Minggu, 01 Desember 2024

dunia kuno 36


 ��kesan bahwa dambaan Cicero adalah untuk 

kebebasan,” menurut pengamatan Plutarkhos, ”ia berhenti memberikan per￾hatian lebih lanjut kepadanya.”6

Dengan begitu, mengikuti contoh Caesar, ia memutuskan untuk berse￾kutu dengan saingannya supaya posisinya sendiri kuat.  Alih-alih menyerang 

Antonius,  ia  menyuruh teman-temannya  membawa  pesan:    ia mempunyai 

usul kalau Antonius setuju untuk bertemu dengannya. Di bulan November, 

kedua orang itu bertemu di sebuah lokasi pribadi di Bologna, dan selama tiga 

hari  mendiskusikan  kemungkinan  untuk  membentuk  kemitraan.    Mereka 

memutuskan untuk membentuk sebuah triumvirat, seperti yang dilakukan 

orang-orang tua sebelum mereka.  Sebagai anggota ketiga dari triumvirat itu, 

mereka  memasukkan  sekutu  Markus  Antonius  yaitu  Lepidus.    Bagaimana 

pun juga, ia adalah Pontifex Maximus, dan ia  memimpin sejumlah besar le￾giun  dalam posisinya sebagai gubernur provinsi-provinsi Gallia dan Spanyol 

Dekat.  

Meskipun begitu Triumvirat ini bukanlah suatu rencana informal:  ikrar 

kesetiaannya  tertulis.    ”Kekaisaran  akan  segera  ditentukan,”  Plutarkhos 

mengatakan, ”apakah akan dibagikan kepada mereka bertiga seakan-akan ini 

merupakan warisan orang tua.”  

Setiap orang kemudian membuat daftar orang Romawi yang ingin mereka 

habisi pada waktu pengambilalihan itu.   Ini keterlaluan, bahkan dengan dalih 

legalitas pun sudah kelewatan.  Pada daftar kematian itu seluruhnya tercatat 

tiga ratus orang, termasuk Cicero (pada daftar Antonius), paman Antonius 

sendiri  (pada  daftar  Oktavianus),  dan  kakak  Lepidus  (yang  secara  terbuka 

melawannya) pada daftar Lepidus.  

Ketiganya kembali ke Roma di depan sebuah angkatan perang dan dengan 

bengis  melaksanakan  pembunuhan-pembunuhan  itu.    Setelah  itu,  mereka 

membagi kekaisaran.  Oktavianus mendapatkan daerah Barat, Antonius di 

Timur.  Lepidus yang nasibnya harus menjadi ujung ekor triumvirat, kehila￾ ngan provinsi-provinsi Gallia dan Spanyol Dekat dan malah diberi Afrika, 

yang hampir sama sekali bukan pekerjaan yang menguntungkan.  

Tetapi untuk sementara itu, ia dibungkam dengan diberi wewenang atas 

kota Roma.  Sementara Lepidus menjaga ibu kota, Antonius dan Oktavianus 

berangkat ke Yunani dengan membawa sebagian dari bala tentaranya untuk 

membunuh  Cassius dan Brutus.  

Cassius dan Brutus membuat markas di Makedonia, membagi bala ten￾tara  mereka  menjadi  dua  bagian  dan  menempatkan  pasukan-pasukan  di 

dua  tempat  yang  berbeda.    Ini  memaksa  Antonius  dan  Oktavianus  untuk 

membagi  angkatan  perang  mereka  juga.    Oktavianus  mendapat  tugas  me￾nyerang Brutus;  tetapi pada hari peperangan ia menderita sakit: ”lemas dan 

tidak sehat,” kata Suetonius, dan segera mundur dalam keadaan kacau balau.7

Sebaliknya Antonius mengalahkan Cassius, yang kemudian bunuh diri tanpa 

menyadari bahwa Brutus masih baik-baik saja; ia berbalik dan menghabisi 

Brutus mewakili Oktavianus.  

Oktavianus pulang ke rumah, karena semakin sakit, dan mengira ia sudah 

pasti akan meninggal sebelum dapat mencapai Roma.  Antonius tetap tinggal 

di Timur, untuk membantu melindungi garis perbatasan.  Suriah, provinsi 

Roma sedang menghadapi kemungkinan invasi;  Bangsa Partia yang dipimpin 

oleh raja mereka Orodes II, berkumpul di batas sebelah Barat mereka, bersiap 

untuk menginvasi tanah-tanah yang diperintah oleh Roma.  Dan Antipater, 

gubernur Roma di Suriah, baru saja diracuni;  putranya Herodes sekarang 

memerintah menggantikannya, tetapi ia masih baru untuk jabatan itu.  

Antonius tiba di Suriah, tetapi segera perhatiannya teralihkan dari serangan 

yang akan datang itu.  Pada tahun 41, setahun setelah kekalahan Brutus dan 

Cassius, ia bertemu dengan Cleopatra yang berlayar sampai ke Cilicia untuk 

menemuinya  dan  memperkenalkan  dirinya,  dengan  sengaja  bergaya  untuk 

menarik perhatian:  

 di  dalam  sebuah  perahu,  dengan  buritan  yang  disepuh  dan  layar-layar 

ungu terkembang, sementara dayung-dayung perak memukulkan gerak￾an  irama  gendang  mengiringi  musik  seruling,    serunai,  dan  harpa.    Ia 

berbaring  sendiri,  di  bawah  kanopi  yang  terbuat  dari  kain  emas,  ber￾dandan  seperti Venus  dalam  gambar,  dan  anak-anak  laki-laki  kecil  dan 

menggemaskan, seperti lukisan dewa Cupido, berdiri di tiap sisinya meng￾ipasinya.  Dayang-dayangnya berpakaian seperti Bidadari dan Peri Laut, 

beberapa mengemudikan kemudinya, beberapa lagi mengurus tali-temali. 

Wewangian menyerbak dari kapal mereka sampai ke pantai, yang dipenuhi 

oleh khalayak ramai, sebagian mengikuti perahu dari masing-masing tepi 

sungai, sebagian lagi keluar dari kota untuk melihat pemandangan itu.Bukannya tinggal di Suriah untuk melindungi provinsi itu, Antonius, yang 

mabuk kepayang, malah mengikuti Cleopatra sampai ke Alexandria.  

Serangan  Partia  terjadi  pada  tahun  40  SM  beberapa  bulan  kemudian. 

Bangsa Partia menyapu bersih melewati Suriah masuk ke Palestina, berniat 

untuk membunuh gubernur Romawi, Herodes.  Ia melarikan diri ke Roma, 

jadi  orang  Partia  menarik  keluar  Hyrcanus  (yang  menjadi  Pendeta Tinggi 

dan Ethnarch dari Yudea, yang bertanggung jawab kepada Herodes) sebagai 

gantinya dan memotong kedua telinganya.  Ini membuatnya tidak dapat lagi 

menjabat sebagai pendeta tinggi, karena undang-undang Yahudi mengatakan 

bahwa yang menjadi pendeta tinggi tidak boleh orang yang sudah dimuti￾lasi.  

Segera setelah keberhasilan ini, Orodes dibunuh oleh putranya Phraates 

IV, yang juga menghabisi saudara-saudara laki-lakinya dan anak sulungnya 

sendiri,  untuk  menghilangkan  saingan  yang  terlalu  banyak,  bahkan  untuk 

ukuran Partia.  Antonius melepaskan diri dari Cleopatra dan pulang ke Roma 

untuk  berkonsultasi  dengan  Oktavianus,  yang  secara  mengejutkan  sudah 

sembuh dari penyakitnya.  Dengan angkatan perang yang segar dan Herodes 

si pelarian yang mengekor, Antonius bergerak kembali ke Timur.  

Bangsa  Partia  di  bawah  Phraates  IV,  mencoba  untuk  mempertahankan 

kekuasaan  Suriah,  tetapi  Antonius  berhasil  memukul  mundur  keluar  dari 

Palestina.  Pada tahun 37 SM, ia menempatkan Herodes kembali sebagai raja 

pengikut  Roma: seorang Raja Yahudi sekular, yang bertugas sekaligus sebagai 

pendeta dan raja.  

Sementara itu, kembali sedikit jauh ke Barat, Oktavianus sudah melenyap￾kan Lepidus.  Lepidus sudah menjadi sangat bosan menjadi adik perempuan 

yang  lemah  dari  kelompok  ini.    Ia  berlayar  dengan  pasukannya  ke  Sisilia 

yang diakuinya sebagai miliknya.  Ini adalah pesan yang jelas bahwa ia meng￾inginkan kekuasaan lebih banyak dalam triumvirat.  

Tetapi  Oktavianus,  mendarat  di  pantai  Sisilia  dan  memohon  tentara 

Lepidus untuk tidak menolaknya:  mereka dapat menyelamatkan Roma dari 

perang saudara apabila mereka meninggalkan saja perkara Lepidus.  Mereka 

setuju,  legiun  demi  legiun  meninggalkannya.    Lepidus  kelihatannya  tidak 

punya karisma untuk menanggulangi bujukan Oktavianus.  Ahirnya Lepidus 

sendiri terpaksa mengikuti pasukannya menuju ke perkemahan Oktavianus 

untuk menyerah dan memohon ampun.  Oktavianus tidak membunuhnya, 

tetapi mengambil provinsinya, tentaranya, dan gelar Triumvir darinya.9

 Iuga 

menempatkannya dalam tahanan rumah, di mana Lepidus tinggal selama sisa 

hidupnya.  

Oktavianus dan Antonius sekarang berbagi kekuasaan di antara mereka, 

tetapi Antonius posisinya makin lemah.  Setelah awalnya berhasil, operasi mi￾

liternya melawan Partia berubah menjadi malapetaka yang tak dapat ditawar. 

Iencoba untuk mendesak masuk Midia dan dipaksa mundur, selama perang 

itu dua puluh empat ribu pasukan infanteri mati.10

Pada tahun 34 SM, Antonius menyerah.  Ia kembali ke Mesir dan kepada 

Cleopatra.    Desersi  ini  membuat  Oktavianus  punya  alasan  yang  diperlu￾kannya untuk menyatakan perang dengan Antonius sebagai musuh Roma, 

dengan demikian perang itu akan membuatnya menjadi pemimpin dari bagi￾an kekaisaran Antonius yang kemudian menjadi miliknya.  

Tetapi  ia  perlu  mengubah  senator￾senator yang pro-Antonius berpihak ke￾padanya.  Pada tahun 32 SM, Oktavianus 

membacakan  surat  wasiat  Antonius 

keras-keras di hadapan Senat.  Ini perbuat￾an ilegal, tetapi ketika Senat mendengar 

bahwa Antonius telah meninggalkan se￾bagian besar uangnya kepada anak-anak 

setengah  Mesir  yang  dilahirkan  oleh 

Cleopatra (mereka kembar, satu laki-laki 

dan satu perempuan) dan juga meminta 

untuk  dikubur  di  Mesir,  mereka  setuju 

untuk  membuat  pengumuman  perang 

yang  resmi  melawan  Antonius,  seolah￾olah ia adalah musuh asing.11 

  Oktavianus 

mengomentari  bahwa  dengan  keadaan 

Antonius yang sudah sama sekali tersihir 

oleh Cleopatra, ia memperkirakan tidak 

ada  kesulitan  untuk  menghilangkannya 

dari kancah politik.   Ia mencurigai jen￾deral-jenderal  Antonius  adalah  penata 

kecantikan  Cleopatra  dan  seorang  atau 

dua sida-sida Mesir.  

Antonius  yang  mendengar  pernya￾taan  ini,  mulai  mengumpulkan  sebuah 

angkatan  perang  dan  angkatan  laut  di 

Efesus.  Angkatan perangnya besar:  lima ratus kapal perang, kata Plutarkhos, 

dengan seratus ribu infanteri dan cukup banyak sekutu kerajaan, salah satu￾nya adalah Herodes, raja Yudea.  

Oktavianus melakukan perjalanan ke arahnya dengan sebuah armada dan 

angkatan  perang  daratnya.    Setelah  serangkaian  perang  yang  sengit,  kedua 

angkatan laut bentrok di dekat Tanjung Aktium yang menjorok dari pantai 

Utara Yunani.  Setelah kapal-kapal Oktavianus merusakkan tiga ratus kapal 

Antonius,  Antonius  dan  Cleopatra  meninggalkan  kancah  peperangan  dan 

berlayar kembali ke Mesir.  Kebanyakan orangnya meninggalkannya dan ber￾gabung dengan Oktavianus yang sudah jelas berada di pihak  yang menang.  

Oktavianus memutuskan bahwa akan lebih bijaksana lagi jika tidak me￾ninggalkan Antonius di Mesir, yang kemungkinan dapat merencanakan lebih 

banyak kesulitan bagi Roma.  Ia menunggu selama musim dingin, dan kemu￾dian berangkat ke Mesir.  

Ketika Antonius mendengar Oktavianus sudah dekat, ia menusuk dirinya 

sendiri  di  perutnya  dengan  pedang  dan  mengeluarkan  darah  sampai  mati

dengan perlahan-lahan.  Cleopatara berhasil bunuh diri, meskipun pada tu￾buhnya tidak ditemukan tanda dan tidak ada belati ditemukan di dekatnya; 

kemudian para pembantunya menyatakan bahwa mungkin ia membiarkan ular 

berbisa menggigitnya daripada menjadi tahanan seumur hidup Oktavianus.  

Oktavianus  memerintahkan  putra  Cleopatra  dari  Caesar  juga  dibunuh. 

Tahun itu adalah 30 SM, dan ia sendirian menguasai wilayah-wilayah Roma. 

P ahun 29, ia tiba kembali di Roma, kepada rakyat yang sudah bosan 

berperang.  

Oktavianus mengadakan pawai kemenangan untuknya sendiri, dan mem￾bagi-bagikan  uang  kepada  para  warga  negaranya.    Ia  juga  memerintahkan 

pintu-pintu Kuil Janus ditutup untuk memperlihatkan bahwa Roma sudah 

memasuki zaman perdamaian yang baru.  Kemenangan Oktavianus di Aktium, 

menurut versinya sendiri ketika menceritakan peristiwa-peristiwa itu, meru￾pakan sebuah awal baru.  Ternyata bukan: Berakhirnya Republik Roma dan 

Diawalinya Kekaisaran Roma (seperti para pakar sejarah yang kemudian me￾mandangnya), melainkan :  Republik sudah diberi awal baru yang segar.  

Supaya ilusi ini tetap hidup, ia tidak dapat membubarkan Senat:  sebab 

dengan  begitu  ia  akan  menyingkirkan  setengah  dari  nama-nama  pejabat 

Roma.    Senat  juga  sedang  berada  di  posisi  yang  lemah.    Oktavianus  baru 

saja  selesai  berperang  melawan  seorang  warga  negara  Roma,  dan  baru  saja 

menghukum mati satu-satunya putra Caesar.  Kedua-duanya adalah tindak￾an otokratis, dan jika ia bertindak terlalu seperti seorang raja, protes-protes 

akan melebar sampai tidak dapat diabaikan lagi.  Sebaliknya kalau Senat me￾maksanya untuk meletakkan semua kekuasaannya, perang saudara mungkin 

akan pecah lagi.  Satu hal menjadi jelas dalam tahun-tahun yang sudah lewat, 

bahwa  bentuk  asli  Republik  tidak  akan  bisa  mempertahankan  kedamaian 

kota untuk waktu yang lama.  

Kompromi antara Senat dan Oktavianus adalah, seperti versi Oktavianus 

sendiri  tentang  kemenangannya  di  Aktium,  sebuah  terminologi.  Dalam tahun 27 SM, Oktavianus berjalan memasuki rapat Senat bulan Januari dan 

dengan resmi mengumumkan akan meletakkan semua kekuasaan yang telah 

dianugerahkan kepadanya dalam masa-masa krisis:  ini menunjukkan bahwa 

kekuasaan-kekuasaan itu luar biasa, bukan kekuasaan-kekuasaan biasa, dan 

bahwa Republik masih dalam kekuatan penuh.  

Oktavianus memasukkan cerita ini dalam Res Gestaenya, suatu pernyataan 

yang terukir pada tembaga yang kemudian berdiri di depan mausoleumnya: 

”Setelah aku mengakhiri perang saudara,” tulisan itu mengatakan, ”dengan 

seizin  alam  semesta aku  telah menerima  kekuasaan  luar  biasa,  aku  menye￾rahterimakan negara dari kekuasaanku ke dalam wewenang Senat dan rakyat 

Romawi.”12

Sebagai balasannya, begitu Oktavianus memperlihatkan hormatnya pada 

Republik, Republik membalas kebaikan itu.  Oktavianus tetap menjabat se￾bagai konsul (suatu jabatan republik), dan Senat memberinya wewenang atas 

provinsi-provinsi yang ada di luar— karena kebanyakan tentaranya ditempat￾kan di sana dan tidak di Roma, hal ini memberinya wewenang atas angkatan 

perang.    Ia  juga  diperbolehkan  mendirikan  sesuatu  yang  baru,  pengawal 

pribadi  yang  berjaga-jaga  di  Italia  sendiri:    ”Pengawal  Praetoria.”    Sebagai 

akibatnya, ini memberinya sebuah pasukan pribadi, dan mematahkan tradisi 

bahwa Roma tidak menempatkan pasukan dekat dari rumah.13

Dia juga tetap mempertahankan gelar Imperator, yang dipegangnya sejak 

tahun  29;  gelar  ini  selalu  menjadi  penghormatan  tahunan,  yang  diberikan 

kepada jenderal yang berhasil, tetapi sekarang menjadi bagian dari namanya 

yang permanen.  Begitu juga nama lain, Agustus.  Secara teknis, istilah itu 

berarti yang ditasbihkan, terpisah, dan berbeda; tetapi itu sebuah nama yang 

sama sekali baru, tanpa muatan politik, jadi bisa berarti apa pun seperti yang 

diinginkan  Oktavianus.14  Oktavianus  sendiri  melihat  gelar  Agustus  (yang 

menjadi nama pertamanya) sebagai sebuah hadiah untuk kebaikan yang di￾berikan kepadanya oleh Senat, sebagai penghargaan atas penolakannya untuk 

memegang kekuasaan.  Ia membeberkan ini dalam  Res Gestae di mana ia 

membuat daftar semua jajahannya (”Aku memperluas garis depan dari semua 

provinsi rakyat Roma, yang tetangga-tetangganya adalah bangsa-bangsa yang 

tidak tunduk pada kekaisaran kita.  Aku mengembalikan kedamaian di se￾luruh provinsi Gallia dan Spanyol dan Jerman … Mesir kutambahkan pada 

kekaisaran    bangsa  Romawi”  dan  seterusnya),15  tetapi  ini  semua  bukanlah 

basis otoritasnya.  Tetapi, ia berhak menjadi Agustus karena ”setelah aku me￾madamkan  semua  perang  saudara,  setelah  dengan  seizin  semesta  alam  aku 

menjadi pemilik tertinggi dari seluruh kekaisaran, aku menyerahterimakan 

republik  dari  kekuasaanku  sendiri  ke  dalam  wewenang  yang  bebas  kepada 

Senat dan rakyat Romawi.  Untuk jasa tersebut aku menerima penambahan Agustus berdasarkan dekrit Senat … Semenjak saat itu aku berdiri di hadapan 

semuanya dengan kewibawaan, tetapi kekuasaan yang sebenarnya yang aku 

miliki tidak lebih daripada kekuasaan rekan-rekanku.”16

Ini tentu saja hampir seluruhnya merupakan kebalikan dari keadaan se￾benarnya;  Agustus  memiliki  kekuasaan  sebenarnya  sebagai  seorang  kaisar, 

tetapi  bukan  gelarnya.    Bahkan  bagi  beberapa  orang  sezamannya  (seperti 

pakar  ilmu  bumi  Strabo),  yang  disebut  Penyelesaian  Pertama  ini  kelihatan 

menggelikan.  

Melewati  satu  dasawarsa  kemudian,  peran  gabungan  Agustus  sebagai 

kaisar tanpa gelar dan negosiasi-negosiasi yang terus terjadi dengan Senat ten￾tang apa yang menjadi hak-hak istimewa formal  yang seharusnya ia miliki. 

Pada tahun 23, Agustus menolak untuk dipilih menjadi konsul lagi, karena 

sudah sembilan tahun berturut-turut.  Motivasi sebenarnya dari perbuatan ini 

tidak jelas sama sekali.  Mungkin ia menyadari bahwa kalau ia dipilih kembali 

menjadi konsul tiap tahun, banyak senator yang tidak mendapat kesempatan 

untuk mendapat gelar yang untuk banyak orang merupakan titik kulminasi 

dari impian seumur hidup mereka.  Ini bisa menghasilkan gunjingan-gun￾jingan ketidakpuasan.  17 Dan kemudian ia juga terserang penyakit serius di 

tahun 23;  Suetonius mengatakan bahwa ia terkena cacing gelang, batu ginjal, 

dan badannya dipenuhi bintik-bintik.18 Kemungkinan ia tidak suka  mem￾perlihatkan  dirinya  di  muka  umum  dalam  pemilihan  sementara  ia  sedang 

menderita karena  noda-noda yang tidak sedap dipandang itu.  

Dalam  hal  apa  pun,  melepaskan  jabatan  konsulnya  bukanlah  suatu 

pengorbanan, karena ia tetap berada di atas para konsul dalam struktur ke￾kuasaan.  Senat menyetujui untuk menjadikannya prokonsul seumur hidup, 

yang berarti ia tidak hanya bisa ikut campur secara legal dalam urusan-urusan 

senatorial dan konsular kapan pun ia suka, tetapi juga bisa menjalankan kekua￾saan militer—imperium—di dalam kota.  Ini merupakan hak istimewa yang 

penting, khususnya karena ia sekarang sudah mempunyai sebuah angkatan 

perang yang selalu siap bergerak masuk kota Roma.  

Ia  sebetulnya  mempunyai  setiap  kekuasaan  kerajaan,  termasuk  alat-alat 

legal untuk memegang kota yang kuat seperti yang ia inginkan. Tetapi ia tetap 

menjauhi istilah kaisar.  Agustus, menurut Tacitus, menundukkan dunia di 

bawah kekaisaran dengan gelar princep: fessa nomine principis sub imperium 

accepit.  Terjemahan yang baru mungkin akan memakai kata ”pangeran” teta￾pi Agustus hanya menyebut dirinya Warga Negara Pertama.19

  

P ahun 20 sm, Agustus berhasil mengupayakan perdamaian dengan raja 

Partia, Phraates IV.   Kekalahan Antonius merupakan hal yang sangat baik bagi Agustus, tetapi itu merupakan hal yang memalukan bagi Roma.  Bangsa 

Partia  menjadikan  orang  Romawi  tawanan  perang  dan  menangkap  panji￾panji Roma;  Agustus perlu mengambil mereka kembali.  

Phraates IV setuju untuk mengembalikan tawanan perang dan panji-panji 

itu.  Apa yang didapatnya dari Roma kurang jelas.  Agustus memberi Phraates 

seorang budak perempuan, yang segera saja menjadi kekasihnya, tetapi pasti 

ada desakan-desakan lain.  

Phraates  IV  betul-betul  mengirimkan  keempat  putranya  ke  Roma  se￾bagai  sandera,  suatu  tindakan  yang  biasanya  menunjukkan  kelemahan.20

Tetapi kalau melihat intrik-intrik yang terjadi dalam keluarga kerajaan Partia, 

mungkin ini justru merupakan bantuan Roma bagi Partia; tindakan itu mem￾berikan Phraates IV waktu beberapa tahun di mana ia tidak usah mengawasi 

punggungnya dan menciumi cangkir-cangkirnya.  Tindakan itu juga mem￾beri Roma kesempatan untuk mengajarkan cara-cara Romawi kepada bangsa 

Partia (suatu teknik yang digunakan oleh bangsa Assiria terhadap pangeran￾pangeran Mesir pada dahulu kala).   Perdamaian dengan Partia yang terus 

berjalan  penting  bagi  kesejahteraan  Roma.    Itu  berarti  bahwa  jalan  perda￾gangan ke India dan mungkin lebih jauh ke Timur sekarang dapat dilewati, 

tidak terhalang oleh tembok permusuhan yang keras.  

Roma  mungkin  memang  sedang  sejahtera,  tetapi  Agustus,  yang  begitu 

membutuhkan bentuk-bentuk  Republik untuk mempersatukan kekaisaran￾nya, sedang mengalami kesulitan untuk memelihara penampilan. Para senator 

semakin  lama  sudah  semakin  lambat  masuk  ke  ruang  Senat;  ini  dapat  di￾mengerti karena mereka pada dasarnya hanya menghamburkan waktu tanpa 

mensahkan undang-undang sama sekali, tetapi Agustus ingin agar Roma tetap 

berbisnis-seperti-biasa. Pada tahun 17 SM, ia mengumumkan bahwa para se￾nator yang terlambat datang harus membayar denda.  

Sementara itu ia bahkan mengumpulkan lebih banyak kekuasaan.  Pada 

tahun 13, Lepidus wafat, masih dijaga.  Oktavianus kemudian ”menerima 

jabatan pendeta tertinggi,” tulis Suetonius, ”yang tidak pernah diperhitung￾kannya  ketika  Lepidus  masih  hidup.”21  Ini  berarti  bahwa  penguasa  urusan 

politik Roma sekarang juga menjadi pimpinan religius negara, suatu gabung￾an  yang  sangat  mengangkat  kekuasaannya  dan  tetap  akan  menjadi  norma 

sesudahnya.  

Ini  membuat  Senat  bahkan  menjadi  lebih  tidak  relevan.    Pada  tahun 

11SM, Agutus harus mengubah peraturan-peraturan Senat sehingga pekerja￾an dapat dilaksanakan, bahkan jika ada empat ratus (dari enam ratus) senator 

yang memenuhi batas minimum tidak hadir.  Ia juga mengumumkan bahwa 

para anggota tidak boleh berbicara menurut urutan senioritas, karena mereka 

sudah menjadi terbiasa untuk berdiri satu per satu dan berkata, ”Aku setuju  dengan  pembicara  sebelumnya.”  Sebagai  gantinya,  dalam  usahanya  untuk 

membuat  semua  orang  tetap  bangun,  ia  mulai  memanggil  mereka  dengan 

acak untuk berbicara, seperti guru sekolah terhadap murid-murid baru yang 

tidak memperhatikan pelajaran di kelas. 22

Pada  saat  yang  sama,  Agustus  sedang  mencoba  mendapatkan  pewaris  dan 

menciptakan sebuah dinasti, suatu pemikiran yang paling tidak bersifat republik. 

Senat sedikit bersimpati dengan pemikiran tentang seorang pewaris, kare￾na tidak ada orang yang menginginkan perang meletus begitu Agustus wafat, 

tetapi tidak ada cara legal baginya untuk menunjuk seseorang menjadi impe￾rator Roma berikutnya.  Persoalan yang lebih pribadi adalah Agustus tidak 

mempunyai putra sendiri.  Ia sudah mempertimbangkan untuk menjadikan 

seorang menantunya sebagai penerus, dan dengan begitu kembali ke tahun 

24 SM di mana ia  menikahkan putrinya yang berumur empat belas tahun, 

Julia dengan sepupunya Marcellus yang berumur tujuh belas tahun, pilihan 

pertamanya sebagai pewaris.  Tetapi Marcellus meninggal setahun kemudian. 

Setelah itu Agustus menikahkan Julia dengan satu dari perwiranya, seseorang 

yang bernama Agrippa; tetapi Agrippa pun meninggal pada tahun 12 SM. 

Bukannya  memberikan  wanita  yang  malang  ini  sedikit  kedamaian, 

Agustus menikahkannya kembali dengan calonnya yang terakhir:  putra ist￾rinya  dalam  perkawinan  sebelumnya, Tiberius.   Tiberius  bukanlah  pilihan 

pertama siapa pun.  Ia bersikap dingin dan tidak ramah, pada umumnya pen￾diam, dan mempunyai kebiasaan yang aneh: ia berjalan dengan kaku, dan 

selalu menggerak-gerakkanan jari-jarinya ketika berbicara.23 Sebagai seorang 

pewaris Agustus, Tiberius adalah pemegang kedudukan.  Kaisar mengharapa￾kan bahwa salah satu putra Julia akan tumbuh, cukup umur untuk ditunjuk 

sebagai penerusnya.  Tetapi sementara itu ia sudah menciptakan kehidupan 

keluarga yang malang untuk putrinya.  Julia membenci Tiberius, dan kehidu￾pan  mereka  sangat  menyedihkan  sehingga  ia  pergi  ke  Rhodes,    sedangkan 

Julia  makin  liar  (berhubungan  dengan  siapa  saja)  dan  mabuk-mabukan. 

Kelakuannya  menjadi  skandal  yang  begitu  memalukan  sehingga  Agustus 

akhirnya mengurungnya di Pandateria, sebuah pulau penjara. 

Kesulitan-kesulitan  rumah-tangganya  tidak  merenggutnya  terlalu  lama

dari  urusan  menjalankan  kekaisarannya.    Pada  tahun  4  SM,  Herodes 

yang  Agung—raja  pengikut  yang  dikembalikan  ke  tahtanya  oleh  Markus 

Antonius—meninggal,  meninggalkan  tiga  putranya  dan  sebuah  kuil  besar 

yang  sudah  dibangun  kembali.    Dengan  kekuasaannya  ia  merombak  Kuil 

Kedua  yang  sudah  dibangun  kembali  tetapi  keadaannya  tidak  terurus  itu, 

menjadi sebuah pameran dari keagungannya sebagai raja (sekali pun seorang 

raja di bawah  pengawasan Roma).  Ruang datar di mana kuil itu berdiri, 

Gunung  Kuil,  terlalu  kecil  untuk  dapat  diperluas,  jadi  Herodes  menggali  sekitarnya dan membangun ruangan-ruangan besar di bawah tanah yang ber￾fungsi sebagai fondasi  dari  lebih banyak ruangan di tingkat atasnya. 

Sekarang Herodes Agung sudah wafat.  Tetapi daripada memilih seorang 

dari tiga putranya untuk menggantikannya, Agustus membagi Palestina men￾jadi tiga bagian:  mungkin ukuran Kuil sudah menguakkan ambisi keluarga 

yang perlu dibungkam.  Dalam hal apapun, Herodes Antipas mendapatkan 

Galilea, di sebelah Laut Galilea;  Archelaus mendapatkan Samaria dan Yudea; 

dan saudara laki-laki ketiga, Philippus, mendapatkan daerah Utara.  Herodes 

Antipas  dan  Philippus  memerintah  tanpa  terlalu  banyak  peristiwa;  tetapi 

Archelaus  ternyata  jahat,  sehingga  pada  tahun  6  M  Agustus  mencabutnya 

dari tahtanya dan menempatkan seorang pejabat Romawi, seorang prokurator 

menggantikan kedudukannya untuk mengawasi daerah itu.  Prokurator ini 

mempunyai suara terakhir di seluruh daerah, terutama dalam urusan-urusan 

hukum yang serius seperti hukuman mati, tetapi selama Herodes Antipas dan 

Philippuspus  tidak  berbuat  macam-macam,  pihak  Roma  cenderung  untuk 

tidak menganggu mereka. 

Sedikit  jauh  ke  Timur,  bangsa  Partia  sedang  menderita  karena  sebuah 

reaksi anti-Roma. 

Pada tahun 2 SM, kehidupan keluarga Phraates IV mengalami penurunan 

lagi, Budak wanitanya sudah melahirkan seorang putra untuknya, dan ketika 

putranya  ini  mencapai  umur  remaja,  ia  berbalik  dan  membunuh  ayahnya. 

Koin-koin dari pemerintahan jaman anak laki-laki ini menampilkan Phraates 

V dan ibunya di sebelahnya; kemungkinan ibunya ikut memerintah, karena 

ia  lebih  terlihat  seperti  istri,  dan  di  Partia  sudah  pernah  terdengar    (mes￾kipun  menjijikkan)  seseorang  menikahi  ibunya  sendiri,  terutama  karena 

ibunya kelihatannya belum sampai lima belas tahun lebih tua daripadanya.24

Pemerintahan gabungan ini membuat mereka tidak disukai, dan setelah tidak 

sampai empat tahun, bangsa Partia mengusir mereka ke pengasingan. 

Setelah itu  salah satu dari putra-putra Phraates IV yang mendapat pendidik￾an Romawi mengambil tahta di bawah nama kerajaan Vonones I.  Ini adalah 

semacam pengaruh atas Partia yang diharapkan oleh pihak Roma, yang pa￾ling mirip dengan pemerintahanyang terbaik yang mereka miliki di Palestina. 

Sayangnya, pemerintahan itu tidak berlangsung lama.  Potret-potret Vonone 

di koin-koinnya menunjukkan ia dengan gaya rambut Barat, tidak diragukan 

itu pasti dipelajarinya semasa di Roma, dan cara-cara Roma Vonone menye￾balkan orang Partia di istananya.  Kata-kata Romawi di mulut-mulut para 

lelaki Partia, gaun-gaun Romawi, kebiasaan-kebiasaan Romawi:  semuanya 

ini  menjadikannya  makin  tidak  disukai  oleh  pihak  masyarakat  Partia  yang 

konservatif.    Dalam  masa  damai,  kelihatannya  malah  lebih  penting  untuk 

tetap waspada terhadap kebudayaan asli;  suatu kewaspadaan yang tidak pen￾ting dalam masa perang, karena sikap-sikap permusuhan dengan sendirinya 

menjadi pembanding terhadap pertukaran kebudayaan. 

Vonones  I  hanya  memerintah  selama  kira-kira  empat  tahun,  sebelum 

seorang patriot Partia mengusirnya (atau membunuhnya) dan menjadi raja 

menggantikannya.  Partia tetap berdamai dengan Roma, tetapi perdamaian 

yang  sementara, dengan penolakan-penolakan bangsa Partia yang konsisten 

terhadap pengaruh-pengaruh Roma dan tetap menjauhkan diri di sisi sebe￾rang sungai Efrat.

Pada  tahun  4  M,  Agustus  sudah  menyerah  terhadap  pencarian  pewaris 

yang  sedarah.    Kedua  cucu  Julia  meninggal  waktu  masih  muda.    Atrippa 

Postumus, menjadi begitu jahat sehingga oleh masyarakat luas dianggap gila; 

Agustus mengirimkannya ke pulau penjara Pandateria juga.  Ia terikat pada 

Tiberius, jadi ia mengadopsi menantunya itu sebagai anak di bawah perwa￾liannya dan  menjadi bagian dari keluarga langsungnya. 

Ini  tidak  menjadikan  Tiberius  pewarisnya,  karena  peraturan  keturun￾an  masih  merupakan  kemungkinan  yang  belum  dibicarakan.    Wewenang 

Tiberius atas angkatan perang Roma makin bertambah; dan karena dukung￾an legiun Roma merupakan yang paling besar dari semua kekuasan imperial, 

ini sama bagusnya seperti menyerahkan mahkota pada Tiberius.  Pada tahun 

13 m, Senat mengukuhkan Tiberius sebagai prokonsul dan Prinsep bersama 

dengan Agustus, yang menghilangkan masalah langsung berkenaan dengan 

pemindahan kekuasaan berdasarkan hereditas. 

Tindakan ini tepat waktu.  Di bulan Agustus tahun 14M, kedua orang 

ini sedang bepergian bersama ketika Augustus yang berusia tujuh puluh lima 

itu terkena diare.  Ia semakin menjadi lemah, sampai tidak bisa bangun dari 

ranjangnya. 

Pada hari terakhirnya, ia minta sebuah cermin supaya ia dapat merapikan 

rambutnya,  seperti  berdandan  untuk  penonton.    ”Ketika  teman-temannya 

yang dipanggilnya sudah hadir,” tulis Suetonius, ”ia menanyai mereka apakah 

menurut pendapat mereka ia telah menjalankan perannya dengan baik dalam 

komedi kehidupan.”  Ketika mereka setuju, ia mengutip (hampir sebagai kata￾kata akhirnya) dua baris dari sebuah drama yang terkenal:

Karena sandiwaranya sangat bagus, bertepuk tanganlah

Dan kalian semua izinkan kami pergi dengan aplaus.25

Pada  saat-saat  terakhir  hidupnya,  ia  akhirnya  bisa  mengakui  kebenaran 

bahwa tidak ada seorang pun di Roma yang berani berbicara:  perannya se-

bagai  pelindung  Republik  hanyalah  sandiwara,  dan  penolakannya  untuk 

menerima gelar kaisar tidak lain daripada kepura-puraan, semuanya dilakuka￾kannya demi para penonton.  

G A R I S WA K T U 7 9

PARTIA ROMA

Perang Sosial (91)

Lucius Sulla, konsul

Lucius Cinna, konsul

Perang Gladiator (73)

Crassus, konsul

Pompei, konsul

Cicero, konsul

Orodes II Julius Caesar, konsul

Perang Pharsalus (48)

Phraates IV Pembunuhan Caesar (44)

Oktavianus, konsul

Perang Aktium (31)

Penyelesaian Pertama (27)

Oktavianus, pontifex maximus

Phraates V

Vonones I

Artabanus II

Kematian Oktavianus (14M)