Jumat, 26 Januari 2024

bully 1



Glosarium 
 
Asertif. Sikap tegas untuk menyampaikan apa yang diingankan, dan 
apa yang tidak diinginkan tanpa melanggar hak orang lain. 
Agresif. Perilaku menyakiti orang lain baik secara langsung atau 
tidak langsung 
Asisten bullying. Orang yg bertugas membantu bully dalam 
peristiwa bullying 
Audien. Pendengar yang berada pada peristiwa bullying, 
cyberbullying dan body shaming 
 
Bullying. Perilaku menyakiti seseorang secara fisik, verbal dan 
psikologis yang dilakukan oleh seorang individu atau 
kelompok. 
Body Shaming. Perilaku menghina bentuk tubuh orang lain. 
Bully. Pelaku yang terlibat pada peristiwa bullying.  
Budaya. Kebiasaan untuk menyakiti orang lain sehingga peristiwa 
bullying, cyberbullying dan body shaming dianggap suatu 
yang biasa 
 
Cyberbullying. Perilaku menyakiti orang lain yang dilakukan dengan 
memakai  media sosial dan alat elektronik, dengan 
mengirim pesan fulgar, mengancam, mempermalukan, 
memberikan komentar negatif, mengirim foto orang lain 
tanpa izin untuk mempermalukan Cybervictim. 
Cyberbullies. Anak-anak yang menjadi pelaku dalam peristiwa 
cyberbullying 
Cybervictim. Anak-anak yang menjadi korban dalam peristiwa 
cyberbullying  
Cyberbullicide. Tindakan bunuh diri yang diakibatkan peristiwa 
cyberbullying 
 
D  
Defender. Anak yang berusaha membela dan membantu victim., 
sringkali defender akhirnya menjadi victim juga 
Depresi. Dampak yang diakibatkan dari peristiwa bullying, 
cyberbullying dan body shaming yang mengakibatkan 
gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan 
perasaan yang merosot (seperti muram, sedih, perasaan 
tertekan).  
Dunia maya. Ruang informasi dan komunikasi dalam internet 
 
Elektronik. Alat yang dibuat berdasarkan prinsip elektronika; hal 
atau benda yang memakai  alat-alat yang dibentuk atau 
bekerja atas dasar elektronika, seperti komputer, laptop dan 
ponsel. 
Emosional. Perasaan yang menyangkut aspek psikologis yang 
mengakibatkan gangguan priaku pada Cybervictim atau 
Cyberbullies.  
Empati. Keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau 
mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau 
pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain 
Eggers. Disebut oleh sebagai "antek" atau "pengikut" Cyberbullies  
Elemen. Unsur yang terkandung dalam peristiwa bullying, 
cyberbullying dan body shaming 
Efek. Dampak yang ditimbulkan oleh tindakan bullying, 
cyberbullying dan body shaming bagi orang yang terlibat 
dalam peristiwa tersebut. Seperti cybervictim dan 
cyberbullies. 
Ekstrim. Perilaku yang paling berbahaya dari peristiwa bullying, 
cyberbullying dan body shaming  
e-mail. Singkatan dari Elektronik Mail atau dalam bahasa Indonesia 
disebut Surat Elektronikyaitu  sarana dalam mengirim 
surat yang dilakukan melalui media internet 
 
Fisik. Jasmani atau badan yang menjadi sasaran dalam peristiwa 
bullying.  
Fenomena. Peristiwa luarbiasa terjadi pada perilaku bullying, 
cyberbullying dan body shaming 
Frustasi. Keadaan seseorang yang terkait dengan perasaan 
kenestapaan, rasa bersalah kebahagiaan, dan kebencian. 
Floaters. anak-anak yang dapat secara aktif membantu bully 
(misalnya, dengan menertawakan victim) 
Faktor Ekstern. Faktor yang berasal dari dalam diri Cybervictim dan 
cyberbullies sehingga terlibat dalam peristiwa bullying, 
cyberbullying dan body shaming  
 
Gay. Istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk orang 
homoseksual atau sifat-sifat homoseksual. Istilah ini 
awalnya digunakan untuk lelaki penyuka sesame jenis.  
Gender. Jenis kelamin laki-laki atau perempuan dan bagaimana 
keterlibatan gender dalam peristiwa bullying, cyberbullying 
dan body shaming 
 
Internet. kependekan dari interconnection-networking yaitu  seluruh 
jaringan komunikasi yang memakai  media 
elektronik, yang saling terhubung memakai  
standar sistem global Transmission Control 
Protocol/Internet Protocol Suite (TCP/IP) sebagai protokol 
pertukaran paket (packet switching communication 
protocol) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh 
dunia.  
Intervensi BK. Intervensi bimbingan dan konseling yaitu  model 
pendekatan yang semestinya adadi dalam setiap pemberian 
layanan bimbingan dan konseling 
Instan. Cara yang dilakukan tanpa proses yang lama 
 
Karakteristik. Ciri-ciri yang berbeda. Individu yang saling 
bergabung akan membentuk kelompok peran individu yang 
terlibat dalam peristiwa bullying, cyberbullying dan body 
shaming 
Konsekuensi. Akibat dari peristiwa bullying, cyberbullying dan body 
shaming untuk peran yang terlibat.  
Konflik. Sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih 
yang terlibat pada peristiwa bullying, cyberbullying dan 
body shaming 
 
L  
Lesbian. Lesbian yaitu  istilah bagi perempuan yang mengarahkan 
orientasi seksualnya kepada sesama perempuan. Istilah ini 
juga merujuk kepada perempuan yang mencintai 
perempuan 
 
Media. Alat yang digunakan untuk melakukan cyberbyllying dan 
body shaming 
Menggoda. Kekerasan verbal bentuk yang paling berbahaya dan 
bullying tahan lama 
Motif.yaitu  dorongan dalam diri manusia yang timbul 
disebab kan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin 
dipenuhi oleh manusia tersebut 
Misogyny. Kebencian atau tidak suka terhadap wanita atau anak 
perempuan. Misogini dapat diwujudkan dalam berbagai 
cara, termasuk diskriminasi seksual, fitnah perempuan, 
kekerasan terhadap perempuan, dan objektifikasi seksual 
perempuan secara langsung atau online. 

 
Negatif. Pengaruh kuat yang mendatangkan akibat merugikan diri 
sendiri dan orang lain dalam peristiwa bullying, 
cyberbullying dan body shaming 
 
Outsider yaitu  anak yang tahu terjadi bullying, namun tidak 
melakukan apapun seolah-olah tidak peduli 
Observer. Individu yang terlibat pada peristiwa bullying atau 
cyberbullying sebagai individu yang mengamati. 
Online. segala bentuk komunikasi yang memakai  Internet, 
namun  secara spesifik mengacu pada obrolan atau 
percakapan yang terjadi pada peritiwa cyberbullying dan 
body shaming  
 
Power.yaitu  kekuatan individu yang ditunjukan dalam 
peristwa bullying, cyberbullying dan body shaming  
Ponsel. Telepon genggam atau telepon seluler (disingkat ponsel) 
atau handphone (disingkat HP) yaitu  perangkat 
telekomunikasi elektronik yang digunakan dalam peristiwa 
cyberbullying dan body shaming.  
Platform. Rencana kerja; program untuk mencegah dan menangani 
bullying, cyberbullying dan body shaming 
Psikologis. Berkenaan dengan psikologi; bersifat kejiwaan yang 
diakibatkan oleh peristiwa bullying, cyberbullying dan body 
shaming llying 
Prevalensi.  Pelecehan pada umumnya melibatkan pertanyaan yang 
berulang, menjengkelkan, pernyataan atau serangan tentang 
masalah seksual, jender, rasial, agama atau kebangsaan 
 
Reinforcer. Individu yang menguatkan perilaku bully dalam 
peristiwa bullying.  
Rumor.  Gunjingan dapat berkembang dari mulut ke mulut atau 
dibicarakan di media sosial 
Rasis. Suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan 
bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia 
menentukan pencapaian budaya atau individu – bahwa 
suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk 
mengatur ras yang lainnya sehingga menjadi salah satu 
factor penyebab bullying atau cyberbullying 
  
T  
Tradisional. Aksi dan tingkah laku bullying yang tidak melibatkan 
media elektronik, pelaku saling berhadapan  
Terisolasi. Usaha untuk mengucilkan individu yang menjadi victim 
dalam peristiwa bullying atau cyberbullying 
 
S  
Sebaya. hampir sama (kekayaannya, kepandaiannya, dan 
sebagainya); seimbang; sejajar dalam segi usia untuk peran 
yang terlibat dalam peristiwa bullying atau cyberbullying. 
 
Verbal. Perilaku bullying, cyberbullying dan body shaming melalui 
perkataan atau ucapan yang ditulis dalam sebuah kolom 
komentar di media sosial.  
Victim. Individu yang terlibat dalam peristiwa bullying sebagai 
korban 
Variasi. Berbagai cara yang dilakukan dalam peristiwa bullying atau 
cyberbullying  
  

 Antarpribadi: Antar pribadi seseorang dengan orang lain. Bisa 
dimaksudkan komunikasi ataupu unteraksi yang terjalin antara 
orang yang satu dengan orang yang lain. 
Cemas: Kecemasan yaitu  suatu istilah yang menggambarkan 
gangguan psikologis yang dapat memiliki karakteristik yaitu 
berupa rasa takut, keprihatinan terhadap masa depan, 
kekhawatiran yang berkepanjangan, dan rasa gugup. Rasa 
cemas memang biasa dihadapi semua orang. Namun, rasa 
cemas disebut gangguan psikologis saat  rasa cemas 
menghalangi seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari 
dan menjalani kegiatan produktif. 
Defensif: Bersikap bertahan dimaksudkan untuk mempertahankan 
dirinya sendiri ataupu untuk mempertahankan suatu hal. 
Emosi: yaitu  perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau 
sesuatu.[1] Emosi yaitu  reaksi terhadap seseorang atau 
kejadian.[2] Emosi dapat ditunjukkan saat  merasa senang 
mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut 
terhadap sesuatu 
Empati: artinya satu perasaan dimana seseorang benar-benar tahu 
perasaan dari suatu kejadian sebab  ia pernah berada dalam 
posisi itu 
Individu: yaitu yaitu  unit terkecil 
pembentuk masyarakat.[1] Dalam ilmu sosial, individu berarti 
juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak 
dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil 
Karakter: Karakter atau watak yaitu  sifat batin yang memengaruhi 
segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki 
manusia atau makhluk hidup lainnya 
Keterampilan: Kemampuan fisik yaitu  kemampuan tugas-tugas yang 
menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik 
serupa. Penelitian terhadap berbagai persyaratan 
92  
Kompetensi: kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan 
(memutuskan sesuatu); 2 Ling kemampuan menguasai 
gramatika suatu bahasa secara abstrak atau batiniah 
Konseling: pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang 
dengan memakai  metode psikologis dan sebagainya; 
pengarahan; 2 pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli 
sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan 
diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah; 
penyuluhan 
Konselor: anggota (staf) perwakilan di luar negeri, kedudukannya di 
bawah duta besar dan bertindak sebagai pembantu utama 
(pemangku) kepala perwakilan; 2 orang yang melayani 
konseling; penasihat; penyuluh 
Masalah: sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan); soal; 
persoalan: 
Minoritas: golongan sosial yang jumlah warganya jauh lebih kecil jika 
dibandingkan dengan golongan lain dalam suatu masyarakat 
dan sebab  itu didiskriminasikan oleh golongan lain itu 
Profesional: bersangkutan dengan profesi; 2 memerlukan kepandaian 
khusus untuk menjalankannya: ia seorang juru masak -- 
; 3 mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya 
(lawan amatir): 
Refleksi: gerakan, pantulan di luar kemauan (kesadaran) sebagai 
jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar: penyair 
pada hakikatnya yaitu  suatu -- dari masyarakat  
sekelilingnya; 2 gerakan otot (bagian badan) yang terjadi 
sebab  suatu hal dari luar dan di luar kemauan  atau 
kesadaran; 3 ki cerminan; gambaran 

Bullying yaitu  pengalaman yang terjadi saat  seseorang 
merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan takut apabila perilaku 
buruk tersebut akan terjadi lagi, sedangkan victim merasa tidak 
berdaya untuk mencegah perilaku bullying yang dialami. Sejumlah 
besar penelitian telah dilakukan pada bullying tradisional. Bullying 
didefinisikan sebagai perilaku agresif atau 'kerusakan' yang sengaja 
dilakukan oleh satu orang atau kelompok, dilakukan dengan cara 
berulang dan melibatkan perbedaan kekuatan dan kekuasaan. 

Bullying yaitu  perilaku menyakiti orang lain dengan cara menyakiti  
mental dan juga fisik, menggertak yang dilakukan oleh individu atau 
kelompok secara berulang dengan hubungan kekuasaan yang tidak 
setara antara bully dan victim  menjelaskan bahwa 
bullyingyaitu  pelecehan mental atau fisik victim, yang 
dilakukan oleh siswa atau kelompok siswa. Bullying diasumsikan 
sebagai hubungan kekuasaan yang tidak setara antara bully dengan 
victim, dan episode kejadiannya terus berulang dari waktu ke waktu.  
 
Olweus (Rigby, 2007) membagi  dua tipe bullying yaitu: 
1. Bullying secara langsung yaitu  perilaku 
menyakiti  secara fisik oleh individuatau 
kelompok. 
2. Bullying tidak langsung, seperti 
pengucilan melalui media sosial dan 
secara verbal yang dilakukan oleh 
individu atau kelompok. Bullying 
disebut juga sebagai bagian dari perilaku 
agresif sebab  di dalamnya melibatkan 
tindakan agresi atau serangan.  
 
 
Rigby (2007) meng identifikasi unsur-unsur perilaku sehingga 
dapat disebut bullying. Unsur bullying seperti keinginan untuk 
menyakiti, tindakan negatif, kekuatan  yang tidak seimbang antara 
orang-orang yang terlibat dalam bullying melibatkan tindakan yang 
berulang dalam kurun waktu tertentu, bukan sekadar penggunaan 
kekuatan, namun  rasa senang yang dirasakan oleh bully dan rasa 
tertekan di pihak victim. 
 bullying yaitu : 
1. Perilaku menyakiti secara fisik, verbal dan psikologis yang 
disengaja oleh si bully pada victimnya, bukan sebuah 
kelalaian. Memang betul-betul disengaja. 
2. Perilaku menyakiti secara fisik, verbal dan psikologis itu 
terjadi berulang-ulang bullying tidak pernah dilakukan secara 
acak atau cuma sekali. 
3. Didasari perbedaan power yang mencolok antara bully dan 
victim. Jadi perkelahian diantara anak yang kurang seimbang 
dari segi ukuran fisik maupun usia bukanyaitu  kasus 
bullying. Dalam bullying bully benar-benar berbeda di atas 
angin victimnya. 
 
 Menurut Afriana, dkk (2014) bullyingyaitu  suatu 
bentuk perilaku agresif yang diwujudkan dengan perlakuan secara 
tidak sopan dan penggunaan kekerasan atau paksaan untuk 
mempengaruhi orang lain secara fisik, verbal dan psikologis, yang 
dilakukan secara berulang atau berpotensi untuk terulang, dan 
melibatkan ketidak seimbangan kekuatan.  
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Olweus dan Roland 
(James, 2010) hasil penelitian menunjukan sebuah   agar 
bisa disebut  disebut sebagai bullying, yaitu perilaku menyakiti 
dengan cara fisik, verbal dan psikologis  atau bentuk kekerasan lain 
harus terjadi sedikitnya sekali dalam seminggu atau lebih selama 
periode waktu satu bulan. Berdasarkan hasil kesepakatan beberapa 
peneliti bahwa pengertian bullying yaitu  tindakan yang 
mengakibatkan kekerasan atau agresi secara langsung dan agresi 
secara tidak langsung. Tindakan kasar atau kekerasan bisa dikatakan 
bullying jika individu sebagai victim merasa tidak menyukai 

tindakan yang dilakukan oleh orang lain atau kelompok, dan telah 
melukai perasaan victim. 
Dan Olweus, yang secara luas diakui sebagai bapak penelitian 
bullying. bullying yaitu  
perilaku agresif perilaku yang: (a) tindakan dimaksudkan untuk 
menyebabkan kerusakan atau tekanan pada seseorang atau 
sekelompok individu, (b) tindakan kekerasan terjadi berulang-ulang 
dari waktu ke waktu, dan (c) tindakan terjadi pada hubungan di 
mana ada ketidak seimbangan kekuasaan atau kekuatan. Hal ini 
penting untuk dicatat bahwa bullying, sebagai bentuk pelecehan 
terhadap individu lain, banyak karakteristik dengan jenis kekerasan 
lainnya, yaitu penganiayaan anak dan kekerasan dalam rumah 
tangga. Secara tradisional, banyak anggota masyarakat umum 
berpikir bullying sebagai tindakan menyakiti secara fisik dan terbuka 
(Misalnya, memukul, menendang, mendorong anak lain). Akan 
namun , bullying juga dapat melibatkan kata-kata atau non-verbal, 
cara-cara non-fisik. Selain itu, meskipun perilaku bullying mungkin 
melibatkan tindakan secara langsung, serangan relatif terbuka 
terhadap victim, bullying sering tidak langsung, atau halus. 
Menurut Tattum dan Tattum (Widayanti & Siswati, 2009) 
bullying yaitu  “the willful, conscious desire to hurt another and 
put him/her under stress”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat 
dipahami bahwa bullying yaitu  hasrat untuk menyakiti individu 
lain yang dilakukan secara sadar dan membuat individu tersebut 
merasa tertekan. Bully merasa bahagia jika victim merasa takut dan 
tertekan sehingga bullying akan dilanjutkan. 
"Bullying" sering didefinisikan sebagai agresif, disengaja 
tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh kelompok atau individu 
berulang kali dan seiring waktu melawan korban yang tidak bisa 
dengan mudah membela diri 
 
Fakta Bullying 
Bandura (O'connell, et al, 1999) diidentifikasi tiga kondisi 
yang mempengaruhi kemungkinan pemodelan.  
1. Anak-anak lebih mungkin meniru model saat  model yaitu  
nyata yang kuat. 
2. Model dihargai dari pada dihukum sebab  perilaku itu dan 
model tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan 
anak.  
3. Dalam kasus bullying kondisi ini sering hadir. Orang-orang 
yang hadir saat melakukan episode bullying memiliki 
kesempatan untuk mengamati sosok yang kuat (bully). 
 
Field (2007)  menyatakan bahwa ada beberapa fakta tentang 
bullying. Berikut beberapa fakta tentang bullying: 
1. Bullying melibatkan pelecehan psikologis, emosional, sosial 
atau fisik. 
2. Ciri yang krusial yaitu  persepsi: victim terasa tidak berdaya. 
3. Masalah kritis yaitu  tingkat kerusakan yang terjadi pada 
victim. 
4. Sekitar satu dari lima siswa diganggu secara teratur dan 
sekitar satu di antara lima victim yaitu  bully secara teratur. 
 
Olweus (Ttofi, & Farrington, 2011). Menyatakan bahwa jika 
tidak melibatkan perbedaan kekuatan itu bukan bullying saat  dua 
orang dari kekuatan yang sama (fisik, psikologis, atau verbal) saling 
mengorbankan satu sama lain. Tidak boleh disamakan dengan agresi 
atau kekerasan; tidak semua agresi atau kekerasan melibatkan 

bullying, dan tidak semua bullying melibatkan agresi atau kekerasan 
(Ttofi, & Farrington, 2011). 
Nansel dan rekan (Crawford, 2002)  juga menemukan bahwa: 
1. Bullying terjadi paling sering dari kelas enam hingga 
delapan, dengan sedikit variasi di antara keduanya daerah 
perkotaan, pinggiran kota, kota dan pedesaan. 
2. Pria lebih cenderung menjadi bully dan victim dari pada 
wanita. Pria lebih banyak cenderung mengalami bullying 
secara secara fisik, sementara wanita lebih mungkin untuk 
secara verbal atau secara psikologis diganggu. 
3. Bully dan victim mengalami kesulitan penyesuaian diri 
dengan lingkungan mereka, keduanya secara sosial dan 
psikologis. Victim memiliki kesulitan lebih besar dalam 
mencari teman dan mengalami kesepian. 
4. Bully lebih cenderung merokok dan minum alkohol, dan 
menjadi siswa yang lebih rendah dalam prestasi. 
5. Bully-vicim anak yangyaitu  bully dan penerima 
bullying - cenderung mengalami isolasi sosial, melakukan 
yang buruk di sekolah dan terlibat dalam perilaku bermasalah 
seperti merokok dan minuman beralkohol. 
 
Maliki, et al (2009) menyatakan bahwa untuk intervensi 
bullying agar menjadi efektif harus fokus di luar anak yang agresif 
atau bully dan victim termasuk teman sebaya, staf sekolah, orang tua 
dan komunitas. Sebuah anti-bullying yang komprehensif pendekatan 
dapat mengurangi bullying. Fitur utama dari intervensi yaitu  kode 
yang dinyatakan dengan jelas perilaku dengan tindak lanjut yang 
konsisten dan mendukung. Dibutuhkan banyak waktu untuk 
mewujudkannya baik perubahan sikap maupun perilaku di antara 
siswa staf, dan orang tua di sekolah.  

Tempat Terjadi Bullying 
Field (2007) mengidentifikasi tempat-tempat di mana terjadi 
bullying 
1. Di sekolah mana pun, miskin atau kaya, pribadi atau negara, 
dunia pendidikan atau sekolah satu jenis kelamin, kecil atau 
besar, agama atau non-agama, konservatif, sekolah 
tradisional atau progresif, hari atau asrama. 
2. Di sekolah: di ruang kelas, taman bermain, kantin, toilet, 
loker, fasilitas olahraga, ruang ganti, koridor terisolasi, kamp 
sekolah. 
3. Di luar sekolah: bepergian ke dan dari sekolah, di penitipan 
setelah program sekolah, taman bermain, pusat perbelanjaan. 
4. Di dunia maya: pesan teks, email, ruang obrolan Internet dan 
situs web, papan buletin, foto digital. 
 
Ybarra, et al, (2007) menyatakan bahwa sedikit yang diketahui 
tentang berapa banyak bullying pengalaman remaja baik online 
maupun di sekolah. Meskipun demikian, orang tua sering 
menghubungi pejabat sekolah yang menuntut intervensi itu terjadi 
jika anak mereka dibullying oleh siswa lain secara online. Ini 
menantang, sebab  bullying sering terjadi di luar sekolah dan di luar 
waktu sekolah. Penelitian sebelumnya menunjukkan kemungkinan 
tumpang tindih. Target cyberbullying lebih mungkin menjadi victim 
dalam lingkungan tatap muka oleh teman sebaya. 
Kowalski et al. (Mishna & Solomon, 2009) Alat komunikasi 
elektronik sedang memindahkan diskusi tentang bullying ke dunia 
elektronik jalan raya informasi. Mirip dengan bullying tradisional, 
cyberbullying, juga dikenal sebagai penindasan elektronik atau 
kekejaman sosial online.  
 
Peran-peran dalam Peristiwa Bullying 
Bullying yang terjadiyaitu  proses komunikasi antar 
individu. Proses komunikasi yang cenderung kurang baik sehingga 
terjadi bullying. Bullying yang dilakukan oleh individu atau 
kelompok, masing-masing individu yang terlibat memiliki peran 
atau sebutan tersendiri. Hymel dkk, (2009) menyatakan bahwa 
bullying memiliki tingkat yang sangat bervariasi di setiap negara. 
Sekitar 9% sampai 73% dari remaja dan anak-anak melaporkan 
bahwa mereka telah mem-bully remaja dan anak-anak lain dan 2% 
sampai 36% dari remaja dan anak-anak mengatakan bahwa mereka 
yaitu  victim.  
 
 
 
 
Menurut Rigby (2007) terdapat peran-peran dalam peristiwa 
bullying, yaitu: 
1. Bully yaitu  anak yang dikategorikan sebagai pelaku dan 
pemimpin. Berinisiatif dan aktif terlibat dalam peristiwa 
bullying sebagai pelaku. 
2. Assistance Bully yaitu  anak yang juga terlibat aktif dalam 
peristiwa bullying, namun cenderung bergantung atau 
mengikuti perintah bully. 

3. Reinforcer yaitu  anak yang ada saat  peristiwa bullying, 
ikut menyaksikan, mentertawakan victim, memprovokasi 
bully, mengajak anak lain untuk menonton dan sebagainya. 
4. Victim yaitu  anak yang menjadi victim atau anak yang di-
bully. 
5. Defender yaitu  anak yang berusaha membela dan 
membantu victim., sringkali defender akhirnya menjadi 
victim juga.  
6. Outsider yaitu  anak yang tahu terjadi bullying, namun tidak 
melakukan apapun seolah-olah tidak peduli. 
 
Salmivalli (Smith & Ananiadou, 2003) mengemukakan enam 
peran remaja dan anak-anak dalam perilaku bullying, yaitu: 
1. Bully (pelaku dalam peristiwa bullying). 
2. Assistance (asisten atau individu yang membantu bully dalam 
peristiwa bullying). 
3. Reinforcer (individu yang menguatkan perilaku bully dalam 
peristiwa bullying). 
4. Defender (individu yang cenderung membela victim dalam 
peristiwa bullying).  
5. Outsider (individu yang tahu adanya peristiwa bullying 
namun tidak terlibat sama sekali dalam peristiwa bullying). 
6. Victim (individu yang menjadi victim dalam peristiwa 
bullying). 
 
Menutut Rigby (2007) selain dari enam peran yang terlibat 
dalam peristiwa bullying, terdapat satu peran yang disebut bully-
victim yaitu keadaan dimana individu yang pernah menjadi victim 
dalam peristiwa bullying, juga menjadi bully.  Beberapa remaja dan 
anak-anak yaitu  victim dan bully dalam peristiwa bullying (Olweus, 

10 
1993; Svennson, 1999; Roland & Vaaland, 2006). Olweus (Roland 
& Vaaland, 2006) Ini disebut bully-victims mungkin sulit untuk 
membantu jika bully-victims diizinkan untuk terus menjadi bully. 
Satu alasan yaitu  mudah untuk membenarkan bully-victims dengan 
mengatakan bahwa bully-victims layak mendapatkannya. 
Menurut Roland & Vaaland (2006) pada peristiwa bullying 
terdapat peran yang anak-anak ambil, seperti: 
1. Audien 
Sering ada audiens saat  bullying terjadi. Audien melihat 
dan tahu bahwa bullying terjadi, namun  tidak aktif mengambil 
bagian di sisi mana punbaik sebagai pelaku atau penolng. 
Kadang-kadang geng bisa berdiri dan menonton seseorang 
menggoda atau menyerang secara fisik sesama anak. Pada 
kesempatan lain, audien hanya melihat bahwa sesuatu sedang 
terjadi tanpa benar-benar dekat dengannya. Sering ada lebih 
banyak anak menjadi  audiens dari pada anak yang aktif 
terlibat dalam situasi, dan kita bisa melihat anak sebagai 
mayoritas yang diam..  
 
2. Observer 
Seorang observer  percaya bahwa yang lain lebih 
berpandangan positif tentang bullying dari pada yang 
sebenarnya. Kesalah pahaman semacam itu mencegah 
observer mendukung victim. Observer berpikir mereka 
yaitu  satu-satunya yang tidak menyukai apa yang mereka 
lihat dan sebab  itu tidak berani berbicara tentang bagaimana 
perasaan sebenarnya. Ini bisa memimpin seorang observer 
untuk memihak bully terhadap viktim. Bully juga salah 
menafsirkan situasi dan sering percaya bahwa para observer 
mendukung tindakan mereka.  

11 
3. Bully 
Anak laki-laki menggertak anak laki-laki dan perempuan. 
Anak perempuan menggertak murid di kelompok angkatan 
mereka sendiri dan tahun-tahun lainnya. Terutama 
perempuan menggertak gadis lain dan paling sering 
perempuan dalam kelompok tahun mereka sendiri. 
 
Englander (2012) Beberapa ahli mengidentifikasi  5 peran, 
seperti: 
1. Bully. 
Anak-anak ini yaitu  pengganggu di sekolah "tradisional". 
Motivasi bully untuk mendominasi atas victim, meningkatkan 
status sosial bully sendiri, dan menanamkan ketakutan pada 
calon victim. Modus operandi bully yaitu  menyalahgunakan 
victim mereka, baik secara fisik atau (lebih umum) secara 
psikologis / verbal. Sebagai suatu kelompok, bully cenderung 
memiliki harga diri yang tinggi dan cenderungan yang 
ditandai untuk melihat diri bully sebagai yang diserang di 
lingkungan yang tidak bersahabat.  
 
2. Eggers 
"Eggers" (disebut oleh Olweus sebagai "antek" atau 
"pengikut") disebut demikian sebab  fungsi utama eggers 
yaitu  mengikuti bully. Anak-anak ini yaitu  sistem 
pendukung utama untuk bully di sekolah. Eggers sering 
memiliki harga diri yang rendah dan keterampilan sosial 
yang buruk. Eggers berteman dan membantu pengganggu 
sebab  eggers takut menjadi victim dan sebab  dengan 
melakukan sesuatu yang diperintahkan bully jadi eggers 
mendapat status tinggi, dan teman yang kuat secara sosial. 

12 
Tidak seperti bully, eggers tidak melihat perilaku bullying 
sendiri sebagai respon yang dibenarkan untuk dunia yang 
tidak bersahabat; eggers secara akurat merasa bahwa perilaku 
mereka berbahaya dan tidak dapat diterima, namun  eggers 
cenderung meminimalkan keterlibatan mereka sendiri atau 
meminimalkan dampak dari perilaku eggers sendiri. 
Meskipun beberapa eggers konsisten ramah dengan bully, 
subtipe yaitu  floaters. Floaters bukan teman-teman biasa 
bully, namun  yang mungkin mengikuti atau membantu bully 
selama bullying situasi tertentu sebab  floaters takut menjadi 
victim sendiri, atau sebab  floaters melihatnya secara sosial 
diinginkan untuk membantu bully menjadi populer. Floaters 
mungkin "mengambang" keluar masuk membantu bully; 
dalam beberapa situasi, floaters mungkin pengamat diam, 
sedangkan di tempat lain, floaters dapat secara aktif 
membantu bully (misalnya, dengan menertawakan victim). 
Seperti semua eggers, floaters meminimalkan kerusakan 
perilaku disebabkan dan mencoba untuk menghindari 
konfrontasi diri mengenai peran mereka sendiri dalam 
bullying. Floaters mungkin "cyberbullies tidak disengaja" 
juga. 
 
3. Semua Bully 
Para bully di sekitar yaitu  pengganggu di sekolah yang 
melebarkan kegiatan bullying keranah elektronik (mis. 
cyberbullying). Motivasi dan modus operandi bully yaitu  
sama seperti bully lainya; mereka hanya menganggap dunia 
elektronik sebagai arena peluang baru untuk melanjutkan 
aktivitas kasar mereka. 
 

13 
4. Cyberbullies 
Cyberbullies yaitu  anak-anak yang tidak akan terlibat 
dalam cyberbullying sekolah, namun  lakukan terlibat dalam 
cyberbullying sebab  mereka memiliki seperangkat 
keyakinan atau sikap yang mendukung cyberbullying secara 
spesifik. Misalnya, hanya cyberbullies yang mungkin tidak 
mem-bullying secara langsung sebab  cyberbullies tidak 
berdaya secara sosial atau diinvestasikan di sekolah dan 
akademisi, namun mereka bersedia untuk melakukan 
cyberbullying sebab  cyberbullies percaya bahwa 
cyberbullying itu tanpa risiko, sebab  kecakapannya dilihat 
sebagai tidak menjadi bagian dari dunia maya. Satu-satunya 
cyberbullies bisa menjadi victim bullying di sekolah, yang 
menyerang secara online, di mana cyberbullies bisa 
melakukannya dengan relatif aman. 
 
5. Cyberbullies yang tidak disengaja 
Anak-anak ini juga cyberbullying sebab  serangkaian 
keyakinan atau sikap, namun  mereka tampaknya 
melakukannya tanpa niat untuk secara aktif menggertak yang 
mencirikan hanya bullying. Satu sikap umum dalam 
kelompok ini yaitu  bahwa Internet “tidak menghitung 
"atau" tidak nyata "dan apa yang terjadi di sana tidak terlalu 
menyakitkan siapa pun atau membawa risiko apa pun. 
sebab  kemampuan anak-anak yang terbatas untuk 
menerapkannya sendiri pengalaman penganiayaan, anak-
anak mungkin mempercayai mitos-mitos ini bahkan saat  
diri mereka sendiri terluka secara online. Atau, beberapa 
cyberbullies yang tidak disengaja mungkin benar-benar 
berniat untuk bercanda namun  tulisan mereka tidak 

14 
menyampaikan nada akurat, dan kata-kata mereka dianggap 
serius meskipun tidak selalu dimaksudkan untuk  seperti itu. 
Kita tahu bahwa banyak orang dewasa terlalu percaya diri 
dengan tulisan mereka secara akurat mencerminkan nada 
emosional yang dimaksudkan. 
 
Jenis-jenis Bullying 
Jenis bullying dapat berupa tindakan fisik dan verbal yang 
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Field 
(2007) terdapat empat jenis bullying, yaitu (1) bullying fisik 
(memukul, menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar, 
meludahi, dan merusak serta menghancurkan barangbarang milik 
victim); (2) bullying verbal (julukan nama, celaan, fitnah, kritikan 
kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan 
seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengbullying 
, tuduhan-tuduhan yang tidak benar kasakkusuk yang keji dan keliru, 
gosip dan lain-lain), dan (3) bullying secara psikologis (pengabaian, 
pengucilan atau penghindaran). 
Peneliti awal terutama berfokus pada fisik dan verbal agresi 
yang menandai interaksi bullying. Para peneliti tahun 1990-an 
mengakui bahwa bentuk-bentuk lain yang lebih halus agresi juga 
digunakan, seperti agresi relasional, dicirikan oleh usaha  atau 
ancaman terhadap kerusakan hubungan (Crick & Grotpeter, 1996; 
Dooley et al et al, 2009). Agresi relasional terdiri dari perilaku halus 
(misalnya, bergosip) yang lebih sering diamati pada wanita (Coyne, 
Archer, & Eslea, 2006; Dooley et al et al, 2009). Underwood 
(Dooley et al et al, 2009) juga dijelaskan agresi sosial, yang 
merupakan bentuk agresi yang lebih luas dari agresi relasional, di 
mana banyak taktik digunakan dalam usaha  untuk menghancurkan 

15 
semua jenis relasi sosial tionships serta harga diri seseorang dan 
status sosial. 
Jenis-jenis bullying merutut Field (2007) Ada empat jenis 
utama bullying: menggoda, mengucilkan, bullying fisik dan 
gangguan. 
1. Menggoda.  
Menggoda yaitu  kekerasan verbal. Ini yaitu  bentuk yang 
paling berbahaya dan bullying tahan lama. Bentuk menggoda yang 
paling umum terkait dengan penampilan, seksualitas dan persetujuan 
sosial. Sebuah kata yang dianggap normal di satu sekolah (atau 
negara) mungkin benar-benar buruk di negara lain. Meskipun kata-
kata bervariasi, itu yaitu  maksud, audiens dan konteks sosial yang 
membahayakan victim. Menggoda itu menyakitkan sebab  cara, 
kejut, nada, ekspresi wajah, dan ekspresi bully pengulangan yang 
rutin. Jenis utama menggoda yaitu : 
a. Nama panggilan 
b. Melecehkan, berteriak, menghina atau mengomel 
c. Tuntutan atau ancaman verbal  
d. Membuat Suara saat  Victim Berjalan Lewat, dan 
e. Penyalahgunaan telepon, catatan buruk, Internet, email, 
SMS, dan SMS dan bentuk elektronik lainnya. 
 
 

16 
2. Pengucilan 
Pengucilan ‘Pengecualian’ atau ‘hubungan’ didasarkan pada 
manipulasi sosial, dan dapat terjadi secara terbuka - ‘Anda tidak bisa 
duduk bersama kami” serta melibatkan tindakan tidak secara 
langsung, halus, perilaku rahasia atau bahasa tubuh nonverbal oleh 
bully dan lainnya. Bully dapat memanipulasi kelompok tanpa 
keterlibatan langsungnya, dengan memakai  struktur sosial 
untuk menyerang victim.  
 
 
 
Tujuan pengecualian yaitu  untuk menciptakan identitas 
kelompok yang menjadi mekanisme kontrol yang kuat. Setiap 
anggota kelompok tahu bahwa jika dia mencoba untuk melindungi 
victim, dia mungkin berikutnya. saat  seorang bully, maka 
kehadiran guru tidak relevan - bully mungkin cukup untuk menakut-
nakuti victim. Pengecualian meliputi: 
a. Berpura-pura ramah terhadap victim dan kemudian secara 
sporadis berubah melawannya 
b. Saat victim mendekati, kelompok memberi dia ‘the silent 
treatment’ dan membalikkan punggung mereka 
c. Bully mengatakan sesuatu pada victim dan berjalan pergi 
sebelum dia dapat membalas 

17 
d. Menunjuk, menatap, mendengking, tertawa, membuat wajah, 
meniru, atau berbisik dengan orang lain sambil melihat 
victim 
e. Pose mengancam, isyarat mengancam, ‘tampilan’ 
f. Tidak termasuk anak dari kelompok sebaya, percakapan, 
direncanakan kegiatan atau permainan 
g. Tidak berbagi tempat duduk sambil berpura-pura 
menyimpannya untuk orang lain 
h. Gosip jahat dan desas-desus yang dirancang untuk membuat 
anak-anak lain merendahkan victim, mis. mengekspos 
rahasianya kepada orang lain, dan 
i. Pemerasan dan ancaman, misalnya ‘Saya tidak akan menjadi 
teman Anda jika Anda tidak membelikan saya camilan, Anda 
tidak akan datang ke pesta saya jika Anda tidak 
memberikannya kepada saya tugas untuk disalin  
 
3. Fisik 
Bullying fisik melibatkan menyerang 
secara teratur kepada seseorang yang lebih 
lemah. Bisa secara agresif langsung, 
seperti memukul, menendang dan meludah 
atau tidak langsung, seperti  isyarat, saran, 
menguntit, merusak atau 
menyembunyikan properti. Itu bisa 
termasuk menarik pakaian victim dan 
merobeknya  
terlibat dalam perkelahian dia tak berdaya. 
Itu termasuk: 

18 
a. Mendorong, mendorong, menendang,     mencubit, meninju, 
menabrak, mengetuk, menarik rambut, menahan diri secara 
fisik, tersandung, dan memakai  senjata 
b. Mencuri buku, makan siang atau barang-barang lainnya dari 
meja atau loker 
c. Melemparkan barang milik seseorang di sekitar kelas  
d. Mengganggu atau merusak pakaian anak-anak, barang-
barang miliknya meja, loker, atau di tempat lain, misalnya 
didorong, rusak atau disembunyikan 
e. Mengambil kursi saat seorang anak akan duduk di atasnya 
f. Mengunci dia di ruangan atau lemari, meletakkan kepalanya 
di toilet 
g. Menjentikkan air pada anak dari keran, menjentikkan 
potongan kertas atau karet gelang, dan 
h. Menyabotase pekerjaan rumah atau studi komputer. 
 
4. Pelecehan 
Pelecehan pada umumnya melibatkan pertanyaan yang 
berulang, menjengkelkan, pernyataan atau serangan tentang masalah 
seksual, jender, rasial, agama atau kebangsaan. Itu termasuk: 
a. Menundukkan anak ke setiap gerakan seksual, gangguan, 
tindakan fisik keintiman dan serangan melalui menyentuh, 
meraih atau mencubit, mis. membelai payudara seorang 
gadis, menyentuh pantat anak atau bagian pribadi lainnya, 
menjentikkan rok gadis, buang air kecil pada seseorang 
b. Menarik celana victim di depan siswa lain 
c. Mengintip di bawah pintu toilet 
d. membuat komentar langsung atau tidak langsung tentang 
seksualitas anak: ‘You’ gay ', ‘You're homo / lesbian’, 
‘You're a girl’ (untuk laki-laki) 

19 
e. memakai  bahasa yang mengbullying, mis. ‘Fuck off’, 
‘Pergi persetan ibumu’, ‘Ibumu yaitu  pelacur’, ‘Kembali ke 
tempat asalmu’ 
f. membuat permintaan atau permintaan seksual yang tidak 
diinginkan, dan 
g. menguntit di dalam atau di luar sekolah. 
 
Björkqvist et al (Dooley et al et al, 2009) Bentuk-bentuk agresi 
ini bisa langsung atau tidak langsung dalam cara mereka 
lakukan. Misalnya, bentuk langsung akan termasuk memberi tahu 
seseorang bahwa mereka tidak dapat bergabung dalam geam atau 
dengan menjadi bully agresif sedangkan bentuk tidak langsung akan 
termasuk gosip atau menyebarkan rumor buruk. Perbedaan 
utamanya yaitu  bahwa agresi langsung diberlakukan langsung ke 
arah victim (jadi victim sadar siapa agresor itu) sementara agresi 
tidak langsung diarahkan pada victim melalui pihak ketiga (atau 
lebih) jadi tidak selalu mungkin untuk mengidentifikasi agresor 
(yaitu, orang yang memulai rumor). Selain itu, bullying telah 
dijelaskan dalam hal reaktif (yaitu, secara emosional) versus proaktif 
(yaitu, terencana dan kontra agresi yang dirancang untuk 
mendominasi orang lain atau untuk mendapatkan benda-benda nyata 
seperti uang makan siang). Fontaine (Dooley et al, 2009) Sampai 
saat ini, banyak penelitian telah berfokus pada agresi reaktif / 
proaktif dikotomi terutama dalam kaitannya dengan motivasi 
kognitif yang mendorong bentuk-bentuk agresi. 
 
  

20 
Tabel 1.1 Bentuk Umum Bullying 
Bentuk Bullying Langsung Bullying Tidak 
Langsung 
Bullying Verbal  Mengejek, menggoda,  
nama panggilan 
Menyebarkan desas-
desus 
Bullying Fisik Menekan, menendang, 
mendorong, merusak 
atau mencuri barang 
milik 
Mendaftar seorang teman 
untuk menyerang 
seseorang untuk Anda 
Bullying non-
verbal/ non-fisik  
Mengancam, gerakan 
cabul  
Tidak termasuk yang lain 
dari kelompok, 
manipulasi persahabatan, 
mengancam e-mail 
Sumber: Diadaptasi dari Rigby (Flamer et al, 2002).   
 
Mayoritas studi menunjukkan bahwa jenis yang paling umum 
bullying yang dialami oleh kedua anak laki-laki dan perempuan 
yaitu  lisan (Olweus, 1993a;. Melton et al, 1998; Unnever, 2001; 
Flamer et al, 2002). Menurut Colorasa (2003) bullying verbal dapat 
berupa menakuti lewat telepon, e-mail yang mengbullying  dan 
“sura-surat kaleng” yang berisi ancaman kekerasan dan ejekan 
seksual. Bullying verbal ini biasa disebut dengan cyberbullying. 
Biasanya ditujukan untuk meneror victim dengan memakai  
tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya 
mem bullying , menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini 
biasanya dilakukan oleh kelompok siswa yang telah memiliki 
pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi dan 
media elektronik lainnya. 
 
  

21 
Karakteristik Bully dan Victim  
kadang  sulit untuk memahami pembentukan victim, bully 
dan anak-anak yang memakai  kedua jenis perilaku. Berikut 
beberapa panduan. Dan Olveus (Field, 2007) pelopor anti-bullying 
Norwegia, percaya bahwa banyak victim berasal dari keluarga yang 
melindungi. Ini termasuk anak yang berhati-hati dan sensitif 
memiliki hubungan dekat dengan Ibu dan seorang ayah yang secara 
emosional jauh; dan keluarga yang memanjakan anak-anak mereka, 
mis. anak 'spesial'. Anak di rumah pemalu dengan sedikit kebutuhan 
untuk berlatih menghadapi pertemuan yang menegangkan dan 
peluang terbatas untuk bersosialisasi di luar keluarga inti mereka.  
Victim reaktif, Anak ini yaitu  victim dan bully pada waktu 
yang berbeda. Dia tidak dapat diprediksi; banyak anak-anak seperti 
itu terlibat sendiri, menunjukkan minat minimal pada orang lain, dan 
harga diri rendah dan kesulitan sosial. Beberapa bereaksi terhadap 
kesulitan pribadi, keluarga atau lainnya, dulu atau sekarang, dengan 
menjadi agresif bukannya asertif. Bully-victim sering tidak disukai 
oleh orang dewasa.  mungkin memiliki kesulitan belajar, kesulitan 
konsentrasi atau menjadi tidak dewasa, hiperaktif, mencari 
perhatian. Bully-victim terlalu sensitive terhadap olok-olok atau 
kritik; mereka menyalahkan ketidak keadilan dan melawan, dengan 
demikian memperpanjang permainan bullying (Field, 2007). 
 
Karakteristik Bully  
Menurut Roland & Vaaland,  (2006) bully sangat populer 
dikalangan sesama siswa lain. Pola popularitas dapat menjadi factor 
negatif yang memberikan kontribusi untuk terus menjadi bully. 
Penelitian Olweus (dalam Roland, 2006) menyebutkan ciri-ciri bully 
yang khas. Ciri khas bully yaitu  perilaku agresif pada teman 
sebaya, guru, orang tua atau saudara.  

22 
Coloroso (Rigby, 2007) memaparkan sifat-sifat yang dimiliki 
bully yakni: (1) suka mendominasi siswa lain; (2) suka 
memanfaatkan siswa lain untuk mendapatkan keinginannya; (3) sulit 
melihat situasi dari titik pandang siswa lain; (4) hanya perduli pada 
keinginan dan kesenangan sendiri, bukan pada kebutuhan, hak-hak, 
dan perasaan-perasaan siswa lain; (5) cenderung melukai siswa lain 
saat  tidak ada pengawasan dari orang tua atau orang dewasa yang 
lain; (6) memandang siswa yang lebih lemah sebagai mangsa; (7) 
memakai  kesalahan, kritikan, dan tuduhan-tuduhan yang keliru 
untuk memproyeksikan ketidakcakapannya pada victim; (8) tidak 
mau bertanggung jawab pada tindakannya dan (9) tidak memiliki 
pandangan terhadap konsekuensi dari perilakunya saat itu. 
Trennya jelas. Meskipun beberapa anak dilahirkan dengan 
kecenderungan psikopat, mayoritas belajar bagaimana menjadi bully 
dari panutan di rumah dan sekolah. Bully dilatih oleh keluarga yang 
tidak bahagia, disfungsional atau berantakan. Cinta, penerimaan dan 
rasa hormat disamarkan atau bersyarat. Bully bisa menjadi victim 
atau mengganggu diri mereka sendiri. Anak itu belajar bahwa 
bullying itu tidak apa-apa sebab  orang tuanya jangan berharap bully 
menunjukkan empati kepada orang lain. Ia juga tidak belajar 
bagaimana menghargai mereka yang cacat, berbeda atau berbakat. Ia 
menjadi tidak toleran, rasis, patriotik yang berlebih-lebihan, homo 
fobia atau diskriminatif (Field, 2007). 
Olweus (Roland & Vaaland, 2006) menyatakan bahwa 
umumnya bully melakukan kekerasan dibanding siswa lain secara 
umum. Mereka sering dicoraki oleh sifat yang meledak-ledak dan 
kebutuhan yang kuat untuk mendominasi siswa lain. Bully tampak 
tidak memiliki rasa empati kepada victim. Bully sangat pandai 
melihat ketakutan atau kemarahan victim. Perilaku victim 
menginformasikan kepada bully bahwa dia memenuhi syarat sebagai 

23 
victim. Bully pandai menanggapi perubahan victim melalui ekspresi 
wajah, bahasa tubuh, dan suara. Jika victim tetap tenang, bully akan 
menghentikan bullying. Jika terlihat tanda-tanda ketakutan atau 
kemarahan dari victim membuat bully bahagia.  
Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa karakteristik dari 
anak-anak yang menggertak rekan-rekan mereka secara teratur 
(Yaitu, mengakui bullying rekan-rekan lebih dari kadang-kadang). 
Anak-anak ini cenderung memiliki impulsif, kepala 
panas,kepribadian yang dominan; mudah frustasi; memiliki kesulitan 
sesuai dengan aturan; dan melihat kekerasan dalam pandangan yang 
positif (Olweus, 1993a; Olweus, Limber, & Mihalic, 1999). Anak 
laki-laki yang bully cenderung memiliki fisik kuat dari rekan-rekan 
mereka (Olweus, 1993a; Fleming, 2002). 
Sebagai kelompok, bully cukup mirip dengan rata-rata baik 
dalam penampilan maupun kinerja sekolah (Olweus, 1993; Smith et. 
Al, 1999; ; Roland & Vaaland, 2006). Di antara anak laki-laki, bully 
secara umum lebih kuat dari rata-rata. Tampaknya tidak ada variasi 
serupa dari norma di antara gadis-gadis yang mem-bullying orang 
lain. (Olweus, 1993; Roland, 1999; ; Roland & Vaaland, 2006). 
Citra diri bully tidak berbeda jauh dari rata-rata. Namun ada 
beberapa diskusi tentang sejauh mana citra diri bully itu normal. 
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bully memperoleh skor 
biasanya pada tes citra diri sementara penelitian lain menunjukkan 
kecenderungan negatif tertentu di antara bully (Björkqvist, Ekman & 
Lagerspetz, 1982; Olweus, 1993; O’Moore & Kirkham, 2001; ; 
Roland & Vaaland, 2006).  
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada 
kekosongan informasi, namun  lebih bahwa guru memegang beberapa 
keyakinan pra-layanan yang mungkin sebenarnya menghasilkan 
intervensi yang tidak efektif atau berbahaya. Misalnya, pra-layanan 

24 
guru di kedua negara cenderung melihat bully memiliki harga diri 
yang rendah, dengan kedua kelompok menilai pernyataan ini sebagai 
salah satu dari dua karakteristik teratas bully. Data penelitian 
menentang gagasan ini; bully ditemukan memiliki rata-rata di atas 
rata-rata harga diri dalam beberapa penelitian (Batsche, 1997; 
Limber, 2002; Bauman, & Del Rio, 2005) 
 
Karakteristik Victim  
Olweus (O’Connell, 2003) mengidentifikasi dua tipe victim, 
yaitu: (1) victim pasif, mempunyai karakteristik pencemas, kurang 
rasa percaya diri, mereka selalu merasa dirinya lemah dan tidak 
berdaya serta tidak dapat berbuat apa-apa untuk menjaga diri mereka 
dan (2) victim provokatif, mempunyai fisik yang lebih kuat, 
walaupun cemas tapi victim lebih bersipat aktif. Olweus (O’Connell, 
2003) menyatakan bahwa bullying terbukti sangat sulit bagi siswa 
yang menjadi victim untuk mempertahankan diri.  
Yang mengejutkan banyak orang, penampilan tidak 
memainkan peran penting dalam siapa yang diganggu. Anak laki-
laki yang victim kurang kuat secara fisik dari pada rata-rata. 
Karakteristik ini sepertinya tidak mempengaruhi perempuan. Di 
antara anak-anak pada usia yang sama, victim sering kurang populer 
dari pada rata-rata dan mereka sering lebih kesepian di sekolah dan 
di waktu luang mereka dari pada murid lain. Teman-teman bully 
sering lebih muda dari mereka (Olweus, 1993; Roland 1999; Smith 
& Sharp, 1994 Roland & Vaaland, 2006). 
Masalah emosional lebih luas di kalangan victim dari pada 
yang teman sebaya yang lain. Ini berlaku, misalnya, gejala depresi, 
pikiran untuk bunuh diri dan tidur masalah. Victim sering lebih 
menderita dari masalah fisik, seperti nyeri otot sakit perut, sakit 
kepala dan pilek. (Bru, Boyesen, Munthe & Roland, 1998; Olweus, 

25 
1993; Roland, 2002a; Roland & Vaaland, 2006). Menurut Roland 
(Roland & Vaaland, 2006) Dibully mungkinyaitu  alasan 
penting untuk penderitaan ini, namun  tidak signifikan alasan untuk 
diganggu. Sebagian besar victim agak cemas. Mereka sering 
menunjukkan tanda-tanda ketidakberdayaan, stress dalam situasi 
sosial, dengan merasa takut, atau mudah menangis saat  ada hal-hal 
yang bertentangan dengan mereka.  
Menurut Olweus (James, 2010) victim bullying memiliki 
karakteristik yang khas. Victim memiliki perasaan lebih cemas dan 
tidak aman dibandingkan siswa pada umumnya, mereka sering 
bersikap berhati-hati, peka dan diam. Bila siswa lain secara umum 
bereaksi dengan berteriak (paling tidak pada siswa yang kelasnya 
lebih rendah) dan menarik diri. Victim memiliki pandangan negatif 
terhadap diri sendiri dan situasi yang dihadapi. Victim sering 
menyalahkan diri sendiri tentang kegagalan yang dialami, 
menganggap dirinya lemah dan merasa tidak menarik sehingga 
pantas untuk di bully. Selanjutnya victim sering kesepian dan 
terabaikan di sekolah. Jika victim yaitu  siswa laki-laki, 
kemungkinan memiliki kondisi fisik lebih lemah dibanding siswa 
laki-laki secara umum.  
Menurut Hymel dkk, (2009) ciri-ciri siswa menjadi victim, 
yaitu: (1) ada penurunan minat yang tiba-tiba terhadap sekolah atau 
tidak mau pergi kesekolah; (2) rute yang ditempuh victim ke sekolah 
tidak lazim; (3) banyak kehilangan benda-benda kesayangan atau 
kerusakan pada pakaian dan barang-barang; (4) sering cedera fisik 
yang tidak konsisten penjelasannya; (5) menghabiskan waktu 
terutama dengan siswa yang lebih muda (mungkin menunjukkan 
masalah dengan teman sebaya); (6) menghindari istirahat (yaitu, 
taman bermain) sebelum, selama atau setelah pulang sekolah; (7) 
tampak menyendiri saat  berada di sekolah dan (8) mengalami sakit 

26 
perut, pusing, keadaan sulit tidur atau sangat sering tidur dan 
kelelahan. 
Sejalan dengan pendapat tersebut Williams (Smith & 
Ananiadou 2003) menyebutkan bahwa victim sering mengalami 
kecemasan dan depresi, harga diri rendah, keluhan fisik dan 
psikosomatik. Penelitian Stephenson & smith (Roland & Vaaland,  
2006) menunjukkan bahwa seperti bully, victim cenderung memiliki 
konsentrasi yang rendah, prestasi sekolah yang jelek dan 
kepercayaan diri yang rendah. Whitney (Roland & Vaaland, 2006) 
menyimpulkan bahwa victim cenderung bersikap canggung, 
kurangnya teman, atau sifat mudah tersinggung atau sangat suka 
mengalah. Menurut Rigby (2007) victim biasanya secara psikologis 
introvert, memiliki harga diri yang rendah dan kurang memiliki 
keterampilan sosial, khususnya keterampilan asertif. 
Olweus (Roland & Vaaland, 2006) Anak-anak yang di 
bullying oleh rekan-rekan mereka cenderung dicirikan dalam 
literatur baik sebagai " provocative victim" atau sebagai "bully-
victim" (juga disebut sebagai " victim provokatif "). Meskipun 
perkiraan bervariasi agak, Victim-bully terdiri dari bagian yang lebih 
kecil dari victim dari pada victim pasif.  Shields & Cicchetti (Roland 
& Vaaland, 2006) Anak laki-laki yang di bullying sering secara fisik 
lebih lemah dari rekan-rekan mereka. Akhirnya, anak-anak yang 
telah di bullying (pengabaian, fisik, atau pelecehan seksual) lebih 
cenderung menjadi victim rekan-rekan mereka  Olweus (Fleming et 
al, 2002) Penting untuk dicatat bahwa beberapa karakteristik victim 
pasif dapat dilihat baik sebagai kontribusi faktor serta konsekuensi 
dari victim. 
 
  

27 
Gender dan Bullying 
Siswa terlepas dari jenis kelamin, memiliki keinginan yang 
kuat untuk diterima dalam pergaulan. Olweus (Field, 2007) 
menyatakan bahwa pada umumnya siswa laki-laki memakai  
bullying secara fisik dan siswa perempuan memakai  bullying 
relasional/emosional, namun keduanya sama-sama memakai  
bullying verbal. Perbedaan ini, lebih berkaitan dengan pola 
sosialisasi yang terjadi antara siswa laki-laki dan perempuan. 
Penelitian    Swedish & Olweus (O’Connell, 2003) memperkirakan 
bahwa 15% dari semua siswa terlibat dalam beberapa bentuk 
kekerasan sebagai bully atau victim.  
Menurut Olweus (Rigby, 2007) serangan fisik lebih mungkin 
dilakukan oleh siswa laki-laki dan siswa perempuan sering 
menunjukkan kekejaman besar dalam bentuk yang lebih halus 
seperti pelecehan. Siswa perempuan cenderung memakai  
metode yang akan mempengaruhi status sosial dari victim seperti 
pengucilan, manipulasi persahabatan, atau penyebaran rumor.  
Menurut Field (2007) perbedaan gender dalam bullying yaitu: 
(1) siswa laki-laki dan perempuan sama-sama menggertak dan bisa 
menjadi victim dan bully. Siswa perempuan biasanya menggertak 
gadis-gadis lain, namun  juga bisa menggertak laki-laki; (2) siswa 
laki-laki sering memakai  taktik untuk membuat reputasi dan 
perempuan melakukan untuk melindungi reputasi diri sendiri; (3) 
siswa laki-laki cenderung pemburu yang tergolong besar, hirarkis. 
Siswa laki-laki menggertak secara terbuka dan lebih suka bullying 
secara fisik;  (4) siswa perempuan lebih suka menggoda atau 
bullying tidak langsung. Siswa perempuan memakai  fitnah, 
gosip berbahaya dan pengecualian sebagai senjata ampuh untuk 
mengelola, memanipulasi dan melindungi persahabatan;    (5) bully 

28 
dan victim baik siswa perempuan dan laki-laki tidak memiliki 
keterampilan asertif. 
Bjerrum Nielsen & Rudberg (Roland & Vaaland, 2006) 
Persahabatan anak laki-laki sering dikaitkan dengan aktivitas, yaitu 
Anda bersama-sama sebab  Anda melakukan hal yang sama. Ini 
tidak selalu mengandaikan hubungan dekat antara anak laki-laki. 
Dalam persahabatan perempuan, hubungan sering menjadi elemen 
yang paling penting. Anda bersama sebab  kamu yaitu  teman. 
Anda melakukan kegiatan bersama sebab  Anda ingin bersama.  
Menurut beberapa ahli (Olweus, 1993; Roland, 1999; Smith et. 
Al, 1999; Roland & Vaaland, 2006) anak yang menjadi victim dan 
bully memiliki kecenserungan utama. Sebagai berikut:  
 
Kecenderungan utama victim 
1. Anak laki-laki sedikit lebih mungkin dari pada anak 
perempuan menjadi victim bullying 
2. Terjadinya bullying menurun seiring bertambahnya usia, namun  
penurunannya lebih kecil untuk anak laki-laki Untuk 
perempuan 
3. Bullying verbal yaitu  jenis bullying yang paling sering 
dialami oleh anak perempuan dan anak laki-laki 
4. Anak laki-laki lebih cenderung menjadi victim bullying fisik 
dari pada anak perempuan, namun  anak perempuan sedikit lebih 
mungkin menjadi victim pengecualian. 
 
Kecenderungan utama bully: 
1. Anak laki-laki lebih aktif dari pada anak perempuan, dan 
perbedaan ini meningkat seiring bertambahnya usia 
2. Jumlah anak laki-laki yang mem-bullying sesama murid 
meningkat secara nyata saat mereka bertambah tua 

29 
3. Jumlah gadis yang mem-bullying mem-bullying sesama murid 
relatif stabil di semua usia 
4. Anak laki-laki lebih sering memakai  bullying fisik dari 
pada anak perempuan dan anak perempuan sering 
memakai  pengecualian 
5. Baik laki-laki dan perempuan memakai  ejekan 
 
Tanda Peringatan Bullying 
Menurut Field (2007) salah satu dari gejala berikut mungkin 
menunjukkan bullying. Diskusikan dengan anakmu: 
1. Tanda Fisik 
a. Harta benda hilang, rusak, tersebar,misalnya. buku, uang, 
pakaian, makan siang. 
b. Memiliki memar, luka, goresan, pakaian robek tanpa 
alami penjelasan. 
c. Menjelaskan didorong, didorong, dipukul, dipukul, dan 
ditendang. 
d. Terlibat dalam perkelahian di mana dia merasa tak 
berdaya. 
e. Mengeluhkan sakit dan nyeri ringan, sering sakit ringan, 
kesulitan. 
f. Tidur dengan buruk, memulai (atau melanjutkan) 
mengompol dan bermimpi buruk. 
g. Muka pucat, tegang, atau frustrasi. 
h. Membuat permintaan uang yang tidak biasa. 
i. Ramai setelah sekolah (jika uang makan siang atau makan 
siangnya dicuri) atau sudah tidak nafsu makan. 
j. Tiba-tiba terlambat ke sekolah, mengambil rute yang tidak 
biasa atau lebih suka didorong untuk bersekolah. 

30 
k. Berusaha untuk tetap dekat dengan guru atau orang 
dewasa lainnya selama istirahat. 
l. Memiliki keterampilan komunikasi yang buruk: kontak 
mata terbatas, postur tubuh buruk, badan bergoyang-
goyang, bergumam. 
 
2. Tanda Akademik 
a. Memiliki kesulitan tiba-tiba untuk bertanya atau 
menjawab pertanyaan di kelas. 
b. Tidak berpartisipasi dalam kegiatan kelas atau berinteraksi 
dengan teman sebaya di kelas. 
c. Menunjukkan penurunan mendadak dalam pekerjaan 
kelas dan / atau pekerjaan rumah. 
d. Kurang motivasi. 
e. Tidak mencapai potensinya. 
 
3. Tanda Emosional 
a. Muncul cemas, tertekan, tegang. 
b. Muncul sedih, tertekan, berair, menarik diri, tertutup. 
c. Memiliki perubahan perilaku mendadak, misalnya. Tidak 
mood, atau ‘memendamnya dan meluapkannya. 
d. Lebih mudah marah atau marah dari biasanya, sarkastik, 
bereaksi berlebihan. 
e. Bantah dan katakan, ‘Saya baik-baik saja’, meskipun ada 
gejala kemarahan atau kesedihan. 
f. yaitu  kesal setelah panggilan telepon, pesan teks atau 
email. 
g. Tidak bahagia di akhir pekan atau hari libur sebelum 
kembali ke sekolah. 

31 
h. Sangat tidak senang di sekolah - 'Saya tidak suka sekolah 
itu, saya ingin pergi'. 
i. Mulai berbicara tentang dirinya sendiri dengan cara yang 
merendahkan, misalnya. 'Aku bodoh', ‘Tidak ada yang 
menyukai saya’, ‘saya tidak punya teman’. 
 
4. Tanda Sosial 
a. Diolok-olok dan ditertawakan dengan cara mengejek dan 
tidak ramah. 
b. Menggoda, mengejek, diejek, terdegradasi, terancam.. 
c. Merasa malu, diejek atau dihina di sekolah. 
d. Secara sosial terisolasi, memiliki kontak terbatas dengan 
teman sekelas saat istirahat, waktu makan siang dan 
setelah jam sekolah. 
e. Terakhir dipilih untuk tim, proyek, game, atau untuk 
berbagi kabin kamp. 
f. Berhenti berbicara tentang siswa lain dan acara sosial. 
g. Menerima panggilan telepon misterius dengan menutup-
nutupi. 
h. Menjadi pemarah di rumah atau mem-bullying saudara. 
 
Faktor Bullying 
Ini termasuk kurangnya kehangatan dan keterlibatan dari 
orangtua; orangtua terlalu permisif (dengan kurangnya batas yang 
jelas untuk tingkah laku anak); kurangnya perhatian orang tua; dan 
kasar, disiplin fisik. Penelitian terbaru juga menunjukkan hubungan 
antara pengalaman penganiayaan anak (Kekerasan fisik dan seksual) 
dan perilaku bullying (Lihat misalnya, Shields, & Cicchetti, 2001; 
Flemer et al, 2002).  

32 
Penjelasan mengapa beberapa anak menggertak orang lain 
terutama dicari dengan memeriksa pribadi atribut bully dan victim, 
serta latar belakang keluarga dan sosial mereka. Faktor-faktor dari 
luar yang telah diteliti sebagai penyebab potensial bullying termasuk 
hubungan negative dengan orang tua dan iklim emosional yang 
dingin di rumah (Olweus, 1980; Rigby, 1993, 1994; Bowers et al., 
1994; Yoneyama, &  Naito, 2003) 
Hoover, et al (Simbolon, 2012) menyatakan terdapat faktor 
internal dan eksternal dalam peristiwa bullying.  
1. Faktor internal terjadi bullying pada anak, seperti: 
a. Karakteristik kepribadian 
b. Kekerasan yang dialami sebagai pengalaman masa lalu 
c. Sikap keluarga yang memanjakan anak sehingga tidak 
membentuk kepribadian yang matang.  
 
2. Faktor eksternal terjadi bullying pada anak, seperti:  
a. Lingkungan, dan 
b. Budaya  
 
Menurut Field (2007) faktor penyebab bullying: 
1. Paradoks bullying 
Anak-anak kompetitif. Mereka menyalin model peran dewasa 
untuk menjadi yang terbaik dan mendapatkan terbaik. Mereka 
mengecualikan dan tidak menghargai untuk mempertahankan 
kekuasaan mereka di dalam suku. Bullying telah lama dianggap 
sebagai bagian dari pertumbuhan. Faktanya, ‘bully for you’ yaitu  
bentuk dari dukungan untuk tindakan bravado. Bullying jelas dalam 
kerajaan hewan, di parlemen dan dalam olahraga, dan dikenal 
sebagai 'survival of the fittest ’. Ini mencerminkan pendekatan 
maskulin permusuhan dari pemburu dan yang diburu, bukan 

33 
kolaboratif, pendekatan feminin. Sikap paradoksal dari pengutamaan 
dan melindungi para bully saat bersamaan mengutuk mereka 
menumbuhkan konspirasi kebisuan. Bullying menjadi rahasia, tidak 
terlihat dan dimaafkan oleh masyarakat.. 
 
2. Faktor budaya 
Dari suku perbukitan Vietnam ke kota dalam Leicester ke 
pinggiran kota Melbourne, sekolah mencerminkan lingkungan sosial 
dan budaya mereka, yang, pada gilirannya, mempengaruhi 
komunitas sekolah. dan lingkungan sosial kurang ideal: meskipun 
undang-undang hak asasi manusia, anak-anak masih diperlakukan 
sebagai warga negara kelas dua, dan wanita masih memiliki 
kekuatan yang lebih sedikit dari pada pria. Meskipun bagian dari 
media dan kebijakan seperti multikulturalisme memupuk 
keberagaman, orang dewasa masih mem-bullying mereka yang 
berbeda. 
 
3. Peran sekolah 
The 'Three Monkeys' melambangkan 'Lihat tidak ada yang 
jahat, dengar tidak ada kejahatan, jangan bicara jahat '. Pat Ferris 
telah menerapkan konsep ini untuk bullying di tempat kerja; itu juga 
menyediakan deskripsi yang berguna tentang bagaimana sekolah 
mendekatinya. 
a. Lihat tidak ada kejahatan - jangan lakukan apapun. Bullying 
yaitu  tradisi di banyak sekolah. Ini cenderung menjadi 
lebih buruk di sekolah-sekolah yang baik mengagumi, 
memaafkan, mentolerir, menyangkal atau tidak melakukan 
apa pun tentang bullying. Sekolah-sekolah ini 
melakukannya tidak menghargai rasa saling menghormati 
dan memiliki tingkat perilaku pro-sosial yang rendah.  

34 
b. Jangan dengarkan kejahatan - sebuah usaha  yang dangkal. 
Sekolah-sekolah ini mungkin memiliki kebijakan tertulis, 
dan kadang-kadang mengundang seorang ahli pembicara 
untuk menghibur para siswa (yang menganggapnya sebagai 
periode gada dan dengan cepat lupakan). Mereka mungkin 
memaksa victim yang kurang dan si bully untuk 'berbicara' 
di sekolah kepada seorang guru kantor, fokus pada satu 
metode untuk menyelesaikan semua kesulitan, atau 
mendisiplinkan bully dengan kata peringatan. Pelatihan 
staf, siswa, dan orang tua mereka terbatas. Mereka mungkin 
mengembangkan program untuk siswa sementara mem-
bullying staf dan mengabaikan orang tua. Mereka kurang 
konsisten di seluruh sekolah, mungkin berurusan dengan 
satu tahun tingkat sambil mengabaikan yang lain. Mereka 
dapat mengikuti mode atau mode tanpa investigasi yang 
tepat. 
c. Bicara tidak jahat - tindakan yang konsisten dan efektif 
untuk mengurang bullying. Sekolah-sekolah ini menyadari 
bahwa bullying terjadi dan membutuhkan kewaspadaan 
yang konstan dan kolaborasi antara staf, siswa, orang tua, 
dan komunitas mis. polisi, hukum dan media. Sekolah 
bergantung pada filosofi, kebijakan, dan programnya 
menciptakan budaya dan iklim di mana semua orang 
dihargai dan diperlakukan dengan hormat. Mereka 
mencerminkan keamanan, kesetaraan dan keragaman. 
Mereka menunjukkan kepada semua anak dan keluarga 
mereka bahwa bullying tidak bisa diterima. Mereka terus-
menerus meninjau, memantau, dan memelihara program 
anti-bullying mereka. 
 

35 
4. Faktor sekolah lainnya 
a. Kepala Sekolah. Kepala sekolah atau wakil kepala sekolah 
seperti konduktor orkestra. Laki-laki atau perempuan) 
menerjemahkan persyaratan dewan negara dan sekolah dan 
harapan ke dalam praktik ramah sekolah. Dia perlu 
mengkoordinasikan semua bagian sekolah, dari staf dan 
wakil ketua kesiswaan, dan dia perlu waspada dalam 
mengawasi kualitas rasa hormat dan keadilan untuk sekolah 
thewhole. saat  sekolah memiliki tanggung jawab kepala 
sekolah yang memberikan model kepemimpinan yang kuat, 
ada sedikit bullying. saat  dia agresif atau pasif, bullying 
dimungkinkan. 
b. Orang tua. Penelitian ini jelas menunjukkan bahwa sekolah 
harus mengembangkan hubungan yang lebih erat dengan 
orang tua untuk mengurangi bullying. Namun, sekolah tidak 
sistematis melibatkan mereka. Jadi salah satu penyebab 
utama bullying yaitu  tidak terlibat dalam solusi! 
c. Kelompok Sebaya. Kelompok yang keren, sporty, tangguh, 
populer menempati posisi idola, tengah grup mewakili 
mayoritas siswa, dan kelompok yang kurang populer (‘kutu 
buku’, ‘Pecundang’ berkumpul di zona yang ditolak. Para 
siswa memakai  kelompok itu untuk membangun 
mereka status sosial. Mereka terhubung, mendevaluasi dan 
mengecualikan untuk meningkatkan profil mereka. Grup-
grup itu, geng atau geng berubah terus-menerus. Bully 
memakai  kelompok untuk mempertahankan kekuatan 
mereka dan status sosial. Jika kelompok sebaya terkikik 
sebab  takut, malu atau geli, itu penghargaan bully. 
Beberapa memperkuat kekuatan bully dengan bergabung. 
saat  para pengamat (observer) tidak melakukan apa-apa, 

36 
bullying akan meningkat. saat  para pengintervensi 
melakukan intervensi dan tantangan, itu berhenti. 
d. Peran Keluarga. Anak-anak yaitu  cerminan dari keluarga 
mereka. Mereka mewarisi gen, predisposisi, sikap dan 
perilaku yang mempengaruhi kemungkinan mereka tetap 
tangguh di menghadapi bullying atau meningkatkan 
kemungkinan mereka menjadi victim, bully atau keduanya.  
 
Menurut Roland & Vaaland (2006) faktor penyebab bullying 
1. Perubahan  besar keluarga. Sejak Perang Dunia II, keluarga 
besar telah mengalami perubahan besar.  Keluarga dekat besar 
memberi anak-anak peluang untuk mengekspresikan yang 
sebenarnya. 
2. Perceraian Keluarga. Selama beberapa dekade terakhir ini, unit 
inti telah berubah dan sekarang berfungsi berbeda, termasuk 
perubahan yang jelas dari perceraian dan pernikahan kembali. 
Banyak anak-anak tidak memiliki ayah, sementara ibu tunggal 
mereka stres, depresi atau trauma.  
3. Revolusi Elektronik. Alih-alih mendorong waktu bersosialisasi 
yang berharga, banyak orang tua menginginkan anak-anak 
menjadi 'aman' di dalam, sehingga mereka menggantikan 
kekosongan sosial dengan mainan-mainan dari elektronik: 
layar pengasuhan cyber sepanjang hari, permainan komputer 
dan televisi. 
4. Hubungan Keluarga. saat  kita melihat kecenderungan rata-
rata, ada sedikit yang membedakan keluarga victim dari 
keluarga anak-anak yang tidak terlibat dalam bullying. Namun 
ada kemungkinan bahwa beberapa victim bullying terlalu 
dilindungi oleh wali mereka.  

37 
5. Kelas. Prevalensi bullying bervariasi dari kelas ke kelas, namun  
perbedaan terbesar antara yang berbeda kelas tidak dapat 
dijelaskan hanya dengan variasi rata-rata dalam hubungan 
rumah (Roland, 1999; Roland,& Vaaland, 2006).  
Kepemimpinan yang lemah dari guru berkontribusi pada 
suasana negatif di kelas. Siswa berpotensi agresif sensitif 
terhadap kepemimpinan, dan mereka mendapatkan lebih 
banyak ruang untuk manuver saat kepemimpinan guru tidak 
jelas. Kepemimpinan yang aktif dan terfokus dari guru 
mempengaruhi struktur sosial di kelas, mencegah bullying dan 
perilaku masalah lainnya (Roland, 1999; Roland & Galloway, 
2002; Galloway & Roland, 2004). 
6. Sekolah. Ada perbedaan besar antara sekolah dengan jumlah 
bullying. Tentu saja, ada lebih banyak keluarga dengan 
hubungan rumah yang sulit di daerah sekolah tertentu, namun  
ini tidak menjelaskan perbedaan yang cukup besar antar 
sekolah. Perbedaan tidak bisa dijelaskan oleh pengaturan 
perkotaan atau pedesaan baik, maupun dengan ukuran sekolah 
(Olweus, 1993; Roland, 1999; Vaaland, 1994; Roland &  
Vaaland, 2006).  
7. Bullying dan hubungannya dengan perilaku antisosial lainnya. 
Perilaku bullying sering atau terus-menerus dianggap umum 
sebagai bagian dari pola perilaku perilaku-tidak teratur 
(Olweus, 1993a; Salmon, James, Cassidy, & Javoloyes, 2000; 
Flemer et al, 2002). Melton et al (Flemer et al, 2002) Para 
peneliti telah menemukan perilaku bullying yang berkaitan 
dengan perilaku antisosial lainnya.  
8. Hubungan dengan Kelompok Teman Sebaya. Perilaku 
kelompok jarang memberikan rasa yang sebagai perilaku 
individu memberi sama tanggung jawab. Pengurangan 

38 
tanggung jawab tertentu terjadi saat  yang lain juga terlibat 
dalam suatu aksi. Kedua pengalaman individu tentang 
kesalahan direduksi oleh fakta bahwa 'semua yang lain' 
melakukannya juga. Dengan demikian tanggung jawab 
individu menghilang dalam bayang-bayang kelompok 
(Olweus, 1993; Roland, 1999; Roland & Vaaland, 2006). 
  
Dampak Bullying 
Bullying terjadi saat  seorang 
siswa sengaja untuk melakukan 
kekerasan atau menimbulkan 
ketidaknyamanan pada siswa lain. 
Bullying secara langsung akan 
berdampak negatif terhadap siswa, 
guru, properti sekolah, masyarakat dan 
proses pendidikan (Espelage & Holt, 
2001; Oliver et al, 1994;. Swearer, 
Song, & Frazier-Koontz, 2001; Hall, 
2007). Selain itu, beberapa peneliti 
memiliki hipotesis ukuran yang banyak 
bully sebelumnya victim dan 
mengalami gangguan psikologis dan masalah psikosomatis yang 
mengantar dalam risiko bunuh diri (van der Wal, deWit, & Hirasing, 
2003; Hinduja & Patchin, 2010) 
Menurut Olweus (O’Connell, 2003) bully memiliki 
kesempatan lebih tinggi mengembangkan perilaku kriminal 
dibandingkan siswa lain. Dalam beberapa kasus, bullying dapat 
menjadi langkah dalam pengembangan lebih luas pola perilaku 
negatif. Penelitian  Swearer dkk (2010) telah menunjukkan bahwa 
siswa-siswa yang diganggu kemungkinan akan menghindari sekolah 

39 
atau bahkan drop aut.  Pengaruh bullying pada siswa menciptakan 
hambatan belajar dan berhubungan dengan sejumlah perilaku negatif 
termasuk peningkatan risiko penyalahgunaan zat adiktif, kenakalan, 
bunuh diri, pembolosan, masalah kesehatan mental, cedera fisik dan 
prestasi akademis menurun. Siswa yang terlibat baik sebagai bully 
dan victim sering bermasalah dalam kehidupan sehari-hari (Glover, 
Gough, Johnson, & Cartwright, 2000; Rossen & Cowan, 2012).  
Menurut Roland & Vaaland  (2006) terdapat masalah 
emosional yang lebih luas dikalangan victim bullying, seperti gejala 
depresi, pikiran bunuh diri dan masalah tidur. Victim sering 
menderita masalah fisik, seperti nyeri otot sakit perut, sakit kepala 
dan pilek. Jika peristiwa bullying dibiarkan tanpa ada keinginan dari 
masyarakat sekolah untuk menghentikan tindakan bullying, maka 
akan berdampak negatif bagi seluruh siswa di sekolah tersebut. 
Terutama bagi victim bullying mereka tidak dapat berkembang 
secara optimal. Victim merasa takut berada di sekolah, mengalami 
depresi dan ada keinginan untuk bunuh diri. Menurut Kaltiala 
(Smith & Ananiadou 2003) dalam kasus ekstrim, victim mungkin 
melakukan bunuh diri.  
Menurut Rigby (2007) penelitian-penelitian tersebut 
menunjukkan bahwa siswa yang menjadi victim akan mengalami 
kesulitan dalam bergaul, merasa takut datang ke sekolah sehingga 
absensi mereka tinggi dan ketinggalan pelajaran, siswa yang menjadi 
victim bullying akan melakukan bunuh diri sebab  tidak punya 
cukup keberanian untuk mengkomunikasikan apa yang dialami. 
Menurut Carney & Merrell (Reid dkk, 2004) victim mungkin 
memiliki sedikit pengalaman penanganan konflik. Oleh sebab  itu, 
mereka tidak memperoleh keterampilan yang sesuai untuk 
penanganan konflik sebab  kurang paparan atau mungkin memiliki 
ketergantungan pada orang tua/wali, sehingga meningkatkan rasa 

40 
ketidakberdayaan dan victim berpikir pantas di bullying. Berarti 
tindakan aktif untuk meningkatkan keterampilan penanganan konflik 
dan keterampilan aserif victim.  
Beberapa tahun terakhir, sifat ado-agresi teman sebaya telah 
berevolusi sebab  untuk proliferasi informasi dan teknologi 
komunikasi. Sudah ada ada beberapa kasus profil tinggi yang 
melibatkan remaja mengambil bagian dalam kehidupan mereka 
sendiri sebab  dilecehkan dan dianiaya melalui Internet (Apollo, 
2007; Halligan, 2006; Jones, 2008; Hinduja & Patchin, 2010), 
sebuah fenomena baru-baru ini disebut cyberbullicide —suicide 
secara tidak langsung atau dipengaruhi langsung oleh pengalaman 
dengan agresi online (Hinduja & Patchin, 2010). 
Beberapa tahun terakhir, jenis bullying baru telah muncul - 
bullying oleh ponsel. Ini biasanya membutuhkan waktu bentuk 
percakapan yang tidak menyenangkan atau pesan teks, namun  bisa 
juga dengan mengambil foto itu tersebar dengan cara yang 
menyakiti victim. Tampaknya, untuk sebagian besar, anak-anak yang 
berbeda membawa keluar dari jenis bullying ini dari bentuk-bentuk 
bullying tradisional, meskipun masih ada yang past tumpang tindih 
(Roland, 2002b; Auestad dan Roland, 2005; Roland & Vaaland, 
2006). 
Beane (2008) efek jangka panjang dari victim bullying 
konsekuensi fisik dan emosional menjadi victim bullying bisa 
menjadi parah. Anak-anak yang menjadi victim yaitu : 
1. Pada risiko depresi yang lebih besar dan menurunkan harga 
diri di kemudian hari. 
2. Lebih mungkin melaporkan sakit kepala migrain dan non-
migrain 
3. Rawan kehilangan lebih banyak sekolah sebab  alasan 
ketidakhadiran dan ketidakhadiran. 

41 
4. Beresiko lebih tinggi untuk melarikan diri dari rumah 
5. Lebih mungkin memiliki masalah dengan alkohol dan 
penggunaan narkoba. 
 
Beane (2008) efek jangka panjang dari menjadi bully: 
1. Agresi di masa dewasa. Dalam sebuah penelitian, para siswa 
ditanya tentang apakah mereka mem-bully pada usia 14, 
kemudian 18, dan kemudian lagi pada usia 32 (rentang 18 
tahun). Temuan menunjukkan bahwa sekitar satu dari setiap 
lima anak laki-laki (18%) tumbuh menjadi seorang anak "bully 
dewasa." Mereka yaitu  anak laki-laki yang melihat diri 
mereka sebagai "sedikit bully" pada usia 14 dan terus 
melaporkan menjadi bully di usia 32. Lebih dari separuh dari 
bully dewasa ini (61%) pada usia 32 tahun masih agresif dan 
telah dihukum sebab  kekerasan (20%). 
2. Kriminalitas. Tampaknya ada hubungan antara bullying dan 
kriminalitas kemudian. Di satu studi, 60% dari mereka yang 
diganggu di kelas 6 dan / atau 9 memiliki setidaknya satu 
keyakinan kriminal pada usia 24; 35-40% memiliki tiga atau 
lebih keyakinan (dibandingkan dengan sekelompok anak-anak 
non-bullying). 
  
C.   
Bullying yaitu  perilaku seorang siswa atau sekelompok siswa 
yang menyakiti atau menyerang secara fisik, secara verbal dan 
secara psikologis, dilakukan secara terus- menerus sehingga victim 
merasa tertekan. Victim bullying yaitu  siswa yang terus-menerus 
mengalami perilaku menyakitkan atau serangan secara fisik, secara 
verbal dan secara psikologis oleh seorang siswa atau sekelompok 
siswa sehingga dirinya merasa tertekan. Jenis-jenis bullying dapat 

42 
dibedakan sebagai bullying secara fisik, bullying secara verbal 
langsung atau verbal tidak langsung biasa dilakukan lewat telepon, 
e-mail yang mengbullying  dan “surat-surat kaleng” atau biasa 
disebut cyberbullying dan bullying secara psikologis.  
Pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa bullying yaitu  
bully, asistan bully, pendukung, pembela, dan penonton. Sebagian 
victim juga menjadi bully sebab  mencontoh perilaku dari bully dan 
victim. Namun tidak semua victim menjadi bully. Karakteristik bully 
yaitu  siswa yang menunjukkan karakteristik yang khas yaitu ingin 
mendominasi siswa lain, memiliki harga diri yang tinggi, tidak 
memiliki empati dan sangat populer dilakangan siswa. Karakteristik 
victim bullying sering merasa cemas, merasa selalu tidak aman, 
sangat berhati-hati dan mereka menunjukkan harga diri yang rendah. 
Victim juga memiliki keterampilan sosial yang kurang baik dengan 
individu lain, sehingga victim termasuk individu yang terisolasi.  
 
D. Evaluasi  
1. Jelaskan pengertian bullying 
2. Sebutkan peran-peran dalam peristiwa bullying 
3. Sebutkan jenis-jenis bullying 
4. Identifikasi karakteristik bully dan victim bullying 
5. Sebutkan perbedaan gender dan dalam peristiwa bullying 
6.  Sebutkan dampak bullying bagi bully dan victim. 
 
  

43 
Bab 2  
Cyberbullying  
 
A. Standar Kompetensi 
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat mengetahui 
konsep dasar perilaku cyberbullying  
 
B. Kompetensi Dasar 
1. Pengertian Cyberbullying  
2. Fakta Cyberbullying 
3. Bentuk-bentuk Cyberbullying  
4. Karakteristik Cybervictim dan Cyberbullies  
5. Faktor Melakukan Cyberbullying  
6. Dampak Cyberbullying  
7. Gender dan Cyberbullying  
 
Pengertian Cyberbullying  
Englander (2012) menyatakan bahwa Teknologi Informasi 
selain dapat membawa dampak positif juga dapat membawa dampak 
negatif bagi penggunanya, salah satu dampak negatif yang timbul 
akibat penggunaan teknologi informasi yang timbul di media sosial 
yaitu  munculnya fenomena Cyberbullying. Cyberbullying  telah 
muncul sebagai hasil dari kehidupan sosial yang semakin online di 
mana remaja modern dan anak-anak terlibat.  
Label ‘Cyberbullying ’ Masalah yang terkait dengan istilah 
yang digunakan untuk label fenomena cyberbullying  di berbagai 
bahasa dapat diturunkan dari literatur bullying. Smith et al (Konig et 
al., 2010); Kata ‘bullying’ tidak mudah diterjemahkan ke dalam 

44 
bahasa yang berbeda, dan istilah yang berbeda digunakan keduanya 
dalam satu bahasa dan dalam bahasa yang berbeda sebagai contoh, 
istilah 'mobbing' umum dalam bahasa Skandinavia dan Jermanik. 
Kata-kata untuk bullying kurang akrab dalam bahasa Latin, 
meskipun baru-baru ini lebih seringtelah digunakan. Di Italia dan 
Spanyol ada sejumlah istilah, semuanya mengkonotasikan aspek 
tertentu dari bullying (Fonzi, Genta, Menesini, Bacchini, Bonino, & 
Constabile, 1999; Ortega, Del Rey, & Mora-Merchán, 2001; Konig 
et al., 2010).  
Menurut Bill Belsey (Beane, 2008) , presiden Bullying.org 
(Kanada), “Cyberbullying  melibatkan penggunaan informasi dan 
komunikasi teknologi seperti email, ponsel dan pager pesan teks, 
pesan instan, situs web pribadi yang memfitnah, dan mencemarkan 
situs web pribadi pemungutan suara online untuk mendukung 
disengaja, diulang, dan perilaku bermusuhan oleh seorang individu 
atau kelompok, yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain. 
Cyberbullying  menjadi semakin populer sebab  hanya dengan 
beberapa pukulan di keyboard komputer, menyakitkan dan informasi 
yang merusak dapat secara hinaan dikirim ke atau diposting untuk 
dilihat oleh ribuan orang.  
 
Fakta Cyberbullying  
Cyberbullying  perilaku yang memiliki unsur 
ketidakseimbangan kekuatan dan kekuasaan dapat dinilai “dalam hal 
perbedaan penguasaan teknologi antara cyberbullies  dan 
cybervictim, relatif tanpa identitas, status sosial, dan jumlah teman. 
Bullying dunia maya sering disebut dengan Cyberbullying , bahwa 
itu telah meningkat secara dramatis dari waktu ke waktu, dan bahwa 
bentuk bullying baru ini telah menciptakan banyak cybervictim dan 
cyberbullies  baru. Selain para cybervictim dan cyberbullies  yang 

45 
terlibat dalam bullying  tradisional. Selain itu, sering diperdebatkan 
atau tersirat bahwa cyberbullying  sangat sulit bagi orang dewasa 
untuk menemukan dan meniadakan, menciptakan perasaan tidak 
berdaya pada orang dewasa dan mungkin siswa juga (Olweus, 
2013). 
Cyberbullying  menyakiti remaja secara emosional, dari pada 
kekerasan fisik, dan beroperasi dengan memakai  pesan teks 
ponsel, foto diposting online, kata-kata yang menyakitkan di blog 
pribadi, dan rumor itu menyebar lebih cepat dari sebelumnya 
melalui e-mail, instant messenger (IMs), atau perangkat komunikasi 
lain semacam itu. Dengan semakin populernya situs jejaring sosial, 
pesan instan, dan teknologi seluler di kalangan remaja, risiko dan 
tingkat cyberbullying  tidak bisa diremehkan (Juvonen & Gross, 
2008, Huang, & Chou, 2010). 
Konseptualisasi cyberbullying  diperparah oleh fakta bahwa 
cyberbullying  dapat terjadi dalam bergabai bentuk dan terjadi 
melalui begitu banyak tempat yang berbeda. Willard (Kowalski et al, 
2014) telah menciptakan taksonomi jenis cyberbullying  yang 
mencakup flaming (yaitu, online fight), pelecehan (yaitu, pesan yang 
berulang-ulang dan menyinggung yang dikirim ke cybervictim), 
outing dan tipu daya (yaitu, meminta informasi pribadi dari 
seseorang dan kemudian secara elektronik membagikan informasi 
itu dengan orang lain tanpa persetujuan individu), pengucilan (yaitu, 
memblokir seseorang dari daftar teman), peniruan identitas (yaitu, 
berpose sebagai cybervictim dan berkomunikasi elektronik secara 
negatif atau informasi yang tidak pantas dengan orang lain seolah-
olah berasal dari cybervictim), cyber-stalking (yaitu, memakai  
komunikasi elektronik untuk orang lain dengan mengirim 
komunikasi yang mengancam berulang-ulang), dan sexting (yaitu 

46 
mendistribusikan gambar-gambar telanjang orang lain tanpa 
persetujuan orang itu)  
Konstruksi ketidak seimbangan kekuasaan, dan pengulangan, 
dalam kaitannya dengan bullying dan cyberbullying   (Dooley et al, 
2009): 
 
No Unsur Bullying  Cyberbullying  
1. Ketidakseimbangan 
kekuasaan 
 
 
Biasanya 
terhubung ke fitur 
para bully dan 
fisik saudara 
mereka dan/atau 
psikologis 
kekuasaan di 
dunia nyata 
 
Mungkin terkait 
dengan fitur 
cyberbullies, namun  
sering untuk '' 
kekuatan teknologi '' 
dan konten fitur yang 
diterbitkan di Internet 
atau fitur komunikasi 
komputer termediasi 
(misalnya, tanpa 
identitas) 
 
Mungkin didasarkan 
pada kurangnya 
kekuatan cybervictim 
untuk menentang 
kepemilikan 
kekuasaan seorang 
cyberbullies 
 
 Pengulangan 
 
 
Berdasarkan 
pengulangan 
perilaku 
dari waktu ke 
waktu dilakukan 
oleh bully  
 
Mungkin didasarkan 
pada teknologi dan 
fitur-fitur spesifik 
konten yang 
diterbitkan - bukan 
awal niat cyberbullies 
dan perilaku 
 

47 
Menurut Konig et al (2010) Baru-baru ini, definisi ini ada 
menjadi subyek kontroversi di antara para ahli dan peneliti masih 
belum jelas apakah kriteria ini berlaku untuk cyberbullying . 
Selanjutnya, kriteria baru telah diajukan, seperti tanpa nama dan 
publisitas. definisi-definisi ini menyoroti beberapa hal mendasar 
aspek cyberbullying: 
1. Niat.  
Telah diperdebatkan bahwa sebab  sifat tidak langsung dari 
cyberbullying  itu sangat sulit untuk mengidentifikasi niat dari 
perilaku ini. Pertanyaannya juga muncul, apakah niat benar-benar 
diperlukan untuk menyebabkan bahaya, atau apakah tindakan yang 
tidak disengaja - yang berarti siswa tidak sadar akan bahaya yang 
disebabkan - memiliki efek yang sama pada cybervictim, sehingga 
menggarisbawahi bahwa hanya berdampak pada atau niat 
cyberbullies yang dirasakan oleh cybervictim harus diperhatikan 
sebagai kriteria. 
 
2. Pengulangan.  
Argumen umum terhadap penggunaan kriteria pengulangan 
yaitu  Kenyataan bahwa memposting konten online itu sendiri 
merupakan pengulangan sebagaimana adanya dilihat dan diteruskan 
berulang kali. Konten online seringkali masih dapat diakses 
bertahun-tahun setelah kejadian aslinya. Dengan cara ini, satu 
tindakan dapat menyebabkan tak terhitung jumlahnya insiden 
viktimisasi, 
 
3. Ketidakseimbangan kekuatan.  
Ketidakmampuan cybervictim untuk memaksa cyberbullies 
untuk menghapus konten berbahaya, tingkat literasi media yang 
lebih tinggi atau status sosial yang lebih tinggi dari cyberbullies 

48 
dalam komunitas virtual dapat diartikan sebagai ketidakseimbangan 
kekuata. Wolak dan rekan membantahnya kriteria ini dan 
menyatakan bahwa cybervictim agak dalam situasi yang lebih kuat 
daripada di bullying tradisional sebab  mereka memiliki 
kemungkinan untuk mengakhiri interaksi negatif dengan mudah. 
Namun, mereka membiarkan hal ini tidak diberikan posting 
informasi atau komentar negatif di tempat maya 'publik' (mis., situs 
web). Kriteria khusus dunia maya baru: tanpa nama dan publisitas. 
Tanpa nama yang terjadi saat  Cybervictim tidak tahu identitas 
cyberbullies dapat meningkatkan perasaan frustrasi dan 
ketidakberdayaan.   
 
Media Cyberbullying 
Beane (2008) Cyberbullying  datang dalam 
berbagai bentuk. Anak-anak menemukan 
semakin banyak cara kreatif untuk memakai  
teknologi untuk menyakiti orang-orang. 
Serangan bisa langsung atau dengan proxy. Cyberbullying  oleh 
proxy terjadi saat  cyberbullies  membuat orang lain melakukan 
bullying. Sebagian besar waktu, orang ini tidak tahu bahwa dia 
sedang digunakan oleh cyberbullies . Ini yaitu  bentuk 
cyberbullying  yang paling berbahaya sebab  bisa membuat orang 
dewasa terlibat dalam bullying dan tidak menyadari bahwa mereka 
berurusan dengan seorang anak. kadang  cyberbullies menyerang 
dengan menyamar sebagai cybervictim untuk menciptakan masalah 
bagi cybervictim sejati. Misalnya,  cyberbullies dapat membuatnya 
terlihat seperti itu cybervictim melakukan kesalahan; orang tua 
kemudian diberitahu, dan orang tua menghukum cybervictim. 
Berikut Media melakukan cyberbullying :  

49 
a. Blog (log web). Blog menyediakan alat kepada pengguna 
untuk dipublikasikan konten pribadi online tentang berbagai 
topik, seperti hobi, perjalanan, atau proyek kerja. Orang-orang 
kemudian menghubungkan blog mereka dengan orang-orang 
lain dengan minat yang sama.  
b. Ruang obrolan. Ini yaitu  tempat pertemuan virtual di mana 
pengguna dapat menemukan orang untuk berbicara dengan 
online. Sebagian besar ruang obrolan bisa mengakomodasi 
lebih dari seratus pengguna secara bersamaan. 
c. Grup diskusi (newsgroup). Kelompok diskusi dapat diakses 
melalui internet. Setiap kelompok (forum) dikategorikan dan 
dikhususkan untuk satu topik. Pesan diposkan formulir buletin 
dan tetap berada di server, bukan menjadi e-mail. 
d. E-mail (surat elektronik). E-mail yaitu  layanan yang 
memungkinkan pelanggan untuk meneruskan pesan dari satu 
orang ke orang lain melalui penyedia layanan Internet (ISP). 
Pesan instan (IM). Ini yaitu  aktivitas online itu 
memungkinkan dua orang atau lebih untuk berkomunikasi 
secara online. Subscriber dapat membuat daftar kontak dari 
orang-orang yang mereka inginkan. 
e. Papan pesan. Ini yaitu  tempat online tempat orang-orang 
dengan minat yang sama berbicara tentang minat mereka, 
seperti tim olahraga, acara TV, dan game online. 
f. Layanan pesan singkat (SMS). Ini yaitu  layanan yang 
memungkinkan teks pesan yang akan dikirim dan diterima 
melalui telepon seluler. 
 
Bullying dari ponsel melalui percakapan, pesan teks dan foto 
yaitu  hal yang relatif baru masalah, sebab  meluasnya penggunaan 
ponsel. Cyberbullying berbeda dari bullying tradisional, bahwa 

50 
cyberbullies dan cybervictim tidak bertatap muka saat  bullying 
terjadi. Dalam sebuah penelitian yang mewakili sekitar 4500 murid 
dari 5  hingga 10 tahun di sekolah Norwegia (usia sekitar 10 hingga 
16), tingkat cyberbullying dipetakan (Auestad & Roland, 2005).  
Menurut Colorasa  (2003) bullying verbal dapat berupa 
menakuti lewat handphone, e-mail yang mengbullying  dan surat-
surat kaleng yang berisi ancaman kekerasan dan ejekan seksual.  
 Cyberbullying   yaitu  bentuk bullying yang dalam beberapa 
tahun terakhir menjadi lebih jelas, seperti penggunaan perangkat 
elektronik seperti komputer dan telepon seluler oleh orang-orang 
muda telah meningkat (Smith, et al, 2006).  Cyberbullying  telah 
didefinisikan sebagai '' disengaja dan bahaya berulang yang 
ditimbulkan melalui penggunaan komputer, telepon seluler, dan 
perangkat elektronik lainnya '' (Hinduja & Patchin, 2010).   
Beane (2008) Seperti apa melihat cyberbullying  :  
1. Cyberbullying  dapat melibatkan berbagai bentuk teknologi: 
2. Panggilan telepon seluler 
3. Pesan teks 
4. Klip-klip gambar / video 
5. E-mail 
6. Pesan instan 
7. Ruang obrolan 
8. Situs web 
9. Gaming 
 
Bentuk-bentuk Cyberbulling  
Bentuk-bentuk kekerasan cyberbullying  bukan hanya 
kekerasan yang bisa membuat orang terluka fisik, kekerasan 
cyberbullying  lebih kepada kekerasan yang menuju kepada psikis 
atau mental seseorang.  

51 
Menurut Ayunintgyas, dkk (2013) “pembajakkan akun pribadi 
seseorang, penyebaran berita bohong atau fitnah juga termasuk 
perilaku cyberbullying  berdasarkan pengertian tersebut diatas, 
penyebaran berita bohong tersebut juga termasuk dalam pencemaran 
nama baik”. Menurut Utami (2014:4) bentuk-bentuk cyberbullying  
yang banyak terjadi seperti mengganti foto account seseorang, 
menghina seseorang, dan membajak account seseorang dengan 
mengganti password. 
Berbagai jenis cyberbullying  telah terjadi sampai ke 
cyberstalking. Willard (Beran & Li, 2008) Ada tujuh kategori yang 
berbeda dari cyberbullying  umum: 
1. Flaming: Mengirim pesan yang kasar, vulgar tentang 
seseorang ke grup online atau ke cybervictim melalui email 
atau pesan teks lainnya. 
2. Online harassment: Berulang kali mengirim pesan ofensif 
melalui email atau teks lainnya mengirim pesan kepada 
seseorang. 
3. Cyberstalking: Pelecehan online yang mencakup ancaman 
bahaya atau mengbullying dengan memberikan kmentar 
menyakitkan. 
4. Denigration (put-downs): Mengirim pernyataan berbahaya, 
tidak benar, atau kejam tentang seseorang atau memposting 
materi online semacam itu. 
5. Masquerade: Berpura-pura menjadi orang lain dan mengirim 
atau memposting materi yang membuatnya cybervictim terlihat 
buruk. 
6. Outing: Mengirim atau memposting materi tentang seseorang 
yang berisi halinormasi sensitif, pribadi, atau informasi yang 
memalukan, termasuk meneruskan pesan atau gambar pribadi. 

52 
7. Exclusion: Secara kejam mengucilkan, mengabaikan dan 
menghapus seseorang dari grup online. 
 
Beane (2008) Penelitian terbaru, cyberbullying  paling sering 
melibatkan panggilan telepon, teks, dan pesan instan. Sifat bullying 
elektronik atau bullying maya sering kali meliputi: 
1. Mengirim pesan yang kasar, vulgar, atau mengancam atau 
gambar online atau melalui teks 
2. Memposting informasi sensitif, pribadi atau gambar tentang 
orang lain 
3. Secara sengaja mengucilkan seseorang dari grup online 
4. Berpura-pura menjadi orang lain untuk membuat cybervictim 
terlihat buruk  
5. Menyebarkan kebohongan dan rumor tentang cybervictim 
6. Menipu seseorang agar mengungkapkan informasi pribadi 
7. Sifat bermain game sebagai tempat di mana cyberbullying  
terjadi, dapat terjadi melalui game situs web atau PC dan game 
konsol dengan komponen online (misalnya Nintendo Wii, Xbo 
360, dan Playstation 3). 
8. Cyberbullying  dalam permainan biasanya disebut sebagai 
"kesedihan" dan cukup umum di antara gamer muda yang 
memakai  IM, obrolan, dan fitur obrolan suara untuk 
menggoda dan mengejek pada saat game. 
 
Marden (2010) membagi jenis cyberbullying menjadi 
cyberbullying  tidak langsung dan cyberbullying  langsung. Berikut 
akan dijelaskan masing-masing jenis Cyberbullying : 
1. Cyberbullying  tidak langsung 
a. Flaming yaitu  bentuk tidak langsung dari cyberbullying  
dan didefinisikan oleh Nancy Willard (yangyaitu  

53 
otoritas yang diakui pada isu-isu terkait dengan penggunaan 
Internet aman dan bertanggung jawab) sebagai argumen 
antara dua orang yang termasuk bahasa kasar, vulgar, 
penghinaan, dan ancaman. 
b. Impersonation seperti membobol email orang lain dan 
memakai nya untuk mengirim pesan ganas atau 
memalukan bagi orang lain. 
c. Outing and trickery, yaitu dengan cara melibatkan 
seseorang dalam pesan instan dan menipu mereka agar 
mengungkapkan informasi pribadi atau informasi sensitif 
dan meneruskan atau mendistribusikannya kepada orang 
lain (Willard, 2007) 
 
2. Cyberbullying  secara langsung 
a. Denigration yaitu  bentuk cyberbullying  langsung, 
menurut Willard, yaitu  saat  seorang siswa atau siswa 
membuat situs web yang digunakan untuk mengejek atau 
merusak reputasi cybervictim. 
b. Harassment and stalking, bentuk lain dari cyberbullying  
langsung termasuk berulang kali mengirim pesan yang 
kejam, ganas, dan / atau mengancam 
c. Exclusion yaitu dengan sengaja mengucilkan seseorang dari 
grup online, ini dapat dilakukan dengan "memblokir" 
individu atau "tidak berteman" Anda menghapus "teman" 
yang pernah ditambahkan di Facebook. 
 
Willard (Konig et al., 2010) cyberbullying  melalui perilaku 
khusus: pembakaran, pelecehan, pencemaran nama baik, peniruan 
identitas, outing, tipu muslihat, pengucilan dan cyberstalking. 
Mencoba meringkas delapan kategori ini dalam tipologi perilaku, 

54 
empat tipe utama dapat diidentifikasi: perilaku verbal tertulis 
(panggilan telepon, pesan teks, e-mail, instan pesan, obrolan, blog, 
komunitas jejaring sosial, situs web), perilaku visual (posting, 
mengirim atau berbagi foto dan video yang dikompromikan melalui 
ponsel atau internet), pengucilan (dengan sengaja mengucilkan 
seseorang dari grup online) dan peniruan identitas (mencuri dan 
mengungkapkan informasi pribadi, memakai  nama dan akun 
orang lain). Menurut tipologi ini, kita mungkin tanyakan apakah 
remaja menganggap semua jenis perilaku ini sebagai cyberbullying  
dan seberapa parah perilaku remaja. 
 
Karakteristik Cyberbullies dan  Cybervictim 
1. Cyberbullies  
Terlepas dari sejumlah bentuk yang tumpang tindih dengan 
bullying tradisional, ada aspek-aspek unik untuk cyberbullying . 
Misalnya, cyberbullies sering menyembunyikan identitas mereka 
dan tetap tanpa nama. Juga, perilaku jahil di dunia maya melampaui 
batas ruang dan waktu; itu bisa terjadi 24 jam sehari setiap saat, 
siang atau malam, dan itu tidak terjadi terbatas pada tempat-tempat 
seperti sekolah, namun  dapat terjadi di mana saja (Hinduja & Patchin, 
2008; Smith et al., 2008; Willard, 2005; Konig et al., 2010)  
Hubungan sosial memberikan berbagai manfaat yang mungkin tidak 
tersedia untuk remaja yang kesepian, seperti kesempatan untuk 
meningkatkan keterampilan sosial meliputi pemberian empati 
(Eisenberg & Strayer, 1987; Brewer & Kerslake, 2015)  
Khususnya, mereka yang memiliki tingkat empati rendah 
terlibat dalam bullying yang lebih sering atau parah. Berbeda dengan 
bullying tradisional di mana para bully terlihat oleh cybervictim, 
secara cyberbullying  ditandai dengan tanpa nama, dan kurangnya 
umpan balik langsung dari cybervictim, yang menjauhkan 

55 
cyberbullies dari cybervictim. Dengan demikian mungkin kurang 
penting para cyberbullies  mampu menjauhkan diri dari 
cybervictimnya. Terlepas dari perbedaan ini, temuan awal 
menunjukkan bahwa empati jugayaitu  prediktor yang valid 
dari perbuatan cyberbullying  (Ang & Goh, 2010; Casas, Del Rey & 
Ortega-Ruiz, 2013; Steffgen, Konig, Pfetsch, & Melzer, 2011; 
Brewer & Kerslake, 2015). 
Pornari & Wood (Konig et al, 2010) sebab  itu, cyberbullies 
bahkan mungkin mengalami kurang empati untuk cybervictim 
mereka daripada bully tradisional atau, cyberbullying  mungkin 
sangat menarik orang dengan sifat empati rendah. Namun, dan 
berbeda dengan temuan dengan bullying tradisional, pertama temuan 
penelitian tidak mendukung peran empati ini untuk cyberbullying . 
Almeida et al (Konig et al, 2010) Cyberbullies tidak ditemukan 
menunjukkan kurangnya empati dibandingkan dengan cybervictim, 
dan orang-orang yang tidak terlibat. sebab  itu, kami memutuskan 
untuk mengendalikan empati, namun  tidak memiliki hipotesis khusus.  
 
2.  Cybervictim  
Aquino, Tripp, dan Bies (Konig et al., 2010) menemukan 
bahwa cybervictim cenderung mencari cara untuk balas dendam 
terhadap status agresor yang lebih tinggi, dengan alasan bahwa 
cybervictim takut akan pembalasan balik. Mempertimbangkan sifat 
cyberbullying , mungkin memang sangat menarik bentuk balas 
dendam: itu memenuhi keinginan untuk mencari keadilan, untuk 
menghukum bully, dan untuk menunjukkan kepada rekan-rekan lain 
yang relevan bahwa seseorang bukan orang yang harus berjalan 
sementara pada saat yang sama menyembunyikan identitasnya dari 
cybervictim. Dengan demikian, cyberbullying  memungkinkan 
membalas dendam sambil meminimalkan kemungkinan pembalasan 

56 
Kowalski & Limber (Brewer & Kerslake, 2015) Penelitian 
menyelidiki hubungan antara harga diri dan cybervictim lebih 
konsisten, dan umumnya menunjukkan rendahnya harga diri.  
 
Faktor Cyberbullying  
Penelitian sebelumnya tentang penindasan di sekolah telah 
mengidentifikasi beberapa faktor yang kemungkinan berkontribusi 
terhadap cyberbullying . Di antara mereka yaitu  faktor-faktor 
signifikan gender, prestasi akademik, dan budaya. Selain itu, 
penelitian tentang cyberbullying  telah melaporkan bahwa frekuensi 
penggunaan komputeryaitu  faktor kunci (Li, 2005; Huang  & 
Chou, 2010). 
Motivasi seseorang melakukan cyberbullying  hampir sama 
dengan bullying. Menurut Syam (2015) ada dua faktor seseorang 
melakukan tindakan cyberbullying  : 
1. Faktor yang bersumber dari dalam diri cyberbullies (Faktor 
Intern). Tidak adanya rasa bersalah dari cyberbullies 
kriminalitas, cyberbullies memang tidak mengetahui bahwa 
perbuatannya itu yaitu  perbuatan yang dilarang oleh undang-
undang. Faktor lainnya yang menjadi penyebab terjadinya 
perilaku cyberbullying  yaitu sebab  perasaan emosi akibat 
kecemburuan, dendam, sakit hati, dan kekecewaan. 
2. Faktor yang bersumber dari luar diri cyberbullies (Faktor 
Ekstern). Faktor perkembangan teknologi faktor adanya 
kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang 
mempermudah individu untuk berinteraksi dengan individu 
lainnya. 
 
Menurut Gonzales (Hidajat, dkk,  2015) “cyberbullying  terjadi 
saat  baik cybervictim maupun cyberbulliesyaitu  orang di 

57 
bawah umur”. Menurut Quiroz, dkk (dalam Afriana, dkk 2014:4) 
sedikitnya terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan perilaku 
cyberbullying, yaitu hubungan keluarga, tradisi dan pengaruh media. 
Penelitian menunjukkan bahwa sejumlah faktor yang unik untuk 
lingkungan online mungkin mempromosikan perilaku cyberbullying 
(Ybarra & Mitchell, 2004a, 2004b; Patchin & Hinduja, 2006; Slonje 
& Smith, 2008; Konig et al., 2010). 
Patchin & Hinduja (Konig et al., 2010) dengan tanpa nama 
yang sering diidentifikasi sebagai faktor utama. Tanpa nama 
memungkinkan cyberbullies menjadi 'tak terlihat', mengurangi risiko 
tertangkap  dan menciptakan lingkungan yang membuatnya lebih 
sulit untuk menyadari dampak dari tindakan seseorang terhadap 
cybervictim (Slonje & Smith, 2008; Ybarra & Mitchell, 2004a, 
2004b; Konig et al., 2010). Apalagi sudah menemukan bahwa 
cyberbullies  lebih terampil daripada cybervictim mereka dalam 
memakai  teknologi dan bahwa cybervictim dapat dihadapkan 
dengan perilaku menyinggung setiap saat di mana saja di dunia 
(Ybarra & Mitchell, 2004a, 2004b; Patchin & Hinduja, 2006; Slonje 
& Smith, 2008; Konig et al., 2010). 
 
Dampak Cyberbullying  
Kekerasan yang dialami anak atau remaja yang dilakukan oleh 
cyberbullies  melalui media cyber atau internet, sering kali merasa 
depresi, merasa terisolasi, diperlakukan tidak manusiawi, dan tidak 
berdaya saat  diserang. Menurut Rahayu (2011) “dampak dari 
cyberbullying  untuk para cybervictim tidak berhenti sampai pada 
tahap depresi saja, melainkan sudah sampai pada tindakan yang 
lebih ekstrim yaitu bunuh diri”. 
 

58 
Dampak yang dirasakan dari cyberbullying  (Smith et al, 2006) 
sebagai berikut:   
1. Klip gambar / video dan panggilan Telepon  dianggap lebih 
berdampak pada cybervictim  dari bentuk-bentuk bullying  
tradisional.  
2. Situs web dan pesan teks dinilai memiliki dampak yang setara  
bullying  tradisional.  
3. Ruang obrolan, Pesan instan, dan Email  bullying   diyakini 
kurang  dampak dari bentuk-bentuk bullying  tradisional 
 
Menurut Psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo (Kompas, 
2015:11). (Maya, 2015) tindakan cyberbullying  sering dialami oleh 
anak yang secara mental terlihat berbeda. Mereka akan cenderung 
terlihat pendiam, pemalu, dan akan tertutup. Menurut Suminar 
(2014) cybervictim merasa tidak senang pergi ke sekolah, meskipun 
mereka senang belajar di sekolah namun mereka merasa tidak aman 
dan merasa terisolasi. 
sebab  beberapa jenis cyberbullying  jelas lebih berbahaya 
daripada yang lain, cyberbullying dapat berdampak kontinum untuk 
cybervictim. Selanjutnya pertimbangan harus diberikan kepada 
keseriusan insiden dalam konteks dan di antaranya keadaan yang 
mengelilinginya. Bahwa menerima email yang melecehkan mungkin 
bukan masalah yang signifikan.  
Cash & Bridge (Bauman et al, 2013) sebab  depresi 
merupakan faktor risiko yang diketahui untuk perilaku bunuh diri, 
penting untuk mempertimbangkan bagaimana hal itu mungkin 
terlibat dalam asosiasi antara pengalaman bullying dan perilaku 
bunuh diri. Penelitian sebelumnya telah ditemukan hubungan antara 
keterlibatan dalam bullying dan perilaku bunuh diri, namun  peran 
depresi sebagian besar tidak ada diskusi. Memahami proses di mana 

59 
variabel-variabel ini terkait akan menginformasikan usaha  
pencegahan dan intervensi; perilaku bunuh diri mungkin dicegah 
dengan menargetkan konstruksi psikologis (misalnya, depresi).  
Van Orden et al (Bauman et al, 2013) Studi saat ini dipandu 
oleh teori interpersonal, bunuh diri yang berpendapat bahwa 
keinginan untuk bunuh diri disebabkan oleh kehadiran kedua 
"keburukan yang digagalkan" dan "beban yang dirasakan" . Kami 
mempertimbangkan perilaku bullying menjadi manifestasi 
keburukan yang digagalkan baik pada cyberbullies maupun sasaran 
cyberbullies. Cyberbullies yang perilakunya dimotivasi oleh usaha  
untuk mendapatkan atau mempertahankan status sosial ( Sijtsema, 
Veenstra, Lindenberg, & Salmivalli, 2009; Bauman et al, 2013), 
mencari milik dalam kelompok sebaya. Cybervictim yaitu  
penerima tindakan berulang.  
Thorbes (Maliki, et al, 2009) mengemukakan bahwa 
cybervictim dan cyberbullies lebih mungkin untuk menampilkan 
beberapa pemikiran untuk masalah-bunuh diri, depresi, kecemasan, 
kesehatan fisik umum yang buruk, penggunaan narkoba, citra tubuh 
yang buruk, gangguan makan dan prestasi akademik rendah. 
Cybervictim juga melaporkan hubungan yang tidak didukung oleh 
orang tua mereka, memiliki sangat sedikit teman dekat dan tidak 
dapat bersikap positif terhadap guru dan sekolah mereka .  
 
Gender dan Cyberbullying  
Salah satu aspek yang paling menarik debat dari 
bullying/cyberbullying, berkaitan dengan perbedaan gender. Secara 
tradisional, pria lebih terlibat dalam banyak perilaku cyberbullying 
daripada wanita (Forero, McLellan, Rissel, & Baum, 1999; Nansel et 
al., 2001; Sourander, Helstela, Helenius, & Piha, 2000; Dooley et al, 
2009).  

60 
Namun, Blair (Dooley et al, 2009) melaporkan bahwa 
perempuan lebih mungkin berkomunikasi memakai  pesan teks 
dan email daripada laki-laki; ini dikombinasikan lebih terselubung 
(dan sosial) sifat cyberbullying, akan membuat alasan- dapat 
mengharapkan bahwa perbedaan gender ditunjukkan dalam bullying  
langsung, tidak sekuat di cyberbullying. Memang, ada yang 
melaporkan bahwa pria dan perempuan sama-sama cenderung 
terlibat cyberbullying (Williams & Guerra, 2007; Ybarra & Mitchell, 
2004: Dooley et al, 2009).  
Hasil penelitian tentang anak laki-laki menjadi kurang terpapar 
dengan bullying ponsel, 13% di Tahun 5-7 dan 8% di Tahun 8-10. 
Ada beberapa pengurangan dalam jumlah siswa yang melaporkan 
diganggu oleh ponsel-ponsel dari 2001 hingga 2004 (Auestad & 
Roland, 2005).  
Ada lebih banyak anak laki-laki daripada perempuan yang 
menggertak orang lain melalui telepon seluler. namun  perbedaan 
gender yaitu  lebih kecil daripada untuk bullying tradisional 
(Roland 2002b; Auestad & Roland, 2005).  
Slonje dan Smith (Dooley et al, 2009) melaporkan tidak ada 
perbedaan gender. Perputaran dalam tingkat yang dilaporkan sendiri 
baik yang terlibat di atau menjadi cybervictim (tren anak laki-laki 
gesting terlibat dalam lebih banyak tindakan cyberbullying  daripada 
anak perempuan