Selasa, 09 Januari 2024

kematian sel




Apoptosis merupakan proses aktif yang diatur dengan sangat baik yang ditandai oleh perubahan 
morfologis dan biokimia. Signifikansi dalam memahami rangkaian mekanisme apoptosis ini mutlak 
dibutuhkan karena apoptosis merupakan gabungan komponen baik dalam proses fisiologis maupun 
patologis. Apoptosis dapat distimulasi oleh kondisi fisiologis dan patologis serta memegang peranan 
penting dalam menjaga homeostasis normal dan patogenesis beberapa penyakit. Sinyal untuk 
apoptosis terjadi melalui jalur caspase dependen dan independen yang diawali oleh kejadian yang 
memicunya dari dalam sel atau dari luar sel melalui ikatan reseptor kematian. Tinjauan pustaka ini 
bertujuan untuk menyediakan pandangan yang berkaitan dengan apoptosis, karakteristik morfologis 
dan biokimia, serta mekanismenya. 

Kata apoptosis berasal dari bahasa Yunani 
yang berarti gugurnya kelopak bunga atau daun 
dari pohon.1 Istilah ini pertama kali dikenalkan 
oleh Kerr, Wyllie, dan Currie tahun 1972 untuk 
menggambarkan kematian sel yang terprogram 
atau lebih dikenal dengan Programmed Cell 
Death (PCD).2 Kematian sel, khususnya 
apoptosis merupakan salah satu proses yang 
penting karena apoptosis tidak hanya 
menggambarkan patogenesis suatu penyakit, 
namun juga dapat memberikan petunjuk cara 
pengobatan penyakit.3 Penyebab apoptosis 
terbagi atas dua, yakni penyebab fisiologis, 
seperti pada perkembangan embrionik saat 
pembentukan jaringan, involusi fisiologis seperti 
luruhnya endometrium saat menstruasi, 
kehancuran sel epitel normal yang diiringi 
penggantian proliferasi sel kulit baru, involusi 
kelenjar timus saat usia kanak-kanak.3,4 
Penyebab patologis diantaranya obat anti 
kanker, graft versus host disease, kematian sel 
CD-4 dalam Acquired Immunodeficiency 
Syndrome (AIDS), virus yang memicu kematian 
sel seperti Hepatitis B atau C, radiasi, hipoksia, 
degenerasi sel seperti Alzheimer dan Parkinson, 
serta kematian sel akibat infark miokardium.3, 4 
 
Perubahan Morfologis dan Kimia dalam 
Apoptosis 
Perubahan morfologis yang terjadi saat 
apoptosis adalah kondensasi kromatin dan 
fragmentasi nuklear di dalam inti sel diiringi 
pengurangan volume sel (piknosis), dan retraksi 
pseudopoda.5 Tahap awal apoptosis, kromatin 
pecah, namun membran sel masih utuh 
(karioheksis). Tahap akhir apoptosis, terjadi 
penonjolan membran, modifikasi ultrastruktural 
organel sitoplasma, dan integritas membran 
hilang.5 Biasanya sel-sel fagosit seperti sel 
epitel, makrofag, dan fibroblas akan memakan 
sel apotosis sebelum badan apoptotik terbentuk. 
Sel apoptosis yang tidak difagosit seperti dalam 
proses kultur sel di laboratorium, maka akan 
mengalami degradasi yang mirip nekrosis 
sehingga disebut nekrosis sekunder.5 
Tiga ciri utama perubahan biokimia dalam 
apoptosis, yakni aktivasi caspase, pecahnya 
DNA dan protein, dan perubahan pada membran  
sehingga dapat dikenali oleh sel-sel fagosit.6  
Tahap awal apoptosis ditandai ekspresi 
Phosphatidylserine (PS) yang terlempar keluar 
dari lapisan dalam ke lapisan luar membran sel. 
Badan apoptotik yang terbentuk di akhir 
apoptosis menyebabkan sel mati ini dapat 
dikenali oleh makrofag tanpa dilepaskannya 
komponen pro-inflamatori selular. Pemecahan 
DNA membentuk 50 hingga 300 kilobasa 
bagian.6 Tahap akhir apoptosis menimbulkan 
pemecahan DNA internukleosomal menjadi 
oligonukleosomal dari 80 hingga 200 pasangan 
dasar oleh endonuklease.6 Gambaran khas 
apoptosis lain adalah aktivasi caspase.6 Huruf 
“c” atau Cys dari caspase menunjukkan protease 
sistein, sedangkan “aspase” berarti bagian unik 
enzim yang membelah pada terminal C pada 
residu Asp.6 Aktivasi caspase menyebabkan 
keluarnya protein vital selular dan memecah 
perancah nuklear serta kerangka dinding sel. 
Regulator apoptosis yang lain adalah anggota 
famili Bcl-2.6 Saat ini ada 18 anggota famili Bcl-
2 yang telah diidentifikasi, dan dibagi ke dalam 
dua grup berdasarkan strukturnya.7 Anggota 
grup pertama diwakili oleh Bcl-2 dan Bcl-xL 
yang berfungsi sebagai protein anti-apoptosis.7 
Anggota grup kedua diwakili oleh subfamili Bax 
dan Bcl-2 associated killer (Bak), serta subfamili 
a novel BH3 domain-only death agonist (Bid) 
dan the Bcl-2 associated death molecule (Bad), 
sebagai protein pro-apoptosis.6, 7 
Mekanisme apoptosis sangat kompleks 
dan rumit. Secara garis besar apoptosis dibagi 
menjadi empat tahap, yakni adanya sinyal 
kematian (penginduksi apoptosis) yang bersifat 
fisiologis (hormon dan sitokin), biologis (virus, 
bakteri, parasit), kimia (obat), atau fisik (radiasi 
dan toksin).8 Tahap kedua adalah tahap integrasi 
atau pengaturan (transduksi signal, induksi gen 
apoptosis yang berhubungan), selanjutnya 
adalah tahap pelaksanaan apoptosis yakni terjadi 
perubahan morfologi dan kimia (degradasi DNA, 
pembongkaran sel, pembentukan badan 
apoptotik).8 Tahap terakhir adalah tahap 
fagositosis atau eliminasi oleh makrofag, 
dendritik atau sel yang berdekatan dengan sel 
apoptosis.8 Peristiwa apoptosis melibatkan 
adanya pemadatan inti sel, pemadatan dan 
pembagian sitoplasma ke  dalam  selaput  ikat 
badan apoptotis, dan kerusakan kromosom ke 
dalam fragmen yang berisi berbagai nukleosom.  
Target protein pada umumnya melibatkan 
protein lain, suatu DNA endonuklease.8 Ketika 
protein target pecah, DNAase bebas untuk 
berpindah tempat ke inti dan mulai pelaksanaan. 
Perubahan dalam apoptosis terjadi ketika 
caspase-3 membelah gelsolin, yakni suatu 
protein pemelihara morfologi sel. Gelsolin akan 
membelah actin filamen di dalam sel. Protein 
yang lain diperlukan untuk membentuk badan 
apopotik adalah p21-activated kinase 2 (PAK-2). 
Kinase ini diaktifkan oleh caspase-3 dengan 
proteolisis terbatas. Caspase-3 juga berfungsi 
untuk membelah sitokeratin terutama 
cytokeratin 18 (CK18), dimana epitop baru pada 
CK18 tampak dominan saat apoptosis awal.
 
Jalur Caspase Dependen (Jalur Ekstrinsik 
dan Intrinsik) 
Apoptosis dipicu oleh berbagai jalur 
sinyal dan diatur oleh ligan ekstrinsik dan 
intrinsik yang kompleks.10 Terdapat dua jalur 
apoptosis utama yakni melibatkan fungsi 
caspase dan tanpa caspase. Mitokondria 
bertindak sebagai crosstalk organelles yakni 
organel yang berperan pada kedua jalur 
apoptosis yang berbeda tersebut. Jalur apoptosis 
terbagi dua yaitu caspase dependen dan 
independen.10 Sinyal apoptosis jalur caspase 
dependen bisa terjadi secara intraseluler dan 
ekstraseluler.10 Jalur ekstrinsik (ekstraseluler) 
diinisiasi stimulasi reseptor kematian sedangkan 
jalur intrinsik diinisiasi oleh pelepasan faktor 
sinyal dari mitokondria dalam sel.10  
Apoptosis jalur ekstrinsik dimulai dari 
adanya pelepasan molekul sinyal disebut ligan, 
oleh sel lain bukan berasal dari sel yang akan 
mengalami apoptosis.10 Ligan tersebut berikatan 
dengan reseptor kematian yang terletak pada 
transmembran sel target yang menginduksi 
apoptosis.10 Reseptor kematian yang terletak di 
permukaan sel adalah famili reseptor Tumor 
Necrosis Factor (TNF), yang meliputi TNF-R1, 
CD 95 (Fas), dan TNF-Related apoptosis 
inducing ligan (TRAIL)-R1 dan R2. Ligan yang 
berikatan dengan reseptor tersebut 
mengakibatkan caspase inisiator 8 membentuk 
trimer dengan adaptor protein FADD.  
Reseptor CD 95, TRAIL-R1 dan R2 terikat 
dengan FADD, sedangkan TNF-R1 terikat secara 
tidak  langsung  dengan  molekul  adaptor  lain,  
yaitu TNF-Reseptor Associated Death Domain 
(TRADD). Kompleks yang terbentuk antara 
ligan-reseptor dan reseptor kematian FADD 
disebut DISC.10 Kompleks ini akan menginisiasi 
pro caspase-8 yang mengaktifkan caspase 
eksekutor.10  
Caspase-8 bekerja dengan cara memotong 
anggota famili Bcl-2 yaitu Bid.11, 12 Bid yang 
terpotong pada bagian ujungnya akan 
menginduksi insersi Bax ke dalam membran 
mitokondria dan melepaskan molekul 
proapoptotik seperti sitokrom c, Samc/Diablo, 
Apoptotic Inducing Factor (AIF), dan 
omi/Htr2.11 Adanya dATP akan terbentuk 
kompleks antara sitokrom c, Apaf-1, dan 
caspase-9 yang disebut apoptosom. Caspase-9 
akan mengaktifkan aliran procaspase-3.11 
Protein caspase-3 yang aktif memecah berbagai 
macam substrat, diantaranya enzim perbaikan 
DNA seperti poly-ADP Ribose Polymerase 
(PARP), dan DNA protein kinase yaitu protein 
struktural seluler dan nukleus, termasuk aparatus 
mitotik inti, lamina nukleus, dan aktin serta 
endonuklease, seperti Inhibitor Caspase-
Activated Deoxyribonuklease (ICAD) dan 
konstituen seluler lainnya.11  
Caspase-3 juga mempunyai kemampuan 
untuk mengaktifkan caspase lainnya, seperti pro-
caspase-6 dan 7 yang memberikan amplifikasi 
terhadap kerusakan seluler.8 Adanya stres seluler 
meningkatkan ekspresi dari protein p53 yang 
mengakibatkan terjadinya G1 arrest atau 
apoptosis.8 Anggota dari Apoptosis Stimulating 
Protein p53 (ASPP) yaitu ASPP 1 dan ASPP 2 
secara spesifik menstimulasi fungsi transaktivasi 
p53 pada promotor gen pro-apoptotik seperti 
Bax dan p53 inducible gene 3 (PIG 3), tapi tidak 
pada promotor gen yang menyebabkan 
hambatan siklus sel, yaitu p21 dan mdm2.8  
Stres mitokondria yang menginduksi apoptosis 
jalur intrinsik disebabkan oleh senyawa kimia 
atau kehilangan faktor pertumbuhan, sehingga 
menyebabkan gangguan pada mitokondria dan 
terjadi pelepasan sitokrom c dari intermembran 
mitokondria.11 Sitokrom c  adalah  suatu  heme  
protein  yang  bertindak sebagai suatu pembawa 
elektron dalam fosforilasi oksidasi mitokondria, 
pemberhenti elektron sitokrom c oksidase, 
keluar intermembran dan mengikat protein 
sitoplasmik  yang  disebut  Apaf-1. Protein  ini  
akan mengaktifkan inisiator caspase-9 di 
sitoplasma.8 Protein ini keluar dari mitokondria 
setelah terjadi perubahan potensiasi elektrokimia 
di membrane yang menyebabkan terbukanya 
suatu kanal yang nonspesifik dalam membran 
yang permeabel, terdiri atas dua protein selaput 
bagian dalam yakni Adenine Nucleotide 
Translocator (ANT) dan protein bagian luar 
yakni porin; Voltage Dependent Anion Channel 
(VDAC). Protein ini bertindak bersama-sama,  
pada sisi luar dan sisi dalam terjadi kontak. 
Saluran ini dapat dilewati zat yang memiliki 
bobot molekular kurang dari 1500. Perubahan 
pada gradien proton menyebabkan oksidasi dan 
foforilasi di mitokondria dan perubahan ion 
menyebabkan pembengkakan matriks. Sisi 
bagian dalam sangat kusut dan memiliki luas 
permukaan jauh lebih besar dibanding selaput 
yang luar, bengkak pada matriks mengarah 
rusaknya sisi luar, sehingga sitokrom c dan 
Apaf-1 keluar masuk sitoplasma. Jalur ini biasa 
diaktifkan dalam respon stimulus letal yang lain 
seperti perusakan DNA, stress oksidatif, dan 
hipoksia. 
 
 
Gambar 1. Jalur Caspase Dependen (Ekstrinsik dan Intrinsik). Mitokondria dan organel nukleus memegang peranan 
penting dalam tipe apoptosis ini. Organel ini dpat menghubungkan sinyal yang berbeda untuk aktivase caspase 
sehingga terjadi perubahan pada senyawa oksigen reaktif, sitokrom c, dan membran potensial mitokondria. Selain 
jalur mitokondria, ligan eksternal juga dapat mengaktifkan ERK yang dilanjutkan dengan rangkaian aktifitas 
caspase.1 
 
Mitokondria mengandung faktor 
proapoptosis seperti sitokrom c dan AIF. 
Keduanya merupakan substrat yang  berbahaya, 
akan tetapi tersimpan aman dalam mitokondria. 
Saat keduanya dilepaskan ke sitoplasma, protein 
ini dapat mengaktifkan jalur aktivasi caspase.11 
Pelepasan tersebut diatur oleh famili Bcl-2 yang 
terikat dengan mitokondria, yaitu Bax dan Bad. 
Sitokrom c berperan sebagai pembawa elektron 
yang larut dalam air dalam fosforilasi oksidatif 
mitokondria.11 Bila terjadi kumparan elektron 
melalui sitokrom c oksidase atau kompleks IV, 
adanya perubahan kekuatan ion menyebabkan  
terjadinya gelombang matriks. Saat membran 
dalam mitokondria memiliki permeabilitas 
permukaan yang lebih luas dibanding membran 
luar maka gelombang matriks menyebabkan 
pori-pori permeabilitas bagian dalam membran 
nonspesifik menjadi terbuka sehingga sitokrom c 
keluar ke sitoplasma.110 Sitokrom c yang keluar 
ke sitoplasma kemudian berikatan dengan Apaf-
1 membentuk  Caspase  Recruitment  Domain  
(CARD). Beberapa CARD bergabung 
membentuk kompleks apoptosom kemudian 
mengikat pro-caspase-9 dan mengaktivasinya  
menjadi caspase-9 (caspase inisiator).11   
Caspase-9 ini akan mengaktivasi procaspase-3 
menjadi caspase-3 yang merupakan caspase    
efektor yang melaksanakan apoptosis.11 
Keseimbangan kerja caspase 
dipertahankan dengan adanya hambatan caspase 
berasal dari famili inhibitor apoptosis (IAPs) 
seperti survivin, cIAP-1, cIAP-2, ILP-2, XIAP, 
livin, BIRC, dan NAIP.8 Famili IAPs dapat 
menghambat caspase inisiator dan eksekutor 
melalui beberapa proses yang berbeda.13 Aksi 
caspase-8 diatur oleh FADD-like ICE (FLICE)-
inhibitory protein (FLIPs).13, 14 Protein ini dapat 
mengikat FADD dan caspase-8 melalui interaksi 
sejenis sehingga dapat menghambat caspase-8 
untuk membentuk DISC.14 Mekanisme jalur  
ekstrinsik dan intrinsik tampak dalam Gambar 1. 
 
Jalur Caspase Independen  
Selain jalur caspase dependen, apoptosis 
juga dapat dipicu tanpa melalui aktivitas 
caspase, yakni jalur caspase independen. Jalur 
caspase dependen diawali dengan sejumlah ligan 
akan merangsang perubahan potensial membran 
mitokondria yang akan meningkatkan produksi 
radikal bebas. Radikal bebas akan merangsang 
pengeluaran caspase sehingga terjadi apoptosis. 
Jalur caspase dependen, caspase tidak berperan 
banyak, namun kerusakan mitokondria 
disebabkan oleh enzim dapat menghasilkan 
radikal bebas. 
 
 
Gambar 2. Jalur Caspase Independen.1 Tipe apoptosis ini tidak melibatkan anggota famili caspase dan tidak dapat 
dihambat oleh inhibitor caspase. Beberapa komponen sel seperti AIF, spesies oksigen reaktif, Ca2+, ATP, modifikasi 
dan misfolding protein, serta kerusakan DNA dapat memicu apoptosis caspase independen.1 
 
Literatur menyebutkan bahwa Granzyme 
A (GzmA) dapat menginduksi secara langsung 
peningkatan senyawa oksigen reaktif dan 
kerusakan mitokondria jalur caspase 
independen.15 Target khusus GzmA adalah 270–
420 kDa endoplasmic reticulum (ER)-associated 
complex yang mengandung GzmA-activated 
DNase NM23-H1 atau kompleks SET. Walaupun 
fungsi normal kompleks SET ini belum 
diketahui dengan jelas, namun kandungan 
proteinnya berhubungan dengan tumorigenesis. 
Kompleks SET akan berpindah ke nukleus dan  
menyebabkan kerusakan DNA.16 Faktor pro-
apoptosis yang paling penting dalam jalur ini 
adalah AIF, yang dilepaskan oleh mitokondria 
dan menyebabkan kerusakan DNA dalam 
nukleus.16Pelepasan AIF oleh mitokondria 
dipengaruhi juga oleh aktivasi PARP-1 akibat 
senyawa oksigen reaktif. Ini membuktikan 
senyawa oksigen reaktif berperan pada jalur 
caspase dependen dan independen.16 Selain AIF, 
proses glutationilasi dan nitrosilasi menghambat 
beberapa grup thiol dan mempengaruhi fungsi 
protein menyebabkan apoptosis. Mekanisme  
jalur caspase independen terlihat pada Gambar 
2. Hingga kini mekanisme apoptosis caspase 
independen masih belum jelas diketahui. 
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa AIF; 
ROS, dan ligan lainnya mampu menstimulasi 
tipe kematian sel ini, jalur sinyal ini masih tahap 
fenomena dan mekanisme yang lebih terperinci 
masih terus diteliti. Apapun bentuk 
apoptosisnya, kematian sel jenis ini memiliki 
fungsi yang penting dalam pertumbuhan sel, 
proliferasi, dan kematian pada beberapa spesies.   
Apoptosis merupakan fenomena yang 
masih terus diteliti, memegang peranan penting 
dalam homeostasis organisme multiseluler serta 
dapat mengatasi penyakit, namun malfungsi 
proses apoptosis akan menimbulkan penyakit 
seperti kanker, neurodegeneratif, dan autoimun. 
Rangkaian molekuler ini melibatkan dua jalur 
yakni caspase dependen (ekstrinsik dan 
intrinsik) serta caspase independen. 
neurodegeneratif, dan autoimun. Hingga kini 
mekanisme apoptosis dan implikasinya untuk 
tujuan  pengobatan  penyakit masih terus diteliti.