Rabu, 10 Januari 2024

ilmu kalam 2

ekat  
Ka’bah  Rasulullah berbaring antara tertidur dan terjaga. Kemudian Jibril memegang beliau, 
kemudian membelah dada beliau di antara bawah leher sampai pusar. Hati beliau dibersihkan 
dan disucikan dengan air Zamzam yang kemudian dipenuhi dengan iman dan hikmah, serta 
diliputi dengan sikap belas kasihan (hilm), ilmu, keyakinan dan keIslaman, lantas 
ditangkupkan kembali. 
al-Bayhaqi meriwayatkan dari Syaddad ibn Aus berkata: Kami bertanya, Wahai 
Rasûlullâh bagaimanakah perjalanan Isra’ yang telah engkau lakukan? Rasulullah menjawab: 
“Aku melakukan Shalat malam bersama para sahabatku di Makkah, Jibril mendatangiku 
dengan binatang putih, bentuknya  lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghl 
(peranakan kuda dan keledai), maka Jibril berkata: “Naiklah!” Namun binatang tersebut 
bergoyang kegirangan saat aku mendekatinya, maka Jibril memutar binatang tersebut 
dengan memegang telinganya dan menaikkanku ke atas punggung binatang tersebut, 
sehingga akhirnya binatang tersebut berangkat membawa kami. Kakinya melangkah 
sejauh pandangan matanya, hingga kita sampai ke suatu daerah yang penuh dengan 
pohon kurma, lalu Jibril menurunkanku seraya berkata: “Laksanakanlah Shalat di tempat 
ini!” Aku pun melaksanakan Shalat di tempat tersebut. Kemudian kami naik ke atas Burâq 
lagi dan Jibril berkata: “Tahukah engkau di mana engkau tadi melakukan Shalat?” Aku 
menjawab: “Allah Maha Tahu”. Jibril berkata: “Engkau tadi melakukan Shalat di 
Yatsrib, di Thaybah (kemudian bernama al-Madînah). Lalu binatang tersebut kembali 
berangkat membawa kami, kakinya melangkah sejauh pandangan matanya, hingga kami 
sampai ke suatu daerah, Jibril pun berkata: “Turunlah!” Maka aku pun turun, kemudian 
Jibril berkata: “Laksanakanlah Shalat di tempat ini!” Aku pun melaksanakan Shalat, 
kemudian kami naik lagi dan Jibril berkata: “Tahukah engkau di mana engkau tadi 
melakukan Shalat?, engkau melakukan Shalat di Bukit Thur Saina’; tempat Nabi Musa 
mendengar kalâm Allah yang ‘azali (yang bukan huruf, suara maupun bahasa). Kemudian 
binatang tersebut kembali berangkat membawa kami, kakinya melangkah sejauh 
pandangan matanya, hingga kami sampai ke suatu daerah, di sana nampak istana-istana, 
maka Jibril berkata: “Turunlah!” Maka aku pun turun, kemudian Jibril berkata: 
“Laksanakanlah Shalat di tempat ini!” Aku pun melaksanakan Shalat. Kemudian kami 
naik lagi dan Jibril berkata: “Tahukah engkau di mana engkau tadi melaksanakan 
--   92 
  
Shalat?” aku menjawab: “Allah Maha Tahu”. Jibril berkata: “Engkau tadi melaksanakan 
Shalat di Bayt Lahm; tempat dilahirkannya Nabi Isa al-Masih bin Maryam. Kemudian 
Jibril kembali membawaku hingga kami memasuki kota Bayt al-Maqdis dari pintu al-
Yamani, Jibril pun mendatangi arah kiblat masjid al-Aqsha dan mengikat binatang 
tersebut di sana, dan kami memasuki masjid al-Aqsha dari pintu yang terkena cahaya 
matahari dan bulan, maka aku Shalat di salah satu tempat di masjid tersebut”. 
 
b. Keajaiban-keajaiban isra’ 
Di antara keajaiban-keajaiban dalam peristiwa Isra’: 
1. Dunia, Rasulullah menyaksikan dunia dalam bentuk perempuan tua, ini menandakan 
bahwa dunia ini fana dan kenikmatannya hanya sementara. 
2. Iblis, Rasulullah melihat sesosok makhluk yang menepi dari bahu jalan seraya 
memanggilnya, dia adalah Iblis.  
3. Tukang Sisir (Masyithah) Putri Fir’aun 
Rasulullah mencium bau wangi dari kuburan tukang sisir putri Fir’aun. Perempuan 
yang menjadi tukang sisir ini adalah perempuan yang muslimah dan salehah. Dalam 
kisahnya bahwa suatu ketika perempuan ini tengah menyisir rambut putri Fir’aun, 
jatuhlah sisir dari tangannya, maka ia berkata: “Bismillah”. Putri Fir’aun bertanya 
kepadanya: “Apakah kamu memiliki tuhan selain ayahku?” Tukang sisir itu 
menjawab: “Ya, Tuhanku dan Tuhan ayahmu adalah Allah”. Maka putri Fir’aun 
memberitahukan kepada ayahnya, lalu Fir’aun meminta tukang sisir tersebut untuk 
meninggalkan agamanya, namun tukang sisir tersebut dengan tegas menolaknya. 
Kemudian Fir’aun memanaskan air di suatu tempat dan melemparkan anak-anaknya 
ke air panas tersebut, kemudian anaknya yang masih menyusu berkata kepadanya 
sebelum dilemparkan oleh Fir’aun: “Wahai Ibuku, bersabarlah karena siksa akhirat 
lebih pedih dari siksa dunia, janganlah engkau gentar dan mundur, sesungguhnya 
engkau berada dalam kebenaran”. Tukang sisir itu berkata kepada Fir’aun: “Aku 
punya permintaan kepadamu, agar engkau kumpulkan tulang-tulang kami dan 
dikuburkan”, Fir’aun mengatakan: “Ya”, kemudian Fir’aun melemparnya ke dalam 
air yang mendidih tersebut. Perempuan tersebut dan anak-anaknya akhirnya mati 
syahid. 
4. Para Mujahid di Jalan Allah, Rasulullah melihat sekelompok orang menanam 
dalam satu hari dan memanennya pada hari berikutnya, Jibril berkata kepadanya: 
“Mereka adalah orang-orang yang berjihad di jalan Allah”.  
5. Para Khuthaba’ al-Fitnah 
Rasulullah melihat orang-orang yang digunting lidah dan bibir mereka dengan 
gunting-gunting yang terbuat dari api, Jibril berkata kepadanya: “Mereka adalah 
--   93 
  
para penceramah penebar fitnah”, yakni yang berceramah menyebarkan keburukan 
dan fitnah, mengajak orang kepada kesesatan, kerusakan, penipuan dan khiyânat. 
6. Orang yang berbicara dengan perkataan yang menimbulkan bahaya dan fitnah 
Rasulullah melihat sapi jantan yang keluar dari lubang yang sempit kemudian ingin 
masuk kembali ke lubang tersebut namun tidak bisa, Jibril berkata kepadanya: “Itu 
adalah orang yang berbicara dengan perkataan yang merusak, membahayakan orang 
dan menimbulkan fitnah, kemudian ingin menariknya kembali, namun tidak bisa”. 
7. Orang-orang yang tidak membayar Zakat 
Rasulullah melihat orang-orang yang menyebar seperti binatang-binatang ternak, 
auratnya tertutup hanya dengan kain-kain kecil, Jibril berkata kepadanya: “Mereka 
adalah orang-orang yang tidak menunaikan zakat”. 
8. Orang-orang yang meninggalkan Shalat 
Rasulullah melihat orang-orang yang retak dan pecah kepalanya, kemudian kembali 
seperti semula. Jibril berkata: “Mereka adalah orang-orang yang berat kepalanya 
(meninggalkan) untuk menunaikan Shalat”. 
9. Para Pezina 
Rasulullah melihat orang-orang yang memperebutkan daging busuk dan 
mengabaikan daging bagus yang sudah terpotong-potong. Jibril berkata: “Mereka 
adalah orang-orang dari ummatmu yang meninggalkan perkara halal, justru mereka 
memilih perkara yang haram dan keji, lalu memakannya, mereka adalah para 
pezina”.  
10.  Para Peminum Khamr 
Rasulullah melihat orang-orang yang meminum nanah yang keluar dari para pezina. 
Jibril berkata: “Mereka adalah para peminum khamr yang diharamkan oleh Allah di 
dunia”. 
11. Orang-orang yang Melakukan Ghibah (Membicarakan Keburukan Orang) 
Rasulullah melihat orang-orang yang mencakar muka dan dada mereka dengan 
kuku-kuku dari tembaga. Jibril berkata: “Mereka adalah orang-orang yang 
menggunjing keburukan-keburukan orang”. 
Ghibah (menggunjing) ini adalah salah satu maksiat yang paling sering menyebabkan 
siksa kubur, demikian pula mengadu domba (namimah) dan mengotori diri atau pakaian 
dengan air kencing. Ghîbah terhadap orang-orang yang bertakwa termasuk dosa besar.  
 
2. a. Mi’raj 
(Perjalanan Rasulullah dari Masjid al-Aqsha hingga ke atas langit ke tujuh) 

  
Kebenaran peristiwa Mi’raj juga telah ditegaskan dalam nash hadits- hadits yang 
sahih, sedangkan dalam al-Qur-an tidak terdapat ayat yang sharih (tegas) menerangkan 
tentang Mi’raj, akan tetapi diambil dari beberapa ayat yang mendekati nash yang sharih 
(tegas) tentang kejadian Mi’raj. Allah ta’ala berfirman: 
 “Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril (dalam rupanya yang asli) pada 
waktu yang lain, (yaitu) di Sidrat al-Muntahâ, di dekatnya terdapat Surga”. (QS. An-
Najm: 13-15). 
Perjalanan mi’raj dimulai dari masjid al Aqsa. Rasulullah tidak mengendarai Buraq, 
akan tetapi beliau menaiki tangga bersama malaikat Jibril kecepatan yang luar biasa. 
Disebutkan bahwa tangga tersebut satu anak tangga dari emas anak tangga berikutnya dari 
perak demikian seterusnya silih berganti. Sesampainya di langit pertama, Jibril meminta izin 
untuk melaluinya. Oleh penjaga langit, ditanya “ Siapakah ini?”. Dijawab, “Jibril.” 
Ditanyakan juga, “Siapakah yang bersama engkau?” Jawabnya, “Muhammad.” Kemudian 
ditanyakan, “Apakah sudah waktunya dipanggil?” Jibri menjawab, “Ya, ia telah mendapat 
panggilan.” Sesudah mendengar jawaban itu, penjaga langit membukakan pintu untuk Nabi 
dan Jibril sembari mengucapkan sambutan yang baik terhadap kedatangan Nabi. Prosesi 
penyambutan serta penghormatan tersebut yang diberikan kepada Nabi Muhammad 
shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berulang setiap kali memasuki pintu setiap langit. 
Di langit pertama, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu dengan 
Nabi Adam, dan Jibril meminta Rasulullah untuk memberikan salam yang disambut Nabi 
Adam dengan salam yang lebih baik sambil menyambut kedatangan Rasulullah serta 
mendoakan kebaikan baginya layaknya sambutan seorang ayah kepada anaknya.  
Kemudian Rasulullah melanjutkan Mi’rajnya ke langit kedua. Di langit ini, Nabi 
bertemu dengan Nabi Isa dan Nabi Yahya. Sambutan, salam, penghormatan dan doa pun 
diberikan keduanya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai sikap 
seorang saudara terhadap saudaranya yang datang. Perjalanan dilanjutkan ke langit ketiga dan 
beliau bertemu dengan Nabi Yusuf. Sikap penghormatan dan ketakziman diberikan Yusuf 
kepada saudaranya. 
Beliau melanjutkan perjalanannya ke langit keempat dan bertemu dengan Nabi Idris, 
manusia pertama yang mengenalkan sistem baca tulis, mengenalkan cara menyulam baju 
(menjahit), pengolahan besi dan logam. Nabi Idris pun memberi sambutan selayaknya 
sebagai seorang saudara. Perjalanan dilanjutkan ke langit kelima dan bertemu dengan Nabi 
Harun. Rasulullah naik ke langit keenam dan berjumpa dengan Nabi Musa.  
Perjalanan dilanjutkan ke langit ketujuh, Beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim. Di 
atas langit ketujuh inilah Rasulullah diperlihatkan Baitul Makmur, sebuah rumah ibadah 
(seperti ka’bah di dunia) para malaikat yang setiap harinya ada 70.000 malaikat yang 
memasukinya yang apabila mereka keluar mereka tidak akan kembali lagi. Letak Baitul 
Makmur persis sejajar dengan letak Ka’bah. Hal ini sesuai dengan haditst Nabi Muhammad 
shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Imam ath-Thabary dari sanad Said bin 
Abi “Arubah dari Qatadah. 
--   95 
  
Kemudian Nabi naik ke Sidratulmuntaha atau al-Mustawa dimana Rasulullah melihat 
daun-daun sidrah yang lebar dengan buah-buahnya yang besar-besar. Dari sidrah itu terbit 
empat aliran sungai, yang dua adalah sungai surga, yang dua lainnya adalah sungai Nil dan 
Eufrat. Kemudian, Nabi disodori tiga buah bejana yang berisi arak, madu dan susu, dan 
Rasulullah memilih susu yang dikomentari Jibril bahwa itulah fithrah yang berarti kesucian.  
Dalam haditsnya Nabi berkata: Kemudian Jibril membawaku ke Sidrat al-Muntaha, 
ternyata daun-daunnya lebar seperti telinga gajah, buah-buahnya besar seperti qullah 
(gentong). Rasulullah melanjutkan: di sekelilingnya berterbangan sekawanan kupu-kupu dari 
emas, sehingga ia berubah menjadi semakin indah dan menawan, tidak seorangpun di antara 
makhluk Allah yang mampu menyifatinya karena sangat indahnya, maka Allah mewahyukan 
kepadaku beberapa hal: Allah wajibkan kepadaku 50 kali Shalat dalam sehari semalam, lalu 
aku turun hingga bertemu Nabi Musa, dan ia bertanya: “Apa yang Allah wajibkan kepada 
ummatmu?” Aku menjawab: “50 kali Shalat dalam sehari semalam”, Musa berkata: 
“Kembalilah ke tempat di mana kamu menerima wahyu dan berdoalah meminta keringanan 
kepada Allah, karena ummatmu tidak kuat melakukannya, aku telah memiliki pengalaman 
dengan Bani Isrâîl tentang ini”.  
Rasulullah berkata: “Maka aku pun kembali ke tempat di mana aku menerima wahyu 
dan aku berdoa: “Ya Allah berilah keringanan untuk ummatku”. Maka Allah mengurangi 
untukku lima kali Shalat, lalu aku kembali kepada Nabi Musa dan aku berkata: “Allah 
meringankan untukku lima kali Shalat”.  
Musa berkata: “Ummatmu tidak kuat melakukan itu, kembalilah ke tempat kamu 
menerima wahyu dan mintalah keringanan”, Rasulullah bersabda: “Maka aku pergi dan 
kembali antara tempatku menerima wahyu dan tempat Musa beberapa kali, hingga akhirnya 
ditegaskan: “Wahai Muhammad, kewajibannya adalah lima kali Shalat sehari semalam, 
pahala masing-masing Shalat adalah sepuluh kali lipat, jadi jumlah pahalanya sebanding 
dengan 50 kali Shalat.  
Barangsiapa berkeinginan melakukan suatu kebaikan lalu tidak mengerjakannya maka 
dihitung satu kebaikan, jika dia mengerjakannya dihitung sepuluh kebaikan. Barangsiapa 
berkeinginan melakukan keburukan dan tidak mengerjakannya, maka tidak akan dicatat 
sebagai keburukan, jika dia mengerjakannya, maka dihitung satu keburukan”. Rasulullah 
melanjutkan: “Lalu aku turun kepada Nabi Musa dan aku memberitahukan hal ini kepadanya, 
maka ia berkata: “Kembalilah ke tempat di mana engkau menerima wahyu dan mintalah 
keringanan”, Rasulullah berkata: “Maka aku menjawab: “Aku sudah berkali-kali memohon 
keringanan kepada Allah hingga merasa malu kepada-Nya”. (HR. Muslim). 
 
b. Keajaiban-Keajaiban Yang Dilihat Rasulullah Dalam Mi’raj 
1. Malaikat Malik, Penjaga Neraka 
Di antara keajaiban yang dilihat oleh Nabi pada malam tersebut adalah Malaikat 
Malik; penjaga neraka. Malik tidak tersenyum kepada Rasulullah, maka Rasulullah 
bertanya kepada Jibril kenapa tidak melihatnya tersenyum kepada Nabi seperti yang lain?, 

  
Jibril menjawab: “Malik belum pernah tersenyum sejak diciptakan oleh Allah, seandainya 
Malik tersenyum kepada seseorang, niscaya ia tersenyum kepadamu”. 
2. al-Bayt al-Ma’mur 
Di langit ke tujuh Rasulullah melihat al-Bayt al-Ma’mur; rumah yang dimuliakan. 
Bagi para malaikat orang-orang  langit, al-Bayt al-Ma’mur seperti halnya Ka’bah bagi 
orang-orang  bumi. Setiap hari al-Bayt al-Ma’mur dimasuki tujuh puluh ribu malaikat yang 
melakukan Shalat di sana, kemudian mereka keluar dan tidak pernah kembali lagi 
selamanya. Hal ini menunjukkan begitu banyak jumlah malaikat dan tidak ada yang 
mengetahuinya kecuali Allah. 
3. Sidrat al-Muntaha 
Sidrat al-Muntaha adalah pohon besar yang sangat indah sehingga tidak ada 
seorangpun yang mampu menyifatinya (menjelaskan keindahannya secara detail), 
dikerumuni kupu-kupu dari emas. Akarnya di langit ke enam dan menjulang tinggi hingga 
ke langit ke tujuh, Rasulullah melihatnya ketika beliau berada di langit ke tujuh. 
4. Surga 
Surga terletak di atas langit ke tujuh dan terpisah darinya. Di surga terdapat 
nikmat-nikmat khusus yang Allah sediakan khusus bagi orang-orang muslim yang 
bertakwa, yaitu nikmat-nikmat yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah 
terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas di benak manusia. Juga ada nikmat-
nikmat umum yang diberikan kepada mereka yang bertakwa dan yang tidak bertakwa, 
nikmat yang sama-sama dirasakan oleh semua orang-orang  surga. 
5.  ‘Arsy 
Kemudian Rasulullah melihat ‘Arsy yang merupakan makhluk Allah yang paling 
besar ukurannya, di sekeliling ‘Arsy terdapat para malaikat yang sangat banyak dan tidak 
ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah. ‘Arsy memiliki tiang-tiang seperti 
tiang ranjang, yang dipikul oleh empat malaikat yang sangat besar bentuknya, dan pada 
hari kiamat dipikul oleh delapan malaikat. Allah menciptakan ‘Arsy untuk menunjukkan 
kekuasaan-Nya dan bukan menjadikannya tempat bagi Dzat-Nya. 
 
6. Rasulullah Melihat Jibril dalam Bentuk Aslinya 
Rasulullah sebelumnya pernah melihat malaikat Jibril untuk kali pertama dalam 
bentuk aslinya di Makkah dan beliau pingsan saat melihatnya. Pada malam Mi’raj, 
Rasulullah kembali melihat malaikat Jibril untuk yang kedua kalinya dalam bentuk 
aslinya, namun beliau tidak pingsan karena keteguhan hati dan kekuatan beliau sudah 
semakin bertambah kuat. 
 
  
D. Pendapat Ulama Kalam Tentang Peristiwa Isra’ Dan Mi’raj 
Disebutkan oleh al Imam al Hafidz Abi Abdillah Muhammad ibn Ishaq ibn Manduh 
(w. 395 H) dalam kitabnya at-Tauhid h. 125, bahwa ulama kalam berbeda pendapat tentang 
peristiwa Isra’ sebagian mengatakan bahwa Isra’ dilakukan dengnan ruh saja dan hanya 
mimpi padahal mereka bersepakat bahwa mimpinya seorang Nabi adalah  haq dan benar, 
mereka ini berargumen dengan firman allah 

 Maknanya: “dan tidaklah aku jadikan mimpi yang aku perlihatkan kepadamu kecuali 
supaya menjadi fitnah bagi para manusia” (al Isra :60) 
Juga mereka berargumen dengan sabda Nabi dalam satu riwayat: 

“Ruh Nabi Tidak pernah berpisah dengan Jasadnya” 
Namun mayoritas ulama seperti  ibn Abbas, Jabir, Anas, Hudzaifah, Umar, Abu 
Hurairah, Malik ibn Sha’ sha’ah, Ibn Mas’ud, ad-Dhohak,  Qatadah, Hasan al Bashri, Ahmad 
ibn Hanbal, dan masih banyak yang lainnya dari kalangan ahli hadits, tafsir, fikh dan kalam 
bersepakat bahwa peristiwa Isra’ adalah peristiwa yang dilakukan oleh jasad dan ruhnya Nabi 
Shallahu ‘alahi wasallam, mayoritas ulama ini membantah argumen sebagian kelompok yang 
mengatakan bahwa peristiwa Isra’ hanya dilakukan oleh ruhnya Nabi dan hanya mimpi 
dengan beberapa dalil berikut: 
Firman allah:  
Ayat ini tidak menunjukkan bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj hanya melalui mimpi karena 
firman allah: 

 
“Maha suci allah yang telah menjalankan hamba-Nya ketika malam” 
Karena dalam bahasa arab kejadian melalui mimpi tidak dikatakan ɾȳȷǷ dan kata al 
Isra’(ǴȄȳȷׁȄ ) itu yaitu : berjalan diwaktu malam dan tentunya itu dilakukan dalam keadaan 
terjaga.  
Sedangkan firman allah:  

 
 “Kecuali menjadi fitnah bagi para manusia” 
--   98 
  
Kata “fitnah” disitu yaitu : cobaan bagi mereka yang berani mendustakan Nabi, dan kata 
tersebut (fitnah) menambah keyakinan bahwa peristiwa Isra’ adalah kejadian yang nyata 
dalam keadaan terjaga yaitu dengan ruh dan jasad Nabi karena kalau peristiwa tersebut 
dengan mimpi tentunya tidak akan menjadi fitnah bagi manusia dan tidak ada yang 
mendustakan Nabi karena itu melalui mimpi, apalagi dikuatkan dengan ayat yang lain dalam 
tafsir al-Qurthubi yang menceritakan tentang  Mi’raj bahwa peristiwa itu memang nyata: 
ͽΎ˴ϣ  ˴ύ΍˴ί  ˵ή˴μ˴Β˸ϟ΍ Ύ˴ϣ˴ϭ ώ˴ρ Իଉϯ ˺̀ ͼ 
Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) 
melampauinya. 
Sedangkan perkataan Sayidah ‘Aisyah:  “Ruh Nabi Tidak pernah berpisah dengan 
Jasadnya”  al Imam al Qurthubi mengatakan bahwa ketika kejadian Isra’ dan Mi’raj beliau 
masih kecil. 
Begitu juga Hadits yang diriwayatkan Sayidah ‘Aisyah: “Ketika saya tidur”  menurut al 
Imam al Qadhi ‘Iyadh dalam kitab as-syifa  juz1 h.194 tidaklah Tsabit (berdasar) dari 
baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam. 
Dalam kitab at-Tauhid h. 125 juga disebutkan bahwa Allah maha kuasa atas perkara yang 
menurut kita mustahil bukankah dengan kuasa Allah salah satu ulama dimasa Nabi Sulaiman 
mampu memindah istana ratu Bilqis dari jarak yang sangat jauh dalam sekejap mata! 
 
E. Hikmah Perjalanan Isra’ Dan Mi’raj Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam 
1. Pengakuan Keagungan Allah 
Peristiwa isra’ dan mi’raj membuktikan bahwa manusia dengan kekuasaan Allah 
dan kebesaran dan pertolonganNya dapat melakukan sesuatu yang tidak mungkin, sebab 
Allah Maha Kuasa, sebagaimana perjalanan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam 
dari Makkah ke bumi palestina, dan naik ke langit ke tujuh dan kembali lagi hanya 
dilakukan dalam masa yang sangat singkat. 
2. Penguasaan Sumber Daya Alam 
Baitul maqdis adalah tempat bumi nabi-nabi di antaranya adalah nabi daud, nabi 
yang mempunyai kekuasaan dan mempunyai kepandaian dalam industri besi, dan juga 
nabi Sulaiman, nabi yang mempunyai kekayaan dan mempunyai kepandaian dalam 
komunikasi (bahasa ). Baitul maqdis adalah lambang kekuasaan dan kekayaan, sedangkan 
Masjidil haram adalah lambang kesucian. Dengan Isra’ Mi’raj berarti seorang muslim 
harus dapat menguasai dunia dan seluruh permukaan bumi sehingga mempunyai 
kekuasaan dan kekayaan sebagaimana nabi daud dan nabi Sulaiman, tetapi semuanya itu 
dilakukan dengan penuh kesucian dan untuk menghambakan diri kepada Allah ta’ala. 
3. Kesucian Diri, Kekuatan Iman Dan Pengetahuan  
Sebelum nabi Muhammad berangkat, maka hati beliau dibasuh dan diisi dengan 
iman, ini memberikan pelajaran kepada umat manusia agar sebelum melakukan perjalanan 

  
di muka bumi, sebelum berikhtiar untuk menguasai dunia, perlu pembersihan hati dan 
pengisian hati dengan iman dan niat yang benar. 
 4. Penguasaan Teknologi. 
Setelah nabi pandai memilih, dan bersih hatinya, maka nabi naik kenderaan buraq 
menuju ke Baitul maqdis. Buraq adalah lambang teknologi, alat untuk menguasai dunia, 
menjadi khalifah Allah. Untuk berjalan yang jauh diperlukan kenderaan yang cepat seperti 
kilat, maka makna bouraq adalah kilat, dan untuk naik ke langit diperlukan tangga, maka 
nabi naik dengan mi’raj (secara bahasa mi’raj berarti tangga). Penguasaan alam, 
penjelajahan bumi tidak mungkin tercapai tanpa dengan memakai alat sebab itu 
merupakan sunnatullah. Kejayaan di atas bumi dengan alat dan teknologi, dan kejayaan 
akhirat juga dengan amal ibadah, seperti shalat maka shalat adalah mi’raj bagi seorang 
mukmin. 
5. Memimpin Dalam Segala Bidang. 
Dalam Isra’ mi’raj nabi Muhammad diangkat sebagai imam shalat dengan seluruh 
nabi yang lain menjadi makmum. Ini menggambarkan seorang muslim sepatutnya dengan 
isra’ mi’raj dapat menjadi pemimpin dalam segala bidang, pemimpin segala zaman, dan 
pemimpin dunia akhirat. Seorang muslim harus dapat membuktikan dirinya lebih baik dan 
lebih cemerlang dari yang lain. Setiap muslim sepatutnya menjadi imam baik dalam 
bidang spiritual, imam dalam ekonomi, imam dalam ilmu pengetahuan, imam dalam 
teknologi, imam dalam seluruh bidang kehidupan. 
6. Konsultasi Dengan Yang Berpengalaman. 
Nabi Muhammad setelah menerima perintah shalat berkonsultasi dengan nabi 
Musa sebab nabi Musa lebih dahulu berpengalaman dengan umatnya, dan nabi 
Muhammad menerima arahan dan nasehat dari nabi Musa.  
7. Menjadikan Shalat Sebagai Inti Kehidupan. 
Dalam isra’ mi’raj nabi diwajibkan shalat dalam sehari semalam, sehingga segala 
kesibukan dunia, harus dapat ditujukan untuk penyembahan dan ibadah kepada Allah, 
sebab shalat itu diwajibkan dari pagi sampai malam dalam waktu yang berlainan, sehingga 
setiap saat manusia harus tetap berhubungan, bermunajat, meminta perlindungan dan 
petunjuk dari Allah. Kesibukan kerja, kehidupan dunia, tidak boleh melupakan kewajiban 
kepada Allah, dan seluruh kekuasaan, kekayaan, harus dapat menjadi ibadah kepada Allah, 
sebagaimana dicontohkan oleh nabi Daud, walaupun dia menguasai dunia dengan 
teknologi besi, akan beliau selalu ingat kepada Allah. 

 
1. Kematian 
a. Pengertian Mati 
Dari segi ke-bahasaan, istilah kata mati (al-maut) memiliki korelasi yang sama 
dengan istilah pancaindera, akal dan lain-lain. Korelasi ini mengandung pemahaman 
bahwa, kematian yang dimaksud berarti telah kehilangan kekuatan atau kemampuan 
untuk hidup; dan ini sama seperti seseorang telah kehilangan sejumlah organ tubuh, 
yang menyebabkan seseorang tidak dapat merasakan atau melihat sesuatu.  
Kematian menurut al Ghazali berarti perubahan keadaan, dan bahwa setelah 
kematian jasad, ruh manusia tetap hidup dan merasakan siksaan ataupun kebahagiaan. 
Maka, perpisahan ruh dengan jasad adalah bahwa ruh sama sekali tidak lagi efektif bagi 
jasad. Karena itu, jasad pun tak lagi tunduk pada perintah-perintahnya. Mati adalah 
lawan kata hidup (al Hayat). Hidup dan mati adalah kehendak Allah sebagaimana ikrar 
kita setiap shalat dalam doa iftitah. 
Al-Qur’an menunjukkan bahwa setiap makhluk yang bernyawa (ruh) pasti 
mati, bahkan alam dunia pun akan diakhiri dengan mati (kiamat). Oleh karena itu, 
kematian adalah suatu kepastian, dan tiada satu pun yang dapat melarikan diri 
daripadanya; dan bahkan mati yang akan mendatanginya. Mati menjadi titik pemisah di 
antara dua perkara, yakni masa, keadaan dan kehidupan dunia menuju kepada masa, 
keadaan dan kehidupan akhirat yang abadi. la bertindak sebagai pintu ke alam akhirat. 
 
b. Anjuran Mengingat Mati  
 
Nabi Muhammad sering mengingatkan kita untuk selalu mengingat 
mati karena itu akan menambahkan rasa takut kita seandainya mati dalam 
keadaan yang tidak diridlai Allah sehingga kita sekuat tenaga untuk 
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam sabdanya 
beliau bersabda: 
yaitu :: “Perbanyaklah mengingat pemisah kenikmatan (kematian)” .   
Menurut al Ghazali bahwa manusia terbagi menjadi tiga golongan; 
pertama, orang yang terlena dengan dunianya, kedua, orang memulai untuk 
bertaubat dan ketiga, orang yang arif tentang hakekat kematian. Orang yang 
terlena dengan dunianya tidak pernah mengingat kematian. Jika diingatkan 
dengan kematian maka akan semakin menjauhkan dirinya dari  ketaatan. 
Adapun orang memulai bertaubat akan ingat kematian karena rasa takut 
yang menghantuinya jikalau ia mati sebelum sempurna taubatnya. orang 
semacam ini biasanya takut akan kematian. Sedangkan orang yang arif akan 
selalu ingat mati dan dia siap menghadapi kematian. Seakan-akan kematian 
 
  
merupakan penantian yang ia tunggu-tunggu. Kematian menjadikannya 
terbebas dari dunia yang membelenggunya.  
Dunia ibarat sebuah penjara bagi orang yang beriman yaitu : ia 
akan terus menerus berada dalam situasi dan kondisi yang sulit akan 
menyiksa jiwanya karena perjuangannya dan penolakannya terhadap 
nafsunya sendiri. Sayyidina Ali berkata:  

yaitu :: “Dunia ini akan berlalu ( sirna) dan akhirat akan menghadap (datang) dan 
setiapa masing-masing mempunyai pengikut maka jadikanlah diri kalian sebagai 
pengikut akhirat dan jangan jadi pengikut dunia, sekarang (didunia) adalah tempat 
beramal belum ada hisab dan besok (diakhirat) tempat hisab tidak ada amal” (HR. al 
Bukhari). 
 
c. Sakaratul maut  
 
Sakaratul maut adalah rasa sakit yang menyerang jiwa dan menjalar 
keseluruh bagian jiwa sehingga tidak akan ada lagi satu pun bagian jiwa yang 
terbebas dari rasa sakit itu, sakit dari sakaraul maut akan menghujam ke jiwa 
dan menyebar keseluruh anggota badan dan orang yang sekarat  akan 
merasakan sendiri dirinya ditarik-tarik dan dicabut dari setiap urat saraf, 
persendian dan dari tiap akar rambut di kaki dan kepala . Rasulullah bersabda: 

yaitu :: ”Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang’ (HR.at  
Tirmidzi) 
Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang 
dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-
kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut 
padanya dan meninggalkan yang tersisa”. 
 
2. Alam kubur atau barzakh 
a. Kebenaran Adanya Alam Kubur 
Termasuk perkara yang dibawa Nabi dan wajib kita mengimaninya, Allah ta’ala 
berfirman: 
yaitu :: “Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari 
terjadinya kiamat (dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'awn dan kaumnya ke 
dalam ‘adzab yang sangat keras" (Q.S. Ghafir: 46) 
Para ulama menafsirkan ayat ini tentang adanya alam kubur karena ketika di dunia 
orang-orang kafir tidak ada yang diperlihatkan kepadanya api yang menakutkan setiap hari 
dua kali yaitu pagi dan sore bahkan keadaan mereka sebaliknya, kebanyakan mereka 
diberi rizki oleh Allah dengan dunia yang banyak, dan tidak mungkin diperlihatkannya api 
ini ketika hari kiamat karena ada kata “ketika terjadi hari kiamat” bearti kalau di dunia dan 
di akhirat tidak diperlihatkan api kepada mereka maka itu menandakan terjadinya adalah 
di antara dunia dan akhirat yaitu alam barzakh atau alam kubur. 
Al Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Abu Dawud dan an-Nasa`i telah meriwayatkan 
dari Ibn ‘Abbas: (suatu ketika) Rasulullah melewati dua kuburan, maka beliau bersabda:  

yaitu :: “Sungguh, keduanya sedang disiksa dan keduanya tidak disiksa karena dosa 
yang besar dalam anggapan banyak orang”. Rasulullah bersabda: “(Padahal 
sesungguhnya dosa tersebut adalah dosa besar), iya (keduanya adalah dosa besar). Salah 
seorang di antara keduanya selalu menebarkan namimah (mengadu domba) dan yang lain 
tidak menjaga dari air kencingnya”.  
 
b. Keadaan alam kubur  
Kehidupan di alam barzah sementara waktu, yaitu hingga datangnya hari kiamat. 
Sebab setelah datangnya hari kiamat nanti akan ada kehidupan lagi yaitu kehidupan di 
alam akhirat. Di dalam hadits Nabi menegaskan bahwa alam kubur merupakan tahap 
pertama menuju alam akhirat. Alam kubur bisa juga sebagai taman surga atau lubang 
neraka, seseorang yang selamat melewati tahap pertama itu untuk tahap selanjutnya bakal 
lebih ringan, tetapi jika melalui tahap pertama tidak selamat, untuk tahap selanjutnya akan 
semakin berat. 
Sabda Rasulullah : 

yaitu ::‘’Sesungguhnya alam kubur merupakan tahap pertama menuju alam akhirat. 
Apabila seseorang selamat melewati tahap pertama, maka untuk tahap selanjutnya bakal 
lebih ringan. Namun jika tidak selamat melewati tahap pertama, maka untuk tahap 
selanjutnya akan lebih dahsyat.’’ (H,R. Tirmidzi) 
Sabda Rasulullah yang lain; 

yaitu ::“Bahwasanya kubur itu merupakan satu taman dari taman-taman surge, atau 
merupakan satu lubang dari lubang-lubang neraka.” 

c. Kembalinya ruh ke jasad 
Dan ketahuilah bahwa telah diriwayatkan secara tsâbit dalam hadits-hadits yang 
shahih tentang kembalinya ruh ke jasad di dalam kubur seperti hadits al Barâ` bin ‘Âzib 
yang diriwayatkan oleh al Hakim, al Bayhaqiyy dan Abu ‘Awanah dan dinilai shahih oleh 
beberapa hafizh hadits, juga hadits Ibn ‘Abbas yang marfû’:  


yaitu :: “Tidaklah ada seorangpun yang berjalan melewati kuburan saudara muslimnya 
yang ia kenal di dunia, lalu mengucapkan salam kepadanya kecuali dia mengenalnya dan 
menjawab salamnya” (H.R. Ibn ‘Abdil Barr dan ‘Abdul Haqq al Isybîliyy dan beliau 
menilainya shahih) 
Hal yang disebutkan dalam hadits ini meniscayakan kembalinya roh ke badan 
seluruhnya dan inilah zhâhir hadits tersebut atau ke sebagian badannya. Kembalinya 
kehidupan ke jasad di kubur, ini semakin bertambah kuat terjadi bagi para nabi. Karena 
telah diriwayatkan dalam hadits Anas dari Nabi shallallahu ‘alahi wasalam, ia bersabda: 
yaitu :: “Para nabi itu hidup dalam kubur mereka, mereka mengerjakan shalât” (Dinilai 
shahîh oleh al Bayhaqiyy dan disetujui oleh al Hâfizh Ibn Hajar) 
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwa Rasulullah Saw berbicara tentang dua malaikat 
penanya di kubur, lalu ‘Umar bin al Khaththâb Ra bertanya: “Apakah akal kami 
dikembalikan kepada kami, wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Iya, seperti keadaan 
kalian sekarang ini”. ‘Abdullah bin ‘Amr berkata: “Maka ‘Umar-pun terdiam”. hadits ini 
diriwayatkan oleh Ibn Hibban dan beliau menilainya sahîh. 
d. Pertanyaan malaikat dan siksa kubur 
Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas dari Nabi shallallahu ‘alahi 
wasalam bahwa ia bersabda: 

yaitu :: “Sesungguhnya seorang hamba ketika diletakkan di dalam kuburnya dan para 
sahabatnya telah berpaling darinya dan ia-pun mendengar suara sandal mereka ketika 
mereka meninggalkan tempat, maka datang kepadanya dua malaikat lalu 
mendudukkannya seraya berkata: Apa yang kamu katakan tentang laki-laki ini, 
Muhammad?. Orang mukmin -yang sempurna imannya- menjawab: Aku bersaksi bahwa 
dia adalah hamba dan utusan Allâh. Kemudian dikatakan kepadanya: Lihatlah 
tempatmu di neraka, Allâh telah menggantinya dengan tempat di surga, maka ia melihat 
dua-duanya. Sedangkan orang kafir atau munâfiq, dia menjawab: Aku tidak tahu, dahulu 
aku berkata seperti yang dikatakan orang tentangnya, kemudian dikatakan kepadanya: 
Kamu tidak tahu kebenaran, kemudian dia dipukul dengan palu dari besi di antara 
kedua telinganya dan dia pun menjerit dengan jeritan yang didengar oleh semua yang 
ada di sekitarnya kecuali manusia dan jin”.  (H.R. al Bukhari dan Muslim) 
  Hadits ini menjelaskan bahwa pertanyaan malaikat munkar dan nakir adalah 
suatu kebenaran dan orang yang tidak bisa menjawab pertanyaan kedua malaikat tersebut 
akan disiksa dengan pukulan. Meskipun begitu ada sebagian aliran yang mengingkari 
adanya siksa kubur, di antaranya aliran Mu’tazilah dan ibadiyah. Salah seorang pembesar 
Mu’tazilah bernama Dharar ibn Umrah al Ghathafani di antara yang mengingkari siksa 
kubur. Sedangkan kelompok Ibadhiyah mereka terbagi menjadi dua bagian: sebagian ada 
yang mengakui siksa kubur sebagian lain tidak mengakuinya. Mereka yang mengingkari 
siksa kubur berdalih bahwa orang yang mati akan hancur dan menjadi tanah atau 
sebagaimana yang matinya kebakar atau dimangsa hewan buas maka tidak akan disiksa. 
Sebagaimana sebagian mereka juga berdalih bahwa hadits-hadits tentang siksa kubur 
adalah hadits ahad dan hadits ahad tidak bisa digunakan sebagai hujjah dalam hal ini. 
e. Nikmat kubur 
Dalam kitab Shahih ibn Hibban juz 5 hal.: 50 disebutkan dari Abu Hurairah dari 
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalallam bahwa beliau bersabda: 

yaitu ::“Sesungguhnya orang mukmin didalam kuburnya akan seperti taman yang hijau 
dan kuburannya akan diluaskan tuju puluh dzira (hasta)  dan akan terang benderang 
seperti terangnya malam pada waktu bulan purnama”. 
Dalam Hadits tesebut menjelaskan bahwa allah akan memberikan kenikmatan 
dikuburan berupa diluaskannya kuburannya sampai tuju puluh dzira (hasta) bagi orang 
yang bertakwa kepada allah yaitu orang mukmin yang menjalankan perintah allah dan 
menjauhi larangan-Nya dan selainnya seperti orang yang mati syahid tidak dalam 
keadaan bertakwa, dan sebagian yang lain diberi kenikmatan diluaskannya kuburan 
sebatas mata memandang, dan sebagian orang mukmin juga diberikan kenikmatan 
berupa disinari kuburannya seperti sinar yang ada dimalam bulan purnama, dan masih 
banyak yanglaiinya nikmat yang akan diterima oleh orang mukmin dikuburan seperti 
mencium bau surga. Dan dikecualikan dari pertanyaan kubur: para nabi allah, orang-
orang yang mati syahid dalam peperangan dan anak kecil yang meninggal sebelum 
baligh.  
3. Hikmah Kematian dan Alam Kubur 
Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari kematian dan alam kubur untuk kita 
renungkan dan mempersiapkan diri sebelum ajal menjemput. Di antaranya yaitu: 
 
  
1. Mensyukuri nikmat hidup dengan menyembah Allah semata, Dzat yang telah 
memberikan kita kehidupan. 
2. Menjadikan dunia sebagai ladang amal untuk bekal akhirat karena kehidupan dunia 
hanya sementara sedangkan kehidupan di akhirat bersifat abadi. 
3. Selalu berfikir dan mengingat kematian dengan meningkatkan ketaqwaan agar jika 
seandainya ajal menjeput maka ia telah siap dengan amal ibadah. 
4. Meluangkan waktu untuk ziarah kubur agar kita selalu ingat mati dan tidak terlena 
dengan kenikmatan duniawi. 
5. Mengambil pelajaran dari kematian orang lain bahwa kita akan merasakan hal yang 
sama; sakratul maut, diantarkan jenazah kita ke liang kubur dan pertanyaan malaikat 
munkar dan nakir. 
6. Memperbanyak amal ibadah yang pahalanya akan terus mengalir meskipun kita telah 
meninggal dunia.  
 

  
Mungkin di antara kita pernah mengetahui, melihat, mendengar dan 
bahkan merasakan bencana alam, seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami, 
banjir dan lain-lain. Apakah pemandangan yang terekam dalam pikiran kita ketika 
bencana tersebut terjadi?. Suasana mencekam, manusia kalang kabut 
menyelamatkan diri, bangunan porak poranda, mayat bergelimpangan di sana 
sini, isak tangis dengan histeris terdengar dimana-mana. Namun, kebanyakan 
manusia hanya menganggap bencana alam sebagai suatu musibah biasa. Allah 
telah menegur atau mengingatkan kita dengan adanya bencana alam tersebut, agar 
kita memahami bahwasannya hal tersebut merupakan tanda-tanda terkecil dari 
hari kiamat. Masih ada yang lebih dahsyat dari itu semua yaitu kiamat. 
 
 
 

1. Pengertian kiamat 
 
Hari kiamat secara bahasa berarti hari kebangkitan, karena manusia ketika itu 
dibangkitkan. Adapun menurut istilah hari kiamat adalah hari dibangkitkan manusia dari 
alam kubur untuk digiring ke padang makhsyar dan mempertanggung jawabkan semua amal 
ibadahnya (hisab).  
Jadi menurut pengertian tersebut bahwa hari kiamat dimulai dari dibangkitkannya 
manusia dari alam kubur. Allah membangkitkan jasad manusia yang masih utuh tidak 
dimakan oleh tanah dan jasad yang sudah hancur lebur dimakan tanah. Semuanya 
dibangkitkan dan digiring ke padang makhsyar. Disebutkan dalam beberapa hadits yang 
shahih bahwa padang makhsyar yang dimaksud adalah daratan Syam. Ketika itu matahari di 
dekatkan di atas kepala dan semuanya mengalami kegelisahan yang berat kecuali orang-
orang mukmin yang bertaqwa. Mereka dikumpulkan untuk mempertanggung jawabkan amal 
perbuatannya di dunia. Segala kebaikan dan keburukannya ditimbang. Kiamat berakhir 
setelah menetapnya orang-orang  surga di surga dan orang-orang  neraka di neraka. 
Sebagian ulama mendefinisikan hari kiamat dengan hancurnya dunia ini secara total 
tidak ada lagi kehidupan. Pengertian ini merujuk pada penamaan hari kiamat dengan nama-
nama yang terdapat di dalam al-Qur’an seperti al-Qari’ah, az-Zalzalah, al-Waqi’ah, al-
Qiyamah, al Haqqah dan masih banyak lagi. Selain itu hari kiamat di dalam al-Qur’an juga 
disebutkan dengan nama-nama yang lain seperti hari akhir, hari hisab, hari pembalasan, hari 
perkumpulan dan lain-lain.  
 
2. Tanda-tanda kiamat 
Perlu kita ketahui bahwa kiamat tidak akan terjadi hingga muncul tanda-tandanya, 
para ulama membagi tanda-tanda kiamat menjadi dua, tanda kiamat sughra (kecil) dan tanda 
kiamat kubra (besar). Berikut ini penjelasan ringkas tentang tanda-tanda tersebut: 
a. Tanda Kiamat sughra (kecil) 
1. Orang-orang yang tadinya miskin berubah menjadi kaya dan berlomba-lomba dan 
menyombongkan diri dengan mendirikan bangunan-bangunan yang tinggi dan 
mentereng. 
2. Banyaknya gunung yang meletus.  
3. Banyaknya penyakit yang belum diketahui sebelumnya. 
4. Banyaknya orang yang mengaku Nabi. 
5. Banyaknya penceramah yang menyesatkan (tidak berilmu). 
6. Musim berubah dan tidak menentu, yang seharusnya musim dingin menjadi musim 
panas dan sebaliknya. 
7. Menyebarnya kebodohan tentang agama. 
8. Pembunuhan merajalela dimana-mana. 
9. Banyaknya kedhaliman dan waktu terasa cepat. 
10. Pasar berdekatan dan ada dimana-mana. 
11. Masih banyak tanda-tanda kiamat yang kecil, kemudian diakhiri dengan muncul 
Imam Mahdi. 
Nabi Muhammad telah bersabda dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Ibn Hibban 
dalam kitab Sahihnya, Abu dawud dalam kitab Sunannya, at Tirmidzi dalam kitab Jami’nya, 
al Hakim dalam kitab Mustadraknya dari haditsnya Abdullah ibn Mas’ud bahwa Nabi 
Muhammad bersabda: 

yaitu :: “ Kiamat tidak akan terjadi sehingga manusia memiliki seseorang dari keluarga 
keturunanku, namanya seperti namaku nama ayahnya sama dengan nama ayahku dia akan 
memenuhi (menguasai) dunia dengan keadilan”. (HR. Ibn Hibban, Abu Dawud, at-Tirmidzi 
dan al-Hakim) 
 
Dalam pandangan ahlus sunnah, Imam Mahdi adalah seorang keturunan ahlul bait 
yang namanya sama dengan nama Nabi Muhammad dan nama ayahnya juga sama yaitu 
Abdullah. Sebagian berpendapat bahwa Imam Mahdi bukan keturunan Rasulullah, tak heran 
menurut pendapat ini telah muncul banyak orang yang mengaku dirinya Imam Mahdi.  
Berbeda dengan syiah yang berpendapat bahwa imam Mahdi adalah salah satu dari 
imam-imam mereka. Dalam kalangan syiahpun ada perbedaan pendapat di antara mereka. 
Terdapat tiga golongan utama tentang sosok Imam Mahdi dalam Syiah: 
Pertama, kelompok Kaisaniyah yang menganggap bahwa Muhammad bin Hanafiah, putra Ali 
bin Abi Thalib adalah Imam Mahdi. Kedua, Syiah Ismailiyah as-Sab’iyyah (Syiah tujuh 
imam), menganggap bahwa  Isma’il bin Jafar as-Sadiq sebagai  Imam Mahdi. Ketiga, Syiah 
Dua Belas (Syiah Imamiyah), yang menganggap Muhammad Al-Muntazar bin hasan Al-
Askari, imam yang ke-12 sebagai Imam Mahdi. Akan tetapi, menurut penganut Syiah Dua 
Belas ini, pada tahun 329 H, sosok imam mereka itu digaibkan oleh Allah dari alam nyata.  
Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Imam Mahdi akan muncul dari kota 
madinah kemudian beliau menuju Mekkah. Ketika itu ada seribu malaikat yang 
menyertainya, membantu dan melindunginya.Di Mekkah sudah beliau sudah ditunggu tiga 
ratus wali, merekalah orang-orang yang pertama kali membai’at Imam Mahdi sebagai 
Khalifah dimuka bumi ini. Kemudian datang bala tentara yang ingin menyerangnya akan 
tetapi dengan kuasa Allah bala tentara tersebut sebelum sampai ke Mekkah yaitu tempat di 
antara Mekkah dan Madinah akan ditenggelamkan ke bumi. Setelah itu beliau datang ke 
daratan Syam. Di masa Imam Mahdi akan terjadi kelaparan dimana-mana, orang-orang 
Mukmin yang sempurna imannya mereka tidak akan merasa lapar karena mereka merasa 
kenyang dengan selalu bertasbih dan berdizikir.  
 
b. Tanda kiamat kubra 
Para ulama berbeda pendapat terkait urutan terjadinya tanda-tanda kiamat, karena dari 
sekian banyak hadits tidak ada yang secara explisit menjelaskan urutan tanda-tanda kiamat 
kubra. Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya īmengatakan, tanda-tanda kiamat kubra (besar) 
yang disebutkan secara bersamaan di dalam beberapa hadits tidak sama urutannya. Di antara 
hadits shahih yang menyebutkan tanda-tanda kiamat kubra yaitu sabda Rasulullah:  

yaitu :: “Dari Hudzaifah bin Asid Al-Ghifari berkata, Rasulullah menghampiri kami saat 
kami tengah membicarakan sesuatu. Ia bertanya, ‘Apa yang kalian bicarakan?’ Kami 
menjawab, ‘Kami membicarakan kiamat.’ Ia bersabda, ‘Kiamat tidaklah terjadi sehingga 
kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya.’ Rasulullah menyebut munculnya kabut, 
Dajjal, binatang (ad-dābbah), terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam, 

  
Ya’juj dan Ma’juj, tiga kejadian terbelahnya bumi; di bagian timur, bagian barat dan di 
jazirah Arab dan yang terakhir adalah api muncul dari Yaman menggiring manusia menuju 
tempat perkumpulan mereka (makhsyar),” (HR. Muslim). 
Tanda-tanda kiamat dalam hadits ini disebut sebagai tanda-tanda kiamat kubra. Ada 
sepuluh tanda kiamat yang disebutkan dalam hadits ini, yaitu: 
1. Munculnya kabut (dukhan) 
2. Munculnya Dajjal 
3. Munculnya Dabbah (hewan yang keluar dari sebuah lubang di bukit Shafa) 
4. Terbitnya matahari dari barat. 
5. Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj 
6. Turunnya Isa bin Maryam; 
7. Terbelahnya bumi dibagian timur 
8. Terbelahnya bumi dibagian barat 
9. Terbelahnya bumi di jazirah Arab. 
10. Munculnya api dari Yaman kemudian menggiring manusia menuju arah barat.  
3. Di antara tanda-tanda kiamat kubra 
a. Dajjal 
Kata Dajjal merupakan shighah mubalaghah dari kata dajjala, yang yaitu : 
pembohong besar. Secara terminologis, dajjal diartikan sebagai orang yang menutupi 
sesuatu karena ia telah telah menutupi kebenaran dan orang yang paling berdusta. Para 
pendusta atas nama agama, sering disebut dengan istilah kadzzab atau dajjal. Sebagaimana 
kata dajjal, kata al masih juga berarti pendusta, sebagian menyebutkan bahwa arti al masih 
adalah orang yang dibutakan matanya atau orang yang buta sebelah matanya atau orang 
selalu berpergian di muka bumi. 
Dajjal adalah manusia dari anak turun Nabi Adam, riwayat yang kuat dia berasal 
dari Bani Israil. Salah satu matanya keluar bagaikan biji anggur sedangkan mata yang 
lainnya buta, karenanya ia disebut a’war. Sekarang ia berada di Jazirah Arab dibelenggu 
oleh malaikat di sana. Salah seorang sahabat bernama Tamim bin Aus ad Dari pernah 
melihat ketika ia bersama sahabat yang lain terdampar di sebuah pulau. Kejadian ini 
diceritakan kepada Rasulullah dan beliau membenarkan bahwa orang tersebut adalah 
Dajjal. 
Banyak keanehan muncul pada diri Dajjal dan semua itu adalah fitnah. Ia bisa 
mengelilingi bumi dalam waktu yang singkat. Hampir seluruh dunia ia jelajahi kecuali 
Makkah dan Madinah. Setiap kali Dajjal ingin masuk Madinah maka ia dapatkan pada 
setiap jalan menuju Madinah malaikat yang membawa pedang terhunus maka Dajjalpun 
lari. Ketika Dajjal memasuki perkampungan orang-orang mukmin dan mereka 
mengingkarinya maka Dajjal mengatakan kepada langit: “Jangan engakau turunkan 
--   120 
  
hujanmu”, maka daerah tersebut akan mengalami kemarau yang ekstrim. Sebaliknya jika 
orang-orang  daerah tersebut mengimani Dajjal maka ia mengatakan kepada kepada langit 
untuk turun hujan. 
Ada beberapa riwayat hadits sahih yang menjelaskan tentang Dajjal. Di 
antaranya, hadits riwayat Abdullah ibnu Umar radliyallahu ‘anhuma, beliau berkata: 
“Rasulullah berdiri di depan para sahabat, maka Rasulullah memuji Allah yang memang 
ahlinya, kemudian beliau menuturkan tentang Dajjal, kemudian berkata: ‘Aku 
mengingatkanmu dan tidaklah diutus seorang nabi kecuali mengingatkan kaumnya, tetapi 
akan aku katakan padamu perkataan yang tidak pernah dikatakan oleh para nabi kepada 
kaumnya. Sesungguhnya Dajjal itu bermata satu dan sesungguhnya Allah tidak bermata 
satu, (Maha melihat)” (HR. Bukhari dan Muslim).  
Dalam hadits yang lainnya yang diriwayatkan oleh ‘Ubadah bin ash-Shamit 
Radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 
 
yaitu :: “Sesungguhnya Dajjal adalah seorang laki-laki, pendek, jarak antara kedua 
betisnya berjauhan, keriting, buta sebelah, mata yang terhapus tidak terlalu menonjol, 
tidak pula terlalu ke dalam, maka jika dia melakukan kerancuan (mengaku sebagai 
Rabb) kepadamu, maka ketahuilah sesungguhnya Rabb kalian tidak buta sebelah,” (HR. 
Abu Dawud).  
 
b. Turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam 
Di antara tanda kiamat kubra adalah turunnya Nabi Isa sebagaimana disebutkan 
dalam firman Allah QS. Az Zuhruf: 61. Di dalam hadits yang shahih disebutkan: 
 
   
yaitu :: “Demi Allah yang jiwaku ada pada kekuasaan-Nya, hampir tidak lama lagi Isa 
putra Maryam akan turun kepada kalian sebagai hakim yang adil, dia menghancurkan 
palang salib, membunuh babi, membatalkan hukum bayar jizyah, harta melimpah ruah  
sampai tidak ada seorangpun yang menerimanya bahkan satu rakaat shalat bagi mereka 
(orang-orang mukmin) lebih baik dari pada dunia beserta isinya.” (HR. al Bukhari) 
 Hadits di atas menjelaskan bahwa turunnya Nabi Isa tidak lama lagi, mengisyaratkan 
bahwa kiamat sudah dekat. Beliau menegakkan keadilan, menghancurkan salib, tidak 
menerima dari orang kafir jizyah, maksudnya orang kafir yang mau tunduk kepada Nabi Isa 
harus masuk Islam tidak ada pilihan lain.  
Menurut riwayat lain dari hadits al-Bukhari dan Muslim, bahwa Nabi Isa 
‘alaihissalam akan turun dekat menara putih di Damascus. Sekarang telah ada dua Menara 
putih di sebelah tinur kota Damaskus. Beliau turun memakai dua pakaian berwarna, 
berpegang pada sayap dua malaikat. Apabila menundukkan kepala, hujan pun turun, dan 
apabila beliau menengadahkan kepala, berjatuhan darinya biji-biji perak bagaikan mutiara. 
Setiap orang kafir yang mencium baunya langsung mati. Bau napasnya tercium sejauh mata 
memandang. Maka dicarinya Dajjal sampai bertemu di pintu gerbang kota Lud (sebuah kota 
dekat Baitul Maqdis), disitu beliau membunuh Dajjal. Kemudian Isa bin Maryam mendatangi 
kaum yang dipelihara Allah dari kejahatan Dajjal. Maka beliau mengusap wajah mereka dan 
mengabarkan kepada mereka tentang kedudukannya di surga. Beliau akan mengerjakan haji 
--   121 
  
dan umrah dari jalan Fajjurauha’, dan beliau datang membawa syari’at Nabi Muhammad. 
Nabi Isa berada di bumi selama 40 tahun kemudian beliau wafat. 
 
c. Ya’juj dan ma’juj 
Mayoritas ulama meyakini bahwa Ya’juj dan  Ma’juj adalah dua kaum yang akan 
muncul pada saat mendekati hari kiamat nanti. Mereka ini akan membuat kejahatan, 
pembunuhan dan kerusakan di muka bumi ini. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al Kahfi: 
92-99. 
Ya’juj wa Ma’juj adalah manusia dari keturunan Nabi Adam yang berasal dari dua 
kabilah, mereka semua adalah orang-orang kafir, sedangkan tempat mereka (keberadaan 
mereka) tidak diketahui oleh manusia (tersembunyi), mereka tidak akan melihat manusia dan 
tidak akan mendatanginya begitu juga manusia tidak akan datang kepada mereka, dulu ada 
orang yang bernama as-Sha’bu dan bergelar Dzul qurnain dia termasuk wali Allah. Allah 
anugerahkan kepada dia kemampuan untuk membuat benteng perlindungan sehingga mereka 
(Ya’juj wa Ma’juj) tidak mampu untuk menganggu manusia lainnya.beliau bisa pergi dari 
ujung dunia timur menuju dunia paling barat dengan dibawa angin, mampu membuat benteng 
yang kokoh dan tinggi yang tidak mampu didaki atau dipanjat orang biasa dan benteng 
tersebut  terbuat dari timah yang dilelehkan. 
Dzul Qarnain mengurung Ya’juj wa Ma’juj dibalik benteng yang ada diantara dua 
gunung sehingga mereka tidak akan mampu keluar sampai batas waktu yang Allah tentukan. 
Setiap hari mereka berusaha melobangi benteng tersebut untuk bisa keluar dengan 
memahatnya akan tetapi keesokan harinya ketika ingin melanjutkan pahatan, mereka 
mendapatkan tempat yang dipahat sudah kembali seperti sedia kala dan hal ini mereka ulangi 
setiap hari.  
Pada masa  Ya’juj dan Ma’juj  akan terjadi kelaparan kemudian mereka akan 
melewati danau Tiberia yang ada di palestina dan miminumnya sampai habis, karena jumlah 
mereka sangat banyak sehingga umat Islam tidak berani untuk melawannya. Sampai pada 
akhirnya Nabi Isa alaihissalam mengajak orang-orang muslim untuk mengungsi ke gunung 
Thur dan berdoa di sana supaya Allah memberikan pertolongan kepada mereka dan 
membinasakan Ya’juj dan Ma’juj dan Allah pun mengabulkan doa mereka dengan 
mengirimkan ulat-ulat yang tiba-tiba menembus keluar dari tengkuk kaum Ya’juj dan Ma’juj, 
merekapun mati secara mengenaskan. Kemudian Allah mengirimkan burung-burung untuk 
membawa bangkai mereka semua dan membuangnya ke laut tidak lama kemudian hujan 
turun untuk membersihkan sisa-sisa bangkai mereka hingga bersih. 
4. Hikmah Beriman kepada Hari Kiamat  
Sebagai seorang muslim, kita wajib beriman kepada hari kiamat, percaya sepenuh hati 
bahwa akan ada suatu hari dimana bumi dan seluruh isinya dihancurkan oleh Allah. Pada hari 
itu, semua makhluk Allah akan dihisab atau dimintai pertanggungjawaban atas apa telah 
dilakukannya semasa hidup di dunia. Inilah tanda-tanda kebesaran Allah bahwasanya tidak 
ada yang abadi di dunia ini. Dengan demikian, banyak sekali pelajaran-pelajaran yang dapat 
kita petik dari peristiwa tersebut, adapun hikmah beriman kepada hari kiamat ialah: 
1.  Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. 
Peristiwa-peristiwa yang akan terjadi saat hari kiamat begitu sangat 
menakutkan, dan janji-janji Allah tentang hari kiamat itu sangatlah pasti. Hal inilah 
--   122 
  
yang membuat seseorang lebih dekat dengan Allah melakukan segala perintahnya dan 
takut untuk berbuat dosa karena apapun yang dilakukan di dunia pasti akan 
dipertanggungjawabkan dan mendapat balasan dari Allah. 
2. Senantiasa berbuat kebaikan dan meninggalkan perbuatan sia-sia. 
Sebagai buah dari keimanan dan ketakwaan tersebut, seseorang yang beriman 
kepada hari kiamat akan bersikap hati-hati dalam hidupnya sehingga akan selalu taat 
kepada perintah-perintah Allah dan meninggalkan segala perbuatan yang sia-sia. 
Karena perbuatan baik akan menghantarkan menuju kebahagiaan, sedangkan perbuatan 
dosa akan berujung sengsara. 
3. Mendorong seseorang untuk bersemangat dalam berkarya. 
Kesadaran tentang hari kiamat yang memerlukan banyak sekali bekal-bekal 
yang harus dipersiapkan. Oleh karena itu, kehidupan akhirat mendorong kita untuk 
lebih bersemangat dalam berkarya sebagai bekal kehidupan di akhirat kelak. 
4. Mendidik seseorang untuk belajar dan memprediksikan dan mempersiapkan masa 
depan.  
Hari kiamat adalah kehidupan baru yang harus disiapkan dengan sebaik-
baiknya. Dengan beriman kepada hari kiamat, secara otomatis akan mendidik manusia 
agar mempersiapkan bekal yang terbaik bagi kehidupan masa depannya kelak. Jika 
tidak, kehidupan masa depan di akhirat akan berujung menjadi penyesalan. Begitupun 
sebaliknya, jika kehidupan masa depan di akhirat telah dipersiapkan secara matang, 
maka secara otomatis kehidupan masa depan di dunia pun juga akan menjadi lebih 
baik. 
5. Tujuan hidup di dunia lebih terarah. 
Adanya kehidupan setelah mati membuat manusia mempunyai tujuan hidup 
yang jelas. Maksudnya, semua hal yang hendak dilakukan akan dipikirkan secara 
matang. Karena semua hal yang dilakukan ketika hidup di dunia akan dibalas setelah 
mati. Dan balasan yang diberikan oleh Allah setimpal dengan amal perbuatan yang 
pernah dilakukan semasa hidup di dunia. 
 
Aktifitas Peserta Didik 
Diskusikan dengan temanmu, tanda-tanda kiamat shugra yang telah terjadi. 
Renungan  
Salah satu yang menunjukkan dahsyatnya hari kiamat adalah seseorang yang lari 
dari ayah dan ibunya, lari dari anak-istrinya dan lari dari saudaranya di hari kiamat. Padahal 
secara logika dan tabiat manusia, mereka akan sangat senang berjumpa dengan keluarga 
mereka setelah lama tidak berjumpa karena dipisahkan oleh kematian. Ternyata sebab 
mereka lari dan menghindar adalah karena mereka takut dituntut oleh anak-istri, ayah dan 
ibu dan keluarganya. Dituntut kenapa dahulu di dunia ia tidak menunaikan kewajiban 
sebagai ayah dan suami, salah satunya harus mendidik agama bagi keluarganya. Ia juga 
harus fokus dengan urusan diri sendiri di hari kiamat. 
--   123 
  
Wawasan 
Gambaran hari kiamat menurut al- Qur’an 
1. Bumi digoncangkan sekuat kuatnya hingga mengeluar kan isi yang dikandungnya 
 (QS. Al- Zalzalah : 1-5) 
2. Matahari di gulung, bintang-bintang berjatuhan dan laut meluap. (QS. Al- Infithor : 1-
3) 
3. Gunung-gunung kemudian pecah berterbangan menjadi pasir  (QS. Al-  Haqqah : 14) 
4. Manusia tidak dapat menolong manusia lainnya, bahkan seorang ayah terhadap 
anaknya sendiri. (QS. Lukman : 33) 
 

 
Hari akhir terbagi menjadi 50 mauqif (fase) dan tiap-tiap fase berlangsung 
selama seribu tahun. Berarti hari akhir berlangsung selama 50 ribu tahun.  Ba’ts, 
hasyr, mauqif, hisab, catatatan amal, mizaan adalah bagian dari fase-fase 
pada hari akhir. Sungguh kita tidak bisa membayangkan betapa lamanya hari 
akhir jika dibandingkan dengan kehidupan kita di dunia ini. Hidup di dunia 
bagaikan persinggahan sementara dan kita akan meneruskan perjalanan ini 
menuju kehidupan di akhirat yang tak berakhir. Namun berapa banyak orang 
yang lalai dan menganggap dunia adalah segala-galanya. 
 
 
 
1. AL Ba’ts  
Al Ba’ts (kebangkitan) adalah keluarnya orang-orang mati dari kubur mereka 
setelah jasad mereka yang hancur dimakan tanah dikembalikan seperti semula. Dalam 
hal ini ada sebagian jasad yang tidak dimakan oleh tanah yaitu jasad para nabi, orang-
orang yang mati syahid dalam peperangan dan sebagian para wali sebagaimana 
banyak riwayat yang mutawatir bahwa jasad sebagian para wali yang tidak punah. 
Orang yang pertama kali keluar dari kuburnya adalah Nabi Muhammad, kemudian 
orang-orang  Makkah, Madinah dan Tha`if adalah termasuk orang-orang yang 
dibangkitkan paling awal. 
Adanya ba’ts telah disebutkan dalam firman Allah:: 

yaitu :: “Kemudian, sesungguhnya kalian  akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada hari 
Kiama”.(QS. al Mukminun:16) 
Dalam ayat yang lain dijelaskan bahwa proses kebangkitan adalah mudah bagi Allah yang 
telah menciptakan makhluk dari tidak menjadi ada. Allah ta’ala berfirman: 
l
yaitu :: Yang demikian itu karena sungguh, Allah, Dialah yang hak dan sungguh, Dialah 
yang menghidupkan segala yang telah mati, dan sungguh, Dia Mahakuasa atas segala 
sesuatu.al Haj:6 
 Mayoritas ulama sepakat akan adanya hari kebangkitan kecuali mereka orang-orang 
yang tidak beriman,mengatakan sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an: 

"Tidak ada kematian selain kematian di dunia ini. Dan kami sekali-kali tidak akan 
dibangkitkan." (QS. Ad- Dukhan: 35) 
Begitu juga di kalangan filosof ada yang mengingkarinya, mereka menyatakan; tidak 
ada yang menjelaskan secara rinci tentang hari kebangkitan kecuali Muhammad. Oleh sebab 
itu, mereka pun berkeyakinan, bahwa keterangan-keterangan dari Rasulullah Shallallahu 
‘alaihi wa sallam tentang hari kebangkitan hanyalah khayalan. Jelas hal ini bertentangan 
dengan firman Allah: 
  
Allah berfirman : "Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) -Nya bahwa kamu melihat 
bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan 
subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; 
sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Fushilat: 39) 
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah mampu  menghidupkan bumi yang 
sebelumnya mati untuk menunjukkan begitu juga mampu untuk menghidupkan kembali 
orang mati dan membangkitkan orang yang berada di dalam kubur. 
2. Al Hasyr  
Al Hasyr adalah dikumpulkannya para hamba ke suatu tempat setelah dibangkitkan. 
Al Hasyr terjadi di bumi yang telah diganti (al Ardl al Mubaddalah), yaitu bumi yang rata 
seperti kulit yang dibentangkan dengan ditarik, tidak terdapat gunung dan lembah di 
dalamnya, lebih besar dan lebih luas dari bumi kita ini dan berwarna putih seperti perak. 
Adanya hasyr disebutkan dalam firman-Nya: 
yaitu :: Katakanlah, “(Ya Muhammad), sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan 
yang kemudian,  pasti semua akan dikumpulkan pada waktu tertentu, pada hari yang sudah 
dimaklumi(hari kiamat). (QS. al Waqi’ah: 49-50) 
Adapun dasar haditsnya adalah sabda Rasulullah: 

yaitu :: “Manusia akan dikumpulkan dihari kiamat dibumi yang lapang, tanah yang datar 
rata dan tidak ada pohonnya seperti seperti lempengan yang datar.” (HR. al-Bukhari) 
Manusia dan jin ketika dikumpulkan terbagi menjadi tiga keadaan: 
a. Golongan pertama dikumpulkan dalam keadaan berpakaian lengkap, mendapatkan 
makanan, dan menunggang unta yang pelananya terbuat dari emas. Mereka adalah orang-
orang yang bertaqwa. 
b. Golongan kedua yang dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki dan telanjang. 
Mereka adalah orang-orang muslim pelaku dosa besar. 
c. Golongan ketiga dikumpulkan dan diseret dengan posisi kepala di bawah dan kakinya di 
atas. Mereka adalah orang-orang kafir. 
Disebutkan dalam kitab Hasyiyat as-siba’iy ‘ala syarh al-kharidah al-Bahiyah karya 
Ahmad ibn Muhammad ad-Dardiry hal.226 Tentang al Hasr para ulama berbeda pendapat 
ada yang berpendapat yang dikumpulkan hanya ruh saja sebagian yang lain berpendapt hanya 
jasadnya saja karena pada dasarnya kelompok yang mengatakan yang di kumpulkan ruh saja 
berpendapat bahwa hasyr itu adalah kembalinya ruh ke alam akal, namun  mayoritas ulama 
kalam seperti al Halimy, al Ghazaly, ar-Raghib dan selainnya meyakini adanya hasyr yaitu 
dikumpulkannya jasad dan ruh disuatu tempat  karena berdasarkan dalil-dalil dari al quran 

  
dan hadits kecuali beberapa kelompok dari orang falsafah yang mengingkari karena alasan 
yang bertentangan dengan al qur an dan hadits yaitu 
3. Mauqif  
Para Ulama menjelaskan di antaranya al Fakhr ar-Razi dalam kitab tafsirnya bahwa 
mauqif (tahapan) di hari kiamat berjumlah lima puluh setiap mauqif lamanya seribu tahun 
berarti jumlah lamanya mauqif-mauqif di akhirat adalah lima puluh ribu tahun. Meskipun 
begitu lama akan tetapi bagi orang mukmin (orang-orang  surga) akan terasa tidak lebih dari 
shalat fardhu.  Sebagian ulama menjelaskan bahwa meskipun lama akan tetapi hal itu bagi 
orang-orang mukmin (orang-orang  surga) menambah mereka bahagia dan senang sebaliknya 
bagi orang-orang kafir hal itu akan membuat mereka tambah sengsara. Ada beberapa 
kejadian dalam mauqif ini, di antara yaitu:  
a. Manusia tenggelam dalam peluh keringatnya 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 

yaitu ::“Matahari didekatkan pada hari kiamat dari makhluq hingga satu mil. Maka 
manusia pun (tenggelam) dalam keringat sesuai kadar amalnya. Sebagian dari mereka 
mencapai mata kali, sebagian mencapai lutut, sebagian mencapai pinggang dan 
sebagian benar-benar tenggelam (dalam peluh keringat).”  (HR Muslim) 
Baik yang dimaksud satu mil itu satu mil jarak perjalanan atau satu mil alat celak 
maka keduanya sangat dekat. Saat ini kita rasakan terik matahari yang begitu menyengat 
padahal jaraknya sangat jauh dari kita. Bagaimana panasnya kalau matahari di dekatkan 
satu mil! 
b. Keadaan manusia ketika dibangkitkan. 
Allah berfirman: 


yaitu :: “Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan 
dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri 
menghadap Tuhan semesta alam?” (QS. Al Muthaffifin: 4-6) 
Manusia dibangkitkan dalam keadaan tidak berkhitan, telanjang (tanpa baju) dan tanpa 
alas kaki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 


yaitu :: “(Manusia) dibangkitkan dalam keadaan tidak berkhitan, telanjang dan tanpa 
alas kaki. ‘Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, kalau begitu laki-laki dan perempuan 
saling melihat satu dengan yang lain? Rasulullah bersabda: Urusan (pada hari itu) lebih 
dasyat dari mementingkan hal tersebut. ” (HR. Bukhari dan Muslim)  
c. Para malaikat menampakkan sebagian neraka  
Pada hari kiamat Allah akan menampakkan tanda-tanda kuasanya yaitu ketika 
para malaikat berjejer untuk menggiring manusia dan jin kesuatu tempat, tidak ada 
seseorangpun yang keluar dari giringan malaikat kecuali orang yang sudah mendapatkan 
izin  Allah untuk keluar. Ketika itu allah memerintahkan tujuh puluh ribu  malaikat untuk 
menarik sebagian neraka jahannam yang letaknya sangat jauh berada di dasar bumi yang 
ke tujuh  dan ditampakkan kepada orang-orang kafir supaya mereka ketakutan dan 
mengetahui dimana merka akan ditempatkan.  
4. Hisab  
Hisab adalah diperlihatkannya amal perbuatan para hamba kepada mereka. Allah 
memperdengarkan kalam-Nya kepada semua hamba. Mereka memahami dari Kalam Allah 
pertanyaan tentang apa yang telah mereka perbuat terhadap nikmat-nikmat yang Allah 
berikan kepada mereka. Orang mukmin yang bertaqwa akan merasa gembira, sedangkan 
orang kafir merasa sedih, karena ia tidak memiliki kebaikan sama sekali di akhirat, bahkan ia 
merasakan seperti akan mati. Hisab dapat juga dimaksudkan sebagai perhitungan antara amal 
kebajikan dan amal keburukan, dan di dalamnya terkandung pengertian munaqasyah. Juga 
dimaksukan dengan pengertian pemaparan dan pemberitahuan amalan terhadap pelakunya. 
Dasar adanya hisab adalah firman Allah ta’ala: 

yaitu ::“Sungguh, kepada Kami-lah mereka kembali. kemudian sesungguhnya  Kami-lah 
yang akan  membuat perhitungan atas mereka.” (QS. Al-Ghasyiyah: 25 – 26). 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa di dalam sholat dengan 
mengucapkan: 
yaitu :: “ Ya Allah, hisablah diriku dengan hisab yang mudah.” 
Kemudian bertanya tentang apa itu hisab yang mudah? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa 
sallam menjawab: “Allah memperlihatkan kitab (hamba)-Nya kemudian Allah 
memaafkannya begitu saja. Barangsiapa yang dipersulit hisabnya, niscaya ia akan binasa”. 
(HR. Ahmad).   
Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda : 

yaitu :: “Tidak ada seorangpun di antara kalian kecuali Tuhannya akan memperdengarkan 
kalâm-Nya kepadanya di hari kiamat, tanpa ada penghubung (malaikat atau lainnya) antara 
dia dan Allah” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi) 
5. Catatan amal. 
Allah ta’ala telah menugaskan Malaikat Raqib dan Atid yang mulia untuk mengawasi 
dan mencatat perbuatan dan ucapan manusia.  Mereka mencatat semua kebaikan dan 
keburukan dalam lembaran catatan amal yang akan diberikan kepada manusia kelak di hari 
dibagikannya catatan tersebut. 
Dalam kitab Al-Jami’u As-Shoghir karya Imam Jalaluddin Abdurrohman bin Abu 
Bakar As Suyuthi, terdapat hadits shohih juz 2 hal. 18 yang diriwayatkan Sayyidah ‘Aisyah 
yang menerangkan pembagian catatan amal kita terbagi menjadi tiga macam yaitu: 
a. Catatan yang Allah ta’ala tidak akan pernah mengampuninya sama sekali. Yaitu 
adalah dosa yang diperoleh dari  mempersekutukan Allah ta’ala atau musyrik. Jika 
pelakunya meninggal dunia sebelum bertaubat dengan kembali beriman, maka sama 
sekali tidak akan pernah mendapatkan ampunan Allah ta’ala. Allah berfirman: 
yaitu :: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni 
dosa selainnya bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa yang mempersekutukan 
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An Nisa’: 48) 
b. Catatan yang tidak memperdulikannya sama sekali oleh Allah. Hal ini dapat terjadi 
pada dosa yang dilakukan seorang muslim atas perbuatan dhalim yang berhubungan 
langsung dengan Allah ta’ala. Contoh seorang muslim meninggalkan sholat atau 
puasa wajib yang pada dasarnya merupakan suatu perbuatan dosa akan tetapi karena 
sifat pengampunnya Allah maka dosa tersebut tidak perdulikan. 
c. Catatan yang tidak akan pernah ditinggalkan Allah ta’ala. Catatan ini jatuh pada dosa 
seorang muslim yang dihasilkan atas perbuatan dhalimnya pada muslim lain. Selagi 
orang yang terdhalimi belum meridhai atau memaafkannya, maka Allah ta’ala tidak 
akan pernah menghapus catatan ini.  Oleh karena itu Allah ta’ala juga menetapkan 
hukum qishash pada kedhaliman yang dilakukan terhadap muslim lain. Sebagaimana 
disebutkan dalam QS. Asy Syuura: 42 
Seluruh makhluk baik jin atau manusia akan dihisab untuk mempertanggung 
jawabkan amal mereka. Bahkan hewan-hewanpun diqishash (diadili di antara mereka), tetapi 
tidak dihisab sebagaimana penghisapan amal karena tidak ada pahala atau hukuman bagi 
mereka.  Adapun orang kafir maka tidak dihisap sebagaimana disihabnya amal kebaikan dan 
keburukan karena tidak ada kebaikan bagi mereka (di akhirat), tetapi dihitung amalan mereka 
sehingga mereka mengakuinya dan semakin menjadikan mereka bersedih. Allah berfirman, 

yaitu ::“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan 
diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang 
sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari 
belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”.” (QS. Al Insyiqaaq: 7-11) 
6. Mizan  
Al Mizan adalah seperti timbangan yang ada di dunia, memiliki batang, tiang dan dua 
neraca; satu neraca untuk kebaikan dan satu neraca untuk keburukan. Amal perbuatan pada 
hari kiamat ditimbang dengan mizan tersebut. Malaikat yang bertugas menimbangnya adalah 
Jibrîl dan Mîka`il. 
Dasar akan adanya mizan adalah firman Allah:  
yaitu :: “Dan Kami akan tegakkan timbangan yang adil pada hari Kiamat, sehingga tidak 
seorang pun yang dirugikan walaupun sedikit. Jika amalan itu hanya seberat biji Sawipun, 
pasti Kami akan mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat 
perhitungan”. (QS. Al-Anbiya’:47) 
Diriwayatkan dari abu Hurairah, Nabi Muhammad bersabda: 
yaitu :: “Dua kalimat orang yang mengucapkannya dicintai allah, dan mudah dan ringan 
untuk diucapkan dan memberatkan timbangan, yaitu: subhanallah wa bi al-hamdihi dan 
subhanallah al-adzim” (HR. al Bukhari dan Muslim) 
Para ulama berbeda pendapat tentang yang ditimbang, menurut al Imam al Qurthubi 
yang ditimbang adalah lembaran-lembaran catatan yang di sana tertulis kebaikan dan 
keburukan, berdasarkan hadits nabi riwayat abdullah ibn ‘Amr ibn ‘ash: 

yaitu :: “Di hari kiamat Allah akan meminta pertangung jawaban pada seorang laki-laki 
dari para makhluk-Nya, kemudian dibentangkanlah  sembilan puluh sembilan catatan, setiap 
catatan luasnya sebatas mata memandang, kemudian dia ditanya: apakah ada yang tidak 
sesuai, adakah malaikat pencatat amal berbuat dzalim? Laki-laki itu menjawab: tidak, dia 
ditanya lagi; adakah alasan buatmu, dia menjawab: tidak, kemudian Allah berfirman; ia 
memang ada alasan, sesungguhnya kamu masih mempunya kebaikan, karena hari ini tidak 
ada kedzaliman, kemudian dikeluarkanlah kartu yang bertuliskan dua kalimat shahadat, 
kemudian dia diperintahkan utnuk membawanya, dia (laki-laki)tesebut berkata ya Allah 
kartu apa ini yang berada dicatatan? Kemudiaan difirmankan kepadanya bahwa dia tidak 
akan terdzalimi, setelah itu diletakkanlah catatan tersebut di piringan satu dan kartu yang 
bertulis syahadat di piringan yang lain ternyata piringan yang berisi catatan amalnya 
merendah dan piringan yang berisi kartu itu meninggi (menjadi berat), karena tidak ada 
yang membandingi tulisan lafadz jalalah   Allah.” 
Orang mukmin ketika amalannya ditimbang maka terbagi dalam tiga golongan, yaitu: 
a. Golongan yang kebaikannya melebihi keburukannya, maka dia tergolong orang-orang 
yang selamat.  
b. Golongan yang kebaikan dan keburukannya sama, maka dia tergolong orang-orang 
yang selamat juga, akan tetapi derajatnya lebih rendah daripada tingkatan pertama dan 
lebih tinggi dari tingkatan ketiga.  
c. Golongan yang keburukannya melebihi kebaikannya maka dia berada dibawah 
kehendak Allah. Jika Allah menghendaki, maka Ia akan menyiksanya dan jika Allah 
berkehendak, maka Ia akan mengampuninya. 
Sedangkan orang kafir, maka neraca keburukannya akan lebih berat tanpa ada 
kemungkinan yang lain, karena ia tidak memiliki kebaikan di akhirat sama sekali. Jika 
seorang kafir melakukan kebaikan di dunia mereka akan mendapat balasannya di dunia. 
Aktifitas Peserta Didik 
Sebutkan 3 ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang catatan amal kebaikan dan keburukan 
hamba! 
  
Renungan 
 Ada 50 mauqif (tahapan) di hari kiamat dan setiap mauqif selama seribu tahun. Waktu 
yang begitu panjang akan terasa ringan dan pendek bagi orang mukmin yang bertaqwa 
bagaikan seukuran lamanya shalat fardhu. Mungkin dalam benak kita muncul pertanyaan, 
bagaimana hal itu bisa terjadi? Sungguh al-Qur’an telah menyebutkan cerita Uzair yang 
dimatikan selama 100 tahun tapi ia merasa hanya setengah hari atau seharian. Allah maha 
kuasa untuk menjadikan waktu terasa panjang bagi sebagian makhluk-Nya dan terasa pendek 
bagi makhluk-Nya yang lain. 
 
 
  
Wawasan 
Tahukah kamu bahwa Allah meng-hisab makhluk-Nya dalam waktu yang sangat singkat?. 
Hal ini menunjukkan bahwa kalam Allah bukan merupakan huruf, suara dan Bahasa. Karena 
huruf, suara dan Bahasa membutuhkan waktu dan jika kalam Allah dengan huruf, suara dan 
Bahasa pasti tidak akan selesai waktu yang singkat. Iblis yang hidup mulai diciptakan sampai 
hari kiamat pasti membutuhkan waktu yang sangat panjang jika kalam Allah berupa huruf, 
suara dan Bahasa. Padahal pertanggungjawaban makhluk kepada Allah di hari kiamat 
meliputi niat, perkataan dan perbuatan.  
 

 
Sungguh Rasulullah adalah orang sangat 
peduli kepada umatnya. Ketika umatnya 
melewati jembatan shirath maka Rasulullah 
berdoa; ya Allah selamatkan ia selamatkan ia. 
Begitu juga ketika Rasulullah diminta untuk 
memilih antara separuh dari umatnya masuk 
surga atau syafaat, maka beliau memilih 
syafaat karena syafaat lebih umum dan 
banyak yang mendapatkannya. 
 

  
1. Shirath 
a. Pengertian 
Shirath adalah jembatan lebar yang terbentang di atas neraka Jahannam dan 
dilewati oleh manusia dan jin. Salah satu ujungnya berada di bumi yang telah diganti 
oleh Allah (al Ardl al Mubaddalah) dan ujung yang lain berada di suatu tempat dekat 
surga. Adanya shirath disebutkan di dalam al-Qur’an, di antaranya firman Allah: 

yaitu :: “Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya 
(melewatinya)  (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah 
ditetapkan”. (QS. Maryam: 71) 
Adapun dalil dari hadits di antaranya sabda Rasulullah: 
yaitu :: “Dan dibentangkanlah jembatan Jahannam. Akulah orang pertama yang 
melewatinya. Doa para rasul pada saat itu: “Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah”. 
Pada shirath itu, terdapat pengait-pengait seperti duri pohon sa’dan. Pernahkah kalian 
melihatnya?” Para Sahabat menjawab, “Pernah, wahai Rasulullah. Maka ia seperti duri 
pohon sa’dan, tiada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah. Maka ia mengait  
manusia sesuai dengan amalan mereka”. (HR. al-Bukhari) 
b. Golongan yang melewati shirath 
Para ulama menjelaskan orang-orang yang melewati shirath ada beberapa 
golongan, di antaranya yaitu: 
1. Ada yang melewatinya lalu masuk ke neraka (wurud dukhûl). Mereka adalah orang-
orang kafir dan sebagian pelaku dosa di antara kaum muslimin, yakni mereka 
terpeleset dari shirath ke neraka Jahannam.  
2. Ada yang mendatangi shirath dengan melewatinya di atas udara shirath (wurud 
murur). Dan mereka ini juga ada beberapa macam, yaitu: 
a. Ada yang melewatinya seperti kilat yang menyambar 
b. Ada yang melewatinya secepat kedipan mata. 
c. Ada yang melewatinya secepat hembusan angin 
d. Ada yang melewatinya secepat larinya hewan kuda 
e. Ada yang melewatinya secepat orang naik kendaraan 
f. Ada  yang melewatinya seperti orang lari kencang 
g. Ada yang melewatinya seperti orang berjalan 
h. Ada yang melewatinya dengan merangkak 
--   141 
  
Penjelasan ini berdasarkan hadits Rasulullah: 

yaitu :; “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah telah bersabda: 
“Lalu diutuslah amanah dan rahim (tali persaudaraan) keduanya berdiri di samping kiri-
kanan shirath tersebut. Orang yang pertama lewat seperti kilat”. Aku bertanya: “Demi 
bapak dan ibuku (aku korbankan) demi engkau. Adakah sesuatu seperti kilat?” Rasul 
menjawab : “Tidakkah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia lewat dalam sekejap 
mata? Kemudian ada yang melewatinya seperti angin, kemudian seperti burung dan 
seperti kuda yang berlari kencang. Mereka berjalan sesuai dengan amalan mereka. Nabi 
kalian waktu itu berdiri di atas shirath sambil berkata: “Ya Allah selamatkanlah! 
selamatkanlah! Sampai para hamba yang lemah amalannya”, sehingga datang seseorang 
lalu ia tidak bisa melewati kecuali dengan merangkak”. Beliau mengatakan (lagi): “Di 
kedua belah pinggir shirath terdapat besi pengait yang bergatungan untuk menyambar 
siapa saja yang diperintahkan untuk disambar. Maka ada yang terpeleset namun selamat 
dan ada pula yang terjungkir ke dalam neraka”. (HR. Muslim) 
c. Pendapat para ulama kalam tentang shirath 
Para ulama kalam berbeda pendapat tentang shirath. Ahlus Sunnah berpendapat 
bahwa jembatan shirath benar adanya berdasarkan nash al-Qur’an dan hadits Rasulullah. 
Adapun kelompok yang mengingkari shirath adalah Jahamiyah,  pengikut Jahm ibn 
Sufwan, mereka tidak percaya tentang perkara yang gaib di antaranya shirath. 
Di samping itu, terdapat riwayat yang menyebutkan bahwa shirath tersebut lebih 
halus dari pada rambut, lebih tajam dari pada pedang dan lebih panas dari pada bara api, 
licin dan mengelincirkan. Hal ini berdasarkan pada beberapa riwayat, baik yang 
disandarkan langsung kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun kepada para 
sahabat tetapi dihukumi marfû’. Sebab, para sahabat tidak mungkin mengatakannya 
dengan dasar ijtihad pribadi mereka tentang suatu perkara yang ghaib, melainkan hal 
tersebut telah mereka dengar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya adalah 
riwayat dari sahabat Abu Sa’id al Khudri: 

yaitu :: “Telah sampai kepadaku bahwa shirath lebih tipis dari pada sehelai rambut dan 
lebih tajam dari pada pedang”. (HR. Muslim) 

  
Para ulama menjelaskan bahwa maksud dari riwayat di atas atau semacamnya, 
bukan berarti kenyataannya memang lebih tipis dari pada sehelai rambut dan lebih tajam 
dari pada pedang. Akan tetapi maksudnya adalah bahaya melewati jembatan shirath itu 
sangat besar, tergantung amal ibadah seseorang. Karena mudah dan sulitnya melewati 
shirath itu tergantung pada kadar ketaatan dan maksiat seseorang dan tidak ada yang 
mengetahui perihal tersebut kecuali Allah. Sebagaimana dalam hadits yang shahih 
ditegaskan:  

yaitu :: “bahwa amal perbuatan mereka menjadi sarana (melewati shirath). 
2. Syafa’at 
a. Pengertian syafa’at 
Syafa’at menurut bahasa berarti meminta kebaikan sedangkan menurut istilah 
syafa’at adalah meminta kebaikan dari yang lain untuk orang lain. Dalam hal ini orang 
yang memberikan syafa’at memohon kebaikan kepada Allah untuk orang lain bukan untuk 
dirinya sendiri, seperti Rasulullah memberikan syafa’at untuk umatnya yaitu : Rasulullah 
memohonkan kebaikan kepada Allah untuk umatnya.  
Dalil adanya syafa’at adalah firman Allah:  

“Dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai (Allah)”, al 
Anbiyâ`: 28 
Dan firman Allah: 

yaitu :: “Tidak ada yang dapat memberi syafaat kecuali yang di izini-Nya”. (QS.Al 
Baqarah:255).  
Adapun dalil haditsnya, di antaranya adalah sabda Nabi: 
 

yaitu :: “Saya diberi pilihan antara syafa’at dan separuh umatku akan dimasukkan 
surga. Maka saya memilih syafa’at, karena syafa’at itu lebih umum dan lebih banyak. 
Apakah kamu sekalian melihat bahwa, syafa’at itu untuk orang-orang mukmin yang 
bertaqwa ?. Tidak, akan tetapi syafa’at itu untuk orang-orang yang berdosa, penuh 
kesalahan, dan banyak kotoran” (HR. Ahmad dan Ibn Majah) 

  
b. Macam-macam syafa’at 
Beberapa riwayat hadits menyebutkan bahwa syafa’at ini bermacam-macam. Dan 
pembagian syafa’at ini juga dilihat dari beberapa segi. Dari segi sifatnya maka syafa’at 
terbagi menjadi dua bagian, yaitu:  
1. Syafaat yang bersifat khusus. Ini hanya dimiliki oleh Nabi Muhammad saja yaitu; 
syafaat agung (syafa’ah ‘uzhma). Dinamakan demikian karena syafa’at ini tidak 
hanya untuk umat Nabi Muhammad saja akan tetapi bersifat umum untuk orang-orang 
beriman dari umat semua Nabi. Syafa’at tersebut adalah menyelamatkan orang-orang 
beriman dari panasnya terik matahari yang mereka alami ketika itu. Manusia ketika 
itu saling berbicara kepada yang lain seraya mengatakan “Mari kita pergi ke bapak 
kita nabi Adam ‘alaihissalam supaya memintakan syafa’at kepada Allah untuk kita”. 
Kemudian mereka mendatangi Nabi Adam seraya berkata “Wahai Adam kamu adalah 
bapak kita Allah telah menciptakanmu dengan kekuasannya dan para malaikat sujud 
kepadamu (sujud penghormatan) mintakalah syafa’at dari Tuhanmu untuk kita.” 
Kemudian beliau (nabi Adam) berkata: “Aku bukanlah orang yang berhak (orang 
yang dimaksud), pergilah kepada Nabi Nuh.” Kemudian mereka mendatangi nabi Nuh 
‘alaihissalam, merekapun memohon kepada Nabi Nuh untuk memintakan syafa’at 
dari Allah untuk mereka. Akan tetapi perkataan Nabi Nuh sama dengan nabi Adam 
dan mereka disuruh mendatangi Nabi Ibrahim. Merekapun mendatanginya dengan 
permintaan yang sama dan jawaban Nabi Ibrahimpun juga sama dengan nabi-nabi 
sebelumnya. Kemudian mereka disuruh urnuk mendatangi nabi Isa ‘alaihis salam 
dengan permintaan yang sama dan jawaban Nabi Isa juga sama dengan nabi-nabi 
yang lain. Akhirnya mereka disuruh untuk mendatangi Nabi agung Nabi Muhammad 
dan nabi muhammad pun bersujud menyembah Allah, kemudian dikatakan kepadanya 
“angakat kepalamu, mintalah syafa’at maka kamu akan diberi.” 
2. Syafa’at yang bersifat umum. Ini dimiliki oleh para Nabi, malaikat dan orang-orang 
mukmin yang bertaqwa, yaitu syafa’at untuk mengeluarkan sebagian orang-orang 
mukmin yang berdosa dan belum bertaubat ketika sudah masuk neraka agar 
dikeluarkan darinya. Hal itu berdasarkan sabda nabi: 

yaitu ::“Akan keluar sebagian orang mukmin dari nereka karena syafaat nabi 
Muhammad” (HR al-Bukhari). 
Dalam kitab syarh al-fiqh al-Akbar hal. 159-160 disebutkan dalil tentang syafa’at 
umum yang bisa dimiliki oleh para Nabi, Malaikat, para ulama, para wali Allah dan 
orang-orang yang mati karena perang membela agama Allah.  
Dari segi kegunaannya syafa’at terbagi menjadi dua bagian, yaitu:  
1. Syafa’at pengguguran, yaitu : menggugurkan siksaan. Orang yang mendapatkan 
syafa’at ini akan diampuni dosanya dan tidak disiksa. 
2. Syafa’at pengurangan, yaitu : mengurangi masa siksaan. Orang yang mendapatkan 
syafa’at seperti ini akan dikurangi masa siksaannya yang seharusnya ia dapatkan. 

 
c. Orang-orang yang berhak mendapatkan syafaat. 
Orang yang berhak mendapatkan syafaat adalah orang yang beriman kepada Allah 
dan Nabi Muhammad, tentang ini nabi pernah berkata kapada putrinya: 

yaitu :: “Wahai fatimah mintalah kepadaku perkara dunia maka aku bisa 
memberikannya, tapi kalau kamu tidak beriman maka saya tidak bisa menyelamatkanmu”. 
Maksud hadits tersebut bahwa Nabi Muhammad bisa saja memberikan yang 
diinginkan putrinya ketika di dunia akan tetapi kalau tidak beriman maka di akhirat nanti 
Nabi tidak bisa menyelamatkan putrinya sendiri (Fathimah). 
       Dalam hadits shahih disebutkan: 

yaitu :: “Syafâ’atku diperuntukkan bagi para pelaku dosa besar di antara ummatku”. 
(HR. Ibn Hibban) 
Syafa’at dikhususkan bagi pelaku dosa besar. Orang-orang mukmin yang 
bertaqwa tidak membutuhkan syafa’at, sebaliknya di antara mereka ada yang memberikan 
syafa’at. Dan syafa’at  tidak diberikan kepada orang-orang kafir.  
d. Pendapat Para Ulama Kalam tentang Syafa’at 
Dalam hal syafa’at terdapat perbedaan di antara aliran kalam. Sebagaimana kita 
ketahui bahwa Ahlus Sunnah dalam hal ini aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah menyakini 
adanya syafa’at. Menurut mereka ayat-ayat dan hadits-hadits tentang syafa’at begitu 
banyak dan sharih (jelas). Para nabi, para malaikat, orang-orang yang shaleh dan juga al-
Qur’an memberikan syafa’at. Syafa’at hanya bagi orang mukmin yang berdosa besar. Oleh 
karenanya, pendapat yang mengatakan bahwa Abu Thalib mendapatkan syafa’at 
keringanan siksaan adalah tidak benar. Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 88 dengan 
gamblang mengatakan bahwa orang-orang dhalim (kafir) tidak akan mendapatkan 
keringanan siksaan.   
Aliran Khawarij dan Mu’tazilah mengingkari adanya syafa’at bagi orang-orang 
mukmin yang berdosa besar. Bahkan ada juga yang mengingkari adanya syafa’at sama 
sekali dan berdalih bahwa seseorang tidak mengkin mendapatkan manfaat dari syafa’at. 
Aliran ini berdalih dengan firman Allah: 

yaitu ::sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi 
syafaat. Al Baqarah: 254 
Dan firman Allah: 
ۗ
yaitu :: Tidak ada seorang pun teman setia bagi orang yang zalim dan tidak ada baginya seorang 
penolong: Ghafir: 18  

  
Para ulama Ahlus sunnah menafsirkan tidak adanya Syafa’at dalam surat al-
Baqarah ayat 254 adalah bagi orang kafir karena ayat setelahnya berbicara tentang orang 
kafir. Begitu pula surat Ghafir ayat 18 berbicara tentang orang-orang yang kafir. 
Karenanya, menjadikan 2 ayat tersebut untuk mengingkari adanya syafa’at adalah tidak 
benar. 
 
Aktifitas Peserta Didik 
Tugas kelompok! 
Sebutkan 3 ayat al-Qur’an yang menjelaskan bahwa syafa’at hanya bagi orang-orang mukmin 
(diridhai Allah). 
Renungan  
Disebutkan di dalam hadits bahwa orang yang shaleh dari umat Nabi Muhammad 
bisa memberikan syafa’at kepada banyak orang sejumlah kabilah Rabi’ah dan Mudhar. 
Orang yang mati syahid bisa memberikan syafa’at kepada 70 orang dari keluarganya. 
Orang yang hafal al-Qur’an memberikan syafa’at kepada 10 orang dari keluarganya. Ini 
semua menunjukkan kemuliaan orang yang shaleh. Karenanya, sungguh beruntung jika di 
antara keluarga kita ada orang yang shaleh atau kita dekat dengan orang-orang yang shaleh.  
Wawasan 
Al-Qur’an memberikan syafa’at kepada pembacanya, diriwayatkan dalam sebuah hadits: 
“Kelak di hari kiamat al-Qur’an akan datang, seraya memohon kepada Tuhannya: ‘Wahai 
Tuhan, pakaikanlah kepadanya (pembaca al-Qur’an)!’ Kemudian ia dipakaikan mahkota 
kemuliaan. Kemudian ia memohon kembali, ‘Wahai Tuhan, tambahkanlah!’ Kemudian 
dipakaikan pakaian kemuliaan. Kemudian ia memohon lagi, ‘ Wahai Tuhan, ridhailah dia!’ 
Kemudian Allah pun meridhainya. Maka ia berkata: bacalah dan naiklah. Sebab setiap satu 
ayat akan dilipatkan satu kebaikan.” (HR. Tirmidzi) 
 

 
1. Surga 
a. Pengertian Surga  
Surga adalah tempat kenikmatan dan keselamatan yang kekal dan abadi. Surga 
telah diciptakan dan diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman. Allah ta’ala 
berfirman: 
yaitu :: “ Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan 
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang 
bertakwa” (QS. al-‘Imran:133) 
       Kata  ΕΪϋ΃ pada ayat di atas dalam bentuk fi’il madhi yang menunjukkan makna 
lampau karenanya dapat dipahami bahwa surga telah diciptakan. Ketika Rasulullah mi’raj 
diperlihatkan kepadanya surga, sebagamanai disebutkan dalam hadits berikut ini:  
ʅȲȆȬȍɦȄɷȄɼȲ Ǵ֗ȄȳɜɘɦȄȆɺɨɸǷف؆ɟǷșʆǷȳɗȓɳݨݍȄʏࢭșɐɨɇȄ 
yaitu :: “ Saya pernah melihat surga dan kebanyakan penghuninya adalah orang-orang 
fakir miskin” (HR. al-Bukhari) 
 
b. Sifat-sifat surga 
Ketika Rasulullah berkumpul dengan para sahabatnya, beliau bertanya kepada 
mereka: adakah di antara kalian yang mau menyingsingkan lengan bajunya (giat beramal 
shaleh) untuk mendapatkan surga? Kemudian Rasulullah  bersabda tentang sifat surga: 
yaitu :: “Surga -demi Allah Dzat pemilik Ka’bah- adalah cahaya yang bergemelapan, 
tetumbuhan hijau yang banyak nan menakjubkan, istana yang megah, sungai yang mengalir di 
permukaanya, buah-buahan yang banyak dan matang, istri yang cantik jelita dan pakaian-pakaian 
yang banyak, di kehidupan yang abadi dalam kegembiraan dan wajah yang berseri-seri“. (HR. Ibn 
Hibban) 
Setelah mendengarkan tentang sifat-sifat surga kemudian para sahabatnya mengatkan: 
kami orang-orang yang menyingsingkan lengan bajunya wahai Rasulullah.  

  Apa yang disebutkan oleh Rasulullah adalah sebagian dari sifat-sifat surga. 
Masih banyak sifat-sifat surga yang disebutkan dalam al-Qur’an dan hadits-hadits yang 
lain.  
c. Letak surga 
Surga berada di atas langit yang ketujuh, dengan adanya jarak antara keduanya, 
dan atapnya  surga adalah ‘arsy. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:  
yaitu :: “ Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) 
pada waktu yang lain,  (yaitu) di Sidratul Muntaha, di dekatnya ada surga sebagai  tempat 
tinggal,” (QS. an-Najm:13-15) 
Ayat di atas menjelaskan bahwa Rasulullah melihat malaikat Jibril dalam bentuk 
aslinya untuk yang kedua kalinya. Ketika itu malaikat Jibril berada di Sidratul Muntaha di 
langit ke tujuh. Di dekat Sidratul Muntaha ada surga. Berarti surga berada di langit ke 
tujuh. Sedangkan atap surga adalah arsy bisa dipahami dari hadits berikut:  

yaitu :: “Di atas surga Firdaus adalah ‘arsy yang dimuliakan oleh Allâh”. (HR. al-
Bukhari) 
d. Penghuni surga 
orang-orang  surga dimuliakan oleh Allah, postur tubuh mereka dibesarkan seperti 
ayah mereka Nabi Adam, tinggi badannya enam puluh hasta dan lebarnya tujuh hasta. 
Mereka berparas rupawan seperti Nabi Yusuf, tidak berbulu pada badannya dan tidak 
berjenggot, semua muda dalam usia tiga puluh tiga tahun. Mereka berada di dalam surga 
untuk selamanya. Dalam hadits riwyat Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Nabi 
Muhammad bersabda: 


yaitu :: “Ketika orang-orang  surga masuk surga, mereka dalam kondisi tidak berbulu pada 
badannya, tidak berjenggot dan bercelak, dalam usia mereka 30 atau 33 tahun. (HR. 
Tirmidzi). 
Dalam hadits yang lainnya disebutkan: 

yaitu :: “Para orang-orang  surga ketika masuk surga, tingginya seperti Nabi Adam 60 
hasta, tampan seperti Nabi Yusuf, di usia seperti Isa sekitar 33 tahun, memiliki lisan 
  
seperti Nabi Muhammad, badan tidak berbulu, berpenampilan muda, dan bercelak.” (HR. 
Ibn Abid Dunya) 
e. Kenikmatan di surga. 
Semua orang-orang  surga akan mendapatkan kenikmatan. Kenikmatan di dalam 
surga terbagi menjadi dua bagian, ada bersifat umum dan khusus, berikut ini penjelasan 
dari masing-masing bagian:  
1. Kenikmatan surga yang umum 
 
Kenikmatan umum yaitu : semua orang-orang  surga mendapatkannya tanpa 
terkecuali. Di antara kenikmatan umum ini adalah: orang-orang  surga semuanya hidup tidak 
ada yang mati, sehat tidak yang sakit, muda tidak ada yang tua, senang tidak ada yang 
susah, minum dari empat macam sungai di surga, mempunyai pasangan, melihat Allah 
ta’ala dan masih banyak lagi. Di dalam hadits disebutkan: 

yaitu :: “Dari Abi Hurairah dari Nabi Muhammad beliau bersabda: Malaikat berseru 
seraya mengucapkan: sesungguhnya kalian semua akan selalu sehat tidak akan pernah 
sakit, sesungguhnya kalian akan hidup selamanya tidak akan mati, sesungguhnya kalian 
muda semua tidak akan tua dan sesungguhnya kalian akan merasakan kenikmatan dan 
tidak akan bosan dan susah, hal ini karena firman allah, Diserukan kepada mereka, 
“Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu, karena apa yang telah kamu kerjakan.” 
(HR. Muslim) 
2. Kenikmatan surga yang khusus 
Dikatakan sebagaimana kenikmatan khusus karena kenikmatan ini hanya diperoleh 
oleh orang-orang yang shaleh. Tidak semua orang-orang  surga mendapatkannya. 
Sebagaimana disebutkan di dalam hadits qudsi bahwa Rasulullah bersabda Allah ta’ala 
berfirman: 

yaitu :: “Telah aku siapkan untuk hamba-hambaku yang bertakwa  kenikmatan di surga 
yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan belum 
pernah dibayangkan oleh pikiran manusia.” (HR. al-Bukhari) 
Nikmat yang khusus ini hanya diberikan kepada hamba-hamba allah yang 
bertakwa yaitu hamba-hambanya yang menjalankan semua perintahNya dan menjauhi 
laranganNya. Kenikmatan ini dirahasiakan oleh Allah ta’ala tidak ada hambanya yang 
diberitahu oleh-Nya. Para Nabi dan malaikat juga tidak mengetahuinya. 
2. Neraka 
a. Pengertian neraka 
Neraka adalah tempat yang telah Allah siapkan untuk menyiksa orang-orang kafir, 
siksaan yang tiada berhenti untuk selamanya. Orang-orang kafir dimasukkan ke dalam 
dasar neraka Jahannam disiksa dengan siksaan yang sangat pedih, tidak pernah 
mendapatkan keringanan dan ampunan dari Allah.  
Adapun sebagian orang mukmin pelaku dosa besar yang meninggal dunia sebelum 
bertaubat akan disiksa di dalam neraka akan tetapi tidak untuk selamanya. Siksaan yang 
mereka alami tidak sepedih siksaan bagi orang kafir dan pada akhirnya mereka akan 
dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga.  
Dalil adanya neraka disebutkan dalam firman-Nya: 
yaitu :: “Jika kamu tidak mampu membuatnya, dan (pasti) tidak akan mampu, maka 
takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan 
bagi orang-orang kafir.” (QS. al-Baqarah:34) 
Dan firman Firman Allah: 
yaitu :: “Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan bagi orang kafir. (QS. 
al-“Imran:131) 
b. Letak neraka 
Neraka berada di bawah bumi ke tujuh dengan adanya jarak antara keduanya. 
Mengenai  keberadaan neraka di bawah bumi ke tujuh, Abû ‘Abdullâh al Hâkim dalam al 
Mustadrak berkata: 
yaitu :: “Sesungguhnya hal itu telah ditegaskan dalam riwayat-riwayat yang shahîh ”.  
 
c. orang-orang  neraka 
orang-orang  neraka dihinakan oleh Allah dan sengaja dibesarkan badannya sehingga 
disebutkan bahwa gigi gerahamnya sebesar gunung Uhud. Orang kafir akan kekal abadi 
di neraka, tidak akan mati di dalamnya dan juga tidak hidup, yaitu : tidak hidup dengan 
kehidupan yang nikmat karena mereka terus mendapatkan siksaan. Di dalam hadits 
disebutkan:  

yaitu ::“Jarak antara pundak orang kafir di dalam neraka sejauh perjalanan 3 hari 
yang ditempuh penunggang kuda yang larinya cepat.” (HR. Bukhari dan Muslim) 

  
Dalam hadits lain disebutkan: 

yaitu ::“Gigi geraham atau gigi taring orang kafir (penghuni neraka) seperti gunung 
Uhud, sementara tebal kulitnya sejauh perjalanan 3 hari.” (HR. Muslim)  
Al Imam An-Nawawi menjelaskan tentang hadits tersebut bahwa hal itu bertujuan agar 
semakin pedih siksaan bagi mereka di dalam neraka. 
  orang-orang  neraka disiksa dalam segala hal; panasnya neraka, makanan dari 
pohan yang berduri, minuman dari air yang mendidih, pakaian dari bara api, malaikat 
menyiksa mereka dengan kejamnya dan siksaan lainnya. 
3. Perbedaan ulama kalam tentang surga dan neraka 
Di kalangan mutakallimin terjadi perbedaan pendapat tentang surga dan neraka. 
Ahlussunnah wal Jama’ah berpendapat bahwa surga dan neraka benar adanya dan telah 
tercipta. Salah seorang ulama Ahlussunnah yaitu Imam At Thohawi dalam bukunya “al 
Aqidah at- Thahawiyyah, menjelaskan, “Surga dan neraka telah tercipta. Tidak akan pernah 
sirna. Karena Allah telah menciptakan keduanya sebelum penciptaan manusia. Allah telah 
menetapkan penghuni keduanya.” Dan menurut mereka ayat-ayat al-Qur’an yang 
menyebutkan bahwa surga dan neraka telah disiapkan oleh Allah banyak sekali.  
Menurut kaum Mu’tazilah dan Qadariyah surga dan neraka belum tercipta saat ini. 
Karena jika  Allah telah menciptakannya saat ini, padahal hari pembalasan belum terjadi, 
maka tentu hal ini sia-sia dan Allah tidak akan melakukan sesuatu yang sia-sia. Pendapat 
mereka ini berdasarkan pandangan akal bukan mengedepankan wahyu.  
 
4. Al haudl (telaga) 
a. Pengertian al Haudl 
Al Haudl adalah telaga yang telah Allah sediakan di dalamnya minuman 
bagi orang-orang  surga. Mereka meminum darinya sebelum masuk ke surga setelah 
melewati jembatan shirath. Allah menyediakan bagi setiap Nabi memiliki haudl 
yang airnya akan dinikmati oleh umatnya.   
Rasulullah memiliki telaga yang hanya akan didatangi oleh umatnya, dan 
tidak akan didatangi oleh umat-umat selainnya. Panjang telaganya jarak perjalanan 
satu bulan, demikian juga lebarnya. Ditepiannya terdapat gelas sebanyak jumlah 
bintang di langit. Airnya  lebih putih dari susu, lebih manis dari madu dan lebih 
harum dari wangi minyak misik. 

  
Nabi Muhammad bersabda: 
yaitu :: “Telagaku berukuran sebulan perjalanan, airnya kebih putih dari susu, baunya 
lebih wangi dari misik, dan gelasnya seperti bilangan bintang, orang yang pernah 
meminumnya maka tidak akan merasa haus selamanya.” 
Dalam hadits yang lainnya disebutkan: 


yaitu :: “Sesungguhnya setiap nabi memiliki telaga. Dan mereka akan saling berlomba 
(berbangga), siapa di antara mereka yang telaganya paling banyak dikunjungi. Dan aku 
berharap bahwa aku adalah orang yang telaganya paling banyak pengunjungnnya.” (HR. 
At-Tirmidzi ). 
5. Al-kautsar 
a. Pengertian al-Kautsar 
Dalam beberapa kitab tafsir disebutkan bahwa Al-Kautsar bisa berarti  kebaikan 
yang banyak atau berarti nama sungai di surga atau nama telaga disurga bagi Nabi 
Muhammad  shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam al-Qur’an surat al-Kautsar disebutkan 
adanya telaga tersebut. 
Telaga ini merupakan salah satu kenikmatan yang diberikan Allah kepada 
Rasulullah di dalam surga. Salah satu keistimewaan telaga Al Kautsar ini adalah bisa 
membuat siapa saja yang meneguk airnya tidak akan pernah merasakan haus untuk 
selamanya. Diriwayatkan dari al-Bukhari dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Nabi 
Muhammad bersabda: 


yaitu :: “Ketika kami berjalan di surga, tiba-tiba ada sungai yang pinggirnya berupa 
kubah dari mutiara berongga. Aku bertanya, ‘Apa ini, wahai Jibril?’ Jibril menjawab, 
‘Inilah al-kautsar yang Allah Ta’ala berikan untukmu.’ Ternyata tanahnya atau bau 
wanginya terbuat dari minyak misk adzfar.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq,). 
Dalam hadits yang lain disebutkan: 

  
yaitu :: “Aku diberikan al-Kautsar. Ternyata ia adalah sungai yang mengalir. Sungainya 
tidak dalam. Kedua tepinya adalah kubah-kubah dari mutiara. Aku menyentuhkan 
tanganku ke tanahnya, dan ternyata ia seharum minyak kesturi yang sangat harum 
baunya, dan ternyata batu-batu kerikilnya dari mutiara.” (HR. Ahmad). 
Aktifitas Peserta Didik 
Tugas kelompok! 
 Sebutkan 5 ayat yang menunjukkan surga dan neraka kekal dan orang-orang nya juga 
kekal di dalamnya! 
Renungan  
 Surga di kelilingi oleh banyak rintangan, karenanya orang yang menginginkan surga 
pasti akan melewati rintangan-rintangan tersebut. Sakratul maut, kematian, kejadian pada 
hari kiamat di antara rintangan yang harus dilalui. Setiap orang tidak mengetahui akhir dari 
kehidupannya. Karenanya, berdoalah dan berikhtiarlah semoga Allah menjadikan khusnul 
khotimah sebagai penutup kehidupan dunia yang fana ini. 
Wawasan 
“Berlomba-lombalah kamu sekalian untuk mendapatkan ampunan Tuhanmu dan 
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang beriman 
kepada Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Al-Hadiid : 21) 
Bukankah Allah ciptakan langit dan bumi masing-masing 7 lapis? Jadi berapakah luasnya 
surga? Subhanallah, begitu luasnya surga dan semua yang ada berupa kenikmatan.