyeri.
18. Perawatan Payudara
Jelaskan pada ibu cara merawat payudaranya:
a. Jika posisi bayi terhadap payudara tidak sesuai maka kecukupan
nutrisi bayi tidak terjamin dan puting susu ibu mungkin mengalami
trauma. Ingat bahwa ibu harus duduk atau berbaring dalam posisi
yang nyaman dan bayi berada di dekatnya. Ibu tidak boleh
mencondongkan tubuh ke arah bayi saat menyusui, tapi ibu harus
dapat membawa bayi ke arahnya. Harus disediakan atau pakai
beberapa bantal untuk membantu ibu menopang bayinya atau
letakkan bayi diatasnya agar tinggi posisi bayi sesuai.
b. Minta ibu untuk memastikan bahwa puting susunya tetap bersih
dan kering. Anjurkan ibu untuk mengeringkan payudaranya sesudah
menyusukan bayi. Keringkan puting dengan diangin-anginkan
sebelum ibu mengenakan pakaian. Jangan mengpakai kain atau
handuk untuk mengeringkan puting karena akan mengiritasi.
c. Yakinkan bahwa puting susu lecet dan retak bukan merupakan hal
yang berbahaya dan tidak menghalangi ibu untuk terus
menyusukan bayinya. Jika puting susu ibu lecet dan retak, amati
cara ibu menyusukan bayinya karena cara yang salah dapat
menimbulkan hal tersebut. Untuk mencegah retak dan lecet,
ajarkan ibu untuk mengeluarkan sedikit ASInya kemudian
dioleskan ke puting susunya.
d. Jelaskan cara mengkaji gejala dan tanda tersumbatnya saluran ASI
atau mastitis kepada ibu dan keluarganya. Jika hal tersebut terjadi
maka anjurkan ibu untuk mencari pertolongan segera tetapi tetap
meneruskan pemberian ASI. Jelaskan mungkin ia mengalami
masalah dengan payudaranya jika tampak gejala atau tanda
berikut ini:
1) Bintik atau garis merah atau panas pada salah satu atau
kedua payudara
2) Gumpalan atau pembengkakan yang terasa nyeri
3) Demam (suhu lebih dari 38°C)
19. Cara Mengeluarkan/Memerah ASI
Cara mengeluarkan ASI yang akan dibahas disini adalah memerah ASI
mengpakai tangan. Cara ini paling baik, cepat, efektif dan
ekonomis. Oleh karena itu ibu dianjurkan melakukan cara ini.
a. Cuci tangan ibu sebelum memegang payudara.
b. Cari posisi yang nyaman, duduk atau berdiri dengan santai.
c. Pegang cangkir yang bersih untuk menampung ASI.
d. Condongkan badan ke depan dan sangga payudara dengan tangan.
e. Letakkan ibu jari pada batas atas areola mamae dan letakkan jari
telunjuk pada batas areola bagian bawah.
f. Tekan kedua jari ini ke dalam ke arah dinding dada tanpa
menggeser letak kedua jari tadi.
g. Pijat daerah di antara kedua jari tadi ke arah depan sehingga akan
memerah dan mengeluarkan ASI. Jangan menekan, memijat atau
menarik puting susu karena ini tidak akan mengeluarkan ASI dan
akan memicu rasa sakit.
1) Ulangi gerakan tangan, pijat dan lepas beberapa kali.
a) sesudah pancaran ASI berkurang, pindahkan posisi ibu jari
dan telunjuk tadi dengan cara berputar pada sisi-sisi lain
dari batas areola dengan kedua jari selalu berhadapan.
b) Lakukan hal yang sama pada setiap posisi sampai payudara
kosong.
20. Cara Menyimpan ASI
ASI yang telah ditampung di cangkir atau gelas bertutup, dapat
disimpan dengan cara sebagai berikut:
a. Pada suhu kamar/di udara terbuka (26OC), tahan disimpan selama
6-8 jam
b. Disimpan di termos es, tahan selama 24 jam.
c. Disimpan dalam lemari es, tahan sampai 2-3 hari.
d. Disimpan dalam Freezer.
1) Bila lemari es 1 pintu tahan sampai 2 minggu
2) Bila lemari es 2 pintu/khusus freezer tahan sampai 3 bulan
21. Cara Memberikan ASI sesudah Disimpan
Memberikan ASI yang disimpan dapat dilakukan oleh semua orang –
tidak harus ibu bayi. Caranya adalah:
a. Cuci tangan sebelum memegang cangkir/gelas bertutup berisi ASI.
b. ASI yang disimpan pada suhu kamar, dapat segera diberikan
sebelum masa simpan berakhir (8 jam).
c. ASI yang disimpan di termos atau lemari es, terlebih dahulu harus
dihangatkan. Rendam cangkir yang berisi ASI dalam mangkok berisi
air hangat. Tunggu sampai ASI mencapai suhu kamar. Jangan
memanaskan ASI di atas api/kompor.
d. Berikan ASI dengan sendok yang bersih, jangan pakai botol dan dot.
22. Cara Memberikan ASI dengan Cangkir
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian susu dengan
cangkir adalah:
a. Mulai dengan 80 ml/kg BB/hari. Selanjutnya ditingkatkan volume
10-20 ml/kg BB/hari.
b. Hitung masukan cairan dalam 24 jam, bagi menjadi 8 kali
pemberian
c. Untuk bayi sakit atau kecil, berikan setiap 2 jam.
23. Relaktasi
Relaktasi adalah sebuah proses untuk kembali menyusui.
Beberapa kondisi dapat memicu bayi tidak mendapatkan ASI,
seperti: bayi diberi susu formula sejak lahir tanpa indikasi medis, bayi
sakit sehingga tidak mampu atau tidak ada kesempatan untuk
menyusu, ibu berhenti menyusui karena sakit atau bayi adalah anak
adopsi.
Umumnya bayi tidak mendapatkan ASI karena kurangnya informasi
dan keterampilan yang diberikan kepada ibu tentang menyusui.
Relaktasi dapat dimulai kapan pun. Bila bayi masih sesekali menyusu,
dengan relaktasi produksi ASI akan meningkat dalam beberapa hari
sehingga bayi tidak lagi membutuhkan susu formula atau MP-ASI
sebelum waktunya. Bila bayi telah berhenti menyusu, relaktasi akan
merangsang kembalinya produksi ASI dalam waktu 1-2 minggu.
Semakin muda bayi, semakin cepat produksi ASI kembali dapat
memenuhi kebutuhan bayi.
Langkah relaktasi:
a. Bangun komunikasi 2 arah dengan ibu dan keluarga, cari pemicu
bayi tidak menyusu
b. Diskusikan keuntungan menyusui dan kerugian susu formula atau
kerugian MP-ASI yang diberikan sebelum usia 6 bulan
c. Bangun rasa percaya diri ibu dan beri dukungan
d. Berikan langkah-langkah untuk kembali menyusui secara bertahap:
1) Bila bayi mengpakai botol dan kempeng, hentikan
penggunaan botol dan kempeng. ASI perah / susu formula
diberikan dengan gelas.
2) Ajarkan ibu mengenali tanda-tanda bayi ingin menyusu dan
minta ibu untuk meletakkan bayi pada payudara setiap kali
bayi ingin menyusu.
3) Lihat cara ibu memposisikan dan melekatkan bayi pada
payudara, bila perlu perbaiki dan beri arahan.
4) Bila bayi menolak menyusu pada payudara karena belum ada
ASI yang keluar, maka bayi dapat dirangsang untuk melekat
pada payudara dengan meneteskan ASI perah / susu formula
pada puting susu.
5) Bila bayi telah dapat melekat dengan baik pada payudara
namun produksi ASI belum dapat memenuhi kebutuhan bayi,
maka ASI perah atau susu formula dapat diberikan dengan
bantuan selang yang dilekatkan pada payudara seperti pada
gambar. ASI perah / susu formula sejumlah yang diperlukan
bayi diletakkan dalam gelas. Selang NGT halus (no.5)
dilekatkan pada payudara sedemikian rupa sehingga ujung
selang yang halus sejajar dengan ujung puting, sementara
ujung selang yg besar terendam susu di dalam gelas. Sebelum
dan sesudah dipakai pastikan selang dan gelas telah
dibersihkan dengan air matang hangat. ASI perah / susu
formula dalam gelas dikurangi secara bertahap (kurangi 30-60
ml tiap harinya), seiring dengan meningkatnya produksi ASI
sehingga pada akhirnya bayi kembali menyusu sepenuhnya.
24. Mengajari Cara Merawat Tali Pusat
Infeksi merupakan salah satu pemicu kesakitan tertinggi pada bayi
baru lahir. Untuk mengurangi kejadian infeksi tersebut, anda dapat
mengajarkan ibu tentang cara merawat tali pusat bayi dan pemberian
imunisasi.
Ibu dan anggota keluarga lainnya dapat merawat tali pusat sampai tali
pusat puput/lepas. Ajarkan ibu cara merawat tali pusat secara benar
di rumah.
Bila tali pusat belum puput, sebelum mandi pastikan tidak ada nanah
atau kemerahan pada tali pusat dan sesudah mandi keringkan tali
pusat dengan seksama.
25. Menasihati Ibu untuk Memberikan Cairan Tambahan pada Waktu Bayi
Sakit
Bayi muda sakit dapat mengalami kehilangan cairan karena demam,
napas cepat, atau diare. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI lebih
sering (jika bayi hanya mendapat ASI). Jika bayi menderita diare, beri
cairan tambahan sesuai Rencana Terapi A atau B. Bayi akan merasa
lebih baik dan tetap kuat jika ia cukup mendapat cairan.
26. Menasihati Ibu Kapan Harus Segera Membawa Bayi ke Petugas
Kesehatan dan Kapan Kunjungan Ulang
Setiap ibu yang bayinya sakit perlu diberitahu kapan harus segera
dibawa ke petugas kesehatan dan kapan harus membawa bayinya
untuk kunjungan ulang sebagai berikut:
a. SEGERA MEMBAWA bayinya ke petugas kesehatan jika timbul
tanda-tanda penyakitnya bertambah parah.
b. MEMBAWA bayinya untuk kunjungan ulang pada kurun waktu
tertentu untuk mengecek kemajuan pengobatan dengan antibiotik
ATAU untuk pemberian imunisasi berikutnya (kunjungan bayi
sehat)
Menasihati Ibu Kapan Kembali Segera
Di bawah ini adalah daftar gejala yang menjadi petunjuk kapan ibu
harus membawa bayinya segera ke petugas kesehatan.
MENASIHATI IBU UNTUK MENINGKATKAN PEMBERIAN CAIRAN
SELAMA ANAK SAKIT
Untuk setiap bayi sakit :
• Berikan ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali
menyusui.
Untuk bayi diare :
• Pemberian cairan tambahan akan dapat menyelamatkan
nyawa bayi. Beri cairan tambahan sesuai Rencana Terapi A
atau B
Menasihati Ibu Kapan Kunjungan Ulang
sesudah anda selesai memberikan konseling, sampaikan kepada ibu
kapan harus kembali untuk kunjungan ulang (lihat tabel di bawah).
Jika bayi juga mempunyai klasifikasi Berat Badan Rendah Menurut
Umur (>1 klasifikasi) maka waktu untuk kunjungan ulang adalah
waktu yang lebih pendek yaitu 2 hari.
27. Pelayanan Tindak Lanjut
a. Beberapa bayi muda perlu dilihat lebih dari satu kali untuk satu
episode sakit saat ini.
b. Proses penatalaksanaan kasus dari MTBS membantu
mengidentifikasi bayi muda yang memerlukan kunjungan ulang
c. Jika bayi muda tersebut dibawa kembali ke klinik, petugas
kesehatan memberikan pelayanan tindak lanjut seperti yang
disebutkan dalam pedoman MTBS.
Selain itu selalu lakukan penilaian lengkap pada bayi muda yang
datang untuk kunjungan ulang.
Pada saat bayi dibawa untuk kunjungan ulang, periksalah bayi untuk
melihat perkembangan penyakitnya, apakah membaik, tidak ada
perubahan atau memburuk. Kemungkinan anda menemukan masalah
atau klasifikasi penyakit yang baru.
jika ditemukan: klasifikasi kuning berubah menjadi hijau, artinya
keadaan bayi muda membaik. Klasifikasi yang tetap kuning berarti
keadaan bayi muda tetap. Jika klasifikasi kuning menjadi merah,
keadaan bayi muda memburuk.
• Gerakan bayi berkurang atau tidak normal.
• Napas cepat
• Sesak napas.
• Perubahan warna kulit (kebiruan, kuning)
• Malas/tidak bisa menyusu atau minum.
• Badan teraba dingin atau panas.
• Jika kulit kuning bertambah.
B t b h h
MENASIHATI IBU KAPAN KUNJUNGAN ULANG
Bayi dengan klasifikasi Waktu kunjungan ulang
• Infeksi bakteri lokal
• Diare dehidrasi ringan/sedang
• Diare tanpa dehidrasi
• Ikterus
• Masalah pemberian ASI
• Luka atau bercak putih di mulut
(thrush)
2 hari
• Berat badan rendah menurut umur 14 hari
RUJUKLAH BAYI MUDA KE RUMAH SAKIT jika:
• Keadaan bayi memburuk ATAU
• Keadaan bayi tetap dan obat pilihan kedua tidak tersedia ATAU
• Anda khawatir tentang keadaan bayi muda ATAU
• Anda tidak tahu harus berbuat apa dengan bayi muda
a. Kunjungan Ulang bakteri Lokal
b. Kunjungan Ulang Ikterus
INFEKSI BAKTERI LOKAL
Sesudah 2 hari :
Periksa : Lakukan penilaian lengkap
• Periksa mata, apakah bernanah, apakah nanah
bertambah banyak?
• Periksa pusar, apakah merah/keluar nanah?
Apakah merah meluas?
• Periksa pustul pada kulit
Tindakan
• Jika menetap atau bertambah parah, RUJUK
SEGERA
• Jika membaik
Untuk pustule kulit dan pusar bernanah
terusakan pemberian antibiotic oral sampai
5 hari.
Untuk mata bernanah, lanjutkan obat
tetes/salep
IKTERUS
Sesudah 2 hari :
Tanyakan :
• Apakah kencing ≥ 6 kali sehari semalam?
• Apakah bayi sering buang ari besar?
• Periksa : lakukan penilaian lengkap
Tindakan :
• Jika didapat klasifikasi IKTERUS BERAT, lakukan
tindakan/pengobatan sesuai bagan
• Jika tetap klasifikasi IKTERUS disertai :
• Kencing ≥ 6 kali sehari semalam, ajari ibu cara merawat
bayi yang tidak perlu rujukan dan kunjungan ulang 2
hari
• Kencing < 6 kali sehari semalam lakukan penilaian ulang
pemberian ASI, tindakan/pengobatan sesuai bagan.
• Jika kuning berkurang/menghilang, puji ibu
• Kunjungan ulang saat bayi berumur 14 hari
c. Kunjungan Ulang Diare Tanpa dehidrasi dan Dehidrasi
Ringan/Sedang
d. Kunjungan Ulang Berat Badan Rendah Menurut Umur
e. Kunjungan Ulang Untuk Masalah Pemberian ASI
DIARE TANPA DEHIDRASI DAN DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
Sesudah 2 hari :
Periksa:
• Lakukan penilaian lengkap.
• Apakah berat badan turun ≥ 10% dari kunjungan sebelumnya?
Tindakan :
• Jika didapatkan klasifikasi diare dehidrasi berat atau berat badan
turun ≥ 10% dari kunjungan sebelumnya, lakukan
tindakan/pengobatan sesuai bagan, rujuk segera
• Jika klasifikasi tetap diare dehidrasi ringan/sedang, lakukan
rencana Terapi B
• Jika didapatkan klasifikasi diare tanpa dehidrasi, lakukan rencana
t i A
BERAT BADAN RENDAH MENURUT UMUR
Sesudah 14 hari:
Periksa : lakukan penilaian lengkap
• Tetapkan apakah berat badan menurut umur masih rendah.
• Lakukan penilaian cara menyusui
Tindakan:
• Lakukan tindakan/pengobatan sesuai klasifikasi yang
ditemukan
MASALAH PEMBERIAN ASI
Sesudah 2 hari :
Tanya: masalah pemberian ASI yang ditemukan saat kunjungan pertama
Periksa : lakukan penilaian lengkap
Tindakan :
• Jika bayi sudah dapat menyusu dengan baik, puji ibu dan beri
motivasi untuk meneruskan pemberian ASI yang baik.
• Jika masih ada masalah pemberian ASI, RUJUK SEGERA
f. Luka atau bercak Putih (Thrush) di mulut
28. Masalah Yang Paling Sering Dijumpai Pada Bayi Baru Lahir
Buang air besar dan buang air kecil pada hari – hari pertama
Sekitar 95 % bayi kencing dalam 24 jam pertama dan mengeluarkan
mekonium (feses yang pertama keluar berwarna hijau kehitaman)
dalam 24 jam pertama. Sebagian besar bayi akan kencing segera
sesudah ia lahir dan kemudian tidak kencing atau hanya 2-3 kali buang
air kecil dalam 24 jam selama 3 hari pertama. Bila dalam 24 jam bayi
belum BAK atau belum buang air besar, perlu mendapat perhatian
khusus. Evaluasi lebih lanjut perlu dilakukan dan rujukan bila perlu.
Pada akhir minggu pertama bayi akan buang air kecil 5-6 kali per hari
dan 3-4 kali buang air besar per hari dengan konsistensi tinja mulai
seperti pasta gigi dan warna mulai kekuningan. Namun buang air
besar pada bayi ASI eksklusif sesungguhnya sangat bervariasi dalam
hal frekuensi dan warna. Kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan sama
sekali sepanjang bayi tetap aktif, dapat menangis kuat dan menyusu
dengan baik.
Bayi rewel
Bayi rewel atau menangis tidak selalu karena lapar. Rewel bisa
disebabkan mengompol, kepanasan/kedinginan, terlalu lelah atau
ingin tidur, ingin ditimang atau mendengar suara ibunya, merasa
sendiri, atau memang ada yang tidak nyaman/nyeri pada tubuhnya.
Terkadang kandungan susu sapi (susu, biskuit, roti dan lainnya) atau
kafein (teh, kopi, coklat) pada makanan/minuman ibu juga dapat
menjadi pemicu nya. Susu sapi memicu alergi, sementara kafein
dapat membuat bayi sulit tidur dan gelisah. Cari pemicu bayi rewel,
berikan dukungan dan rasa percaya diri pada ibu.
LUKA ATAU BERCAK PUTIH (THRUSH) DI MULUT
Sesudah 2 hari :
Periksa: Lakukan penilaian lengkap
• Penilaian tentang cara menyusui
• Bagaimana keadaan thrush saat ini?
Tindakan :
• Jika thrush bertambah parah atau bayi mempunyai masalah
dalam menyusui, RUJUK SEGERA
• Jika thrush membaik dan bayi menyusu dengan baik, puji
ibu dan lanjutkan pemberian Gentian Violet 0,25% atau
Nistatin suspense sampai seluruhnya 7 hari.
• Jika thrush menetap dan/atau bayi tidak mau menyusu
dengan baik, kunjungan ulang 2 hari.
• jika dalam kunjungan ulang kedua keluhan menetap,
RUJUK SEGERA.
a. Jika bayi terlalu rewel hingga sulit untuk menyusu, cobalah
beberapa hal berikut.
b. Lakukan evaluasi kondisi bayi berdasarkan MTBM. Yakinkan bayi
tidak menderita suatu penyakit.
c. Letakkan bayi di dada ibu, lakukan kontak kulit dengan kulit
sesering dan selama mungkin.
d. Mandikan bayi dan bermain bersamanya.
e. Pijat bayi (ayah dan ibu melakukan pijat bayi sendiri).
f. Dengarkan musik bersama atau menyanyikan lagu untuk buah
hati.
Bayi Kolik
Bayi kolik ditandai dengan tangisan bayi begitu keras tanpa sebab
yang jelas dan amat sulit ditenangkan disertai gerakan bayi
menekukkan kakinya ke arah perut atau berusaha
menggerakkan/mengangkat punggungnya. Kolik kerap dikaitkan
dengan masalah pada saluran cerna bayi, alergi makanan atau
masalah psikologis bayi dan keluarga. Bila pada pemeriksaan semua
hal didapati dalam batas normal, tangisan akan berkurang pada usia
3 bulan dan akhirnya akan menghilang dengan sendirinya.
Pertumbuhan bayi kolik umumnya normal.
Mengatasi kolik:
a. Lakukan evaluasi kesehatan bayi secara umum, riwayat kehamilan
dan persalinan, saat dan lama bayi menangis, pola buang air besar
dan feses bayi, penilaian menyusui, pola makan ibu, riwayat alergi
pada keluarga serta bagaimana reaksi orangtua pada tangisan bayi.
b. Dukung dan tumbuhkan rasa percaya diri ayah dan ibu. Kepanikan
orangtua hanya akan membuat bayi lebih sulit untuk tenang.
c. Ayah dan ibu dapat membantu membuat bayi nyaman (lihat
gambar cara menggendong bayi kolik), tanggap dan cepat merespon
kondisi bayi, menyusui sesuai petunjuk alami dari bayi dan tetap
tenang.
d. Meminta bantuan dari anggota keluarga yang lain untuk membantu
mengurus bayi dapat dilakukan agar ayah dan ibu juga punya
waktu untuk beristirahat.
e. Bila ada masalah alergi makanan, tentu pencetus alergi harus
dihindari.
f. Bila ada masalah pada saluran cerna bayi (gumoh berlebih atau
diare), maka masalah tersebut harus diatasi sesuai dengan
pedoman.
Gumoh
Gumoh normal dialami oleh sebagian besar bayi pada usia 0-12 bulan.
Gumoh bukan muntah. Gumoh yaitu keluarnya sebagian isi lambung
tanpa didahului rasa mual dan tanpa peningkatan tekanan dalam
perut bayi. Isi lambung mengalir keluar begitu saja. Bayi kurang bulan
umumnya lebih sering mengalami gumoh dibanding bayi cukup bulan.
Gumoh terjadi karena:
a. Lambung bayi masih berada dalam posisi agak mendatar, belum
cukup tegak seperti posisi lambung pada anak yang lebih besar
atau orang dewasa.
b. Sebagian lambung bayi masih berada pada rongga dada.
c. Besar lambung yang relatif kecil
d. Fungsi penutupan mulut lambung dan esofagus (saluran cerna
atas) belum sempurna.
Ukuran, letak, posisi, dan fungsi lambung akan membaik seiring
dengan bertambahnya usia sehingga gumoh pun akan berkurang dan
menghilang. Secara umum, gumoh mulai berkurang sekitar usia 6
bulan. Namun, gumoh perlu dievaluasi lebih lanjut dan dirujuk jika:
a. Bayi mengalami kolik yang tidak teratasi
b. Bayi tidak mau / sulit menetek namun pemicu nya tidak jelas.
c. Berat badan bayi tidak meningkat sesuai kurva pertumbuhannya.
d. ada batuk lama yang tidak jelas pemicu nya.
e. ada darah dalam cairan gumoh yang keluar
Cara mengatasi gumoh:
a. Menyusui hanya pada satu payudara. Payudara yang lain
dipakai untuk menyusui pada kesempatan berikutnya, kecuali
bayi masih menunjukkan keinginannya untuk menyusu lagi.
b. Menyendawakan bayi dengan cara menegakkan bayi dalam posisi
berdiri menghadap dada ibu dan diberi tepukan ringan pada
punggung bayi selama beberapa saat. Proses penyendawaan kadang
diikuti dengan bunyi khas yang timbul akibat gerakan peristaltik
esofagus, tetapi hal ini tidak harus terjadi.
c. sesudah selesai menyusu, bayi diletakkan/digendong dengan posisi
kepala lebih tinggi dari kaki sekitar 300 - 450.
d. Tidak mengayun/mengoyang/memijat bayi (terutama daerah
perut)/melakukan senam bayi sesaat sesudah bayi menyusu.
Hidung tersumbat
Hidung tersumbat adalah keluhan yang umum dijumpai sehari-hari
pada usia 0-3 bulan. Bayi mutlak bernapas melalui hidung, sehingga
sedikit saja ada sumbatan di lubang hidungnya yang masih amat kecil
itu, maka gejala hidung tersumbat akan segera terdengar. Hidung
tersumbat dapat disebabkan oleh pilek yang sebagian besar
disebabkan oleh virus atau peradangan ringan akibat polusi udara
(asap rokok, asap dalam rumah). Virus bersifat self limitted disease
atau sembuh sendiri.
Mengatasi hidung tersumbat:
a. Lakukan evaluasi dan klasifikasi berdasarkan MTBM
b. Tidak perlu antibiotik dan tidak ada terapi khusus yang diperlukan.
c. Satu atau dua tetes ASI atau air garam steril pada tiap lubang
hidung dapat membantu mengurangi dan mengencerkan lendir
hidung yang menyumbat.
d. Hal lain tentang hidung tersumbat pada bayi adalah terkadang kita
tidak mendapatkan pilek pada bayi, namun ketika menyusu
terdengar suara seperti hidung yang tersumbat. Kondisi ini tidak
membutuhkan pertolongan khusus. Seiring dengan usia hidung dan
saluran napasnya akan membesar dan dapat mengimbangi jumlah
cairan yang secara normal dihasilkan saluran napas sehingga
keluhan tersumbat akan menghilang.
Cradle cap (Kerak Topi)
Kerak topi umumnya timbul pada minggu pertama, namun dapat juga
terjadi pada usia lebih dari 3-4 bulan. Kulit kepala bayi tampak dilapisi
oleh lapisan kerak yang cukup tebal dan berminyak. Kadang kerak
dapat juga dijumpai pada bagian kulit lain sepeti pada wajah, telinga,
leher dan ketiak. Umumnya tidak gatal dan bayi tidak merasa
terganggu. Kelainan kulit ini pemicu nya pada sebagian besar kasus
tidak diketahui dan akan menghilang dengan sendirinya. Penggunaan
sampo secara rutin dapat mengurangi lapisan kerak yang terbentuk
dan mempercepat proses penyembuhan. Bila kerak cukup tebal dapat
dipakai sampo yang mengandung bahan anti-ketombe. Bila kerak
tidak membaik sesudah 2 minggu atau kerak disertai dengan rasa gatal
/ nyeri atau meluas bayi perlu dirujuk.
Mongolian spot (bercak kebiruan)
Pada bayi Asia bercak kebiruan kerap tampak pada daerah bokong,
punggung bagian bawah dan pundak. Bercak ini akan menghilang
(berubah menjadi seperti warna kulit lainnya) seiring dengan
pertambahan usia.
Milia
Tampak seperti jerawat kecil-kecil warna putih pada dahi, hidung dan
pipi bayi baru lahir. Milia disebabkan oleh tersumbatnya kelenjar
sebasea (minyak) pada
kulit. Tidak perlu pengobatan khusus, akan menghilang dengan
sendirinya. Basuh wajah dengan air dan sabun bayi serta hindari
penggunaan krim, lotion ataupun vaselin.
Miliaria
Pada masyarakat kita miliaria lebih dikenal dengan istilah biang
keringat akibat tersumbatnya kelenjar keringat. Membuat bayi
nyaman, memakai pakaian tipis dan ringan, dan segera mengganti bila
basah umumnya cukup untuk menghilangkan miliaria, karena pada
dasarnya miliaria memang bersifat sementara.
Konseling untuk bayi risiko tinggi
Pada bayi dengan faktor risiko tinggi, bila kondisi fisik bayi sudah baik,
lakukan konseling kepada ibu dan keluarga untuk membawa bayi ke
dokter anak atau rumah sakit untuk pemeriksaan kemungkinan
adanya gangguan perkembangan.
Bayi dengan faktor risiko tinggi adalah bayi yang memiliki salah satu
faktor berikut ini:
a. Bayi kurang bulan (< 32 minggu)
b. Bayi berat lahir amat rendah (< 1500 gram)
c. Bayi yang tidak segera menangis saat lahir (asfiksia)
d. Bayi yang mengalami kejang di masa neonatus
e. Bayi yang mengalami infeksi atau penyakit sangat berat di masa
neonates.
D. Kelainan Kongenital Dan Trauma Lahir
1. Kelainan Kongenital
• Kelainan kongenital adalah kelainan yang terlihat pada saat lahir,
bukan akibat proses persalinan. Kelainan kongenital bisa herediter,
dapat dikenali saat lahir atau pada saat anak-anak.
Beberapa kelainan kongenital yang dapat memicu kematian,
seperti atresia ani, harus dirujuk. Kelainan kongenital yang tidak
langsung memicu kematian tetapi dapat memicu
kecacatan, seperti bibir sumbing, hidrosefalus, kaki pengkor,
memerlukan tindakan di fasilitas rujukan. Kelainan kongenital yang
tidak mungkin ditangani karena bayi akan meninggal, seperti
anensefali, tidak perlu dirujuk.
• Kelainan lain yang disebabkan oleh persalinan sulit atau tindakan
berisiko menimbulkan trauma seperti patah tulang bahu, cephal
hematoma atau memar pada bagian tubuh harus dirujuk.
2. TRAUMA LAHIR
Faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kejadian trauma lahir
antara lain :
a. Makrosomia (berat lahir > 4000 gram)
b. Primipara
c. Oligohidramnion
d. Persalinan ganda
e. Malpresentasi.
f. Presentasi ganda.
g. Disproporsi kepala-panggul
h. Kelahiran dengan tindakan
i. Persalinan lama
j. Persalinan presipitatus/dipercepat
k. Distosia bahu
Trauma pada Jaringan Lunak
Trauma
Lahir
Keterangan tindakan
Eritama Sering pada disproporsi kepala
panggul. Tandanya kulit
kemerahan
Observarsi
Petekie Bercak merah kecil-kecil akibat
adanya gangguang (bendungan)
aliran darah perifer. Sering
terjadi pada lilitan tali pusat,
partus lama
Observarsi
Ekimosis
dan
Hematom
Perdarahan yang lebih luar dari
Petekie
• Amati tanda bahaya
• Klasifikasikan ikterus yang
terjadi
• Rujuk bila ditemukan tanda
bahaya atau bila masuk
dalam klasifikasi ikterus berat
• Bila tidak, lakukan observasi
Abrasi Terkelupasnya lapisan kulit
bagian terluar yang bisa
diakibatkan oleh proses
persalinan
• Bersihkan abrasi dengan
povidon yodium 2,5%
• Biarkan kering dan bersih
• Bila tidak ada tanda/gejala
infeksi, bayi dapat pulang
• Bila ada tanda/gejala infeksi,
beri antibiotik topical 3 kali
per hari selama 5 hari dan
biarkan tempat luka terbuka
• Pada akhir minggu, bayi
dikontrol kembali, bila tidak
ada tanda/gejala infeksi tidak
perlu pengobatan lebih lanjut
Terluka Terputursnya integritas jaringan
kulit
• Basuh luka dengan povidon
yodium 2,5%
• Biarkan luka kering dan
bersih
• Bila luka terbuka, tautkan
dengan plester menyebrang
luka dan biarkan 1 minggu
• akhir minggu plester dilepas,
bila luka sudah membaik,
tidak perlu pengobatan lagi
• Bila ada infeksi lokal seperti :
kemerehan, panas bengkak,
maka sarankan pada ibu
cepat kontrol kembali,
kemudian bukalah plester dan
beri topical antibiotic 3 kali
per hari untuk 5 hari dan luka
tidak usah ditutup
Trauma pada Kepala
Trauma Lahir Keterangan tindakan
Kaput
Sisedanium
yaitu benjolan
lunak, batas
tidak tegas,
tidak
berfluktuasi,
dapat
melampaui
sutura
• Akibat tekanan yang keras
pada kepala saat di jalan
lahir,sehingga terjadi
bendungan sirkulasi kapiler
dan aliran limfe.
• Dapat cepat menghilang
dengan sendirinya (3-6 hari)
• Observarsi
• RUJUK SEGERA bila ada
TANDA BAHAYA
Sefal
Hematoma
yaitu : benjolan
difus, batas
tegas, tidak
melewati
sutura
• Akibat robeknya pembuluh
darah yang melintasi tulang
kepala ke jaringan periostium
• Timbul sesudah beberapa jam
bayi lahir (6-8 jam)
• Akan resolusi dalam 2-8
minggu
• Gejala sisa berupa timbunan
kalisum dan jaringan
fibrosusu (benjolan keras
sampai 1-2 tahun)
• Observarsi
• RUJUK SEGERA bila ada
TANDA BAHAYA
Perdarahan
Subkonjungtiva
• Sering terjadi pada letak muka
atau dahi
• Hilang dalam 1-2 minggu
• Observarsi
• RUJUK SEGERA bila ada
TANDA BAHAYA
Paresis Saraf
Fasialis Perifer
• Akibat penekanan yang keras
(seperti partus lama)
• Kelumpuhan otot wajah
terlihat segera sesudah lahir
• Akan sembuh sendiri dalam
beberapa minggu
• Observarsi
• RUJUK SEGERA bila ada
TANDA BAHAYA
Terluka Terputursnya integritas jaringan
kulit
• Observarsi
• RUJUK SEGERA bila ada
TANDA BAHAYA
Trauma pada Leher dan Bahu
Trauma Lahir Keterangan tindakan
Fraktur klavikula • Sering terjadi
• ada benjolan dan
bayi menangis pada
perabaan klavikula
• Imobilisasi sendi
bahu
• RUJUK SEGERA
Trauma pleksus
brakhialis
• Paresis/pralisis
DUCHENE – ERB
sering dijumpai
gerakan tangan dan
lengan bayi asimetris,
ada gangguan posisi
dan fungsi otot
lengan, refleks Bisep
dan Radial tidak ada
refleks memegang
masih ada
• Imobilisasi lengan
atas dengan posisi
fleksi 90 derajat
menjauhi tubuh dan
lengan bawah 90
derajat ke atas
Trauma Lahir Keterangan tindakan
• Paresis KLUMPKE
ada kelemaham
gerakan tangan, ada
gangguan posisi dan
fungsi otot telapak
tangan tidak ada.
Telapak tangan
terkulai
lemah/lumpuh
Refleks memegang tak
ada
• Rujuk
Trauma jaringan otot
sternokleidomastodidesus
(totikolis)
• Timbul akibat robekan
sarung otot disertai
hematon
• Terjadi pemendekan otot
• ada benjolan di otot
leher terlihat 10-14 hari
sesudah lahir
• Sering terjadi pada letak
sungsang.
• Rujuk untuk
fisioterapi
E. BAYI LAHIR DARI IBU DENGAN INFEKSI
1. Bayi Lahir Dari Ibu Dengan HIV
a. Manajemen Umum
1) Hormati kerahasiaan ibu dan keluarga
2) Bila mampu melakukan konseling dan pernah mendapatkan
pelatihan, lakukan konseling pada keluarga
3) Perawatan bayi seperti bayi yang lain dan berikan perhatian
khusus pada pencegahan infeksi
4) Imunisasi sesuai dengan pedoman imunisasi pada anak yang
lahir dari ibu dengan HIV positif. Sebelum menunjukkan
gejala berikan semua
5) imunisasi yang diperlukan termasuk BCG. jika sudah
menunjukkan gejala infeksi HIV, jangan berikan vaksin BCG.
6) Beri dukungan mental
b. Terapi Anti Retroviral
Pastikan ibu dan bayi mendapatkan obat seperti yang telah
ditentukan oleh dokter.
c. Pemberian Nutrisi
1) Lakukan konseling pada ibu tentang pemilihan pemberian
nutrisi pada bayinya. Ibu hamil HIV positif perlu mendapatkan
konseling sehubungan dengan keputusannya untuk
mengpakai susu formula ataupun ASI eksklusif
2) ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Risiko penularan HIV
melalui ASI sekitar 15-20 %, risiko penularan HIV diperbesar
dengan adanya lecet pada payudara ibu dengan HIV (menjadi
65 % ).
3) jika ibu memilih untuk memberikan ASI, dianjurkan
untuk ASI Eksklusif selama 6 bulan. sesudah 6 bulan, bayi
diberi susu formula, dan ASI dihentikan. Ibu perlu diberi
informasi mengenai manajemen laktasi (cara menyusui yang
baik dan benar).
4) Sangat tidak dianjurkan untuk menyusui campur (mixed
feeding) karena akan meningkatkan kemungkinan bayi
terinfeksi HIV. Bila menyusui campur, perlindungan ASI
terhadap bayi dari penyakit infeksi menjadi tidak maksimal,
sementara virus HIV ditransmisikan melalui ASI ditambah
dengan kemungkinan infeksi lain yang dibawa oleh susu
formula. Bila ASI saja, perlindungan akan optimal untuk
infeksi yang dibawa oleh ASI. Bila susu formula saja, bayi
tidak memiliki risiko menerima infeksi yang dibawa oleh ASI.
5) Persyaratan AFASS (Acceptable = mudah diterima, Feasible =
mudah dilakukan, Affordable = harga terjangkau, Sustainable
= berkelanjutan, Safe = aman penggunaannya) harus dipenuhi
jika ibu ingin memilih memberikan Susu Formula
Eksklusif.
a) Dapat dijamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang
baik di tingkat keluarga dan masyarakat DAN
b) Ibu atau pengasuh bayi yang lain mampu menyediakan
susu formula dalam jumlah yang cukup untuk mendukung
tumbuh kembang yang optimal DAN
c) Ibu atau pengasuh bayi yang lain mampu menyediakan
susu formula secara bersih dan cukup sering sehingga
aman dan risikonya rendah untuk terjadi diare dan
malnutrisi DAN
d) Ibu atau pengasuh bayi yang lain mampu memberikan
susu formula secara eksklusif sampai 6 bulan DAN
e) Keluarga mendukung DAN
f) Ibu atau pengasuh bayi yang lain dapat mengakses
pelayanan kesehatan anak yang komprehensif.
g) jika persyaratan AFASS terpenuhi sebelum 6 bulan,
bagi ibu yang memberikan ASI dapat memilih antara
meneruskan ASI eksklusif sampai 6 bulan atau beralih ke
Susu Formula Eksklusif.
h) Sangat tidak direkomendasikan pemberian makanan
campuran (mixed feeding) untuk bayi dari ibu HIV positif,
yaitu ASI bersamaan dengan susu formula dan makanan
minuman lainnya (lihat butir ke-4 diatas).
i) Apapun pilihan ibu tentang pemberian makanan bayi,
perlu diberikan dukungan.
2. Bayi Lahir Dari Ibu Dengan Tuberkulosis
Jika ibu menderita Tuberkulosis paru aktif dan diobati selama kurang
dari 2 bulan sebelum melahirkan, atau terdiagnosis menderita
Tuberkulosis sesudah melahirkan:
a. Yakinkan ibu bahwa ASI aman diberikan pada bayinya.
b. Jangan memberikan vaksin BCG saat bayi baru lahir.
c. Pastikan bayi mendapatkan terapi Isoniazid profilaksis oral 5
mg/kg 1 kali per hari.
d. Pastikan pada umur 6 minggu bayi dibawa ke fasilitas kesehatan
untuk dievaluasi kembali.
e. jika hasil evaluasi menunjukkan penyakit aktif, pastikan bayi
meminum obat anti Tuberkulosis lengkap.
f. jika hasil evaluasi menunjukkan negatif, lanjutkan bayi
meminum Isoniazid profilaksis selama 6 bulan.
g. Tunda pemberian vaksin BCG sampai 2 minggu sesudah
pengobatan selesai.
h. Jika BCG sudah diberikan, ulangi pada 2 minggu sesudah
pengobatan dengan Isoniazid selesai.
F. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Instrumen Pencatatan
a. Pencatatan untuk Tenaga Kesehatan
Pelayanan kesehatan pada neonatus dicatat pada:
1) rekam medis: partograf, formulir bayi baru lahir dan formulir
pencatatan bayi muda
2) instrumen pencatatan puskesmas: register kohort ibu dan
register kohort bayi
3) instrumen pencatatan untuk keluarga: buku KIA
Sasaran bayi baru lahir yang sudah mendapat pelayanan dicatat
pada Formulir Bayi Baru Lahir (umur 0-6 jam) atau Formulir
Pencatatan Bayi Muda (umur 6-28 hari) serta Kartu Anak jika
tersedia. Selanjutnya hasil pelayanan kesehatan tersebut
dimasukkan ke dalam Register Kohort Ibu dan Register Kohort
Bayi oleh bidan atau perawat penanggungjawab di desa
berdasarkan pembagian tugas wilayah kerja puskesmas.
1) Rekam Medis Neonatus
a) Partograf
Informasi yang dicatat meliputi:
• kondisi perinatal: denyut jantung janin, turunnya
kepala selama proses persalinan
• kondisi dan asuhan bayi baru lahir: berat badan,
panjang, tindakan
b) Formulir Bayi Baru Lahir
Formulir bayi baru lahir dipakai melengkapi partograf,
untuk mencatat asuhan bayi sejak dilahirkan sampai
umur 6 jam sesudah lahir.
Informasi yang dicatat meliputi
• identitas,
• keadaan bayi saat lahir,
• tanda vital,
• hasil pemeriksaan lengkap
• asuhan IMD, salep mata, vitamin K1, imunisasi
Hepatitis B0.
c) Formulir Pencatatan Bayi Muda Umur Kurang dari 2
Bulan (MTBM)
Formulir pencatatan bayi muda dipakai pada waktu
kunjungan neonatal atau setiap pemeriksaan neonatus.
Formulir ini juga dipakai melengkapi formulir bayi
baru lahir, jika ada kelainan dari hasil pemeriksaan.
Informasi yang dicatatkan pada formulir pencatatan bayi
muda:
• Identitas
• Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis
• Hasil klasifikasi penyakit
• Pemberian tindakan/pengobatan/pra rujukan
• Kunjungan ulang
2) Instrumen Pencatatan Neonatus
Register kohort adalah instrumen pencatatan sesuai konsep
wilayah kerja puskesmas, untuk memantau seluruh sasaran.
Selain untuk pemantauan sasaran, register kohort bayi
merupakan sumber data untuk pelaporan pelayanan
kesehatan bayi termasuk cakupan kunjungan neonatal,
cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani, cakupan
imunisasi atau cakupan pelayanan kesehatan neonatal
lainnya sesuai data yang tersedia.
a) Register Kohort Ibu.
Informasi yang dicatat meliputi:
• kelahiran
• keterangan hidup atau mati
b) Register Kohort Bayi.
Informasi yang dicatat meliputi:
• Identitas bayi dan orangtua
• Waktu lahir
• Asuhan saat lahir sampai 6 jam
• Asuhan saat kunjungan neonatal
• Rujukan bayi baru lahir
• Kematian bayi baru lahir
• Mutasi bayi baru lahir ke luar wilayah
b. Pencatatan Untuk Keluarga
Buku KIA ditetapkan sebagai sumber informasi serta satu-satunya
alat pencatatan yang dimilik