Jumat, 06 Desember 2024

kematian bayi 2

 



KALI ANAK BERAK. 

 

--Sampai umur 1 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali berak 

-umur 1 sampai 5 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kali berak 

 

Katakan kepada ibu : 

- Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari 

mangkuk/cangkir/gelas 

- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan  

- lebih lambat. 

- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti. 

 

2. LANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN. 

3. KAPAN KEMBALI. 

 

Catatan : aturan yang ke-4 yaitu pemberian tablet Zinc tidak diberikan 

kepada bayi muda. 

Lihat konseling bagi ibu 

 

 

 Rencana Terapi B : Penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang dengan Oralit 

Berikan oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam. 

 

UMUR * sampai 4 

bulan 

4-12 bulan 12 -24 bulan 2 – 5 tahun 

BERAT BADAN < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg 

JUMLAH 

CAIRAN 

200-400 400-700 700-900 900-1400 

 

• TENTUKAN JUMLAH ORALIT UNTUK 3 JAM PERTAMA. 

Jumlah oralit yang diperlukan = berat badan (dalam Kg) x 75 ml. 

dipakai  UMUR hnaya bila berat badan anak tidak diketahui 

- Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman dari 

atas. 

- Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, berikan 

juga 100-200 ml air matang selama periode ini 

 

• TUNJUKAN CARA MEMBERIKAN LARUTAN ORALIT  

- Minumlah sedikit-sedkit tapi sering dari cangkir/mangkuk/gelas 

- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih lambat 

- Lanjutkan ASI selama anak mau 

 

•  sesudah  3 JAM 

- Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya 

- Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan. 

- Mulailah memberi makan anak 

 

• JIKA IBU MEMAKSA PULANG SEBELUM PENGOBATAN SELESAI : 

- Tunjukan cara menyiapkan cairan oralit di rumah. 

- Tunjukan berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah untuk 

menyelesaikan 3 jam pengobatan. 

- Beri bungkus yang cukup untuk rehidrasi dengan 6 bungkus lagi sesuai 

yang dianjurkan dalam Rencana Terapi A. 

- Jelaskan 4 aturan perawatan diare di rumah: 

 

1. BERI CAIRAN TAMBAHAN 

2. LANJUTKAN PEMBERIAN MAKAN 

3. KAPAN HARUS KEMBALI  

 

Catatan :   aturan yang ke-4 yaitu pemberian tablet Zinc, tidak diberikan kepada 

bayi muda 

Lihat Rencana Terapi A 

  

 

 

14. Mengobati luka atau bercak putih (thrush) di mulut  

Obati luka atau bercak putih (thrush) pada bayi muda secepatnya agar 

tidak mengganggu bayi muda dalam menyusu. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

15. Perawatan Metode Kanguru (PMK)  

BBLR membutuhkan bantuan dan waktu untuk penyesuaian 

kehidupan di luar rahim. Mereka juga memerlukan bantuan untuk 

tetap hangat dan mendapatkan ASI yang cukup untuk tumbuh. Satu 

cara untuk menolong bayi mendapatkan kebutuhan ini adalah 

menjaga bayi tetap kontak kulit dengan kulit ibunya. Perawatan 

metode kanguru adalah suatu cara agar BBLR terpenuhi kebutuhan 

khusus mereka terutama dalam mempertahankan kehangatan suhu 

tubuh.  

Untuk melakukan PMK, tentukan bayi memiliki berat lahir <2500 

gram, tanpa masalah/komplikasi. 

Syarat melakukan PMK : 

a. Bayi tidak mengalami Kesulitan Bernapas 

b. Bayi tidak mengalami Kesulitan Minum 

c. Bayi tidak Kejang 

d. Bayi tidak Diare 

e. Ibu dan keluarga bersedia dan tidak sedang sakit 

Lakukan PMK untuk menghangatkan bayi bila memenuhi syarat 

diatas. Metoda kanguru sangat baik dilakukan selama dalam 

perjalanan ke tempat rujukan. Metoda ini berguna untuk mempercepat 

terjadinya kestabilan suhu tubuh dan merangsang bayi baru lahir 

segera mengisap puting payudara ibu. 

Pelaksanaan PMK memiliki 4 komponen : 

a. Posisi 

b. Nutrisi 

c. Dukungan 

d. Pemantauan 

CARA MENGOBATI LUKA ATAU BERCAK PUTIH (THRUSH) DI MULUT 

• Cuci tangan ibu sebelum mengobati bayi. 

• Bersihkan mulut bayi dengan ujung jari ibu uag terbungkus kain bersih dan 

telah dicelupkan ke larutan ait matang hangat bergaram (1 gelas air hangat 

ditambah seujung sendok teh garam) 

• Olesi mulut dengan Gentian Violet 0,25% atau teteskan 1 ml suspense 

Niastatin. 

• Cuci tangan kembali 

• Obati luka atau bercak di mulut 3 kali sehari selama 7 hari 

 

Cara menyiapkan Gentian Violet 0,25% : 

   1 bagian Gentian Violet 1% ditambah 3 bagian aquades (misal : 10 ml Gentian 

Violet 1% ditambah 30 ml aquades) 

  

 


a. Posisi Melakukan Perawatan Metode Kanguru 

 

 

 

 

b. Nutrisi  

Selama pelaksanaan PMK, BBLR hanya diberikan ASI. Melalui PMK 

akan mendukung dan mempromosikan pemberian ASI eksklusif, 

karena ibu menjadi lebih cepat tanggap bila bayi ingin menyusu. 

Bayi bisa menyusu lebih lama dan lebih sering. Bila bayi dibawa ke 

fasilitas kesehatan dan bayi tidak mampu menelan ASI dapat 

dilakukan pemasangan Oro Gastric Tube (OGT) untuk dirujuk ke 

fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.  

c. Dukungan  

Keluarga memberikan dukungan pada ibu dan bayi untuk 

pelaksanaan perawatan metoda kanguru. Di fasilitas kesehatan  

pelaksanaan PMK akan dibantu oleh petugas kesehatan. 

d. Pemantauan  

BBLR yang dirawat di fasilitas kesehatan yang dapat dipulangkan 

lebih cepat (berat < 2000 gram) harus dipantau untuk tumbuh 

kembangnya. jika  didapatkan tanda bahaya harus dirujuk ke 

fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. 

  

 


Kunjungi BBLR minimal dua kali dalam minggu pertama, dan 

selanjutnya sekali dalam setiap minggu sampai berat bayi 2500 

gram dengan memperpakai  algoritma MTBM. 

Hal- hal yang perlu dipantau selama PMK: 

1) Pastikan suhu aksila normal (36,5 – 37,5 ° C ) 

2) Pastikan pernapasan normal (30-60 X/menit) 

3) Pastikan tidak ada tanda bahaya 

4) Pastikan bayi mendapatkan ASI yang cukup (minimal menyusu 

tiap 2 jam) 

5) Pastikan pertumbuhan dan perkembangan baik (berat badan 

akan turun pada minggu pertama antara 10-15%, pertambahan 

berat badan pada minggu kedua 15g/KgBB/hari). 

 

16. Memeriksa Status Penyuntikan Vitamin K1 dan Status Imunisasi pada 

Bayi Muda 

Periksalah status vitamin K1 bayi muda, apakah bayi muda sudah 

mendapat vitamin K1 yang harus diberikan segera  sesudah  lahir,  sesudah  

proses Inisiasi Menyusu Dini dan sebelum pemberian imunisasi 

Hepatitis B. 

Selain imunisasi Hepatitis B yang harus diberikan segera  sesudah  lahir, 

berikut ini adalah jadwal imunisasi yang harus diberikan kepada 

neonatus/ bayi muda. 

 

JADWAL IMUNISASI PADA NEONATUS/BAYI MUDA 

Umur  Jenis imunisasi 

 Lahir di rumah Lahir di sarana 

pelayanan kesehatan 

0-7 hari HB-0 HB-0, BCG, Polio 1 

1 bulan BCG dan Polio 1 ----------------------- 

2 bulan DPT-HB dan Polio 2 DPT-HB 1 dan Polio 2 

 

Catatan : di daerah yang mendapat polio intramuscular, imunisasi 

Polio 1 diberikan pada umur 2 bulan. 

 

17. Konseling Bagi Ibu 

Petugas kesehatan memberitahu ibu kapan harus kembali ke klinik 

dan juga mengajari ibu untuk mengenali tanda-tanda yang 

menunjukkan kapan anak harus segera dibawa ke klinik serta menilai 

praktik pemberian ASI dan memberikan konseling untuk mengatasi 

masalah yang ditemukan. Konseling meliputi juga untuk kesehatan 

ibu sendiri. 

Berikan juga konseling tentang cara melanjutkan pengobatan di 

rumah, merawat bayi muda sehat maupun sakit termasuk melakukan 

asuhan dasar di rumah. Konseling diberikan pada bayi muda dengan 

klasifikasi kuning dan hijau. Lakukan konseling  sesudah  anda selesai 

memberikan tindakan/pengobatan. 

  

 

a. Mengpakai  Keterampilan Komunikasi yang Baik 

 Lakukan konseling bagi ibu untuk melanjutkan pengobatan di 

rumah dengan keterampilan komunikasi sebagai berikut: 

Tanya : Ajukan pertanyaan dan dengarkan 

jawaban ibu dengan seksama. Anda 

akan mengetahui apa saja yang telah 

dilakukan dengan benar dan apa yang 

masih perlu diubah.  

Puji : Jika ibu telah bertindak benar.  

Nasihati : Batasi nasihat kepada ibu untuk hal 

yang benar-benar tepat. pakai  

bahasa yang dimengerti ibu. 

Cek 

pemahaman 

: Ajukan pertanyaan untuk mengetahui 

apa yang telah dipahami ibu dan apa 

yang perlu dijelaskan lebih lanjut. 

Hindari pertanyaan yang jawabannya 

“ya” atau “tidak” 

b. Menasihati dan Mengajari Ibu Cara Pemberian Obat Oral di Rumah 

Langkah-langkah mengajari ibu cara pemberian obat di rumah 

adalah: 

1) Tunjukkan kepada ibu obat oral yang akan diberikan kepada 

bayi di rumah dan dosis pemberiannya.  

2) Jelaskan kepada ibu alasan pemberian obat tersebut. 

3) Peragakan cara mengukur/membuat satu dosis. 

4) Perhatikan cara ibu menyiapkan sendiri 1 dosis. 

5) Mintalah ibu memberi dosis pertama pada bayi di klinik. 

6) Terangkan dengan jelas cara memberikan obat, kemudian beri 

label dan bungkus obat. 

7) Jelaskan bahwa semua obat oral harus diberikan sesuai waktu 

yang dianjurkan, walaupun bayi telah menunjukkan 

perbaikan. 

8) Cek pemahaman ibu. 

c. Menasihati dan Mengajari Ibu Cara Mengobati Infeksi Bakteri Lokal 

di Rumah 

Ada 2 jenis infeksi bakteri lokal yang dapat diobati di rumah, yaitu 

Infeksi mata dan Infeksi kulit atau pusar. 

Langkah-langkah yang perlu dilakukan ketika mengajari ibu: 

1) Jelaskan cara memberi pengobatan tersebut. 

2) Amati cara ibu mempraktikkan di depan anda. 

3) Cek pemahaman ibu sebelum pulang.  

Berikut ini contoh pertanyaan untuk cek pemahaman ibu yang 

bayinya mempunyai klasifikasi infeksi bakteri lokal pada pusar dan 

anda sudah menjelaskan cara mengobati infeksi lokal pada pusar : 

“Apa yang ibu lakukan waktu merawat tali pusat bayi?” 

  


Ibu mungkin menjawab bahwa ia akan mengolesi dengan minyak 

tawon. Jawaban ibu menggambarkan bahwa ia belum memahami 

penjelasan yang anda berikan. Ulangi penjelasan anda dengan lebih 

jelas. 

d. Menasihati Ibu Tentang Cara Pemberian ASI 

Sebelum menasihati ibu, amati cara ibu menyusui bayinya. 

Kemudian nasihati sesuai dengan masalah yang ditemukan. 

Anjuran pemberian ASI eksklusif untuk bayi muda  

Makanan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan 

adalah ASI. Menyusui secara eksklusif berarti bayi hanya diberi 

ASI, tidak diberi tambahan makanan atau cairan lain. Berikan ASI 

sesuai keinginan bayi paling sedikit 8 kali sehari, pagi, siang, sore 

maupun malam. 

Pada hari-hari pertama  sesudah  kelahiran jika  bayi dibiarkan 

menyusu sesuai keinginannya dan tidak diberikan cairan lain maka 

akan dihasilkan secara bertahap 10 – 100 mL ASI per hari. Produksi 

ASI akan optimal  sesudah  hari 10-14. Bayi sehat akan 

mengkonsumsi 700-800 mL ASI per hari (kisaran 600-1000 mL). 

 sesudah  6 bulan pertama produksi ASI akan menurun menjadi 400-

700 mL sehingga diperlukan makanan pendamping ASI.  sesudah  1 

tahun, produksi ASI hanya sekitar 300-500 mL sehingga makanan 

padat menjadi makanan utama. 

Pada bayi, ada  3 jenis refleks yang berhubungan dengan proses 

menyusu, yaitu: 

1) Refleks mencari puting susu (rooting reflex)  

BBL akan menoleh ke arah pipi yang disentuh. Bayi akan 

membuka mulutnya jika  bibirnya disentuh dan berusaha 

untuk mengisap benda yang disentuhkan tersebut. 

2) Refleks mengisap (suckling reflex)  

Rangsangan puting susu pada langit-langit bayi menimbulkan 

refleks mengisap. Isapan ini akan memicu  areola dan 

puting susu ibu tertekan gusi, lidah dan langit-langit bayi, 

sehingga sinus laktiferus di bawah areola tertekan dan ASI 

terpancar keluar. 

3) Refleks menelan (swallowing reflex)  

ASI di dalam mulut bayi akan didorong oleh lidah ke arah 

faring, sehingga menimbulkan refleks menelan. 

Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang manfaat kontak 

langsung ibu-bayi dan anjurkan untuk menyusui bayinya sesering 

mungkin untuk merangsang produksi ASI sehingga mencukupi 

kebutuhan bayi. Yakinkan ibu dan keluarganya bahwa kolostrum 

(susu beberapa hari pertama kelahiran) adalah zat bergizi dan 

mengandung zat-zat kekebalan tubuh. Minta ibu untuk memberi 

ASI sesuai dengan keinginan atau tanda dari bayinya. Biarkan bayi 

menyusu pada satu payudara hingga puas atau bayi melepas 

  


sendiri puting susu ibu (sekitar 15-20 menit). Berikan payudara sisi 

lainnya hanya bila bayi masih menunjukkan tanda ingin menyusu. 

Jelaskan pada ibu bahwa membatasi lama bayi menyusu akan 

mengurangi jumlah nutrisi yang diterima bayi dan akan 

menurunkan produksi susunya. Anjurkan ibu untuk bertanya 

mengenai cara pemberian ASI dan kemudian beri jawaban lengkap 

dan jelas. Pesankan untuk mencari pertolongan bila ada masalah 

dengan pemberian ASI. 

e. Cara Menyusui yang Benar 

1) Menyusui dalam posisi dan perlekatan yang benar, sehingga 

menyusui efektif. 

2) Menyusui minimal 8 kali sehari semalam (24 jam) 

3) Menyusui kanan-kiri secara bergantian, hanya berpindah ke 

sisi lain  sesudah  mengosongkan payudara yang sedang 

disusukan.  

4) Keuntungan pengosongan payudara adalah: 

a) Mencegah pembengkakan payudara 

b) Meningkatkan produksi ASI 

c) Bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap (ASI awal 

dan akhir) 

 

POSISI MENYUSUI  

Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan keberhasilan pemberian 

ASI dan mencegah lecet puting susu. Pastikan ibu memeluk bayinya 

dengan benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukan, 

terutama jika ibu pertama kali menyusui atau ibu berusia sangat 

muda. 

Posisi ibu yang benar saat menyusui akan memberikan rasa nyaman 

selama ibu menyusui bayinya dan juga akan membantu bayi 

melakukan isapan yang efektif. 

Posisi menyusui yang benar adalah:  

• Jika ibu menyusui bayi dengan posisi duduk santai, punggung 

bersandar dan kaki tidak menggantung. 

• Jika ibu menyusui sambil berbaring, maka harus dijaga agar 

hidung bayi tidak tertutup. 

Kemudian tunjukkan kepada ibu cara melekatkan bayi. Ibu 

hendaknya: 

• Menyentuhkan puting susu ke bibir bayi. 

• Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. 

• Segera mendekatkan bayi ke arah payudara sedemikian rupa 

sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu. 

  

 

 

                       

Posisi menyusui yang diuraikan di atas adalah posisi dimana ibu telah 

memiliki kemampuan untuk duduk dan melakukan mobilisasi 

secukupnya. Masih ada beberapa posisi alternatif lain yang 

disesuaikan dengan kemampuan ibu  sesudah  melahirkan anaknya, 

misalnya posisi berbaring telentang, miring kiri atau miring kanan dan 

sebagainya. Posisi ibu berbaring telentang dan setengah duduk 

mungkin lebih sesuai untuk pemberian ASI dini. 

Posisi menyusui yang benar akan membantu bayi untuk melekat 

dengan baik pada payudara ibu. 

 

jika  posisi menyusu dan perlekatan ke payudara benar maka bayi 

akan mengisap dengan efektif. 


Tanda bayi mengisap dengan efektif adalah bayi mengisap secara 

dalam, teratur yang diselingi istirahat. 

Pada saat bayi mengisap ASI, hanya terdengar suara bayi 

 

f. Mengajari Ibu Cara Meningkatkan Produksi ASI 

Kegagalan seorang ibu memberikan ASI secara eksklusif antara lain 

disebabkan ibu merasa produksi ASI-nya sedikit. ASI akan keluar 

lebih banyak jika payudara mendapatkan rangsang yang lebih lama 

dan lebih sering. Anda perlu mengajari ibu cara meningkatkan 

produksi ASI. 

 

 

 

 

 

 

 

g. Mengatasi Masalah Pemberian ASI pada Bayi 

MASALAH PEMECAHAN 

Bayi 

banyak 

menangis 

atau rewel 

• Jelaskan bahwa hal ini tidak selalu terkait dengan ganguan 

pemberian ASI. 

• Periksa popok bayi, mungkin basah. 

• Gendong bayi mungkin perlu perhatian. 

• Susui bayi, beberapa bayi membutuhkan lebih banyak minum 

daripada bayi lainnya 

Bayi tidak 

tidur 

sepanjang 

malam 

• Merupakan proses alamiah, karena bayi muda perlu menyusu 

lebih seirng  

• Tidurkan bayi disamping ibu dan lebih sering disusui pada 

malam hari. 

• Jangan berikan makanan lain 

Bayi 

menolak 

untuk 

menyusu 

• Mungkin bayi bingung puting, karena sudah diberi susu botol 

• Tetap berikan hanya ASI (tunggu sampai bayi betul-betul lapar) 

• Berikan perhatian dan kasih sayang 

• Pastikan bayi menyusu sampai air susu habis 

• Lihat tata laksana dalam algoritma, kalau perlu dirujuk  

Bayi 

bingung 

puting 

• Jangan mudah mengganti ASI dengan susu formula tanpa 

indikasi medis yang tepat 

• Ajarkan ibu posisi dan cara melekat yang benar 

• Secara bertahap tawarkan selalu payudara setiap kali bayi 

menunjukkan keinginan untuk minum 

• ASI tetap dapat diperah dan diberikan pada bayi dengan cangkir 

atau sendok, sampai bayi dapat kembali menyusu. Bila ada 

indikasi medis dapat diberikan susu formula. Jangan 

mengpakai  botol, dot dan kempeng.  

Bayi 

prematur 

dan bayi 

kecil 

(BBLR) 

• Berikan ASI sesering mungkin walaupun waktu menyusuinya 

pendek-pendek. BBLR minum setidaknya setiap 2 jam. 

• Jika belum bisa menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau 

pompa. Berikan ASI dengan sendok atau cangkir 

• Untuk merangsang mengisap, sentuh langit-langit bayi dengan 

jari ibu yang bersih 

Bayi 

kuning 

(ikterus) 

• Mulai menyusui segera  sesudah  bayi lahir 

• Susui bayi sesering mungkin tanpa dibatasi. ASI membantu 

bayi mengatasi kuning lebih cepat 

Bayi sakit • Teruskan menyusui. Lihat tatalaksana dalam algoritma, kalau 

perlu rujuk 

 

MENGAJARI IBU CARA MENINGKATKAN PRODUKSI ASI 

• Cara untuk meningkatkan ASI adalah dengan menyusui sesering mungkin. 

• Menyuseui lebih sering akan lebih baik karena merupakan kebutuhan bayi. 

• Menyusu pada payudara kiri dan kanan secara bergantian 

• Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah payudara 

lainnya. 

• Jika bayi telah tidur lebih dari 2 jam, bangunkan dan langsung disusui 

  

  

MASALAH PEMECAHAN 

Bayi 

sumbing 

• Posisi bayi duduk 

• Puting dan aerola dipegang selagi menyusui, hal ini sangat 

membantu bayi mendapat ASI cukup 

• Ibu jari tibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir 

bayi 

• Jika sumbing pada bibir dan langit-langit, ASI dikeluarkan 

dnegan cara manula ataupun pompa, kemudian diberikan 

dengan sendok/pipet atau botol dengan dot panjang sehingga 

ASI dapat masuk dengan sempurna. Dengan cara ini bayi akan 

belajar mengisap dan menelan ASI, menyesuaikan dengan irama 

pernapasannya. 

Bayi 

kembar 

• Posisi yang mudah adalah posisi dibawah lengan (under arm) 

• Paling baik kedua bayi disusui secara bersamaan. 

• Susui lebih sering selama waktu yang diinginkan masing-

masing bayi, umurnya > 20 menit.  

Bayi 

banyak 

tidur 

Jika bayi selalu mengantuk dan tetap tertidur meskipun saat 

menyusu terakhirnya telah lewat dari 3 jam yang lalu ibu dapat 

mencoba menyusuinya dengan cara : 

• Letakkan bayi di dada ibu sesering mungkin sehingga dapat 

melihat tanda-tanda bayi mulai terjaga and dapat segera 

menawarinya untuk menyusu. 

• Redupkan cahaya dalam ruangan agar bayi mau membuka 

matanya. 

• Bangunkan bayi dengan cara : 

   Berbicara dengan bayi 

   Membuka selimut/pakaian bayi 

   Mengusap-usap wajah dan tubuh bayi 

   Memandikan bayi 

• Rangsang reflex rooting bayi dengan menyentuhkan puting ibu 

ke pipinya  

• Teteskan ASI perah ke mulut bayi 

• Setiap kali gerakan memerah ASI dari mulut bayi berkurang, 

gerakan payudara ke arah langit-langit mulut bayi. 

 

h. Mengatasi masalah pemberian ASI pada Ibu 

MASALAH PEMECAHAN 

Ibu khawatir 

bahwa ASI-nya 

tidak cukup 

untuk bayi 

(sindrom ASI 

kurang) 

• Katakan kepada ibu bahwa semakin sering menyusui, 

semakin banyak air susu yang diproduksi. 

• Susui bayi setiap minta. Jangan biarkan lebih dari 2 jam 

tanpa menyusul. Biarkan bayi menyusu sampai payudara 

terasa kosong. Berikan ASI dari kedua payudara. 

• Hindari pemberian makanan atau minuman selain ASI. 

Ibu mengatakan 

bahwa air 

susunya tidak 

keluar 

• Jelaskan cara memproduksi dan mengeluarkan ASI. Pada 

3 hari pertama pasca bersalin, hormon kehamilan masih 

tinggi sehingga aliran ASI masih sedikit. Namun 

kebutuhan bayi pada 3 hari pertama memang hanya 

berkisar 2-20 ml tiap kali menyusu. 

• Susul sesuai keinginan bayi dan lebih sering. 

• Jangan biarkan lebih dari 2 jam tanpa menyusul. 

Ibu mengatakan 

puting susunya 

terasa sakit 

(puting susu 

lecet 

• Ibu dapat terus memberikan ASI pada keadaan luka tidak 

begitu sakit. 

• Perbaiki posisi dan perlekatan. Olesi puting susu dengan 

ASI. Mulai menyusui dari puting yang paling tidak lecet 

• Puting susu dapat diistirahatkan sementara waktu, kurang 

  

 

MASALAH PEMECAHAN 

lebih 1x 24 jam jika puting lecet sangat berat. Selama 

puting diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan 

dengan alat pompa karena nyeri. 

• Berikan parasetamol 1 tablet tiap 4-6 jam untuk 

menghilangkan nyeri. pakai  BH yang menyongkong 

payudara 

• Jika ada luka/bercak putih pada puting susu, segera 

hubungi bidan 

Ibu memiliki 

puting 

datar/tenggelam 

• Tidak perlu memperbaiki kondisi puting sebelum 

persalinan. 

• Ajari posisi dan cara perlekatan yang benar 

• Ibu dan bayi perlu sesering mungkin melakukan kontak 

kulit dengan kulit untuk memberi kesempatan pada bayi 

menemukan sendiri posisi cara yang paling nyaman 

baginya untuk menyusu. 

• Bila bayi belum dapat melekat dengan baik pada minggu-

minggu pertama, ibu dapat memerah ASI dan memberinya 

dengan gelas. 

• Bisa juga mengpakai  spuit 10-30 ml yang dipotong 

ujungnya sehingga pendorong spuit 10-30 ml yang 

dipotong ujungnya sehingga pendorong spuit bisa 

dimasukan dari ujung tersebut. Ujung sisi yang tidak 

dipotong dapat dilekatkan ke aerola ibu dan pendorong 

spuit ditarik untuk merangsang penonjolan puting 

sebelum menyusui. 

• Seiring dengan pertumbuhan bayi, mulut bayi menjadi 

lebih besar dan keterampilannya untuk menyusupun 

meningkat. 

• Hindari penggunaan botol susu dan dot/ kempeng karena 

hanya akan menghalangi bayi untuk mampu menyusu. 

Ibu mengeluh 

payudaranya 

terlalu penih 

dan terasa sakit 

(payudara 

bengkak) 

• Usahakan menyusui sampai payudara kosong. 

• Kompres payudara dengan air hangat selama 5 menit. Urut 

payudara dari arah pangkal menuju puting. 

• Bantu ibu untuk memerah ASI sebelum menyusui kembali. 

• Susui bayi sesegera mungkin (setiap 2-3 jam)  sesudah  

payudara ibu tersa lebih lembut. Aoabila bayi tidak dapat 

menyusu, keluarkan ASI dan minumkan kepada bayi. 

Kompres payudara dengan kain dingin  sesudah  menyusui. 

Keringkan payudara 

• Jika masih sakit, perlu dicek apakah terjadi masititis 

Mastitis dan 

abses payudara 

• Beri antibiotika 

• Beri obat penghilang rasa nyeri 

• Kompres hangat. 

• Tetap berikan ASI dengan posisi yang benar sehingga bayi 

dapat mengisap dengan baik. 

• Jika telah terjadi abses, sebaiknya payuda yang sakit tidak 

disusukan, tetapi ASI harus tetap dikeluarkan dengan 

diperah untuk membantu proses penyembuhan dan 

menjaga produksi ASI. 

Ibu sakit dan 

tidak mau 

menyusui 

bayinya 

• Ibu yang menderita batuk pilek demam (selesma), diare 

atau penyakit ringan lainnya dapat tetap menyusui 

bayinya. ASI saat ibu sakit ringan tidak berbahaya, justru 

memberikan kekebalan pada bayi terhadap penyakit yang 

sedang diderita ibu. 

• Tidurkan bayi disamping ibu dan motivasi ibu supaya 

  

 

MASALAH PEMECAHAN 

tetap menyusui bayi 

• Jelaskan bahwa ibu dapat minum obat yang aman untuk 

ibu menyusui. Susui bayi sebelum ibu mimum obat. 

• Ibu jangan minum obat tanpa sepengetahuan 

dokter/bidan, karena mungkin dapat membahayakan bayi. 

Ibu bekerja • Susui bayi pagi hari sebelum berangkat kerja, segera 

 sesudah  pulang kerumah dan lebih sering pada malam hari. 

• Jika ada tempat penitipan bayi di tempat bekerja, susui 

bayi sesuai jadwal. Jika tidak ada, perah ASI di tempat 

bekerja. 

• ASI perah disimpan untuk dibawa pulag, atau dikirim ke 

rumah. 

• Pastikan pengasuh memberi ASI perah dengan cangkir 

atau sendok.n 

Ibu pasca bedah 

kaisar 

• Tumbuhkan rasa percaya diri ibu. Bedah kaisar tidak 

mempengaruhi produksi ASI. Ibu tetap dapat menyusui 

segera  sesudah  bayi lahir (melakukan Inisiasi Menyusu 

Dini), tetap dapat menyusul eksklusif hingga usia 6 bulan 

dan terus menyusui hingga usia 2 tahun atau lebih. 

• Komunikasikan pada ibu dan keluarga bahwa IMD pada 

bayi lahir dari bedah kisar umumnya memerlukan waktu 

sedikit lebih lama. 

• Posisi menyusui perlu disesuaikan dengan posisi yang 

paling nyaman bagi ibu terkait dengan nyeri pada luka 

operasi. Posisi menyusui sambil tidur miring dapat 

dilakukan dengan posisi dada bayi berhadapan dengan 

dada ibu.  sesudah  24 jam umumnya ibu boleh bergerak 

lebih leluasa, termasuk duduk, sehingga ibu dapat 

menyusui sambil duduk. 

• Rasa sakit yang berlebih  sesudah  operasi dapat 

mempengaruhi kepercayaan diri ibu untuk menyusui. 

Ingatkan ibu untuk mengkonsumsi obat sesuai anjaran 

dokter, termasuk obat anti nyeri. 

 

18. Perawatan Payudara 

Jelaskan pada ibu cara merawat payudaranya: 

a. Jika posisi bayi terhadap payudara tidak sesuai maka kecukupan 

nutrisi bayi tidak terjamin dan puting susu ibu mungkin mengalami 

trauma. Ingat bahwa ibu harus duduk atau berbaring dalam posisi 

yang nyaman dan bayi berada di dekatnya. Ibu tidak boleh 

mencondongkan tubuh ke arah bayi saat menyusui, tapi ibu harus 

dapat membawa bayi ke arahnya. Harus disediakan atau pakai  

beberapa bantal untuk membantu ibu menopang bayinya atau 

letakkan bayi diatasnya agar tinggi posisi bayi sesuai.  

b. Minta ibu untuk memastikan bahwa puting susunya tetap bersih 

dan kering. Anjurkan ibu untuk mengeringkan payudaranya  sesudah  

menyusukan bayi. Keringkan puting dengan diangin-anginkan 

sebelum ibu mengenakan pakaian. Jangan mengpakai  kain atau 

handuk untuk mengeringkan puting karena akan mengiritasi.  

c. Yakinkan bahwa puting susu lecet dan retak bukan merupakan hal 

yang berbahaya dan tidak menghalangi ibu untuk terus 

menyusukan bayinya. Jika puting susu ibu lecet dan retak, amati 

 

cara ibu menyusukan bayinya karena cara yang salah dapat 

menimbulkan hal tersebut. Untuk mencegah retak dan lecet, 

ajarkan ibu untuk mengeluarkan sedikit ASInya kemudian 

dioleskan ke puting susunya.  

d. Jelaskan cara mengkaji gejala dan tanda tersumbatnya saluran ASI 

atau mastitis kepada ibu dan keluarganya. Jika hal tersebut terjadi 

maka anjurkan ibu untuk mencari pertolongan segera tetapi tetap 

meneruskan pemberian ASI. Jelaskan mungkin ia mengalami 

masalah dengan payudaranya jika  tampak gejala atau tanda 

berikut ini:  

1) Bintik atau garis merah atau panas pada salah satu atau 

kedua payudara 

2) Gumpalan atau pembengkakan yang terasa nyeri 

3) Demam (suhu lebih dari 38°C) 

19. Cara Mengeluarkan/Memerah ASI 

Cara mengeluarkan ASI yang akan dibahas disini adalah memerah ASI 

mengpakai  tangan. Cara ini paling baik, cepat, efektif dan 

ekonomis. Oleh karena itu ibu dianjurkan melakukan cara ini. 

a. Cuci tangan ibu sebelum memegang payudara. 

b. Cari posisi yang nyaman, duduk atau berdiri dengan santai.  

c. Pegang cangkir yang bersih untuk menampung ASI.  

d. Condongkan badan ke depan dan sangga payudara dengan tangan. 

e. Letakkan ibu jari pada batas atas areola mamae dan letakkan jari 

telunjuk pada batas areola bagian bawah.  

f. Tekan kedua jari ini ke dalam ke arah dinding dada tanpa 

menggeser letak kedua jari tadi.  

g. Pijat daerah di antara kedua jari tadi ke arah depan sehingga akan 

memerah dan mengeluarkan ASI. Jangan menekan, memijat atau 

menarik puting susu karena ini tidak akan mengeluarkan ASI dan 

akan memicu  rasa sakit. 

1) Ulangi gerakan tangan, pijat dan lepas beberapa kali. 

a)  sesudah  pancaran ASI berkurang, pindahkan posisi ibu jari 

dan telunjuk tadi dengan cara berputar pada sisi-sisi lain 

dari batas areola dengan kedua jari selalu berhadapan. 

b) Lakukan hal yang sama pada setiap posisi sampai payudara 

kosong. 

 


20. Cara Menyimpan ASI 

ASI yang telah ditampung di cangkir atau gelas bertutup, dapat 

disimpan dengan cara sebagai berikut: 

a. Pada suhu kamar/di udara terbuka (26OC), tahan disimpan selama 

6-8 jam 

b. Disimpan di termos es, tahan selama 24 jam.  

c. Disimpan dalam lemari es, tahan sampai 2-3 hari.  

d. Disimpan dalam Freezer. 

1) Bila lemari es 1 pintu tahan sampai 2 minggu 

2) Bila lemari es 2 pintu/khusus freezer tahan sampai 3 bulan 

21. Cara Memberikan ASI  sesudah  Disimpan 

Memberikan ASI yang disimpan dapat dilakukan oleh semua orang – 

tidak harus ibu bayi. Caranya adalah: 

a. Cuci tangan sebelum memegang cangkir/gelas bertutup berisi ASI.  

b. ASI yang disimpan pada suhu kamar, dapat segera diberikan 

sebelum masa simpan berakhir (8 jam). 

c. ASI yang disimpan di termos atau lemari es, terlebih dahulu harus 

dihangatkan. Rendam cangkir yang berisi ASI dalam mangkok berisi 

air hangat. Tunggu sampai ASI mencapai suhu kamar. Jangan 

memanaskan ASI di atas api/kompor. 

d. Berikan ASI dengan sendok yang bersih, jangan pakai botol dan dot. 

 

22. Cara Memberikan ASI dengan Cangkir 

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian susu dengan 

cangkir adalah: 

a. Mulai dengan 80 ml/kg BB/hari. Selanjutnya ditingkatkan volume 

10-20 ml/kg BB/hari. 

b. Hitung masukan cairan dalam 24 jam, bagi menjadi 8 kali 

pemberian 

c. Untuk bayi sakit atau kecil, berikan setiap 2 jam. 

  

23. Relaktasi 

Relaktasi adalah sebuah proses untuk kembali menyusui.  

Beberapa kondisi dapat memicu  bayi tidak mendapatkan ASI, 

seperti: bayi diberi susu formula sejak lahir tanpa indikasi medis, bayi 

sakit sehingga tidak mampu atau tidak ada kesempatan untuk 

menyusu, ibu berhenti menyusui karena sakit atau bayi adalah anak 

adopsi.  

Umumnya bayi tidak mendapatkan ASI karena kurangnya informasi 

dan keterampilan yang diberikan kepada ibu tentang menyusui. 

Relaktasi dapat dimulai kapan pun. Bila bayi masih sesekali menyusu, 

dengan relaktasi produksi ASI akan meningkat dalam beberapa hari 

sehingga bayi tidak lagi membutuhkan susu formula atau MP-ASI 

sebelum waktunya. Bila bayi telah berhenti menyusu, relaktasi akan 

merangsang kembalinya produksi ASI dalam waktu 1-2 minggu. 

 

Semakin muda bayi, semakin cepat produksi ASI kembali dapat 

memenuhi kebutuhan bayi. 

 

Langkah relaktasi: 

a. Bangun komunikasi 2 arah dengan ibu dan keluarga, cari pemicu  

bayi tidak menyusu 

b. Diskusikan keuntungan menyusui dan kerugian susu formula atau 

kerugian MP-ASI yang diberikan sebelum usia 6 bulan 

c. Bangun rasa percaya diri ibu dan beri dukungan  

d. Berikan langkah-langkah untuk kembali menyusui secara bertahap: 

1) Bila bayi mengpakai  botol dan kempeng, hentikan 

penggunaan botol dan kempeng. ASI perah / susu formula 

diberikan dengan gelas. 

2) Ajarkan ibu mengenali tanda-tanda bayi ingin menyusu dan 

minta ibu untuk meletakkan bayi pada payudara setiap kali 

bayi ingin menyusu. 

3) Lihat cara ibu memposisikan dan melekatkan bayi pada 

payudara, bila perlu perbaiki dan beri arahan. 

4) Bila bayi menolak menyusu pada payudara karena belum ada 

ASI yang keluar, maka bayi dapat dirangsang untuk melekat 

pada payudara dengan meneteskan ASI perah / susu formula 

pada puting susu.  

5) Bila bayi telah dapat melekat dengan baik pada payudara 

namun produksi ASI belum dapat memenuhi kebutuhan bayi, 

maka ASI perah atau susu formula dapat diberikan dengan 

bantuan selang yang dilekatkan pada payudara seperti pada 

gambar. ASI perah / susu formula sejumlah yang diperlukan 

bayi diletakkan dalam gelas. Selang NGT halus (no.5) 

dilekatkan pada payudara sedemikian rupa sehingga ujung 

selang yang halus sejajar dengan ujung puting, sementara 

ujung selang yg besar terendam susu di dalam gelas. Sebelum 

dan sesudah dipakai  pastikan selang dan gelas telah 

dibersihkan dengan air matang hangat. ASI perah / susu 

formula dalam gelas dikurangi secara bertahap (kurangi 30-60 

ml tiap harinya), seiring dengan meningkatnya produksi ASI 

sehingga pada akhirnya bayi kembali menyusu sepenuhnya. 

 


24. Mengajari Cara Merawat Tali Pusat 

Infeksi merupakan salah satu pemicu  kesakitan tertinggi pada bayi 

baru lahir. Untuk mengurangi kejadian infeksi tersebut, anda dapat 

mengajarkan ibu tentang cara merawat tali pusat bayi dan pemberian 

imunisasi.  

Ibu dan anggota keluarga lainnya dapat merawat tali pusat sampai tali 

pusat puput/lepas. Ajarkan ibu cara merawat tali pusat secara benar 

di rumah.  

Bila tali pusat belum puput, sebelum mandi pastikan tidak ada nanah 

atau kemerahan pada tali pusat dan  sesudah  mandi keringkan tali 

pusat dengan seksama. 

 

25. Menasihati Ibu untuk Memberikan Cairan Tambahan pada Waktu Bayi 

Sakit 

Bayi muda sakit dapat mengalami kehilangan cairan karena demam, 

napas cepat, atau diare. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI lebih 

sering (jika bayi hanya mendapat ASI). Jika bayi menderita diare, beri 

cairan tambahan sesuai Rencana Terapi A atau B. Bayi akan merasa 

lebih baik dan tetap kuat jika  ia cukup mendapat cairan. 

 


26. Menasihati Ibu Kapan Harus Segera Membawa Bayi ke Petugas 

Kesehatan dan Kapan Kunjungan Ulang 

Setiap ibu yang bayinya sakit perlu diberitahu kapan harus segera 

dibawa ke petugas kesehatan dan kapan harus membawa bayinya 

untuk kunjungan ulang sebagai berikut: 

a. SEGERA MEMBAWA bayinya ke petugas kesehatan jika timbul 

tanda-tanda penyakitnya bertambah parah. 

b. MEMBAWA bayinya untuk kunjungan ulang pada kurun waktu 

tertentu untuk mengecek kemajuan pengobatan dengan antibiotik 

ATAU untuk pemberian imunisasi berikutnya (kunjungan bayi 

sehat) 

Menasihati Ibu Kapan Kembali Segera 

Di bawah ini adalah daftar gejala yang menjadi petunjuk kapan ibu 

harus membawa bayinya segera ke petugas kesehatan. 

 

MENASIHATI IBU UNTUK MENINGKATKAN PEMBERIAN CAIRAN 

SELAMA ANAK SAKIT 

Untuk setiap bayi sakit : 

• Berikan ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali 

menyusui. 

 

Untuk bayi diare : 

• Pemberian cairan tambahan akan dapat menyelamatkan 

nyawa bayi. Beri cairan tambahan sesuai Rencana Terapi A 

atau B 

  


 

 

Menasihati Ibu Kapan Kunjungan Ulang  

 sesudah  anda selesai memberikan konseling, sampaikan kepada ibu 

kapan harus kembali untuk kunjungan ulang (lihat tabel di bawah). 

Jika bayi juga mempunyai klasifikasi Berat Badan Rendah Menurut 

Umur (>1 klasifikasi) maka waktu untuk kunjungan ulang adalah 

waktu yang lebih pendek yaitu 2 hari. 

 


 

27. Pelayanan Tindak Lanjut 

a. Beberapa bayi muda perlu dilihat lebih dari satu kali untuk satu 

episode sakit saat ini. 

b. Proses penatalaksanaan kasus dari MTBS membantu 

mengidentifikasi bayi muda yang memerlukan kunjungan ulang 

c. Jika bayi muda tersebut dibawa kembali ke klinik, petugas 

kesehatan memberikan pelayanan tindak lanjut seperti yang 

disebutkan dalam pedoman MTBS.  

Selain itu selalu lakukan penilaian lengkap pada bayi muda yang 

datang untuk kunjungan ulang. 

Pada saat bayi dibawa untuk kunjungan ulang, periksalah bayi untuk 

melihat perkembangan penyakitnya, apakah membaik, tidak ada 

perubahan atau memburuk. Kemungkinan anda menemukan masalah 

atau klasifikasi penyakit yang baru.  

jika  ditemukan: klasifikasi kuning berubah menjadi hijau, artinya 

keadaan bayi muda membaik. Klasifikasi yang tetap kuning berarti 

keadaan bayi muda tetap. Jika klasifikasi kuning menjadi merah, 

keadaan bayi muda memburuk. 

• Gerakan bayi berkurang atau tidak normal. 

• Napas cepat 

• Sesak napas. 

• Perubahan warna kulit (kebiruan, kuning) 

• Malas/tidak bisa menyusu atau minum. 

• Badan teraba dingin atau panas. 

• Jika kulit kuning bertambah. 

 B t b h h 

MENASIHATI IBU KAPAN KUNJUNGAN ULANG 

 

Bayi dengan klasifikasi Waktu kunjungan ulang 

• Infeksi bakteri lokal 

• Diare dehidrasi ringan/sedang 

• Diare tanpa dehidrasi 

• Ikterus 

• Masalah pemberian ASI 

• Luka atau bercak putih di mulut 

(thrush) 

 

 

 

2 hari 

• Berat badan rendah menurut umur 14 hari 

 

 

 

RUJUKLAH BAYI MUDA KE RUMAH SAKIT jika: 

• Keadaan bayi memburuk ATAU 

• Keadaan bayi tetap dan obat pilihan kedua tidak tersedia ATAU 

• Anda khawatir tentang keadaan bayi muda ATAU 

• Anda tidak tahu harus berbuat apa dengan bayi muda 

 

a. Kunjungan Ulang bakteri Lokal 

 

 

b. Kunjungan Ulang Ikterus 

 

 

INFEKSI BAKTERI LOKAL 

 

Sesudah 2 hari : 

      Periksa : Lakukan penilaian lengkap 

• Periksa mata, apakah bernanah, apakah nanah 

bertambah banyak? 

• Periksa pusar, apakah merah/keluar nanah? 

Apakah merah meluas? 

• Periksa pustul pada kulit 

 

Tindakan 

• Jika menetap atau bertambah parah, RUJUK 

SEGERA 

• Jika membaik 

   Untuk pustule kulit dan pusar bernanah 

terusakan pemberian antibiotic oral sampai 

5 hari. 

   Untuk mata bernanah, lanjutkan obat 

tetes/salep 

     

      

 

IKTERUS  

 

Sesudah 2 hari : 

Tanyakan : 

• Apakah kencing ≥ 6 kali sehari semalam? 

• Apakah bayi sering buang ari besar? 

• Periksa : lakukan penilaian lengkap 

Tindakan : 

• Jika didapat klasifikasi IKTERUS BERAT, lakukan 

tindakan/pengobatan sesuai bagan 

• Jika tetap klasifikasi IKTERUS disertai : 

• Kencing ≥ 6 kali sehari semalam, ajari ibu cara merawat 

bayi yang tidak perlu rujukan dan kunjungan ulang 2 

hari 

• Kencing < 6 kali sehari semalam lakukan penilaian ulang 

pemberian ASI, tindakan/pengobatan sesuai bagan. 

• Jika kuning berkurang/menghilang, puji ibu  

• Kunjungan ulang saat bayi berumur 14 hari 


c. Kunjungan Ulang Diare Tanpa dehidrasi dan Dehidrasi 

Ringan/Sedang 

 

d. Kunjungan Ulang Berat Badan Rendah Menurut Umur 

 

 

e. Kunjungan Ulang Untuk Masalah Pemberian ASI 

 

 

 

DIARE TANPA DEHIDRASI DAN DEHIDRASI RINGAN/SEDANG 

Sesudah 2 hari : 

Periksa: 

• Lakukan penilaian lengkap. 

• Apakah berat badan turun ≥ 10% dari kunjungan sebelumnya? 

Tindakan : 

• Jika didapatkan klasifikasi diare dehidrasi berat atau berat badan 

turun ≥ 10% dari kunjungan sebelumnya, lakukan 

tindakan/pengobatan sesuai bagan, rujuk segera 

• Jika klasifikasi tetap diare dehidrasi ringan/sedang, lakukan 

rencana Terapi B 

• Jika didapatkan klasifikasi diare tanpa dehidrasi, lakukan rencana 

t i A 

           

BERAT BADAN RENDAH MENURUT UMUR 

 

Sesudah 14 hari: 

Periksa : lakukan penilaian lengkap 

• Tetapkan apakah berat badan menurut umur masih rendah. 

• Lakukan penilaian cara menyusui 

 

Tindakan: 

• Lakukan tindakan/pengobatan sesuai klasifikasi yang 

ditemukan 

MASALAH PEMBERIAN ASI 

 

Sesudah 2 hari : 

Tanya: masalah pemberian ASI yang ditemukan saat kunjungan pertama 

Periksa : lakukan penilaian lengkap 

Tindakan : 

• Jika bayi sudah dapat menyusu dengan baik, puji ibu dan beri 

motivasi untuk meneruskan pemberian ASI yang baik. 

• Jika masih ada  masalah pemberian ASI, RUJUK SEGERA 

 

f. Luka atau bercak Putih (Thrush) di mulut 

 

 

 

 

28. Masalah Yang Paling Sering Dijumpai Pada Bayi Baru Lahir 

Buang air besar dan buang air kecil pada hari – hari pertama 

Sekitar 95 % bayi kencing dalam 24 jam pertama dan mengeluarkan 

mekonium (feses yang pertama keluar berwarna hijau kehitaman) 

dalam 24 jam pertama. Sebagian besar bayi akan kencing segera 

 sesudah  ia lahir dan kemudian tidak kencing atau hanya 2-3 kali buang 

air kecil dalam 24 jam selama 3 hari pertama. Bila dalam 24 jam bayi 

belum BAK atau belum buang air besar, perlu mendapat perhatian 

khusus. Evaluasi lebih lanjut perlu dilakukan dan rujukan bila perlu. 

Pada akhir minggu pertama bayi akan buang air kecil 5-6 kali per hari 

dan 3-4 kali buang air besar per hari dengan konsistensi tinja mulai 

seperti pasta gigi dan warna mulai kekuningan. Namun buang air 

besar pada bayi ASI eksklusif sesungguhnya sangat bervariasi dalam 

hal frekuensi dan warna. Kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan sama 

sekali sepanjang bayi tetap aktif, dapat menangis kuat dan menyusu 

dengan baik. 

 

Bayi rewel 

Bayi rewel atau menangis tidak selalu karena lapar. Rewel bisa 

disebabkan mengompol, kepanasan/kedinginan, terlalu lelah atau 

ingin tidur, ingin ditimang atau mendengar suara ibunya, merasa 

sendiri, atau memang ada yang tidak nyaman/nyeri pada tubuhnya. 

Terkadang kandungan susu sapi (susu, biskuit, roti dan lainnya) atau 

kafein (teh, kopi, coklat) pada makanan/minuman ibu juga dapat 

menjadi pemicu nya. Susu sapi memicu alergi, sementara kafein 

dapat membuat bayi sulit tidur dan gelisah. Cari pemicu  bayi rewel, 

berikan dukungan dan rasa percaya diri pada ibu. 

LUKA ATAU BERCAK PUTIH (THRUSH) DI MULUT 

Sesudah 2 hari : 

Periksa: Lakukan penilaian lengkap 

• Penilaian tentang cara menyusui 

• Bagaimana keadaan thrush saat ini? 

Tindakan : 

• Jika thrush  bertambah parah atau bayi mempunyai masalah 

dalam menyusui, RUJUK SEGERA 

• Jika thrush membaik dan bayi menyusu dengan baik, puji 

ibu dan lanjutkan pemberian Gentian Violet 0,25% atau 

Nistatin suspense sampai seluruhnya 7 hari. 

• Jika thrush menetap dan/atau bayi tidak mau menyusu 

dengan baik, kunjungan ulang 2 hari. 

• jika  dalam kunjungan ulang kedua keluhan menetap, 

RUJUK SEGERA.  

  

a. Jika bayi terlalu rewel hingga sulit untuk menyusu, cobalah 

beberapa hal berikut. 

b. Lakukan evaluasi kondisi bayi berdasarkan MTBM. Yakinkan bayi 

tidak menderita suatu penyakit. 

c. Letakkan bayi di dada ibu, lakukan kontak kulit dengan kulit 

sesering dan selama mungkin. 

d. Mandikan bayi dan bermain bersamanya.  

e. Pijat bayi (ayah dan ibu melakukan pijat bayi sendiri).  

f. Dengarkan musik bersama atau menyanyikan lagu untuk buah 

hati. 

Bayi Kolik 

Bayi kolik ditandai dengan tangisan bayi begitu keras tanpa sebab 

yang jelas dan amat sulit ditenangkan disertai gerakan bayi 

menekukkan kakinya ke arah perut atau berusaha 

menggerakkan/mengangkat punggungnya. Kolik kerap dikaitkan 

dengan masalah pada saluran cerna bayi, alergi makanan atau 

masalah psikologis bayi dan keluarga. Bila pada pemeriksaan semua 

hal didapati dalam batas normal, tangisan akan berkurang pada usia 

3 bulan dan akhirnya akan menghilang dengan sendirinya. 

Pertumbuhan bayi kolik umumnya normal. 

 

Mengatasi kolik:  

a. Lakukan evaluasi kesehatan bayi secara umum, riwayat kehamilan 

dan persalinan, saat dan lama bayi menangis, pola buang air besar 

dan feses bayi, penilaian menyusui, pola makan ibu, riwayat alergi 

pada keluarga serta bagaimana reaksi orangtua pada tangisan bayi. 

b. Dukung dan tumbuhkan rasa percaya diri ayah dan ibu. Kepanikan 

orangtua hanya akan membuat bayi lebih sulit untuk tenang. 

c. Ayah dan ibu dapat membantu membuat bayi nyaman (lihat 

gambar cara menggendong bayi kolik), tanggap dan cepat merespon 

kondisi bayi, menyusui sesuai petunjuk alami dari bayi dan tetap 

tenang.  

d. Meminta bantuan dari anggota keluarga yang lain untuk membantu 

mengurus bayi dapat dilakukan agar ayah dan ibu juga punya 

waktu untuk beristirahat.  

e. Bila ada masalah alergi makanan, tentu pencetus alergi harus 

dihindari.  

f. Bila ada masalah pada saluran cerna bayi (gumoh berlebih atau 

diare), maka masalah tersebut harus diatasi sesuai dengan 

pedoman. 

 


Gumoh 

Gumoh normal dialami oleh sebagian besar bayi pada usia 0-12 bulan. 

Gumoh bukan muntah. Gumoh yaitu keluarnya sebagian isi lambung 

tanpa didahului rasa mual dan tanpa peningkatan tekanan dalam 

perut bayi. Isi lambung mengalir keluar begitu saja. Bayi kurang bulan 

umumnya lebih sering mengalami gumoh dibanding bayi cukup bulan.  

Gumoh terjadi karena:  

a. Lambung bayi masih berada dalam posisi agak mendatar, belum 

cukup tegak seperti posisi lambung pada anak yang lebih besar 

atau orang dewasa. 

b. Sebagian lambung bayi masih berada pada rongga dada. 

c. Besar lambung yang relatif kecil 

d. Fungsi penutupan mulut lambung dan esofagus (saluran cerna 

atas) belum sempurna. 

Ukuran, letak, posisi, dan fungsi lambung akan membaik seiring 

dengan bertambahnya usia sehingga gumoh pun akan berkurang dan 

menghilang. Secara umum, gumoh mulai berkurang sekitar usia 6 

bulan. Namun, gumoh perlu dievaluasi lebih lanjut dan dirujuk jika: 

a. Bayi mengalami kolik yang tidak teratasi 

b. Bayi tidak mau / sulit menetek namun pemicu nya tidak jelas. 

c. Berat badan bayi tidak meningkat sesuai kurva pertumbuhannya.  

d. ada  batuk lama yang tidak jelas pemicu nya. 

e. ada  darah dalam cairan gumoh yang keluar 

Cara mengatasi gumoh: 

a. Menyusui hanya pada satu payudara. Payudara yang lain 

dipakai  untuk menyusui pada kesempatan berikutnya, kecuali 

bayi masih menunjukkan keinginannya untuk menyusu lagi. 

b. Menyendawakan bayi dengan cara menegakkan bayi dalam posisi 

berdiri menghadap dada ibu dan diberi tepukan ringan pada 

punggung bayi selama beberapa saat. Proses penyendawaan kadang 

diikuti dengan bunyi khas yang timbul akibat gerakan peristaltik 

esofagus, tetapi hal ini tidak harus terjadi. 

  

 

c.  sesudah  selesai menyusu, bayi diletakkan/digendong dengan posisi 

kepala lebih tinggi dari kaki sekitar 300 - 450. 

d. Tidak mengayun/mengoyang/memijat bayi (terutama daerah 

perut)/melakukan senam bayi sesaat  sesudah  bayi menyusu. 

 

Hidung tersumbat  

Hidung tersumbat adalah keluhan yang umum dijumpai sehari-hari 

pada usia 0-3 bulan. Bayi mutlak bernapas melalui hidung, sehingga 

sedikit saja ada sumbatan di lubang hidungnya yang masih amat kecil 

itu, maka gejala hidung tersumbat akan segera terdengar. Hidung 

tersumbat dapat disebabkan oleh pilek yang sebagian besar 

disebabkan oleh virus atau peradangan ringan akibat polusi udara 

(asap rokok, asap dalam rumah). Virus bersifat self limitted disease 

atau sembuh sendiri. 

 

Mengatasi hidung tersumbat: 

a. Lakukan evaluasi dan klasifikasi berdasarkan MTBM 

b. Tidak perlu antibiotik dan tidak ada terapi khusus yang diperlukan.  

c. Satu atau dua tetes ASI atau air garam steril pada tiap lubang 

hidung dapat membantu mengurangi dan mengencerkan lendir 

hidung yang menyumbat.  

d. Hal lain tentang hidung tersumbat pada bayi adalah terkadang kita 

tidak mendapatkan pilek pada bayi, namun ketika menyusu 

terdengar suara seperti hidung yang tersumbat. Kondisi ini tidak 

membutuhkan pertolongan khusus. Seiring dengan usia hidung dan 

saluran napasnya akan membesar dan dapat mengimbangi jumlah 

cairan yang secara normal dihasilkan saluran napas sehingga 

keluhan tersumbat akan menghilang. 

 

Cradle cap (Kerak Topi) 

Kerak topi umumnya timbul pada minggu pertama, namun dapat juga 

terjadi pada usia lebih dari 3-4 bulan. Kulit kepala bayi tampak dilapisi 

oleh lapisan kerak yang cukup tebal dan berminyak. Kadang kerak 

dapat juga dijumpai pada bagian kulit lain sepeti pada wajah, telinga, 

leher dan ketiak. Umumnya tidak gatal dan bayi tidak merasa 

terganggu. Kelainan kulit ini pemicu nya pada sebagian besar kasus 

tidak diketahui dan akan menghilang dengan sendirinya. Penggunaan 

sampo secara rutin dapat mengurangi lapisan kerak yang terbentuk 

dan mempercepat proses penyembuhan. Bila kerak cukup tebal dapat 

dipakai  sampo yang mengandung bahan anti-ketombe. Bila kerak 

tidak membaik  sesudah  2 minggu atau kerak disertai dengan rasa gatal 

/ nyeri atau meluas bayi perlu dirujuk. 

 

Mongolian spot (bercak kebiruan) 

Pada bayi Asia bercak kebiruan kerap tampak pada daerah bokong, 

punggung bagian bawah dan pundak. Bercak ini akan menghilang 

(berubah menjadi seperti warna kulit lainnya) seiring dengan 

pertambahan usia. 

  

Milia 

Tampak seperti jerawat kecil-kecil warna putih pada dahi, hidung dan 

pipi bayi baru lahir. Milia disebabkan oleh tersumbatnya kelenjar 

sebasea (minyak) pada  

kulit. Tidak perlu pengobatan khusus, akan menghilang dengan 

sendirinya. Basuh wajah dengan air dan sabun bayi serta hindari 

penggunaan krim, lotion ataupun vaselin. 

 

Miliaria 

Pada masyarakat kita miliaria lebih dikenal dengan istilah biang 

keringat akibat tersumbatnya kelenjar keringat. Membuat bayi 

nyaman, memakai pakaian tipis dan ringan, dan segera mengganti bila 

basah umumnya cukup untuk menghilangkan miliaria, karena pada 

dasarnya miliaria memang bersifat sementara.  

 

Konseling untuk bayi risiko tinggi 

Pada bayi dengan faktor risiko tinggi, bila kondisi fisik bayi sudah baik, 

lakukan konseling kepada ibu dan keluarga untuk membawa bayi ke 

dokter anak atau rumah sakit untuk pemeriksaan kemungkinan 

adanya gangguan perkembangan. 

Bayi dengan faktor risiko tinggi adalah bayi yang memiliki salah satu 

faktor berikut ini: 

a. Bayi kurang bulan (< 32 minggu) 

b. Bayi berat lahir amat rendah (< 1500 gram) 

c. Bayi yang tidak segera menangis saat lahir (asfiksia) 

d. Bayi yang mengalami kejang di masa neonatus 

e. Bayi yang mengalami infeksi atau penyakit sangat berat di masa 

neonates. 

 

D. Kelainan Kongenital Dan Trauma Lahir 

1. Kelainan Kongenital 

• Kelainan kongenital adalah kelainan yang terlihat pada saat lahir, 

bukan akibat proses persalinan. Kelainan kongenital bisa herediter, 

dapat dikenali saat lahir atau pada saat anak-anak.  

Beberapa kelainan kongenital yang dapat memicu  kematian, 

seperti atresia ani, harus dirujuk. Kelainan kongenital yang tidak 

langsung memicu  kematian tetapi dapat memicu  

kecacatan, seperti bibir sumbing, hidrosefalus, kaki pengkor, 

memerlukan tindakan di fasilitas rujukan. Kelainan kongenital yang 

tidak mungkin ditangani karena bayi akan meninggal, seperti 

anensefali, tidak perlu dirujuk. 

• Kelainan lain yang disebabkan oleh persalinan sulit atau tindakan 

berisiko menimbulkan trauma seperti patah tulang bahu, cephal 

hematoma atau memar pada bagian tubuh harus dirujuk. 

  

 

 

2.  TRAUMA LAHIR 

Faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kejadian trauma lahir 

antara lain : 

a. Makrosomia (berat lahir > 4000 gram) 

b. Primipara 

c. Oligohidramnion 

d. Persalinan ganda 

e. Malpresentasi. 

f. Presentasi ganda. 

g. Disproporsi kepala-panggul 

h. Kelahiran dengan tindakan 

i. Persalinan lama 

j. Persalinan presipitatus/dipercepat 

k. Distosia bahu 

 

 

Trauma pada Jaringan Lunak 

Trauma 

Lahir 

Keterangan tindakan 

Eritama Sering pada disproporsi kepala 

panggul. Tandanya kulit 

kemerahan 

Observarsi 

Petekie  Bercak merah kecil-kecil akibat 

adanya gangguang (bendungan) 

aliran darah perifer. Sering 

terjadi pada lilitan tali pusat, 

partus lama 

Observarsi 

Ekimosis 

dan 

Hematom 

Perdarahan yang lebih luar dari 

Petekie 

• Amati tanda bahaya  

• Klasifikasikan ikterus yang 

terjadi 

• Rujuk bila ditemukan tanda 

bahaya atau bila masuk 

dalam klasifikasi ikterus berat 

• Bila tidak, lakukan observasi 

Abrasi  Terkelupasnya lapisan kulit 

bagian terluar yang bisa 

diakibatkan oleh proses 

persalinan 

• Bersihkan abrasi dengan 

povidon yodium 2,5% 

• Biarkan kering dan bersih 

• Bila tidak ada tanda/gejala 

infeksi, bayi dapat pulang 

• Bila ada tanda/gejala infeksi, 

beri antibiotik topical 3 kali 

per hari selama 5 hari dan 

biarkan tempat luka terbuka 

• Pada akhir minggu, bayi 

dikontrol kembali, bila tidak 

ada tanda/gejala infeksi tidak 

perlu pengobatan lebih lanjut 

Terluka Terputursnya integritas jaringan 

kulit 

• Basuh luka dengan povidon 

yodium 2,5% 

• Biarkan luka kering dan 

bersih  

• Bila luka terbuka, tautkan 

dengan plester menyebrang 

luka dan biarkan 1 minggu 

• akhir minggu plester dilepas, 

bila luka sudah membaik, 

tidak perlu pengobatan lagi 

• Bila ada infeksi lokal seperti : 

kemerehan, panas bengkak, 

maka sarankan pada ibu 

cepat kontrol kembali, 

kemudian bukalah plester dan 

beri topical antibiotic 3 kali 

per hari untuk 5 hari dan luka 

tidak usah ditutup 

 


Trauma pada Kepala 

 

Trauma Lahir Keterangan tindakan 

Kaput  

Sisedanium 

yaitu benjolan 

lunak, batas 

tidak tegas, 

tidak 

berfluktuasi, 

dapat 

melampaui 

sutura 

• Akibat tekanan yang keras 

pada kepala saat di jalan 

lahir,sehingga terjadi 

bendungan sirkulasi kapiler 

dan aliran limfe. 

• Dapat cepat menghilang 

dengan sendirinya (3-6 hari) 

• Observarsi 

• RUJUK SEGERA bila ada 

TANDA BAHAYA 

Sefal 

Hematoma 

yaitu : benjolan 

difus, batas 

tegas, tidak 

melewati 

sutura 

• Akibat robeknya pembuluh 

darah yang melintasi tulang 

kepala ke jaringan periostium 

• Timbul  sesudah  beberapa jam 

bayi lahir (6-8 jam) 

• Akan resolusi dalam 2-8 

minggu 

• Gejala sisa berupa timbunan 

kalisum dan jaringan 

fibrosusu (benjolan keras 

sampai 1-2 tahun) 

• Observarsi 

• RUJUK SEGERA bila ada 

TANDA BAHAYA 

Perdarahan 

Subkonjungtiva 

• Sering terjadi pada letak muka 

atau dahi 

• Hilang dalam 1-2 minggu 

• Observarsi 

• RUJUK SEGERA bila ada 

TANDA BAHAYA 

Paresis Saraf 

Fasialis Perifer 

• Akibat penekanan yang keras 

(seperti partus lama) 

• Kelumpuhan otot wajah 

terlihat segera  sesudah  lahir 

• Akan sembuh sendiri dalam 

beberapa minggu 

• Observarsi 

• RUJUK SEGERA bila ada 

TANDA BAHAYA 

Terluka Terputursnya integritas jaringan 

kulit 

• Observarsi 

• RUJUK SEGERA bila ada 

TANDA BAHAYA 

 

Trauma pada Leher dan Bahu 

Trauma Lahir Keterangan tindakan 

Fraktur klavikula  • Sering terjadi 

• ada  benjolan dan 

bayi menangis pada 

perabaan klavikula 

• Imobilisasi sendi 

bahu 

• RUJUK SEGERA  

Trauma pleksus 

brakhialis 

• Paresis/pralisis 

DUCHENE – ERB 

   sering dijumpai 

   gerakan tangan dan 

lengan bayi asimetris, 

ada gangguan posisi 

dan fungsi otot 

lengan, refleks Bisep 

dan Radial tidak ada 

   refleks memegang 

masih ada 

 

• Imobilisasi lengan 

atas dengan posisi 

fleksi 90 derajat 

menjauhi tubuh dan 

lengan bawah 90 

derajat ke atas 

  

Trauma Lahir Keterangan tindakan 

• Paresis KLUMPKE 

   ada  kelemaham 

gerakan tangan, ada 

gangguan posisi dan 

fungsi otot telapak 

tangan tidak ada. 

Telapak tangan 

terkulai 

lemah/lumpuh 

   Refleks memegang tak 

ada 

• Rujuk  

Trauma jaringan otot 

sternokleidomastodidesus 

(totikolis) 

• Timbul akibat robekan 

sarung otot disertai 

hematon 

• Terjadi pemendekan otot 

• ada  benjolan di otot 

leher terlihat 10-14 hari 

 sesudah  lahir 

• Sering terjadi pada letak 

sungsang. 

• Rujuk untuk 

fisioterapi 

 

E. BAYI LAHIR DARI IBU DENGAN INFEKSI 

1. Bayi Lahir Dari Ibu Dengan HIV 

a. Manajemen Umum 

1) Hormati kerahasiaan ibu dan keluarga  

2) Bila mampu melakukan konseling dan pernah mendapatkan 

pelatihan, lakukan konseling pada keluarga  

3) Perawatan bayi seperti bayi yang lain dan berikan perhatian 

khusus pada pencegahan infeksi 

4) Imunisasi sesuai dengan pedoman imunisasi pada anak yang 

lahir dari ibu dengan HIV positif. Sebelum menunjukkan 

gejala berikan semua 

5) imunisasi yang diperlukan termasuk BCG. jika  sudah 

menunjukkan gejala infeksi HIV, jangan berikan vaksin BCG. 

6) Beri dukungan mental 

b. Terapi Anti Retroviral 

 Pastikan ibu dan bayi mendapatkan obat seperti yang telah 

ditentukan oleh dokter. 

c. Pemberian Nutrisi 

1)   Lakukan konseling pada ibu tentang pemilihan pemberian 

nutrisi pada bayinya. Ibu hamil HIV positif perlu mendapatkan 

konseling sehubungan dengan keputusannya untuk 

mengpakai  susu formula ataupun ASI eksklusif 

2) ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Risiko penularan HIV 

melalui ASI sekitar 15-20 %, risiko penularan HIV diperbesar 

dengan adanya lecet pada payudara ibu dengan HIV (menjadi 

65 % ). 

  

3) jika  ibu memilih untuk memberikan ASI, dianjurkan 

untuk ASI Eksklusif selama 6 bulan.  sesudah  6 bulan, bayi 

diberi susu formula, dan ASI dihentikan. Ibu perlu diberi 

informasi mengenai manajemen laktasi (cara menyusui yang 

baik dan benar). 

4) Sangat tidak dianjurkan untuk menyusui campur (mixed 

feeding) karena akan meningkatkan kemungkinan bayi 

terinfeksi HIV. Bila menyusui campur, perlindungan ASI 

terhadap bayi dari penyakit infeksi menjadi tidak maksimal, 

sementara virus HIV ditransmisikan melalui ASI ditambah 

dengan kemungkinan infeksi lain yang dibawa oleh susu 

formula. Bila ASI saja, perlindungan akan optimal untuk 

infeksi yang dibawa oleh ASI. Bila susu formula saja, bayi 

tidak memiliki risiko menerima infeksi yang dibawa oleh ASI. 

5) Persyaratan AFASS (Acceptable = mudah diterima, Feasible = 

mudah dilakukan, Affordable = harga terjangkau, Sustainable 

= berkelanjutan, Safe = aman penggunaannya) harus dipenuhi 

jika  ibu ingin memilih memberikan Susu Formula 

Eksklusif. 

a) Dapat dijamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang 

baik di tingkat keluarga dan masyarakat DAN 

b) Ibu atau pengasuh bayi yang lain mampu menyediakan 

susu formula dalam jumlah yang cukup untuk mendukung 

tumbuh kembang yang optimal DAN 

c) Ibu atau pengasuh bayi yang lain mampu menyediakan 

susu formula secara bersih dan cukup sering sehingga 

aman dan risikonya rendah untuk terjadi diare dan 

malnutrisi DAN 

d) Ibu atau pengasuh bayi yang lain mampu memberikan 

susu formula secara eksklusif sampai 6 bulan DAN 

e) Keluarga mendukung DAN 

f) Ibu atau pengasuh bayi yang lain dapat mengakses 

pelayanan kesehatan anak yang komprehensif. 

g) jika  persyaratan AFASS terpenuhi sebelum 6 bulan, 

bagi ibu yang memberikan ASI dapat memilih antara 

meneruskan ASI eksklusif sampai 6 bulan atau beralih ke 

Susu Formula Eksklusif. 

h) Sangat tidak direkomendasikan pemberian makanan 

campuran (mixed feeding) untuk bayi dari ibu HIV positif, 

yaitu ASI bersamaan dengan susu formula dan makanan 

minuman lainnya (lihat butir ke-4 diatas). 

i) Apapun pilihan ibu tentang pemberian makanan bayi, 

perlu diberikan dukungan. 

 

2. Bayi Lahir Dari Ibu Dengan Tuberkulosis 

Jika ibu menderita Tuberkulosis paru aktif dan diobati selama kurang 

dari 2 bulan sebelum melahirkan, atau terdiagnosis menderita 

Tuberkulosis sesudah melahirkan: 

  

a. Yakinkan ibu bahwa ASI aman diberikan pada bayinya. 

b. Jangan memberikan vaksin BCG saat bayi baru lahir. 

c. Pastikan bayi mendapatkan terapi Isoniazid profilaksis oral 5 

mg/kg 1 kali per hari. 

d. Pastikan pada umur 6 minggu bayi dibawa ke fasilitas kesehatan 

untuk dievaluasi kembali. 

e. jika  hasil evaluasi menunjukkan penyakit aktif, pastikan bayi 

meminum obat anti Tuberkulosis lengkap. 

f. jika  hasil evaluasi menunjukkan negatif, lanjutkan bayi 

meminum Isoniazid profilaksis selama 6 bulan. 

g. Tunda pemberian vaksin BCG sampai 2 minggu sesudah 

pengobatan selesai. 

h. Jika BCG sudah diberikan, ulangi pada 2 minggu  sesudah  

pengobatan dengan Isoniazid selesai. 

 

F. PENCATATAN DAN PELAPORAN 

1. Instrumen Pencatatan 

a. Pencatatan untuk Tenaga Kesehatan 

Pelayanan kesehatan pada neonatus dicatat pada: 

1) rekam medis: partograf, formulir bayi baru lahir dan formulir 

pencatatan bayi muda 

2) instrumen pencatatan puskesmas: register kohort ibu dan 

register kohort bayi  

3) instrumen pencatatan untuk keluarga: buku KIA 

Sasaran bayi baru lahir yang sudah mendapat pelayanan dicatat 

pada Formulir Bayi Baru Lahir (umur 0-6 jam) atau Formulir 

Pencatatan Bayi Muda (umur 6-28 hari) serta Kartu Anak jika 

tersedia. Selanjutnya hasil pelayanan kesehatan tersebut 

dimasukkan ke dalam Register Kohort Ibu dan Register Kohort 

Bayi oleh bidan atau perawat penanggungjawab di desa 

berdasarkan pembagian tugas wilayah kerja puskesmas. 

1) Rekam Medis Neonatus 

a) Partograf 

Informasi yang dicatat meliputi:  

• kondisi perinatal: denyut jantung janin, turunnya 

kepala selama proses persalinan 

• kondisi dan asuhan bayi baru lahir: berat badan, 

panjang, tindakan 

b) Formulir Bayi Baru Lahir  

Formulir bayi baru lahir dipakai  melengkapi partograf, 

untuk mencatat asuhan bayi sejak dilahirkan sampai 

umur 6 jam  sesudah  lahir. 

Informasi yang dicatat meliputi 

• identitas,  

• keadaan bayi saat lahir, 

• tanda vital,  

• hasil pemeriksaan lengkap  

• asuhan IMD, salep mata, vitamin K1, imunisasi 

Hepatitis B0.  

c) Formulir Pencatatan Bayi Muda Umur Kurang dari 2 

Bulan (MTBM)  

Formulir pencatatan bayi muda dipakai  pada waktu 

kunjungan neonatal atau setiap pemeriksaan neonatus. 

Formulir ini juga dipakai  melengkapi formulir bayi 

baru lahir, jika ada  kelainan dari hasil pemeriksaan. 

Informasi yang dicatatkan pada formulir pencatatan bayi 

muda: 

• Identitas 

• Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis 

• Hasil klasifikasi penyakit 

• Pemberian tindakan/pengobatan/pra rujukan 

• Kunjungan ulang 

2)   Instrumen Pencatatan Neonatus 

Register kohort adalah instrumen pencatatan sesuai konsep 

wilayah kerja puskesmas, untuk memantau seluruh sasaran. 

Selain untuk pemantauan sasaran, register kohort bayi 

merupakan sumber data untuk pelaporan pelayanan 

kesehatan bayi termasuk cakupan kunjungan neonatal, 

cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani, cakupan 

imunisasi atau cakupan pelayanan kesehatan neonatal 

lainnya sesuai data yang tersedia.  

a) Register Kohort Ibu.  

Informasi yang dicatat meliputi: 

• kelahiran 

• keterangan hidup atau mati 

b) Register Kohort Bayi. 

Informasi yang dicatat meliputi: 

• Identitas bayi dan orangtua 

• Waktu lahir 

• Asuhan saat lahir sampai 6 jam 

• Asuhan saat kunjungan neonatal 

• Rujukan bayi baru lahir 

• Kematian bayi baru lahir 

• Mutasi bayi baru lahir ke luar wilayah 

b. Pencatatan Untuk Keluarga 

Buku KIA ditetapkan sebagai sumber informasi serta satu-satunya 

alat pencatatan yang dimilik