Jumat, 06 Desember 2024

kematian bayi 1




 Angka Kematian Bayi berhasil diturunkan secara tajam dari 68 per 1.000 

kelahiran hidup pada tahun 1990an menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup 

(SDKI 2007). Penurunan kematian neonatal berlangsung lambat yaitu dari 

32 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990an menjadi 19 per 1.000 

kelahiran hidup (SDKI 2007), dimana 55,8% dari kematian bayi terjadi 

pada periode neonatal, sekitar 78,5%-nya terjadi pada umur 0-6 hari 

 

pemicu  kematian neonatal di negara kita  disajikan pada tabel 1 dibawah. 

 

         Tabel 1. pemicu  Kematian Neonatal di negara kita  

 

Masalah utama bayi baru lahir pada masa perinatal dapat memicu  

kematian, kesakitan dan kecacatan. Hal ini merupakan akibat dari kondisi 

kesehatan ibu yang jelek, perawatan selama kehamilan yang tidak adekuat, 

penanganan selama persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta 

perawatan neonatal yang tidak adekuat. Bila ibu meninggal saat 

melahirkan, kesempatan hidup yang dimiliki bayinya menjadi semakin 

kecil. Kematian neonatal tidak dapat diturunkan secara bermakna tanpa 

dukungan upaya menurunkan kematian ibu dan meningkatkan kesehatan 

ibu. Perawatan antenatal dan pertolongan persalinan sesuai standar, harus 

disertai dengan perawatan neonatal yang adekuat dan upaya-upaya untuk 

menurunkan kematian bayi akibat bayi berat lahir rendah, infeksi pasca 

lahir (seperti tetanus neonatorum, sepsis), hipotermia dan asfiksia. 

Sebagian besar kematian neonatal yang terjadi pasca lahir disebabkan oleh 

pemicu  Kematian Neonatal 

Berdasarkan SKRT Tahun 2001 

pemicu  Kematian Neonatal 

Berdasarkan Riskesdas Tahun 2007 

Asfiksia                             29 % 

BBLR/Prematuritas          27 % 

Tetanus                            10 % 

Masalah Pemberian ASI    10 % 

Masalah Hematologi           6 % 

Infeksi                                5 % 

 

Gangguan/kelainan pernapasan  35,9% 

Prematuritas                                32,4% 

Sepsis                                          12  % 

Hipotermi                                      6,3% 

Kelainan darah/Ikterus                 5,6% 

Post  Matur                                   2,8% 

Kelainan Kongenital                      1,4% 

  

 

 

penyakit – penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan biaya yang 

tidak mahal, mudah dilakukan, bisa dikerjakan dan efektif. Intervensi 

imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil menurunkan kematian neonatal 

hingga 33-58% (The Lancet Neonatal Survival 2005).  

 

Di negara berkembang, sekitar 3% bayi mengalami asfiksia lahir tingkat 

sedang dan berat. Bayi asfiksia yang mampu bertahan hidup namun 

mengalami kerusakan otak, jumlahnya cukup banyak. Hal ini disebabkan 

karena resusitasi tidak adekuat atau salah prosedur. Resusitasi yang 

dilaksanakan secara adekuat dapat mencegah kematian dan kecacatan 

pada bayi karena hipoksia. Intervensi post natal terhadap peningkatan 

ketrampilan resusitasi bayi baru lahir dapat menurunkan kematian 

neonatal hingga 6-42% (The Lancet Neonatal Survival 2005). 

Penyumbang utama kematian BBLR adalah prematuritas, infeksi, asfiksia 

lahir, hipotermia dan pemberian ASI yang kurang adekuat. Beberapa 

penelitian telah membuktikan bahwa kematian karena hipotermia pada 

bayi berat lahir rendah (BBLR) dan bayi prematur jumlahnya cukup 

bermakna. Perilaku/kebiasaan yang merugikan seperti memandikan bayi 

segera  sesudah  lahir atau tidak segera menyelimuti bayi  sesudah  lahir, dapat 

meningkatkan risiko hipotermia pada bayi baru lahir. Intervensi untuk 

menjaga bayi baru lahir tetap hangat dapat menurunkan kematian 

neonatal sebanyak 18-42% (The Lancet Neonatal Survival 2005). 

Salah satu penyakit infeksi yang merupakan pemicu  kematian bayi baru 

lahir adalah Pneumonia, suatu infeksi yang dapat terjadi saat lahir atau 

 sesudah  lahir. Faktor risiko terpenting terjadinya Pneumonia adalah 

perawatan yang tidak bersih, hipotermia dan pemberian ASI yang kurang 

adekuat. Pneumonia pada bayi baru lahir gejalanya tidak jelas dan 

seringkali tidak diketahui sampai keadaannya sudah sangat terlambat. 

Penurunan Angka Kematian Neonatal memerlukan upaya bersama tenaga 

kesehatan dengan melibatkan dukun bayi, keluarga dan masyarakat dalam 

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi ibu dan bayi baru 

lahir. Untuk mengukur keberhasilan penerapan intervensi yang efektif dan 

efisien, dapat dimonitor melalui indikator cakupan pelayanan yang 

mencerminkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bayi baru 

lahir. Penurunan angka kematian neonatal dapat dicapai dengan 

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan 

sejak bayi dalam kandungan, saat lahir hingga masa neonatal. 

 

Grafik ini mengambarkan kesenjangan pelayanan kesehatan di tingkat 

nasional, yang ditandai persentase cakupan tidak sama tinggi. Penurunan 

kematian neonatal lebih mudah dicapai jika cakupan pelayanan kesehatan 

mencapai persentase yang sama tingginya, The Lancet Neonatal Series 

mensyaratkan sekurangnya 90%. 

 

B. PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR 

1. Kewaspadaan Umum ( Universal Precaution ) 

Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan 

oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses 

persalinan berlangsung maupun beberapa saat  sesudah  lahir. Beberapa 

mikroorganisme harus diwaspadai karena dapat ditularkan lewat 

percikan darah dan cairan tubuh misalnya virus HIV, Hepatitis B dan 

Hepatitis C. Sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan 

telah melakukan upaya pencegahan infeksi berikut: 

a. Persiapan Diri 

1) Sebelum dan  sesudah  bersentuhan dengan bayi, cuci tangan 

dengan sabun kemudian keringkan (lihat lampiran 1).  

2) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang 

belum dimandikan. 

b. Persiapan Alat 

Pastikan semua peralatan dan bahan yang dipakai , terutama 

klem, gunting, alat-alat resusitasi dan benang tali pusat telah di 

desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi. pakai  bola karet 

pengisap yang baru dan bersih jika akan melakukan pengisapan 

lendir dengan alat tersebut. Jangan mengpakai  bola karet 

pengisap yang sama untuk lebih dari satu bayi. Bila mengpakai  

bola karet pengisap yang dapat dipakai  kembali, pastikan alat 

tersebut dalam keadaan bersih dan steril. Pastikan semua pakaian, 

handuk, selimut dan kain yang dipakai  untuk bayi sudah dalam 

keadaan bersih dan hangat. Demikian pula halnya timbangan, pita 

pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lain yang akan 

bersentuhan dengan bayi, juga bersih dan hangat. Dekontaminasi 

dan cuci semua alat setiap kali  sesudah  dipakai . 

c. Persiapan Tempat  

pakai  ruangan yang hangat dan terang, siapkan tempat resusitasi 

yang bersih, kering, hangat, datar, rata dan cukup keras, misalnya 

meja atau dipan. Letakkan tempat resustasi dekat pemancar panas 

dan tidak berangin, tutup jendela dan pintu. pakai  lampu pijar 60 

watt dengan jarak 60 cm dari bayi sebagai alternatif bila pemancar 

panas tidak tersedia. 

2. Penilaian Awal 

Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 

pertanyaan: 

Sebelum bayi lahir:  

  Apakah kehamilan cukup bulan? 

  Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium? 

Segera  sesudah  bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih 

dan kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan 

penilaian berikut:  

  Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap? 

  Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif? 

Dalam Bagan Alur Manajemen BBL dapat dilihat alur penatalaksanaan 

BBL mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan serta alternatif 

tindakan yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL 

cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung menangis atau 

bernapas spontan dan bergerak aktif cukup dilakukan manajemen BBL 

normal. 

Jika bayi kurang bulan (< 37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bulan (≥ 

42 minggu/283 hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium dan 

atau tidak bernapas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik 

lakukan manajemen BBL dengan Asfiksia. 

 

 

 


MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA 

PENILAIAN 

Sebelum bayi lahir : 

1. Apakah kehamilan cukup bulan? 

2. Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur 

meconium? 

Segera  sesudah  bayi lahir 

3. Apakah bayi menangisi atau bernapas/tidak 

megap-megap? 

4. Apakah tonus obat bayi baik/bayi bergerak 

aktif? 

Jika bayi tidak bernapas /bernapas megap-

megap 

VENTILASI 

1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan 

2. Ventilasi 2x dengan tekanan 30 cm air 

3. Jika dada mengembang lakukan ventilasi 20x 

dengan tekanan 20 cm air selama 30 detik 

Jika bayi tidak cukup bulan dan 

atau tidak bernapas atau megap-

megap dan atau lemas 

Jika air ketuban tercampur mekonium 

Potong Tali Pusat 

Jika bayi menangis 

atau bernapas 

normal 

Jika bayi tidak 

bernapas atau 

megap-megap 

LANGKAH AWAL 

1. Jaga bayi tetap hangat 

2. Atur posisi bayi 

3. Isap lender 

4. Keringkan  dan rangsang 

taktil 

5. reposisi 

Potong Tali 

Pusat 

Buka mulut lebar, 

usap dan isap 

lender dari mulut 

NILAI NAPAS 

Jika bayi bernapas normal 

ASUHAN PASCA RESUSITASI 

1. Pemantauan tanda bahaya 

2. Perawatan tali pusat 

3. Inisiasi menyusu dini 

4. Pencegahan hipotermi 

5. Pemberian vitamin K1 

6. Pemberian salep/tetes mata 

7. Pemeriksaan fisis 

8. Pencatatan & pelaporan NILAI NAPAS 

Jika bayi mulai bernapas normal 

1. Hentikan veritasi 

2. ASUHAN PASCA RESUSITASI 

Jika bayi tidak bernapas /bernapas megap-megap 

1. Ulangi vertilisasi sebanyak 20 x selama 30 detik 

2. Hentikan vertilasi dan nilai kembali napas tiap 30 

detik 

3. Jika bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit 

resusitasi, siapkan rujukan, nilai denyut jantung 

Jika bayi dirujuk 

1. Konseling  

2. Lanjutkan resusitasi 

3. Pemantauan tanda bahaya 

4. Perawatan tali pusat  

5. Pencegahan hipotermi 

6. Pemberian Vitamin K1* 

7. Pemberian salep/tetes mata 

8. Pencatatan dan pelaporan 

Jika tidak mau dirujuk & tidak berhasil  

1. Sesudah 10 menit bayi tidak bernapas 

spontan dan tidak terdengar denyut 

jantung pertimbangkan menghentikan 

resusitasi 

2. Konseling 

3. Pencatatan dan pelaporan  

  

 

 

3. Pencegahan Kehilangan Panas 

Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum 

berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya 

pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami 

hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami 

sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada 

bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera 

dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang 

relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah lebih rentan 

untuk mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh 

menjadi hipertermia (temperatur tubuh lebih dari 37,5°C) 

a. Mekanisme Kehilangan Panas 

BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut: 

1) Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan 

ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. 

Hal ini merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. 

Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak 

  

segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya 

tidak segera dikeringkan dan diselimuti. 

2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak 

langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. 

Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih 

rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi 

melalui mekanisme konduksi jika  bayi diletakkan di atas 

benda-benda tersebut. 

3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi 

terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan 

atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat 

mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika 

ada aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara 

dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan. 

4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi 

ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih 

rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas 

dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi 

panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara 

langsung). 

 

b.  Mencegah Kehilangan Panas 

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut: 

1) Ruang bersalin yang hangat  

Suhu ruangan minimal 25°C. Tutup semua pintu dan jendela. 

2) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks  

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh 

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. 

Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera 

ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering.  

3) Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu 

ke kulit bayi  

 sesudah  tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada 

atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi 

menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada 

di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari 

puting payudara ibu.  

  

4) Inisiasi Menyusu Dini  

5) pakai  pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan 

panas  

6) Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan 

pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki 

permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat 

kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.  

7) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir  

Lakukan penimbangan  sesudah  satu jam kontak kulit ibu ke kulit 

bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah 

kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), 

sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi 

dengan kain atau selimut bersih dan kering.  

Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat 

berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau 

selimut.  

Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu 

tidak kurang dari enam jam  sesudah  lahir dan  sesudah  kondisi 

stabil. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama  sesudah  

lahir dapat memicu  hipotermia yang sangat 

membahayakan kesehatan BBL. 

8) Rawat Gabung  

 Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. 

Idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan 

ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar 

bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan 

mencegah paparan infeksi pada bayi. 

9) Resusitasi dalam lingkungan yang hangat  

jika  bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan 

dalam lingkungan yang hangat. 

10) Transportasi hangat  

Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama 

dalam perjalanan. 

11) Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk 

keluarga  

Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga 

tentang hipotermia meliputi tanda-tanda dan bahayanya. 

 

 

 

 

 

4. Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat 

a. Memotong dan Mengikat Tali Pusat  

Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. 

Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat 

dipotong. 

JANGAN MEMANDIKAN BAYI SEBELUM 6 JAM 

 sesudah  LAHIR DAN SEBELUM KONDISI STABIL 

  

1) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm 

dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan 

tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah 

ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan 

tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari 

tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.  

2) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan 

menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang 

lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan 

mengpakai  gunting DTT atau steril. 

3) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi 

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan 

mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya 

4) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam 

larutan klorin 0,5%. 

5) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi 

Menyusu Dini. 

b. Nasihat untuk Merawat Tali Pusat 

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali 

pusat. 

2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan 

cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal 

ini juga kepada ibu dan keluarganya.  

3) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih 

diperkenankan jika  ada  tanda infeksi, tetapi tidak 

dikompreskan karena memicu  tali pusat basah atau lembab. 

4) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan 

bayi: 

a) Lipat popok di bawah puntung tali pusat. 

b) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai 

sisa tali pusat mengering dan terlepas sendiri. 

c) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air 

DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan 

mengpakai  kain bersih. 

d) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada 

kulit sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika 

ada  tanda infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya 

ke fasilitas kesehatan. 

 

5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 

6 bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI 

sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih 

sayang (asih), memberikan nutrisi terbaik (asuh) dan melatih refleks dan 

motorik bayi (asah). 

 

Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru Lahir 

Langkah 1: Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan: 

a. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran  

b. Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian 

apakah bayi perlu resusitasi atau tidak 

c. Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi 

mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut 

tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan membantu 

menyamankan dan menghangatkan bayi.  sesudah  dikeringkan, 

selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum 

tali pusat di klem. 

d. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion 

pada tangan bayi membantu bayi mencari puting ibunya yang berbau 

sama. 

e. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus 

(hamil tunggal) kemudian suntikkan oksitosin 10 UI intra 

muskular pada ibu. 

 

Langkah 2: Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama 

paling sedikit satu jam: 

a.  sesudah  tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di 

dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. 

Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu tapi lebih rendah 

dari puting.  

b. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala 

bayi. 

c. Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit 

satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika 

perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah 

kontak visual antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara 

ibu.  

d. Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan Manajemen 

Aktif Kala 3 persalinan.  

 

Langkah 3: Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan 

mulai menyusu: 

a. Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu  

b. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu 

misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara 

lainnya. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 

menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Sebagian besar bayi 

akan berhasil menemukan puting ibu dalam waktu 30-60 menit tapi 

tetap biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya 1 jam walaupun 

bayi sudah menemukan puting kurang dari 1 jam. 

c. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi 

selesai menyusu setidaknya 1 jam atau lebih bila bayi baru 

menemukan puting  sesudah  1 jam.  

  

d. Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau 

sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama 

dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi. 

e. Jika bayi belum menemukan puting ibu - IMD dalam waktu 1 jam, 

posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak 

kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. 

f. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, 

pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. 

Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, 

pemberian vitamin K1, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi 

kepada ibu untuk menyusu. 

g. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga 

kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama 

beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat 

disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada 

ibu dan selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali. 

h. Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu 

dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa 

menyusu sesering keinginannya. 

 

LIMA URUTAN PERILAKU BAYI SAAT MENYUSU PERTAMA KALI 

 

Langkah Perilaku yang teramati Perkiraan waktu 

1 Bayi beristirahat dan melihat 30-40 menit pertama 

2 Bayi mulai mendecakkan bibir 

dan membawa jarinya ke mulut 

40-60 menit  sesudah  

lahir dengan kontak 

kulit dengan kulit 

terus menerus tanpa 

terputus 

3 Bayi mengeluarkan air liur 

4 Bayi menendang, menggerakkan 

kaki, bahu, lengan dan badannya 

kearah dada ibu dengan 

mengandalkan indra 

penciumannya 

5 Bayi meletakkan mulutnya ke 

puting ibu 

 

 

PEDOMAN MENYUSUI


1. Mulai menyusui segera  sesudah  lahir (dalam waktu satu jam) 

2. Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya 

air, madu, larutan gula atau pengganti susu ibu) kecuali 

diintruksikan oleh dokter atas alasan-alasan medis; sangat jarang ibu 

tidak memiliki air susu yang cukup sehingga memerlukan susu 

tambahan ,

3. Berikan ASI Eksklusif selama enam bulan pertama hidupnya dan 

baru dianjurkan untuk memulai pemberian Makanan Pendamping 

ASI  sesudah  periode eksklusif tersebut. 

4. Berikan ASI pada bayi sesuai dorongan alamiahnya baik siang 

maupun malam (8-10 kali atau lebih, dalam 24 jam) selama bayi 

menginginkannya. 

  

6. Pencegahan Perdarahan 

Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum 

sempurna, maka semua bayi akan berisiko untuk mengalami 

perdarahan tidak tergantung apakah bayi mendapat ASI atau susu 

formula atau usia kehamilan dan berat badan pada saat lahir. 

Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat berat, berupa perdarahan 

pada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ataupun perdarahan 

intrakranial. 

Untuk mencegah kejadian diatas, maka pada semua bayi baru lahir, 

apalagi Bayi Berat Lahir Rendah diberikan suntikan vitamin K1 

(Phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muskular pada 

antero lateral paha kiri. Suntikan Vitamin K1 dilakukan  sesudah  

proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B. Perlu 

diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vitamin K1 yaitu ampul yang 

sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk diperpakai  kembali. 

 

7. Pencegahan Infeksi Mata 

Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera 

 sesudah  proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam  sesudah  

lahir. Pencegahan infeksi mata dianjurkan mengpakai  salep mata 

antibiotik tetrasiklin 1%. 

Cara pemberian salep mata antibiotik: 

a. Cuci tangan (pakai  sabun dan air bersih mengalir) kemudian 

keringkan 

b. Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan 

pemberian obat tersebut. 

c. Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah. 

d. Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata 

yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata 

atau tetes mata. 

e. Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh 

mata bayi. 

f. Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga 

untuk tidak menghapus obat-obat tersebut. 

 

8. Pemberian Imunisasi 

Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam  sesudah  

pemberian Vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B 

bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, 

terutama jalur penularan ibu-bayi.  

Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal 

(penularan ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan horisontal 

(penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk mencegah 

terjadinya infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi Hepatitis B sedini 

mungkin.  

Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa 

virus Hepatitis B didalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa) 

hepatitis. Risiko penderita Hepatitis B untuk menjadi carrier 

tergantung umur pada waktu terinfeksi. Jika terinfeksi pada bayi baru 

lahir, maka risiko menjadi carrier 90%. Sedangkan yang terinfeksi pada 

umur dewasa risiko menjadi carrier 5-10%. 

Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0 – 7 

hari karena: 

a. Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B. 

b. Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari 

ibu pembawa virus. 

c. Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi 

Hepatitis menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis 

hati dan kanker hati primer 

d. Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75% 

bayi dari penularan Hepatitis B. 

Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untuk kembali untuk 

mendapatkan imunisasi berikutnya sesuai jadwal pemberian 

imunisasi. 

 

9. Pemberian Identitas 

Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera 

mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi 

dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi, sebaiknya dilakukan 

segera  sesudah  IMD. Gelang pengenal berisi identitas nama ibu dan 

ayah, tanggal, jam lahir dan jenis kelamin. jika  fasilitas 

memungkinkan juga dilakukan cap telapak kaki bayi pada rekam 

medis kelahiran.  

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 

menyatakan bahwa setiap anak berhak atas identitas diri. Tenaga 

kesehatan sebagai penolong persalinan menuliskan keterangan lahir 

untuk dipakai  orang tua dalam memperoleh akte kelahiran bayi, 

lembar keterangan lahir ada  di dalam Buku KIA. 

 

 

10. Anamnese dan Pemeriksaan Fisik 

Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang 

terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam 

rahim ke kehidupan di luar rahim.  

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika 

ada  kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 

24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas 

kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan 

selama 24 jam pertama. 

a. Waktu pemeriksaan BBL:  

1)  sesudah  lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)  

2) Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1) 

3) Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2) 

4) Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)  

a) Persiapan 

(1) Persiapan alat dan tempat 

Alat yang dipakai  untuk memeriksa:  

(a) Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan 

memberikan kehangatan. 

(b) Air bersih, sabun, handuk kering dan hangat 

(c) Sarung tangan bersih 

(d) Kain bersih 

(e) Stetoskop 

(f) Jam dengan jarum detik  

(g) Termometer 

(h) Timbangan bayi 

(i) Pengukur panjang bayi 

(j) Pengukur lingkar kepala. 

 Tempat 

Pemeriksaan dilakukan di tempat yang datar, rata, 

bersih, kering, hangat dan terang 

(2) Persiapan diri 

(a) Sebelum memeriksa bayi, cucilah tangan dengan 

sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan 

dengan lap bersih dan kering atau dianginkan. 

Jangan menyentuh bayi jika tangan anda masih 

basah dan dingin. 

(b) pakai  sarung tangan jika tangan menyentuh 

bagian tubuh yang ada darah seperti tali pusat atau 

memasukkan tangan ke dalam mulut bayi.  

(c) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir 

 sesudah  pemeriksaan kemudian keringkan 

(d) Untuk menjaga bayi tetap hangat, tidak perlu 

menelanjangi bayi bulat-bulat pada setiap tahap 

pemeriksaan. Buka hanya bagian yang akan 

diperiksa atau diamati dalam waktu singkat untuk 

mencegah kehilangan panas. 

  

(3) Persiapan keluarga 

Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang apa yang akan 

dilakukan dan kemudian hasilnya  sesudah  selesai. 

b) Langkah - Langkah Pemeriksaan  

Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisis. Catat 

seluruh hasil pemeriksaan. Lakukan rujukan sesuai pedoman 

MTBS. 

(1) Anamnesis 

Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah 

kesehatan pada ibu: 

(a) Keluhan tentang bayinya  

(b) Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi 

(TBC, demam saat persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis 

B atau C, siphilis, HIV/AIDS, penggunaan obat). 

(c) Cara, waktu, tempat bersalin, kondisi bayi saat lahir 

(langsung menangis /tidak) dan tindakan yang 

diberikan pada bayi jika ada. 

(d) Warna air ketuban  

(e) Riwayat bayi buang air kecil dan besar  

(f) Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap 

(2) Pemeriksaan Fisik 

Prinsip: 

(a) Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang 

(tidak menangis) 

(b) Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan 

menilai pernapasan dan tarikan dinding dada 

kedalam, denyut jantung serta perut 

 

Pemeriksaan fisis yang dilakukan Keadaan normal 

1 Lihat postur, tonus dan aktifitas    Posisi tungkal dan lengan fleksi 

   Bayi sehat akan b egerak aktif 

2 Lihat kulit    Wajah bibir dan selaput lender, dada 

harus berwarna merah muda, tanpa 

adanya kemerahan atau bisul 

3 Hitung pernapasan dan lihat tarikan 

dinding dada kedalam ketika bayi 

sedang tidak menangis 

   Frekuenso napas normal 40-60 kali per 

menit 

   Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam 

yang kuat 

4 Hitung denyut jantung dengan 

meletakkan stetoskop di dada kiri 

setinggi apeks kordis 

   Frekuensi denyut jantung normal 120-160 

kali per menit 

5 Lakukan pengukuran suhu ketiak 

dengan thermometer 

   Suhu normal adalah 36,5 – 37,5°C 

6  

Lihat dan raba bagian kepala 

   Bentuk kepala terkadang asimetris karena 

penyesuaian pada saat proses persalinan, 

umumnya hilang dalam 48 jam 

   Ubun-ubun besar rata atau tidak 

membonjol, dapat sedikit membonjol saat 

  

Pemeriksaan fisis yang dilakukan Keadaan normal 

bayi menangis 

7 Lihat mata    Tidak ada kotoran/secret 

8 Lihat bagian dalam mulut 

Masukan satu jari yang mengpakai  

sarung tangan ke dalam mulut, raba 

langit-langit 

   Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak 

ada bagian yang terbelah 

   Nilai kekuatan isap bayi. 

Bayi akan mengisap juat jari pemeriksa 

9 Lihat dan raba perut 

Lihat tali pusat 

   Perut bayi datar, teraba lemas 

   Tidak ada perdarahan, pembengkakan, 

nanah, bau yang tidak enak pada tali 

pusat atau kemerahan sekitar tali pusat 

10 Lihat punggung dan raba tulang 

belakang 

   Kulit terlihat utuh, tidak ada  lubang 

dan benjolan pada tulang belakang  

11 Lihat ekstremitas    Hitung jumlah jari tangan dan kaki 

   Lihat apakah kaki posisinya baik atau 

bengkok ke dalam atau keluar  

   Lihat gerakan ekstremitas simetris atau 

tidak 

12 Lihat lubang anus 

   Hindari masukkan alat atau jari 

dalam memeriksa anus 

   Tanyakan pada ibu apakah bayi 

sudah buang air besar 

   Terlihat lubang anus dan periksa apakah 

meconium  

   Biasanya meconium keluar dalam 24 jam 

 sesudah  lahir 

13 Lihat dan raba alat kelamin luar 

   Tanyakan pada ibu apakah bayi 

sudah buang air kecil 

   Bayi perempuan kadang terlihat cairan 

vagina berwarna putih atau kemerahan 

   Bayi laki-lakki ada  lubang uretra 

pada ujung penis 

   Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam 

24 jam  sesudah  lahir 

14 Timbang bayi 

   Timbang bayi dengan mengpakai  

selimut, hasil dikurangi selimut 

   Berat lahir 2,5- 4 kg 

   Dalam minggu pertama, berat bayi 

mungkin turun dahulu baru kemudian 

naik kembali dan pada usia 2 minggu 

umumnya telah mencapati berat lahirnya. 

Penurunan berat badan maksimal untuk 

bayi baru lahir cukup bulan maksimal 

10% untuk bayi kurang bulan maksimal 

15% 

15 Mengukur panjang dan lingkar kepala 

bayi 

   Panjang lahir normal 48-52 cm 

   Lingkar kepala normal 33-37 cm 

16 Menilai cara menyusul, minta ibu 

untuk menyusui bayinya 

   Kepala dan badan dalam garis lurus; 

wajah bayi menghadap payudara; ibu 

mendekatkan bayi ke tubuhnya 

   Bibir bawah melengkung keluar, sebagian 

besar areola berada dalam mulut bayi 

   Mengisap dalam dan pelan kadang disertai 

berhenti sesaat 

 

FORMULIR BAYI BARU LAHIR 

Catat hasil pemeriksaan di formulir bayi baru lahir. Formulir ini merupakan 

catatan medik yang harus disimpan oleh petugas kesehatan. Tuliskan juga 

 

hasil pemeriksaan di buku KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) beberapa 

informasi yang diperlukan sesuai dengan petunjuk penulisan buku KIA. 

 

 

 

 


jika  DIJUMPAI KEADAAN YANG TIDAK NORMAL, pakai  FORMULIR MTBS 

UNTUK PEMERIKSAAN LEBIH LANJUT 

  

 

 

11. Pemulangan Bayi Lahir Normal 

Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya dipulangkan minimal 

24 jam  sesudah  lahir jika  selama pengawasan tidak dijumpai 

kelainan. Sedangkan pada bayi yang lahir di rumah bayi dianggap 

dipulangkan pada saat petugas kesehatan meninggalkan tempat 

persalinan. Pada bayi yang lahir normal dan tanpa masalah petugas 

kesehatan meninggalkan tempat persalinan paling cepat 2 jam  sesudah  

lahir. 

Petugas melakukan pemeriksaan lengkap untuk memastikan bayi 

dalam keadaan baik, dan harus memberikan konseling tanda bahaya 

dan perawatan bayi baru lahir serta memberi tahu jadwal kunjungan 

neonatus 1, 2 dan 3. 

Tanda bahaya yang harus diperhatikan adalah: 

a. Tidak mau minum atau memuntahkan semua ATAU 

b. Kejang ATAU 

c. Bergerak hanya jika dirangsang ATAU 

d. Napas cepat ( ≥ 60 kali /menit ) ATAU 

e. Napas lambat ( < 30 kali /menit ) ATAU 

f. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat ATAU 

g. Merintih ATAU 

h. Teraba demam (suhu aksila > 37.5 °C) ATAU 

i. Teraba dingin (suhu aksila < 36 °C ) ATAU 

j. Nanah yang banyak di mata ATAU  

k. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut ATAU 

l. Diare ATAU 

m. Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki 

 

C. PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL  sesudah  LAHIR 

1. Menjaga Bayi Tetap Hangat 

 sesudah  bayi dilahirkan dan berhasil melalui adaptasi dari intra ke 

ekstra uterin, bayi harus dijaga tetap hangat. Beberapa hal yang harus 

diperhatikan untuk menjaga bayi tetap hangat adalah: 

a. Jelaskan kepada ibu bahwa menjaga bayi tetap hangat adalah 

sangat penting untuk menjaga bayi tetap sehat 

b. Bayi memakai pakaian yang lembut, hangat, kering dan bersih, 

bila perlu bayi memakai tutup kepala, sarung tangan dan kaos 

kaki 

c. Yakinkan bayi mengpakai  baju dan diselimuti 

d. Bayi harus dirawat gabung dengan ibunya sehingga ibu mudah 

menjangkau bayinya 

e. jika  bayi harus dipisah dengan ibunya, yakinkan bayi 

mengpakai  pakaian yang hangat dan diselimuti 

f. Raba telapak kaki bayi, bila teraba dingin bisa dilakukan kontak 

kulit ke kulit, atau ditambah selimut dan lakukan penilaian ulang 

g. Jaga ruangan tetap hangat 

  


Posisi tidur  

a. Bayi tidur bersama ibu di tempat tidur yang sama untuk 

memudahkan menyusui sesuai dengan keinginan bayi. 

b. Sebaiknya bayi tidur bersama ibu di bawah kelambu, terutama 

untuk daerah malaria. 

c. Posisi tidur bayi yang dianjurkan adalah terlentang atau miring, 

tidak dianjurkan untuk tidur tengkurap terlebih tanpa pengawasan 

terus menerus. 

 

2. Pemeriksaan  sesudah  Lahir Mengpakai  MTBS 

Pada prinsipnya waktu yang sangat penting untuk melakukan 

pemeriksaan  sesudah  bayi lahir adalah: 

a. Sebelum bayi dipulangkan  

Pengertian bayi dipulangkan dibagi menjadi 2, yaitu: 

1) jika  bayi lahir di rumah, pengertian dipulangkan berarti 

pada saat petugas meninggalkan rumah tempat ibu bersalin. 

Petugas meninggalkan rumah tempat bersalin minimal 2 jam 

 sesudah  lahir. 

2) jika  bayi lahir di fasilitas kesehatan, bayi dipulangkan 

minimal 24 jam  sesudah  lahir. 

Pemeriksaan ini mengpakai  formulir bayi baru lahir seperti 

dijelaskan pada bab sebelumnya. 

b. Pada saat kunjungan ulang  

Pengertian kunjungan ulang juga terbagi menjadi 2 pengertian, 

yaitu 

1) jika  bayi dibawa oleh keluarga ke fasilitas kesehatan karena 

suatu masalah. 

2) Sesuai jadwal kunjungan neonatus. 

Pemeriksaan yang dilakukan mengacu pada Manajemen Terpadu 

Balita Sakit khususnya pada kelompok umur kurang dari 2 bulan. 

PEMERIKSAAN NEONATUS MENGpakai  MTBS 

Untuk mengetahui apakah seorang bayi baru lahir dalam keadaan sehat 

atau sakit dapat dilakukan dengan memeriksa tanda dan gejala utama 

pada bayi. Pemeriksaan tersebut mengpakai  bagan bayi muda pada 

pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit. Tanda atau gejala pada bayi 

muda sakit kadang merupakan suatu masalah tersendiri atau bagian dari 

suatu penyakit. Untuk membantu petugas kesehatan supaya dapat 

menangani masalah bayi muda dibuat suatu bagan yang dapat dipakai  

untuk mengklasifikasikan penyakit. Klasifikasi bukan merupakan diagnosis 

tetapi dengan klasifikasi ini petugas bisa melakukan langkah-langkah 

untuk melakukan pertolongan pada bayi sakit. 

Dengan bagan ini petugas kesehatan diharapkan mampu 

mengklasifikasikan bayi sakit, melakukan tindakan atau pengobatan, 

memberikan konseling dan memberikan pelayanan tindak lanjut. Petugas 

akan menulis hasil pemeriksaannya di formulir MTBS dan mengpakai  

buku bagan MTBS sebagai alat bantunya. 

  

Dalam setiap kunjungan rumah petugas harus mampu : 

a. Menanyakan kepada ibu masalah yang dihadapi oleh bayinya 

b. jika  menemukan bayi sakit, harus mampu mengklasifikasikan 

penyakit bayi untuk: 

1) Kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri 

2) Diare 

3) Ikterus 

4) Kemungkinan berat badan rendah 

c. Menangani masalah pemberian ASI 

d. Menentukan status imunisasi 

e. Menentukan masalah atau keluhan lain 

f. Menentukan tindakan dan memberikan pengobatan bila diperlukan 

g. Bila perlu, merujuk bayi muda dan memberi tindakan pra rujukan 

h. Melakukan konseling bagi ibu 

i. Memberikan pelayanan tindak lanjut. 

Keterampilan tersebut diatas secara lengkap dipelajari dalam pelatihan 

MTBS di bagian Bayi Muda. Pada buku ini akan dibahas cara memberikan 

tatalaksana bayi muda menurut MTBS. 

a. Penilaian dan Klasifikasi 

Jika seorang anak atau bayi muda dibawa ke klinik, petugas kesehatan 

mengpakai  keterampilan komunikasi yang baik untuk:  

1) menanyakan kepada ibu tentang masalah anaknya  

2) memeriksa adakah tanda bahaya umum yang menunjukkan kondisi 

yang mengancam jiwa.  

3) memeriksa bayi muda untuk tanda dan gejala, pemberian vitamin 

K1 dan imunisasi 

Membuat klasifikasi berdasarkan algoritma pada buku bagan : 

Dalam buku bagan ada  3 warna 

1) Merah muda : bayi sakit berat dan harus dirujuk segera  sesudah  

diberi pengobatan pra rujukan 

2) Kuning : Bayi dapat berobat jalan dan membutuhkan pengobatan 

medis spesifik dan nasihat 

3) Hijau : bayi sakit ringan dan cukup diberi nasihat sederhana 

tentang penanganan di rumah 

b. Menilai dan Mengklasifikasikan untuk Kemungkinan Penyakit Sangat 

Berat atau Infeksi Bakteri 

Periksalah untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi 

bakteri untuk semua bayi yang dibawa ke tempat pelayanan kesehatan 

atau setiap melakukan kunjungan rumah dengan memeriksa tanda dan 

gejala berikut ini. Seorang bayi akan diklasifikasikan jika  

didapatkan salah satu tanda pada lajur yang sesuai. 

 

 

CARA MENGKLASIFIKASIKAN KEMUNGKINAN PENYAKIT  

SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI 

 

TANDA/GEJALA KLASIFIKASI 

• Tidak mau minum atau memuntahkan 

semuanya. ATAU 

• Riwayat kejang ATAU 

• Bergerak hanya jika dirangsang ATAU 

• Napas cepat (≥ 60 kali/menit) ATAU 

• Napas lambat (< 30 kali/menit) ATAU 

• Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat 

ATAU 

• Merintih ATAU 

• Demam (> 37,5 ° C) 

• Hipotermia (< 35,5° C) 

• Nanah yang banyak di mata ATAU 

• Pusar Kemerahan meluas sampai dinding 

perut 

 

 

 

PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU INFEKSI 

BAKTERI BERAT 

• Pustul kulit, ATAU 

• Mata bernanah, ATAU 

• Pusar kemerahan atau bernanah 

 

INFEKSI BAKTERI LOKAL 

• Tidak ada  salah satu tanda di atas MUNGKIN BUKAN INFEKSI 

 

c. Menilai dan Mengklasifikasi Diare 

Berak encer dan sering, merupakan hal biasa pada bayi muda yang 

mendapat ASI saja. Ibu akan mengenali bayi yang diare karena 

perubahan bentuk tinja yang tidak seperti biasanya dan frekuensi 

beraknya lebih sering dibanding biasanya. 

Tanyakan kepada ibu apakah bayinya menderita diare. jika  bayi 

menderita diare klasifikasikan berdasarkan derajat dehidrasinya 

dengan mengpakai  tanda dan gejala berikut ini.  

Seorang bayi muda akan diklasifikasikan sesuai derajat dehidrasinya 

jika  ada  2 atau lebih tanda dan gejala pada lajur yang sesuai. 

 

Cara mengklasifikasikan diare 

TANDA/GEJALA KLASIFIKASI 

ada  2 atau lebih tanda berikut : 

• Letargis atau tidak sadar 

• Mata cekung 

• Cubitan kulit perut kembalinya sangat 

lambat 

 

 

DIARE DEHIDRASI BERAT 

ada  2 atau lebih tanda berikut : 

• Gelisah atau rewel 

• Mata cekung 

• Cubitan kulit perut kembalinya lambat 

 

 

DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG 

• Tidak cukup tanda untuk dehidrasi 

berat atau ringan/sedang 

 

DIARE TANPA DEHIDRASI 

 

 

Catatan : 

 Cara memeriksa cubitan kulit : 

• Cubit kulit perut bayi (di tengah-tengah antara pusar dan sisi perut 

bayi) dengan mengpakai  ibu jari dan jari telunjuk. Jangan 

mengpakai  ujung jari, karena dapat menimbulkan rasa sakit. 

Letakkan tangan anda sedemikian rupa sehingga lipatan cubitan 

kulit sejajar dengan tubuh bayi (memanjang dari atas ke bawah -

tidak melintang tubuh bayi). Angkat semua lapisan kulit dan 

jaringan di bawahnya dengan mencubit kulit perut untuk 

mengetahui turgor. 

• Amati kembalinya 

   sangat lambat (> 2 detik)  

   lambat 

   segera 

d. Menilai dan Mengklasifikasi Diare 

Klasifikasikan derajat ikterusnya jika  ditemukan satu atau lebih 

tanda dan gejala yang didapatkan pada lajur yang sesuai dengan 

klasifikasi. 

 

Cara mengklasifikasikan ikterus 

TANDA/GEJALA KLASIFIKASI 

• Timbul kuning pada hari pertama 

(<24 jam) 

• Kuning ditemukan pada umur 

lebih dari 14 hari, ATAU 

• Kuning sampai telapak 

tangan/telapak kaki ATAU  

• Tinja berwarna pucat, ATAU 

 

 

 

IKTERUS BERAT 

• Timbul kuning pada umur ≥ 24 

jam sampai ≤ 14 hari dan tidak 

sampai telapak tangan/telapak 

kaki 

 

 

IKTERUS 

• Tidak kuning TIDAK ADA IKTERUS 

 

e. Memeriksa dan Mengklasifikasikan Kemungkinan Berat Badan Rendah 

dan/atau Masalah Pemberian ASI 

Periksa semua bayi muda untuk kemungkinan berat badan rendah dan 

masalah pemberian ASI. pakai  standar WHO 2005 untuk 

menentukan berat badan berdasarkan umur. 

Untuk mengetahui masalah pemberian ASI, lakukan penilaian tentang 

cara menyusui jika ada  kondisi di bawah ini: 

1) Ada kesulitan pemberian ASI; ATAU 

2) Diberi ASI kurang dari 8 kali dalam 24 jam; ATAU 

3) Diberi makanan/minuman lain selain ASI; ATAU 

4) Berat badan rendah menurut umur; DAN 

5) Tidak ada indikasi dirujuk 

 

 

 

 

 sesudah  mengklasifikasikan berat badan menurut umur dan menilai 

cara menyusui, klasifikasikan kemungkinan berat badan rendah 

dan/atau masalah pemberian ASI, sesuai tanda dan gejala di bawah ini. 

Seorang bayi muda akan diklasifikasikan pada klasifikasi tertentu 

jika  didapatkan satu atau lebih tanda atau gejala di lajur yang 

sesuai. 

 

Cara mengklasifikasikan kemungkinan Berat Badan Rendah 

dan/atau Masalah Pemberian ASI 

 

TANDA/GEJALA KLASIFIKASI 

• Ada kesulitan pemberian ASI, ATAU 

• Berat badan menurut umur rendah, 

ATAU 

• ASI kurang dari 8 kali per hari, 

ATAU 

• Mendapat makanan/minuman lain 

selain ASI, ATAU 

• Posisi bayi salah, ATAU 

• Tidak melekat dengan baik, ATAU 

• Tidak mengisap dengan efektif, ATAU 

• ada  luka atau bercak putih di 

mulut (thrush), ATAU 

• ada  celah bibir/langit-langit 

 

 

 

 

 

 

BERAT BADAN RENDAH 

MENURUT UMUR DAN/ATAU 

MASALAH PEMBERIAN ASI 

• Tidak ada  tanda/gejala diatas BERAT BADAN TIDAK RENDAH 

DAN TIDAK ADA MASALAH 

PEMBERIAN ASI  

 

f. Cara Pengisian Formulir Pencatatan  

Petugas kesehatan harus menuliskan hasil pemeriksaannya di formulir 

pencatatan. Berikut ini adalah Formulir Pencatatan Bayi Muda umur 

kurang dari 2 bulan yang terdiri dari 2 halaman. Baris atas berisi 

LAKUKAN PENILAIAN TENTANG CARA MENYUSUI: 

Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir? 

• Jika TIDAK, minta ibu menyusui 

• Jika YA, minta ibu menunggu dan memberitahu anda jika bayi sudah 

mau menyusu lagi 

• Amati pemberian ASI dengan seksama 

• Bersihkan hidung yang tersumbat, jika menghalangi bayi menyusu. 

Lihat apakah bayi menyusu dengan baik 

• Lihat, apakah posisi bayi  

Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, kepala dan badan bayi 

lurus, dada bayi menghadap ke dada ibunya, badan bayi dekat ke 

badan ibu 

• Lihat apakah bayi melekat dengan baik 

Dagu bayi menempel pada payudara, mulut terbuka lebar, bibir 

bawah membuka keluar, aerola lebih banyak dibagian atas daripada 

dibawah mulut 

• Lihat dan dengar apakah bayi menghisap dengan efektif? 

Bayi mengisap dalam, teratur, diselingi istirahat, hanya terdengar 

suara menelan 

 

identitas, berat badan, suhu badan, keluhan dan jenis 

kunjungan/kontak dengan bayi muda. Bagian selanjutnya merupakan 

catatan penilaian dan klasifikasi bayi muda. 

Berikut ini adalah petunjuk cara pengisian formulir pencatatan : 

1) Jawablah pertanyaan dengan cara menulis jika  tidak ada 

pilihannya 

2) jika  ada  pilihan lingkari jawaban yang anda pilih 

3) Berikan tanda centang (   ) di belakang ya atau tidak pada 

pertanyaan yang memerlukan jawaban ya atau tidak 

4) Pada kolom penilaian lingkari tanda atau gejala yang anda 

temukan pada pemeriksaan 

5) Tulislah klasifikasi sesuai dengan buku bagan MTBS pada kolom 

klasifikasi 

6) Tulislah tindakan atau pengobatan yang diperlukan pada kolom 

Tindakan/Pengobatan 

7) Tulislah waktu kunjungan ulang terdekat pada baris yang berisi 

Kunjungan ulang pada bagian akhir halaman ke-2 

8) Untuk imunisasi berikan tanda centang (   ) pada imunisasi yang 

sudah diberikan atau tulis tanggal pemberian. Lingkari imunisasi 

yang dibutuhkan. jika  pada saat itu memberikan imunisasi 

tulislah jenis imunisasi yang diberikan di bagian 

tindakan/pengobatan dan di buku KIA 

9) Untuk bayi yang memerlukan rujukan segera tidak perlu dilakukan 

penilaian pemberian minum, tidak perlu diberikan imunisasi 

walaupun diperlukan. 

 



g. Tindakan dan Pengobatan 

Tentukan tindakan dan beri pengobatan untuk setiap klasifikasi sesuai 

dengan yang tercantum dalam kolom tindakan/pengobatan pada buku 

bagan, kemudian catat dalam Formulir Pencatatan.  

Jenis pengobatan yang mungkin akan diberikan: 

1) Memberi tindakan pra-rujukan untuk anak sakit yang dirujuk.  

2) Memberi dosis pertama dari obat yang sesuai kepada anak yang 

membutuhkan pengobatan khusus dan mengajari ibu cara 

meminumkan obat, cara pemberian makan dan cairan selama anak 

sakit dan cara menangani infeksi lokal di rumah.  

3) Memberi nasihat tentang penatalaksanaan anak sakit di rumah.  

Bayi muda yang termasuk klasifikasi merah muda memerlukan rujukan 

segera ke fasilitas pelayanan yang lebih baik. Sebelum merujuk, 

lakukan tindakan/pengobatan pra rujukan. Jelaskan kepada orang tua 

bahwa tindakan/pengobatan pra rujukan diperlukan untuk 

menyelamatkan kelangsungan hidup anak. Minta persetujuan orang 

tua (informed consent) sebelum melakukan tindakan/pengobatan pra 

rujukan.  

Bayi muda dengan klasifikasi kuning dan hijau tidak memerlukan 

rujukan. Lakukan tindakan/pengobatan dan nasihat untuk ibu 

termasuk kapan harus segera kembali serta kunjungan ulang, sesuai 

dengan buku bagan. 

1) Menentukan Perlunya Rujukan Bagi Bayi Muda 

Bayi muda yang membutuhkan rujukan adalah yang mempunyai 

klasifikasi berat (berwarna merah muda) seperti: 

a) Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat 

b) Ikterus berat 

c) Diare dehidrasi berat 

Khusus untuk klasifikasi DIARE DEHIDRASI BERAT, jika tidak 

ada klasifikasi berat lainnya dan tempat kerja saudara mempunyai 

fasilitas dan kemampuan terapi intravena, maka dapat dilakukan 

langkah rehidrasi dengan Rencana Terapi C terlebih dahulu 

sebelum merujuk. Jika fasilitas tersebut tidak ada, RUJUK 

SEGERA. 

2) Tindakan dan pegobatan Pra-Rujukan 

Berikan semua tindakan pra rujukan yang sesuai dengan 

klasifikasinya sebelum merujuk bayi muda. Beberapa tindakan 

yang memperlambat rujukan dan tidak sangat mendesak tidak 

diberikan sebelum rujukan, seperti mengajari ibu mengobati infeksi 

lokal. 

 

 


 

Lakukan tindakan/pengobatan pra rujukan sebagai berikut 

sebelum merujuk bayi muda dengan klasifikasi merah: 

a) Membebaskan jalan napas dan memberi oksigen (jika ada). 

b) Menangani kejang dengan obat anti kejang. 

c) Mencegah agar gula darah tidak turun.  

d) Memberi cairan intravena ( RENCANA TERAPI C ). 

e) Memberi dosis pertama antibiotik intramuskular. 

f) Menghangatkan tubuh bayi segera.  

g) Menasihati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama 

perjalanan ke tempat rujukan dengan Metoda Kanguru.  

h) Menyertakan contoh darah ibu jika bayi mempunyai klasifikasi 

Ikterus Berat.  

i) Memasang pipa lambung pada bayi dengan klasifikasi Diare 

Dehidrasi Berat. 

Aturan umum merujuk dapat disingkat sebagai BAKSOKU dan 

dapat dijelaskan sebagai berikut: 

a) Bidan/petugas kesehatan yang terampil melakukan resusitasi 

harus mendampingi bayi dan ibu/keluarga 

b) Alat resusitasi harus dibawa dalam perjalanan menuju tempat 

rujukan 

c) Keluarga/ibu harus ikut menemani bayi ketempat rujukan 

d) Surat rujukan/formulir rujukan tentang data-data yang 

diperlukan di atas harus dibawa oleh petugas saat itu 

e) Oksigen (jika tersedia) 

f) Kendaraan harus disiapkan 

g) Uang 

 

 

 

Jika bayi muda ditemukan dalam keadaan kejang, henti napas, 

segera lakukan tindakan/pengobatan sebelum melakukan 

penilaian yang lain dan RUJUK SEGERA 

BAYI DAPAT DIRUJUK jika  : 

• Suhu ≥ 36◦ C 

• Denyut jantung ≥ 100 per menit (lihat Bagan Alur B 

Manajemen Bayi Lahir dengan Asfikisia) 

• Tidak ada tanda dehidrasi berat 

  


3. Menangani Gangguan Napas pada Penyakit Sangat Berat atau Infeksi 

Bakteri Berat 

 

 

 

Cara Mengpakai  Alat Pengisap Lendir: 

a. Jika alat pengisap lendir dimasukkan melalui mulut, maka panjang 

pipa yang dimasukkan maksimum 5 cm dari ujung bibir. 

b. Jika alat pengisap lendir dimasukkan melalui hidung, maka panjang 

pipa yang dimasukkan maksimum 3 cm dari ujung hidung. 

4. Menangani Kejang dengan Obat Anti Kejang 

Beri obat anti kejang jika bayi muda mengalami kejang saat 

pemeriksaan. 

 

 

 

Jangan memberi minum atau apapun lewat mulut bila bayi kejang, 

karena bisa terjadi aspirasi.  

 

MENANGANI GANGGUAN NAPAS PADA PENYAKIT SANGAT 

BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI BERAT 

• Posisikan kepala bayi  setengah tengadah, jika perlu bahu 

diganjal dengan gulungan kain 

• Bersihkan jalan napas dengan mengpakai  alat pengisap 

lender 

• Jika mungkin, berikan oksigen dengan kateter nasal atau 

nasal prong dengan kecepatan 0.5 liter per menit. 

 

Jika terjadi henti napas (apneu), lakukan resusitasi, sesuai 

dengan bagan alur b menajemen bayi baru lahir dengan asfiksia  

MENANGANI KEJANG DENGAN OBAT ANTI KEJANG 

 

Obat anti kejang pilihan pertama : Fenobarbital 

Obat anti kejang pilihan kedua : Diazepam 

Fenobarbital 

100 mg/2 ml (dalam ampul 2 

ml) diberikan secara 

intramuskular) 

Diazepam 

5 mg/ml (dalam ampul 1 ml) atau 

10 mg/2 ml (dalam ampul 2 ml) 

DIBERIK PER REKTAL. 

Dosis : 30 mg = 0.6 ml Berat < 2500 gram diberikan  

0.25 ml* 

Berat ≥ 2500 gram diberikan 0.50 

ml* 

*diberikan dengan mengpakai  semprit 1 ml 

 

Jika kejang timbul lagi (kejang berulang), ulangi pemberian 

Fenobarbital 

1 kali dengan dosisi yang sama, minimal selang waktu 15 menit. 

  

Jika bayi kejang dicurigai sebagai TETANUS NEONATORUM dengan 

tanda/gejala: 

a. Kejang/kaku seluruh tubuh baik dirangsang maupun spontan 

b. Mulut mencucu seperti mulut ikan 

c. Biasanya kesadaran masih baik tetapi bayi tak bisa menyusu. 

Lakukan tindakan : 

a. Beri obat anti kejang Diazepam bukan Fenobarbital.  

b. Beri dosis pertama antibiotik intramuskular Penisilin Prokain.  

c. Rujuk 

d. Lihat pedoman Eliminasi Tetanus Neonatorum untuk tindakan 

berikutnya. 

 

 

 

 

5. Mencegah Agar Gula Darah Tidak Turun 

 

 

6. Memberikan Cairan Intravena 

Berikan cairan intravena pada bayi dengan klasifikasi DIARE 

DEHIDRASI BERAT dengan Rencana Terapi C. Lihat bagan pengobatan 

untuk RENCANA TERAPI C (modifikasi untuk bayi muda). 

 

 

MENCEGAH AGAR GULA DARAH TIDAK TURUN 

 

Jika bayi masih bisa menyusu. 

Ibu diminta tetap menyusui bayinya 

 

Jika bayi tidak bisa menyusu, tapi masih bisa menelan. 

Beri ASI perah dengan cangkir kecil atau sendok atau ditetesi dengan pipet. 

Berikan kira-kira 20-50 ml sebelum dirujuk. 

Jika tidak memungkinkan, beri susu formula atau air gula. 

 

Jika bayi tidak bisa menelan. 

Beri 50 ml ASI perah, susu formula atau air gula melalui pipa lambung 

CARA MEMBUAT AIR GULA 5% 

Larutkan gula sebanyak 1 sendok takar (5 gram) ke dalam ½ gelas air 

matang (100 ml). Aduk sampai larut benar. 

 

 

Menangani Diare Dehidrasi Berat Sesuai Rencana Terapi C 

(Modifikasi untuk bayi muda) 

 

 

Jika bayi masuk klasifikasi dehidrasi berat, ada 

fasilitas dan kemampuan untuk pemberian 

cairan IV, maka : 

• Pasang jalur IV 

• Berikan cairan IV Ringer Laktat (jika tidak 

tersedia, berikan NaCl 0,9%) sebanyak 30 

ml/kg BB selama 1 jam (10 tetes makro/kgBB 

/menit atau 30 tetes mikro/kgBB/ menit). 

• Evaluasi setiap 1 jam : Bila membaik, RUJUK 

SEGERA dengan meneruskan cairan IV 70 

ml/kgBB selama 5 jam (5 tetes makro/kg BB/ 

menit atau14 tetes mikro/kg BB/menit) 

• Bila belum membaik, nadi masih lemah, ulangi 

lagi 30 tetes makro/kg BB/menit). 

Lakukan evaluasi 1 jam : 

   Bila membaik, RUJUK SEGERA dengan 

meneruskan pemberian cairan IV 70 

ml/kgBB selama 5 jam (5 tetes mikro/kg 

BB/menit atau 14 tetes mikro/kg BB/menit). 

   Bila belum membaik, RUJUK SEGERA 

dengan memberikan cairan IV dengan 

tetesan lebih cepat sampai teraba nadi lebih 

kuat 

• RUJUK SEGERA ke Rumah Sakit untuk 

pengobatan intravena. 

• Jika bayi dapat minum, bekali ibu larutan 

oralit dan tunjukan cara meminumkan pada 

bauinya sedikit demi sedikit selama dalam 

perjalanan  

• Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit 

melalui pipa orogastrik, beri 20 ml/kg BB/jam 

selama 6 jam (total 120 ml.kg) 

• Periksa kembali bayi setiap 1 jam : 

   Jika membaik, RUJUK SEGERA. 

   Jika bayi muntah terus menerus atau perut 

makin kembung, RUJUK SEGERA dengan 

memberi cairan lebih lambat 

Catatan : 

Pada tingkat dehidrasi apapun, sebaiknya ASI 

tetap diberikan. 


7. Memberi Antibiotik Intramuskular 

Berikan antibiotik dosis pertama intramuskular pada bayi muda sakit 

dengan klasifikasi Penyakit Sangat Berat atau Infeksi Bakteri Berat. 

Antibiotik pilihan pertama adalah Ampisilin dan Gentamisin. Antibiotik 

pilihan kedua adalah Penisilin Prokain dan Gentamisin. 

Cara memberikan suntikan intramuskular adalah sebagai berikut: 

a. Jelaskan kepada ibu mengapa obat tersebut harus diberikan. 

b. Pilih obat yang sesuai dan tentukan dosis obat berdasarkan bagan 

pengobatan. Periksa konsentrasi sediaan yang ada. 

c. pakai  alat suntik 1 ml dan jarum yang steril. 

 

 

 

d. Baringkan bayi, suntikkan secara intramuskular dan dalam di paha 

bagian lateral, jangan disuntikkan di bokong bayi. 

 

 

 

MEMBERI ANTIBIOTIK INTRAMUSKULAR 

Beri dosis pertama antibiotic intramuscular untuk bayi dengan klasifiasi 

PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI BERAT dan RUJUK 

SEGERA. 

 

Untuk semua klasifikasi yang Membutuhkan Antibiotik Intramuskular  

Antibiotik Intramuskular Pilihan Pertama : Ampisilin dan Gentamisin 

Antibiotik Intramuskular Pilihan Kedua : Penisilin Prokain dan Gentamisin 

 

8. Menghangatkan Tubuh Bayi Segera 

 

9. Tindakan/Pengobatan pada Bayi Muda yang Tidak Memerlukan 

Rujukan 

Tentukan tindakan/pengobatan untuk setiap klasifikasi bayi muda 

yang berwarna kuning dan hijau yaitu: 

a. Infeksi bakteri lokal. 

b. Mungkin bukan infeksi 

c. Diare dehidrasi ringan/sedang  

d. Diare tanpa dehidrasi 

e. Ikterus . 

f. Berat badan rendah menurut umur dan/atau masalah pemberian 

ASI 

g. Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian ASI.  

Catat semua tindakan/pengobatan yang diperlukan, termasuk nasihat 

kapan kembali segera dan kunjungan ulang pada Formulir Pencatatan.  

Di bawah ini adalah beberapa tindakan/pengobatan pada bayi muda 

yang tidak memerlukan rujukan: 

10. Menjaga Bayi Muda Tetap Hangat  

Keringkan bayi segera setiap kali terkena air, air kencing dan atau 

tinja. Hangatkan tubuh bayi segera bila suhu < 36o C seperti yang 

dilakukan pada Tindakan pra rujukan. 

11. Memberi Antibiotik Oral yang Sesuai  

Beri antibiotik per oral yang sesuai pada bayi muda dengan klasifikasi 

Infeksi Bakteri Lokal. 


CARA MENGHANGATKAN TUBUH BAYI 

Bayi dengan suhu badan <35,5◦C, harus segera dihangatkan sebelum dirujuk. 

Caranya sebagai berikut : 

• Hindari ruangan yang banyak angin, jauhkan bayi dari jendela/pintu. 

• Segera keringkan tubuh bayi yang basah dengan haduk/kain kering. 

Ganti pakaian selimut/kain basah dengan yang kering. 

• Hangatkan tubuh bayi dengan METODA KANGURU (lihat syarat METODA 

KANGURU). 

• jika  tidak memungkinkan mengpakai  METODA KANGGURU 

pakai  cahaya lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm, atau 

bungkus bayi dengan kain kering dan hangat dan beri tutup kepala 

sampai suhu normal dan perhatankan suhu tubuh bayi. 

• Jika dalam 1 jam suhu badan < 35,5◦C, RUJUK SEGERA dengan METODA 

KANGGURU bila memungkinkan. 

MEMBERI ANTIBIOTIK ORANG YANG SESUAI 

Antibiotik per oral yang sesuai untuK INFEKSI BAKTERI LOKAL. AMOKSILIN 

 

 

 

UMUR 

Atau 

BERAT BADAN 

AMOKSISILIN 

Dosis 50 mg/kg BB/hari 

Beri tiap 8 jam selama 5 hari 

Sirup 125 mg/5 ml 

(1 sendok takar = 5 

ml) 

Kaplet 250 mg 1 

kaplet dijadikan 5 

bungkus 

Kaplet 500 mg 1 

kaplet dijadikan 10 

bungkus 

1 hr - < 4 mgg 

(BB < 3 kg) 

½ sendok takar 1 bungkus 1 bungkus 

4 mgg - < 2bln ½ sendok takar 2 bungkus 2 bungkus 

 


12. Mengobati infeksi bakteri lokal  

Berikan Gentian Violet 0,5% atau Povidon Yodium bila ada  infeksi 

pada kulit atau pusar dan berikan salep mata tetrasiklin 1% atau 

kloramfenikol 0,25% bila menderita infeksi mata.  

Ada 2 jenis Infeksi Bakteri Lokal pada bayi muda yang dapat diobati 

ibu di rumah : 

a. Infeksi mata 

b. Infeksi kulit atau pusar. 

 

 

 

13. Melakukan Rehidrasi Oral baik di Klinik maupun di Rumah  

Penanganan diare yang paling penting adalah mencegah atau 

mengatasi dehidrasi, selain mencegah terjadinya gangguan nutrisi dan 

lain-lain. Oleh karena itu anda harus menguasai dengan baik rencana 

terapi A dan B bagi penderita diare. 

CARA MENGOBATI INFEKSI MATA 

• Cuci tangan sebelum mengobati bayi 

• Bersihkan kedua mata bayi 3x sehari mengpakai  kapas/kain bersih 

dengan air hangat 

• Oleskan salep mata Tetraiklin 1% atau kloramfenikol 0,25% pada bagian 

dalam kelopak mata bawah, pada kedua mata 

• Cuci tangan kembali 

• Obati sampai kemerahan hilang 

CARA MENGOBATI INFEKSI KULIT ATAU PUSAR 

• Cuci tangan sebelum mengobati bayi. 

• Bersihkan nanah dan krusta dengan air matang dan sabun secara hati-hati 

• Keringkan daerah sekitar luka dengan kain bersih dan kering 

• Olesi dengan Gentian Violet 0,5% atau Povidon Yodium 

• Cuci tangan kembali  

• Lakukan 2 kali sehari 

 

Cara menyiapkan Gentian Violet 0,5% 

1 bagian Gentian Violet 1% ditambah aquades 

(misal 10 ml Gentian Violet 1% ditambah 10 ml aquades) 

 

 

Rencana Terapi A : Penanganan Diare di Rumah 

Jelaskan pada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah : 

 

1. BERI CAIRAN TAMBAHAN (sebanyak anak mau) 

a. JELASKAN KEPADA IBU : 

1) Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian 

2) Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berika oralit atau air matang 

sebagai tambahan 

3) Jika anak tidak memperoleh ASI Ekslusif, berikan 1 atau lebih cairan 

berikut ini : oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air 

matang. 

 

Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika : 

1) Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan 

ini  

2) Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah 

 

b. AJARI IBU CARA MENCAMPUR DAN MEMBERIKAN ORALIT. 

BERI IBU 6 BUNGKUS ORALIT (200 ml) UNTUK dipakai  DI RUMAH 

 

c. TUNJUKAN KEPADA IBU BERAPA BANYAK ORALIT/CAIRAN LAIN YANG 

HARUS DIBERIKAN SETIAP