Sabtu, 30 November 2024

teori psikopat

 


Psikopat secara etimologis merupakan gabungan kata dari bahasa Yunani yaitu 

psyche dan pathos yang berarti penyakit jiwa. Psikopat berbeda dengan gila (psikosis), 

karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya , Psikopat 

merupakan diagnosa  gangguan kepribadian anti sosial yang dapat berasal dari berbagai 

genetik dan faktor lingkungan. Hal ini ditandai dengan kurangnya empati dan kebiasaan 

melanggar aturan. Psikopat tidak selalu mudah dikenali dan sering kali disukai 

setidaknya pada awal-awalnya saja, namun seiring berjalannya waktu sifat sejati mereka 

menjadi semakin jelas ,

Gangguan psikopat merupakan salah satu dari masalah kesehatan mental, namun

gangguan psikopat tidak seperti gangguan mental yang lainnya yang biasa ditemukan

pada manusia seperti depresi, stres, bipolar atau kepribadian ganda. Orang yang 

mengalami gangguan psikopat pada dirinya cenderung tidak teridentifikasi

kepribadiannya maka dari itu gangguan psikopat tidak sama dengan gangguan mental

yang lainnya  menyebutkan bahwa psikopat 

mempunyai kesamaan dengan kepribadian anti sosial dan perilaku kriminal, psikopat 

tidak dikacaukan dengan kriminal secara umum ,

mengindikasikan bahwa “perilaku anti sosial dari psikopat” (the antisocial behavior of 

psychopats) dimotivasi oleh faktor-faktor yang berbeda dibanding dengan yang bukan 

non-psikopat (non-psychopaths), sehingga topografi perilaku kriminal mereka berbeda

Psikopat dan gangguan kepribadian anti sosial menurut kriteria 

Diagnosic and Statistical Manual of Mental Health Disorder-Fourth Edition-Text Revision 

(DSM-IV-TR) memiliki beberapa perbedaan penting. Kriteria untuk gangguan 

kepribadian anti sosial ini  hampir seluruhnya difokuskan pada perilaku yang 

dapat diobservasi (misalnya; pelanggaran atau perilaku anti sosial yang berulang). 

Sebaliknya, psikopat lebih kecil yaitu penekanannya pada perilaku yang dapat 

diobservasi. Dengan kata lain psikopat lebih difokuskan pada ciri kepribadian (misalnya; 

pesona superfisial, manipulatif, kurang penyesalan dan self-centered) 

mengemukakan bahwa para peneliti memandang kepribadian 

psikopat ke dalam dua dimensi yang terpisah. Pertama adalah dimensi kepribadian. 

Dimensi ini terdiri dari trait-trait seperti karisma yang tampak di luaran saja, 

mementingkan diri sendiri, kurangnya empati, keji dan tidak ada penyesalan meski telah 

memanfaatkan orang lain, serta tidak menghargai perasaan dan kesejahteraan orang 

lain. Tipe kepribadian psikopat ini dikenakan pada orang yang memiliki trait psikopat

namun tidak menjadi pelanggar hukum. Dimensi yang kedua dipertimbangkan adalah 

dimensi perilaku. Dimensi ini ditandai oleh gaya hidup yang tidak stabil dan anti sosial, 

termasuk sering berhadapan dengan masalah hukum, riwayat pekerjaan yang minim, 

dan hubungan yang tidak stabil ,

Secara umum hubungan antara gangguan kepribadian anti sosial dan psikopat 

adalah asimetris. Sebagian besar orang dengan gangguan kepribadian anti sosial belum 

tentu psikopat, sedangkan sebagian besar dari mereka yang psikopat memenuhi kriteria 

diagnostik gangguan kepribadian anti sosial. Jika di tinjau dari segi psikologi, Freud 

menyebutkan bahwa psikopat adalah orang yang egonya terlalu dikuasai oleh id, dan 

superego tidak ada wibawa atau berpengaruh sama sekali terhadap ego. Jadi ego hanya mendengarkan apa kata id, yang artinya semua tindakan seorang psikopat didasari oleh 

keinginan id semata tanpa mempedulikan baik dan buruknya tindakan ini 

 dalam kajiannya menyebutkan bahwa ada tiga bentuk perilaku 

psikopat yaitu; (1) Bentuk perilaku psikopat ringan, berupa perilaku seorang psikopat 

yang secara umum menyimpang dari norma-norma sosial, seperti; berperilaku anti 

sosial dan suka memanipulasi. (2) Bentuk perilaku psikopat sedang, berupa perilaku 

seorang psikopat yang secara umum menyimpang dari hukum. Psikopat sedang 

mengandalkan kekerasan tanpa disertai pembunuhan seperti; berperilaku agresif tanpa 

membunuh. (3) Bentuk perilaku psikopat berat, berupa perilaku seorang psikopat yang 

secara umum menyimpang dari norma sosial, hukum, bahkan agama. Psikopat berat 

mengandalkan kekerasan dengan disertai pembunuhan seperti agresif disertai 

membunuh, berperilaku sadistis, tidak menyesal dan tidak merasa bersalah  Secara detail, Psychopathic Checklist-Revised menyebutkan ciri-ciri psikopat 

antara lain; ia fasih berbicara dengan daya tarik yang superfisial, merasa diri berharga, 

berbohong, menipu dan manipulatif, emosi dangkal atau kurangnya rasa bersalah, 

kurangnya empati, sifat tidak berperasaan, gaya hidup parasit, impulsif, rendahnya 

kontrol perilaku dan perilaku seksual yang sembarangan, tidak realistis, tidak 

bertanggung jawab, gagal mengerjakan tanggung jawab pribadi, relasi pernikahan yang 

pendek, kenakalan masa remaja, dan pandai dalam tindak kriminal 

Sebagaimana ciri yang disebutkan di atas, dapat dipahami bahwa ada hubungan 

kuat antara kriminalitas dan perilaku psikopat atau anti sosial, namun tidak semua

kriminalitas menunjukkan gejala psikopat dan tidak semua psikopat berperilaku 

kriminalis. Beberapa dari mereka taat hukum meski dari mereka mencirikan sebagai 

kejam serta tidak menghargai minat dan perasaan orang lain. Karenanya sering terjadi 

seseorang tidak menyadari bahwa dirinya telah lama hidup berdampingan dengan 

seorang psikopat.

Secara garis besar dapat dinyatakan bahwa psikopat merupakan masalah yang 

mengganggu tidak hanya pada yang bersangkutan saja, tetapi juga pada lingkungan 

sekelilingnya. Melalui salah satu dari sifat kepribadian yang manipulatif, sering terjadi 

pada orang sekeliling dalam lingkungan keluarga, tetangga, teman sekerja maupun 

teman sosial yang lain tidak terasa telah menjadi korbannya. Penderitaan korban dapat 

berwujud secara fisik, psikologis, bahkan sampai kehilangan nyawa. Oleh karenanya 

perlu ada intervensi baik secara fisik maupun psikologis terhadap penderita gangguan 

ini.

B. Metode Penelitian

Artikel ini merupakan hasil studi literatur yang bertujuan untuk mendeskripsikan 

tentang perilaku psikopat dan solusinya dalam Islam. Data dalam artikel ini bersumber 

dari literatur atau kajian terdahulu yang berkaitan dengan tema psikopat dan ajaran 

Islam. Hasil studi literatur ini  kemudian di analisis dan disajikan secara deskriptif 

agar dapat diperoleh pemahaman tentang psikopat dan solusi yang ditawarkan oleh 

ajaran Islam agar seorang individu dapat keluar dari kondisi atau perilaku psikopat.

C. Hasil Dan Pembahasan

1. Faktor yang menyebabkan seseorang menjadi psikopat

Mayoritas warga  mungkin sudah mengetahui apa itu psikopat dan 

bagaimana ciri dari penderitanya, baik melalui tayangan di televisi, berita di internet, 

ataupun melalui film. Namun pada kenyataannya ada juga sebagian warga  yang 

mengaku belum mengetahuinya.  dalam kajiannya menyebutkan 

bahwa hanya sebanyak 58,3% koresponden penelitian yang mengetahui ciri-ciri 

psikopat, dan 41,7% koresponden mengaku tidak mengetahuinya. Itu berarti hampir 

setengah dari koresponden yang mengisi kuesioner ini  masih kurang akan 

pengetahuan tentang psikopat. Selanjutnya, dari beberapa literatur yang penulis 

temukan, diketahui bahwa munculnya gangguan psikopat merupakan suatu proses 

perkembangan yang kompleks. 

 menyebutkan bahwa psikopat 

disebabkan oleh masalah psikososial dan biologis. Dr. Limas Sutanto mengatakan bahwa 

“psikopat merupakan gejala seseorang yang mengalami gangguan kepribadian anti 

sosial. Hal ini ditandai dengan adanya keengganan untuk menaati norma-norma sosial 

umum yang biasanya ditaati orang dewasa di tengah kehidupan sehari-hari. Penyebab 

gangguan ini  menurutnya ada dua yaitu, psikososial dan biologis” Namun demikian, Dr. Robert Hare, seorang ahli psikologis dunia dalam bukunya 

yang berjudul Without Conscience mengatakan bahwa penyebab psikopat secara pasti 

masih belum bisa diprediksi, apakah hal ini  merupakan pengaruh dari faktor 

eksternal (kehidupan sosial, lingkungan), faktor internal (genetik, kerusakan fungsi 

otak), atau mungkin juga faktor keduanya.

Di sisi lain, menurut Aksan , menyebut bahwa ada tiga 

faktor yang menyebabkan seorang menjadi psikopat yaitu faktor biologis, lingkungan, 

dan traumatis, sebagai berikut:

a) Faktor Biologis (hereditas/keturunan)

Faktor keturunan (hereditas) merupakan faktor utama yang mempengaruhi 

perkembangan manusia. Hereditas dalam hal ini dapat diartikan sebagai totalitas 

karakteristik seseorang yang diwariskan oleh orang tua kepada anaknya atau segala 

potensi baik potensi fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa

pembentukan (konsepsi) pertumbuhan ovum oleh sperma, sebagai warisan dari orang 

tua melalui gen-gen. Dengan demikian, hereditas merupakan pewarisan (pemindahan) 

biologis, berupa karakteristik individu dari pihak orang tua kepada anaknya . Faktor biologis ini merupakan aspek individu yang bersifat

bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang. Seberapa jauh perkembangan 

individu itu terjadi dan bagaimana kualitas perkembangannya, bergantung dari kualitas 

hereditas dan lingkungan yang dapat mempengaruhinya ,

Dalam konteks psikopatologi, faktor yang menyebabkan seseorang berperilaku 

psikopat secara biologis disebabkan adanya kelainan genetis, dan adanya perubahan 

pada psikis kimiawi pada tubuhnya. Seperti ketakutan, rasa cemas, dan frustrasi yang 

dialaminya. Rasa itu muncul karena adanya kegagalan dalam struktur kepribadian 

superego. Pada kasus seorang psikopat, superego gagal dalam mengawasi atau menekan

keinginan sempurna dari keinginan id yang didominasi oleh ego 

b) Faktor Lingkungan

Pengaruh lingkungan yang mendorong seseorang menjadi psikopat secara 

sosiologis meliputi norma dalam keluarga, teman, kelompok sosial, dan pengaruh￾pengaruh lain yang seorang dapat alami. Keluarga memiliki peranan yang penting 

dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi 

perkembangan anak, sedangkan keluarga yang jelek akan berpengaruh negatif. Adapun 

keadaan keluarga yang dapat menjadi sebab timbulnya psikopatologi ini antara lain; (a) 

berupa keluarga yang tidak normal (broken home), (b) quasi broken home yaitu kedua 

orang tuanya masih utuh, tetapi karena kesibukan masing-masing anggota keluarga 

(ayah dan ibu) mempunyai kesibukan masing-masing sehingga orang tua tidak sempat 

memberikan perhatiannya terhadap pendidikan anak-anaknya, dan (c) keadaan jumlah 

anggota keluarga (anak) serta kedudukan yang kurang menguntungkan dapat 

mempengaruhi perkembangan jiwa anak.

Selain itu, lingkungan sekolah juga turut memberikan pengaruh. Sering terjadi 

perlakuan guru yang tidak adil, hukuman dan sanksi-sanksi yang kurang menunjang 

tercapainya tujuan pendidikan, ancaman yang tiada putus-putusnya disertai disiplin 

yang terlalu ketat, disharmoni antara peserta didik dan pendidik dan kurangnya 

kesibukan belajar di rumah , Proses pendidikan 

yang kurang menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak serta keadaan sekolah yang 

seperti ini, yang sebenarnya sebagai tempat pendidikan, berubah menjadi sumber 

terjadinya konflik-konflik psikologis yang dapat menimbulkan kenakalan remaja.

Faktor hereditas dan lingkungan merupakan dua faktor yang terpisah, masing￾masing dapat memengaruhi dengan caranya sendiri terhadap kepribadian anak dan 

kekuatan untuk mencapainya. Islam juga memandang mengenai faktor genetika dan 

lingkungan dalam kaitannya dengan pembentukan kepribadian. Manusia dengan

seluruh perwatakan dan ciri pertumbuhannya adalah perwujudan dua faktor, yaitu 

faktor genetika (hereditas) dan lingkungan. Kedua faktor ini dapat memengaruhi anak 

dan berinteraksi dengannya sejak hari pertama anak menjadi embrio hingga ke akhir 

hayatnya 

Jika dilihat dari sisi proses, faktor keturunan lebih kuat pengaruhnya pada tingkat 

bayi, yakni sebelum terjalinnya hubungan sosial dan perkembangan pengalaman. 

Sebaliknya, pengaruh lingkungan lebih besar apabila anak mulai menginjak dewasa. 

Ketika itu hubungan dengan lingkungan alam dan manusia serta ruang geraknya sudah 

semakin luas. Dengan demikian, anak dan perkembangannya merupakan produk dari

hereditas dan lingkungan. Hereditas dan lingkungan sama-sama berperan penting bagi 

perkembangan kepribadian. Karena perkembangan pribadi seseorang merupakan hasil 

interaksi antara hereditas dan lingkungannya.

 menambahkan bahwa faktor lingkungan yang turut 

mempengaruhi berupa; (a) malnutrisi (kekurangan gizi), (b) kemiskinan di kota-kota 

besar, (c) gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu lintas, bencana alam dan lain￾lain), (d) migrasi (urbanisasi, pengungsian karena perang, dan lain-lain), (e) faktor 

sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum, dan lain-lain), (f) keluarga yang tercerai 

berai (perceraian, perpisahan yang terlalu lama, dan lain-lain). Sedangkan ditinjau dari

gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga, meliputi; (a) kematian orang tua, (b) orang 

tua sakit berat atau cacat, (c) hubungan antar anggota keluarga tidak harmonis, (d) 

kesulitan dalam pengasuhan karena pengangguran, kesulitan keuangan, tempat tinggal 

tidak memenuhi syarat, dan lain-lain 

c) Faktor Traumatis

Trauma merupakan reaksi yang muncul ketika seseorang atau korban dalam 

keadaan tidak berdaya menghadapi ancaman dari luar. Dimana korban tidak dapat 

melawan ataupun melarikan diri dari ancaman ini . Kata traumatis memiliki arti 

keadaan jiwa terguncang oleh suatu peristiwa di masa lalu. Peristiwa ini  

mempengaruhi psikis seseorang yang menimbulkan trauma atau perspektif lain yang 

berlainan dengan norma-norma atau aturan yang ada di warga . Hal ini menyebabkan mekanisme pertahanan ego menjadi terlalu besar dan tidak 

terorganisir dengan baik. Standar umum dari trauma psikologis adalah perasaan takut 

yang berlebihan, ketidakmampuan untuk membantu, kehilangan kendali, dan 

kecenderungan untuk menghancurkan. Dilanjutkan bahwa orang dewasa yang pada 

masa kecilnya menderita trauma dapat mengalami disosiasi (membuat dirinya seolah￾olah tidak tampak) ketika mengalami tekanan (stres). Selama pengalaman trauma,

disosiasi memungkinkan seseorang untuk mengobservasi peristiwa ini  sebagai 

penonton  menyatakan bahwa peristiwa traumatis akan meninggalkan 

dampak jangka panjang yang akan tetap membayangi dan mempengaruhi seseorang

meskipun telah beranjak dewasa. Masa dewasa merupakan masa yang sulit dan penuh 

tuntutan sehingga sering kali disebut masa bermasalah. Pada masa ini, seseorang

dituntut untuk lebih mandiri untuk melakukan sesuatu. Orang dewasa dituntut untuk 

memutuskan dan memecahkan permasalahannya sendiri ,Peristiwa 

traumatis juga menghambat seseorang untuk memenuhi tugas perkembangan seseorang 

pada tiap tahap perkembangannya. Hal ini tentu saja akan menyebabkan seseorang 

menjadi lebih sulit untuk beradaptasi dan menghadapi perubahan-perubahan yang 

terjadi pada masa dewasa. Apabila seseorang merasa tidak mampu mengatasi masalah￾masalah utama dalam kehidupan mereka, mereka akan terganggu secara emosional,

sehingga mereka memikirkan atau mencoba untuk bunuh diri.

 dalam penelitiannya menambahkan faktor lain 

yang memicu munculnya psikopat. Faktor ini  adalah kualitas hubungan yang 

dialami individu dengan orang tua pada usia dini. Kedekatan terbentuk ketika anak 

menunjukkan kebutuhan-kebutuhannya dan bagaimana orang tua merespons

kebutuhan-kebutuhan ini  dengan cara mendekati, membiarkan, menolak atau 

menjauhi anak. Di sinilah anak belajar berinteraksi dengan orang selain dirinya, belajar 

untuk percaya dan peduli terhadap orang lain. Pengalaman tentang kualitas hubungan 

antara anak dengan orang tua di masa dini akan terus terbawa seumur hidup dan 

mempengaruhi semua hubungan dengan orang lain.

Selain itu, faktor lain yang sangat penting dalam mempengaruhi seseorang 

memiliki sifat Psikopat adalah faktor spiritual. Istilah spiritual yang dimaksud di sini 

adalah aspek yang berkenaan dengan jiwa dan keagamaan yang mempengaruhi kualitas

hidup dan kehidupan seseorang , Dalam konteks ini yang dimaksud

dengan istilah spiritualitas adalah dimensi batin (esoteric dimension) atau jiwa agama  dalam kehidupan manusia modern meliputi kualitas iman, kualitas jiwa, kualitas 

mental, kualitas kecerdasan emosi dan kualitas kecerdasan spiritual yang bersumber 

dari keyakinan agamanya sebagai seorang muslim. Muhibuddin Syah menyebut bahwa 

spiritualitas ini dilihat dari empat ranah, yaitu kognitif, afektif, konatif, dan 

psikomotorik .Pemahaman akan kebutuhan spiritualitas ini akan sangat

mempengaruhi kualitas hidup individu secara psikologis. Untuk itu, dengan adanya 

faktor spiritualitas ini mampu menghidupkan semangat si penderita psikopatologi

untuk mencapai kesehatan mental yang lebih baik.

Pada dasarnya, aspek spiritual dapat meningkatkan kemampuan seseorang

mengatasi penderitaan jika ia sedang sakit dan mampu mempercepat penyembuhan 

selain terapi medis. Hal ini didukung penelitian Abernethy bahwa spiritualitas dapat 

meningkatkan imunitas yaitu kadar interlukin terhadap penyakit sehingga

mempercepat penyembuhan bersamaan dengan terapi medis

Namun demikian, jelaslah bahwa jika aspek spiritual ini tidak dimiliki oleh seorang 

individu maka dapat dipastikan bahwa kondisi mental individu ini  akan terganggu 

dan bahkan akan menjuru ke arah psikopatologi.

2. Psikopat: Solusinya dalam Islam

Pada umumnya psikopat tidak dapat diobati dan diterapi secara sempurna, tetapi 

hanya bisa terobservasi dan terdeteksi. Untuk tahap pengobatan dan rehabilitasi 

psikopat saat ini baru dalam tahap pemahaman gejala. Terapi yang paling sering 

dilakukan adalah non-obat seperti konseling. Namun melihat kompleksitas masalahnya, 

terapi psikopat bisa dikatakan sulit bahkan tidak mungkin. 

menyatakan perawatan terhadap penderita psikopat bukan saja tidak menyembuhkan, 

melainkan justru menambah parah gejalanya, karena psikopat yang bersangkutan bisa 

semakin canggih dalam memanipulasi perilakunya yang merugikan orang lain.

Pada diri seorang psikopat, ia tidak merasa ada yang salah dengan dirinya 

sehingga meminta datang teratur untuk terapi adalah hal yang mustahil. Aktivitas lain 

yang bisa dilakukan manusia adalah menghindari orang-orang psikopat, memberikan 

terapi pada korbannya, mencegah timbul korban lebih banyak dan mencegah psikopat 

jangan berubah menjadi kriminal. Merujuk pada hasil penelitian 

dinyatakan bahwa salah satu upaya untuk mengetahui apakah seseorang memiliki

gangguan psikopat atau tidak, maka harus ada sinergitas antara pekerja sosial, pihak

medis, pihak berwajib dan juga psikolog.

Dari sisi ajaran Islam yang berkaitan dengan perilaku psikopat dikenal istilah

Psikoterapi Islam yang dianggap dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi, 

baik yang bersifat duniawi, ukhrawi maupun penyakit manusia modern. Sebagaimana 

dikatakan bahwa psikoterapi Islam itu ada lima macam, yaitu;

a) Membaca Al-Qur’an

Terapi yang pertama dan utama adalah membaca Al-Qur’an, sebab di dalamnya 

memuat resep-resep mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit jiwa manusia. 

Tingkat kemujarabannya sangat tergantung sejauh mana tingkat sugesti keimanan 

penderita. Adapun sugesti yang dimaksud dapat diarahkan dengan mendengar dan 

membaca, memahami dan merenungkan, serta melaksanakan isi kandungannya. 

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 82 yang artinya:  

Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang￾orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang 

zalim selain kerugian”. (QS. Al-Israa’: 82).

Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ada dua pendapat dalam memahami 

term syifa’ dalam ayat di atas. Pertama, terapi bagi jiwa yang dapat menghilangkan 

kebodohan dan keraguan, membuka jiwa yang tertutup, serta menyembuhkan jiwa yang 

sakit; Kedua, terapi yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, baik dalam bentuk azimat 

ataupun tangkal ,

b) Melakukan Shalat malam

Terapi yang kedua adalah Shalat di waktu malam. Shalat yang dimaksud adalah 

Shalat sunnah seperti Shalat tahajud, hajat, mutlak, tasbih, tarawih (khusus di bulan 

Ramadhan), dan witir. Terdapat empat aspek terapeutik yang terdapat dalam Shalat, 

yaitu: (a) Aspek olahraga. Shalat adalah proses yang menuntut suatu aktivitas fisik. 

Kontraksi otot, tekanan dan massage pada bagian otot-otot tertentu dalam pelaksanaan 

Shalat yang merupakan suatu proses relaksasi. (b) Aspek mediasi. Sehat adalah proses 

menuntut untuk konsentrasi dalam atau yang sering disebut dengan khusyuk. 

Kekhusyukan di dalam Shalat merupakan proses meditasi. Konsentrasi dalam Shalat

akan merangsang sistem syaraf lain yang akan menutup terbawanya rangsangan sakit 

ke otak. (c) Aspek autosugesti. Bacaan dalam Shalat adalah ucapan yang dipanjatkan 

pada Allah SWT yang berisi pujian, do’a dan permohonan pada Allah agar selamat di 

dunia dan di akhirat. Proses Shalat pada dasarnya adalah terapi yang menyugesti diri 

sendiri agar memiliki sifat yang baik. (d) Aspek kebersamaan. Ditinjau dari aspek 

psikologi, kebersamaan memberikan aspek terapeutik, sebagaimana tujuan utama dari 

terapi kelompok adalah untuk menimbulkan suasana kebersamaan. Sebagaimana 

firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 79 yang artinya:

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah 

tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-Mu mengangkat kamu ke tempat yang 

terpuji”. (QS. Al-Israa’: 79).

Ayat ini  menunjukkan anjuran untuk Shalat tahajud, karena itu adalah Shalat yang 

paling utama dari sekian Shalat ghairu rawatib, sebab dengan melakukannya ia akan 

mendapatkan kedudukan yang terpuji ,

c) Bergaul dengan orang saleh

Terapi yang ketiga adalah bergaul dengan orang yang saleh, yaitu orang yang 

mampu mengintegrasikan dirinya dan mampu mengaktualisasikan potensinya 

semaksimal mungkin dalam berbagai dimensi kehidupan. Ia tidak hanya baik terhadap 

dirinya, melainkan juga baik pada keluarga, warga , hewan, tumbuh-tumbuhan, 

dan bahkan pada benda mati. Ia berbuat baik sebab ia tahu bahwa Allah SWT 

menciptakan semua makhluk memiliki hikmah dan asrar (rahasia-rahasia) tertentu. Jika 

seseorang dapat bergaul dengan orang yang saleh berarti dia dapat berbagi rasa dan 

berbagi pengalaman 

d) Puasa

Puasa (shaum) secara istilah memiliki arti menahan diri dari makan, minum, 

hubungan seksual dan hal-hal lain yang dapat membatalkannya sejak subuh hingga 

terbenam matahari dengan niat ibadah. Kaum sufi, merujuk ke hakikat dan tujuan puasa, 

menambahkan kegiatan yang harus dibatasi selama melakukan puasa. Ini mencakup  

pembatasan atas seluruh anggota tubuh bahkan hati dan pikiran dari melakukan segala 

macam dosa. Pada hakikatnya puasa adalah menahan atau mengendalikan diri. Karena 

itu pula puasa dipersamakan dengan sikap sabar, baik dari segi pengertian bahasa 

(keduanya berarti menahan diri) maupun esensi kesabaran dan puasa.

Bagi orang yang berpuasa, terdapat enam syarat batin yang harus dimiliki oleh 

orang yang ingin mencapai tingkatan puasa yang sangat khusus, antara lain: (a) 

memejamkan mata atau tidak melihat sesuatu yang akan membawa kepada kebencian 

Allah SWT; (b) memelihara lidah dengan menjaganya dari perkara yang sia-sia seperti 

berbohong, mengumpat, menyebarkan fitnah, berkata kotor, membangga-banggakan 

diri dan sebagainya. Sebagai ganti dari perkara-perkara buruk ini  adalah 

memperbanyak dzikir kepada Allah SWT dan membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Inilah 

yang dimaksud dengan puasa dengan lidah; (c) memelihara pendengaran dengan 

menjaganya dari mendengar sesuatu yang dibenci, segala sesuatu yang haram 

diucapkan, maka haram pula untuk didengarkan. Sebagaimana firman Allah SWT 

dalam Al-Qur’an surat Al-Maaidah ayat 42 yang artinya:

“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan 

yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), 

maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu 

berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikit pun. 

dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara 

mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil. Seperti uang 

sogokan dan sebagainya”. (QS. Al-Maaidah: 42).

(d) Memelihara anggota badan dari perbuatan dosa seperti kaki dan tangan dijauhkan

dari perbuatan yang dibenci, demikian pula menahan perut dan dari memakan makanan 

yang syubhat (tidak jelas); (e) menghindarkan diri dari terlalu banyak makan pada waktu 

berbuka puasa meskipun makanan yang diperoleh melalui jalan yang halal; dan (f) takut

disertai dengan penuh harapan kepada Allah SWT. Puasa juga dapat membentuk sifat 

qana’ah (sifat terpuji) 

e) Dzikir di malam hari

Melakukan dzikir sama nilainya dengan terapi relaksasi (relaxation therapy) yaitu 

suatu bentuk terapi dengan menekankan upaya mengantarkan penderita bagaimana 

cara ia harus beristirahat dan bersantai-santai melalui pengurangan ketegangan atau 

tekanan psikologis. Dengan demikian kunci utama keadaan jiwa mereka itu adalah 

melakukan dzikir , Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an 

surat Ar-Ra’d ayat 28, artinya:

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat 

Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar￾Ra’d: 28).

Cara berzikir dapat dilakukan melalui dua macam, yaitu berzikir dengan cara menyebut 

nama Allah SWT dengan nada yang dapat didengar, seperti berzikir secara berjamaah

yang dipimpin oleh imam. Selain itu, juga dapat berzikir secara sirr (dalam hati). 

Sebagaimana Allah SWT telah menegaskan di dalam Al-Qur’an surat Al-A’raaf ayat 205 

agar berzikir dan menyebut nama-Nya dengan merendahkan diri dan tidak 

mengeraskan suara di waktu pagi dan petang hari.

Berzikir di dalam hati sebenarnya bisa dilakukan setiap saat dimana pun berada 

tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti ketika sedang berjalan, berlari, berdiri, 

duduk, berbaring sebagaimana yang diingatkan Allah SWT dalam surat An-Nisaa ayat 

103, artinya: 

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan Shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di 

waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka 

dirikanlah Shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya Shalat itu adalah fardhu yang 

ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. An-Nisa: 103).

Aktivitas berzikir di dalam hati ini merupakan kegiatan atau amalan batin yang tidak 

bisa dilihat dan disaksikan orang banyak. Namun Allah SWT mengetahui dan 

menyaksikan semua ini. Ada beberapa cara berzikir, di antaranya: (a) membaca dzikir 

dengan cara sirr (pelan atau tidak mengeraskan suara); (b) menghitung dengan ruas-ruas 

jari atau ujung-ujungnya; dan (c) berzikir sendiri-sendiri.

Selain metode yang disebutkan di atas, Faqih (2001) menawarkan dua metode 

bimbingan dan konseling islami untuk mendekati masalah sehingga diperoleh hasil 

yang memuaskan. Pertama, metode komunikasi langsung, yaitu pembimbing melakukan 

komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini 

dapat dilakukan melalui komunikasi langsung secara individual dengan menggunakan 

teknik percakapan pribadi, kunjungan ke rumah (home visit), dan kunjungan dan 

observasi kerja. Ataupun dengan metode kelompok, dengan teknik-teknik diskusi 

kelompok, karyawisata, sosiodrama, psikodrama dan group teaching. Kedua, metode 

tidak langsung yang dilakukan melalui media komunikasi massa. Hal ini dapat 

dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan massal, seperti: metode 

individual meliputi melalui surat menyurat, melalui telepon dan sebagainya. Sedangkan 

metode kelompok/ massal meliputi melalui papan bimbingan, melalui surat kabar/ 

majalah, melalui brosur, melalui radio (media audio), dan melalui televisi (Faqih, 2001).

Sejalan dengan itu, Az-Zahrani (2005) menawarkan empat metode penanganan 

atau bahkan pencegahan terhadap Psikopatk ini, di antaranya;1 (a) Metode keteladanan, 

yakni yang digambarkan dengan suri teladan yang baik, (b) Metode penyadaran, yakni 

yang banyak menggunakan ungkapan-ungkapan nasihat dan juga at-targhib wa-tarhib 

(janji dan ancaman). (c) Metode penalaran logis, yakni yang berkisar tentang dialog 

dengan akal dan perasaan individu. (d) Metode kisah (cerita), yakni Al-Qur’an banyak 

merangkum kisah para Nabi serta dialog yang terjadi antara mereka dengan kaumnya. 

Kisah ini dapat dijadikan contoh dan model yang mampu menjadi penjelas akan perilaku 

yang diharapkan, hingga bisa dibiasakan dan juga perilaku yang tercela untuk bisa 

dihindari

Kajian ini mengidentifikasi bahwa terdapat tiga faktor yang menyebabkan 

perilaku psikopat yaitu faktor genetik, lingkungan, dan traumatis. Adapun solusinya 

dalam Islam adalah dengan membaca al-Qur’an, Shalat malam, Bergaul dengan orang 

saleh, Puasa, dan Zikir. Psikopat merupakan salah satu dari gangguan kepribadian. Psikopat merupakan masalah yang mengganggu tidak hanya pada yang bersangkutan 

saja, tetapi juga pada lingkungan sekelilingnya. 

Melalui salah satu dari sifat kepribadian yang manipulatif, sering terjadi orang 

sekeliling dalam lingkungan keluarga, tetangga, teman sekerja maupun teman sosial 

yang lain tidak terasa telah menjadi korbannya. Penderitaan korban dapat berwujud 

secara fisik, psikologis, bahkan sampai kehilangan nyawa. Oleh karenanya perlu ada 

intervensi baik secara fisik maupun secara psikologis terhadap gangguan ini. Dengan 

demikian, cara yang dapat mengatasi psikopatologi yang sangat berbahaya adalah; 

Pertama, dengan merenungkan bahaya-bahaya yang timbul dari penyakit ini . Sebab 

seseorang yang dikenal memiliki sifat psikopatologi ini , citra dan kehormatannya 

akan hancur di kalangan warga  umum dan orang-orang terdekatnya. Sehingga 

boleh jadi ia akan diusir dan diasingkan dari tempat-tempat perkumpulannya. Kedua, 

berupa tindakan praktis, yaitu dengan cara mengontrol gerak dan diamnya jiwa yang 

bersangkutan dengan sangat cermat selama beberapa saat, lalu bergerak melakukan 

suatu aktivitas yang berlawanan dengan hasrat serta angan-angan nafsunya.

Related Posts:

  • teori psikopat Psikopat secara etimologis merupakan gabungan kata dari bahasa Yunani yaitu psyche dan pathos yang berarti penyakit jiwa. Psikopat berbeda dengan gila (psikosis), karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas … Read More