n pulang ke rumah; tetapi sejak itu kubu Athena kembali
masuk Boeotia dan menguasai daerah itu hanya dalam waktu dua bulan lalu , kemenangan itu bukanlah kemenangan yang menentukan. Sebenarnya,
kedua kekuatan itu kurang lebih sama. Athena, yang memulai dengan kemenangan, kehilangan cukup banyak tentaranya dengan kekalahannya di Mesir
sehingga skornya seri.
Pada tahun 446, kubu Athena mengusulkan perdamaian. Perjanjiannya
sendiri belum sempat bertahan, tetapi komentar-komentar dari berbagai poli-
tisi Yunani menyatakan bahwa kubu Athena bersedia menyerahkan tanah
rampasannya di genting tanah Korintus dan sepanjang pantai Peloponisia,
untuk mengahiri peperangan. Kedua kota setuju untuk tidak mencampuri
sekutunya masing-masing. Pengaturan ini diperkirakan akan bertahan selama
tiga puluh tahun; dan karenanya dikenal sebagai perjanjian Perdamaian Tiga
Puluh Tahun.
Tidak lama lalu , Herodotus meninggalkan Athena. Ia tidak merasa
cocok dengan hingar-bingar politik yang terus menerus, dan lebih senang
berpaling ke Thurii, sebuah persatuan koloni baru Pan-Helenik yang menarik
semua warga negara dari seluruh Yunani.
Meskipun ada hingar-bingar itu, Athena naik daun. Pericles, komandannya yang semakin populer sebagai pakar pidato, mengatur pembangunan
sebuah kuil baru di Athena di puncak Akropolis. Kuil Parthenon ini, dihiasi
dengan hiasan-hiasan patung batu yang menggambarkan kemenangan-kemenangan Yunani atas centaur, makhluk setengah manusia setengah kuda; suatu
perayaan kemenangan Yunani atas musuh-musuhnya. Sebuah patung Zeus
setinggi dua belas meter dari gading dipahat, dan para pembuat menyebutnya
sebagai satu dari tujuh keajaiban dunia purba. Socrates, pakar filsafat, menghabiskan hari-harinya berbicara dan mengajar, menarik banyak pengikut,
seperti Budha, mengembangkan suatu filosofi yang berhubungan dan berpengaruh tanpa menulis satu kata pun, karena semua ajarannya dituliskan
oleh para muridnya.
Tetapi semua keindahan ini membusuk pada intinya. Kebencian antara
Athena dan Sparta belum hilang. Perdamaian Tiga Puluh Tahun bertahan selama empat belas tahun; dan lalu pecah.
P sebetulnya pecah antara Athena dan salah satu dari sekutu
Sparta, yaitu kota Korintus. Pada tahun 433, sebuah koloni Korintus yang
disebut Korsika mencoba untuk memisahkan diri dari pemerintahan Korintus
dan meminta bantuan Athena.
Korsika sendiri secara teknis bukan milik Peloponesia maupun Liga Delia,
sehingga Athena dapat menjawab panggilan itu tanpa melanggar perdamaian. Sebaliknya, karena Korsika yaitu sebuah koloni Korintus, dan Korintus
yaitu sekutunya Sparta, tidak diragukan lagi Sparta merasa tersinggung karena Athena bergabung dalam sebuah peperangan melawan Korintus.
Kubu Athena tidak dapat menolak kesempatan untuk melemahkan kekuatan Korintus. sesudah dua hari melakukan debat umum, Dewan akhirnya
memutuskan untuk mengirim sepuluh kapal.21 Dalam percobaan untuk
menguasai dan juga mencaplok kuenya, Dewan memperingatkan kapten yang memberi komando atas pasukan angkatan laut ini untuk tidak menyerang,
kecuali kubu Korintus benar-benar sudah mendarat di Korsika, atau mengancam kapal-kapal milik Korsika.22
Kapal-kapal Korintus tiba dan berlayar langsung ke arah kapal-kapal, yang
oleh Korsika telah disiagakan untuk berhadapan dengan mereka. Kapten
Athena mencoba untuk mengikuti perintah dan bertahan sampai kapal-kapal
Korintus sudah menggiring kubu Korsika kembali dan mendesak ke depan,
mengakibatkan korban. Dalam kata-kata Thucydides, mereka “menjagal”
orang-orang “saat mereka berlayar, tanpa peduli untuk menjadikan mereka
tawanan.”23
Atas hal ini, kapal-kapal Athena tidak hanya ikut berperang, tetapi juga
mengumpulkan kekuatan kembali. Sekarang Athena berperang melawan
Korintus, dan Korintus yaitu sekutu Sparta. Perdamaian Tiga Puluh Tahun
berakhir.
Perseteruan di laut ini, Peperangan Sybota, yaitu yang pertama dari
serangkaian perang kecil selama satu setengah tahun lalu . Pada tahun
431, rangkaian peperangan ini berakhir saat Thebes (salah satu sekutu
Sparta) menyerang Platea, kota di Boeotia yang menjadi tempat peperangan
terkenal dengan Persia dan sekarang berada dalam perlindungan Athena. Ini
yaitu serangan pertama untuk mengancam tembok kota yang sesungguhnya,
dan Thucydides mengatakan bahwa tindakan luar biasa ini akhirnya memusnahkan perjanjian tanpa dapat diperbaiki. “Athena segera bersiap perang,”
tulisnya, “demikian juga dengan Sparta dan para sekutunya.”*24
Kubu Sparta mencambuk diri mereka sendiri untuk berperang (“Athena
terinspirasi untuk menguasai dunia!”) dan menetapkan garis depan mereka di
tanah genting, siap untuk bergerak ke Atika. Athena membuat persekutuan
yang tergesa-gesa dengan raja Makedonia, Perdikkas II, cucu dari Amyntas,
dan Pericles memerintahkan rakyat desa dari Atika untuk masuk ke dalam
tembok Athena untuk berlindung. saat pihak Athena yang pertama gugur
dalam peperangan, Pericles memberikan orasi pemakaman untuk menghormati mereka, sebuah pidato di mana ia mendaftar semua superioritas dari
peradaban bangsa Athena: kemerdekaan Athena, pendidikan Athena (yang
memberi orang-orangnya “pengetahuan tanpa sifat yang tidak jantan”),
perlawanan Athena yang terus-menerus melawan kemiskinan, kemampuan
warga negaranya untuk memahami urusan masyarakat. Ia mengakhiri pi-
datonya dengan himbauan patriotik, tidak seperti tokoh lainnya sejauh ini
dalam sejarah: “Kita sendiri harus menyadari kekuatan Athena,” katanya kepada mereka, “Pupuklah terus menerus cinta kita kepada Athena dari hari ke
hari sampai cinta itu memenuhi hati kita; dan lalu bila semua keagungannya mengoyak kita, kita harus merefleksikan diri bahwa hanya dengan
keberanian, kesetiaan pada tugas, dan kehormatan dalam perbuatanlah kita
mampu memenangkan semua ini.”25 Itu yaitu panggilan untuk kesetiaan
bukan kepada seorang raja, tetapi pada sebuah konsep; untuk mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai bangsa Athena, tidak berdasarkan atas
ras, tetapi pada kemauan dan kesukarelaan untuk bergabung dalam satu
pemikiran.
Itu yaitu panggilan yang menggugah, tetapi kebanyakan bangsa Athena
yang gugur dalam dua tahun pertama dalam Perang Peloponesia menemui
ajal dengan kurang mulia dan kurang patriotik. Pada tahun 430, wabah penyakit merebak di Athena.
Thucydides sendiri yang tinggal di kota selamat dari wabah itu dan menceritakan kembali:
… orang-orang yang sehat tiba-tiba diserang oleh panas yang hebat di
kepala, muka merah dan matanya meradang, di bagian dalam seperti tenggorokan atau lidah berdarah dan mengeluarkan bau napas yang tidak biasa
dan berbau busuk. Gejala-gejala ini diikuti dengan bersin-bersin dan suara
serak, sesudah itu sakitnya sampai ke dada dan akibatnya batuk … tubuh
bagian luar … kemerah-merahan, pucat kelabu, dan timbul bintik-bintik
merah dan jerawat kecil ……. Dalam kebanyakan kasus, pada hari ketujuh atau kedelapan mereka mengalami radang internal … Tetapi kalau
mereka bisa melewati tahap ini, dan penyakitnya turun ke perut, akan
berubah menjadi luka bernanah di daerah itu yang disertai dengan diare
yang hebat, sehingga menyebabkan lemas yang pada umumnya berakibat
fatal …. Gangguan ini … bercokol di bagian-bagian dalam jari-jari tangan
dan kaki, kebanyakan selamat tetapi kehilangan bagian badan ini dan kadang-kadang penglihatannya hilang.26
Terpisah dari kehilangan tenaga perang yang trampil (“Mereka mati seperti
domba”), ini merupakan pukulan yang tak tertahankan bagi sebuah kota yang
sudah mengkhawatirkan masa depannya. “Tanda yang jauh lebih mengerikan
dalam penyakit itu yaitu penolakan yang dialami jika seseorang merasa dirinya mulai sakit,” kata Thucydides, “karena jatuh dalam keputusasaan yang
secara tiba-tiba yang mereka alami telah merenggut daya tahannya, dan menjadikan mereka mangsa penyakit yang empuk.”
Keputusasaan diperburuk lagi dengan kondisi kota yang kumuh. Penduduk
daerah pedesaan Atika masih mencari perlindungan ke Athena. Tetapi sesampainya di kota, tempat perlindungan pengungsi yang dibangun untuk mereka
di sepanjang tembok ternyata sudah menjadi sumur kematian: “ruang-ruang
kecil yang pengap di mana kematian mengamuk tanpa dapat dicegah. Tubuhtubuh dari orang-orang yang sekarat bertumpukan … tempat-tempat suci
tempat mereka bernaung juga penuh dengan mayat orang-orang yang meninggal disitu.”28 Tubuh-tubuh dibakar dalam tumpukan yang tinggi sepanjang hari dan malam; pencuri-pencuri kecil yang dengan bebas merambah
rumah-rumah yang ditinggalkan penghuninya; tidak seorang pun peduli
untuk mempersembahkan kurban atau melakukan ibadah. Jarak antara
kesucian dan keduniawian telah berkurang oleh kebutuhan untuk bertahan
hidup.*
Pericles, jenderal Athena yang berwibawa, pada siapa kota itu bergantung, termasuk di antara para korban.
Perang itu dimulai dengan buruk dan semakin lama semakin buruk.
Begitu sembuh, Thucydides dijadikan komandan angkatan perang Athena
yang diberi tugas untuk melindungi Thracia, tetapi tentaranya dipukul
mundur, dan Thucydides dikirim ke pengasingan sebagai hukumannya.
Kapal-kapal Yunani yang di tempat asalnya sibuk dipakai, tidak dapat datang
untuk membantu kota-kota Yunani di Semenanjung Italia saat suku-suku
dari Apennini (mungkin terdorong oleh gelombang Celtic dari Utara) datang
dari lereng-lereng gunung dan menyerang mereka. Penduduk Yunani diusir
keluar; Bangsa Yunani yang ada di semenanjung Italia hampir punah.
Bangsa Yunani, yang saling mencakar habis, kebanyakan tidak memperhitungkan kekuatan kekaisaran dari Timur. Pada tahun 424, Artaxerxes
meninggal dalam kematian yang tidak jelas sesudah menjalankan suatu pemerintahan yang tidak menarik. Istrinya juga meninggal pada hari yang sama
(kami tidak memiliki data, tetapi itu merupakan suatu kebetulan yang
mencurigakan), dan putra mereka yang seorang lagi, Xerxes II, memerintah
sampai kurun waktu empat puluh lima hari. Menurut Ctesias (yang, andaikata benar, biasanya menambahkan cerita yang paling menarik tentang skandal
dalam kerajaan Persia yang mungkin pemutarbalikan fakta), Xerxes II bermabuk-mabukkan suatu malam, dan saat sedang mengorok di ranjangnya
ia dibunuh oleh saudara tirinya yang tidak sah, yang lalu memproklamasikan dirinya sebagai raja. Adik tiri ini kejam, mudah marah, dan tidak
disukai. Dari rumah tangga istana dapat dipastikan ada yang menyampaikan
pesan-pesan kepada adik tiri lainnya yang tidak sah, yang menikah dengan
adik tiri perempuannya sendiri yang tidak sah tetapi setidaknya ia yaitu seorang administrator yang berpengalaman, yang pernah ikut dalam pemilihan
gubernur Persia dengan cara yang tangkas.
Ochus, si saudara tiri ini, juga berhubungan baik dengan gubernur dari
Mesir, yang mengiriminya pasukan. Ia bergerak masuk ke Susa, menangkap
perebut kekuasaan itu dan membunuhnya. Ia sendiri menduduki tahta, memakai nama kerajaan yang resmi dan mengganti nama haramnya menjadi:
Darius II.29 Pemerintahannya dimulai pada hampir akhir tahun 424, di mana
baik ayah dan saudara tirinya wafat: suatu tahun di mana Kekaisaran Persia
memiliki tiga Raja Agung yang berbeda.
Pada tahun 421, Kubu Athena dan Sparta berada kembali pada posisi yang sama seperti saat Perdamaian Tiga Puluh Tahun disumpahkan:
terus-menerus kehilangan tentara, dengan menghadapi bahaya kelaparan jika
penanaman dan panen tidak segera dimulai, kedua-duanya tidak memiliki
harapan akan kemenangan yang menentukan. Mereka sekali lagi setuju untuk
berdamai, dikenal sebagai Perdamaian Nicias, diambil dari nama seorang
pemimpin Athena yang membantu negosiasi itu.
Perdamaian itu berlangsung selama enam tahun. Teman sejawat Nicias
dalam pemerintahan Athena ,yaitu Alcibiades, tidak ingin membiarkan keadaan damai itu berlangsung lama; ia menginginkan kemahsyuran.
Alcibiades yaitu seorang peminum berat, suka berfoya-foya dan reputasinya atas kecantikan melebihi masa mudanya, seorang yang tingkah lakunya
tidak menghormati wanita dan melakukan perselingkuhan, baik dengan wanita maupun laki-laki: “Ia terus merayu sepanjang mantelnya berkibar di
belakangnya, mendongakkan kepalanya ke satu sisi dan cara berbicaranya
cadel,” Plutarkhos mengamati.30 Ia juga terdorong oleh obsesi untuk mendapatkan pengakuan masyarakat, yang membuatnya bukan tandingan pada
masa itu. Athena perlu membangun kembali kekuatan dan tidak mempedulikan Sparta, tetapi Alcibiades tahu bahwa tidak ada kemuliaan baginya dalam
hal itu. Pada tahun 415, ia merebut kesempatan untuk menjadi pahlawan.
Suatu pemukiman Yunani di Sisilia, yang disebut Egesta, meminta dukungan angkatan laut Athena untuk melawan dua kota Yunani lain di Sisilia, kota Selinus dan Sirakusa. Sirakusa asalnya yaitu koloni Korintus, satu dari
kota-kota Yunani yang paling kaya di sebelah Barat laut Adriatik, dan tetap
berhubungan erat dengan ibu kota. Bila kubu Athena berlayar untuk membantu Egesta, mereka dapat mengobarkan kembali perang dengan Korintus,
dan mungkin meraih kemenangan.
Alcibiades berhasil meyakinkan kubu Athena untuk mengirim satu armada besar pada target yang jauh dan tidak penting ini: 25.000 tentara,
lebih dari 130 kapal perang Yunani dan kapal-kapal pengangkut persediaan
dalam jumlah yang sama.31 Suatu olok-olok terjadi sebelum armada berangkat (seseorang telah menodai serangkaian gambar-gambar suci di penghujung
malam sesudah bermabuk-mabukan) sehingga armada ini hampir saja tidak
jadi diberangkatkan, karena banyak orang Athena percaya bahwa ini yaitu
suatu pertanda buruk. Tetapi akhirnya kapal-kapal itu diperbolehkan pergi
dan berlayar ke Sisilia menuju kehancuran total.
Alcibiades dan Nicias bertugas,
bersama dengan orang ketiga, seorang jenderal yang berpengalaman.
Hampir segera sesudah itu, ketiga
pemimpin itu berselisih paham
tentang kapan dan bagaimana cara
menyerang. Lalu mereka menerima
pesan dari Athena: Alcibiades dicurigai sebagai orang yang menodai
gambar-gambar suci itu (kemungkinan besar ia bersalah dalam hal
vandalisme yang kekanak-kanakan ini), dan orang-orang Athena
memutuskan untk menariknya
kembali ke Athena untuk menghadapi pengadilan.
Panggilan semacam ini tidak
akan pernah menghasilkan kebaikan, karena itu Alcibiades
mengambil sebuah kapal dan melarikan armada itu. Ia berlayar ke
Sparta, di mana ia mengubah haluan dan menawarkan untuk membantu
pihak Sparta meng-akhiri masalahnya dengan Athena saat itu juga. Bila ia
tidak dapat memperoleh kemahsyuran dengan cara yang satu, ia dapat mencoba cara lain. Kembali ke pantai di Sisilia, Nicias yang bukan seorang yang tegas, meskipun ia seorang pecinta damai—menunda dan berhati-hati sampai orang
Sirakusa akhirnya mengumpulkan kekuatan sendiri, termasuk memperkuat
pasukannya dari sekutunya di Liga Peloponesia. Saat itu sudah terlambat
untuk menang, meskipun kubu Athena telah berhasil meyakinkan pihak
Etruski untuk bergabung.32 Nicias menyurati mereka di Athena, meminta
izin untuk mundur; dengan ukuran oposisi Sirakusa, katanya, hanya kekuatan yang besarnya dua kali dari armada seperti yang sekarang dikomandoinya
bisa menang.
Orang Athena tidak memahami situasi genting yang mereka hadapi.
Mereka segera mengirimkan dan menaikkan jumlah pasukan dua kali lipat
kekuatan Nicias.33
Nicias yang terperangah melihat tambahan pasukan yang muncul dari arah
cakrawala, merencanakan untuk menarik seluruh pasukan dan mundur. Tetapi
pihak Sirakusa mengetahui rencana ini, dan dalam kata-kata Thucydides,
“menjadi lebih bersemangat untuk menekan kubu Athena, yang sekarang
sudah menyatakan bahwa mereka bukan lagi atasan mereka di laut maupun di
darat, kalau tidak mereka tidak akan melarikan diri.”34 Kapal-kapal Sirakusa
menghalangi kapal Athena untuk mundur, di mana empat puluh ribu tentara
Athena berusaha melarikan diri menyeberangi pulau dengan berjalan kaki ke
seberang. Barisan yang ketakutan di bawah terik musim panas, dengan musuh
mengejar di belakang berakhir dengan kehancuran: mereka berharap dapat
mencapai sungai Asinarus dan membela diri di seberang, tetapi saat mereka
mencapai pantai,
Terdorong oleh kelelahan dan kebutuhan akan air … mereka bergegas
masuk ke sungai, dan semua perintah tidak dipedulikan, setiap orang ingin
menyeberang lebih dulu … Sementara itu di tepi seberang, yang curam,
berbarislah tentara Sirakusa, yang menghujani kubu Athena dengan peluru, kebanyakan mereka sedang minum dengan rakusnya dan saling
bertumpukan .. dalam lubang tepian sungai. Pasukan Peloponesia juga
turun dan membantai mereka, terutama mereka yang ada di dalam air,
sehingga airnya segera menjadi keruh namun tetap mereka berebut minum
biarpun airnya sudah kotor berlumpur dan bercampur darah. Akhirnya
saat banyak yang tewas sekarang sudah bertumpukan di aliran sungai,
dan sebagian lagi dari pasukan itu sudah dikalahkan di sungai, dan sedikit
yang lolos dari situ juga telah dimusnahkan oleh pasukan berkuda, Nicias
menyerah.35Meskipun sudah dijamin oleh komandan Sirakusa, Nicias tetap dibunuh
segera sesudah ia meletakkan senjata. Tawanan Athena dikirimkan ke tambangtambang penggalian, di mana mereka tewas kepanasan dan kotor atau hidup
di antara tumpukan mayat dari mereka yang telah mati lebih dulu. Beberapa
yang selamat pulang ke rumah mendapatkan bangsa Sparta yang dibantu oleh
Alcibiades telah menjajah Atika dan menyebar sampai ke ujung.
Tetapi kubu Sparta masih tidak dapat memaksa bangsa Athena menyerah,
dan sesudah delapan tahun perang itu masih terus berlangsung. Kebanyakan
orang Yunani, saat itu sudah sangat lelah berperang dengan orang Sparta.
Dalam tahun-tahun ini, penulis sandiwara Artopanes menulis komedi berjudul Lysistrata, di mana wanita-wanita Athena mengumumkan bahwa
mereka akan mundur dari seks sampai suami-suami mereka berhasil mengakhiri perang. “Kita hanya perlu duduk di dalam dengan pipi yang berbedak,”
Lysistrata, pemimpin mereka berseru, “dan menemui pasangan kita berpakaian gaun yang tembus pandang … mereka akan mengambil alat mereka dan
menjadi liar, ingin tidur bersama kami. Itulah waktunya untuk menolak, dan
mereka akan segera berdamai, saya yakin akan hal itu!”36
Tidak ada solusi yang dipecahkan begitu saja. Sebaliknya, Bangsa Persia
terlibat kembali, dan masalah kedua kota menjadi semakin tidak terpecahkan.
Kubu Persia masuk dalam kancah ini disebabkan oleh tidak lain daripada Alcibiades, yang berhasil membuat dirinya sendiri diusir dari Sparta.
Sementara Agis, raja dari garis yang lebih muda, sedang berperang di luar
kota, Alcibiades melakukan perselingkuhan gila-gilaan dengan istrinya, begitu
terang-terangan sehingga seluruh kota mengetahuinya: “Dia hamil dengannya,” Plutarkhos mengamati, dan tidak menyangkalnya.”37 Agis yang bisa
berhitung, sadar saat ia pulang bahwa bayi itu bukanlah anaknya. Alcibiades,
tidak ingin mendapat kecelakaan yang fatal, melarikan diri ke Sardis. Di sana
ia memperkenalkan diri pada gubernur Persia yang berkuasa di Asia Kecil,
seseorang yang bernama Tissaphernes, dan menawarkan bantuan pada pihak
Persia untuk mengerjai perang antara Athena dan Sparta sehingga keduanya
dapat dijatuhkan.
Rencana seperti yang diatur oleh Alcibiades dan Tissaphernes (yang tidak
berkonsultasi dengan raja Susa terlebih dulu), berhasil sebagian. Tissaphernes
mengirimkan pesan kepada kubu Sparta, menawarkan akan membantu biaya
perang yang sedang berlangsung, dengan syarat bahwa begitu Athena jatuh,
kubu Sparta akan meninggalkan kota-kota Ionia untuk pihak Persia. Kubu
Sparta setuju, sehingga langsung masuk dalam genggaman Tissaphernes; ia
mendorong mereka untuk bergantung pada peran bank Persia dan lalu
melakukan pembayaran yang tidak lancar. “Tissaphernes,” kata Thucydides, merusak angkatan laut dengan membayar mereka secara tidak teratur dan
bahkan lalu tidak membayar penuh.”38
Sementara itu Alcibiades menulis pada Athena, menawarkan diri untuk
kembali bergabung dengan mereka dengan menggenggam uang emas Persia,
sepanjang mereka setuju untuk mengembalikannya pada posisinya semula.
Apa yang disetujui Athena merupakan deretan keputusasaan mereka.
Seharusnya ini berakhir dengan perang laut besar di mana secara teoritis kubu Athena dan Sparta akan menghancurkan armada masing-masing.
Alcibiades memang kembali ke Athena pada tahun 407, dengan emas yang
cukup untuk membantu memperbaiki angkatan lautnya; dan dalam musim
gugur pada tahun yang sama, ia memimpin sebuah armada dengan seratus
kapal Athena menuju angkatan laut Sparta.
Sementara itu, telah terjadi pergantian pimpinan dua kali. Darius II yang
mendengar tentang negosiasi tanpa wewenang itu, menarik Tissaphernes kembali ke Susa dan mengirim anaknya yang lebih muda, Cyrus, ke Sardis dengan
instruksi untuk menempatkan bala bantuan Persia tegas-tegas pada pihak
Sparta. Dan angkatan laut Sparta dipimpin oleh seorang laksamana baru, seorang yang bernama Lysander. Plutarkhos menceritakan bahwa Lysander,
yang diperkuat oleh bala bantuan Persia dan uang Persia, telah membayar
angkatan perangnya sepertiga lebih daripada yang didapat pihak Atenia dari
Alcibiades, dan bahwa Alcibiades “, bahkan dipaksa membayar upah harian.
Kehabisan uang dan orang, angkatan laut Athena menemui malapetaka. Dalam serangkaian peperangan di musim gugur tahun 407 dan 405,
kapal-kapal Athena tenggelam dn tertangkap, pelaut-pelaut dibunuh dan
ditenggelamkan. Dalam bulan Agustus, dalam perang terakhir yang melelahkan, angkatan laut Atenia kehilangan 171 kapal dalam satu pertempuran.
Alcibiades sendiri menghilang dengan diam-diam; ia muncul di pengadilan gubernur Phrygia tak lama lalu dan diperlakukan sebagai “anggota
kehormatan dari pengadilan.”40Keberuntungannya segera berakhir lalu
saat Lysander (yang tetap berhubungan baik dengan kubu Persia) meminta
pada gubernur untuk membunuhnya. Gubernur menyetujui dan mengirim
orang untuk membakar rumah Alcibiades; Alcibiades bangun dan berhasil
keluar dari api, hanya untuk lalu dilempari lembing.
Lysander melanjutkan perusakannya atas armada Athena dengan membakar setiap kapal yang didapatinya dan lalu berlayar ke Athena. Ia
mencapai kota di bulan Oktober dan merebutnya. Kubu Athena, melihat
bahwa penolakan hanya akan mengakibatkan kelaparan, akhirnya menyerah:
“Daratan dan lautan direbut,” tulis seorang tentara Yunani dan ahli sejarah
Xenophon, “mereka tidak lagi memiliki kapal, sekutu maupun makanan.”41
Perang berakhir.Lysander memerintahkan pihak Athena untuk meruntuhkan Tembok
Panjang, suatu kondisi yang dilaksanakan dengan iringan suara musik suling
perayaan. Athena dipaksa untuk menyerahkan semua pengaruhnya atas kotakota yang pernah menjadi milik “kekaisaran Athena”.42 Ini hampir bukan suatu
hukuman yang diperkirakan lebih kejam dari yang seharusnya; Athena masih
tetap memiliki tembok kota, tembok itu tidak dihancurkan, dan masih memiliki kebebasan untuk menegakkan pemerintahannya sendiri. Sayangnya,
orang-orang Athena segera bertengkar secara internal tentang bagaimana
melakukan ini. Akhirnya Lysander terpaksa kembali dan mendirikan suatu
junta yang terdiri dari tiga puluh bangsawan, yang lalu secara sederhana disebut Tiga Puluh.43 Mereka menjadi tidak populer karena mandi darah,
yang mereka lakukan dengan menghukum mati orang-orang Athena, dengan
dalih apa pun, yang mereka curigai melakukan restorasi demokrasi. Lysander,
yang reaksi pertamanya kepada Athena cukup hangat, berubah menjadi gelap
mata dan bahkan mengirimkan serdadu rendahan Sparta untuk membantu
rezim baru itu menghilangkan semua oposisinya.
Hukuman mati itu segera berubah menjadi politik: “Mereka bertujuan
untuk melenyapkan siapa pun yang menurut alasan mereka mengancam,”
Aristoteles lalu menulis, “ dan juga siapa pun yang memiliki kekayaan
yang ingin mereka rampas. Dan dalam waktu singkat mereka menghukum
mati tidak kurang dari seribu lima ratus orang.”44
Dalam keputusasaan, orang-orang Athena yang tersisa berkelompok,
meminta bantuan Thebes yang terdekat, dan menyerang Sang Tiga Puluh dan
garnisun Sparta yang melindungi mereka. Hal ini bisa mengulangi perang
dengan Sparta lagi, tetapi raja Sparta, yang melihat kekacauan ini, menolak
Lysander dan menarik garnisun keluar. Darius II baru saja meninggal, dan
putranya dan pewarisnya, Artaxerxes II, tidak terkenal; Sparta tidak akan bergantung pada emas Persia lagi.
Anggota Tiga Puluh yang belum mati dalam perang melarikan diri. Tahun
berikutnya, 403, dicanangkan oleh bangsa Athena sebagai awal dari era baru,
di mana demokrasi akhirnya bisa kembali ke Athena. Tetapi bangsa Athena
yang menyambutnya sudah terpuruk dan bangkrut. G A R I S WA K T U 6 5
PERSIA YUNANI
Kambises II (530)
Darius I Cleomenes dari Sparta
Damaratus dari Sparta
Perang Maraton (490)
Xerxes I (486-465) Leonidas dari Sparta
Perang Thermopylae dan Salamis (480)
Perang Platea dan Mycale (479)
Artaxerxes (465-424)
Perdiklas II dari Makedonia
Pericles dari Athena
Perang Peloponesia (mulai 431)
Darius II (424-404)
Artaxerxes II (404)