Minggu, 01 Desember 2024

dunia kuno 25




 amat keluar dari Sardis, meskipun 


mereka harus berhadapan dengan makian bila mereka kembali ke Athena: 


“Karena tindakan ini mereka mendapat banyak kesulitan waktu kembali ke 


rumah,” komentar Herodotus.20 Orang Athena tidak bermaksud menyerahkan 


kemerdekaan mereka. Sebaliknya, mereka berbalik mengatasi persoalan 


Sparta sendiri, dan bertempur dengan sengit dalam serangkaian peperangan 


kecil yang merusak dan sengit untuk mengusir tentara Sparta yang masih 


bercokol dari kota mereka. 


Dengan hilangnya orang Sparta dari gambaran, orang Athena memerlukan 


beberapa waktu utuk memperbaiki pemerintahan mereka yang didominasi 


oleh tiran. saat  debu sudah dibersihkan, populasi terbagi menjadi sepuluh 


“suku”, dengan garis-garis kesukuan yang memisahkan persekutuan-persekutuan keluarga lama sebagai usaha untuk menghancurkan jaringan lama yaitu 


kekuasaan orang-orang bangsawan. Dewan Empat Ratus menjadi Dewan 


Lima Ratus, dengan lima puluh perwakilan dari tiap suku. Dalam usaha 


akhir untuk melenyapkan dominasi keluarga-keluarga bangsawan, kota itu 


sendiri lalu  dibagi ke dalam tiga puluh unit geografis yang disebut deme, 


dan orang Athena dalam tiap deme diperintahkan untuk menggunakan nama 


deme sebagai ganti nama keluarga mereka.*21Ini yaitu  pemikirian yang menarik, tetapi tidak berhasil dengan baik; kebanyakan orang Athena akhirnya 


kembali pada nama keluarga mereka. 


Adat istiadat baru diperkenalkan juga. Warga negara Athena siapa pun 


dapat dibuang ke luar kota, andaikata enam ribu dari senegarawan mereka 


menuliskan namanya ke atas kepingan keramik yang digunakan sebagai balot 


suara. Kepingan keramik itu disebut ostraka, dan dari sini kebiasaan untuk 


pembuangan enam tahun menjadi terkenal dengan istilah “ostrasisme.” Itu 


yaitu  pengamanan lain terhadap tirani: apabila seseorang … kekuasaannya 


menjadi lebih besar daripada yang sepantasnya …, “ tulis Aristoteleses, “superi-

oritas yang besar seperti itu biasanya mengarah pada jatuhnya kekuasaan pada 


satu orang … Oleh sebab itu, beberapa negara mengalami ostrasisme.”22


Menurut Aristoteleses, orang Athena pertama yang menderita ostrasisme 


yaitu  teman-teman Hippias, yang dipaksa mengikuti mantan tiran itu dalam 


pengasingan. 


S  kota Yunani lain juga sudah memutuskan untuk memohon 


bantuan pada angkatan perang Persia. 


Ini yaitu  Miletus, kota Ionia di batas luar wilayah Persia di Asia Kecil. 


Pemimpin Miletus yaitu  seorang pejuang yang ambisius bernama Aristagorus, 


yang menguasai kotanya sebagai tiran selama bertahun-tahun. Sekarang ia 


merencanakan untuk menebarkan jaringnya lebih luas lagi. Ia menemui gubernur Sardis dan menawarkan untuk menaklukkan kepulauan Yunani yang 


disebut Cyclades semuanya, atas nama Persia, kalau Persia mau memberinya 


kapal dan tentara. 


Artaphranes menyetujui rencana ini, dan Aristagorus, yang gembira karena mendapat kesempatan untuk menjadi tiran dari seluruh kekaisaran mini 


yang terdiri dari pulau-pulau, mengumpulkan pasukan invasi dan berlayar ke 


targetnya yang pertama yaitu Naxos. 


Sayangnya, kota Yunani di Naxos terbukti tidak mungkin dimasuki. 


Penduduknya, daripada bertempur, hanya menghela semua persediaan 


makanan dari dalam kota dan bersiap menunggu di luar. sesudah  penyerbuan 


selama empat bulan, Aristagorus sudah kehabisan uangnya dari pihak Persia, 


dan Artaphranes yang tidak terkesan dengan kemampuan si tiran dalam 


penaklukannya, menolak untuk memberikan apa-apa lagi dalam proyek ini. 


Aristagorus terpaksa berlayar kembali ke Miletus dengan lumpur di wajahnya, 


ambisinya gagal. 


Tetapi ia sudah belajar dari cara mengamati politik Yunani dari seberang; 


dan seperti politisi Athena lain yang baik, ia mengubah posisinya. Ia memutuskan untuk mengganti sekutunya dari pro-Persia menjadi anti-Persia, 


hanya suatu keputusan yang tidak bijaksana. Ia akan memimpin kota-kota 


Yunani dari Asia Kecil untuk memberontak terhadap penguasa-penguasa 


tinggi Persia; dan mungkin, akhirnya, akan menyatukan mereka di belakang 


pimpinannya. 


Beberapa pertanyaan halus menunjukkan kepadanya bahwa tiran-tiran 


Ionia lain tidak diragukan lagi rela bergabung dengannya dalam pemberontakan ini. Tetapi ia sudah belajar dari pengalaman buruknya di Naxos bahwa 


perang itu mahal. Ia memerlukan dukungan lebih untuk mengawali perang 


dengan pihak Persia. 


Sekutu pertama yang jelas untuk proyek semacam itu yaitu  bangsa yang

suka perang, yaitu Sparta. Sparta yaitu  kota yang paling penting dan berkuasa 


dalam persekutuan yang longgar dengan kota-kota Yunani yang disebut Liga 


Peloponesia — suatu asosiasi yang dibentuk untuk tujuan pertahanan bersama 


terhadap musuh. Kalau Sparta ikut bergabung dalam perang melawan 


Persia, kota-kota lain dalam Liga itu juga akan bergabung. Jadi Aristagorus 


melakukan perjalanan ke Sparta dan mengunjungi Cleomenes. Cleomenes 


tidak hanya menolak untuk menusuk hewan buas Persia dengan jarum; 


pertama ia menertawakan Aristagorus, dan lalu  Aristagorus dilempar 


keluar dari kotanya dengan paksa. 


“sesudah  ia dilemparkan keluar dari Sparta,” tulis Herodotus, Aristagorus 


“ia memilih pergi ke Athena, karena sesudah  Sparta, Athena yaitu  negara 


Yunani yang paling berkuasa.”23 Di sini, ia menemukan telinga yang lebih 


mau mendengar. 


Hippias, tiran Athena yang terasing, sedang mengancam untuk kembali. 


Ia melarikan diri dari Yunani, menyeberang ke Hellespont, dan pergi ke Persia 


dengan harapan bahwa pasukan Persia dapat membantunya menaklukkan 


kembali Athena. Artaphranes, yang mendengarkan rencana itu, dapat melihat 


bahwa Hippias bisa dijadikan alat yang ideal bagi Persia untuk memasuki 


Yunani. Ia mengirimkan pesan ke Athena, memberitahukan mereka untuk 


mengambil Hippia kembali atau akan menderita diinvasi; pesan ini baru saja 


sampai saat  Aristagorus muncul, dan mengusulkan pemberontakan.24


Athena, yang marah atas ultimatum Persia, setuju untuk mengirimkan 


dua puluh kapal untuk membantu pemberontakan Aristagorus; sekutunya 


Eretia, di pesisir, mengirimkan lima.25 Dan begitulah, pada tahun 500 SM, 


perang terjadi. 


P  Persia dan Yunani, yang berlangsung berlarut-larut sampai 


lebih dari dua puluh tahun, hampir tidak disebutkan dalam sejarah Persia. 


Tetapi di Yunani, perang ini yaitu  pusat bagi kehidupan setiap pria, dan 


membuat gelisah tiap wanita selama lebih dari dua puluh tahun. Cerita-cerita 


kita semua berasal dari Yunani: Herodotus waktu perang itu berakhir baru 


berusia lima tahun, tetapi ia mewawancarai para saksi mata untuk menyusun 


kembali peristiwa-peristiwa itu; Thucydides, lahir dua puluh tahun lalu  


atau sekitar itu, ia menggunakan cerita-cerita Herodotus tetapi dengan 


mengoreksi beberapa tafsirannya berdasarkan sumber-sumber lain; dan penulis 


sandiwara Yunani, Aechylus, yang lebih tua daripada kedua ahli sejarah itu, 


dan ikut berperang. Sandiwaranya The Persians (Orang-Orang Persia) yaitu  


karya seorang saksi mata, tetapi perhatiannya terpusat pada keberanian orang 


Yunani, bukan kegiatan operasi militernya.26 Dalam pandangan orang-orang 


ini, Peperangan Persia yaitu  pusat dari perkembangan kemanusiaan. Dari

pandangan pihak Persia, peperangan ini hanyalah bentrokan-bentrokan kecil 


yang, kalau menjadi buruk, lebih baik tidak dihiraukan. 


Kota-kota Ionia yang bergabung dalam pemberontakan itu memulainya 


dengan semangat tinggi, dengan memimpin tiga ratus kapal dari angkatan 


laut Darius, dan memenuhi mereka dengan orang Yunani. Darius segera 


mengirimkan tentaranya yang cepat dan sangat terlatih untuk memadamkan 


pemberontakan Ionia. Sebelum mereka dapat sampai, Aristagorus dan 


para sekutunya berhasil mengagetkan Sardis dan memasukinya. Gubernur 


kerajaan Artaphranes menyembunyikan diri dengan aman ke dalam benteng 


pertahanan kota, tetapi orang Ionia menyebar ke seluruh Sardis, bermaksud 


untuk merampok kota itu. Sayangnya, kota sudah mulai terbakar hampir 


serentak. Seorang tentara membakar sebuah rumah, dan karena gedunggedung Sardis kebanyakan terbuat dari buluh, api menyebar ke seluruh kota. 


“Kebakaran Besar Sardis”, demikian istilah Herodotus,28 membuat orang 


Persia benar-benar marah. saat  pihak Persia dan Ionia bentrok di Efesus, 


pihak Ionia terpukul. Mereka tercerai-berai dan orang Atenia, yang melihat 


tidak ada manfaatnya menghampiri bentrokan khusus ini dan memutuskan 


untuk pulang. Tetapi pihak Ionia tidak punya pilihan lain selain tetap bertempur. Dengan membakar Sardis, tidak ada lagi kesempatan untuk kembali. 


Mereka tidak dapat mundur begitu saja tanpa konsekuensi yang paling 


mengerikan. 


Meskipun begitu mereka berhasil membawa pertempuran ke laut. Sebuah 


angkatan laut gabungan Ionia pergi melewati Hellespont dan mengusir garnisun Persia yang ditempatkan di Byzantium ke luar kota. lalu  kapal-kapal 


itu berlayar kembali ke pantai, menjemput para sekutunya di sepanjang jalan.29


Pemberontakan itu menjadi cukup kuat sehingga memberikan jalan buntu kepada pihak Persia selama bertahun-tahun dalam pertempuran yang melelahkan. 


Arus berbalik melawan kota-kota Ionia pada tahun 494, saat  armada 


Persia yang terdiri dari enam ratus kapal bentrok dengan kapal-kapal Ionia 


di laut terbuka, persis di seberang pantai dekat Miletus. Pihak Persia sudah 


mempersiapkan diri untuk pertempuran yang besar, dan mereka mengenal 


armada Ionia dengan baik; 300 dari 353 kapal dalam armada Yunani yaitu  


hasil penculikan dari angkatan laut Darius pada awal peperangan.30


Banyak kapal yang diawaki oleh orang Ionia ditenggelamkan. saat  


perang berbalik melawan Yunani, banyak lagi yang pergi meninggalkan begitu saja. Laksamana dari pihak armada Ionia berlayar ke Sisilia dan menjadi 


bajak laut (meskipun ia hanya membajak kapal-kapal Kartagena dan Etruski , 


dan “tidak mengganggu kapal-kapal Yunani”).31 Aristagorus sendiri langsung 


meninggalkan Asia Kecil dan pergi ke Thracia, di mana ia dibunuh saat  


mencoba merebut sebuah kota Thracia sendirian.   Pihak Persia yang menang berlabuh di pantai Miletus, kota dari si 


pembuat onar Aristagorus. Mereka menutup kota itu dari segala bantuan luar, 


menggali di bawah tembok-temboknya dan meruntuhkannya. “Kebanyakan 


penduduk prianya dibunuh,” kata Herodotus, “wanita dan anak-anak … 


direndahkan menjadi budak … Mereka yang tetap hidup dibawa ke Susa.” 


Darius memindahkan mereka kembali ke daerah rawa-rawa di muara sungai 


Tigris, tempat yang pernah menjadi rumah bangsa Chalde.32 Orang Athena, 


mengawasi dari jauh, dengan putus asa, meskipun posisinya bukan sebagai 


pengikut perang. Miletus dulu pernah menjadi anak kota Athena, dan 


pengrusakannya merupakan luka bagi tubuh Athena. 


Yang lebih buruk masih akan terjadi. Darius belum melupakan partisipasi 


orang Athena dan orang Eretria dalam pemberontakan itu. Pada tahun 492, 


ia menempatkan jenderal dan menantunya, Mardonius, untuk memimpin 


dua cabang angkatan perang untuk menginvasi: sebuah angkatan darat yang 


akan bergerak melalui Asia Kecil, menyeberangi Bosphorus di atas jembatan 


ponton, dan turun ke Thracia dan Makedonia, dan sebuah angkatan laut yang 


akan berlayar melalui laut Aegea dan bertemu dengan angkatan darat untuk 


menyerang kota-kota Yunani di daerah Utara. 


Penggrebegan Persia pertama ke Yunani ini terpotong pendek. Angkatan 


laut Persia sudah hampir mencapai tujuannya saat  badai menghamburkan 


dan menghantamkan hampir setiap kapal ke karang dekat Gunung Athos. 


Tanpa adanya bantuan dukungan dari angkatan laut seperti yang telah direncanakan, angkatan darat mundur. 


Dibutuhkan waktu dua tahun untuk membangun kembali angkatan laut. 


Tetapi, pada tahun 490, armada baru sudah siap berangkat, dan Mardonius 


(yang sudah dipanggil kembali ke Susa untuk dicela) kembali bertugas. 


Herodotus mengatakan bahwa angkatan invasi kedua terdiri dari enam 


ratus kapal; bahkan jika ini hanya cerita yang berlebihan, invasi melalui laut 


ini begitu besar sehingga pihak Persia tidak usah repot-repot lewat darat untuk 


memperkuatnya. Di salah satu kapal itu terdapatlah Hippias, yang sudah dijanjikan bahwa ia dapat menjadi tiran Athena sekali lagi sesudah  pihak Persia 


berhasil menyapu bersih lawannya. 


Para tentara Persia mulai menyapu daratan dengan menghancurkan Naxos 


(Aristagorus pernah menjadi jenderal yang tidak kompeten di situ; Angkatan 


perang Persia melindas Naxos hanya dalam hitungan hari) dan lalu  


merebut Eretria. Tujuan kedua yaitu  Athena: ratu dari Attica, kunci dominasi Yunani. 


Pertahanan Eretria lenyap. Pihak Athena yang terpaksa berhadapan 


dengan malapetaka Persia, mengirimkan seorang utusan ke Selatan ke Sparta, 


memohon bantuan. Utusan ini yaitu  Pheidippides, seorang “pelari yang terlatih” yang profesional dan katanya sudah menempuh 224 km antara Sparta 


dan Athena hanya dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam, sebuah 


prestasi kekuatan yang mengagumkan. (Barangkali Herodotus mengamati 


waktu yang dicapai dari perjalanan itu dengan teleskop, tetapi tidak ada alasan 


untuk meragukan jarak yang ditempuh.)*


 Tetapi pihak Sparta menolak untuk 


menjawab permohonan itu. Mereka sedang merayakan suatu liburan religius, 


dan tidak dapat pergi sampai bulan purnama. 


Bangsa Sparta yaitu  orang yang religius (mungkin malah percaya takhayul), tetapi sangat mungkin mereka mencoba untuk menghindari perang 


langsung dengan Persia. Pihak Persia berdatangan menghukum Athena; kemarahan mereka diarahkan pada kota-kota Yunani yang bergabung dengan 


pemberontak Ionia, dan pihak Sparta menolak. 


Sementara, orang Athena tidak punya pilihan lain kecuali menghadapi 


pihak Persia tanpa bantuan. 


Herodotus menceritakan bahwa komandan mereka Miltiades, mengatur 


serdadu kaki—hoplite (Seorang serdadu yang memakai alat perang berat


dalam infanteri Yunani kuno) -nya Athena—dalam formasi yang agak luar 


biasa, dengan pasukan yang membentuk garis tengah yang tipis dan pasukanpasukan yang padat pada kedua sayapnya. Hoplite ini diberi nama menurut 


perisainya, hoplon (senjata) nya Athena, yang memiliki  pegangan pada sisinya, tidak di tengah seperti biasa. Hoplon ini didesain untuk membebaskan 


lengan kanan supaya dapat memegang tombak, yang berarti bahwa bagian sisi 


tangan kanan si pengguna terbuka, tetapi menonjol keluar cukup jauh ke arah 


kiri untuk menutupi sisi kanan dari hoplite berikutnya. Dengan kata lain, 


sebuah jenis senjata yang memaksa penggunanya untuk tetap dalam formasi 


bersatu dengan ketat: phalanx (satu unit pasukan). Satu hoplite saja sangat 


mudah diserang. Hanya hoplite-hoplite yang tetap bergabung dalam phalanx


mendapat kesempatan untuk tetap hidup. 


Disiplin yang dipaksakan ini, ditambah dengan keputusasaan, diterapkan 


pada sejumlah kecil pihak Athena. “Orang Athena,” cerita Herodotus, 


“menyerang para penyerbu dengan berlari,” ini membuat orang Persia mengira 


mereka semua sudah menjadi gila.33 Dan kenyataannya tentara Athena yang di tengah segera pecah. Meskipun begitu, sayap-sayapnya yang padat 


mendesak orang Persia yang berada di antara mereka, sehingga para penyerbu 


mulai mundur dari ruang yang mematikan di antara phalanx-phalanx. Mereka 


mundur ke belakang ke arah kapal-kapal, sebagian berjatuhan di tanah yang 


berawa, kebanyakan dari mereka jatuh ke lumpur, terjebak oleh beratnya baju 


perang mereka. 


Banyak orang Persia berhasil kembali ke kapal mereka dan melarikan diri. 


Tetapi pihak Athena menangkap tujuh kapal dan membunuh sebagian besar 


penyerbu itu. Angka Herodotus mencapai 6.400 orang Persia terbunuh, 


dibandingkan dengan 192 korban pada pihak Athena, sepertinya sebuah 


pernyataan patriotik yang berlebihan (seperti angka Henry V tentang Perang 


di Agincourt). Mereka berhasil mengalahkan monster. 


Bangsa Sparta tiba tepat waktu untuk membantu menghitung yang mati. 


Para pria  yang  bertempur  di  Maraton  lalu   terkenal  dengan  nama 


Marathonomachoi,  di  Athena  dihormati  seperti  para  veteran  Perang  Dunia 


II di Amerika Serikat untuk perannya dalam kemerdekaan. Jenderal mereka yang selalu menang, Miltiades, datang untuk berterima kasih, meskipun 


dicopot dari jabatan komandannya karena gagal merebut pulau Paros (yang 


setia pada Persia).  Ia dihadapkan pada pengadilan dalam keadaan menderita 


luka ganggren pada waktu operasi militernya yang gagal, dan meninggal tidak 


lama lalu .  


Sementara itu, Darius, sedang mempertimbangkan untuk berperang lagi 


dengan Yunani. Pada tahun 486, empat tahun sesudah  peristiwa Maraton, ia 


menaikkan  pajak,  mungkin  untuk  membangun  kembali  angkatan  perangnya. Mesir memberontak segera, mungkin sebagai reaksi, tetapi Darius tidak 


punya waktu untuk mengurusi itu. Ia jatuh sakit pada musim gugur pada 


tahun 486 dan wafat sebelum musim dingin tiba.34


Putra sulungnya, Xerxes, menggantikannya.  


Xerxes sudah mencatat karir ayahnya. Seperti Darius, pertama ia mengirimkan    angkatan  perangnya  untuk  memadamkan  para  pemberontak 


oportunis yang selalu mengikuti perubahan dalam rumah tangga kerajaan. 


Pemberontakan yang tidak dapat dihindari di Babilonia ia tangani dengan 


membagi kota itu menjadi satrapi-satrapi kecil, dengan demikian memotong 


arus pendek sebelum sempat membentuk suatu golongan.  Mesir ia taklukkan 


kembali hanya dengan kekuatan angkatan perang kecilnya, dan lalu  ia 


mengukir gelarnya “Raja dari Negara Ganda” pada prasasti-prasasti, baik di 


Mesir maupun Persia.35


  


lalu  ia mengarahkan matanya kembali ke Yunani. Pada tahun 484, 


kota-kota pelabuhan di seluruh kekaisarannya sedang membuat kapal. Tiga 

ratus dua puluh di antaranya berawak kapal tentara bayaran berkebangsaan 


Yunani. Dua ratus datang dari Mesir. Orang-orang Mesir juga membantu 


Xerxes memperluas jembatan ponton yang lain, yang ini sedikit lebih jauh 


ke Selatan dibandingkan jembatan Darius; jembatan ini merentang menyeberangi Hellespont dan disatukan dengan tali-tali rami dari Mesir.36


 


Sementara itu, Athena sedang membangun sebuah armada triremes (kapal 


perang Laut Tengah kuno yang memiliki  3 tingkat, 3 baris dayung pada 


tiap sisinya), kapal yang panjang dan tipis (sekitar 120 kaki panjangnya dan 


hanya 15 kaki lebarnya) dengan ruangan untuk 170 pendayung, yang berarti 


kapal-kapal ini dapat membelah laut dan menabrak kapal-kapal lain dengan 


kecepatan tinggi. Pada tahun 481, Athena dan tiga puluh kota lain bergabung 


bersama dalam sebuah liga baru, yaitu Liga Helenik, dibentuk terutama untuk 


pertahanan Yunani terhadap Persia. Pihak Sparta, yang bergabung dengan 


kelompok anti-Persia ini, yaitu  yang paling berpengalaman dari angkatan 


perang gabungan anti-Persia. 


Pada musim gugur tahun yang sama, Xerxes pribadi bergerak dengan 


pasukannya ke Sardis, di mana mereka beristirahat di musim dingin, menumpuk 


kekuatan dan melepaskan lelah dari perjalanan itu. lalu , di musim 


semi tahun 480, ia memimpin pasukannya menyeberangi Hellespont. 


Orang Yunani tidak yakin daerah Utara akan dapat bertahan lagi. Mereka 


mendirikan garis depan medan perangnya persis di bawah Teluk Malia, dengan angkatan perangnya terkumpul di Thermopylae, di mana pegunungan 


terbelah sehingga terbentuk jalan. Ini yaitu  jalan yang paling mungkin bagi 


Xerxes untuk mencapai daerah Selatan semenanjung itu (meskipun ada jalan 


gunung yang tersembunyi, yang tidak mungkin ditemukannya). Angkatan 


laut ditarik ke ujung Utara Euboea. 


Mereka menunggu. Sementara itu, di belakang mereka,Yunani sudah 


bersiap-siap menghadapi malapetaka. Orang Athena memutuskan untuk 


menunggu yang terburuk; selembar salinan dari dekrit yang dikeluarkan oleh 


Dewan Lima Ratus masih ada. 


Dewan dan Rakyat dengan ini memutuskan … Untuk mempercayakan 


kota pada Athena, Nyonya Rumah Bangsa Athena .. Bangsa Athena sendiri 


dan orang asing yang bertempat tinggal di Athena diharuskan mengirimkan 


anak-anak dan para perempuan ke tempat yang aman di Troezen .. Mereka 


harus mengirimkan para lelaki lanjut usia dan harta miliknya yang bergerak ke 


tempat yang aman di Salamis. Para bendaharawan dan imam harus tetap berada di Akropolis untuk menjaga harta milik para dewa. Semua orang Athena 


yang lain dan para orang asing yang usianya cukup untuk wajib militer harus 


naik ke 200 kapal yang sudah disediakan, dan mempertahankan diri terhadap

orang-orang barbar demi kebebasan mereka sendiri dan orang Yunani yang 


lain.37


Dan Xerxes menyapu ke bawah. Di depan para penjajah, Thracia 


menyerah; dan lalu  kota-kota Makedonia, satu per satu. Xerxes bergerak 


turun ke daratan pusat Yunani, dan kalau ia dapat melewati pegunungan, 


kota-kota di Selatan akan celaka. Sebuah pasukan dari Attica diberi tugas 


untuk mengawasi di jalan pegunungan yang tersembunyi, kalau-kalau terjadi 


sesuatu. Tetapi semua jalan penting di Thermopylae sudah dipercayakan 


kepada pasukan Sparta, tujuh ribu orang di bawah raja Sparta, Leonidas 


(penerus Cleomenes). 


Ini akan cukup untuk medan yang sempit di mana pasukan Persia dan 


Yunani akan bertemu, kalau tidak ada pengkhianat Yunani yang pergi ke 


Xerxes dan menggambarkan sebuah peta jalan gunung untuknya. Xerxes 


mengirimkan seorang komandannya untuk mendaki gunung itu bersama 


dengan sepuluh ribu orang yang sangat terlatih, petarung elit yang disebut 


oleh Herodotus sebagai para “Imortal”. saat  mereka turun di sisi seberang 


pegunungan, mereka mulai melingkar ke belakang pihak Sparta. 


Leonidas, yang melihat bahwa angkatan perangnya hampir terkepung, 


menyadari bahwa ia sudah kalah perang. Ia memerintahkan semua orangnya 


kecuali hanya tiga ratus untuk mundur kembali ke Selatan. Dengan tiga 


ratus orang terakhir ini, bersamaan dengan beberapa pasukan dari kota-kota 


Yunani, Thebes, dan Thespia yang menolak untuk pergi, ia bertempur melawan Xerxes dengan aksi menunda. Attica celaka, tetapi kalau orang Sparta 


yang mundur dapat mencapai Teluk Korintus, mereka mungkin masih bisa 


mempertahankan Peloponnese, bersama Troezen, di mana para wanita dan 


anak-anak berada, dan Salamis: semua akan tetap menjadi milik Yunani. 


Orang Sparta bertempur sampai habis. Dalam perang, para Imortal juga 


berjatuhan; dua dari adik Xerxes sendiri gugur.38 lalu , heroisme dari 


para serdadu yang jatuh dalam Perang Thermopylae akan menjadi salah satu 


aksi kepahlawanan yang terkenal dalam sejarah. Xerxes tidak terkesan. Ia memerintahkan supaya tubuh Leonidas dipenggal dan disalibkan di kayu salib, 


seperti seorang penjahat yang dihukum mati. 


Plutarkhos menceritakan bahwa orang Yunani, terganggu dan putus asa, 


mengalami pertengkaran internal sejenak dan keras mengenai apa yang harus 


dilakukan lalu . Pasukan Athena dalam angkatan perang gabungan 


Yunani memohon yang lainnya untuk membuat pertahanan di Attica, untuk 


melindungi orang Athena; tetapi yang lain tidak punya kepercayaan diri 


bahwa mereka dapat mempertahankan sebuah medan Utara yang lebar melawan pasukan Persia yang besar. Mereka menang. Seluruh angkatan mundur

ke Peloponnese, di mana mereka dapat mengumpulkan kapal-kapal mereka di perairan sekitar pulau Salamis dan juga mendirikan garis pertahanan 


menyeberangi jembatan darat yang sempit—Genting Tanah Korintus—yang 


menghubungkan Peloponnese dengan Attica. Orang Athena berbuat begitu 


untuk memprotes: “marah karena pengkhianatan,” tulis Plutarkhos, “dan 


juga kecewa dan tertekan karena ditinggalkan oleh sekutu-sekutunya.”39


Memimpin di depan para serdadunya, Xerxes berbaris dalam kemenangan 


memasuki Athena besar dan melindasnya. Serdadu Persia membakar Akropolis; 


dari sisi lain di perairan, orang Athena terpaksa duduk dan memandang asap 


membubung dari kotanya. 


Peristiwa-peristiwa lalu  ditulis dalam tawarikh oleh penulis sandiwara Aeschylus, yang berada di situ. Dalam sandiwaranya berjudul The 


Persians (Orang-Orang Persia), seorang bentara Persia kembali ke ibu kota 


Susa untuk melapor pada ibusuri bahwa putranya Xerxes memutuskan untuk 


menyerang Yunani di Peloponnese segera: 


Seorang Yunani muncul dari perkemahan musuh,


Membisikkan kepada putramu bahwa 


dalam perlindungan malam hari setiap orang Yunani akan


melompat ke dayungnya dan mendayung dengan membabi-buta ke


segala arah untuk menyelamatkan kulitnya.40


Si utusan telah dikirim oleh pemimpin Yunani Themistocles, yang tahu 


bahwa kemenangan ada di pihak Persia. Orang Yunani terpojok di Peloponnese 


tanpa sekutu, sebetulnya dapat dengan mudah dikalahkan dengan cara perang 


yang menguras tenaga musuh dengan pelan dan merusak. Strategi terbaik 


untuk Xerxes yaitu  duduk menunggu, mengirimkan angkatan lautnya berkeliling untuk mengepung Peloponesse sehingga tidak ada pulau-pulau di luar 


yang bisa memberikan bantuan, dan berkumpul kembali untuk menyerang. 


Jadi Themistocles mengirimkan sebuah pesan kepada sang Raja Agung 


menawarkan untuk berganti tempat, dan mengatakan padanya bahwa jika ia 


segera menyerang, orang-orang Yunani yang lemah dan kehilangan semangat 


akan tercerai berai. Xerxes percaya, tidak jadi mengepung pulau. Sebaliknya 


ia mengirimkan kapal-kapalnya langsung ke tempat sempit untuk menyerang 


trireme-trireme Athena yang berlabuh di sana. 


Putramu segera,


tertipu oleh pengkhianatan Yunani, dan oleh kecemburuan


para dewa, beri tahu semua


kaptennya bahwa saat matahari terbenam ke cakrawala, dan


gelap menutupi kubah langit,


mereka harus membagi armada dalam tiga bagian


dan menghalangai orang Yunani melarikan diri ke laut terbuka,


sedangkan kapal-kapal lain mengepung dan melingkari pulau itu.41


Ini persis seperti yang diinginkan oleh Themitocles. Triremes, yang cepat 


dan gampang dibelokkan, dapat melawan dengan efektif di tempat yang 


sempit sekitar Salamis, sedangkan kapal-kapal Persia yang kebanyakan lebih 


kuat dan besar itu tidak dapat menghindar di medan yang sempit. 


Kapal menabrak kapal,


Berbenturan dengan panah dari perunggu,


Memecahkan seluruh haluan. 


Orang Yunani mengawalinya. 


Orang-orang di dek-dek yang berseberangan saling melemparkan 


tombak mereka. 


Pada awalnya kita melawan, mempertahankan diri kita sendiri;


Tetapi segera kapal kita, begitu saling berhimpitan,


Saling bertabrakan depan dengan depan di selat yang sempit,


paruh perunggu menabrak paruh perunggu,


merusakkan dayung-dayung dan bangku-bangku. 


Orang Yunani lalu  mengepung dengan sempurna


dan menyerang, dan lambung kapal bertumbangan


sisi yang salah menghadap ke atas, dan lautan tidak lagi


tampak, tertutup oleh serpihan-serpihan dan tubuh-tubuh 


yang mengapung


Dan seluruh pantai dan batu karang diapungi dengan mayat.42


Orang Persia dibesarkan di darat, mereka bukan perenang. Mereka yang 


jatuh dari kapal tenggelam, hampir seluruhya. 


Xerxes, yang duduk di atas sebuah bangku emas di tempat yang tinggi 


untuk menonton peperangan itu, menjadi semakin marah. Kekalahan ini 


tidak perlu menjadi akhir bagi Xerxes, tetapi kemarahannya merusakkannya. 


Ia memerintahkan kapten angkatan perangnya — semuanya orang Finisia, 


dari kota-kota Finisia yang sekarang di bawah kekuasaan Persia — dibunuh 


karena kepengecutannya. Ini membuat setiap pealut Finisia berbalik 


melawannya. Orang-orang Finisia yang berpengalaman di laut, tahu betul 


mengapa serangan mereka gagal. Sementara itu, Babilonia sedang memberontak lagi, dan Themistocles sedang merencanakan skema biasanya. Ia membebaskan tahanan perang Persia, 


yang kembali kepada Xerxes dengan informasi bahwa armada Yunani bermaksud untuk berlayar ke Hellespont untuk merusakkan jembatan ponton, 


sebelum Xerxes dan angkatan perangnya bisa kembali ke situ.4


 Karena berita 


ini Xerxes memutuskan pulang. 


Ia mengumumkan akan ada penghargaan besar bagi mereka yang 


menangkap Themistocles (suatu isyarat yang tidak berguna) dan lalu  


bergerak kembali melalui Makedonia dan Thracia dengan sisa pasukan 


angkatan daratnya, meninggalkan sepasukan serdadu yang dikomandani 


menantunya, Mardonius. Sebetulnya, Xerxes sengaja meninggalkan 


Mardonius supaya mati, untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari rasa malu 


karena terus menerus mundur. Orang Athena bergerak menyeberang Genting 


Tanah Korintus, dan bertemu dengan Mardonius dan pasukannya yang sudah 


berkurang di Platea. Pausanias, keponakan Leonidas yang heroik, mewarisi 


jabatannya sebagai jenderal (dan sekarang bertindak sebagai wali bagi putra 


Leonidas yang masih muda, sekarang raja Sparta). Ia memimpin pembantaian 


itu; orang Yunani menang dan Mardonius gugur di medan perang. “Mayatnya 


hilang sehari sesudah  peperangan,” Herodotus menulis, dan tidak seorang pun 


yang tahu di mana ia dikuburkan.44


 


Ini yaitu  penyerangan bercabang dua. Angkatan laut bersamaan dengan 


itu telah dikirim untuk menghadapi sisa armada Persia, yang telah mundur 


menyeberangi laut Aegea terus ke pantai Asia Kecil. Orang Persia yang melihat 


kapal-kapal Yunani di belakang mereka, memutuskan untuk tidak mengambil 


risiko berperang lagi; mereka melabuhkan kapal-kapal mereka di pantai Asia 


Kecil, persis sebelah Barat gunung yang disebut Mycale, dan berbaris untuk 


berperang di darat. 


Menurut tradisi, kedua perang di Platae dan Mycale terjadi pada hari yang 


sama di tahun 479. Di Mycale, orang Persia menggantungkan nasib pada 


para petarung Ionia untuk mendukung mereka. Tetapi saat  orang-orang 


Yunani mendekat, orang-orang Ionia mengacir pergi, kembali ke kota-kota 


mereka, dan meninggalkan orang-orang Yunani berdiri sendiri. Angkatan 


gabungan Athena dan Sparta mengusir orang Persia kembali menuju ke Sardis 


dan membunuh mereka kemana mereka pergi. Hanya sedikit yang dapat 


mencapai tempat aman di balik tembok Sardis. 


Kemenangan-kemenangan Yunani di Platea dan Mycale mengakhiri 


Peperangan Persia. Kekalahan tidak membuat kehancuran yang besar bagi 


kejiwaan orang-orang Persia, meskipun mereka lebih suka membiarkan 


angkatan lautnya tenggelam daripada membangunnya kembali.45 Tetapi 


kota-kota Yunani dari Sparta sampai melewati pantai Ionia, sudah bergabung

bersama dalam persekutuan sukarela untuk mengalahkan musuh bersama. Itu 


merupakan tindakan gabungan pertama yang dilakukan oleh seluruh dunia 


Yunani, sebuah dunia yang dipersatukan tidak oleh perbatasan-perbatasan 


politik tetapi oleh kebiasaan dan bahasa yang sama. 


G A R I S WA K T U 6 4


 PERSIA YUNANI


Cyrus II (Agung) (599) 


 Peisistratus dari Athena


 Amintas I dari Makedonia


 Kambises II (530)


 Darius I Cleomenes dari Sparta


 Damaratus dari Sparta


 Perang Marathon (490)


 Xerxes I (486) Leonidas dari Sparta


 Peperangan Thermopylae dan Salamis (480)


 Peperangan Plataea dan Mycale (479)




S     , Yunani yang baru 


bersatu harus memutuskan apa yang akan mereka lakukan terhadap kotakota Ionia. Dengan bergabung dengan bangsa Yunani, berarti bangsa Ionia 


mendeklarasikan permusuhannya dengan Kerajaan Persia secara terbuka. 


Aeschylus si penyair merayakan kemerdekaan baru mereka:


Dan mereka yang hidup di bumi Asia yang luas


tidak lagi akan diperintah


 oleh hukum Persia


tidak lagi harus membayar upeti


di bawah cengkeraman kekuasaan kerajaan


tidak lagi harus bersimpuh


 demi menghormati raja-raja


 yang kekuatannya sekarang sudah mati.1


Tetapi kekuatan Persia jauh dari mati, dan pasukan-pasukan Persia masih 


menguasai “bumi Asia yang luas”.Laut Aegea terletak antara daratan Persia 


dan Yunani, tetapi bagi bangsa Ionia, penggertak yang sudah hancur lebur ini 


berdiri tepat di balik tembok-tembok kota mereka. 


Bangsa Sparta mengusulkan sebaiknya mereka mengevakuasi kota-kota 


Ionia saja dan meninggalkan tanah itu pada Kubu Persia, karena mereka 


tidak dapat “menjaga Ionia selamanya.”2


 


Tentara Athena segera membuat 


perkecualian. Daerah yang diusulkan dengan seenaknya oleh Kubu Sparta, 


untuk ditinggalkan begitu saja ini sebagian besar yaitu  koloni Athena (selama masa invasipun mereka telah sering meninggalkan Athena, mereka hanya 


puas dengan keberhasilannya menyelamatkan bangsa Peloponesia). “Mereka 


menyatakan keberatan-keberatan mereka dengan keras,” kata Herodotus. sesudah  perdebatan antarkota yang sengit, bangsa Athena berhasil meyakinkan 


sebagian besar sekutu Yunaninya untuk bergabung dengan mereka dan untuk 


mendesak bangsa Persia keluar dari wilayah pantai Ionia. 


Kubu Sparta yang kalah berdebat, setuju untuk tetap tinggal; mereka tidak 


ingin berperang dengan bangsa Persia, tetapi mereka juga tidak ingin Athena 


mendapat kekuasaan sebagai pemimpin dari Liga Helenik. Dengan tetap 


tinggal, mereka menjamin bahwa komandan mereka sendiri—Pausanias, 


pemenang dalam Perang Platea, dan masih menjabat sebagai pengawas putra 


Leonidas yang gugur di Thermopylae—akan tetap menjadi komandan tertinggi dari angkatan perang Liga Helenik. 


Dan dengan demikian Pausanias dan angkatan lautnya berlayar untuk 


menguasai Byzantium, yang sudah dikuasai kembali oleh tentara Persia. 


Orang-orang Athena bersekutu lagi di bawah komando dari jenderal yang berasal dari bangsa mereka sendiri, Xanthippus, dan menuju ke Bosforus untuk 


membantu. Penyerbuan berhasil dan lalu  Byzantium Persia berpindah 


tangan kembali dan menjadi Byzantium Yunani lagi. 


Itulah terakhir kalinya Kubu Athena dan Sparta bertindak sebagai sekutu. 


S, Herodotus tidak maju lagi; riwayatnya berakhir segera sesudah  Mycale. Untuk urutan peristiwa selanjutnya kita harus mengacu pada 


Thucydides, yang menulis sejarahnya sekitar tujuh puluh tahun lalu , 


dan Plutarkhos, yang dalam tulisannya mengenai kehidupan Themistocles 


(Life of Themistocles) menambahkan beberapa rincian. 


Menurut Thucydides, sementara tentara-tentara Athena dan Sparta menyerang Byzantium, Kubu Athena dan Sparta berselisih paham di tempat 


asalnya. sesudah  kekalahan Mardonius di Platea, tentara-tentara Athena di 


bawah komando Themistocles sudah kembali ke Athena. Kota mereka terbengkalai; tembok-tembok runtuh, kuil di Akropolis telah dijarah dan dibakar, 


dan pohon zaitun yang suci yang tumbuh di Kuil Athena telah ditebang, dan 


batangnya terbakar. Tetapi hanya dalam beberapa hari, sepucuk tunas daun 


tampak tumbuh dari batang itu.3 Athena masih hidup, dan bangsa Athena 


kembali untuk mempersiapkan pekerjaan yang memakan waktu lama, membangun kembali tembok-tembok yang rusak. 


Berita tentang pembangunan kembali itu sampai ke Sparta. Hanya dalam 


beberapa hari lalu , seorang delegasi Sparta datang ke Athena, dan tidak 


hanya menuntut supaya pembangunan dihentikan, tetapi juga supaya Kubu 


Athena bergabung dengan mereka untuk meruntuhkan tembok-tembok yang 


tersisa dari kota-kota di luar wilayah Peloponesia.”4


Ini merupakan percobaan secara terang-terangan dari Kubu Sparta untuk 


menuntut seluruh kekuasaan atas Yunani. Kubu Athena yang hanya sedikit orang bersenjatanya dan tidak memiliki tembok, tidak dalam keadaan siap 


untuk menolak tuntutan itu. Tetapi Themistocles, yang dalam situasi yang 


sulit tidak pernah mengatakan yang sebenarnya itu, memiliki  rencana. Ia 


mengatakan pada Kubu Sparta bahwa tentu saja ia akan datang ke Sparta 


segera bersama sekelompok pejabatnya untuk membicarakan masalah itu. 


lalu  ia sendiri berangkat ke Sparta, berjalan dengan pelan-pelan, dan 


memberitahukan pejabat-pejabat Athena lainnya untuk tetap tinggal di 


Athena sampai tembok-tembok sudah dibangun, setidaknya mencapai ketinggian minimum. Sementara itu, setiap orang Athena yang dapat berjalan 


harus meninggalkan pekerjaannya dan bekerja membangun tembok-tembok, meruntuhkan rumah-rumah kalau-kalau perlu untuk dijadikan bahan 


bangunan. “Sampai hari ini,” tulis Thucydides, “tembok itu menunjukkan 


tanda-tanda pelaksanaan pembangunan yang tergesa-gesa; fondasinya terdiri 


dari berbagai jenis batu, dan di beberapa tempat tidak ditempa dan tidak 


dicocokkan, tetapi ditempatkan dalam susunan dari mana mereka dibawa 


oleh tangan-tangan yang berbeda; dan juga banyak kolom dari batu nisan 


dan patung batu diletakkan bersama dengan yang lain.”5


 Penggalian menunjukkan adanya batu-batu dan kolom-kolom yang tidak cocok ini yang dipakai 


untuk membangun tembok Athena. 


Sementara itu di Sparta, Themistocles duduk dan bertanya-tanya sambil 


berteriak mengapa teman-teman sejawatnya belum sampai, dan berharap 


mereka tidak mendapat musibah. Pada saat mereka sampai ke sana, tembok 


sudah berdiri, dan Themistocles dapat memberitahu Kubu Sparta bahwa 


Athena sekarang memiliki  pertahanan dan tidak akan meminta izin pada 


Kubu Sparta untuk menyelesaikan urusannya sendiri. Kubu Sparta menelan 


sikap perlawanan ini, tidak mungkin melawan sebuah kota yang bertembok, 


dan Themistocles pulang. 


Jauh di Byzantium, Kubu Ionia sedang mulai mengeluhkan keadaannya 


di bawah komando Kubu Sparta. Mereka mendatangi komandan Athena, 


Xanthippus, dan mengeluh bahwa Jendral Pausanias dari Kubu Sparta 


berlagak seperti seorang tiran—dan, lebih serius lagi, membuat negosiasi 


rahasia dengan Xerxes. Ini merupakan tuduhan yang hampir tidak dapat 


diabaikan dan saat  dewan bangsa Sparta mendengar ini, mereka meminta Pausanias pulang untuk diadili. Xanthippus mengambil alih komando 


tertinggi menggantikannya, dan ini merupakan suatu kemenangan untuk 


Kubu Athena. 


Kembali di Sparta, Pausanias dibebaskan. Tetapi karirnya jatuh; suatu skandal kecil menjadi penyebabnya. Kubu Sparta mengirimkan seorang komandan 


pengganti ke Byzantium, tetapi Xanthippus menolak untuk menyerahkan komandonya. Sekarang Athenalah, bukan Sparta yang memimpin angkatan

perang gabungan. Kubu Sparta, yang kesal, berkemas dan pulang — dan 


begitu pula semua tentaranya dari kota-kota Peloponesia. 


Ini yaitu  lonceng kematian bagi Liga Helenik yang tua. Tetapi Kubu 


Athena dengan seenaknya mendeklarasikan pembentukan suatu aliansi baru, 


Liga Delia, dengan Athena sebagai kepalanya. Di tempat asalnya, Kubu Sparta 


menyatakan diri sebagai pemimpin dari Liga Peloponesia yang mencakup 


hanya kota-kota Peloponesia dan tidak ada pihak lain. 


Pausanias sendiri, di bawah kecurigaan yang makin bertambah dan menjadi target dari tuduhan penghianatan yang tidak terbukti (banyak dikompori 


oleh kenyataan bahwa ia kadang-kadang terlihat di Byzantium, berpakaian 


seperti orang Persia), akhirnya menyadari bahwa ia tidak bisa menghindari 


penangkapan kembali dan pengadilan lagi. Ia mengungsi ke dalam sebuah 


kamar dari salah satu kuil Sparta. Di sinilah, pejabat-pejabat Sparta menem-

boknya, mengangkat atap dari kamar itu dan membiarkannya mati kelaparan. 


Orang yang telah menyelamatkan Peloponesia mati ditonton oleh orangorang senegaranya sendiri. 


Tapi ini bukanlah akhir dari masalah ini. Kembali ke Athena, Themistocles 


telah mulai mendesakkan rencananya sendiri untuk keamanan Athena (ini 


melibatkan pembakaran kapal-kapal dari kota-kota Yunani yang lain, dan 


berlayar berkeliling untuk meminta uang dari pulau-pulau Yunani yang 


lebih kecil.7


 Themistocles yaitu  seorang pragmatik, selalu bersedia untuk 


mengorbankan harga dirinya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. 


saat  tentara-tentara yang lain mengritik usulnya, Themistocles mulai membuat pidato-pidato di depan publik tentang betapa besarnya hutang Athena 


kepadanya, dan sudah selayaknya bangsa Athena memenuhi apa yang dimintanya. sesudah  berbuat semacam ini, ia berhasil membuat cukup banyak 


orang Athena jengkel (termasuk yang pernah ikut berperang di Mycale juga) 


sampai membuangnya. “Ini,” komentar Plutarkhos, “yaitu  praktik yang 


biasa … Pembuangan bukanlah suatu alat untuk menghukum kejahatan, 


tetapi merupakan suatu cara untuk menghilangkan dan mengurangi kecemburuan—suatu emosi yang mendapatkan kepuasan bila merendahkan orang 


yang terkemuka.”8


 


Inilah sisi bayangan demokrasi Yunani. Bangsa Yunani tidak ramah terhadap 


orang-orang besar mereka, kecuali orang-orang itu punya cukup keberuntungan untuk menghilangkan dirinya sendiri dari panggung politik dengan cara 


mati. Marathon belum menyelamatkan Miltiades; Platea tidak berbuat apaapa untuk Pausanias; dan Salamis tidak mau menyelamatkan Themitocles. 


sesudah  pembuangannya, Kubu Sparta mengirimkan pesan pada Kubu Athena 


memberitahukan kepada mereka bahwa dalam investigasi terhadap Pausanias 


telah ditemukan, “pada waku berlangsungnya pertanyaan-pertanyaan”, suatu 


bukti yang tidak dijelaskan yang menyatakan bahwa Themistocles juga memiliki  simpati pro-Persia. Kubu Athena mengirimkan seorang pembunuh 


untuk membunuh jenderal yang dikucilkan itu, tetapi Themistocles tidak 


dapat ditangkap dengan mudah. Ia melakukan perjalanan-perjalanan panjang, selalu menghindari kapal-kapal dan pelabuhan-pelabuhan Yunani, dan 


ahirnya (senantiasa pragmatis) tiba di Kubu Persia dan menawarkan diri sebagai seorang penasihat untuk urusan Yunani, dengan syarat Xerxes setuju 


untuk membayar hadiah atas penangkapan dirinya. 


Untungnya, Xerxes kelihatannya senang dengan keterusterangan ini. Ia 


menjadikan Themistocles sebuah hadiah dan menyuruhnya memberitahukan 


kepadanya “apa yang ia ketahui tentang keadaan di Yunani.” Themistocles bersedia, tetapi percakapannya kelihatannya sebagian besar hanya mengenai seni 


yang tidak berarti. Pengungkapan-pengungkapannya, komentar Plutarkhos,

tidak memberikan keuntungan militer pada Kubu Persia, tetapi kebanyakan 


hanya mengenai pakaian, kesusastraan dan makanan Yunani.9


 Ia meninggal 


dalam pengasingan dalam usianya yang keenam puluh lima kemungkinan 


karena sakit maupun karena racun yang diminumnya saat  ia tidak tahan 


lagi terhadap pembuangannya.10


 


 Sementara itu, serdadu-serdadu dari Liga Delia, yang dipimpin oleh 


komandan-komandan Athena, berangkat untuk merebut kembali berbagai 


pulau dan kota dari Persia. Kubu Persia melawan kembali, tetapi tidak dengan 


sepenuh hati. Kerajaan Persia mulai tumbuh kurang sehat karena kebusukankebusukan internal. Penolakan Xerxes yang angkuh untuk bertanggung jawab 


atas kekalahan di Salamis hanyalah sebuah gejala dari kepribadiannya yang 


tidak mau menjembatani rintangan apa pun, dan cerita-cerita dari beberapa 


sumber yang berbeda mengungkapkan bahwa orang ini sedang tenggelam semakin terpuruk ke dalam korupsi, karena sifatnya yang suka kemewahan dan 


kesenangan. Buku injil Esther menceritakan tentang pesta pora satu minggu 


yang diadakan oleh Xerxes di istananya di Susa, di mana pada akhir pesta 


tersebut, Xerxes (yang seperti juga tamu-tamunya, telah selama berhari-hari 


menjadi hilang ingatan) memerintahkan istri kesayangannya untuk keluar 


dan memamerkan diri di hadapan semua laki-laki, sehingga mereka dapat mengagumi kemolekannya. Ia menolak; Xerxes, marah dan memerintahkannya 


untuk enyah dari hadapannya dan memutuskan untuk mengganti istrinya. 


Ia memerintahkan semua kepala daerahnya untuk mengirimkan gadis-gadis 


paling cantik di wilayahnya ke istana. Begitu mereka tiba di istana, ia melewatkan berbulan-bulan merasakan kenikmatan, memanggil mereka ke dalam 


kamar tidurnya, satu orang setiap malam, sehingga ia dapat mencicipi mereka 


semua sebelum menentukan pilihannya.11 Selera Xerxes terhadap wanita juga 


disebutkan oleh Herodotus, yang mengatakan bahwa awalnya ia menaruh 


hati pada istri saudara laki-lakinya, dan lalu  pada putri saudara lakilakinya.12


Cerita-cerita ini tidak ditulis oleh seorang sahabat. Tetapi, Xerxes jelas 


tidak disukai baik oleh kalangan istana maupun keluarganya pada saat ia meninggal. Crecias, pakar sejarah Yunani yang melewatkan waktu di istana Persia 


kira-kira lima puluh tahun lalu , mengatakan bahwa Xerxes sedang tidur 


dengan kepala sida-sida, seorang yang terpercaya yang menjaga kamarnya, 


membiarkan seorang komandan tentara Persia bernama Artabanos (seorang 


chiliarch, yang berarti bahwa ia yaitu  komandan dari seribu pasukan elit 


Persia) masuk menemui raja. Beberapa menit lalu , Xerxes meninggal. 


Tahun itu yaitu  tahun 465. 


saat  jasadnya diketemukan, Artabanos menuduh putra sulungnya, 


Darius yang melakukan perbuatan itu dan berpaling pada putea bungsu, si

kepala panas, Artaxerxes yang berumur delapan belas tahun, dan mendesaknya untuk membalas dendam atas pembunuhan ayahnya. Kata Cresias, 


“Darius membantah dengan keras tuduhan bahwa dialah yang membunuh 


ayahnya, tetapi ia tetap dibunuh.”13


Tinggallah Artaxerxes sebagai ahli waris yang jelas, karena saudara lakilakinya yang tengah, Hystaspes telah dikirim ke daerah provinsi Baktria Utara 


dan tidak diketemukan. Didorus Seculus mengutip cerita itu: segera sesudah  


Artabanos mendapatkan dirinya hanya berdua dengan si raja baru, ia melepaskan semua kepura-puraannya dan menyerang Artaxerxes. Meskipun 


begitu, anak muda ini melawan kembali dan meskipun terluka berhasil membunuh si kapten penghianat.14 Segera berita itu sampai ke Baktria, Hystaspes 


datang menyerang dan mencoba untuk memperoleh tahta untuk dirinya 


sendiri, tetapi Artaxerxes menghadapinya dalam peperangan dan beruntung. 


Suatu badai pasir terjadi pada saat peperangan menggila, dan di balik tirai 


badai, Artaxerxes membunuh saudara laki-lakinya dan muncul sebagai pemenang.15


Seperti biasa, kekacauan di rumah kerajaan menyebabkan pemberontakan 


di seluruh kerajaan. Yang paling serius yaitu  di Mesir, di mana berita tentang 


kematian Xerxes meyakinkan salah satu dari putra Psammetichus III yang 


masih hidup, Inaros (yang sekarang sudah lebih dari paruh baya dan tinggal di 


Heliopolis), untuk merebut kembali warisan kerajaannya. Inaros yang dikirim 


ke Kubu Athena dengan senang hati berlayar ke sana dan memberi bantuan 


kepadanya untuk memberontak.16


Artaxerxes menghabiskan waktu sebelas tahun untuk mengalahkan kekuatan gerilya gabungan ini. saat  angkatan perang Persia akhirnya berhasil 


untuk menangkap Inaros, yang telah berkelakuan seperti seroang Zorro Mesir 


yang tua selama satu dasawarsa, Artaxerxes memerintahkannya untuk disalibkan. 


Di Yunani, lebih banyak pasukan Athena berperang di antara mereka 


sendiri. Tidak lagi mudah bagi Liga Delia untuk tetap dipersatukan, dan 


Athena tanpa sadar semakin menggunakan tenaga untuk melawan sekutunya sendiri. Pada tahun 460, pulau Naxos menyatakan bahwa mereka tidak 


ingin masuk dalam Liga lagi (yang berarti “mengikuti perintah Athena”), 


dan peperangan pun berlanjut: “Mereka harus kembali (kepada Liga) sesudah  


sebuah penyerbuan,” tulis Thucydides. “Ini yaitu  pertama kalinya konfederasi terpaksa menaklukkan sebuah kota sekutu.”17 Tetapi itu bukanlah yang 


terakhir. Kota-kota Liga Delia yang lain memprotes tuntutan Kubu Athena 


untuk memberi upeti dan kapal, dan Athena menjawab dengan kekerasan. 


Mereka bergerak ke Thracia; angkatan laut Athena berperang melawan kota 


Aegina dan menangkap tujuh puluh kapal. saat  kota Megara, anggota dari

Liga Peloponesia, memprotes keras perseteruan perbatasan dengan Korintus 


(kota Peloponesia lain), Kubu Athena tidak hanya menyambut Megara ke 


dalam Liga Delia tetapi juga membantu Kubu Megara membangun tembok 


pertahanan dan (tanpa diminta) mengirim pasukan Athena untuk menguasai 


kota itu. “Mereka berubah menjadi tidak sopan,” Thucydides menyimpulkan, “……. Kubu Athena bukanlah pemerintah populer seperti yang dulu 


pada awalnya.”18


Athena dan Sparta kelihatannya telah bertukar tempat; Kubu Athena 


menjadi si pecundang dari Laut Tengah. Liga Delia masih disebut Liga Delia, 


tetapi sudah menjadi sesuatu yang lebih mendekati kekaisaran Athena.*


 Kota 


yang indah sudah menjadi seperti benteng. Pericles, Putra Xanthippus dipilih 


untuk menjadi komando militer, dan ia mengusulkan kepada Kubu Athena 


untuk membangun tembok di luar Athena sampai ke pelabuhan Pireus, 


dengan jarak tiga belas kilometer, sehingga barang-barang dan tentara dapat 


mencapai laut tanpa takut diserang.19 Di tahun 457, pembangunan “Tembok 


Panjang” ini diawali. 


Persis sesudah  tembok-tembok ini selesai, angkatan perang Athena dan 


Sparta sendiri bentrok. Di tahun 457, sepasukan tentara Sparta bergerak 


ke daerah yang disebut Boeotia, sebelah Barat Laut Atika, dengan dalih diundang oleh orang-orang Doris, bahkan sampai masuk lebih jauh ke Barat 


Laut. Ini bukanlah satu-satunya motivasi mereka: “Ada dukungan rahasia 


yang diberikan kepada mereka oleh salah satu dari Kubu di Athena,” kata 


Thucydides, “yang berharap untuk mengakhiri pemerintahan demokrasi dan 


pembangunan tembok yang panjang.”20


Kubu Athena bergerak ke Boeotia juga, dengan empat belas ribu pasukan. 


saat  badai pasir mereda, kubu Sparta menyatakan kemenangannya. Tentu 


saja mereka tidak menebang semua pohon buah-buahan yang mereka temui 


dalam perjalana