Kamis, 04 Mei 2023

kejang demam



Beberapa usaha 
yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak 
terkait tujuan tersebut salah satunya adalah program seribu hari pertama 
kehidupan. Seribu hari pertama kehidupan adalah periode emas untuk 
tercapainya tumbuh kembang yang optimal. Apabila terjadi gangguan pada 
masa ini dapat memberikan dampak jangka panjang dan mempengaruhi 
kualitas anak dimasa mendatang.
Salah satu gangguan yang dapat terjadi adalah kejang yang disertai 
demam. Kejang demam merupakan kelainan neurologik yang paling 
sering dijumpai dan terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan hingga 5 
tahun. Kejang demam perlu segera diatasi dengan tepat dan cepat. Tata 
laksana kejang demam saat ini mengalami beberapa perubahan sehingga 
rekomendasi ini merupakan pembaharuan dari rekomendasi yang telah 
dibuat sebelumnya.
Semoga rekomendasi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh teman 
sejawat dokter spesialis anak maupun dokter umum untuk pengembangan 
ilmu dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak Indonesia agar 

Kejang demam merupakan kasus  tersering di bidang neurologi anak. Kejang 
selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orangtua, apalagi jika 
kejang tersebut baru pertama kali dialami seorang anak.  Sebagai dokter kita 
wajib mengatasi kejang dengan cepat dan tepat.
Penanganan kejang demam  sampai saat ini selalu berubah sesuai 
dengan bukti-bukti ilmiah terbaru. Perubahan  terutama mengenai indikasi 
pungsi lumbal dan tatalaksana yaitu perlu tidaknya pemberian obat untuk 
profilaksis intermiten maupun jangka panjang.
Perubahan tidak semata-mata mengikuti literatur, tetapi disesuaikan 
dengan kondisi di Indonesia sesuai kesepakatan para ahli saraf anak.
Pedoman praktis penanganan kejang demam ini ditujukan bagi seluruh 
teman sejawat, dokter umum, dokter spesialis anak dll, sehingga diharapkan 
terdapat suatu keseragaman mengenai tatalaksana kejang demam dan 
penanggulangan kejang.
Rekomendasi ini merupakan revisi dari rekomendasi sebelumnya, 
agar isi rekomendasi ini sesuai dengan evidence based yang ada saat ini. 
Tentunya perbaikan akan kami lakukan bila di masa mendatang terjadi 
perubahan literatur.

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 
bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 
380C, dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan 
oleh proses intrakranial. 
1. Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karena gangguan 
elektrolit atau metabolik lainnya.
2. Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak disebut 
sebagai kejang demam.
3. Anak berumur antara 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang 
demam, namun jarang sekali.
 National Institute of Health (1980) menggunakan batasan lebih dari 
3 bulan, sedangkan Nelson dan Ellenberg (1978), serta ILAE (1993) 
menggunakan batasan usia lebih dari 1 bulan. Bila anak berumur 
kurang dari 6 bulan mengalami kejang didahului demam, pikirkan 
kemungkinan lain, terutama infeksi susunan saraf pusat.
4. Bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam rekomendasi 
ini melainkan termasuk dalam kejang neonatus

Epidemiologi 
Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.
Klasifikasi
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
1. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit), bentuk 
kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam waktu 24 
jam. 
Keterangan:
1. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang 
demam
2. Sebagian besar kejang demam sederhana berlangsung kurang dari 5 
menit dan berhenti sendiri.
2.  Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut:
1. Kejang lama (>15 menit)
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang 
parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.
Keterangan:
1. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau 
kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak 
tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam. 
2. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang 
didahului kejang parsial. 
3. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, dan di 
antara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 
16% anak yang mengalami kejang demam.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, 
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab 
demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan atas indikasi 
misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah (level of evidence 2, derajat 
rekomendasi B).
Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau 
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Berdasarkan bukti-bukti terbaru, 
saat ini pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin pada 
anak berusia <12 bulan yang mengalami kejang demam sederhana dengan 
keadaan umum baik.
Indikasi pungsi lumbal (level of evidence 2, derajat rekomendasi B):
1. Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
2. Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan 
pemeriksaan klinis
3. Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang 
sebelumnya telah mendapat antibiotik dan pemberian antibiotik 
tersebut dapat mengaburkan tanda dan gejala meningitis.

Elektroensefalografi (EEG)
Indikasi pemeriksaan EEG:
• Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk kejang demam, KECUALI 
apabila bangkitan bersifat fokal.
Keterangan:
EEG hanya dilakukan pada kejang fokal untuk menentukan adanya fokus 
kejang di otak yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut.

Pencitraan
Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala) tidak rutin dilakukan 
pada anak dengan kejang demam sederhana (level of evidence 2, derajat 
rekomendasi B). Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat indikasi, 
seperti kelainan neurologis fokal yang menetap, misalnya hemiparesis atau 
paresis nervus kranialis.

Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam6
Prognosis
Kecacatan atau kelainan neurologis
Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian kecacatan 
sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan 
mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya 
normal. Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang 
berulang, baik umum maupun fokal. Suatu studi melaporkan terdapat 
gangguan recognition memory pada anak yang mengalami kejang lama. Hal 
tersebut menegaskan pentingnya terminasi kejang demam yang berpotensi 
menjadi kejang lama.
Kemungkinan berulangnya kejang demam 
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko 
berulangnya kejang demam adalah:
1. Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius saat kejang
4. Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya 
kejang. 
5. Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.
Bila seluruh faktor tersebut di atas ada, kemungkinan berulangnya 
kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut 
kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan 
berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.
Faktor risiko terjadinya epilepsi
Faktor risiko menjadi epilepsi di kemudian hari adalah: 
1. Terdapat kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum 
kejang demam pertama
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung
4. Kejang demam sederhana yang berulang 4 episode atau lebih dalam 
satu tahun.
Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian 
epilepsi sampai 4-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut akan 
meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10-49%. Kemungkinan 
menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumatan pada 
kejang demam.
Kematian
Kematian langsung karena kejang demam tidak pernah dilaporkan. Angka 
kematian pada kelompok anak yang mengalami kejang demam sederhana 
dengan perkembangan normal dilaporkan sama dengan populasi umum. 
National Institute of Health. Febrile seizure: Consensus development conference statement 
summary.
Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam8
Tata laksana saat kejang  
Pada umumnya kejang berlangsung singkat (rerata 4 menit) dan pada 
waktu pasien datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang 
dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang 
adalah diazepam intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg 
perlahan-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, 
dengan dosis maksimal 10 mg. Secara umum, penatalaksanaan kejang akut 
mengikuti algoritma kejang pada umumnya. 
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua di rumah 
(prehospital)adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 
mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang 
dari 12 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg. 

Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat 
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. 
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan 
ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena.
Jika kejang masih berlanjut, lihat algoritme tatalaksana status 
epileptikus. 
Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari 
indikasi terapi antikonvulsan profilaksis.
9
Pemberian obat pada saat demam
Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko 
terjadinya kejang demam (level of evidence 1, derajat rekomendasi A). 
Meskipun demikian,  dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa 
antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 
10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 
3-4 kali sehari. 

Antikonvulsan
Pemberian obat antikonvulsan intermiten
Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah obat 
antikonvulsan yang diberikan hanya pada saat demam.
Profilaksis intermiten diberikan pada kejang demam dengan salah satu 
faktor risiko di bawah ini:
• Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral 
• Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
• Usia <6 bulan
• Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
• Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh 
meningkat dengan cepat.

Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral 
atau rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg 
untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum 
diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam 
pertama demam. Perlu diinformasikan pada orangtua bahwa dosis tersebut 
cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi.

Pemberian obat antikonvulsan rumat
Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan 
penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, 
maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam 
jangka pendek (level of evidence 3, derajat rekomendasi D). 
Indikasi pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, 
misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.

Keterangan:
• Kelainan neurologis tidak nyata, misalnya keterlambatan 
perkembangan, BUKAN merupakan indikasi pengobatan rumat.
• Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak 
mempunyai fokus organik yang bersifat fokal.

• Pada anak dengan kelainan neurologis berat dapat diberikan edukasi 
untuk pemberian terapi profilaksis intermiten terlebih dahulu, jika 
tidak berhasil/orangtua khawatir dapat diberikan terapi antikonvulsan 
rumat
Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam 
menurunkan risiko berulangnya kejang (level of evidence 1, derajat 
rekomendasi B).

Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan 
perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini 
adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur 
kurang dari 2 tahun, asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi 
hati. Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan 
fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis. 
American Academy of Pediatrics. Committee on Drugs. l
Lama pengobatan rumat
Pengobatan diberikan selama 1 tahun, penghentian pengobatan rumat 
untuk kejang demam tidak membutuhkan tapering off, namun dilakukan 
pada saat anak tidak sedang demam.


Edukasi pada orangtua
Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi setiap orangtua. Pada 
saat kejang, sebagian besar orangtua beranggapan bahwa anaknya akan 
meninggal. Kecemasan tersebut harus dikurangi dengan cara diantaranya:
1. Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumya mempunyai 
prognosis baik.
2. Memberitahukan cara penanganan kejang.
3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
4. Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang 
memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek samping obat.

Beberapa hal yang harus dikerjakan 
bila anak kejang
1. Tetap tenang dan tidak panik.
2. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
3. Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah, 
bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
4. Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya sangat kecil) 
lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
5. Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang.
6. Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang.
7. Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung lebih dari 5 
menit. Jangan berikan bila kejang telah berhenti. Diazepam rektal 
hanya boleh diberikan satu kali oleh orangtua.
8. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau 
lebih, suhu tubuh lebih dari 40 derajat Celsius, kejang tidak berhenti 
dengan diazepam rektal, kejang fokal, setelah kejang anak tidak sadar, 
atau terdapat kelumpuhan.

Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam
Vaksinasi
Sampai saat ini tidak ada kontraindikasi untuk melakukan vaksinasi pada 
anak dengan riwayat kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi 
sangat jarang. Suatu studi kohort menunjukkan bahwa risiko relatif kejang 
demam terkait vaksin (vaccine-associated febrile seizure) dibandingkan dengan 
kejang demam tidak terkait vaksin (non vaccine-associated febrile seizure) 
adalah 1,6 (IK95% 1,27 sampai 2,11). Angka kejadian kejang demam 
pascavaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi, 
sedangkan setelah vaksin MMR adalah 25-34 kasus per 100.000 anak. 
Pada keadaan tersebut, dianjurkan pemberian diazepam intermiten dan 
parasetamol profilaksis.


Rekomendasi dinilai menggunakan metode Strength of Recommendation 
Taxonomy (SORT) dari American Academy of Family Physicians (Tabel 2)
Tabel 2. Rekomendasi menurut Strength of Recommendation Taxonomy
Rekomendasi Definisi
A Rekomendasi atas dasar bukti berorientasi pasien yang konsisten 
dan berkualitas*
B Rekomendasi atas dasar bukti berorientasi pasien yang kurang kon-
sisten dengan kualitas terbatas*
C Rekomendasi atas dasar Rekomendasi, kelaziman dalam praktik, 
pendapat ahli, bukti berorientasi penyakit,* atau seri kasus untuk 
studi mengenai diagnosis, terapi, pencegahan, atau skrining.
Konsistensi antarstudi
Konsisten Sebagian besar studi mendapatkan simpulan yang serupa atau 
setidaknya koheren (koheren berarti perbedaan dapat dijelaskan)
atau
Jika ada telaah sistematis atau meta-analisis berkualitas tinggi dan 
mutakhir, studi-studi tersebut mendukung rekomendasi
Inkonsisten Variasi bermakna antarstudi dan kurangnya koherensi
atau
Jika ada telaah sistematis atau meta-analisis berkualitas tinggi dan 
mutakhir, studi-studi tersebut tidak menemukan bukti konsisten 
yang menyokong rekomendasi

Related Posts:

  • kejang demam Beberapa usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak terkait tujuan tersebut salah satunya adalah program seribu hari pertama kehidupan. Seribu h… Read More