Angka Kematian Bayi berhasil diturunkan secara tajam dari 68 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 1990an menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup
(SDKI 2007). Penurunan kematian neonatal berlangsung lambat yaitu dari
32 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990an menjadi 19 per 1.000
kelahiran hidup (SDKI 2007), dimana 55,8% dari kematian bayi terjadi
pada periode neonatal, sekitar 78,5%-nya terjadi pada umur 0-6 hari
pemicu kematian neonatal di negara kita disajikan pada tabel 1 dibawah.
Tabel 1. pemicu Kematian Neonatal di negara kita
Masalah utama bayi baru lahir pada masa perinatal dapat memicu
kematian, kesakitan dan kecacatan. Hal ini merupakan akibat dari kondisi
kesehatan ibu yang jelek, perawatan selama kehamilan yang tidak adekuat,
penanganan selama persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta
perawatan neonatal yang tidak adekuat. Bila ibu meninggal saat
melahirkan, kesempatan hidup yang dimiliki bayinya menjadi semakin
kecil. Kematian neonatal tidak dapat diturunkan secara bermakna tanpa
dukungan upaya menurunkan kematian ibu dan meningkatkan kesehatan
ibu. Perawatan antenatal dan pertolongan persalinan sesuai standar, harus
disertai dengan perawatan neonatal yang adekuat dan upaya-upaya untuk
menurunkan kematian bayi akibat bayi berat lahir rendah, infeksi pasca
lahir (seperti tetanus neonatorum, sepsis), hipotermia dan asfiksia.
Sebagian besar kematian neonatal yang terjadi pasca lahir disebabkan oleh
pemicu Kematian Neonatal
Berdasarkan SKRT Tahun 2001
pemicu Kematian Neonatal
Berdasarkan Riskesdas Tahun 2007
Asfiksia 29 %
BBLR/Prematuritas 27 %
Tetanus 10 %
Masalah Pemberian ASI 10 %
Masalah Hematologi 6 %
Infeksi 5 %
Gangguan/kelainan pernapasan 35,9%
Prematuritas 32,4%
Sepsis 12 %
Hipotermi 6,3%
Kelainan darah/Ikterus 5,6%
Post Matur 2,8%
Kelainan Kongenital 1,4%
penyakit – penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan biaya yang
tidak mahal, mudah dilakukan, bisa dikerjakan dan efektif. Intervensi
imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil menurunkan kematian neonatal
hingga 33-58% (The Lancet Neonatal Survival 2005).
Di negara berkembang, sekitar 3% bayi mengalami asfiksia lahir tingkat
sedang dan berat. Bayi asfiksia yang mampu bertahan hidup namun
mengalami kerusakan otak, jumlahnya cukup banyak. Hal ini disebabkan
karena resusitasi tidak adekuat atau salah prosedur. Resusitasi yang
dilaksanakan secara adekuat dapat mencegah kematian dan kecacatan
pada bayi karena hipoksia. Intervensi post natal terhadap peningkatan
ketrampilan resusitasi bayi baru lahir dapat menurunkan kematian
neonatal hingga 6-42% (The Lancet Neonatal Survival 2005).
Penyumbang utama kematian BBLR adalah prematuritas, infeksi, asfiksia
lahir, hipotermia dan pemberian ASI yang kurang adekuat. Beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa kematian karena hipotermia pada
bayi berat lahir rendah (BBLR) dan bayi prematur jumlahnya cukup
bermakna. Perilaku/kebiasaan yang merugikan seperti memandikan bayi
segera sesudah lahir atau tidak segera menyelimuti bayi sesudah lahir, dapat
meningkatkan risiko hipotermia pada bayi baru lahir. Intervensi untuk
menjaga bayi baru lahir tetap hangat dapat menurunkan kematian
neonatal sebanyak 18-42% (The Lancet Neonatal Survival 2005).
Salah satu penyakit infeksi yang merupakan pemicu kematian bayi baru
lahir adalah Pneumonia, suatu infeksi yang dapat terjadi saat lahir atau
sesudah lahir. Faktor risiko terpenting terjadinya Pneumonia adalah
perawatan yang tidak bersih, hipotermia dan pemberian ASI yang kurang
adekuat. Pneumonia pada bayi baru lahir gejalanya tidak jelas dan
seringkali tidak diketahui sampai keadaannya sudah sangat terlambat.
Penurunan Angka Kematian Neonatal memerlukan upaya bersama tenaga
kesehatan dengan melibatkan dukun bayi, keluarga dan masyarakat dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi ibu dan bayi baru
lahir. Untuk mengukur keberhasilan penerapan intervensi yang efektif dan
efisien, dapat dimonitor melalui indikator cakupan pelayanan yang
mencerminkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bayi baru
lahir. Penurunan angka kematian neonatal dapat dicapai dengan
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan
sejak bayi dalam kandungan, saat lahir hingga masa neonatal.
Grafik ini mengambarkan kesenjangan pelayanan kesehatan di tingkat
nasional, yang ditandai persentase cakupan tidak sama tinggi. Penurunan
kematian neonatal lebih mudah dicapai jika cakupan pelayanan kesehatan
mencapai persentase yang sama tingginya, The Lancet Neonatal Series
mensyaratkan sekurangnya 90%.
B. PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR
1. Kewaspadaan Umum ( Universal Precaution )
Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan
oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses
persalinan berlangsung maupun beberapa saat sesudah lahir. Beberapa
mikroorganisme harus diwaspadai karena dapat ditularkan lewat
percikan darah dan cairan tubuh misalnya virus HIV, Hepatitis B dan
Hepatitis C. Sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan
telah melakukan upaya pencegahan infeksi berikut:
a. Persiapan Diri
1) Sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi, cuci tangan
dengan sabun kemudian keringkan (lihat lampiran 1).
2) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan.
b. Persiapan Alat
Pastikan semua peralatan dan bahan yang dipakai , terutama
klem, gunting, alat-alat resusitasi dan benang tali pusat telah di
desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi. pakai bola karet
pengisap yang baru dan bersih jika akan melakukan pengisapan
lendir dengan alat tersebut. Jangan mengpakai bola karet
pengisap yang sama untuk lebih dari satu bayi. Bila mengpakai
bola karet pengisap yang dapat dipakai kembali, pastikan alat
tersebut dalam keadaan bersih dan steril. Pastikan semua pakaian,
handuk, selimut dan kain yang dipakai untuk bayi sudah dalam
keadaan bersih dan hangat. Demikian pula halnya timbangan, pita
pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lain yang akan
bersentuhan dengan bayi, juga bersih dan hangat. Dekontaminasi
dan cuci semua alat setiap kali sesudah dipakai .
c. Persiapan Tempat
pakai ruangan yang hangat dan terang, siapkan tempat resusitasi
yang bersih, kering, hangat, datar, rata dan cukup keras, misalnya
meja atau dipan. Letakkan tempat resustasi dekat pemancar panas
dan tidak berangin, tutup jendela dan pintu. pakai lampu pijar 60
watt dengan jarak 60 cm dari bayi sebagai alternatif bila pemancar
panas tidak tersedia.
2. Penilaian Awal
Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4
pertanyaan:
Sebelum bayi lahir:
Apakah kehamilan cukup bulan?
Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
Segera sesudah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih
dan kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan
penilaian berikut:
Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Dalam Bagan Alur Manajemen BBL dapat dilihat alur penatalaksanaan
BBL mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan serta alternatif
tindakan yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL
cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung menangis atau
bernapas spontan dan bergerak aktif cukup dilakukan manajemen BBL
normal.
Jika bayi kurang bulan (< 37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bulan (≥
42 minggu/283 hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium dan
atau tidak bernapas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik
lakukan manajemen BBL dengan Asfiksia.
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA
PENILAIAN
Sebelum bayi lahir :
1. Apakah kehamilan cukup bulan?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur
meconium?
Segera sesudah bayi lahir
3. Apakah bayi menangisi atau bernapas/tidak
megap-megap?
4. Apakah tonus obat bayi baik/bayi bergerak
aktif?
Jika bayi tidak bernapas /bernapas megap-
megap
VENTILASI
1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan
2. Ventilasi 2x dengan tekanan 30 cm air
3. Jika dada mengembang lakukan ventilasi 20x
dengan tekanan 20 cm air selama 30 detik
Jika bayi tidak cukup bulan dan
atau tidak bernapas atau megap-
megap dan atau lemas
Jika air ketuban tercampur mekonium
Potong Tali Pusat
Jika bayi menangis
atau bernapas
normal
Jika bayi tidak
bernapas atau
megap-megap
LANGKAH AWAL
1. Jaga bayi tetap hangat
2. Atur posisi bayi
3. Isap lender
4. Keringkan dan rangsang
taktil
5. reposisi
Potong Tali
Pusat
Buka mulut lebar,
usap dan isap
lender dari mulut
NILAI NAPAS
Jika bayi bernapas normal
ASUHAN PASCA RESUSITASI
1. Pemantauan tanda bahaya
2. Perawatan tali pusat
3. Inisiasi menyusu dini
4. Pencegahan hipotermi
5. Pemberian vitamin K1
6. Pemberian salep/tetes mata
7. Pemeriksaan fisis
8. Pencatatan & pelaporan NILAI NAPAS
Jika bayi mulai bernapas normal
1. Hentikan veritasi
2. ASUHAN PASCA RESUSITASI
Jika bayi tidak bernapas /bernapas megap-megap
1. Ulangi vertilisasi sebanyak 20 x selama 30 detik
2. Hentikan vertilasi dan nilai kembali napas tiap 30
detik
3. Jika bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit
resusitasi, siapkan rujukan, nilai denyut jantung
Jika bayi dirujuk
1. Konseling
2. Lanjutkan resusitasi
3. Pemantauan tanda bahaya
4. Perawatan tali pusat
5. Pencegahan hipotermi
6. Pemberian Vitamin K1*
7. Pemberian salep/tetes mata
8. Pencatatan dan pelaporan
Jika tidak mau dirujuk & tidak berhasil
1. Sesudah 10 menit bayi tidak bernapas
spontan dan tidak terdengar denyut
jantung pertimbangkan menghentikan
resusitasi
2. Konseling
3. Pencatatan dan pelaporan
3. Pencegahan Kehilangan Panas
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum
berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya
pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami
hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami
sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada
bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera
dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang
relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah lebih rentan
untuk mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh
menjadi hipertermia (temperatur tubuh lebih dari 37,5°C)
a. Mekanisme Kehilangan Panas
BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:
1) Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri.
Hal ini merupakan jalan utama bayi kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak
segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya
tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak
langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih
rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
melalui mekanisme konduksi jika bayi diletakkan di atas
benda-benda tersebut.
3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan
atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika
ada aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara
dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan.
4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih
rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas
dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung).
b. Mencegah Kehilangan Panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:
1) Ruang bersalin yang hangat
Suhu ruangan minimal 25°C. Tutup semua pintu dan jendela.
2) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera
ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering.
3) Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu
ke kulit bayi
sesudah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada
atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi
menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada
di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari
puting payudara ibu.
4) Inisiasi Menyusu Dini
5) pakai pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan
panas
6) Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan
pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki
permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat
kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
7) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan sesudah satu jam kontak kulit ibu ke kulit
bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah
kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian),
sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering.
Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat
berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau
selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu
tidak kurang dari enam jam sesudah lahir dan sesudah kondisi
stabil. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama sesudah
lahir dapat memicu hipotermia yang sangat
membahayakan kesehatan BBL.
8) Rawat Gabung
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam.
Idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan
ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar
bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan
mencegah paparan infeksi pada bayi.
9) Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
jika bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan
dalam lingkungan yang hangat.
10) Transportasi hangat
Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama
dalam perjalanan.
11) Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk
keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga
tentang hipotermia meliputi tanda-tanda dan bahayanya.
4. Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat
a. Memotong dan Mengikat Tali Pusat
Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.
Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat
dipotong.
JANGAN MEMANDIKAN BAYI SEBELUM 6 JAM
sesudah LAHIR DAN SEBELUM KONDISI STABIL
1) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm
dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan
tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah
ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan
tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari
tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.
2) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang
lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan
mengpakai gunting DTT atau steril.
3) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
4) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam
larutan klorin 0,5%.
5) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi
Menyusu Dini.
b. Nasihat untuk Merawat Tali Pusat
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali
pusat.
2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan
cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal
ini juga kepada ibu dan keluarganya.
3) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih
diperkenankan jika ada tanda infeksi, tetapi tidak
dikompreskan karena memicu tali pusat basah atau lembab.
4) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan
bayi:
a) Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
b) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai
sisa tali pusat mengering dan terlepas sendiri.
c) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air
DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan
mengpakai kain bersih.
d) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada
kulit sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika
ada tanda infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya
ke fasilitas kesehatan.
5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama
6 bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI
sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih
sayang (asih), memberikan nutrisi terbaik (asuh) dan melatih refleks dan
motorik bayi (asah).
Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam Asuhan Bayi Baru Lahir
Langkah 1: Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan:
a. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran
b. Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian
apakah bayi perlu resusitasi atau tidak
c. Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi
mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut
tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan membantu
menyamankan dan menghangatkan bayi. sesudah dikeringkan,
selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum
tali pusat di klem.
d. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion
pada tangan bayi membantu bayi mencari puting ibunya yang berbau
sama.
e. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal) kemudian suntikkan oksitosin 10 UI intra
muskular pada ibu.
Langkah 2: Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama
paling sedikit satu jam:
a. sesudah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di
dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu.
Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu tapi lebih rendah
dari puting.
b. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi.
c. Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit
satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika
perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah
kontak visual antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara
ibu.
d. Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan Manajemen
Aktif Kala 3 persalinan.
Langkah 3: Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan
mulai menyusu:
a. Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu
b. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu
misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara
lainnya. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15
menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Sebagian besar bayi
akan berhasil menemukan puting ibu dalam waktu 30-60 menit tapi
tetap biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya 1 jam walaupun
bayi sudah menemukan puting kurang dari 1 jam.
c. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi
selesai menyusu setidaknya 1 jam atau lebih bila bayi baru
menemukan puting sesudah 1 jam.
d. Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau
sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama
dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.
e. Jika bayi belum menemukan puting ibu - IMD dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak
kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.
f. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,
pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu.
Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang,
pemberian vitamin K1, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi
kepada ibu untuk menyusu.
g. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga
kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama
beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat
disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada
ibu dan selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali.
h. Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu
dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa
menyusu sesering keinginannya.
LIMA URUTAN PERILAKU BAYI SAAT MENYUSU PERTAMA KALI
Langkah Perilaku yang teramati Perkiraan waktu
1 Bayi beristirahat dan melihat 30-40 menit pertama
2 Bayi mulai mendecakkan bibir
dan membawa jarinya ke mulut
40-60 menit sesudah
lahir dengan kontak
kulit dengan kulit
terus menerus tanpa
terputus
3 Bayi mengeluarkan air liur
4 Bayi menendang, menggerakkan
kaki, bahu, lengan dan badannya
kearah dada ibu dengan
mengandalkan indra
penciumannya
5 Bayi meletakkan mulutnya ke
puting ibu
PEDOMAN MENYUSUI
1. Mulai menyusui segera sesudah lahir (dalam waktu satu jam)
2. Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya
air, madu, larutan gula atau pengganti susu ibu) kecuali
diintruksikan oleh dokter atas alasan-alasan medis; sangat jarang ibu
tidak memiliki air susu yang cukup sehingga memerlukan susu
tambahan ,
3. Berikan ASI Eksklusif selama enam bulan pertama hidupnya dan
baru dianjurkan untuk memulai pemberian Makanan Pendamping
ASI sesudah periode eksklusif tersebut.
4. Berikan ASI pada bayi sesuai dorongan alamiahnya baik siang
maupun malam (8-10 kali atau lebih, dalam 24 jam) selama bayi
menginginkannya.
6. Pencegahan Perdarahan
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum
sempurna, maka semua bayi akan berisiko untuk mengalami
perdarahan tidak tergantung apakah bayi mendapat ASI atau susu
formula atau usia kehamilan dan berat badan pada saat lahir.
Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat berat, berupa perdarahan
pada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ataupun perdarahan
intrakranial.
Untuk mencegah kejadian diatas, maka pada semua bayi baru lahir,
apalagi Bayi Berat Lahir Rendah diberikan suntikan vitamin K1
(Phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muskular pada
antero lateral paha kiri. Suntikan Vitamin K1 dilakukan sesudah
proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B. Perlu
diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vitamin K1 yaitu ampul yang
sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk diperpakai kembali.
7. Pencegahan Infeksi Mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera
sesudah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam sesudah
lahir. Pencegahan infeksi mata dianjurkan mengpakai salep mata
antibiotik tetrasiklin 1%.
Cara pemberian salep mata antibiotik:
a. Cuci tangan (pakai sabun dan air bersih mengalir) kemudian
keringkan
b. Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan
pemberian obat tersebut.
c. Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah.
d. Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata
yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata
atau tetes mata.
e. Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh
mata bayi.
f. Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga
untuk tidak menghapus obat-obat tersebut.
8. Pemberian Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam sesudah
pemberian Vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B
bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi,
terutama jalur penularan ibu-bayi.
Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal
(penularan ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan horisontal
(penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk mencegah
terjadinya infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi Hepatitis B sedini
mungkin.
Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa
virus Hepatitis B didalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa)
hepatitis. Risiko penderita Hepatitis B untuk menjadi carrier
tergantung umur pada waktu terinfeksi. Jika terinfeksi pada bayi baru
lahir, maka risiko menjadi carrier 90%. Sedangkan yang terinfeksi pada
umur dewasa risiko menjadi carrier 5-10%.
Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0 – 7
hari karena:
a. Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B.
b. Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari
ibu pembawa virus.
c. Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi
Hepatitis menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis
hati dan kanker hati primer
d. Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75%
bayi dari penularan Hepatitis B.
Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untuk kembali untuk
mendapatkan imunisasi berikutnya sesuai jadwal pemberian
imunisasi.
9. Pemberian Identitas
Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera
mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi
dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi, sebaiknya dilakukan
segera sesudah IMD. Gelang pengenal berisi identitas nama ibu dan
ayah, tanggal, jam lahir dan jenis kelamin. jika fasilitas
memungkinkan juga dilakukan cap telapak kaki bayi pada rekam
medis kelahiran.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
menyatakan bahwa setiap anak berhak atas identitas diri. Tenaga
kesehatan sebagai penolong persalinan menuliskan keterangan lahir
untuk dipakai orang tua dalam memperoleh akte kelahiran bayi,
lembar keterangan lahir ada di dalam Buku KIA.
10. Anamnese dan Pemeriksaan Fisik
Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang
terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam
rahim ke kehidupan di luar rahim.
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika
ada kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada
24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas
kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan
selama 24 jam pertama.
a. Waktu pemeriksaan BBL:
1) sesudah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)
2) Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)
3) Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)
4) Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)
a) Persiapan
(1) Persiapan alat dan tempat
Alat yang dipakai untuk memeriksa:
(a) Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan
memberikan kehangatan.
(b) Air bersih, sabun, handuk kering dan hangat
(c) Sarung tangan bersih
(d) Kain bersih
(e) Stetoskop
(f) Jam dengan jarum detik
(g) Termometer
(h) Timbangan bayi
(i) Pengukur panjang bayi
(j) Pengukur lingkar kepala.
Tempat
Pemeriksaan dilakukan di tempat yang datar, rata,
bersih, kering, hangat dan terang
(2) Persiapan diri
(a) Sebelum memeriksa bayi, cucilah tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
dengan lap bersih dan kering atau dianginkan.
Jangan menyentuh bayi jika tangan anda masih
basah dan dingin.
(b) pakai sarung tangan jika tangan menyentuh
bagian tubuh yang ada darah seperti tali pusat atau
memasukkan tangan ke dalam mulut bayi.
(c) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
sesudah pemeriksaan kemudian keringkan
(d) Untuk menjaga bayi tetap hangat, tidak perlu
menelanjangi bayi bulat-bulat pada setiap tahap
pemeriksaan. Buka hanya bagian yang akan
diperiksa atau diamati dalam waktu singkat untuk
mencegah kehilangan panas.
(3) Persiapan keluarga
Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang apa yang akan
dilakukan dan kemudian hasilnya sesudah selesai.
b) Langkah - Langkah Pemeriksaan
Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisis. Catat
seluruh hasil pemeriksaan. Lakukan rujukan sesuai pedoman
MTBS.
(1) Anamnesis
Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah
kesehatan pada ibu:
(a) Keluhan tentang bayinya
(b) Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi
(TBC, demam saat persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis
B atau C, siphilis, HIV/AIDS, penggunaan obat).
(c) Cara, waktu, tempat bersalin, kondisi bayi saat lahir
(langsung menangis /tidak) dan tindakan yang
diberikan pada bayi jika ada.
(d) Warna air ketuban
(e) Riwayat bayi buang air kecil dan besar
(f) Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap
(2) Pemeriksaan Fisik
Prinsip:
(a) Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang
(tidak menangis)
(b) Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan
menilai pernapasan dan tarikan dinding dada
kedalam, denyut jantung serta perut
Pemeriksaan fisis yang dilakukan Keadaan normal
1 Lihat postur, tonus dan aktifitas Posisi tungkal dan lengan fleksi
Bayi sehat akan b egerak aktif
2 Lihat kulit Wajah bibir dan selaput lender, dada
harus berwarna merah muda, tanpa
adanya kemerahan atau bisul
3 Hitung pernapasan dan lihat tarikan
dinding dada kedalam ketika bayi
sedang tidak menangis
Frekuenso napas normal 40-60 kali per
menit
Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam
yang kuat
4 Hitung denyut jantung dengan
meletakkan stetoskop di dada kiri
setinggi apeks kordis
Frekuensi denyut jantung normal 120-160
kali per menit
5 Lakukan pengukuran suhu ketiak
dengan thermometer
Suhu normal adalah 36,5 – 37,5°C
6
Lihat dan raba bagian kepala
Bentuk kepala terkadang asimetris karena
penyesuaian pada saat proses persalinan,
umumnya hilang dalam 48 jam
Ubun-ubun besar rata atau tidak
membonjol, dapat sedikit membonjol saat
Pemeriksaan fisis yang dilakukan Keadaan normal
bayi menangis
7 Lihat mata Tidak ada kotoran/secret
8 Lihat bagian dalam mulut
Masukan satu jari yang mengpakai
sarung tangan ke dalam mulut, raba
langit-langit
Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak
ada bagian yang terbelah
Nilai kekuatan isap bayi.
Bayi akan mengisap juat jari pemeriksa
9 Lihat dan raba perut
Lihat tali pusat
Perut bayi datar, teraba lemas
Tidak ada perdarahan, pembengkakan,
nanah, bau yang tidak enak pada tali
pusat atau kemerahan sekitar tali pusat
10 Lihat punggung dan raba tulang
belakang
Kulit terlihat utuh, tidak ada lubang
dan benjolan pada tulang belakang
11 Lihat ekstremitas Hitung jumlah jari tangan dan kaki
Lihat apakah kaki posisinya baik atau
bengkok ke dalam atau keluar
Lihat gerakan ekstremitas simetris atau
tidak
12 Lihat lubang anus
Hindari masukkan alat atau jari
dalam memeriksa anus
Tanyakan pada ibu apakah bayi
sudah buang air besar
Terlihat lubang anus dan periksa apakah
meconium
Biasanya meconium keluar dalam 24 jam
sesudah lahir
13 Lihat dan raba alat kelamin luar
Tanyakan pada ibu apakah bayi
sudah buang air kecil
Bayi perempuan kadang terlihat cairan
vagina berwarna putih atau kemerahan
Bayi laki-lakki ada lubang uretra
pada ujung penis
Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam
24 jam sesudah lahir
14 Timbang bayi
Timbang bayi dengan mengpakai
selimut, hasil dikurangi selimut
Berat lahir 2,5- 4 kg
Dalam minggu pertama, berat bayi
mungkin turun dahulu baru kemudian
naik kembali dan pada usia 2 minggu
umumnya telah mencapati berat lahirnya.
Penurunan berat badan maksimal untuk
bayi baru lahir cukup bulan maksimal
10% untuk bayi kurang bulan maksimal
15%
15 Mengukur panjang dan lingkar kepala
bayi
Panjang lahir normal 48-52 cm
Lingkar kepala normal 33-37 cm
16 Menilai cara menyusul, minta ibu
untuk menyusui bayinya
Kepala dan badan dalam garis lurus;
wajah bayi menghadap payudara; ibu
mendekatkan bayi ke tubuhnya
Bibir bawah melengkung keluar, sebagian
besar areola berada dalam mulut bayi
Mengisap dalam dan pelan kadang disertai
berhenti sesaat
FORMULIR BAYI BARU LAHIR
Catat hasil pemeriksaan di formulir bayi baru lahir. Formulir ini merupakan
catatan medik yang harus disimpan oleh petugas kesehatan. Tuliskan juga
hasil pemeriksaan di buku KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) beberapa
informasi yang diperlukan sesuai dengan petunjuk penulisan buku KIA.
jika DIJUMPAI KEADAAN YANG TIDAK NORMAL, pakai FORMULIR MTBS
UNTUK PEMERIKSAAN LEBIH LANJUT
11. Pemulangan Bayi Lahir Normal
Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya dipulangkan minimal
24 jam sesudah lahir jika selama pengawasan tidak dijumpai
kelainan. Sedangkan pada bayi yang lahir di rumah bayi dianggap
dipulangkan pada saat petugas kesehatan meninggalkan tempat
persalinan. Pada bayi yang lahir normal dan tanpa masalah petugas
kesehatan meninggalkan tempat persalinan paling cepat 2 jam sesudah
lahir.
Petugas melakukan pemeriksaan lengkap untuk memastikan bayi
dalam keadaan baik, dan harus memberikan konseling tanda bahaya
dan perawatan bayi baru lahir serta memberi tahu jadwal kunjungan
neonatus 1, 2 dan 3.
Tanda bahaya yang harus diperhatikan adalah:
a. Tidak mau minum atau memuntahkan semua ATAU
b. Kejang ATAU
c. Bergerak hanya jika dirangsang ATAU
d. Napas cepat ( ≥ 60 kali /menit ) ATAU
e. Napas lambat ( < 30 kali /menit ) ATAU
f. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat ATAU
g. Merintih ATAU
h. Teraba demam (suhu aksila > 37.5 °C) ATAU
i. Teraba dingin (suhu aksila < 36 °C ) ATAU
j. Nanah yang banyak di mata ATAU
k. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut ATAU
l. Diare ATAU
m. Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki
C. PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL sesudah LAHIR
1. Menjaga Bayi Tetap Hangat
sesudah bayi dilahirkan dan berhasil melalui adaptasi dari intra ke
ekstra uterin, bayi harus dijaga tetap hangat. Beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk menjaga bayi tetap hangat adalah:
a. Jelaskan kepada ibu bahwa menjaga bayi tetap hangat adalah
sangat penting untuk menjaga bayi tetap sehat
b. Bayi memakai pakaian yang lembut, hangat, kering dan bersih,
bila perlu bayi memakai tutup kepala, sarung tangan dan kaos
kaki
c. Yakinkan bayi mengpakai baju dan diselimuti
d. Bayi harus dirawat gabung dengan ibunya sehingga ibu mudah
menjangkau bayinya
e. jika bayi harus dipisah dengan ibunya, yakinkan bayi
mengpakai pakaian yang hangat dan diselimuti
f. Raba telapak kaki bayi, bila teraba dingin bisa dilakukan kontak
kulit ke kulit, atau ditambah selimut dan lakukan penilaian ulang
g. Jaga ruangan tetap hangat
Posisi tidur
a. Bayi tidur bersama ibu di tempat tidur yang sama untuk
memudahkan menyusui sesuai dengan keinginan bayi.
b. Sebaiknya bayi tidur bersama ibu di bawah kelambu, terutama
untuk daerah malaria.
c. Posisi tidur bayi yang dianjurkan adalah terlentang atau miring,
tidak dianjurkan untuk tidur tengkurap terlebih tanpa pengawasan
terus menerus.
2. Pemeriksaan sesudah Lahir Mengpakai MTBS
Pada prinsipnya waktu yang sangat penting untuk melakukan
pemeriksaan sesudah bayi lahir adalah:
a. Sebelum bayi dipulangkan
Pengertian bayi dipulangkan dibagi menjadi 2, yaitu:
1) jika bayi lahir di rumah, pengertian dipulangkan berarti
pada saat petugas meninggalkan rumah tempat ibu bersalin.
Petugas meninggalkan rumah tempat bersalin minimal 2 jam
sesudah lahir.
2) jika bayi lahir di fasilitas kesehatan, bayi dipulangkan
minimal 24 jam sesudah lahir.
Pemeriksaan ini mengpakai formulir bayi baru lahir seperti
dijelaskan pada bab sebelumnya.
b. Pada saat kunjungan ulang
Pengertian kunjungan ulang juga terbagi menjadi 2 pengertian,
yaitu
1) jika bayi dibawa oleh keluarga ke fasilitas kesehatan karena
suatu masalah.
2) Sesuai jadwal kunjungan neonatus.
Pemeriksaan yang dilakukan mengacu pada Manajemen Terpadu
Balita Sakit khususnya pada kelompok umur kurang dari 2 bulan.
PEMERIKSAAN NEONATUS MENGpakai MTBS
Untuk mengetahui apakah seorang bayi baru lahir dalam keadaan sehat
atau sakit dapat dilakukan dengan memeriksa tanda dan gejala utama
pada bayi. Pemeriksaan tersebut mengpakai bagan bayi muda pada
pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit. Tanda atau gejala pada bayi
muda sakit kadang merupakan suatu masalah tersendiri atau bagian dari
suatu penyakit. Untuk membantu petugas kesehatan supaya dapat
menangani masalah bayi muda dibuat suatu bagan yang dapat dipakai
untuk mengklasifikasikan penyakit. Klasifikasi bukan merupakan diagnosis
tetapi dengan klasifikasi ini petugas bisa melakukan langkah-langkah
untuk melakukan pertolongan pada bayi sakit.
Dengan bagan ini petugas kesehatan diharapkan mampu
mengklasifikasikan bayi sakit, melakukan tindakan atau pengobatan,
memberikan konseling dan memberikan pelayanan tindak lanjut. Petugas
akan menulis hasil pemeriksaannya di formulir MTBS dan mengpakai
buku bagan MTBS sebagai alat bantunya.
Dalam setiap kunjungan rumah petugas harus mampu :
a. Menanyakan kepada ibu masalah yang dihadapi oleh bayinya
b. jika menemukan bayi sakit, harus mampu mengklasifikasikan
penyakit bayi untuk:
1) Kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri
2) Diare
3) Ikterus
4) Kemungkinan berat badan rendah
c. Menangani masalah pemberian ASI
d. Menentukan status imunisasi
e. Menentukan masalah atau keluhan lain
f. Menentukan tindakan dan memberikan pengobatan bila diperlukan
g. Bila perlu, merujuk bayi muda dan memberi tindakan pra rujukan
h. Melakukan konseling bagi ibu
i. Memberikan pelayanan tindak lanjut.
Keterampilan tersebut diatas secara lengkap dipelajari dalam pelatihan
MTBS di bagian Bayi Muda. Pada buku ini akan dibahas cara memberikan
tatalaksana bayi muda menurut MTBS.
a. Penilaian dan Klasifikasi
Jika seorang anak atau bayi muda dibawa ke klinik, petugas kesehatan
mengpakai keterampilan komunikasi yang baik untuk:
1) menanyakan kepada ibu tentang masalah anaknya
2) memeriksa adakah tanda bahaya umum yang menunjukkan kondisi
yang mengancam jiwa.
3) memeriksa bayi muda untuk tanda dan gejala, pemberian vitamin
K1 dan imunisasi
Membuat klasifikasi berdasarkan algoritma pada buku bagan :
Dalam buku bagan ada 3 warna
1) Merah muda : bayi sakit berat dan harus dirujuk segera sesudah
diberi pengobatan pra rujukan
2) Kuning : Bayi dapat berobat jalan dan membutuhkan pengobatan
medis spesifik dan nasihat
3) Hijau : bayi sakit ringan dan cukup diberi nasihat sederhana
tentang penanganan di rumah
b. Menilai dan Mengklasifikasikan untuk Kemungkinan Penyakit Sangat
Berat atau Infeksi Bakteri
Periksalah untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri untuk semua bayi yang dibawa ke tempat pelayanan kesehatan
atau setiap melakukan kunjungan rumah dengan memeriksa tanda dan
gejala berikut ini. Seorang bayi akan diklasifikasikan jika
didapatkan salah satu tanda pada lajur yang sesuai.
CARA MENGKLASIFIKASIKAN KEMUNGKINAN PENYAKIT
SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI
TANDA/GEJALA KLASIFIKASI
• Tidak mau minum atau memuntahkan
semuanya. ATAU
• Riwayat kejang ATAU
• Bergerak hanya jika dirangsang ATAU
• Napas cepat (≥ 60 kali/menit) ATAU
• Napas lambat (< 30 kali/menit) ATAU
• Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat
ATAU
• Merintih ATAU
• Demam (> 37,5 ° C)
• Hipotermia (< 35,5° C)
• Nanah yang banyak di mata ATAU
• Pusar Kemerahan meluas sampai dinding
perut
PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU INFEKSI
BAKTERI BERAT
• Pustul kulit, ATAU
• Mata bernanah, ATAU
• Pusar kemerahan atau bernanah
INFEKSI BAKTERI LOKAL
• Tidak ada salah satu tanda di atas MUNGKIN BUKAN INFEKSI
c. Menilai dan Mengklasifikasi Diare
Berak encer dan sering, merupakan hal biasa pada bayi muda yang
mendapat ASI saja. Ibu akan mengenali bayi yang diare karena
perubahan bentuk tinja yang tidak seperti biasanya dan frekuensi
beraknya lebih sering dibanding biasanya.
Tanyakan kepada ibu apakah bayinya menderita diare. jika bayi
menderita diare klasifikasikan berdasarkan derajat dehidrasinya
dengan mengpakai tanda dan gejala berikut ini.
Seorang bayi muda akan diklasifikasikan sesuai derajat dehidrasinya
jika ada 2 atau lebih tanda dan gejala pada lajur yang sesuai.
Cara mengklasifikasikan diare
TANDA/GEJALA KLASIFIKASI
ada 2 atau lebih tanda berikut :
• Letargis atau tidak sadar
• Mata cekung
• Cubitan kulit perut kembalinya sangat
lambat
DIARE DEHIDRASI BERAT
ada 2 atau lebih tanda berikut :
• Gelisah atau rewel
• Mata cekung
• Cubitan kulit perut kembalinya lambat
DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
• Tidak cukup tanda untuk dehidrasi
berat atau ringan/sedang
DIARE TANPA DEHIDRASI
Catatan :
Cara memeriksa cubitan kulit :
• Cubit kulit perut bayi (di tengah-tengah antara pusar dan sisi perut
bayi) dengan mengpakai ibu jari dan jari telunjuk. Jangan
mengpakai ujung jari, karena dapat menimbulkan rasa sakit.
Letakkan tangan anda sedemikian rupa sehingga lipatan cubitan
kulit sejajar dengan tubuh bayi (memanjang dari atas ke bawah -
tidak melintang tubuh bayi). Angkat semua lapisan kulit dan
jaringan di bawahnya dengan mencubit kulit perut untuk
mengetahui turgor.
• Amati kembalinya
sangat lambat (> 2 detik)
lambat
segera
d. Menilai dan Mengklasifikasi Diare
Klasifikasikan derajat ikterusnya jika ditemukan satu atau lebih
tanda dan gejala yang didapatkan pada lajur yang sesuai dengan
klasifikasi.
Cara mengklasifikasikan ikterus
TANDA/GEJALA KLASIFIKASI
• Timbul kuning pada hari pertama
(<24 jam)
• Kuning ditemukan pada umur
lebih dari 14 hari, ATAU
• Kuning sampai telapak
tangan/telapak kaki ATAU
• Tinja berwarna pucat, ATAU
IKTERUS BERAT
• Timbul kuning pada umur ≥ 24
jam sampai ≤ 14 hari dan tidak
sampai telapak tangan/telapak
kaki
IKTERUS
• Tidak kuning TIDAK ADA IKTERUS
e. Memeriksa dan Mengklasifikasikan Kemungkinan Berat Badan Rendah
dan/atau Masalah Pemberian ASI
Periksa semua bayi muda untuk kemungkinan berat badan rendah dan
masalah pemberian ASI. pakai standar WHO 2005 untuk
menentukan berat badan berdasarkan umur.
Untuk mengetahui masalah pemberian ASI, lakukan penilaian tentang
cara menyusui jika ada kondisi di bawah ini:
1) Ada kesulitan pemberian ASI; ATAU
2) Diberi ASI kurang dari 8 kali dalam 24 jam; ATAU
3) Diberi makanan/minuman lain selain ASI; ATAU
4) Berat badan rendah menurut umur; DAN
5) Tidak ada indikasi dirujuk
sesudah mengklasifikasikan berat badan menurut umur dan menilai
cara menyusui, klasifikasikan kemungkinan berat badan rendah
dan/atau masalah pemberian ASI, sesuai tanda dan gejala di bawah ini.
Seorang bayi muda akan diklasifikasikan pada klasifikasi tertentu
jika didapatkan satu atau lebih tanda atau gejala di lajur yang
sesuai.
Cara mengklasifikasikan kemungkinan Berat Badan Rendah
dan/atau Masalah Pemberian ASI
TANDA/GEJALA KLASIFIKASI
• Ada kesulitan pemberian ASI, ATAU
• Berat badan menurut umur rendah,
ATAU
• ASI kurang dari 8 kali per hari,
ATAU
• Mendapat makanan/minuman lain
selain ASI, ATAU
• Posisi bayi salah, ATAU
• Tidak melekat dengan baik, ATAU
• Tidak mengisap dengan efektif, ATAU
• ada luka atau bercak putih di
mulut (thrush), ATAU
• ada celah bibir/langit-langit
BERAT BADAN RENDAH
MENURUT UMUR DAN/ATAU
MASALAH PEMBERIAN ASI
• Tidak ada tanda/gejala diatas BERAT BADAN TIDAK RENDAH
DAN TIDAK ADA MASALAH
PEMBERIAN ASI
f. Cara Pengisian Formulir Pencatatan
Petugas kesehatan harus menuliskan hasil pemeriksaannya di formulir
pencatatan. Berikut ini adalah Formulir Pencatatan Bayi Muda umur
kurang dari 2 bulan yang terdiri dari 2 halaman. Baris atas berisi
LAKUKAN PENILAIAN TENTANG CARA MENYUSUI:
Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir?
• Jika TIDAK, minta ibu menyusui
• Jika YA, minta ibu menunggu dan memberitahu anda jika bayi sudah
mau menyusu lagi
• Amati pemberian ASI dengan seksama
• Bersihkan hidung yang tersumbat, jika menghalangi bayi menyusu.
Lihat apakah bayi menyusu dengan baik
• Lihat, apakah posisi bayi
Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, kepala dan badan bayi
lurus, dada bayi menghadap ke dada ibunya, badan bayi dekat ke
badan ibu
• Lihat apakah bayi melekat dengan baik
Dagu bayi menempel pada payudara, mulut terbuka lebar, bibir
bawah membuka keluar, aerola lebih banyak dibagian atas daripada
dibawah mulut
• Lihat dan dengar apakah bayi menghisap dengan efektif?
Bayi mengisap dalam, teratur, diselingi istirahat, hanya terdengar
suara menelan
identitas, berat badan, suhu badan, keluhan dan jenis
kunjungan/kontak dengan bayi muda. Bagian selanjutnya merupakan
catatan penilaian dan klasifikasi bayi muda.
Berikut ini adalah petunjuk cara pengisian formulir pencatatan :
1) Jawablah pertanyaan dengan cara menulis jika tidak ada
pilihannya
2) jika ada pilihan lingkari jawaban yang anda pilih
3) Berikan tanda centang ( ) di belakang ya atau tidak pada
pertanyaan yang memerlukan jawaban ya atau tidak
4) Pada kolom penilaian lingkari tanda atau gejala yang anda
temukan pada pemeriksaan
5) Tulislah klasifikasi sesuai dengan buku bagan MTBS pada kolom
klasifikasi
6) Tulislah tindakan atau pengobatan yang diperlukan pada kolom
Tindakan/Pengobatan
7) Tulislah waktu kunjungan ulang terdekat pada baris yang berisi
Kunjungan ulang pada bagian akhir halaman ke-2
8) Untuk imunisasi berikan tanda centang ( ) pada imunisasi yang
sudah diberikan atau tulis tanggal pemberian. Lingkari imunisasi
yang dibutuhkan. jika pada saat itu memberikan imunisasi
tulislah jenis imunisasi yang diberikan di bagian
tindakan/pengobatan dan di buku KIA
9) Untuk bayi yang memerlukan rujukan segera tidak perlu dilakukan
penilaian pemberian minum, tidak perlu diberikan imunisasi
walaupun diperlukan.
g. Tindakan dan Pengobatan
Tentukan tindakan dan beri pengobatan untuk setiap klasifikasi sesuai
dengan yang tercantum dalam kolom tindakan/pengobatan pada buku
bagan, kemudian catat dalam Formulir Pencatatan.
Jenis pengobatan yang mungkin akan diberikan:
1) Memberi tindakan pra-rujukan untuk anak sakit yang dirujuk.
2) Memberi dosis pertama dari obat yang sesuai kepada anak yang
membutuhkan pengobatan khusus dan mengajari ibu cara
meminumkan obat, cara pemberian makan dan cairan selama anak
sakit dan cara menangani infeksi lokal di rumah.
3) Memberi nasihat tentang penatalaksanaan anak sakit di rumah.
Bayi muda yang termasuk klasifikasi merah muda memerlukan rujukan
segera ke fasilitas pelayanan yang lebih baik. Sebelum merujuk,
lakukan tindakan/pengobatan pra rujukan. Jelaskan kepada orang tua
bahwa tindakan/pengobatan pra rujukan diperlukan untuk
menyelamatkan kelangsungan hidup anak. Minta persetujuan orang
tua (informed consent) sebelum melakukan tindakan/pengobatan pra
rujukan.
Bayi muda dengan klasifikasi kuning dan hijau tidak memerlukan
rujukan. Lakukan tindakan/pengobatan dan nasihat untuk ibu
termasuk kapan harus segera kembali serta kunjungan ulang, sesuai
dengan buku bagan.
1) Menentukan Perlunya Rujukan Bagi Bayi Muda
Bayi muda yang membutuhkan rujukan adalah yang mempunyai
klasifikasi berat (berwarna merah muda) seperti:
a) Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat
b) Ikterus berat
c) Diare dehidrasi berat
Khusus untuk klasifikasi DIARE DEHIDRASI BERAT, jika tidak
ada klasifikasi berat lainnya dan tempat kerja saudara mempunyai
fasilitas dan kemampuan terapi intravena, maka dapat dilakukan
langkah rehidrasi dengan Rencana Terapi C terlebih dahulu
sebelum merujuk. Jika fasilitas tersebut tidak ada, RUJUK
SEGERA.
2) Tindakan dan pegobatan Pra-Rujukan
Berikan semua tindakan pra rujukan yang sesuai dengan
klasifikasinya sebelum merujuk bayi muda. Beberapa tindakan
yang memperlambat rujukan dan tidak sangat mendesak tidak
diberikan sebelum rujukan, seperti mengajari ibu mengobati infeksi
lokal.
Lakukan tindakan/pengobatan pra rujukan sebagai berikut
sebelum merujuk bayi muda dengan klasifikasi merah:
a) Membebaskan jalan napas dan memberi oksigen (jika ada).
b) Menangani kejang dengan obat anti kejang.
c) Mencegah agar gula darah tidak turun.
d) Memberi cairan intravena ( RENCANA TERAPI C ).
e) Memberi dosis pertama antibiotik intramuskular.
f) Menghangatkan tubuh bayi segera.
g) Menasihati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama
perjalanan ke tempat rujukan dengan Metoda Kanguru.
h) Menyertakan contoh darah ibu jika bayi mempunyai klasifikasi
Ikterus Berat.
i) Memasang pipa lambung pada bayi dengan klasifikasi Diare
Dehidrasi Berat.
Aturan umum merujuk dapat disingkat sebagai BAKSOKU dan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Bidan/petugas kesehatan yang terampil melakukan resusitasi
harus mendampingi bayi dan ibu/keluarga
b) Alat resusitasi harus dibawa dalam perjalanan menuju tempat
rujukan
c) Keluarga/ibu harus ikut menemani bayi ketempat rujukan
d) Surat rujukan/formulir rujukan tentang data-data yang
diperlukan di atas harus dibawa oleh petugas saat itu
e) Oksigen (jika tersedia)
f) Kendaraan harus disiapkan
g) Uang
Jika bayi muda ditemukan dalam keadaan kejang, henti napas,
segera lakukan tindakan/pengobatan sebelum melakukan
penilaian yang lain dan RUJUK SEGERA
BAYI DAPAT DIRUJUK jika :
• Suhu ≥ 36◦ C
• Denyut jantung ≥ 100 per menit (lihat Bagan Alur B
Manajemen Bayi Lahir dengan Asfikisia)
• Tidak ada tanda dehidrasi berat
3. Menangani Gangguan Napas pada Penyakit Sangat Berat atau Infeksi
Bakteri Berat
Cara Mengpakai Alat Pengisap Lendir:
a. Jika alat pengisap lendir dimasukkan melalui mulut, maka panjang
pipa yang dimasukkan maksimum 5 cm dari ujung bibir.
b. Jika alat pengisap lendir dimasukkan melalui hidung, maka panjang
pipa yang dimasukkan maksimum 3 cm dari ujung hidung.
4. Menangani Kejang dengan Obat Anti Kejang
Beri obat anti kejang jika bayi muda mengalami kejang saat
pemeriksaan.
Jangan memberi minum atau apapun lewat mulut bila bayi kejang,
karena bisa terjadi aspirasi.
MENANGANI GANGGUAN NAPAS PADA PENYAKIT SANGAT
BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI BERAT
• Posisikan kepala bayi setengah tengadah, jika perlu bahu
diganjal dengan gulungan kain
• Bersihkan jalan napas dengan mengpakai alat pengisap
lender
• Jika mungkin, berikan oksigen dengan kateter nasal atau
nasal prong dengan kecepatan 0.5 liter per menit.
Jika terjadi henti napas (apneu), lakukan resusitasi, sesuai
dengan bagan alur b menajemen bayi baru lahir dengan asfiksia
MENANGANI KEJANG DENGAN OBAT ANTI KEJANG
Obat anti kejang pilihan pertama : Fenobarbital
Obat anti kejang pilihan kedua : Diazepam
Fenobarbital
100 mg/2 ml (dalam ampul 2
ml) diberikan secara
intramuskular)
Diazepam
5 mg/ml (dalam ampul 1 ml) atau
10 mg/2 ml (dalam ampul 2 ml)
DIBERIK PER REKTAL.
Dosis : 30 mg = 0.6 ml Berat < 2500 gram diberikan
0.25 ml*
Berat ≥ 2500 gram diberikan 0.50
ml*
*diberikan dengan mengpakai semprit 1 ml
Jika kejang timbul lagi (kejang berulang), ulangi pemberian
Fenobarbital
1 kali dengan dosisi yang sama, minimal selang waktu 15 menit.
Jika bayi kejang dicurigai sebagai TETANUS NEONATORUM dengan
tanda/gejala:
a. Kejang/kaku seluruh tubuh baik dirangsang maupun spontan
b. Mulut mencucu seperti mulut ikan
c. Biasanya kesadaran masih baik tetapi bayi tak bisa menyusu.
Lakukan tindakan :
a. Beri obat anti kejang Diazepam bukan Fenobarbital.
b. Beri dosis pertama antibiotik intramuskular Penisilin Prokain.
c. Rujuk
d. Lihat pedoman Eliminasi Tetanus Neonatorum untuk tindakan
berikutnya.
5. Mencegah Agar Gula Darah Tidak Turun
6. Memberikan Cairan Intravena
Berikan cairan intravena pada bayi dengan klasifikasi DIARE
DEHIDRASI BERAT dengan Rencana Terapi C. Lihat bagan pengobatan
untuk RENCANA TERAPI C (modifikasi untuk bayi muda).
MENCEGAH AGAR GULA DARAH TIDAK TURUN
Jika bayi masih bisa menyusu.
Ibu diminta tetap menyusui bayinya
Jika bayi tidak bisa menyusu, tapi masih bisa menelan.
Beri ASI perah dengan cangkir kecil atau sendok atau ditetesi dengan pipet.
Berikan kira-kira 20-50 ml sebelum dirujuk.
Jika tidak memungkinkan, beri susu formula atau air gula.
Jika bayi tidak bisa menelan.
Beri 50 ml ASI perah, susu formula atau air gula melalui pipa lambung
CARA MEMBUAT AIR GULA 5%
Larutkan gula sebanyak 1 sendok takar (5 gram) ke dalam ½ gelas air
matang (100 ml). Aduk sampai larut benar.
Menangani Diare Dehidrasi Berat Sesuai Rencana Terapi C
(Modifikasi untuk bayi muda)
Jika bayi masuk klasifikasi dehidrasi berat, ada
fasilitas dan kemampuan untuk pemberian
cairan IV, maka :
• Pasang jalur IV
• Berikan cairan IV Ringer Laktat (jika tidak
tersedia, berikan NaCl 0,9%) sebanyak 30
ml/kg BB selama 1 jam (10 tetes makro/kgBB
/menit atau 30 tetes mikro/kgBB/ menit).
• Evaluasi setiap 1 jam : Bila membaik, RUJUK
SEGERA dengan meneruskan cairan IV 70
ml/kgBB selama 5 jam (5 tetes makro/kg BB/
menit atau14 tetes mikro/kg BB/menit)
• Bila belum membaik, nadi masih lemah, ulangi
lagi 30 tetes makro/kg BB/menit).
Lakukan evaluasi 1 jam :
Bila membaik, RUJUK SEGERA dengan
meneruskan pemberian cairan IV 70
ml/kgBB selama 5 jam (5 tetes mikro/kg
BB/menit atau 14 tetes mikro/kg BB/menit).
Bila belum membaik, RUJUK SEGERA
dengan memberikan cairan IV dengan
tetesan lebih cepat sampai teraba nadi lebih
kuat
• RUJUK SEGERA ke Rumah Sakit untuk
pengobatan intravena.
• Jika bayi dapat minum, bekali ibu larutan
oralit dan tunjukan cara meminumkan pada
bauinya sedikit demi sedikit selama dalam
perjalanan
• Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit
melalui pipa orogastrik, beri 20 ml/kg BB/jam
selama 6 jam (total 120 ml.kg)
• Periksa kembali bayi setiap 1 jam :
Jika membaik, RUJUK SEGERA.
Jika bayi muntah terus menerus atau perut
makin kembung, RUJUK SEGERA dengan
memberi cairan lebih lambat
Catatan :
Pada tingkat dehidrasi apapun, sebaiknya ASI
tetap diberikan.
7. Memberi Antibiotik Intramuskular
Berikan antibiotik dosis pertama intramuskular pada bayi muda sakit
dengan klasifikasi Penyakit Sangat Berat atau Infeksi Bakteri Berat.
Antibiotik pilihan pertama adalah Ampisilin dan Gentamisin. Antibiotik
pilihan kedua adalah Penisilin Prokain dan Gentamisin.
Cara memberikan suntikan intramuskular adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan kepada ibu mengapa obat tersebut harus diberikan.
b. Pilih obat yang sesuai dan tentukan dosis obat berdasarkan bagan
pengobatan. Periksa konsentrasi sediaan yang ada.
c. pakai alat suntik 1 ml dan jarum yang steril.
d. Baringkan bayi, suntikkan secara intramuskular dan dalam di paha
bagian lateral, jangan disuntikkan di bokong bayi.
MEMBERI ANTIBIOTIK INTRAMUSKULAR
Beri dosis pertama antibiotic intramuscular untuk bayi dengan klasifiasi
PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI BERAT dan RUJUK
SEGERA.
Untuk semua klasifikasi yang Membutuhkan Antibiotik Intramuskular
Antibiotik Intramuskular Pilihan Pertama : Ampisilin dan Gentamisin
Antibiotik Intramuskular Pilihan Kedua : Penisilin Prokain dan Gentamisin
8. Menghangatkan Tubuh Bayi Segera
9. Tindakan/Pengobatan pada Bayi Muda yang Tidak Memerlukan
Rujukan
Tentukan tindakan/pengobatan untuk setiap klasifikasi bayi muda
yang berwarna kuning dan hijau yaitu:
a. Infeksi bakteri lokal.
b. Mungkin bukan infeksi
c. Diare dehidrasi ringan/sedang
d. Diare tanpa dehidrasi
e. Ikterus .
f. Berat badan rendah menurut umur dan/atau masalah pemberian
ASI
g. Berat badan tidak rendah dan tidak ada masalah pemberian ASI.
Catat semua tindakan/pengobatan yang diperlukan, termasuk nasihat
kapan kembali segera dan kunjungan ulang pada Formulir Pencatatan.
Di bawah ini adalah beberapa tindakan/pengobatan pada bayi muda
yang tidak memerlukan rujukan:
10. Menjaga Bayi Muda Tetap Hangat
Keringkan bayi segera setiap kali terkena air, air kencing dan atau
tinja. Hangatkan tubuh bayi segera bila suhu < 36o C seperti yang
dilakukan pada Tindakan pra rujukan.
11. Memberi Antibiotik Oral yang Sesuai
Beri antibiotik per oral yang sesuai pada bayi muda dengan klasifikasi
Infeksi Bakteri Lokal.
CARA MENGHANGATKAN TUBUH BAYI
Bayi dengan suhu badan <35,5◦C, harus segera dihangatkan sebelum dirujuk.
Caranya sebagai berikut :
• Hindari ruangan yang banyak angin, jauhkan bayi dari jendela/pintu.
• Segera keringkan tubuh bayi yang basah dengan haduk/kain kering.
Ganti pakaian selimut/kain basah dengan yang kering.
• Hangatkan tubuh bayi dengan METODA KANGURU (lihat syarat METODA
KANGURU).
• jika tidak memungkinkan mengpakai METODA KANGGURU
pakai cahaya lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm, atau
bungkus bayi dengan kain kering dan hangat dan beri tutup kepala
sampai suhu normal dan perhatankan suhu tubuh bayi.
• Jika dalam 1 jam suhu badan < 35,5◦C, RUJUK SEGERA dengan METODA
KANGGURU bila memungkinkan.
MEMBERI ANTIBIOTIK ORANG YANG SESUAI
Antibiotik per oral yang sesuai untuK INFEKSI BAKTERI LOKAL. AMOKSILIN
UMUR
Atau
BERAT BADAN
AMOKSISILIN
Dosis 50 mg/kg BB/hari
Beri tiap 8 jam selama 5 hari
Sirup 125 mg/5 ml
(1 sendok takar = 5
ml)
Kaplet 250 mg 1
kaplet dijadikan 5
bungkus
Kaplet 500 mg 1
kaplet dijadikan 10
bungkus
1 hr - < 4 mgg
(BB < 3 kg)
½ sendok takar 1 bungkus 1 bungkus
4 mgg - < 2bln ½ sendok takar 2 bungkus 2 bungkus
12. Mengobati infeksi bakteri lokal
Berikan Gentian Violet 0,5% atau Povidon Yodium bila ada infeksi
pada kulit atau pusar dan berikan salep mata tetrasiklin 1% atau
kloramfenikol 0,25% bila menderita infeksi mata.
Ada 2 jenis Infeksi Bakteri Lokal pada bayi muda yang dapat diobati
ibu di rumah :
a. Infeksi mata
b. Infeksi kulit atau pusar.
13. Melakukan Rehidrasi Oral baik di Klinik maupun di Rumah
Penanganan diare yang paling penting adalah mencegah atau
mengatasi dehidrasi, selain mencegah terjadinya gangguan nutrisi dan
lain-lain. Oleh karena itu anda harus menguasai dengan baik rencana
terapi A dan B bagi penderita diare.
CARA MENGOBATI INFEKSI MATA
• Cuci tangan sebelum mengobati bayi
• Bersihkan kedua mata bayi 3x sehari mengpakai kapas/kain bersih
dengan air hangat
• Oleskan salep mata Tetraiklin 1% atau kloramfenikol 0,25% pada bagian
dalam kelopak mata bawah, pada kedua mata
• Cuci tangan kembali
• Obati sampai kemerahan hilang
CARA MENGOBATI INFEKSI KULIT ATAU PUSAR
• Cuci tangan sebelum mengobati bayi.
• Bersihkan nanah dan krusta dengan air matang dan sabun secara hati-hati
• Keringkan daerah sekitar luka dengan kain bersih dan kering
• Olesi dengan Gentian Violet 0,5% atau Povidon Yodium
• Cuci tangan kembali
• Lakukan 2 kali sehari
Cara menyiapkan Gentian Violet 0,5%
1 bagian Gentian Violet 1% ditambah aquades
(misal 10 ml Gentian Violet 1% ditambah 10 ml aquades)
Rencana Terapi A : Penanganan Diare di Rumah
Jelaskan pada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah :
1. BERI CAIRAN TAMBAHAN (sebanyak anak mau)
a. JELASKAN KEPADA IBU :
1) Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
2) Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berika oralit atau air matang
sebagai tambahan
3) Jika anak tidak memperoleh ASI Ekslusif, berikan 1 atau lebih cairan
berikut ini : oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air
matang.
Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika :
1) Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan
ini
2) Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah
b. AJARI IBU CARA MENCAMPUR DAN MEMBERIKAN ORALIT.
BERI IBU 6 BUNGKUS ORALIT (200 ml) UNTUK dipakai DI RUMAH
c. TUNJUKAN KEPADA IBU BERAPA BANYAK ORALIT/CAIRAN LAIN YANG
HARUS DIBERIKAN SETIAP