Jumat, 26 Januari 2024
bully 1
By tewasx.blogspot.com at Januari 26, 2024
bully 1
Glosarium
A
Asertif. Sikap tegas untuk menyampaikan apa yang diingankan, dan
apa yang tidak diinginkan tanpa melanggar hak orang lain.
Agresif. Perilaku menyakiti orang lain baik secara langsung atau
tidak langsung
Asisten bullying. Orang yg bertugas membantu bully dalam
peristiwa bullying
Audien. Pendengar yang berada pada peristiwa bullying,
cyberbullying dan body shaming
B
Bullying. Perilaku menyakiti seseorang secara fisik, verbal dan
psikologis yang dilakukan oleh seorang individu atau
kelompok.
Body Shaming. Perilaku menghina bentuk tubuh orang lain.
Bully. Pelaku yang terlibat pada peristiwa bullying.
Budaya. Kebiasaan untuk menyakiti orang lain sehingga peristiwa
bullying, cyberbullying dan body shaming dianggap suatu
yang biasa
C
Cyberbullying. Perilaku menyakiti orang lain yang dilakukan dengan
memakai media sosial dan alat elektronik, dengan
mengirim pesan fulgar, mengancam, mempermalukan,
memberikan komentar negatif, mengirim foto orang lain
tanpa izin untuk mempermalukan Cybervictim.
Cyberbullies. Anak-anak yang menjadi pelaku dalam peristiwa
cyberbullying
Cybervictim. Anak-anak yang menjadi korban dalam peristiwa
cyberbullying
Cyberbullicide. Tindakan bunuh diri yang diakibatkan peristiwa
cyberbullying
D
Defender. Anak yang berusaha membela dan membantu victim.,
sringkali defender akhirnya menjadi victim juga
Depresi. Dampak yang diakibatkan dari peristiwa bullying,
cyberbullying dan body shaming yang mengakibatkan
gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan
perasaan yang merosot (seperti muram, sedih, perasaan
tertekan).
Dunia maya. Ruang informasi dan komunikasi dalam internet
E
Elektronik. Alat yang dibuat berdasarkan prinsip elektronika; hal
atau benda yang memakai alat-alat yang dibentuk atau
bekerja atas dasar elektronika, seperti komputer, laptop dan
ponsel.
Emosional. Perasaan yang menyangkut aspek psikologis yang
mengakibatkan gangguan priaku pada Cybervictim atau
Cyberbullies.
Empati. Keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau
mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau
pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain
Eggers. Disebut oleh sebagai "antek" atau "pengikut" Cyberbullies
Elemen. Unsur yang terkandung dalam peristiwa bullying,
cyberbullying dan body shaming
Efek. Dampak yang ditimbulkan oleh tindakan bullying,
cyberbullying dan body shaming bagi orang yang terlibat
dalam peristiwa tersebut. Seperti cybervictim dan
cyberbullies.
Ekstrim. Perilaku yang paling berbahaya dari peristiwa bullying,
cyberbullying dan body shaming
e-mail. Singkatan dari Elektronik Mail atau dalam bahasa Indonesia
disebut Surat Elektronikyaitu sarana dalam mengirim
surat yang dilakukan melalui media internet
F
Fisik. Jasmani atau badan yang menjadi sasaran dalam peristiwa
bullying.
Fenomena. Peristiwa luarbiasa terjadi pada perilaku bullying,
cyberbullying dan body shaming
Frustasi. Keadaan seseorang yang terkait dengan perasaan
kenestapaan, rasa bersalah kebahagiaan, dan kebencian.
Floaters. anak-anak yang dapat secara aktif membantu bully
(misalnya, dengan menertawakan victim)
Faktor Ekstern. Faktor yang berasal dari dalam diri Cybervictim dan
cyberbullies sehingga terlibat dalam peristiwa bullying,
cyberbullying dan body shaming
G
Gay. Istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk orang
homoseksual atau sifat-sifat homoseksual. Istilah ini
awalnya digunakan untuk lelaki penyuka sesame jenis.
Gender. Jenis kelamin laki-laki atau perempuan dan bagaimana
keterlibatan gender dalam peristiwa bullying, cyberbullying
dan body shaming
I
Internet. kependekan dari interconnection-networking yaitu seluruh
jaringan komunikasi yang memakai media
elektronik, yang saling terhubung memakai
standar sistem global Transmission Control
Protocol/Internet Protocol Suite (TCP/IP) sebagai protokol
pertukaran paket (packet switching communication
protocol) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh
dunia.
Intervensi BK. Intervensi bimbingan dan konseling yaitu model
pendekatan yang semestinya adadi dalam setiap pemberian
layanan bimbingan dan konseling
Instan. Cara yang dilakukan tanpa proses yang lama
K
Karakteristik. Ciri-ciri yang berbeda. Individu yang saling
bergabung akan membentuk kelompok peran individu yang
terlibat dalam peristiwa bullying, cyberbullying dan body
shaming
Konsekuensi. Akibat dari peristiwa bullying, cyberbullying dan body
shaming untuk peran yang terlibat.
Konflik. Sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
yang terlibat pada peristiwa bullying, cyberbullying dan
body shaming
L
Lesbian. Lesbian yaitu istilah bagi perempuan yang mengarahkan
orientasi seksualnya kepada sesama perempuan. Istilah ini
juga merujuk kepada perempuan yang mencintai
perempuan
M
Media. Alat yang digunakan untuk melakukan cyberbyllying dan
body shaming
Menggoda. Kekerasan verbal bentuk yang paling berbahaya dan
bullying tahan lama
Motif.yaitu dorongan dalam diri manusia yang timbul
disebab kan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin
dipenuhi oleh manusia tersebut
Misogyny. Kebencian atau tidak suka terhadap wanita atau anak
perempuan. Misogini dapat diwujudkan dalam berbagai
cara, termasuk diskriminasi seksual, fitnah perempuan,
kekerasan terhadap perempuan, dan objektifikasi seksual
perempuan secara langsung atau online.
N
Negatif. Pengaruh kuat yang mendatangkan akibat merugikan diri
sendiri dan orang lain dalam peristiwa bullying,
cyberbullying dan body shaming
O
Outsider yaitu anak yang tahu terjadi bullying, namun tidak
melakukan apapun seolah-olah tidak peduli
Observer. Individu yang terlibat pada peristiwa bullying atau
cyberbullying sebagai individu yang mengamati.
Online. segala bentuk komunikasi yang memakai Internet,
namun secara spesifik mengacu pada obrolan atau
percakapan yang terjadi pada peritiwa cyberbullying dan
body shaming
P
Power.yaitu kekuatan individu yang ditunjukan dalam
peristwa bullying, cyberbullying dan body shaming
Ponsel. Telepon genggam atau telepon seluler (disingkat ponsel)
atau handphone (disingkat HP) yaitu perangkat
telekomunikasi elektronik yang digunakan dalam peristiwa
cyberbullying dan body shaming.
Platform. Rencana kerja; program untuk mencegah dan menangani
bullying, cyberbullying dan body shaming
Psikologis. Berkenaan dengan psikologi; bersifat kejiwaan yang
diakibatkan oleh peristiwa bullying, cyberbullying dan body
shaming llying
Prevalensi. Pelecehan pada umumnya melibatkan pertanyaan yang
berulang, menjengkelkan, pernyataan atau serangan tentang
masalah seksual, jender, rasial, agama atau kebangsaan
R
Reinforcer. Individu yang menguatkan perilaku bully dalam
peristiwa bullying.
Rumor. Gunjingan dapat berkembang dari mulut ke mulut atau
dibicarakan di media sosial
Rasis. Suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan
bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia
menentukan pencapaian budaya atau individu – bahwa
suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk
mengatur ras yang lainnya sehingga menjadi salah satu
factor penyebab bullying atau cyberbullying
T
Tradisional. Aksi dan tingkah laku bullying yang tidak melibatkan
media elektronik, pelaku saling berhadapan
Terisolasi. Usaha untuk mengucilkan individu yang menjadi victim
dalam peristiwa bullying atau cyberbullying
S
Sebaya. hampir sama (kekayaannya, kepandaiannya, dan
sebagainya); seimbang; sejajar dalam segi usia untuk peran
yang terlibat dalam peristiwa bullying atau cyberbullying.
V
Verbal. Perilaku bullying, cyberbullying dan body shaming melalui
perkataan atau ucapan yang ditulis dalam sebuah kolom
komentar di media sosial.
Victim. Individu yang terlibat dalam peristiwa bullying sebagai
korban
Variasi. Berbagai cara yang dilakukan dalam peristiwa bullying atau
cyberbullying
Antarpribadi: Antar pribadi seseorang dengan orang lain. Bisa
dimaksudkan komunikasi ataupu unteraksi yang terjalin antara
orang yang satu dengan orang yang lain.
Cemas: Kecemasan yaitu suatu istilah yang menggambarkan
gangguan psikologis yang dapat memiliki karakteristik yaitu
berupa rasa takut, keprihatinan terhadap masa depan,
kekhawatiran yang berkepanjangan, dan rasa gugup. Rasa
cemas memang biasa dihadapi semua orang. Namun, rasa
cemas disebut gangguan psikologis saat rasa cemas
menghalangi seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari
dan menjalani kegiatan produktif.
Defensif: Bersikap bertahan dimaksudkan untuk mempertahankan
dirinya sendiri ataupu untuk mempertahankan suatu hal.
Emosi: yaitu perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau
sesuatu.[1] Emosi yaitu reaksi terhadap seseorang atau
kejadian.[2] Emosi dapat ditunjukkan saat merasa senang
mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut
terhadap sesuatu
Empati: artinya satu perasaan dimana seseorang benar-benar tahu
perasaan dari suatu kejadian sebab ia pernah berada dalam
posisi itu
Individu: yaitu yaitu unit terkecil
pembentuk masyarakat.[1] Dalam ilmu sosial, individu berarti
juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak
dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil
Karakter: Karakter atau watak yaitu sifat batin yang memengaruhi
segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki
manusia atau makhluk hidup lainnya
Keterampilan: Kemampuan fisik yaitu kemampuan tugas-tugas yang
menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik
serupa. Penelitian terhadap berbagai persyaratan
92
Kompetensi: kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan
(memutuskan sesuatu); 2 Ling kemampuan menguasai
gramatika suatu bahasa secara abstrak atau batiniah
Konseling: pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang
dengan memakai metode psikologis dan sebagainya;
pengarahan; 2 pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli
sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan
diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah;
penyuluhan
Konselor: anggota (staf) perwakilan di luar negeri, kedudukannya di
bawah duta besar dan bertindak sebagai pembantu utama
(pemangku) kepala perwakilan; 2 orang yang melayani
konseling; penasihat; penyuluh
Masalah: sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan); soal;
persoalan:
Minoritas: golongan sosial yang jumlah warganya jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan golongan lain dalam suatu masyarakat
dan sebab itu didiskriminasikan oleh golongan lain itu
Profesional: bersangkutan dengan profesi; 2 memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya: ia seorang juru masak --
; 3 mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya
(lawan amatir):
Refleksi: gerakan, pantulan di luar kemauan (kesadaran) sebagai
jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar: penyair
pada hakikatnya yaitu suatu -- dari masyarakat
sekelilingnya; 2 gerakan otot (bagian badan) yang terjadi
sebab suatu hal dari luar dan di luar kemauan atau
kesadaran; 3 ki cerminan; gambaran
Bullying yaitu pengalaman yang terjadi saat seseorang
merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan takut apabila perilaku
buruk tersebut akan terjadi lagi, sedangkan victim merasa tidak
berdaya untuk mencegah perilaku bullying yang dialami. Sejumlah
besar penelitian telah dilakukan pada bullying tradisional. Bullying
didefinisikan sebagai perilaku agresif atau 'kerusakan' yang sengaja
dilakukan oleh satu orang atau kelompok, dilakukan dengan cara
berulang dan melibatkan perbedaan kekuatan dan kekuasaan.
Bullying yaitu perilaku menyakiti orang lain dengan cara menyakiti
mental dan juga fisik, menggertak yang dilakukan oleh individu atau
kelompok secara berulang dengan hubungan kekuasaan yang tidak
setara antara bully dan victim menjelaskan bahwa
bullyingyaitu pelecehan mental atau fisik victim, yang
dilakukan oleh siswa atau kelompok siswa. Bullying diasumsikan
sebagai hubungan kekuasaan yang tidak setara antara bully dengan
victim, dan episode kejadiannya terus berulang dari waktu ke waktu.
Olweus (Rigby, 2007) membagi dua tipe bullying yaitu:
1. Bullying secara langsung yaitu perilaku
menyakiti secara fisik oleh individuatau
kelompok.
2. Bullying tidak langsung, seperti
pengucilan melalui media sosial dan
secara verbal yang dilakukan oleh
individu atau kelompok. Bullying
disebut juga sebagai bagian dari perilaku
agresif sebab di dalamnya melibatkan
tindakan agresi atau serangan.
Rigby (2007) meng identifikasi unsur-unsur perilaku sehingga
dapat disebut bullying. Unsur bullying seperti keinginan untuk
menyakiti, tindakan negatif, kekuatan yang tidak seimbang antara
orang-orang yang terlibat dalam bullying melibatkan tindakan yang
berulang dalam kurun waktu tertentu, bukan sekadar penggunaan
kekuatan, namun rasa senang yang dirasakan oleh bully dan rasa
tertekan di pihak victim.
bullying yaitu :
1. Perilaku menyakiti secara fisik, verbal dan psikologis yang
disengaja oleh si bully pada victimnya, bukan sebuah
kelalaian. Memang betul-betul disengaja.
2. Perilaku menyakiti secara fisik, verbal dan psikologis itu
terjadi berulang-ulang bullying tidak pernah dilakukan secara
acak atau cuma sekali.
3. Didasari perbedaan power yang mencolok antara bully dan
victim. Jadi perkelahian diantara anak yang kurang seimbang
dari segi ukuran fisik maupun usia bukanyaitu kasus
bullying. Dalam bullying bully benar-benar berbeda di atas
angin victimnya.
Menurut Afriana, dkk (2014) bullyingyaitu suatu
bentuk perilaku agresif yang diwujudkan dengan perlakuan secara
tidak sopan dan penggunaan kekerasan atau paksaan untuk
mempengaruhi orang lain secara fisik, verbal dan psikologis, yang
dilakukan secara berulang atau berpotensi untuk terulang, dan
melibatkan ketidak seimbangan kekuatan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Olweus dan Roland
(James, 2010) hasil penelitian menunjukan sebuah agar
bisa disebut disebut sebagai bullying, yaitu perilaku menyakiti
dengan cara fisik, verbal dan psikologis atau bentuk kekerasan lain
harus terjadi sedikitnya sekali dalam seminggu atau lebih selama
periode waktu satu bulan. Berdasarkan hasil kesepakatan beberapa
peneliti bahwa pengertian bullying yaitu tindakan yang
mengakibatkan kekerasan atau agresi secara langsung dan agresi
secara tidak langsung. Tindakan kasar atau kekerasan bisa dikatakan
bullying jika individu sebagai victim merasa tidak menyukai
4
tindakan yang dilakukan oleh orang lain atau kelompok, dan telah
melukai perasaan victim.
Dan Olweus, yang secara luas diakui sebagai bapak penelitian
bullying. bullying yaitu
perilaku agresif perilaku yang: (a) tindakan dimaksudkan untuk
menyebabkan kerusakan atau tekanan pada seseorang atau
sekelompok individu, (b) tindakan kekerasan terjadi berulang-ulang
dari waktu ke waktu, dan (c) tindakan terjadi pada hubungan di
mana ada ketidak seimbangan kekuasaan atau kekuatan. Hal ini
penting untuk dicatat bahwa bullying, sebagai bentuk pelecehan
terhadap individu lain, banyak karakteristik dengan jenis kekerasan
lainnya, yaitu penganiayaan anak dan kekerasan dalam rumah
tangga. Secara tradisional, banyak anggota masyarakat umum
berpikir bullying sebagai tindakan menyakiti secara fisik dan terbuka
(Misalnya, memukul, menendang, mendorong anak lain). Akan
namun , bullying juga dapat melibatkan kata-kata atau non-verbal,
cara-cara non-fisik. Selain itu, meskipun perilaku bullying mungkin
melibatkan tindakan secara langsung, serangan relatif terbuka
terhadap victim, bullying sering tidak langsung, atau halus.
Menurut Tattum dan Tattum (Widayanti & Siswati, 2009)
bullying yaitu “the willful, conscious desire to hurt another and
put him/her under stress”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
dipahami bahwa bullying yaitu hasrat untuk menyakiti individu
lain yang dilakukan secara sadar dan membuat individu tersebut
merasa tertekan. Bully merasa bahagia jika victim merasa takut dan
tertekan sehingga bullying akan dilanjutkan.
"Bullying" sering didefinisikan sebagai agresif, disengaja
tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh kelompok atau individu
berulang kali dan seiring waktu melawan korban yang tidak bisa
dengan mudah membela diri
Fakta Bullying
Bandura (O'connell, et al, 1999) diidentifikasi tiga kondisi
yang mempengaruhi kemungkinan pemodelan.
1. Anak-anak lebih mungkin meniru model saat model yaitu
nyata yang kuat.
2. Model dihargai dari pada dihukum sebab perilaku itu dan
model tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan
anak.
3. Dalam kasus bullying kondisi ini sering hadir. Orang-orang
yang hadir saat melakukan episode bullying memiliki
kesempatan untuk mengamati sosok yang kuat (bully).
Field (2007) menyatakan bahwa ada beberapa fakta tentang
bullying. Berikut beberapa fakta tentang bullying:
1. Bullying melibatkan pelecehan psikologis, emosional, sosial
atau fisik.
2. Ciri yang krusial yaitu persepsi: victim terasa tidak berdaya.
3. Masalah kritis yaitu tingkat kerusakan yang terjadi pada
victim.
4. Sekitar satu dari lima siswa diganggu secara teratur dan
sekitar satu di antara lima victim yaitu bully secara teratur.
Olweus (Ttofi, & Farrington, 2011). Menyatakan bahwa jika
tidak melibatkan perbedaan kekuatan itu bukan bullying saat dua
orang dari kekuatan yang sama (fisik, psikologis, atau verbal) saling
mengorbankan satu sama lain. Tidak boleh disamakan dengan agresi
atau kekerasan; tidak semua agresi atau kekerasan melibatkan
6
bullying, dan tidak semua bullying melibatkan agresi atau kekerasan
(Ttofi, & Farrington, 2011).
Nansel dan rekan (Crawford, 2002) juga menemukan bahwa:
1. Bullying terjadi paling sering dari kelas enam hingga
delapan, dengan sedikit variasi di antara keduanya daerah
perkotaan, pinggiran kota, kota dan pedesaan.
2. Pria lebih cenderung menjadi bully dan victim dari pada
wanita. Pria lebih banyak cenderung mengalami bullying
secara secara fisik, sementara wanita lebih mungkin untuk
secara verbal atau secara psikologis diganggu.
3. Bully dan victim mengalami kesulitan penyesuaian diri
dengan lingkungan mereka, keduanya secara sosial dan
psikologis. Victim memiliki kesulitan lebih besar dalam
mencari teman dan mengalami kesepian.
4. Bully lebih cenderung merokok dan minum alkohol, dan
menjadi siswa yang lebih rendah dalam prestasi.
5. Bully-vicim anak yangyaitu bully dan penerima
bullying - cenderung mengalami isolasi sosial, melakukan
yang buruk di sekolah dan terlibat dalam perilaku bermasalah
seperti merokok dan minuman beralkohol.
Maliki, et al (2009) menyatakan bahwa untuk intervensi
bullying agar menjadi efektif harus fokus di luar anak yang agresif
atau bully dan victim termasuk teman sebaya, staf sekolah, orang tua
dan komunitas. Sebuah anti-bullying yang komprehensif pendekatan
dapat mengurangi bullying. Fitur utama dari intervensi yaitu kode
yang dinyatakan dengan jelas perilaku dengan tindak lanjut yang
konsisten dan mendukung. Dibutuhkan banyak waktu untuk
mewujudkannya baik perubahan sikap maupun perilaku di antara
siswa staf, dan orang tua di sekolah.
7
Tempat Terjadi Bullying
Field (2007) mengidentifikasi tempat-tempat di mana terjadi
bullying
1. Di sekolah mana pun, miskin atau kaya, pribadi atau negara,
dunia pendidikan atau sekolah satu jenis kelamin, kecil atau
besar, agama atau non-agama, konservatif, sekolah
tradisional atau progresif, hari atau asrama.
2. Di sekolah: di ruang kelas, taman bermain, kantin, toilet,
loker, fasilitas olahraga, ruang ganti, koridor terisolasi, kamp
sekolah.
3. Di luar sekolah: bepergian ke dan dari sekolah, di penitipan
setelah program sekolah, taman bermain, pusat perbelanjaan.
4. Di dunia maya: pesan teks, email, ruang obrolan Internet dan
situs web, papan buletin, foto digital.
Ybarra, et al, (2007) menyatakan bahwa sedikit yang diketahui
tentang berapa banyak bullying pengalaman remaja baik online
maupun di sekolah. Meskipun demikian, orang tua sering
menghubungi pejabat sekolah yang menuntut intervensi itu terjadi
jika anak mereka dibullying oleh siswa lain secara online. Ini
menantang, sebab bullying sering terjadi di luar sekolah dan di luar
waktu sekolah. Penelitian sebelumnya menunjukkan kemungkinan
tumpang tindih. Target cyberbullying lebih mungkin menjadi victim
dalam lingkungan tatap muka oleh teman sebaya.
Kowalski et al. (Mishna & Solomon, 2009) Alat komunikasi
elektronik sedang memindahkan diskusi tentang bullying ke dunia
elektronik jalan raya informasi. Mirip dengan bullying tradisional,
cyberbullying, juga dikenal sebagai penindasan elektronik atau
kekejaman sosial online.
Peran-peran dalam Peristiwa Bullying
Bullying yang terjadiyaitu proses komunikasi antar
individu. Proses komunikasi yang cenderung kurang baik sehingga
terjadi bullying. Bullying yang dilakukan oleh individu atau
kelompok, masing-masing individu yang terlibat memiliki peran
atau sebutan tersendiri. Hymel dkk, (2009) menyatakan bahwa
bullying memiliki tingkat yang sangat bervariasi di setiap negara.
Sekitar 9% sampai 73% dari remaja dan anak-anak melaporkan
bahwa mereka telah mem-bully remaja dan anak-anak lain dan 2%
sampai 36% dari remaja dan anak-anak mengatakan bahwa mereka
yaitu victim.
Menurut Rigby (2007) terdapat peran-peran dalam peristiwa
bullying, yaitu:
1. Bully yaitu anak yang dikategorikan sebagai pelaku dan
pemimpin. Berinisiatif dan aktif terlibat dalam peristiwa
bullying sebagai pelaku.
2. Assistance Bully yaitu anak yang juga terlibat aktif dalam
peristiwa bullying, namun cenderung bergantung atau
mengikuti perintah bully.
9
3. Reinforcer yaitu anak yang ada saat peristiwa bullying,
ikut menyaksikan, mentertawakan victim, memprovokasi
bully, mengajak anak lain untuk menonton dan sebagainya.
4. Victim yaitu anak yang menjadi victim atau anak yang di-
bully.
5. Defender yaitu anak yang berusaha membela dan
membantu victim., sringkali defender akhirnya menjadi
victim juga.
6. Outsider yaitu anak yang tahu terjadi bullying, namun tidak
melakukan apapun seolah-olah tidak peduli.
Salmivalli (Smith & Ananiadou, 2003) mengemukakan enam
peran remaja dan anak-anak dalam perilaku bullying, yaitu:
1. Bully (pelaku dalam peristiwa bullying).
2. Assistance (asisten atau individu yang membantu bully dalam
peristiwa bullying).
3. Reinforcer (individu yang menguatkan perilaku bully dalam
peristiwa bullying).
4. Defender (individu yang cenderung membela victim dalam
peristiwa bullying).
5. Outsider (individu yang tahu adanya peristiwa bullying
namun tidak terlibat sama sekali dalam peristiwa bullying).
6. Victim (individu yang menjadi victim dalam peristiwa
bullying).
Menutut Rigby (2007) selain dari enam peran yang terlibat
dalam peristiwa bullying, terdapat satu peran yang disebut bully-
victim yaitu keadaan dimana individu yang pernah menjadi victim
dalam peristiwa bullying, juga menjadi bully. Beberapa remaja dan
anak-anak yaitu victim dan bully dalam peristiwa bullying (Olweus,
10
1993; Svennson, 1999; Roland & Vaaland, 2006). Olweus (Roland
& Vaaland, 2006) Ini disebut bully-victims mungkin sulit untuk
membantu jika bully-victims diizinkan untuk terus menjadi bully.
Satu alasan yaitu mudah untuk membenarkan bully-victims dengan
mengatakan bahwa bully-victims layak mendapatkannya.
Menurut Roland & Vaaland (2006) pada peristiwa bullying
terdapat peran yang anak-anak ambil, seperti:
1. Audien
Sering ada audiens saat bullying terjadi. Audien melihat
dan tahu bahwa bullying terjadi, namun tidak aktif mengambil
bagian di sisi mana punbaik sebagai pelaku atau penolng.
Kadang-kadang geng bisa berdiri dan menonton seseorang
menggoda atau menyerang secara fisik sesama anak. Pada
kesempatan lain, audien hanya melihat bahwa sesuatu sedang
terjadi tanpa benar-benar dekat dengannya. Sering ada lebih
banyak anak menjadi audiens dari pada anak yang aktif
terlibat dalam situasi, dan kita bisa melihat anak sebagai
mayoritas yang diam..
2. Observer
Seorang observer percaya bahwa yang lain lebih
berpandangan positif tentang bullying dari pada yang
sebenarnya. Kesalah pahaman semacam itu mencegah
observer mendukung victim. Observer berpikir mereka
yaitu satu-satunya yang tidak menyukai apa yang mereka
lihat dan sebab itu tidak berani berbicara tentang bagaimana
perasaan sebenarnya. Ini bisa memimpin seorang observer
untuk memihak bully terhadap viktim. Bully juga salah
menafsirkan situasi dan sering percaya bahwa para observer
mendukung tindakan mereka.
11
3. Bully
Anak laki-laki menggertak anak laki-laki dan perempuan.
Anak perempuan menggertak murid di kelompok angkatan
mereka sendiri dan tahun-tahun lainnya. Terutama
perempuan menggertak gadis lain dan paling sering
perempuan dalam kelompok tahun mereka sendiri.
Englander (2012) Beberapa ahli mengidentifikasi 5 peran,
seperti:
1. Bully.
Anak-anak ini yaitu pengganggu di sekolah "tradisional".
Motivasi bully untuk mendominasi atas victim, meningkatkan
status sosial bully sendiri, dan menanamkan ketakutan pada
calon victim. Modus operandi bully yaitu menyalahgunakan
victim mereka, baik secara fisik atau (lebih umum) secara
psikologis / verbal. Sebagai suatu kelompok, bully cenderung
memiliki harga diri yang tinggi dan cenderungan yang
ditandai untuk melihat diri bully sebagai yang diserang di
lingkungan yang tidak bersahabat.
2. Eggers
"Eggers" (disebut oleh Olweus sebagai "antek" atau
"pengikut") disebut demikian sebab fungsi utama eggers
yaitu mengikuti bully. Anak-anak ini yaitu sistem
pendukung utama untuk bully di sekolah. Eggers sering
memiliki harga diri yang rendah dan keterampilan sosial
yang buruk. Eggers berteman dan membantu pengganggu
sebab eggers takut menjadi victim dan sebab dengan
melakukan sesuatu yang diperintahkan bully jadi eggers
mendapat status tinggi, dan teman yang kuat secara sosial.
12
Tidak seperti bully, eggers tidak melihat perilaku bullying
sendiri sebagai respon yang dibenarkan untuk dunia yang
tidak bersahabat; eggers secara akurat merasa bahwa perilaku
mereka berbahaya dan tidak dapat diterima, namun eggers
cenderung meminimalkan keterlibatan mereka sendiri atau
meminimalkan dampak dari perilaku eggers sendiri.
Meskipun beberapa eggers konsisten ramah dengan bully,
subtipe yaitu floaters. Floaters bukan teman-teman biasa
bully, namun yang mungkin mengikuti atau membantu bully
selama bullying situasi tertentu sebab floaters takut menjadi
victim sendiri, atau sebab floaters melihatnya secara sosial
diinginkan untuk membantu bully menjadi populer. Floaters
mungkin "mengambang" keluar masuk membantu bully;
dalam beberapa situasi, floaters mungkin pengamat diam,
sedangkan di tempat lain, floaters dapat secara aktif
membantu bully (misalnya, dengan menertawakan victim).
Seperti semua eggers, floaters meminimalkan kerusakan
perilaku disebabkan dan mencoba untuk menghindari
konfrontasi diri mengenai peran mereka sendiri dalam
bullying. Floaters mungkin "cyberbullies tidak disengaja"
juga.
3. Semua Bully
Para bully di sekitar yaitu pengganggu di sekolah yang
melebarkan kegiatan bullying keranah elektronik (mis.
cyberbullying). Motivasi dan modus operandi bully yaitu
sama seperti bully lainya; mereka hanya menganggap dunia
elektronik sebagai arena peluang baru untuk melanjutkan
aktivitas kasar mereka.
13
4. Cyberbullies
Cyberbullies yaitu anak-anak yang tidak akan terlibat
dalam cyberbullying sekolah, namun lakukan terlibat dalam
cyberbullying sebab mereka memiliki seperangkat
keyakinan atau sikap yang mendukung cyberbullying secara
spesifik. Misalnya, hanya cyberbullies yang mungkin tidak
mem-bullying secara langsung sebab cyberbullies tidak
berdaya secara sosial atau diinvestasikan di sekolah dan
akademisi, namun mereka bersedia untuk melakukan
cyberbullying sebab cyberbullies percaya bahwa
cyberbullying itu tanpa risiko, sebab kecakapannya dilihat
sebagai tidak menjadi bagian dari dunia maya. Satu-satunya
cyberbullies bisa menjadi victim bullying di sekolah, yang
menyerang secara online, di mana cyberbullies bisa
melakukannya dengan relatif aman.
5. Cyberbullies yang tidak disengaja
Anak-anak ini juga cyberbullying sebab serangkaian
keyakinan atau sikap, namun mereka tampaknya
melakukannya tanpa niat untuk secara aktif menggertak yang
mencirikan hanya bullying. Satu sikap umum dalam
kelompok ini yaitu bahwa Internet “tidak menghitung
"atau" tidak nyata "dan apa yang terjadi di sana tidak terlalu
menyakitkan siapa pun atau membawa risiko apa pun.
sebab kemampuan anak-anak yang terbatas untuk
menerapkannya sendiri pengalaman penganiayaan, anak-
anak mungkin mempercayai mitos-mitos ini bahkan saat
diri mereka sendiri terluka secara online. Atau, beberapa
cyberbullies yang tidak disengaja mungkin benar-benar
berniat untuk bercanda namun tulisan mereka tidak
14
menyampaikan nada akurat, dan kata-kata mereka dianggap
serius meskipun tidak selalu dimaksudkan untuk seperti itu.
Kita tahu bahwa banyak orang dewasa terlalu percaya diri
dengan tulisan mereka secara akurat mencerminkan nada
emosional yang dimaksudkan.
Jenis-jenis Bullying
Jenis bullying dapat berupa tindakan fisik dan verbal yang
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Field
(2007) terdapat empat jenis bullying, yaitu (1) bullying fisik
(memukul, menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar,
meludahi, dan merusak serta menghancurkan barangbarang milik
victim); (2) bullying verbal (julukan nama, celaan, fitnah, kritikan
kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan
seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengbullying
, tuduhan-tuduhan yang tidak benar kasakkusuk yang keji dan keliru,
gosip dan lain-lain), dan (3) bullying secara psikologis (pengabaian,
pengucilan atau penghindaran).
Peneliti awal terutama berfokus pada fisik dan verbal agresi
yang menandai interaksi bullying. Para peneliti tahun 1990-an
mengakui bahwa bentuk-bentuk lain yang lebih halus agresi juga
digunakan, seperti agresi relasional, dicirikan oleh usaha atau
ancaman terhadap kerusakan hubungan (Crick & Grotpeter, 1996;
Dooley et al et al, 2009). Agresi relasional terdiri dari perilaku halus
(misalnya, bergosip) yang lebih sering diamati pada wanita (Coyne,
Archer, & Eslea, 2006; Dooley et al et al, 2009). Underwood
(Dooley et al et al, 2009) juga dijelaskan agresi sosial, yang
merupakan bentuk agresi yang lebih luas dari agresi relasional, di
mana banyak taktik digunakan dalam usaha untuk menghancurkan
15
semua jenis relasi sosial tionships serta harga diri seseorang dan
status sosial.
Jenis-jenis bullying merutut Field (2007) Ada empat jenis
utama bullying: menggoda, mengucilkan, bullying fisik dan
gangguan.
1. Menggoda.
Menggoda yaitu kekerasan verbal. Ini yaitu bentuk yang
paling berbahaya dan bullying tahan lama. Bentuk menggoda yang
paling umum terkait dengan penampilan, seksualitas dan persetujuan
sosial. Sebuah kata yang dianggap normal di satu sekolah (atau
negara) mungkin benar-benar buruk di negara lain. Meskipun kata-
kata bervariasi, itu yaitu maksud, audiens dan konteks sosial yang
membahayakan victim. Menggoda itu menyakitkan sebab cara,
kejut, nada, ekspresi wajah, dan ekspresi bully pengulangan yang
rutin. Jenis utama menggoda yaitu :
a. Nama panggilan
b. Melecehkan, berteriak, menghina atau mengomel
c. Tuntutan atau ancaman verbal
d. Membuat Suara saat Victim Berjalan Lewat, dan
e. Penyalahgunaan telepon, catatan buruk, Internet, email,
SMS, dan SMS dan bentuk elektronik lainnya.
16
2. Pengucilan
Pengucilan ‘Pengecualian’ atau ‘hubungan’ didasarkan pada
manipulasi sosial, dan dapat terjadi secara terbuka - ‘Anda tidak bisa
duduk bersama kami” serta melibatkan tindakan tidak secara
langsung, halus, perilaku rahasia atau bahasa tubuh nonverbal oleh
bully dan lainnya. Bully dapat memanipulasi kelompok tanpa
keterlibatan langsungnya, dengan memakai struktur sosial
untuk menyerang victim.
Tujuan pengecualian yaitu untuk menciptakan identitas
kelompok yang menjadi mekanisme kontrol yang kuat. Setiap
anggota kelompok tahu bahwa jika dia mencoba untuk melindungi
victim, dia mungkin berikutnya. saat seorang bully, maka
kehadiran guru tidak relevan - bully mungkin cukup untuk menakut-
nakuti victim. Pengecualian meliputi:
a. Berpura-pura ramah terhadap victim dan kemudian secara
sporadis berubah melawannya
b. Saat victim mendekati, kelompok memberi dia ‘the silent
treatment’ dan membalikkan punggung mereka
c. Bully mengatakan sesuatu pada victim dan berjalan pergi
sebelum dia dapat membalas
17
d. Menunjuk, menatap, mendengking, tertawa, membuat wajah,
meniru, atau berbisik dengan orang lain sambil melihat
victim
e. Pose mengancam, isyarat mengancam, ‘tampilan’
f. Tidak termasuk anak dari kelompok sebaya, percakapan,
direncanakan kegiatan atau permainan
g. Tidak berbagi tempat duduk sambil berpura-pura
menyimpannya untuk orang lain
h. Gosip jahat dan desas-desus yang dirancang untuk membuat
anak-anak lain merendahkan victim, mis. mengekspos
rahasianya kepada orang lain, dan
i. Pemerasan dan ancaman, misalnya ‘Saya tidak akan menjadi
teman Anda jika Anda tidak membelikan saya camilan, Anda
tidak akan datang ke pesta saya jika Anda tidak
memberikannya kepada saya tugas untuk disalin
3. Fisik
Bullying fisik melibatkan menyerang
secara teratur kepada seseorang yang lebih
lemah. Bisa secara agresif langsung,
seperti memukul, menendang dan meludah
atau tidak langsung, seperti isyarat, saran,
menguntit, merusak atau
menyembunyikan properti. Itu bisa
termasuk menarik pakaian victim dan
merobeknya
terlibat dalam perkelahian dia tak berdaya.
Itu termasuk:
18
a. Mendorong, mendorong, menendang, mencubit, meninju,
menabrak, mengetuk, menarik rambut, menahan diri secara
fisik, tersandung, dan memakai senjata
b. Mencuri buku, makan siang atau barang-barang lainnya dari
meja atau loker
c. Melemparkan barang milik seseorang di sekitar kelas
d. Mengganggu atau merusak pakaian anak-anak, barang-
barang miliknya meja, loker, atau di tempat lain, misalnya
didorong, rusak atau disembunyikan
e. Mengambil kursi saat seorang anak akan duduk di atasnya
f. Mengunci dia di ruangan atau lemari, meletakkan kepalanya
di toilet
g. Menjentikkan air pada anak dari keran, menjentikkan
potongan kertas atau karet gelang, dan
h. Menyabotase pekerjaan rumah atau studi komputer.
4. Pelecehan
Pelecehan pada umumnya melibatkan pertanyaan yang
berulang, menjengkelkan, pernyataan atau serangan tentang masalah
seksual, jender, rasial, agama atau kebangsaan. Itu termasuk:
a. Menundukkan anak ke setiap gerakan seksual, gangguan,
tindakan fisik keintiman dan serangan melalui menyentuh,
meraih atau mencubit, mis. membelai payudara seorang
gadis, menyentuh pantat anak atau bagian pribadi lainnya,
menjentikkan rok gadis, buang air kecil pada seseorang
b. Menarik celana victim di depan siswa lain
c. Mengintip di bawah pintu toilet
d. membuat komentar langsung atau tidak langsung tentang
seksualitas anak: ‘You’ gay ', ‘You're homo / lesbian’,
‘You're a girl’ (untuk laki-laki)
19
e. memakai bahasa yang mengbullying, mis. ‘Fuck off’,
‘Pergi persetan ibumu’, ‘Ibumu yaitu pelacur’, ‘Kembali ke
tempat asalmu’
f. membuat permintaan atau permintaan seksual yang tidak
diinginkan, dan
g. menguntit di dalam atau di luar sekolah.
Björkqvist et al (Dooley et al et al, 2009) Bentuk-bentuk agresi
ini bisa langsung atau tidak langsung dalam cara mereka
lakukan. Misalnya, bentuk langsung akan termasuk memberi tahu
seseorang bahwa mereka tidak dapat bergabung dalam geam atau
dengan menjadi bully agresif sedangkan bentuk tidak langsung akan
termasuk gosip atau menyebarkan rumor buruk. Perbedaan
utamanya yaitu bahwa agresi langsung diberlakukan langsung ke
arah victim (jadi victim sadar siapa agresor itu) sementara agresi
tidak langsung diarahkan pada victim melalui pihak ketiga (atau
lebih) jadi tidak selalu mungkin untuk mengidentifikasi agresor
(yaitu, orang yang memulai rumor). Selain itu, bullying telah
dijelaskan dalam hal reaktif (yaitu, secara emosional) versus proaktif
(yaitu, terencana dan kontra agresi yang dirancang untuk
mendominasi orang lain atau untuk mendapatkan benda-benda nyata
seperti uang makan siang). Fontaine (Dooley et al, 2009) Sampai
saat ini, banyak penelitian telah berfokus pada agresi reaktif /
proaktif dikotomi terutama dalam kaitannya dengan motivasi
kognitif yang mendorong bentuk-bentuk agresi.
20
Tabel 1.1 Bentuk Umum Bullying
Bentuk Bullying Langsung Bullying Tidak
Langsung
Bullying Verbal Mengejek, menggoda,
nama panggilan
Menyebarkan desas-
desus
Bullying Fisik Menekan, menendang,
mendorong, merusak
atau mencuri barang
milik
Mendaftar seorang teman
untuk menyerang
seseorang untuk Anda
Bullying non-
verbal/ non-fisik
Mengancam, gerakan
cabul
Tidak termasuk yang lain
dari kelompok,
manipulasi persahabatan,
mengancam e-mail
Sumber: Diadaptasi dari Rigby (Flamer et al, 2002).
Mayoritas studi menunjukkan bahwa jenis yang paling umum
bullying yang dialami oleh kedua anak laki-laki dan perempuan
yaitu lisan (Olweus, 1993a;. Melton et al, 1998; Unnever, 2001;
Flamer et al, 2002). Menurut Colorasa (2003) bullying verbal dapat
berupa menakuti lewat telepon, e-mail yang mengbullying dan
“sura-surat kaleng” yang berisi ancaman kekerasan dan ejekan
seksual. Bullying verbal ini biasa disebut dengan cyberbullying.
Biasanya ditujukan untuk meneror victim dengan memakai
tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya
mem bullying , menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini
biasanya dilakukan oleh kelompok siswa yang telah memiliki
pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi dan
media elektronik lainnya.
21
Karakteristik Bully dan Victim
kadang sulit untuk memahami pembentukan victim, bully
dan anak-anak yang memakai kedua jenis perilaku. Berikut
beberapa panduan. Dan Olveus (Field, 2007) pelopor anti-bullying
Norwegia, percaya bahwa banyak victim berasal dari keluarga yang
melindungi. Ini termasuk anak yang berhati-hati dan sensitif
memiliki hubungan dekat dengan Ibu dan seorang ayah yang secara
emosional jauh; dan keluarga yang memanjakan anak-anak mereka,
mis. anak 'spesial'. Anak di rumah pemalu dengan sedikit kebutuhan
untuk berlatih menghadapi pertemuan yang menegangkan dan
peluang terbatas untuk bersosialisasi di luar keluarga inti mereka.
Victim reaktif, Anak ini yaitu victim dan bully pada waktu
yang berbeda. Dia tidak dapat diprediksi; banyak anak-anak seperti
itu terlibat sendiri, menunjukkan minat minimal pada orang lain, dan
harga diri rendah dan kesulitan sosial. Beberapa bereaksi terhadap
kesulitan pribadi, keluarga atau lainnya, dulu atau sekarang, dengan
menjadi agresif bukannya asertif. Bully-victim sering tidak disukai
oleh orang dewasa. mungkin memiliki kesulitan belajar, kesulitan
konsentrasi atau menjadi tidak dewasa, hiperaktif, mencari
perhatian. Bully-victim terlalu sensitive terhadap olok-olok atau
kritik; mereka menyalahkan ketidak keadilan dan melawan, dengan
demikian memperpanjang permainan bullying (Field, 2007).
Karakteristik Bully
Menurut Roland & Vaaland, (2006) bully sangat populer
dikalangan sesama siswa lain. Pola popularitas dapat menjadi factor
negatif yang memberikan kontribusi untuk terus menjadi bully.
Penelitian Olweus (dalam Roland, 2006) menyebutkan ciri-ciri bully
yang khas. Ciri khas bully yaitu perilaku agresif pada teman
sebaya, guru, orang tua atau saudara.
22
Coloroso (Rigby, 2007) memaparkan sifat-sifat yang dimiliki
bully yakni: (1) suka mendominasi siswa lain; (2) suka
memanfaatkan siswa lain untuk mendapatkan keinginannya; (3) sulit
melihat situasi dari titik pandang siswa lain; (4) hanya perduli pada
keinginan dan kesenangan sendiri, bukan pada kebutuhan, hak-hak,
dan perasaan-perasaan siswa lain; (5) cenderung melukai siswa lain
saat tidak ada pengawasan dari orang tua atau orang dewasa yang
lain; (6) memandang siswa yang lebih lemah sebagai mangsa; (7)
memakai kesalahan, kritikan, dan tuduhan-tuduhan yang keliru
untuk memproyeksikan ketidakcakapannya pada victim; (8) tidak
mau bertanggung jawab pada tindakannya dan (9) tidak memiliki
pandangan terhadap konsekuensi dari perilakunya saat itu.
Trennya jelas. Meskipun beberapa anak dilahirkan dengan
kecenderungan psikopat, mayoritas belajar bagaimana menjadi bully
dari panutan di rumah dan sekolah. Bully dilatih oleh keluarga yang
tidak bahagia, disfungsional atau berantakan. Cinta, penerimaan dan
rasa hormat disamarkan atau bersyarat. Bully bisa menjadi victim
atau mengganggu diri mereka sendiri. Anak itu belajar bahwa
bullying itu tidak apa-apa sebab orang tuanya jangan berharap bully
menunjukkan empati kepada orang lain. Ia juga tidak belajar
bagaimana menghargai mereka yang cacat, berbeda atau berbakat. Ia
menjadi tidak toleran, rasis, patriotik yang berlebih-lebihan, homo
fobia atau diskriminatif (Field, 2007).
Olweus (Roland & Vaaland, 2006) menyatakan bahwa
umumnya bully melakukan kekerasan dibanding siswa lain secara
umum. Mereka sering dicoraki oleh sifat yang meledak-ledak dan
kebutuhan yang kuat untuk mendominasi siswa lain. Bully tampak
tidak memiliki rasa empati kepada victim. Bully sangat pandai
melihat ketakutan atau kemarahan victim. Perilaku victim
menginformasikan kepada bully bahwa dia memenuhi syarat sebagai
23
victim. Bully pandai menanggapi perubahan victim melalui ekspresi
wajah, bahasa tubuh, dan suara. Jika victim tetap tenang, bully akan
menghentikan bullying. Jika terlihat tanda-tanda ketakutan atau
kemarahan dari victim membuat bully bahagia.
Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa karakteristik dari
anak-anak yang menggertak rekan-rekan mereka secara teratur
(Yaitu, mengakui bullying rekan-rekan lebih dari kadang-kadang).
Anak-anak ini cenderung memiliki impulsif, kepala
panas,kepribadian yang dominan; mudah frustasi; memiliki kesulitan
sesuai dengan aturan; dan melihat kekerasan dalam pandangan yang
positif (Olweus, 1993a; Olweus, Limber, & Mihalic, 1999). Anak
laki-laki yang bully cenderung memiliki fisik kuat dari rekan-rekan
mereka (Olweus, 1993a; Fleming, 2002).
Sebagai kelompok, bully cukup mirip dengan rata-rata baik
dalam penampilan maupun kinerja sekolah (Olweus, 1993; Smith et.
Al, 1999; ; Roland & Vaaland, 2006). Di antara anak laki-laki, bully
secara umum lebih kuat dari rata-rata. Tampaknya tidak ada variasi
serupa dari norma di antara gadis-gadis yang mem-bullying orang
lain. (Olweus, 1993; Roland, 1999; ; Roland & Vaaland, 2006).
Citra diri bully tidak berbeda jauh dari rata-rata. Namun ada
beberapa diskusi tentang sejauh mana citra diri bully itu normal.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bully memperoleh skor
biasanya pada tes citra diri sementara penelitian lain menunjukkan
kecenderungan negatif tertentu di antara bully (Björkqvist, Ekman &
Lagerspetz, 1982; Olweus, 1993; O’Moore & Kirkham, 2001; ;
Roland & Vaaland, 2006).
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada
kekosongan informasi, namun lebih bahwa guru memegang beberapa
keyakinan pra-layanan yang mungkin sebenarnya menghasilkan
intervensi yang tidak efektif atau berbahaya. Misalnya, pra-layanan
24
guru di kedua negara cenderung melihat bully memiliki harga diri
yang rendah, dengan kedua kelompok menilai pernyataan ini sebagai
salah satu dari dua karakteristik teratas bully. Data penelitian
menentang gagasan ini; bully ditemukan memiliki rata-rata di atas
rata-rata harga diri dalam beberapa penelitian (Batsche, 1997;
Limber, 2002; Bauman, & Del Rio, 2005)
Karakteristik Victim
Olweus (O’Connell, 2003) mengidentifikasi dua tipe victim,
yaitu: (1) victim pasif, mempunyai karakteristik pencemas, kurang
rasa percaya diri, mereka selalu merasa dirinya lemah dan tidak
berdaya serta tidak dapat berbuat apa-apa untuk menjaga diri mereka
dan (2) victim provokatif, mempunyai fisik yang lebih kuat,
walaupun cemas tapi victim lebih bersipat aktif. Olweus (O’Connell,
2003) menyatakan bahwa bullying terbukti sangat sulit bagi siswa
yang menjadi victim untuk mempertahankan diri.
Yang mengejutkan banyak orang, penampilan tidak
memainkan peran penting dalam siapa yang diganggu. Anak laki-
laki yang victim kurang kuat secara fisik dari pada rata-rata.
Karakteristik ini sepertinya tidak mempengaruhi perempuan. Di
antara anak-anak pada usia yang sama, victim sering kurang populer
dari pada rata-rata dan mereka sering lebih kesepian di sekolah dan
di waktu luang mereka dari pada murid lain. Teman-teman bully
sering lebih muda dari mereka (Olweus, 1993; Roland 1999; Smith
& Sharp, 1994 Roland & Vaaland, 2006).
Masalah emosional lebih luas di kalangan victim dari pada
yang teman sebaya yang lain. Ini berlaku, misalnya, gejala depresi,
pikiran untuk bunuh diri dan tidur masalah. Victim sering lebih
menderita dari masalah fisik, seperti nyeri otot sakit perut, sakit
kepala dan pilek. (Bru, Boyesen, Munthe & Roland, 1998; Olweus,
25
1993; Roland, 2002a; Roland & Vaaland, 2006). Menurut Roland
(Roland & Vaaland, 2006) Dibully mungkinyaitu alasan
penting untuk penderitaan ini, namun tidak signifikan alasan untuk
diganggu. Sebagian besar victim agak cemas. Mereka sering
menunjukkan tanda-tanda ketidakberdayaan, stress dalam situasi
sosial, dengan merasa takut, atau mudah menangis saat ada hal-hal
yang bertentangan dengan mereka.
Menurut Olweus (James, 2010) victim bullying memiliki
karakteristik yang khas. Victim memiliki perasaan lebih cemas dan
tidak aman dibandingkan siswa pada umumnya, mereka sering
bersikap berhati-hati, peka dan diam. Bila siswa lain secara umum
bereaksi dengan berteriak (paling tidak pada siswa yang kelasnya
lebih rendah) dan menarik diri. Victim memiliki pandangan negatif
terhadap diri sendiri dan situasi yang dihadapi. Victim sering
menyalahkan diri sendiri tentang kegagalan yang dialami,
menganggap dirinya lemah dan merasa tidak menarik sehingga
pantas untuk di bully. Selanjutnya victim sering kesepian dan
terabaikan di sekolah. Jika victim yaitu siswa laki-laki,
kemungkinan memiliki kondisi fisik lebih lemah dibanding siswa
laki-laki secara umum.
Menurut Hymel dkk, (2009) ciri-ciri siswa menjadi victim,
yaitu: (1) ada penurunan minat yang tiba-tiba terhadap sekolah atau
tidak mau pergi kesekolah; (2) rute yang ditempuh victim ke sekolah
tidak lazim; (3) banyak kehilangan benda-benda kesayangan atau
kerusakan pada pakaian dan barang-barang; (4) sering cedera fisik
yang tidak konsisten penjelasannya; (5) menghabiskan waktu
terutama dengan siswa yang lebih muda (mungkin menunjukkan
masalah dengan teman sebaya); (6) menghindari istirahat (yaitu,
taman bermain) sebelum, selama atau setelah pulang sekolah; (7)
tampak menyendiri saat berada di sekolah dan (8) mengalami sakit
26
perut, pusing, keadaan sulit tidur atau sangat sering tidur dan
kelelahan.
Sejalan dengan pendapat tersebut Williams (Smith &
Ananiadou 2003) menyebutkan bahwa victim sering mengalami
kecemasan dan depresi, harga diri rendah, keluhan fisik dan
psikosomatik. Penelitian Stephenson & smith (Roland & Vaaland,
2006) menunjukkan bahwa seperti bully, victim cenderung memiliki
konsentrasi yang rendah, prestasi sekolah yang jelek dan
kepercayaan diri yang rendah. Whitney (Roland & Vaaland, 2006)
menyimpulkan bahwa victim cenderung bersikap canggung,
kurangnya teman, atau sifat mudah tersinggung atau sangat suka
mengalah. Menurut Rigby (2007) victim biasanya secara psikologis
introvert, memiliki harga diri yang rendah dan kurang memiliki
keterampilan sosial, khususnya keterampilan asertif.
Olweus (Roland & Vaaland, 2006) Anak-anak yang di
bullying oleh rekan-rekan mereka cenderung dicirikan dalam
literatur baik sebagai " provocative victim" atau sebagai "bully-
victim" (juga disebut sebagai " victim provokatif "). Meskipun
perkiraan bervariasi agak, Victim-bully terdiri dari bagian yang lebih
kecil dari victim dari pada victim pasif. Shields & Cicchetti (Roland
& Vaaland, 2006) Anak laki-laki yang di bullying sering secara fisik
lebih lemah dari rekan-rekan mereka. Akhirnya, anak-anak yang
telah di bullying (pengabaian, fisik, atau pelecehan seksual) lebih
cenderung menjadi victim rekan-rekan mereka Olweus (Fleming et
al, 2002) Penting untuk dicatat bahwa beberapa karakteristik victim
pasif dapat dilihat baik sebagai kontribusi faktor serta konsekuensi
dari victim.
27
Gender dan Bullying
Siswa terlepas dari jenis kelamin, memiliki keinginan yang
kuat untuk diterima dalam pergaulan. Olweus (Field, 2007)
menyatakan bahwa pada umumnya siswa laki-laki memakai
bullying secara fisik dan siswa perempuan memakai bullying
relasional/emosional, namun keduanya sama-sama memakai
bullying verbal. Perbedaan ini, lebih berkaitan dengan pola
sosialisasi yang terjadi antara siswa laki-laki dan perempuan.
Penelitian Swedish & Olweus (O’Connell, 2003) memperkirakan
bahwa 15% dari semua siswa terlibat dalam beberapa bentuk
kekerasan sebagai bully atau victim.
Menurut Olweus (Rigby, 2007) serangan fisik lebih mungkin
dilakukan oleh siswa laki-laki dan siswa perempuan sering
menunjukkan kekejaman besar dalam bentuk yang lebih halus
seperti pelecehan. Siswa perempuan cenderung memakai
metode yang akan mempengaruhi status sosial dari victim seperti
pengucilan, manipulasi persahabatan, atau penyebaran rumor.
Menurut Field (2007) perbedaan gender dalam bullying yaitu:
(1) siswa laki-laki dan perempuan sama-sama menggertak dan bisa
menjadi victim dan bully. Siswa perempuan biasanya menggertak
gadis-gadis lain, namun juga bisa menggertak laki-laki; (2) siswa
laki-laki sering memakai taktik untuk membuat reputasi dan
perempuan melakukan untuk melindungi reputasi diri sendiri; (3)
siswa laki-laki cenderung pemburu yang tergolong besar, hirarkis.
Siswa laki-laki menggertak secara terbuka dan lebih suka bullying
secara fisik; (4) siswa perempuan lebih suka menggoda atau
bullying tidak langsung. Siswa perempuan memakai fitnah,
gosip berbahaya dan pengecualian sebagai senjata ampuh untuk
mengelola, memanipulasi dan melindungi persahabatan; (5) bully
28
dan victim baik siswa perempuan dan laki-laki tidak memiliki
keterampilan asertif.
Bjerrum Nielsen & Rudberg (Roland & Vaaland, 2006)
Persahabatan anak laki-laki sering dikaitkan dengan aktivitas, yaitu
Anda bersama-sama sebab Anda melakukan hal yang sama. Ini
tidak selalu mengandaikan hubungan dekat antara anak laki-laki.
Dalam persahabatan perempuan, hubungan sering menjadi elemen
yang paling penting. Anda bersama sebab kamu yaitu teman.
Anda melakukan kegiatan bersama sebab Anda ingin bersama.
Menurut beberapa ahli (Olweus, 1993; Roland, 1999; Smith et.
Al, 1999; Roland & Vaaland, 2006) anak yang menjadi victim dan
bully memiliki kecenserungan utama. Sebagai berikut:
Kecenderungan utama victim
1. Anak laki-laki sedikit lebih mungkin dari pada anak
perempuan menjadi victim bullying
2. Terjadinya bullying menurun seiring bertambahnya usia, namun
penurunannya lebih kecil untuk anak laki-laki Untuk
perempuan
3. Bullying verbal yaitu jenis bullying yang paling sering
dialami oleh anak perempuan dan anak laki-laki
4. Anak laki-laki lebih cenderung menjadi victim bullying fisik
dari pada anak perempuan, namun anak perempuan sedikit lebih
mungkin menjadi victim pengecualian.
Kecenderungan utama bully:
1. Anak laki-laki lebih aktif dari pada anak perempuan, dan
perbedaan ini meningkat seiring bertambahnya usia
2. Jumlah anak laki-laki yang mem-bullying sesama murid
meningkat secara nyata saat mereka bertambah tua
29
3. Jumlah gadis yang mem-bullying mem-bullying sesama murid
relatif stabil di semua usia
4. Anak laki-laki lebih sering memakai bullying fisik dari
pada anak perempuan dan anak perempuan sering
memakai pengecualian
5. Baik laki-laki dan perempuan memakai ejekan
Tanda Peringatan Bullying
Menurut Field (2007) salah satu dari gejala berikut mungkin
menunjukkan bullying. Diskusikan dengan anakmu:
1. Tanda Fisik
a. Harta benda hilang, rusak, tersebar,misalnya. buku, uang,
pakaian, makan siang.
b. Memiliki memar, luka, goresan, pakaian robek tanpa
alami penjelasan.
c. Menjelaskan didorong, didorong, dipukul, dipukul, dan
ditendang.
d. Terlibat dalam perkelahian di mana dia merasa tak
berdaya.
e. Mengeluhkan sakit dan nyeri ringan, sering sakit ringan,
kesulitan.
f. Tidur dengan buruk, memulai (atau melanjutkan)
mengompol dan bermimpi buruk.
g. Muka pucat, tegang, atau frustrasi.
h. Membuat permintaan uang yang tidak biasa.
i. Ramai setelah sekolah (jika uang makan siang atau makan
siangnya dicuri) atau sudah tidak nafsu makan.
j. Tiba-tiba terlambat ke sekolah, mengambil rute yang tidak
biasa atau lebih suka didorong untuk bersekolah.
30
k. Berusaha untuk tetap dekat dengan guru atau orang
dewasa lainnya selama istirahat.
l. Memiliki keterampilan komunikasi yang buruk: kontak
mata terbatas, postur tubuh buruk, badan bergoyang-
goyang, bergumam.
2. Tanda Akademik
a. Memiliki kesulitan tiba-tiba untuk bertanya atau
menjawab pertanyaan di kelas.
b. Tidak berpartisipasi dalam kegiatan kelas atau berinteraksi
dengan teman sebaya di kelas.
c. Menunjukkan penurunan mendadak dalam pekerjaan
kelas dan / atau pekerjaan rumah.
d. Kurang motivasi.
e. Tidak mencapai potensinya.
3. Tanda Emosional
a. Muncul cemas, tertekan, tegang.
b. Muncul sedih, tertekan, berair, menarik diri, tertutup.
c. Memiliki perubahan perilaku mendadak, misalnya. Tidak
mood, atau ‘memendamnya dan meluapkannya.
d. Lebih mudah marah atau marah dari biasanya, sarkastik,
bereaksi berlebihan.
e. Bantah dan katakan, ‘Saya baik-baik saja’, meskipun ada
gejala kemarahan atau kesedihan.
f. yaitu kesal setelah panggilan telepon, pesan teks atau
email.
g. Tidak bahagia di akhir pekan atau hari libur sebelum
kembali ke sekolah.
31
h. Sangat tidak senang di sekolah - 'Saya tidak suka sekolah
itu, saya ingin pergi'.
i. Mulai berbicara tentang dirinya sendiri dengan cara yang
merendahkan, misalnya. 'Aku bodoh', ‘Tidak ada yang
menyukai saya’, ‘saya tidak punya teman’.
4. Tanda Sosial
a. Diolok-olok dan ditertawakan dengan cara mengejek dan
tidak ramah.
b. Menggoda, mengejek, diejek, terdegradasi, terancam..
c. Merasa malu, diejek atau dihina di sekolah.
d. Secara sosial terisolasi, memiliki kontak terbatas dengan
teman sekelas saat istirahat, waktu makan siang dan
setelah jam sekolah.
e. Terakhir dipilih untuk tim, proyek, game, atau untuk
berbagi kabin kamp.
f. Berhenti berbicara tentang siswa lain dan acara sosial.
g. Menerima panggilan telepon misterius dengan menutup-
nutupi.
h. Menjadi pemarah di rumah atau mem-bullying saudara.
Faktor Bullying
Ini termasuk kurangnya kehangatan dan keterlibatan dari
orangtua; orangtua terlalu permisif (dengan kurangnya batas yang
jelas untuk tingkah laku anak); kurangnya perhatian orang tua; dan
kasar, disiplin fisik. Penelitian terbaru juga menunjukkan hubungan
antara pengalaman penganiayaan anak (Kekerasan fisik dan seksual)
dan perilaku bullying (Lihat misalnya, Shields, & Cicchetti, 2001;
Flemer et al, 2002).
32
Penjelasan mengapa beberapa anak menggertak orang lain
terutama dicari dengan memeriksa pribadi atribut bully dan victim,
serta latar belakang keluarga dan sosial mereka. Faktor-faktor dari
luar yang telah diteliti sebagai penyebab potensial bullying termasuk
hubungan negative dengan orang tua dan iklim emosional yang
dingin di rumah (Olweus, 1980; Rigby, 1993, 1994; Bowers et al.,
1994; Yoneyama, & Naito, 2003)
Hoover, et al (Simbolon, 2012) menyatakan terdapat faktor
internal dan eksternal dalam peristiwa bullying.
1. Faktor internal terjadi bullying pada anak, seperti:
a. Karakteristik kepribadian
b. Kekerasan yang dialami sebagai pengalaman masa lalu
c. Sikap keluarga yang memanjakan anak sehingga tidak
membentuk kepribadian yang matang.
2. Faktor eksternal terjadi bullying pada anak, seperti:
a. Lingkungan, dan
b. Budaya
Menurut Field (2007) faktor penyebab bullying:
1. Paradoks bullying
Anak-anak kompetitif. Mereka menyalin model peran dewasa
untuk menjadi yang terbaik dan mendapatkan terbaik. Mereka
mengecualikan dan tidak menghargai untuk mempertahankan
kekuasaan mereka di dalam suku. Bullying telah lama dianggap
sebagai bagian dari pertumbuhan. Faktanya, ‘bully for you’ yaitu
bentuk dari dukungan untuk tindakan bravado. Bullying jelas dalam
kerajaan hewan, di parlemen dan dalam olahraga, dan dikenal
sebagai 'survival of the fittest ’. Ini mencerminkan pendekatan
maskulin permusuhan dari pemburu dan yang diburu, bukan
33
kolaboratif, pendekatan feminin. Sikap paradoksal dari pengutamaan
dan melindungi para bully saat bersamaan mengutuk mereka
menumbuhkan konspirasi kebisuan. Bullying menjadi rahasia, tidak
terlihat dan dimaafkan oleh masyarakat..
2. Faktor budaya
Dari suku perbukitan Vietnam ke kota dalam Leicester ke
pinggiran kota Melbourne, sekolah mencerminkan lingkungan sosial
dan budaya mereka, yang, pada gilirannya, mempengaruhi
komunitas sekolah. dan lingkungan sosial kurang ideal: meskipun
undang-undang hak asasi manusia, anak-anak masih diperlakukan
sebagai warga negara kelas dua, dan wanita masih memiliki
kekuatan yang lebih sedikit dari pada pria. Meskipun bagian dari
media dan kebijakan seperti multikulturalisme memupuk
keberagaman, orang dewasa masih mem-bullying mereka yang
berbeda.
3. Peran sekolah
The 'Three Monkeys' melambangkan 'Lihat tidak ada yang
jahat, dengar tidak ada kejahatan, jangan bicara jahat '. Pat Ferris
telah menerapkan konsep ini untuk bullying di tempat kerja; itu juga
menyediakan deskripsi yang berguna tentang bagaimana sekolah
mendekatinya.
a. Lihat tidak ada kejahatan - jangan lakukan apapun. Bullying
yaitu tradisi di banyak sekolah. Ini cenderung menjadi
lebih buruk di sekolah-sekolah yang baik mengagumi,
memaafkan, mentolerir, menyangkal atau tidak melakukan
apa pun tentang bullying. Sekolah-sekolah ini
melakukannya tidak menghargai rasa saling menghormati
dan memiliki tingkat perilaku pro-sosial yang rendah.
34
b. Jangan dengarkan kejahatan - sebuah usaha yang dangkal.
Sekolah-sekolah ini mungkin memiliki kebijakan tertulis,
dan kadang-kadang mengundang seorang ahli pembicara
untuk menghibur para siswa (yang menganggapnya sebagai
periode gada dan dengan cepat lupakan). Mereka mungkin
memaksa victim yang kurang dan si bully untuk 'berbicara'
di sekolah kepada seorang guru kantor, fokus pada satu
metode untuk menyelesaikan semua kesulitan, atau
mendisiplinkan bully dengan kata peringatan. Pelatihan
staf, siswa, dan orang tua mereka terbatas. Mereka mungkin
mengembangkan program untuk siswa sementara mem-
bullying staf dan mengabaikan orang tua. Mereka kurang
konsisten di seluruh sekolah, mungkin berurusan dengan
satu tahun tingkat sambil mengabaikan yang lain. Mereka
dapat mengikuti mode atau mode tanpa investigasi yang
tepat.
c. Bicara tidak jahat - tindakan yang konsisten dan efektif
untuk mengurang bullying. Sekolah-sekolah ini menyadari
bahwa bullying terjadi dan membutuhkan kewaspadaan
yang konstan dan kolaborasi antara staf, siswa, orang tua,
dan komunitas mis. polisi, hukum dan media. Sekolah
bergantung pada filosofi, kebijakan, dan programnya
menciptakan budaya dan iklim di mana semua orang
dihargai dan diperlakukan dengan hormat. Mereka
mencerminkan keamanan, kesetaraan dan keragaman.
Mereka menunjukkan kepada semua anak dan keluarga
mereka bahwa bullying tidak bisa diterima. Mereka terus-
menerus meninjau, memantau, dan memelihara program
anti-bullying mereka.
35
4. Faktor sekolah lainnya
a. Kepala Sekolah. Kepala sekolah atau wakil kepala sekolah
seperti konduktor orkestra. Laki-laki atau perempuan)
menerjemahkan persyaratan dewan negara dan sekolah dan
harapan ke dalam praktik ramah sekolah. Dia perlu
mengkoordinasikan semua bagian sekolah, dari staf dan
wakil ketua kesiswaan, dan dia perlu waspada dalam
mengawasi kualitas rasa hormat dan keadilan untuk sekolah
thewhole. saat sekolah memiliki tanggung jawab kepala
sekolah yang memberikan model kepemimpinan yang kuat,
ada sedikit bullying. saat dia agresif atau pasif, bullying
dimungkinkan.
b. Orang tua. Penelitian ini jelas menunjukkan bahwa sekolah
harus mengembangkan hubungan yang lebih erat dengan
orang tua untuk mengurangi bullying. Namun, sekolah tidak
sistematis melibatkan mereka. Jadi salah satu penyebab
utama bullying yaitu tidak terlibat dalam solusi!
c. Kelompok Sebaya. Kelompok yang keren, sporty, tangguh,
populer menempati posisi idola, tengah grup mewakili
mayoritas siswa, dan kelompok yang kurang populer (‘kutu
buku’, ‘Pecundang’ berkumpul di zona yang ditolak. Para
siswa memakai kelompok itu untuk membangun
mereka status sosial. Mereka terhubung, mendevaluasi dan
mengecualikan untuk meningkatkan profil mereka. Grup-
grup itu, geng atau geng berubah terus-menerus. Bully
memakai kelompok untuk mempertahankan kekuatan
mereka dan status sosial. Jika kelompok sebaya terkikik
sebab takut, malu atau geli, itu penghargaan bully.
Beberapa memperkuat kekuatan bully dengan bergabung.
saat para pengamat (observer) tidak melakukan apa-apa,
36
bullying akan meningkat. saat para pengintervensi
melakukan intervensi dan tantangan, itu berhenti.
d. Peran Keluarga. Anak-anak yaitu cerminan dari keluarga
mereka. Mereka mewarisi gen, predisposisi, sikap dan
perilaku yang mempengaruhi kemungkinan mereka tetap
tangguh di menghadapi bullying atau meningkatkan
kemungkinan mereka menjadi victim, bully atau keduanya.
Menurut Roland & Vaaland (2006) faktor penyebab bullying
1. Perubahan besar keluarga. Sejak Perang Dunia II, keluarga
besar telah mengalami perubahan besar. Keluarga dekat besar
memberi anak-anak peluang untuk mengekspresikan yang
sebenarnya.
2. Perceraian Keluarga. Selama beberapa dekade terakhir ini, unit
inti telah berubah dan sekarang berfungsi berbeda, termasuk
perubahan yang jelas dari perceraian dan pernikahan kembali.
Banyak anak-anak tidak memiliki ayah, sementara ibu tunggal
mereka stres, depresi atau trauma.
3. Revolusi Elektronik. Alih-alih mendorong waktu bersosialisasi
yang berharga, banyak orang tua menginginkan anak-anak
menjadi 'aman' di dalam, sehingga mereka menggantikan
kekosongan sosial dengan mainan-mainan dari elektronik:
layar pengasuhan cyber sepanjang hari, permainan komputer
dan televisi.
4. Hubungan Keluarga. saat kita melihat kecenderungan rata-
rata, ada sedikit yang membedakan keluarga victim dari
keluarga anak-anak yang tidak terlibat dalam bullying. Namun
ada kemungkinan bahwa beberapa victim bullying terlalu
dilindungi oleh wali mereka.
37
5. Kelas. Prevalensi bullying bervariasi dari kelas ke kelas, namun
perbedaan terbesar antara yang berbeda kelas tidak dapat
dijelaskan hanya dengan variasi rata-rata dalam hubungan
rumah (Roland, 1999; Roland,& Vaaland, 2006).
Kepemimpinan yang lemah dari guru berkontribusi pada
suasana negatif di kelas. Siswa berpotensi agresif sensitif
terhadap kepemimpinan, dan mereka mendapatkan lebih
banyak ruang untuk manuver saat kepemimpinan guru tidak
jelas. Kepemimpinan yang aktif dan terfokus dari guru
mempengaruhi struktur sosial di kelas, mencegah bullying dan
perilaku masalah lainnya (Roland, 1999; Roland & Galloway,
2002; Galloway & Roland, 2004).
6. Sekolah. Ada perbedaan besar antara sekolah dengan jumlah
bullying. Tentu saja, ada lebih banyak keluarga dengan
hubungan rumah yang sulit di daerah sekolah tertentu, namun
ini tidak menjelaskan perbedaan yang cukup besar antar
sekolah. Perbedaan tidak bisa dijelaskan oleh pengaturan
perkotaan atau pedesaan baik, maupun dengan ukuran sekolah
(Olweus, 1993; Roland, 1999; Vaaland, 1994; Roland &
Vaaland, 2006).
7. Bullying dan hubungannya dengan perilaku antisosial lainnya.
Perilaku bullying sering atau terus-menerus dianggap umum
sebagai bagian dari pola perilaku perilaku-tidak teratur
(Olweus, 1993a; Salmon, James, Cassidy, & Javoloyes, 2000;
Flemer et al, 2002). Melton et al (Flemer et al, 2002) Para
peneliti telah menemukan perilaku bullying yang berkaitan
dengan perilaku antisosial lainnya.
8. Hubungan dengan Kelompok Teman Sebaya. Perilaku
kelompok jarang memberikan rasa yang sebagai perilaku
individu memberi sama tanggung jawab. Pengurangan
38
tanggung jawab tertentu terjadi saat yang lain juga terlibat
dalam suatu aksi. Kedua pengalaman individu tentang
kesalahan direduksi oleh fakta bahwa 'semua yang lain'
melakukannya juga. Dengan demikian tanggung jawab
individu menghilang dalam bayang-bayang kelompok
(Olweus, 1993; Roland, 1999; Roland & Vaaland, 2006).
Dampak Bullying
Bullying terjadi saat seorang
siswa sengaja untuk melakukan
kekerasan atau menimbulkan
ketidaknyamanan pada siswa lain.
Bullying secara langsung akan
berdampak negatif terhadap siswa,
guru, properti sekolah, masyarakat dan
proses pendidikan (Espelage & Holt,
2001; Oliver et al, 1994;. Swearer,
Song, & Frazier-Koontz, 2001; Hall,
2007). Selain itu, beberapa peneliti
memiliki hipotesis ukuran yang banyak
bully sebelumnya victim dan
mengalami gangguan psikologis dan masalah psikosomatis yang
mengantar dalam risiko bunuh diri (van der Wal, deWit, & Hirasing,
2003; Hinduja & Patchin, 2010)
Menurut Olweus (O’Connell, 2003) bully memiliki
kesempatan lebih tinggi mengembangkan perilaku kriminal
dibandingkan siswa lain. Dalam beberapa kasus, bullying dapat
menjadi langkah dalam pengembangan lebih luas pola perilaku
negatif. Penelitian Swearer dkk (2010) telah menunjukkan bahwa
siswa-siswa yang diganggu kemungkinan akan menghindari sekolah
39
atau bahkan drop aut. Pengaruh bullying pada siswa menciptakan
hambatan belajar dan berhubungan dengan sejumlah perilaku negatif
termasuk peningkatan risiko penyalahgunaan zat adiktif, kenakalan,
bunuh diri, pembolosan, masalah kesehatan mental, cedera fisik dan
prestasi akademis menurun. Siswa yang terlibat baik sebagai bully
dan victim sering bermasalah dalam kehidupan sehari-hari (Glover,
Gough, Johnson, & Cartwright, 2000; Rossen & Cowan, 2012).
Menurut Roland & Vaaland (2006) terdapat masalah
emosional yang lebih luas dikalangan victim bullying, seperti gejala
depresi, pikiran bunuh diri dan masalah tidur. Victim sering
menderita masalah fisik, seperti nyeri otot sakit perut, sakit kepala
dan pilek. Jika peristiwa bullying dibiarkan tanpa ada keinginan dari
masyarakat sekolah untuk menghentikan tindakan bullying, maka
akan berdampak negatif bagi seluruh siswa di sekolah tersebut.
Terutama bagi victim bullying mereka tidak dapat berkembang
secara optimal. Victim merasa takut berada di sekolah, mengalami
depresi dan ada keinginan untuk bunuh diri. Menurut Kaltiala
(Smith & Ananiadou 2003) dalam kasus ekstrim, victim mungkin
melakukan bunuh diri.
Menurut Rigby (2007) penelitian-penelitian tersebut
menunjukkan bahwa siswa yang menjadi victim akan mengalami
kesulitan dalam bergaul, merasa takut datang ke sekolah sehingga
absensi mereka tinggi dan ketinggalan pelajaran, siswa yang menjadi
victim bullying akan melakukan bunuh diri sebab tidak punya
cukup keberanian untuk mengkomunikasikan apa yang dialami.
Menurut Carney & Merrell (Reid dkk, 2004) victim mungkin
memiliki sedikit pengalaman penanganan konflik. Oleh sebab itu,
mereka tidak memperoleh keterampilan yang sesuai untuk
penanganan konflik sebab kurang paparan atau mungkin memiliki
ketergantungan pada orang tua/wali, sehingga meningkatkan rasa
40
ketidakberdayaan dan victim berpikir pantas di bullying. Berarti
tindakan aktif untuk meningkatkan keterampilan penanganan konflik
dan keterampilan aserif victim.
Beberapa tahun terakhir, sifat ado-agresi teman sebaya telah
berevolusi sebab untuk proliferasi informasi dan teknologi
komunikasi. Sudah ada ada beberapa kasus profil tinggi yang
melibatkan remaja mengambil bagian dalam kehidupan mereka
sendiri sebab dilecehkan dan dianiaya melalui Internet (Apollo,
2007; Halligan, 2006; Jones, 2008; Hinduja & Patchin, 2010),
sebuah fenomena baru-baru ini disebut cyberbullicide —suicide
secara tidak langsung atau dipengaruhi langsung oleh pengalaman
dengan agresi online (Hinduja & Patchin, 2010).
Beberapa tahun terakhir, jenis bullying baru telah muncul -
bullying oleh ponsel. Ini biasanya membutuhkan waktu bentuk
percakapan yang tidak menyenangkan atau pesan teks, namun bisa
juga dengan mengambil foto itu tersebar dengan cara yang
menyakiti victim. Tampaknya, untuk sebagian besar, anak-anak yang
berbeda membawa keluar dari jenis bullying ini dari bentuk-bentuk
bullying tradisional, meskipun masih ada yang past tumpang tindih
(Roland, 2002b; Auestad dan Roland, 2005; Roland & Vaaland,
2006).
Beane (2008) efek jangka panjang dari victim bullying
konsekuensi fisik dan emosional menjadi victim bullying bisa
menjadi parah. Anak-anak yang menjadi victim yaitu :
1. Pada risiko depresi yang lebih besar dan menurunkan harga
diri di kemudian hari.
2. Lebih mungkin melaporkan sakit kepala migrain dan non-
migrain
3. Rawan kehilangan lebih banyak sekolah sebab alasan
ketidakhadiran dan ketidakhadiran.
41
4. Beresiko lebih tinggi untuk melarikan diri dari rumah
5. Lebih mungkin memiliki masalah dengan alkohol dan
penggunaan narkoba.
Beane (2008) efek jangka panjang dari menjadi bully:
1. Agresi di masa dewasa. Dalam sebuah penelitian, para siswa
ditanya tentang apakah mereka mem-bully pada usia 14,
kemudian 18, dan kemudian lagi pada usia 32 (rentang 18
tahun). Temuan menunjukkan bahwa sekitar satu dari setiap
lima anak laki-laki (18%) tumbuh menjadi seorang anak "bully
dewasa." Mereka yaitu anak laki-laki yang melihat diri
mereka sebagai "sedikit bully" pada usia 14 dan terus
melaporkan menjadi bully di usia 32. Lebih dari separuh dari
bully dewasa ini (61%) pada usia 32 tahun masih agresif dan
telah dihukum sebab kekerasan (20%).
2. Kriminalitas. Tampaknya ada hubungan antara bullying dan
kriminalitas kemudian. Di satu studi, 60% dari mereka yang
diganggu di kelas 6 dan / atau 9 memiliki setidaknya satu
keyakinan kriminal pada usia 24; 35-40% memiliki tiga atau
lebih keyakinan (dibandingkan dengan sekelompok anak-anak
non-bullying).
C.
Bullying yaitu perilaku seorang siswa atau sekelompok siswa
yang menyakiti atau menyerang secara fisik, secara verbal dan
secara psikologis, dilakukan secara terus- menerus sehingga victim
merasa tertekan. Victim bullying yaitu siswa yang terus-menerus
mengalami perilaku menyakitkan atau serangan secara fisik, secara
verbal dan secara psikologis oleh seorang siswa atau sekelompok
siswa sehingga dirinya merasa tertekan. Jenis-jenis bullying dapat
42
dibedakan sebagai bullying secara fisik, bullying secara verbal
langsung atau verbal tidak langsung biasa dilakukan lewat telepon,
e-mail yang mengbullying dan “surat-surat kaleng” atau biasa
disebut cyberbullying dan bullying secara psikologis.
Pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa bullying yaitu
bully, asistan bully, pendukung, pembela, dan penonton. Sebagian
victim juga menjadi bully sebab mencontoh perilaku dari bully dan
victim. Namun tidak semua victim menjadi bully. Karakteristik bully
yaitu siswa yang menunjukkan karakteristik yang khas yaitu ingin
mendominasi siswa lain, memiliki harga diri yang tinggi, tidak
memiliki empati dan sangat populer dilakangan siswa. Karakteristik
victim bullying sering merasa cemas, merasa selalu tidak aman,
sangat berhati-hati dan mereka menunjukkan harga diri yang rendah.
Victim juga memiliki keterampilan sosial yang kurang baik dengan
individu lain, sehingga victim termasuk individu yang terisolasi.
D. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian bullying
2. Sebutkan peran-peran dalam peristiwa bullying
3. Sebutkan jenis-jenis bullying
4. Identifikasi karakteristik bully dan victim bullying
5. Sebutkan perbedaan gender dan dalam peristiwa bullying
6. Sebutkan dampak bullying bagi bully dan victim.
43
Bab 2
Cyberbullying
A. Standar Kompetensi
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat mengetahui
konsep dasar perilaku cyberbullying
B. Kompetensi Dasar
1. Pengertian Cyberbullying
2. Fakta Cyberbullying
3. Bentuk-bentuk Cyberbullying
4. Karakteristik Cybervictim dan Cyberbullies
5. Faktor Melakukan Cyberbullying
6. Dampak Cyberbullying
7. Gender dan Cyberbullying
Pengertian Cyberbullying
Englander (2012) menyatakan bahwa Teknologi Informasi
selain dapat membawa dampak positif juga dapat membawa dampak
negatif bagi penggunanya, salah satu dampak negatif yang timbul
akibat penggunaan teknologi informasi yang timbul di media sosial
yaitu munculnya fenomena Cyberbullying. Cyberbullying telah
muncul sebagai hasil dari kehidupan sosial yang semakin online di
mana remaja modern dan anak-anak terlibat.
Label ‘Cyberbullying ’ Masalah yang terkait dengan istilah
yang digunakan untuk label fenomena cyberbullying di berbagai
bahasa dapat diturunkan dari literatur bullying. Smith et al (Konig et
al., 2010); Kata ‘bullying’ tidak mudah diterjemahkan ke dalam
44
bahasa yang berbeda, dan istilah yang berbeda digunakan keduanya
dalam satu bahasa dan dalam bahasa yang berbeda sebagai contoh,
istilah 'mobbing' umum dalam bahasa Skandinavia dan Jermanik.
Kata-kata untuk bullying kurang akrab dalam bahasa Latin,
meskipun baru-baru ini lebih seringtelah digunakan. Di Italia dan
Spanyol ada sejumlah istilah, semuanya mengkonotasikan aspek
tertentu dari bullying (Fonzi, Genta, Menesini, Bacchini, Bonino, &
Constabile, 1999; Ortega, Del Rey, & Mora-Merchán, 2001; Konig
et al., 2010).
Menurut Bill Belsey (Beane, 2008) , presiden Bullying.org
(Kanada), “Cyberbullying melibatkan penggunaan informasi dan
komunikasi teknologi seperti email, ponsel dan pager pesan teks,
pesan instan, situs web pribadi yang memfitnah, dan mencemarkan
situs web pribadi pemungutan suara online untuk mendukung
disengaja, diulang, dan perilaku bermusuhan oleh seorang individu
atau kelompok, yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain.
Cyberbullying menjadi semakin populer sebab hanya dengan
beberapa pukulan di keyboard komputer, menyakitkan dan informasi
yang merusak dapat secara hinaan dikirim ke atau diposting untuk
dilihat oleh ribuan orang.
Fakta Cyberbullying
Cyberbullying perilaku yang memiliki unsur
ketidakseimbangan kekuatan dan kekuasaan dapat dinilai “dalam hal
perbedaan penguasaan teknologi antara cyberbullies dan
cybervictim, relatif tanpa identitas, status sosial, dan jumlah teman.
Bullying dunia maya sering disebut dengan Cyberbullying , bahwa
itu telah meningkat secara dramatis dari waktu ke waktu, dan bahwa
bentuk bullying baru ini telah menciptakan banyak cybervictim dan
cyberbullies baru. Selain para cybervictim dan cyberbullies yang
45
terlibat dalam bullying tradisional. Selain itu, sering diperdebatkan
atau tersirat bahwa cyberbullying sangat sulit bagi orang dewasa
untuk menemukan dan meniadakan, menciptakan perasaan tidak
berdaya pada orang dewasa dan mungkin siswa juga (Olweus,
2013).
Cyberbullying menyakiti remaja secara emosional, dari pada
kekerasan fisik, dan beroperasi dengan memakai pesan teks
ponsel, foto diposting online, kata-kata yang menyakitkan di blog
pribadi, dan rumor itu menyebar lebih cepat dari sebelumnya
melalui e-mail, instant messenger (IMs), atau perangkat komunikasi
lain semacam itu. Dengan semakin populernya situs jejaring sosial,
pesan instan, dan teknologi seluler di kalangan remaja, risiko dan
tingkat cyberbullying tidak bisa diremehkan (Juvonen & Gross,
2008, Huang, & Chou, 2010).
Konseptualisasi cyberbullying diperparah oleh fakta bahwa
cyberbullying dapat terjadi dalam bergabai bentuk dan terjadi
melalui begitu banyak tempat yang berbeda. Willard (Kowalski et al,
2014) telah menciptakan taksonomi jenis cyberbullying yang
mencakup flaming (yaitu, online fight), pelecehan (yaitu, pesan yang
berulang-ulang dan menyinggung yang dikirim ke cybervictim),
outing dan tipu daya (yaitu, meminta informasi pribadi dari
seseorang dan kemudian secara elektronik membagikan informasi
itu dengan orang lain tanpa persetujuan individu), pengucilan (yaitu,
memblokir seseorang dari daftar teman), peniruan identitas (yaitu,
berpose sebagai cybervictim dan berkomunikasi elektronik secara
negatif atau informasi yang tidak pantas dengan orang lain seolah-
olah berasal dari cybervictim), cyber-stalking (yaitu, memakai
komunikasi elektronik untuk orang lain dengan mengirim
komunikasi yang mengancam berulang-ulang), dan sexting (yaitu
46
mendistribusikan gambar-gambar telanjang orang lain tanpa
persetujuan orang itu)
Konstruksi ketidak seimbangan kekuasaan, dan pengulangan,
dalam kaitannya dengan bullying dan cyberbullying (Dooley et al,
2009):
No Unsur Bullying Cyberbullying
1. Ketidakseimbangan
kekuasaan
Biasanya
terhubung ke fitur
para bully dan
fisik saudara
mereka dan/atau
psikologis
kekuasaan di
dunia nyata
Mungkin terkait
dengan fitur
cyberbullies, namun
sering untuk ''
kekuatan teknologi ''
dan konten fitur yang
diterbitkan di Internet
atau fitur komunikasi
komputer termediasi
(misalnya, tanpa
identitas)
Mungkin didasarkan
pada kurangnya
kekuatan cybervictim
untuk menentang
kepemilikan
kekuasaan seorang
cyberbullies
Pengulangan
Berdasarkan
pengulangan
perilaku
dari waktu ke
waktu dilakukan
oleh bully
Mungkin didasarkan
pada teknologi dan
fitur-fitur spesifik
konten yang
diterbitkan - bukan
awal niat cyberbullies
dan perilaku
47
Menurut Konig et al (2010) Baru-baru ini, definisi ini ada
menjadi subyek kontroversi di antara para ahli dan peneliti masih
belum jelas apakah kriteria ini berlaku untuk cyberbullying .
Selanjutnya, kriteria baru telah diajukan, seperti tanpa nama dan
publisitas. definisi-definisi ini menyoroti beberapa hal mendasar
aspek cyberbullying:
1. Niat.
Telah diperdebatkan bahwa sebab sifat tidak langsung dari
cyberbullying itu sangat sulit untuk mengidentifikasi niat dari
perilaku ini. Pertanyaannya juga muncul, apakah niat benar-benar
diperlukan untuk menyebabkan bahaya, atau apakah tindakan yang
tidak disengaja - yang berarti siswa tidak sadar akan bahaya yang
disebabkan - memiliki efek yang sama pada cybervictim, sehingga
menggarisbawahi bahwa hanya berdampak pada atau niat
cyberbullies yang dirasakan oleh cybervictim harus diperhatikan
sebagai kriteria.
2. Pengulangan.
Argumen umum terhadap penggunaan kriteria pengulangan
yaitu Kenyataan bahwa memposting konten online itu sendiri
merupakan pengulangan sebagaimana adanya dilihat dan diteruskan
berulang kali. Konten online seringkali masih dapat diakses
bertahun-tahun setelah kejadian aslinya. Dengan cara ini, satu
tindakan dapat menyebabkan tak terhitung jumlahnya insiden
viktimisasi,
3. Ketidakseimbangan kekuatan.
Ketidakmampuan cybervictim untuk memaksa cyberbullies
untuk menghapus konten berbahaya, tingkat literasi media yang
lebih tinggi atau status sosial yang lebih tinggi dari cyberbullies
48
dalam komunitas virtual dapat diartikan sebagai ketidakseimbangan
kekuata. Wolak dan rekan membantahnya kriteria ini dan
menyatakan bahwa cybervictim agak dalam situasi yang lebih kuat
daripada di bullying tradisional sebab mereka memiliki
kemungkinan untuk mengakhiri interaksi negatif dengan mudah.
Namun, mereka membiarkan hal ini tidak diberikan posting
informasi atau komentar negatif di tempat maya 'publik' (mis., situs
web). Kriteria khusus dunia maya baru: tanpa nama dan publisitas.
Tanpa nama yang terjadi saat Cybervictim tidak tahu identitas
cyberbullies dapat meningkatkan perasaan frustrasi dan
ketidakberdayaan.
Media Cyberbullying
Beane (2008) Cyberbullying datang dalam
berbagai bentuk. Anak-anak menemukan
semakin banyak cara kreatif untuk memakai
teknologi untuk menyakiti orang-orang.
Serangan bisa langsung atau dengan proxy. Cyberbullying oleh
proxy terjadi saat cyberbullies membuat orang lain melakukan
bullying. Sebagian besar waktu, orang ini tidak tahu bahwa dia
sedang digunakan oleh cyberbullies . Ini yaitu bentuk
cyberbullying yang paling berbahaya sebab bisa membuat orang
dewasa terlibat dalam bullying dan tidak menyadari bahwa mereka
berurusan dengan seorang anak. kadang cyberbullies menyerang
dengan menyamar sebagai cybervictim untuk menciptakan masalah
bagi cybervictim sejati. Misalnya, cyberbullies dapat membuatnya
terlihat seperti itu cybervictim melakukan kesalahan; orang tua
kemudian diberitahu, dan orang tua menghukum cybervictim.
Berikut Media melakukan cyberbullying :
49
a. Blog (log web). Blog menyediakan alat kepada pengguna
untuk dipublikasikan konten pribadi online tentang berbagai
topik, seperti hobi, perjalanan, atau proyek kerja. Orang-orang
kemudian menghubungkan blog mereka dengan orang-orang
lain dengan minat yang sama.
b. Ruang obrolan. Ini yaitu tempat pertemuan virtual di mana
pengguna dapat menemukan orang untuk berbicara dengan
online. Sebagian besar ruang obrolan bisa mengakomodasi
lebih dari seratus pengguna secara bersamaan.
c. Grup diskusi (newsgroup). Kelompok diskusi dapat diakses
melalui internet. Setiap kelompok (forum) dikategorikan dan
dikhususkan untuk satu topik. Pesan diposkan formulir buletin
dan tetap berada di server, bukan menjadi e-mail.
d. E-mail (surat elektronik). E-mail yaitu layanan yang
memungkinkan pelanggan untuk meneruskan pesan dari satu
orang ke orang lain melalui penyedia layanan Internet (ISP).
Pesan instan (IM). Ini yaitu aktivitas online itu
memungkinkan dua orang atau lebih untuk berkomunikasi
secara online. Subscriber dapat membuat daftar kontak dari
orang-orang yang mereka inginkan.
e. Papan pesan. Ini yaitu tempat online tempat orang-orang
dengan minat yang sama berbicara tentang minat mereka,
seperti tim olahraga, acara TV, dan game online.
f. Layanan pesan singkat (SMS). Ini yaitu layanan yang
memungkinkan teks pesan yang akan dikirim dan diterima
melalui telepon seluler.
Bullying dari ponsel melalui percakapan, pesan teks dan foto
yaitu hal yang relatif baru masalah, sebab meluasnya penggunaan
ponsel. Cyberbullying berbeda dari bullying tradisional, bahwa
50
cyberbullies dan cybervictim tidak bertatap muka saat bullying
terjadi. Dalam sebuah penelitian yang mewakili sekitar 4500 murid
dari 5 hingga 10 tahun di sekolah Norwegia (usia sekitar 10 hingga
16), tingkat cyberbullying dipetakan (Auestad & Roland, 2005).
Menurut Colorasa (2003) bullying verbal dapat berupa
menakuti lewat handphone, e-mail yang mengbullying dan surat-
surat kaleng yang berisi ancaman kekerasan dan ejekan seksual.
Cyberbullying yaitu bentuk bullying yang dalam beberapa
tahun terakhir menjadi lebih jelas, seperti penggunaan perangkat
elektronik seperti komputer dan telepon seluler oleh orang-orang
muda telah meningkat (Smith, et al, 2006). Cyberbullying telah
didefinisikan sebagai '' disengaja dan bahaya berulang yang
ditimbulkan melalui penggunaan komputer, telepon seluler, dan
perangkat elektronik lainnya '' (Hinduja & Patchin, 2010).
Beane (2008) Seperti apa melihat cyberbullying :
1. Cyberbullying dapat melibatkan berbagai bentuk teknologi:
2. Panggilan telepon seluler
3. Pesan teks
4. Klip-klip gambar / video
5. E-mail
6. Pesan instan
7. Ruang obrolan
8. Situs web
9. Gaming
Bentuk-bentuk Cyberbulling
Bentuk-bentuk kekerasan cyberbullying bukan hanya
kekerasan yang bisa membuat orang terluka fisik, kekerasan
cyberbullying lebih kepada kekerasan yang menuju kepada psikis
atau mental seseorang.
51
Menurut Ayunintgyas, dkk (2013) “pembajakkan akun pribadi
seseorang, penyebaran berita bohong atau fitnah juga termasuk
perilaku cyberbullying berdasarkan pengertian tersebut diatas,
penyebaran berita bohong tersebut juga termasuk dalam pencemaran
nama baik”. Menurut Utami (2014:4) bentuk-bentuk cyberbullying
yang banyak terjadi seperti mengganti foto account seseorang,
menghina seseorang, dan membajak account seseorang dengan
mengganti password.
Berbagai jenis cyberbullying telah terjadi sampai ke
cyberstalking. Willard (Beran & Li, 2008) Ada tujuh kategori yang
berbeda dari cyberbullying umum:
1. Flaming: Mengirim pesan yang kasar, vulgar tentang
seseorang ke grup online atau ke cybervictim melalui email
atau pesan teks lainnya.
2. Online harassment: Berulang kali mengirim pesan ofensif
melalui email atau teks lainnya mengirim pesan kepada
seseorang.
3. Cyberstalking: Pelecehan online yang mencakup ancaman
bahaya atau mengbullying dengan memberikan kmentar
menyakitkan.
4. Denigration (put-downs): Mengirim pernyataan berbahaya,
tidak benar, atau kejam tentang seseorang atau memposting
materi online semacam itu.
5. Masquerade: Berpura-pura menjadi orang lain dan mengirim
atau memposting materi yang membuatnya cybervictim terlihat
buruk.
6. Outing: Mengirim atau memposting materi tentang seseorang
yang berisi halinormasi sensitif, pribadi, atau informasi yang
memalukan, termasuk meneruskan pesan atau gambar pribadi.
52
7. Exclusion: Secara kejam mengucilkan, mengabaikan dan
menghapus seseorang dari grup online.
Beane (2008) Penelitian terbaru, cyberbullying paling sering
melibatkan panggilan telepon, teks, dan pesan instan. Sifat bullying
elektronik atau bullying maya sering kali meliputi:
1. Mengirim pesan yang kasar, vulgar, atau mengancam atau
gambar online atau melalui teks
2. Memposting informasi sensitif, pribadi atau gambar tentang
orang lain
3. Secara sengaja mengucilkan seseorang dari grup online
4. Berpura-pura menjadi orang lain untuk membuat cybervictim
terlihat buruk
5. Menyebarkan kebohongan dan rumor tentang cybervictim
6. Menipu seseorang agar mengungkapkan informasi pribadi
7. Sifat bermain game sebagai tempat di mana cyberbullying
terjadi, dapat terjadi melalui game situs web atau PC dan game
konsol dengan komponen online (misalnya Nintendo Wii, Xbo
360, dan Playstation 3).
8. Cyberbullying dalam permainan biasanya disebut sebagai
"kesedihan" dan cukup umum di antara gamer muda yang
memakai IM, obrolan, dan fitur obrolan suara untuk
menggoda dan mengejek pada saat game.
Marden (2010) membagi jenis cyberbullying menjadi
cyberbullying tidak langsung dan cyberbullying langsung. Berikut
akan dijelaskan masing-masing jenis Cyberbullying :
1. Cyberbullying tidak langsung
a. Flaming yaitu bentuk tidak langsung dari cyberbullying
dan didefinisikan oleh Nancy Willard (yangyaitu
53
otoritas yang diakui pada isu-isu terkait dengan penggunaan
Internet aman dan bertanggung jawab) sebagai argumen
antara dua orang yang termasuk bahasa kasar, vulgar,
penghinaan, dan ancaman.
b. Impersonation seperti membobol email orang lain dan
memakai nya untuk mengirim pesan ganas atau
memalukan bagi orang lain.
c. Outing and trickery, yaitu dengan cara melibatkan
seseorang dalam pesan instan dan menipu mereka agar
mengungkapkan informasi pribadi atau informasi sensitif
dan meneruskan atau mendistribusikannya kepada orang
lain (Willard, 2007)
2. Cyberbullying secara langsung
a. Denigration yaitu bentuk cyberbullying langsung,
menurut Willard, yaitu saat seorang siswa atau siswa
membuat situs web yang digunakan untuk mengejek atau
merusak reputasi cybervictim.
b. Harassment and stalking, bentuk lain dari cyberbullying
langsung termasuk berulang kali mengirim pesan yang
kejam, ganas, dan / atau mengancam
c. Exclusion yaitu dengan sengaja mengucilkan seseorang dari
grup online, ini dapat dilakukan dengan "memblokir"
individu atau "tidak berteman" Anda menghapus "teman"
yang pernah ditambahkan di Facebook.
Willard (Konig et al., 2010) cyberbullying melalui perilaku
khusus: pembakaran, pelecehan, pencemaran nama baik, peniruan
identitas, outing, tipu muslihat, pengucilan dan cyberstalking.
Mencoba meringkas delapan kategori ini dalam tipologi perilaku,
54
empat tipe utama dapat diidentifikasi: perilaku verbal tertulis
(panggilan telepon, pesan teks, e-mail, instan pesan, obrolan, blog,
komunitas jejaring sosial, situs web), perilaku visual (posting,
mengirim atau berbagi foto dan video yang dikompromikan melalui
ponsel atau internet), pengucilan (dengan sengaja mengucilkan
seseorang dari grup online) dan peniruan identitas (mencuri dan
mengungkapkan informasi pribadi, memakai nama dan akun
orang lain). Menurut tipologi ini, kita mungkin tanyakan apakah
remaja menganggap semua jenis perilaku ini sebagai cyberbullying
dan seberapa parah perilaku remaja.
Karakteristik Cyberbullies dan Cybervictim
1. Cyberbullies
Terlepas dari sejumlah bentuk yang tumpang tindih dengan
bullying tradisional, ada aspek-aspek unik untuk cyberbullying .
Misalnya, cyberbullies sering menyembunyikan identitas mereka
dan tetap tanpa nama. Juga, perilaku jahil di dunia maya melampaui
batas ruang dan waktu; itu bisa terjadi 24 jam sehari setiap saat,
siang atau malam, dan itu tidak terjadi terbatas pada tempat-tempat
seperti sekolah, namun dapat terjadi di mana saja (Hinduja & Patchin,
2008; Smith et al., 2008; Willard, 2005; Konig et al., 2010)
Hubungan sosial memberikan berbagai manfaat yang mungkin tidak
tersedia untuk remaja yang kesepian, seperti kesempatan untuk
meningkatkan keterampilan sosial meliputi pemberian empati
(Eisenberg & Strayer, 1987; Brewer & Kerslake, 2015)
Khususnya, mereka yang memiliki tingkat empati rendah
terlibat dalam bullying yang lebih sering atau parah. Berbeda dengan
bullying tradisional di mana para bully terlihat oleh cybervictim,
secara cyberbullying ditandai dengan tanpa nama, dan kurangnya
umpan balik langsung dari cybervictim, yang menjauhkan
55
cyberbullies dari cybervictim. Dengan demikian mungkin kurang
penting para cyberbullies mampu menjauhkan diri dari
cybervictimnya. Terlepas dari perbedaan ini, temuan awal
menunjukkan bahwa empati jugayaitu prediktor yang valid
dari perbuatan cyberbullying (Ang & Goh, 2010; Casas, Del Rey &
Ortega-Ruiz, 2013; Steffgen, Konig, Pfetsch, & Melzer, 2011;
Brewer & Kerslake, 2015).
Pornari & Wood (Konig et al, 2010) sebab itu, cyberbullies
bahkan mungkin mengalami kurang empati untuk cybervictim
mereka daripada bully tradisional atau, cyberbullying mungkin
sangat menarik orang dengan sifat empati rendah. Namun, dan
berbeda dengan temuan dengan bullying tradisional, pertama temuan
penelitian tidak mendukung peran empati ini untuk cyberbullying .
Almeida et al (Konig et al, 2010) Cyberbullies tidak ditemukan
menunjukkan kurangnya empati dibandingkan dengan cybervictim,
dan orang-orang yang tidak terlibat. sebab itu, kami memutuskan
untuk mengendalikan empati, namun tidak memiliki hipotesis khusus.
2. Cybervictim
Aquino, Tripp, dan Bies (Konig et al., 2010) menemukan
bahwa cybervictim cenderung mencari cara untuk balas dendam
terhadap status agresor yang lebih tinggi, dengan alasan bahwa
cybervictim takut akan pembalasan balik. Mempertimbangkan sifat
cyberbullying , mungkin memang sangat menarik bentuk balas
dendam: itu memenuhi keinginan untuk mencari keadilan, untuk
menghukum bully, dan untuk menunjukkan kepada rekan-rekan lain
yang relevan bahwa seseorang bukan orang yang harus berjalan
sementara pada saat yang sama menyembunyikan identitasnya dari
cybervictim. Dengan demikian, cyberbullying memungkinkan
membalas dendam sambil meminimalkan kemungkinan pembalasan
56
Kowalski & Limber (Brewer & Kerslake, 2015) Penelitian
menyelidiki hubungan antara harga diri dan cybervictim lebih
konsisten, dan umumnya menunjukkan rendahnya harga diri.
Faktor Cyberbullying
Penelitian sebelumnya tentang penindasan di sekolah telah
mengidentifikasi beberapa faktor yang kemungkinan berkontribusi
terhadap cyberbullying . Di antara mereka yaitu faktor-faktor
signifikan gender, prestasi akademik, dan budaya. Selain itu,
penelitian tentang cyberbullying telah melaporkan bahwa frekuensi
penggunaan komputeryaitu faktor kunci (Li, 2005; Huang &
Chou, 2010).
Motivasi seseorang melakukan cyberbullying hampir sama
dengan bullying. Menurut Syam (2015) ada dua faktor seseorang
melakukan tindakan cyberbullying :
1. Faktor yang bersumber dari dalam diri cyberbullies (Faktor
Intern). Tidak adanya rasa bersalah dari cyberbullies
kriminalitas, cyberbullies memang tidak mengetahui bahwa
perbuatannya itu yaitu perbuatan yang dilarang oleh undang-
undang. Faktor lainnya yang menjadi penyebab terjadinya
perilaku cyberbullying yaitu sebab perasaan emosi akibat
kecemburuan, dendam, sakit hati, dan kekecewaan.
2. Faktor yang bersumber dari luar diri cyberbullies (Faktor
Ekstern). Faktor perkembangan teknologi faktor adanya
kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang
mempermudah individu untuk berinteraksi dengan individu
lainnya.
Menurut Gonzales (Hidajat, dkk, 2015) “cyberbullying terjadi
saat baik cybervictim maupun cyberbulliesyaitu orang di
57
bawah umur”. Menurut Quiroz, dkk (dalam Afriana, dkk 2014:4)
sedikitnya terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan perilaku
cyberbullying, yaitu hubungan keluarga, tradisi dan pengaruh media.
Penelitian menunjukkan bahwa sejumlah faktor yang unik untuk
lingkungan online mungkin mempromosikan perilaku cyberbullying
(Ybarra & Mitchell, 2004a, 2004b; Patchin & Hinduja, 2006; Slonje
& Smith, 2008; Konig et al., 2010).
Patchin & Hinduja (Konig et al., 2010) dengan tanpa nama
yang sering diidentifikasi sebagai faktor utama. Tanpa nama
memungkinkan cyberbullies menjadi 'tak terlihat', mengurangi risiko
tertangkap dan menciptakan lingkungan yang membuatnya lebih
sulit untuk menyadari dampak dari tindakan seseorang terhadap
cybervictim (Slonje & Smith, 2008; Ybarra & Mitchell, 2004a,
2004b; Konig et al., 2010). Apalagi sudah menemukan bahwa
cyberbullies lebih terampil daripada cybervictim mereka dalam
memakai teknologi dan bahwa cybervictim dapat dihadapkan
dengan perilaku menyinggung setiap saat di mana saja di dunia
(Ybarra & Mitchell, 2004a, 2004b; Patchin & Hinduja, 2006; Slonje
& Smith, 2008; Konig et al., 2010).
Dampak Cyberbullying
Kekerasan yang dialami anak atau remaja yang dilakukan oleh
cyberbullies melalui media cyber atau internet, sering kali merasa
depresi, merasa terisolasi, diperlakukan tidak manusiawi, dan tidak
berdaya saat diserang. Menurut Rahayu (2011) “dampak dari
cyberbullying untuk para cybervictim tidak berhenti sampai pada
tahap depresi saja, melainkan sudah sampai pada tindakan yang
lebih ekstrim yaitu bunuh diri”.
58
Dampak yang dirasakan dari cyberbullying (Smith et al, 2006)
sebagai berikut:
1. Klip gambar / video dan panggilan Telepon dianggap lebih
berdampak pada cybervictim dari bentuk-bentuk bullying
tradisional.
2. Situs web dan pesan teks dinilai memiliki dampak yang setara
bullying tradisional.
3. Ruang obrolan, Pesan instan, dan Email bullying diyakini
kurang dampak dari bentuk-bentuk bullying tradisional
Menurut Psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo (Kompas,
2015:11). (Maya, 2015) tindakan cyberbullying sering dialami oleh
anak yang secara mental terlihat berbeda. Mereka akan cenderung
terlihat pendiam, pemalu, dan akan tertutup. Menurut Suminar
(2014) cybervictim merasa tidak senang pergi ke sekolah, meskipun
mereka senang belajar di sekolah namun mereka merasa tidak aman
dan merasa terisolasi.
sebab beberapa jenis cyberbullying jelas lebih berbahaya
daripada yang lain, cyberbullying dapat berdampak kontinum untuk
cybervictim. Selanjutnya pertimbangan harus diberikan kepada
keseriusan insiden dalam konteks dan di antaranya keadaan yang
mengelilinginya. Bahwa menerima email yang melecehkan mungkin
bukan masalah yang signifikan.
Cash & Bridge (Bauman et al, 2013) sebab depresi
merupakan faktor risiko yang diketahui untuk perilaku bunuh diri,
penting untuk mempertimbangkan bagaimana hal itu mungkin
terlibat dalam asosiasi antara pengalaman bullying dan perilaku
bunuh diri. Penelitian sebelumnya telah ditemukan hubungan antara
keterlibatan dalam bullying dan perilaku bunuh diri, namun peran
depresi sebagian besar tidak ada diskusi. Memahami proses di mana
59
variabel-variabel ini terkait akan menginformasikan usaha
pencegahan dan intervensi; perilaku bunuh diri mungkin dicegah
dengan menargetkan konstruksi psikologis (misalnya, depresi).
Van Orden et al (Bauman et al, 2013) Studi saat ini dipandu
oleh teori interpersonal, bunuh diri yang berpendapat bahwa
keinginan untuk bunuh diri disebabkan oleh kehadiran kedua
"keburukan yang digagalkan" dan "beban yang dirasakan" . Kami
mempertimbangkan perilaku bullying menjadi manifestasi
keburukan yang digagalkan baik pada cyberbullies maupun sasaran
cyberbullies. Cyberbullies yang perilakunya dimotivasi oleh usaha
untuk mendapatkan atau mempertahankan status sosial ( Sijtsema,
Veenstra, Lindenberg, & Salmivalli, 2009; Bauman et al, 2013),
mencari milik dalam kelompok sebaya. Cybervictim yaitu
penerima tindakan berulang.
Thorbes (Maliki, et al, 2009) mengemukakan bahwa
cybervictim dan cyberbullies lebih mungkin untuk menampilkan
beberapa pemikiran untuk masalah-bunuh diri, depresi, kecemasan,
kesehatan fisik umum yang buruk, penggunaan narkoba, citra tubuh
yang buruk, gangguan makan dan prestasi akademik rendah.
Cybervictim juga melaporkan hubungan yang tidak didukung oleh
orang tua mereka, memiliki sangat sedikit teman dekat dan tidak
dapat bersikap positif terhadap guru dan sekolah mereka .
Gender dan Cyberbullying
Salah satu aspek yang paling menarik debat dari
bullying/cyberbullying, berkaitan dengan perbedaan gender. Secara
tradisional, pria lebih terlibat dalam banyak perilaku cyberbullying
daripada wanita (Forero, McLellan, Rissel, & Baum, 1999; Nansel et
al., 2001; Sourander, Helstela, Helenius, & Piha, 2000; Dooley et al,
2009).
60
Namun, Blair (Dooley et al, 2009) melaporkan bahwa
perempuan lebih mungkin berkomunikasi memakai pesan teks
dan email daripada laki-laki; ini dikombinasikan lebih terselubung
(dan sosial) sifat cyberbullying, akan membuat alasan- dapat
mengharapkan bahwa perbedaan gender ditunjukkan dalam bullying
langsung, tidak sekuat di cyberbullying. Memang, ada yang
melaporkan bahwa pria dan perempuan sama-sama cenderung
terlibat cyberbullying (Williams & Guerra, 2007; Ybarra & Mitchell,
2004: Dooley et al, 2009).
Hasil penelitian tentang anak laki-laki menjadi kurang terpapar
dengan bullying ponsel, 13% di Tahun 5-7 dan 8% di Tahun 8-10.
Ada beberapa pengurangan dalam jumlah siswa yang melaporkan
diganggu oleh ponsel-ponsel dari 2001 hingga 2004 (Auestad &
Roland, 2005).
Ada lebih banyak anak laki-laki daripada perempuan yang
menggertak orang lain melalui telepon seluler. namun perbedaan
gender yaitu lebih kecil daripada untuk bullying tradisional
(Roland 2002b; Auestad & Roland, 2005).
Slonje dan Smith (Dooley et al, 2009) melaporkan tidak ada
perbedaan gender. Perputaran dalam tingkat yang dilaporkan sendiri
baik yang terlibat di atau menjadi cybervictim (tren anak laki-laki
gesting terlibat dalam lebih banyak tindakan cyberbullying daripada
anak perempuan