Kamis, 04 Mei 2023

gigi 2

dalam, fraktur mahkota oleh karena trauma. 
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
Asimptomatik, jika ada rasa nyeri biasanya oleh karena 
adanya rangsangan (tidak spontan), rasa nyeri tidak terus 
menerus. Nyeri akan hilang jika rangsangan dihilangkan misal 
taktil, panas/dingin, asam/manis, rangsangan dingin lebih 
nyeri dari pada panas. 
d) diagnosa  banding  
 Pulpitis irreversibel kronis, pulpitis akut 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
23.2 restoration of tooth by filling 
23.70 root canal NOS  
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
1) Prosedur pada kasus pulp proteksi: 
a. Bersihkan karies dengan hati-hati, pada titik terdalam 
dapat menggunakan excavator yang tajam ujung 
membulat ukuran 0,1 mm; 
b. Bersihkan kavitas dari jaringan infeksius sampai 
benar-benar bersih (ditandai dengan tidak adanya 
material yang masih dapat terbawa oleh excavator yang 
tajam ini ); 
c. Lakukan aplikasi bahan proteksi pulpa pada titik 
terdalam (jangan terlalu lebar/luas agar tidak 
mengganggu tumpatan tetap diatasnya); 
d. Dianjurkan menggunakan bahan RMGI (resin modified 
glass ionomer) jika  tumpatan diatasnya 
menggunakan resin komposit; 
e. jika  menggunakan tumpatan tuang, maka dapat 
dipilih bahan dari GIC tipe 1. 
2) Prosedur pada kasus pulp caping: 
a. Bersihkan karies dengan hati-hati, pada titik terdalam 
dapat menggunakan excavator yang tajam ujung 
membulat ukuran 0,1mm; 
b. Bersihkan kavitas dari jaringan infeksius sampai 
benar-benar bersih (ditandai dengan tidak adanya 
material yang masih dapat terbawa oleh excavator yang 
tajam ini ); 
c. Lakukan aplikasi pasta Ca(OH)2 untuk kasus hiperemi 
pulpa atau pulpitis reversibel pada titik terdalam yang 
mendekati pulpa, lalu  ditutup diatasnya dengan 
tumpatan dari GIC sebagai basis; 
d. Lakukan aplikasi bahan pulp proteksi pada titik 
terdalam (jangan terlalu lebar/luas agar tidak 
mengganggu tumpatan tetap diatasnya); 
e. Beri tumpatan sementara diatas basis dari GIC, pasien 
diminta untuk dapat berkunjung lagisesudah  2-4 
minggu; 
f. Pada kunjungan kedua, lakukan tes vitalitas pada gigi 
ini , perhatikan apakah ada perubahan saat gigi 
menerima rangsangan; 
g. jika  masih terdapat rasa sakit yang jelas, cek 
kondisi basis apakah ada kebocoran tepi, jika  
ditemukan maka lakukan prosedur aplikasi Ca(OH)2 
dengan ditutup dengan basis dari GIC lagi; 
h. jika  sudah tidak ada keluhan, maka dapat 
dilakukan tumpatan tetap dengan resin komposit atau 
tumpatan tuang. 
g) Pemeriksaan Penunjang 
Foto X-ray gigi periapikal 
h) Peralatan dan bahan/obat 
- Dental unit lengkap, 
- alat diagnosa ,  
- alat konservasi,  
- bahan untuk perawatan Pulpitis reversibel/awal yang 
mendekati pulpitis ireverbel/pulpitis sedang. 
i) Lama perawatan 
1 – 2 kali kunjungan, kurang lebih 1 – 4 minggu. 
j) Faktor penyulit 
Pada penentuan diagnosa  yang meragukan.Pulpitis 
reversibel/awal yang mendekati pulpitis ireverbel/pulpitis 
sedang. 
k) Prognosis 
Baik bagi gigi dewasa muda 
l) Keberhasilan perawatan 
Gigi sehat, tidak ada keluhan spontan dan tidak sensitif 
terhadap perubahan suhu. 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Lisan 
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
Pasien dengan kepatuhan kunjungan yang baik 
o) Tingkat pembuktian  
Grade B 
 
 
23. NEKROSIS PULPA 
No. ICD 10 : K.04.1 Necrosis of pulp 
 
a) Definisi  
Kematian pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya yang 
disebabkan oleh adanya jejas bakteri, trauma dan iritasi 
kimiawi. 
b) Patofisiologi  
Adanya jejas menyebabkan kematian pulpa dengan atau 
tanpa kehancuran jaringan pulpa. 
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
- Kadang ditemukan  tidak ada simptom sakit.  
- Tanda klinis yang sering ditemui yaitu  jaringan pulpa 
mati, perubahan warna gigi, transluensi gigi berkurang, 
pada nekrosis sebagian bereaksi terhadap rangsangan 
panas.  
- Pada nekrosis total keadaan jaringan periapeks normal / 
sedikit meradang sehingga pada tekanan atau perkusi 
kadang-kadang peka.  
- Nekrosis koagulasi juga sering disebut nekrosis steril, 
ditandai oleh jaringan pulpa yang mengeras dan tidak 
berbau.  
- Pada nekrosis liquefaksi / gangren pulpa, jaringan pulpa 
lisis dan berbau busuk. 
- Perlu dilakukan pemeriksaan klinis vitalitas gigi dan foto 
Ro jika diperlukan. 
d) diagnosa  banding  
- Pulpitis Ireversibel Akut  
- Degenerasi pulpa 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
Untuk gigi yang dipertahankan:  
24.99 other dental operation (other) 
23.70  root canal, not otherwise specified 
23.2  Restoration of tooth by filling 
23.41  Application of crown atau 
 
Untuk gigi yang di indikasikan cabut 
23.09  extraction of other tooth 
23.11  removal of residual root 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
Perlu diperkirakan kondisi kerusakan dan jaringan 
pendukung yang masih ada. Pada dasarnya perlu penilaian 
prognosis yang baik untuk perawatan mempertahankan gigi.  
1) Gigi dilakukan perawatan dan dipertahankan.  
- jika  jaringan gigi yang tersisa masih cukup kuat 
untuk tumpatan nekrosis pulpa dapat ditangani 
dengan perawatan saluran akar, dijelaskan pada 
pasien Prosedur Tindakan Kedokteran pulpitis 
ireversibel, 
- Perawatan saluran akar dapat dilakukan pada kasus 
gigi dengan akar tunggal, dan gigi akar ganda yang 
lurus dengan sudut pandang kerja pada orifice tidak 
terhalang,  
- Selain kasus ini , dokter gigi harus merujuk ke 
spesialis konservasi gigi  
2) Gigi di indikasikan untuk dilakukan pencabutan 
- jika  pendukung gigi sudah tidak ada dan gigi 
dianggap sudah tidak layak untuk dipertahankan (dari 
segi biaya, waktu  atau  kesanggupan pasien), maka 
tindakan pencabutan menjadi pilihan utama. 
- Prosedur tindakan cabut tanpa penyulit: 
   Pemeriksaan Vitalitas  
   Pemberian Antiseptik pada daerah Pencabutan dan 
anestesi 
   Anastesi local/mandibular sesuai kebutuhan 
   Pencabutan 
   Periksa kelengkapan gigi dan periksa soket 
   Kompresi soket gigi 
   Instruksi pasca ekstraksi 
- Bila perlu pemberian obat sesuai indikasi: 
- Antibiotika 
- Analgetika 
- Ruborantia 
g) Pemeriksaan Penunjang 
Foto X-ray gigi periapikal bila diperlukan 
h) Peralatan dan bahan/obat 
1) Untuk perawatan mempertahankan gigi:  
a. Dental unit lengkap,  
b. Alat diagnosa  lengkap,  
c. alat dan bahan untuk perawatan endodontik lengkap 
(cairan irigasi, desinfektan, paper point, kapas steril, 
guttap point, root canal sealer, tumpatan sementara 
dan tumpatan tetap) 
2) Untuk tindakan pencabutan :  
a. Dental unit lengkap,  
b. Tensi meter,  
c. Standar alat diagnostik,  
d. Set peralatan eksodontia,  
e. bahan antiseptik dan desinfektan,  
f. kapas steril. 
i) Lama perawatan 
1) Untuk perawatan mempertahankan gigi : 
 1 minggu sampai 6 bulan sesudah  perawatan (bergantung 
kasus). Evaluasi sesudah  6 bulan, 1 tahun hingga 2 tahun 
2) Untuk tindakan pencabutan:  
 satu kali kunjungan dengan masa pemulihan pasca bedah 
bila tidak ada penyulit 3-7 hari 
j) Faktor penyulit 
1) Untuk perawatan mempertahankan gigi :  
- Pasien tidak kooperatif dan disiplin dalam kunjungan 
untuk mendapatkan perawatan.  
- Selain kasus pada gigi akar tunggal, dan gigi akar ganda 
yang lurus dengan sudut pandang kerja pada orifice 
tidak terhalang, dokter gigi harus merujuk ke spesialis 
konservasi gigi 
2) Untuk tindakan pencabutan:  
- Pendarahan, Infeksi, perforasi sinus, fraktur gigi/akar 
gigi/ rahang, laserasi jaringan lunak sekitar gigi, 
alveolagia, luksasi Temporo Mandibular Joint (TMJ) 
 
 
 
k) Prognosis 
1) untuk perawatan mempertahankan gigi, prognosis : baik 
bila tidak ada keluhan selama 2 (dua) tahun dan foto 
radiologi tidak ada kelainan periapeks. 
2) untuk tindakan pencabutan, prognosis : baik  
l) Keberhasilan perawatan 
1) Untuk perawatan mempertahankan gigi: Secara klinis 
tidak ada gejala rasa sakit. Gambaran radiografik 
periapeks normal. Bila sebelum perawatan ada kelainan 
periapeks maka kelainan ini  mengecil atau menetap. 
Jika apeks terbuka, sesudah  perawatan akan menutup oleh 
jaringan keras dengan berbagai tipe penutupan 
2) Untuk tindakan pencabutan: Penutupan socket secara 
sempurna 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
1) Untuk perawatan mempertahankan gigi :Lisan 
2) Untuk tindakan pencabutan: TERTULIS 
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
1) Untuk perawatan mempertahankan gigi: Kepatuhan pasien 
yang tinggi. Tinggi atau rendahnya kepedulian pasien 
terhadap keadaan dan kondisi giginya. Kerjasama dan sifat 
kooperatif pasien diperlihatkan pada saat kunjungan 
sesudah  devitalisasi pulpa, agar mendapatkan hasil 
perawatan yang sempurna. 
2) Untuk tindakan pencabutan:  Pasien dengan kecemasan 
tinggi dan trauma terhadap tindakan pencabutan gigi 
perlu perhatian khusus. 
o) Tingkat pembuktian  
Grade B 
 
 
24. ABSES PERIAPIKAL 
No. ICD 10 : K.04.7  
a) Definisi  
Lesi likuefaksi bersifat akut/kronis yang menyebar atau 
terlokalisir di dalam tulang alveolar 
b) Patofisiologi  
Merupakan lanjutan proses nekrosis pulpa yang dapat 
menimbulkan rasa sakit karena tekanan abses ini   
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
- jika  abses periapeks kronis tidak ada gejala klinis 
biasanya ada fistula intra oral.  
- jika  abses periapeks akut terjadi rasa sakit pada 
palpasi dan perkusi dan diikuti pembengkakan di daerah 
akar gigi. 
d) diagnosa  banding  
Kista dan granuloma 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
24.99 other dental operation(other) 
24.00 incision of gum or alveolar bone 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
- Bila terjadi abses selain dilakukan pembukaan kamar 
pulpa untuk drainase dan saluran akar juga dilakukan 
insisi. Selain itu dilakukan juga over instrument tidak 
lebih dari 1 mm dari apeks gigi dengan alat preparasi 
saluran akar no.25; 
- Pembukaan kamar pulpa, pembersihan saluran akar, 
irigasi, pemberian obat, sterilisasi dan ditumpat 
sementara; 
- Bila apeks lebar, preparasi saluran akar irigasi, kering 
diisi dengan Ca(OH)2 hingga 1 mm sebelum apeks 
lalu  tumpat sementara untuk pemakaian Ca(OH)2 di 
evaluasi 1 minggu, 3 bulan, 6 bulan lalu  jika  
apeks sudah menutup dilanjutkan perawatan saluran 
akar lalu  diisi dengan guttap point; 
- jika  endo konvensional tidak berhasil dirujuk; 
- Pemberian obat kumur, obat analgetik, antipiretik dan 
antibiotika; 
- Antibiotik yang diberikan antara lain yaitu  doksisiklin 
100 (1x1) no. VII, Amoxicillin 500 (XV) 3x1 tab; 
Ciprofloxacin 500 (XV) 2x1 tab; Metronidazole 500 (XV) 
3x1 tab.   
g) Pemeriksaan Penunjang 
Foto X-ray gigi periapikal bila diperlukan 
h) Peralatan dan bahan/obat 
- Dental unit lengkap, 
- Alat diagnostik lengkap 
- Alat dan bahan perawatan dan endo bedah/ Kovensional 
lengkap 
- Set peralatan  bedah minor gigi 
- bahan antiseptik dan desinfektan 
- kapas – kasa steril. 
i) Lama perawatan 
3-4 kali kunjungan 
j) Faktor penyulit 
- Kondisi sistemik tubuh yang lemah. 
- Selain kasus pada gigi akar tunggal, dan gigi akar ganda 
yang lurus dengan sudut pandang kerja pada orifice tidak 
terhalang, untuk tindakan endodontik, dokter gigi harus 
merujuk ke spesialis konservasi gigi. 
k) Prognosis  
Baik 
l) Keberhasilan perawatan 
Klinis tidak ada keluhan, gambaran radiografik periapeks 
normal 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Lisan 
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
Kepatuhan pasien dalam kunjungan perawatan 
o) Tingkat pembuktian  
Grade B 
 
 
25. GINGIVITIS AKIBAT PLAK MIKROBIAL 
No. ICD 10 : K. 05. 00 Acute gingivitis, plaque induced 
 
a) Definisi  
Gingivitis (peradangan gingiva) akibat plak yaitu  inflamasi 
gingiva tanpa disertai kehilangan pelekatan. 
b) Patofisiologi  
Invasi toksin bakteri pada gingiva 
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
Gingivitis disertai tanda-tanda klinis kemerahan dan 
pembesaran (edema) jaringan gingiva, berdarah bila 
disentuh, perubahan bentuk dan konsistensi, ada kalkulus 
dan atau plak mikrobial, tanpa bukti radiografis adanya 
kerusakan puncak tulang alveolar, yang disertai keluhan 
rasa gatal pada gusi di sela–sela gigi. 
d) diagnosa  banding  
Tidak ada 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
89.31 dental examination 
96.54 dental scaling and polishing, dental debridement,  
prophylaxis, plaque removal 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
a. Pendidikan kesehatan mulut dan instruksi pengendalian 
plak mikrobial di rumah. 
b. Pembersihan permukaan gigi dari plak dan kalkulus 
supra dan subgingiva. 
c. Pemberian obat anti mikroba dan obat antiplak, dan 
penggunaan alat kebersihan mulut guna meningkatkan 
kemampuan pasien untuk membersihkan gigi geliginya. 
d. Koreksi faktor–faktor yang memudahkan retensi plak 
mikrobial antaralain : koreksi mahkota yang over 
contour, margin yang overhang ( mengemper ) atau 
ruang embrasur yang sempit, kontak terbuka, gigi 
tiruan sebagian cekat/ Gigi Tiruan Sebagian (GTS) 
lepasan yang kurang pas, gigi karies dan gigi malposisi. 
e. Pada kasus tertentu dilakukan koreksi secara bedah 
pada bentuk/ kontur gingiva, agar pasien dapat menjaga 
kebersihan mulut, sesuai kontur dan bentuk gingiva 
sehat. 
f. Sesudah fase terapi aktif ini  di atas, dilakukan 
evaluasi untuk menentukan perawatan selanjutnya, 
yaitu terapi pemeliharaan periodontal. 
g) Pemeriksaan Penunjang 
Laboratorium mikroskopis, serologis, hematologis, 
mikrobiologis bila diperlukan. 
h) Peralatan dan bahan/obat 
1. Dental unit lengkap, 
2. Alat pemeriksaan standar,  
3. Periodontal probe 
4. Alat poles ( rubber cup, brush, pumice, kapur poles, bor, 
stone, untuk koreksi restorasi mengemper ) 
5. Alat skaler makro dan mikro tips 
6. Larutan irigasi sub gingiva (Aquadest, larutan saline 
steril, povidon iodine 10%, obat kumur Chlorhexidine 
(CHX), povidon iodine, larutan garam hangat dan H2O2 
3%) 
7. Alkohol 70% 
8. Bahan desensitisasi gigi Stannous Fluoride (SnF) 
9. Alat dan bahan anestesi lokal ( Xylocain ointment/ 
Spray, Pehacain / xylocain solution, Spuit disposable 
dan jarum ukuran 12 x 306 mm, Spuit disposable dan 
jarum ukuran 15 x 306 mm, citojet + jarum ) 
10. Alat dan bahan scaling sub gingiva, penghalusan akar 
dan kuretase (pack periodontal, kuret Gracey’s no. 1 s/d 
14 ) 
11. Bahan cetak untuk model kerja bila perlu buat splint 
12. Alat untuk gingivektomi, gingivoplasti dan operasi flap ( 
penanda dasar poket, pisau bedah Bard Parker no. 11, 
12 dan 15, pisau gingivektomi, gunting benang dan 
gunting jaringan, jarum jahit atraumatik, rasparatorium, 
bone file, pinset bedah, pinset anatomis, needle holder ) 
i) Lama perawatan 
3-4 kali kunjungan 
j) Faktor penyulit 
Pasien tidak kooperatif, disertai penyakit/ kondisi sistemik 
dan pasien merokok. 
k) Prognosis 
Baik, jika tidak terjadi kerusakan tulang alveolar, faktor 
etiologi dapat dihilangkan, bila pasien kooperatif, tidak 
disertai penyakit/ kondisi sistemik dan pasien tidak 
merokok. 
l) Keberhasilan perawatan 
- Perawatan berhasil memuaskan bila terjadi penurunan 
tanda-tanda klinis inflamasi gingiva secara nyata, 
pelekatan klinis stabil, pengurangan skor plak sesuai 
dengan plak yang ada pada gingiva sehat. Hilangnya 
keluhan rasa gatal pada gusi di sela – sela gigi, rasa 
kemeng/rasa tidak nyaman, rasa nyeri saat mengunyah 
atau menggigit, dan gigi goyang atau gusi bengkak. 
- Bila hasil terapi tidak memuaskan/tidak memperbaiki 
kondisi periodontal, maka akan tampak antara lain 
berlanjutnya tanda-tanda klinis penyakit yaitu: 
perdarahan saat probing, kemerahan dan pembesaran, 
kondisi dapat diikuti kerusakan/cacat gingiva (cleft 
gingiva, crater/ceruk gingiva), yang disertai kerusakan 
selanjutnya sehingga berkembang menjadi periodontitis 
dengan kehilangan pelekatan. 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Untuk melakukan perawatan yang menimbulkan luka pada 
jaringan keras maupun jaringan lunak, harus ada 
persetujuan tertulis. 
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
Adanya faktor-faktor risiko sistemik dapat mempengaruhi 
terapi dan hasil perawatan gingivitis karena plak mikrobial. 
Faktor risiko sistemik yaitu  penyakit diabetes, merokok, 
bakteri periodontal tertentu, penuaan, gender, predisposisi 
genetik, penyakit sistemik dan kondisi sistemik (imuno 
supresi), stres, nutrisi, kehamilan, infeksi HIV dan pengaruh 
obat-obatan. 
o) Tingkat pembuktian  
Grade B 
 
 
26. ABSES PERIODONTAL 
No. ICD 10  : K.05.21 Aggressive periodontitis, localized/ 
periodontal abcess. 
a) Definisi  
- Infeksi purulen lokal pada jaringan yang berbatasan/ 
berdekatan dengan poket periodontal yang dapat memicu 
kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar. 
- Abses periodontal dapat diasosiasikan dengan patologis 
endopulpa. 
b) Patofisiologi  
Abses periodontal merupakan suatu abses yang terjadi pada 
gingiva atau pocket periodontal. Hal ini terjadi akibat adanya 
faktor iritasi, seperti plak, kalkulus, infeksi bakteri, impaksi 
makanan atau trauma jaringan. 
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
- Gingiva bengkak, licin, mengkilap dan nyeri, dengan 
daerah yang menimbulkan rasa nyeri bila dipegang.  
- Tampak cairan eksudat purulen dan atau kedalaman 
probing meningkat.  
- Gigi sensitif terhadap perkusi dan kadang-kadang goyang.  
- Kerusakan pelekatan terjadi secara cepat.  
 
 
Abses gingiva, pembesaran lunak berwarna kemerahan 
(eritematous) pada jaringan gingiva gigi M1 dan M2 atas. 
 
d) diagnosa  banding  
Kista dan granuloma 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
24.00 incision of gum or alveolar bone 
96.54 dental debridement 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
- Drainase dengan membersihkan poket periodontal,  
- Menyingkirkan plak, kalkulus, dan bahan iritan lainnya 
dan atau menginsisi abses.  
- Irigasi poket periodontal, pengaturan oklusal yang 
terbatas, dan pemberian anti mikroba dan pengelolaan 
kenyamanan pasien. 
- Tindakan bedah untuk akses dari proses pembersihan 
akar gigi perlu dipertimbangkan.  
- Pada beberapa keadaan, ekstraksi gigi perlu dilakukan. 
Evaluasi periodontal menyeluruh harus dilakukan sesudah  
resolusi dari kondisi akut. 
- Pemberian obat kumur, obat analgetik, antipiretik dan 
antibiotika. Drug of choice (pilihan) Antibiotik yang 
diberikan antara lain yaitu  
• doksisiklin 1 x 100 mg (waktu paruh 24 jam)  
• Amoxicillin 3 x 500 mg (waktu paruh 8 jam) 
• Ciprofloxacin 2 x 500 mg (waktu paruh 12 jam) 
• Metronidazole 2 x 500 mg (waktu paruh 8 jam) 
- Obat kumur ( maksimal 2 kali sehari ).   
g) Pemeriksaan Penunjang 
Foto X-ray gigi periapikal bila diperlukan 
h) Peralatan dan bahan/obat 
- Dental unit lengkap, 
- unit gigi lengkap, 
- alat diagnostik lengkap, 
- alat dan bahan perawatan periodontal, 
- set peralatan  bedah minor gigi, 
- bahan antiseptik dan desinfektan, 
- kapas/kasa steril. 
i) Lama perawatan 
1-2 kali kunjungan (tergantung indikasi perawatan) 
j) Faktor penyulit 
Faktor sistemik dan kondisi tubuh pasien yang lemah 
k) Prognosis 
Baik, bila faktor etiologi dapat dikendalikan, tidak disertai 
kondisi/ penyakit sistemik atau dapat dikendalikan bila ada 
dan pasien tidak merokok. 
l) Keberhasilan perawatan 
- Resolusi dari tanda dan gejala penyakit. Resolusi dari fase 
akut akan berdampak pada kembalinya sebagian 
pelekatan yang pernah hilang. 
- Daerah kondisi akut tidak dapat ditangani  ditanda 
dengan abses yang mengalami rekurensi dan atau 
berlanjutnya kehilangan pelekatan jaringan periodontal. 
- Faktor yang berperan terhadap tidak terjadinya resolusi 
mencakup kegagalan dalam menyingkirkan penyebab dari 
iritasi, debridemen yang tidak selesai, diagnosa  yang 
tidak akurat, atau adanya penyakit sistemik. 
- Pada pasien dengan kondisi gingiva tidak dapat 
disembuhkan, harus diberikan pengobatan dan terapi 
tambahan. 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Untuk melakukan perawatan yang menimbulkan luka pada 
jaringan keras maupun jaringan lunak harus ada 
persetujuan tertulis dari pasien untuk menerima prosedur 
perawatan. 
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
Kepatuhan dan kesadaran pasien dalam menjalankan 
pengobatan 
o) Tingkat pembuktian  
Grade B 
 
 
27. PERIODONTITIS KRONIS DENGAN KEHILANGAN JARINGAN 
PERIODONTAL RINGAN – SEDANG 
No. ICD 10 : K. 05. 3 Chronic periodontitis 
 
a) Definisi  
Periodontitis kronis yaitu  inflamasi gingiva yang meluas ke 
pelekatan jaringan di sekitarnya. Penyakit ini ditandai 
dengan kehilangan pelekatan klinis akibat destruksi ligamen 
periodontal dan kehilangan tulang pendukung di sekitarnya.   
b) Patofisiologi  
Invasi toksin bakteri pada jaringan pendukung gigi yang 
kronis 
c) Gejala klinis dan pemeriksaan  
- Edema, eritema, perdarahan gingiva saat probing dan 
surpurasi, serta keluhan rasa gatal pada gusi di sela–sela 
gigi, rasa kemeng/ rasa tidak nyaman, rasa nyeri saat 
mengunyah atau menggigit, dan gigi goyang atau gusi 
bengkak. 
- Pada gigi molar, bila ada keterlibatan furkasi biasanya 
kehilangan pelekatan klinis yang terjadi termasuk kelas I.  
- Kerusakan ringan ditandai dengan kedalaman probing 
periodontal sampai dengan 4 mm dengan kehilangan 
pelekatan sampai dengan 2 mm.  
- Kerusakan sedang ditandai dengan kedalaman probing 
periodontal sampai dengan 6 mm dengan kehilangan 
pelekatan sampai dengan 4 mm.  
- Gambaran radiografis menunjukkan adanya kehilangan 
tulang alveolar, sehingga terjadi peningkatan kegoyangan 
gigi.  
- Periodontitis kronis dengan kehilangan jaringan 
periodontal ringan – sedang dapat bersifat lokal yang 
melibatkan kehilangan pelekatan dari satu gigi atau 
bersifat general yang melibatkan kehilangan pelekatan 
beberapa atau seluruh gigi. Seseorang bisa saja 
mengalami dua kondisi secara bersamaan yaitu daerah 
yang sehat dan periodontitis ringan–sedang. 
d) diagnosa  banding  
Periapikal abses 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
89.31  dental examination 
96.54 dental scaling and polishing, dental debridement, 
plaque removal 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
Terapi Inisial 
1. Perlu dilakukan eliminasi atau kontrol faktor risiko yang 
mempengaruhi periodontitis kronis. Perlu 
dipertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter 
yang merawat pasien. 
2. Instruksi dan evaluasi pengendalian plak pasien. 
3. Skeling supra dan sub gingiva serta pembersihan akar 
gigi untuk membersihkan plak mikrobial dan kalkulus. 
4. Agen anti mikroba dapat diberikan sebagai tambahan. 
5. Faktor lokal yang menyebabkan periodontitis kronis 
harus dieliminasi, yaitu (rujuk ke spesialis jika 
diindikasi): 
- Membongkar/ memperbaiki bentuk restorasi yang 
mengemper dan mahkota yang over kontur 
- Koreksi piranti prostetik yang menimbulkan rasa 
sakit 
- Restorasi lesi karies, terutama karies servikal dan 
interproksimal 
- Odontoplasti 
- Pergerakan gigi minor 
- Perbaikan kontak terbuka yang menyebabkan 
impaksi makanan 
- Perawatan trauma oklusi 
6. Perawatan faktor risiko yang masih ada, misalnya 
kontrol terhadap kebiasaan merokok dan kontrol 
diabetes. 
7. Evaluasi hasil terapi inisial dilakukan sesudah  interval 
waktu tertentu yang disesuaikan terhadap adanya 
pengurangan inflamasi dan perbaikan jaringan. Re-
evaluasi periodontal dinilai berdasarkan temuan klinis 
yang relevan dengan keadaan pasien. Temuan klinis ini 
dapat dibandingkan dengan dokumentasi awal pada 
rekam medik, dan digunakan untuk menilai hasil terapi 
inisial sebagai pertimbangan perawatan selanjutnya. 
8. Karena alasan kondisi sistemik, perawatan untuk 
mengendalikan penyakit dapat ditunda berdasarkan 
keinginan pasien atau pertimbangan dokter gigi. 
9. Jika hasil terapi inisial menunjukkan keberhasilan 
perawatan pada jaringan periodontal, selanjutnya 
dijadwalkan terapi pemeliharaan. 
10. Jika hasil terapi inisial tidak berpengaruh pada kondisi 
periodontal, selanjutnya dijadwalkan terapi perawatan 
bedah untuk mendapatkan kesembuhan periodontal 
yang diharapkan dan untuk mengkoreksi cacat 
anatomik. 
Terapi Pemeliharaan 
- Pada terapi pemeliharaan periodontal dilakukan evaluasi 
terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya, riwayat 
penyakit medik dan dental, serta pengkajian ulang 
terhadap keputusan yang telah diambil sebelumnya. 
- Pasien dapat dikembalikan ke terapi periodontal aktif lagi 
bila terjadi kekambuhan. 
g) Pemeriksaan Penunjang 
- Foto X-ray gigi panoramik bila diperlukan 
- Pemeriksaan darah  
h) Peralatan dan bahan/obat 
- Dental unit lengkap, 
- Alat pemeriksaan standar 
- Set alat periodontal  
i) Lama perawatan 
1-2 bulan 
j) Faktor penyulit 
- Pasien tidak kooperatif 
- Faktor risiko sistemik (diabetes, merokok, bakteri 
periodontal tertentu, penuaan, gender, predisposisi 
genetik, penyakit sistemik dan kondisi sistemik ( imuno 
supresi ), stres, nutrisi, kehamilan, infeksi HIV dan 
pengaruh obat-obatan) mempengaruhi perawatan dan 
hasil perawatan yang akan dilakukan. 
k) Prognosis 
- Baik, karena kondisi tulang alveolar masih memadai, 
faktor etiologi dapat dihilangkan, bila pasien kooperatif, 
tidak disertai penyakit/ kondisi sistemik dan pasien tidak 
merokok. 
- Sedang, bila kondisi tulang alveolar kurang memadai, 
beberapa gigi goyang, terjadi kelainan furkasi derajat 
satu, tetapi kemungkinan dapat dipertahankan bila 
pasien kooperatif, tidak disertai kondisi/ penyakit 
sistemik dan pasien tidak merokok. 
- Buruk, bila kehilangan tulang berat, gigi goyang, 
kelainan furkasi sampai dengan derajat dua, kooperasi 
pasien meragukan, kondisi sistemik sulit dikendalikan 
dan pasien perokok berat. 
l) Keberhasilan perawatan 
- Hasil akhir terapi periodontal pada pasien periodontitis 
kronis dengan kehilangan jaringan periodontal ringan–
sedang yaitu  pengurangan secara signifikan tanda–
tanda klinis inflamasi gingiva, pengurangan kedalaman 
poket, pelekatan klinis meningkat secara signifikan atau 
setidaknya kembali normal, dan skor plak yang sesuai 
dengan kondisi gingiva sehat ( skor 0,1 – 1,1 ), hilangnya 
keluhan rasa gatal pada gusi di sela – sela gigi, rasa 
kemeng/ rasa tidak nyaman, rasa nyeri saat mengunyah 
atau menggigit, dan gigi goyang atau gusi bengkak. 
- Tanda–tanda bahwa penyakit periodontal yang belum 
sembuh yaitu  inflamasi jaringan gingiva, kedalaman 
poket tidak berkurang atau justru bertambah, pelekatan 
klinis tidak stabil, dan jumlah skor plak yang tidak 
sesuai dengan kondisi gingiva sehat (skor> 1,2 – 3 ). 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Untuk melakukan perawatan yang menimbulkan luka pada 
jaringan keras maupun jaringan lunak harus ada 
persetujuan tertulis dari pasien 
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
Penilaian klinis yaitu  bagian integral pada proses 
penetapan keputusan perawatan. Banyak faktor yang 
mempengaruhi keputusan untuk memberikan terapi yang 
adekuat dan hasil perawatan yang diharapkan. Faktor yang 
perlu dipertimbangkan yaitu  kesehatan sistemik, usia, 
obat-obatan yang dikonsumsi dan kemampuan pasien 
mengendalikan plak. Faktor lainnya yaitu  kemampuan 
dokter gigi untuk membersihkan deposit sub gingiva, 
pembuatan restorasi dan protesa periodontal, serta 
perawatan gigi dengan periodontitis kronis tahap lanjut. 
o) Tingkat pembuktian  
Grade C 
 
 
28. MALOKLUSI KELAS I 
Anomali letak gigi 
Jarak gigi berlebih 
Deviasi garis tengah 
Oklusi lingual gigi posterior 
Gigitan bersilang depan/belakang 
Tumpang gigi berlebih 
No. ICD 10 : K07.20 Disto-occlusion 
K07.21 Mesio-occlusion 
K07.22 Excessive overjet (horizontal overbite) 
K07.23  Excessive overjet (horizontal overbite) 
K07.25  Openbite 
K07.26  Crossbite (anterior, posterior) 
K07.27  Posterior lingual occlusion of mandibular 
teeth 
 
a) Definisi  
Kelainan posisi gigi (kelainan dentoalveolar) 
b) Patofisiologi  
Tidak ada 
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
Kelainan disebabkan karena penyimpangan posisi. Terjadi 
keadaan gigi berjejal, rotasi gigi, gigi rentang, tumpang gigi 
besar, gigitan silang, gigi tertukar tempat. Dapat terjadi pada 
semua periode gigi 
d) Diagnosa banding 
Tidak ada 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
87.11 full mouth x-ray of teeth 
87.12 orthodontic cephalogram 
24.7   Application of orthodontic appliance 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
Tanpa ekstraksi gigi dengan alat ortodontik  
g) Pemeriksaan Penunjang 
- Model gigi 
- Foto ekstra oral dan intra oral 
- Foto radiologi sefalogram dan panoramik 
h) Peralatan dan bahan/obat 
- Dental unit lengkap, 
- Alat perawatan ortodontik 
- Alat dan bahan ortodonti lepasan 
i) Lama perawatan 
Bergantung pada derajat keparahan penyimpangan posisi 
gigi, lebih kurang 2 tahun, diikuti pemakaian retainer. 
j) Faktor penyulit 
Pasien tidak kooperatif 
k) Prognosis 
Baik bila pasien kooperatif dan disiplin dalam menjalankan 
perawatan 
l) Keberhasilan perawatan 
Interdigitasi baik, jaringan pendukung sehat, kedudukan gigi 
stabil, estetika gigi & wajah baik, fungsi optimal. Over jet , 
over bite normal 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Tertulis 
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
Kepatuhan untuk menjalankan perawatan dan kepatuhan 
melakukan kunjungan rutin berdasarkan keinginan dan 
kesadaran yang baik 
o) Tingkat pembuktian  
Grade B 
 
 
29. ANOMALI LETAK GIGI KARENA KEHILANGAN PREMATUR 
GIGI SULUNG 
No. ICD 10 : K07.38 Anomali letak gigi 
 
a) Definisi  
Kehilangan gigi sulung prematur, dengan benih gigi 
permanen masih dalam tulang 
b) Patofiologi 
Tidak ada 
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
Benih gigi permanen masih didalam tulang, dengan gigi susu 
yang sudah tanggal. Mungkin masih tersedia ruang yang 
cukup untuk gigi permanen, mungkin tidak tersedia cukup 
ruangan karena telah terjadi pergeseran gigi. 
d) Diagnosa banding 
Tidak ada 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
89.31 dental examination  
24.7  Application of orthodontic appliance 
87.12 Other dental x-ray 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
- Bila belum menyebabkan anomali, gunakan space 
maintainer lepasan/cekal. 
- Bila telah terjadi pergeseran gigi gunakan space regainer. 
g) Pemeriksaan Penunjang 
Foto radiologi regional 
h) Peralatan dan bahan/obat 
- Alat perawatan ortodontik 
- Alat pembuatan model 
- Alat standar pemrosesan akrilik resin 
- Bahan-bahan alat space maintainer atau space regainer 
i) Lama perawatan 
3 - 6 bulan, sampai gigi permanen mulai erupsi. 
j) Faktor penyulit 
Masih tertutup/tidaknya gigi permanen oleh tulang untuk 
menentukan perlu tidaknya space maintainer. 
k) Prognosis 
Baik  
l) Keberhasilan perawatan 
Gigi permanen mencapai garis oklusi dengan posisi baik 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Tertulis 
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
Rasa takut atau kecemasan pasien rendah, kepatuhan dan 
kesadaran baik 
o) Tingkat pembuktian  
Grade B 
 
30. KELAINAN FUNGSI DENTOFASIAL 
No. ICD 10  : K07.5 Dentofacial functional abnormalities 
K07.51 Malocclusion due to abnormal 
swallowing 
K07.54 Malocclusion due to mouth breathing 
K07.55 Malocclusion due to tongue, lip or 
finger habits 
a) Definisi  
Maloklusi disebabkan karena kebiasaan buruk, antara lain 
kelainan penelanan, pernafasan mulut, mengisap jari, 
menggigit-gigit kuku, pinsil, dsb. 
b) Patofisiologi 
Tidak ada 
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
Adanya gigi protrusi, palatum dalam, gigi malposisi gigitan 
terbuka. Diketahui dengan pemeriksaan  gangguan 
pengunyahan pengucapan, cara pernafasan, dan kelainan 
oklusi. 
d) Diagnosa banding 
Tidak ada 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
89.31 examination  
87.11 full mouth x-ray of teeth 
87.12 orthodontic cephalogram 
24.7   Application of orthodontic appliance 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
- Dapat dicoba secara edukatif. Bila tidak dapat, dibuatkan 
alat-alat sesuai kebutuhan, menggunakan alat khusus. 
- Kelainan penelanan diatasi dengan perlatihan menelan 
secara fisiologis. Dilakukan dengan meletakkan 
karet/Alastik diujung lidah, lalu tekan ringan kearah 
palatum setiap kali menelan. 
- Kebiasaan buruk lidah, bibir, jari tangan diatasi dengan 
menggunakan tongue crib, lip bumper lepasan/cekat, alat 
pada jari. 
- Kebiasaan bernafas melalui mulut diatas dengan pelatihan 
nafas 
g) Pemeriksaan Penunjang 
- Model gigi dan rahang 
- Foto ekstra oral dan intra oral 
- Foto rontgen sefalometri dan panoramik 
h) Peralatan dan bahan/obat 
- Dental unit lengkap, 
- Alat perawatan ortodontik 
- Alat dan bahan pembuatan model gigi dan rahang 
i) Lama perawatan 
Minimal 6 (enam) bulan 
j) Faktor penyulit 
- Pasien sering tidak menyadari kebiasaan buruk 
- Pasien tidak kooperatif 
k) Prognosis 
Baik, bila di atasi pada gigi sulung, dapat mencegah 
terjadinya maloklusi. Bila periode gigi permanen sudah 
erupsi, lebih sulit, dan telah terjadi maloklusi, mungkin 
terjadi maloklusi yang lebih parah. 
l) Keberhasilan perawatan 
Fungsi kembali normal 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Tertulis 
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
Tingkat kepatuhan pasien dan keinginan untuk memperbaiki 
kondisi bentuk gigi terlihat baik 
o) Tingkat pembuktian  
Grade B 
 
 
31. KELAINAN FUNGSI SISTEM STOMATOGNATIK AKIBAT  
KEHILANGAN SEMUA GIGI ASLI, TETAPI TULANG ALVEOLAR 
MASIH BAIK 
No. ICD 10 : K08.1 Complete loss of teeth 
 
a) Definisi  
Gangguan fungsi sistem stomatognatik karena hilangnya 
seluruh gigi tetapi tulang alveolar masih baik  
b) Patofisiologi 
Tidak ada 
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
- Gangguan fungsi pengunyahan 
- Gangguan fonetik (wicara) 
- Gangguan estetis 
d) Diagnosa Banding 
Tidak ada 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
99.97 fitting of dental appliance [denture] 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
- Anamnesis 
- Pemeriksaan intra oral dan ekstra oral 
- Pencetakan awal dan pembuatan model studi/diagnostik  
- Penentuan rencana perawatan 
- Perawatan pre-prostetik 
- Pembuatan sendok cetak individual, pencetakan fisiologis 
dan pembuatan model kerja 
- Penentuan hubungan rahang 
- Pemasangan model hubungan rahang di artikulator  
- Penentuan warna dan ukuran gigi sesuai individu 
- Penyusunan model gigi individu  
- Pencobaan model gigi tiruan (malam/wax) 
- Penyelesaian model gigi tiruan (dilanjutkan dengan 
prosesing laboratorium teknik gigi) 
- Pencobaan (fitting) dan penyesuaian gigi tiruan dalam 
mulut 
- Insersi akhir gigi tiruan  
- Instruksi dan informasi pemeliharaan gigi tiruan 
- Pemeriksaan pasca pemasangan, penanggulangan 
permasalahan pasca pemasangan 
g) Pemeriksaan Penunjang 
Radiologi (foto dental dan atau foto panoramik) 
h) Peralatan dan bahan/obat 
- Dental unit lengkap, 
- Alat diagnostik standar 
- Alat dan bahan ekstraksi 
- Set Sendok cetak untuk rahang tidak bergigi 
- Occlusal guide plane 
- Artikulator 
- Alat laboratorium prostodontia 
- Bahan cetak irreversible hydrocolloid 
- Bahan cetak berdasar karet atau silikon 
- Bahan model (gips tipe I dan II) 
- Lilin model 
- Resin akrilik berpolimerisasi panas 
- Gigi tiruan 1 set lengkap (warna sesuai keperluan kasus) 
- Pressure Indicator Paste 
- Bahan dan alat poles akrilik 
- Kertas artikulasi (2 warna) 
i) Lama perawatan 
6-8 kali kunjungan 
j) Faktor penyulit 
Xerostomia 
k) Prognosis 
Baik  
l) Keberhasilan perawatan 
- Memenuhi fungsi gigi tiruan 
- Pemulihan pengunyahan, bicara dan estetis 
- Tidak ada rasa sakit dan nyaman dipakai 
- Tidak merusak jaringan penyangga 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Lisan 
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
Pasien dengan gangguan kesehatan sistemik, pasien dengan 
sikap mental exacting mind, indifferent mind, tidak 
kooperatif, hiper-sensitif, pasien yang mudah risih, selalu 
mengeluh, tidak mudah menerima perubahan dan tidak 
komunikatif 
o) Tingkat pembuktian  
Grade A 
 
32. AKAR GIGI TERTINGGAL 
No. ICD 10 : K08.3 Retained dental root 
 
a) Definisi  
Sisa/ bagian akar yang ada / masih ada di dalam rongga 
mulut 
b) Patofisiologi  
- Gigi kehilangan mahkota, tinggal akar 
- Akar gigi tertinggal saat pencabutan 
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
- Tampak sisa/ bagian akar dalam rongga mulut 
- Gingivitis positif/ negative 
d) diagnosa  banding  
Tidak ada 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
23.11 surgical removal of residual root 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
- Pemeriksaan vitalitas 
- Anestesi lokal, lalu  infiltrasi 
- Sterilisasi daerah kerja 
- Ekstraksi 
- Observasi selama 3 bulan 
g) Pemeriksaan Penunjang 
Foto X-ray gigi periapikal bila diperlukan 
h) Peralatan dan bahan/obat 
- Dental unit lengkap, 
- Alat diagnostik standar 
- Alat dan bahan anestesi 
- Alat pencabutan 
i) Lama perawatan 
1 kali kunjungan 
j) Faktor penyulit 
- Anak tidak kooperatif 
- sesudah  observasi, bila tampak gejala maloklusi menetap, 
lanjukan dengan perawatan interseptif ortodontik 
k) Prognosis 
Baik  
l) Keberhasilan perawatan 
Bila akar/ sisa tidak ada lagi di rongga mulut 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Tertulis (dari orang tua untuk pasien anak) 
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
Kecemasan pasien 
o) Tingkat pembuktian  
Grade B 
 
 
33. KELAINAN FUNGSI SYSTEM STOMATOGNATIK AKIBAT 
KEHILANGAN SATU ATAU BEBERAPA GIGI ASLI 
No. ICD 10  : K08.4 Partial loss of teeth 
 
a) Definisi  
Gangguan fungsi sistem stomatognatik karena hilangnya 
satu atau beberapa gigi akibat ekstraksi, kecelakaan, 
penyakit periodontal, dan akibat lain. 
b) Patofisiologi 
Tidak ada 
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
- Gangguan fungsi pengunyahan 
- Gangguan fonetik (bicara) 
- Gangguan estetis 
d) diagnosa  banding  
Tidak ada 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
 99.97 fitting of dental appliance [denture] 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
- Anamnesis 
- Pemeriksaan intra oral dan ekstra oral 
- Pencetakan awal dan pembuatan model studi/diagnostik 
- Penentuan dimensi vertikal tentatif (pada kasus aklusi 
ada, tetapi tidak stabil) 
- Penentuan rencana perawatan 
- Pembuatan desain gigi tiruan 
- Perawatan pre-prostetik 
- Pencetakan akhir dan pembuatan model kerja 
- Pencobaan kerangka logam 
- Penentuan hubungan antar rahang 
- Penentuan warna dan ukuran gigi sesuai individu 
- Pemasangan model hubungan rahang di artikulator  
- Penyusunan model gigi individu  
- Pencobaan gigi tiruan (malam/wax) 
- Penyelesaian model gigi tiruan (dilanjutkan dengan 
prosesing laboratorium teknik gigi) 
- Penyelesaian gigi tiruan akrilik 
- Pemasangan gigi tiruan akrilik 
- Pemeriksaan pasca pemasangan dan penyesuaian 
- Penanggulangan permasalahan pasca pemasangan 
g) Pemeriksaan Penunjang 
Radiologi (foto dental dan atau foto panoramik) 
h) Peralatan dan bahan/obat 
- Dental unit lengkap, 
- Alat diagnostik standar 
- Skaler, alat dan bahan tambal, alat dan bahan ekstraksi 
- Set Sendok cetak untuk rahang bergigi dan tidak bergigi 
- Artikulator  
- Alat laboratorium prostodontia 
- Bahan cetak dan gips 
- Lilin model 
- Akrilik resin berpolimerisasi panas 
- Bahan dan alat poles akrilik 
- Kertas artikulasi 
- Pressure Indicator Paste 
i) Lama perawatan 
4 kali kunjungan 
j) Faktor penyulit 
Kelainan yang disertai gangguan sendi temporo mandibula  
k) Prognosis 
Baik  
l) Keberhasilan perawatan 
Memenuhi fungsi gigi tiruan (estetis dan mastikasi), tidak 
ada rasa sakit dan nyaman dipakai 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Lisan  
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
- Pasien dengan sikap mental exacting mind, indifferent 
mind, tidak kooperatif, pasien yang hiper-sensitif, pasien 
yang mudah risih, selalu mengeluh, tidak mudah 
menerima perubahan dan tidak komunikatif 
o) Tingkat pembuktian  
Grade A 
 
 
34. STOMATITIS AFTOSA REKUREN (SAR) 
No. ICD 10 : K12.00 Recurrent aphthous ulcer 
 
a) Definisi  
Kelainan yang dikarakteristikan dengan ulser rekuren yang 
terbatas pada mukosa mulut pada pasien tanpa tanda – 
tanda penyakit lainnya. Terjadi pada 20% populasi. 
b) Patofisiologi  
- Etiologi belum diketahui 
- Faktor predisposisi dapat berupa: genetik, defisiensi 
hematinik, abnormalitas imunologi, faktor lokal seperti 
trauma dan berhenti merokok, menstruasi, infeksi 
pernafasan atas, alergi makanan, anxietas, dan stres 
psikologi 
- Abnormalitas pada cascade sitokin mukosa menyebabkan 
respom imun yang dimediasi sel secara belebihan dan 
menyebabkan ulserasi terlokalisasi pada mukosa. 
- Berhubungan dengan HLas tertentu  yang berhubungan 
dengan penglepasan gen yang mengontrol sitokin 
proinflamasi Interleuken (IL)-1B dan IL-6 
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
- Ulser yang didahului gejala prodromal berupa rasa 
terbakar setempat pada 2 – 48 jam sebelum muncul ulser 
- Pada periode inisial, terbentuk area eritem. Dalam 
hitungan jam terbentuk papula putih, berulserasi, dan 
secara bertahap membesar dalam 48 – 72 jam 
- Ulser bulat, simetris dan dangkal 
1) Ulser Mayor : Diameter lebih dari 1.0 cm ; sembuh 
dalam beberapa minggu – bulan, sangat sakit ; 
mengganggu makan dan bicara ; meninggalkan 
jaringan parut 
 
 

2) Ulser Minor : Diameter 0.3 – 1.0 cm ; sembuh dalam 
10 – 14 hari ; sangat sakit ; dapat mengganggu makan 
dan bicara ; sembuh tanpa jaringan parut 
 
 
 
- Ulser Herpetiformis : Diameter 0.1-0.2 cm; melibatkan 
permukaan mukosa yang luas 
- Lokasi tersering : mukosa non keratin terutama mukosa 
bukal dan labial 
- Rekuren 
- Lokasi berpindah–pindah namun terbatas pada mukosa 
mulut 
d) diagnosa  banding  
- Viral stomatitis 
- Pemphigus 
- Pemphigoid 
- Lupus Eritematosus 
- Penyakit dermatologi 
- Karsinoma sel squamosa 
- Penyakit granulomatosa misalnya sarcoidosis dan penyakit 
Crohn 
- Kelainan darah 
- Infeksi HIV / AIDS 
- Ulkus Traumatik 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
89.31 Dental Examination 
24.99 Other (other dental operation) 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
- Hilangkan faktor predisposisi 
- Simptomatik: topikal steroid, anastetik topikal, antiseptik 
kumur,  
- Suportif: multivitamin, imunomodulator 
g) Pemeriksaan Penunjang 
- Pemeriksaan hematologi terutama serum iron, folat, 
vitamin B12 dan feritin), pemeriksaan penyaring dengan 
pemeriksaan darah perifer lengkap 
- Biopsi (diindikasikan hanya untuk membedakan dengan 
ulser granulomatosa atau pemphigus da pemphigoid 
h) Peralatan dan bahan/obat 
- Dental unit lengkap,  
- Alat diagnostik standar,  
- Bur untuk menghilangkan permukaan tajam  
- bahan antiseptik dan desinfektan,  
- Kasus ringan – sedang: Emolient pelindung seperti 
orabase, anastetik topical, Topikal steroid dengan 
potensiasi tinggi 
- Kasus berat : Sistemik steroid 
i) Lama perawatan 
- Kasus ringan – sedang : 10 – 14 hari 
- Kasus berat : beberapa minggu – beberapa bulan 
j) Faktor penyulit 
Lesi yang sangat sakit mengganggu intake sehingga 
membutuhkan hospitalisasi 
k) Prognosis 
Baik 
l) Keberhasilan perawatan 
- Frekuensi dan durasi kejadian ulser berkurang 
- Rasa sakit teratasi sehingga intake terjamin 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik 
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
- Pola diet pasien 
 
o) Tingkat pembuktian  
Grade B 
 
 
35. ULKUS TRAUMATIK 
No. ICD 10 : K12.04 Traumatic ulcer 
 
a) Definisi  
- Lesi ulkus pada mukosa/jaringan lunak mulut yang terjadi 
karenatrauma mekanis akibat obyek yang tajam dan keras 
misalnya, kawat ortodonti, basis gigi tiruan, sisa akar gigi, 
atau tergigit saat mengunyah, tertusuk sikat gigi atau duri 
ikan/tulang ayam dan lain-lain. 
- Dapat akut dan kronis 
b) Patofisiologi  
- Kontak/benturan dengan obyek keras pada 
mukosa/jaringan lunak mulut menyebabkan cedera dan 
lalu  terjadi reaksi radang akut, terdapat kerusakan 
pada epitel mukosa dan terbentuk ulkus.  
- Bila iritan berlangsung lama dan menetap maka reaksi 
radang akan berlangsung lama dan menjadi ulkus kronis. 
- sesudah  terjadi trauma, pada mukosa yang terkena akan 
timbul rasa tidak nyaman dalam periode 24-48 jam, diikuti 
dengan terbentuknya ulserasi.  
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
- Ulserasi dangkal berbentuk sesuai penyebab trauma, 
permukaan tertutup eksudat putih kekuningan, dikelilingi 
halo erythematous, tingkat nyeri bervariasi. 
- Tidak didahului oleh demam, dan tidak ada pembesaran 
kelenjar limfe regional.  
- Terdapat riwayat munculnya lesi karena kontak/benturan 
dengan obyek keras pada mukosa 
d) diagnosa  banding  
Karsinoma Sel Skuamosa, Stomatitis Aftosa Rekuren 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
89.31 Dental Examination 
24.99 Other (other dental operation) 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
- KIE (KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI) 
- Kausatif: Menghilangkan penyebab trauma (pencabutan 
sisa akar, penghalusan permukaan gigi/tumpatan tajam, 
melapisi bracket dengan wax, hilangkan kebiasaan buruk) 
- Simtomatik: antiseptik kumur atau anestetik topikal 
kumur (Klorheksidin glukonat 0.2 %, suspensi tetrasiklin 
2%, Benzocain borax gliserin) dapat ditambah emolien 
untuk menutup ulkus (orabase) 
- Supportif : multivitamin, diet lunak untuk anak 
g) Pemeriksaan Penunjang 
Jika dalam waktu 10-14 hari sesudah  penyebab dihilangkan, 
lesi tidak mengalami perbaikan, dipertimbangkan untuk 
biopsi. 
h) Peralatan dan bahan/obat 
- Dental unit lengkap, 
- Alat diagnostik standar,  
- Bahan antiseptik dan desinfektan 
- Kassa steril 
- Larutan antiseptik klorheksidin glukonat 0.2 % 
i) Lama perawatan 
Satu kali kunjungan dengan masa pemulihan bila penyebab 
trauma telah dieliminasi, sembuh dalam waktu 3-7 hari. 
Untuk ulkus trauma yang sudah kronis perlu waktu lebih 
lama, 2-3 minggu. 
j) Faktor penyulit 
- Kebiasaan buruk yang menetap 
- Bila ada penyakit sistemik atau pernah menggunakan obat 
yang tidak tepat misalnya policresulen 
k) Prognosis 
Baik  
l) Keberhasilan perawatan 
Lesi mengalami penyembuhan, keluhan subyektif berkurang. 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik 
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
Kesadaran dan pengetahuan pasien akan kebersihan gigi dan 
mulut 
o) Tingkat pembuktian  
Grade B 
 
 
36. Angular Cheilitis, Perleche 
No. ICD 10 : K13.01 Angular cheilitis 
 
a) Definisi  
Retakan atau belahan (Fisura) yang terletak pada bibir di 
area sudut mulut, seringkali dikelilingi oleh area kemerahan. 
b) Patofisiologi  
- Penyebab: Defisiensi B2, Defisiensi Zat Besi, Kehilangan 
Dimensi Vertikal, Kondisi Atopi, Trauma, Usia tua, 
Diabetes Mellitus, Medikasi yang menyebabkan kulit 
kering dan atau Xerostomia 
- Adanya satu atau berbagai faktor etiologi, menyebabkan 
maserasi pada area sudut mulut dan mengawali 
terjadinya kehilangan integritas epitel dan menjadikannya 
lingkungan yang ideal untuk infeksi oportunistik, seperti 
jamur dan atau bakteri. 
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
Terdapat retakan atau belahan pada bibir di area sudut 
mulut dapat dikelilingi oleh area kemerahan atau disertai 
depigmentasi. 
d) diagnosa  banding  
Herpes labialis 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
89.31 Dental Examination 
24.99 Other (other dental operation) 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
- KIE (KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI) 
- Hilangkan faktor etiologi/predisposisi: Perbaikan gigi 
tiruan, perawatan mulut kering, koreksi defisiensi nutrisi 
- Medikasi: Krim pelembab bibir seperti vaselin atau 
petrolatum 
- Suportif: multivitamin 
g) Pemeriksaan Penunjang 
Swab dari lesi untuk pemeriksaan mikologi langsung dan 
biakan bila ada kecurigaan  infeksi candida 
h) Peralatan dan bahan/obat 
- Dental unit lengkap, 
- Alat diagnostik standar,  
- bahan antiseptik dan desinfektan,  
- Vaselin atau petrolatum 
- Antiseptik kumur klorheksidin glukonat 0.2% 
i) Lama perawatan 
7 – 14 hari 
j) Faktor penyulit 
Bila faktor etiologi tidak teratasi dan terjadi infeksi sekunder, 
lesi sulit teratasi 
k) Prognosis 
Baik  
l) Keberhasilan perawatan 
Fisure sembuh, integritas epitel kembali normal 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik 
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
Kesadaran dan prioritas pasien akan penyakit yang di 
deritanya 
o) Tingkat pembuktian  
Grade B 
 
 
37. ERITEMA MULTIFORMIS 
No. ICD 10 : L51.0 Erythema multiforme 
 
a) Definisi  
- Suatu penyakit peradangan akut pada kulit dan membran 
mukosa yang menyebabkan lesi dengan bentuk bervariasi 
(multiformis), dengan lesi oral khas berupa vesikel dan 
bula yang mudah pecah dan berdarah, merupakan self 
limiting disease 
b) Patofisiologi   
- Penyakit yang diperantarai sistem imun yang dapat diawali 
baik oleh deposisi kompleks imun pada pembuluh darah 
mikro di kulit dan mukosa, ataupun oleh imunitas seluler 
- Faktor predisposisi: reaktivasi HSV dan alergi obat 
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
- Umumnya terjadi pada anak-anak dan dewasa muda 
- Intra oral: bula berdasar merah, yang mudah pecah 
membentuk ulser ireguler, dalam, dan mudah berdarah. 
 
 
Close-up of vesicles on the lips. Some of the vesicles have 
ruptured. 
 
 
Note the ulcers on the right buccal mucosa. 
 
 
Ulcers on the gingiva and lower labial mucosa. 
 
- Lesi khas: lesi target atau iris pada kulit berupa area pucat 
yang dikelilingi oleh edema dan pita eritematous. 
 
 
Erythema multiforme: "Target lesions" on the hands 
d) diagnosa  banding  
- Lesi bibir: Herpes Labialis 
- Lesi intra oral: Mucous Membran Pemphigoid 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
89.31 Dental Examination 
24.99 Other (other dental operation) 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
- KIE (Komunikasi, Informasi Dan Edukasi) 
- Kausatif: kortikosteroid topikal  
- Simtomatik: Antiseptik kumur untuk mencegah infeksi 
sekunder, anestetik topical 
- Rujuk kepada dokter yang kompeten 
g) Pemeriksaan Penunjang 
Pada umumnya tidak diperlukan, diagnosa  ditegakkan 
berdasarkan penampilan klinis dan riwayat penyakit yang 
akut. 
h) Peralatan dan bahan/obat 
- Dental unit lengkap, 
- Unit gigi lengkap,  
- Alat diagnostik standar,  
- Kassa steril 
- Antiseptik kumur, anastetik topical 
i) Faktor penyulit 
Tidak Ada 
j) Prognosis 
Baik  
k) Keberhasilan perawatan 
Lesi sembuh, keluhan subyektif hilang 
l) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik 
m) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
Kesadaran dan prioritas pasien akan penyakit yang di 
deritanya 
n) Tingkat pembuktian  
Grade B 
 
 
38. NYERI OROFASIAL   
No. ICD 10 : R51 Facial pain no otherwise specified  
 
a) Definisi  
Nyeri daerah orofasial yaitu  nyeri yang disebabkan oleh 
penyakit inflamasi yang berasal dari pulpa atau struktur 
penyangga gigi. 
 
b) Patofisiologi   
Timbulnya rasa nyeri disebabkan rangsangan atau lepasnya 
mediator radang yang merangsang nociceptor ujung saraf aferen 
nervus trigeminus, dalam hal ini serat C yang tidak bermyelin 
dan A-delta bermyelin. 
 
 
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
Nyeri yang tajam timbul dari gigi atau dari nondental. Nyeri 
timbul akibat perubahan oleh inflamasi, inflamasi pulpa dan 
jaringan periradikuler. Dilakukan anamnesa, klinis, visual dan 
vitalitas. 
 
d) diagnosa  banding  
Nyeri psikogenik dan kronis, nyeri dari tempat lain seperti nyeri 
dari otot pengunyah, nyeri orofasial atipikal 
 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
89.31 Dental examination 
24.9  other dental operation 
 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
- Anamnesa pada pasien tentang keluhan nyeri gigi untuk 
mendapatkan diagnose yang tepat sehingga dapat 
menentukan rencana terapi yang benar.  
- Jika pulpitis reversible: menghilangkan penyebabnya dan 
dilakukan restorasi. 
- Jika pulpitis ireversibel: pulpektomi. 
- Jika tidak ditemukan kelainan pada gigi maka dilakukan 
rujukan ke dokter spesialis. 
 
g) Pemeriksaan Penunjang 
Foto X-ray panoramik bila diperlukan 
 
h) Peralatan dan bahan/obat 
- Dental unit lengkap, 
- alat diagnostik standar,  
- alat dan bahan perawatan endo-restorasi lengkap 
 
 
i) Lama perawatan 
2-3 kali kunjungan 
 
j) Faktor penyulit 
Jika tidak ditemukan kelainan pada gigi maka dilakukan 
rujukan ke SpBM. 
 
k) Prognosis 
Baik bila pada kelainan pada gigi geligi, namun bila sumber 
nyeri tidak diketahui maka prognosis menjadi buruk 
 
l) Keberhasilan perawatan 
Nyeri hilang sesudah  tindakan endodontik dan konsul ke dokter 
spesialis syaraf jika rasa nyeri tidak diketahui sumbernya 
 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Lisan  
 
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
Komunikasi pasien untuk memberitahukan penerimaan 
ambang rasa sakit yang tidak dipengaruhi kecemasan. 
 
o) Tingkat pembuktian 
Grade B 
 
p) Referensi  
Edi Hartini, Sundoro, 2005, Serba – serbi Ilmu Konservasi Gigi, 
UI-Press, 2007 
39. FRAKTUR MAHKOTA GIGI YANG TIDAK MERUSAK PULPA 
No. ICD 10 : S02.51 Fracture of enamel of tooth only 
S02.51 Fracture of crown of tooth without 
pulpal involvement 
 
a) Definisi  
- Gigi fraktur mahkota yang tidak merusak pulpa. 
- Tidak ada gejala atau rasa sakit pulpa belum terbuka 
b) Patofisiologi  
Klasifikasi menurut Ellis (Finn): 
- Kelas I  : Fraktur yang hanya mengenai email atau hanya 
melibatkan sedikit dentin 
- Kelas II  : Fraktur mengenai dentin tetapi pulpa belum 
terbuka 
c) Gejala klinis dan pemeriksaan 
- Tidak sakit 
- Kadang-kadang sakit 
- Sakit dan pendarahan pada pemeriksaan 
- Sondase, tekanan, perkusi 
d) diagnosa  banding  
 Tidak ada 
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM 
23.2 Restoration of tooth by filling; 
23.49 other dental restoration 
23.3 Restoration of tooth by inlay 
23.42Application of crown 
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi 
- Bersihkan kalkulus dan stain pada sub dan supra gingiva 
- Hilangkan jaringan karies dan email yang tidak didukung 
dentin 
- Lihat prosedur karies email/dentin 
- Fraktur email/ dentin pada gigi sulung diberi: basis kalsium 
hidroksida 
g) Pemeriksaan Penunjang 
Foto X-ray gigi periapikal bila diperlukan 
h) Peralatan dan bahan/obat 
- Dental unit lengkap, 
- Alat pemeriksaan standar,  
- Bor untuk preparasi,  
- Bahan tumpat tergantung letak dan macam giginya (resin 
komposit, GIC, inlay/onlay). 
i) Lama perawatan 
1-2 kali kunjungan (tergantung keparahan) 
j) Faktor penyulit 
- Jaringan pendukung gigi terkoyak dan telah terjadi intrusi 
dari elemen gigi akibat benturan 
- Hipersalivasi, Pasien dengan kebiasaan bruxism, relasi 
oklusi deep bite,Pasien tidak kooperatif 
k) Prognosis 
- Baik   
- Kontrol periodik 3-6 bulan 
l) Keberhasilan perawatan 
Gigi utuh kembali dan baik 
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran 
Lisan  
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan 
Pasien tidak mengalami kecemasan yang berlebihan dan dapat 
bekerjasama untuk mendukung perawatan dapat di 
aplikasikan dengan sempurna. 
o) Tingkat pembuktian  
Grade B 
 

Related Posts:

  • gigi 2 dalam, fraktur mahkota oleh karena trauma. c) Gejala klinis dan pemeriksaan Asimptomatik, jika ada rasa nyeri biasanya oleh karena adanya rangsangan (tidak spontan), rasa nye… Read More