Sabtu, 30 November 2024

gangguan kepribadian



 Komponen utama pembentuk soft computing

adalah sistem fuzzy (fuzzy system), jaringan syaraf

(neural network), algoritma evolusioner (evolutionary

algorithm), dan penalaran dengan probabilitas

(probabilistic reasoning). Salah satu metode yang akan

digunakan dalam melakukan diagnosa awal pada

penderita penyakit jiwa adalah metode Fuzzy Mamdani.

Metode Mamdani menggukan aturan IF-THEN dalam

representasi kasus yang digunakan ke dalam himpunan

fuzzy.Melalui metode ini, komputer difungsikan sebagai

alat untuk mendiagnosa.Berdasarkan penelitian yang

sudah pernah dilakukan, penelitian ini bertujuan

membangun suatu sistem yang berfungsi sebagai alat

bantu pskiater dalam mendiagnosa penyakit jiwa

berdasarkan gejala yang di-input ke dalam sistem

menggunakan fuzzy Mamdani. Dari hasil

pengelompokan nilai derajat keanggotaan dari 21

sampel pasien, terdapat 9 pasien yang mengalami

gangguan jiwa ringan, 8 pasien yang mengalami

gangguan jiwa sedang dan 3 pasien yang mengalami

gangguan jiwa berat.

Kesehatan merupakan hal yang begitu penting bagi

manusia.Ironisnya banyak sekali penyakit yang pada

akhirnya terlambat didiagnosa sehingga mencapai tahap

kronis yang membuatnya sulit untuk ditangani, belum

lagi kesalahan diagnosis yang dilakukan oleh para dokter

atau tenaga medis yang mengakibatkan kesalahan

penanganan awal pada pasien. Padahal setiap penyakit

sebelum mencapai tahap kronis/stadium tinggi umumnya

menunjukkan gejala-gejala dini penyakit yang telah

diderita oleh pasien tetapi masih dalam tahap ringan.

Untuk penderita gangguan jiwa tahap awal bisa

diketahui dengan sakit kepala, gelisah, sering

berhalusinasi dan merasa tidak nyaman dengan keadaan

sekitar [1]. Perkembangan sistem informasi yang begitu pesat kini

telah merambah ke berbagai sektor termasuk kesehatan.

Meskipun dunia kesehatan (medis) merupakan bidang

yang bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi

teknologi informasi di Indonesia sendiri masih relatif

tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial

secara elektronik sudah menjadi salah satu prosedur

standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah

sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan

pengembangan billing system. Meskipun rumah sakit

dikenal sebagai organisasi yang padat modal-padat

karya, tetapi investasi teknologi informasi masih

merupakan bagian kecil [1] .

Sampai saat ini, psikiater kadang mengalami kesulitan

dalam menentukan apakah seorang pasien itu menderita

kelainan jiwa atau tidak. Hal yang dapat mereka lakukan

adalah dengan mendiagnosa secara manual, namun

sering mengalami kesulitan ataupun kesalahan yang

berdampak fatal yaitu terjadinya kesalahan penanganan

pada pasien. Ini disebabkan karena adanya keraguan

bahkan nilai ketidak pastian dalam memutuskan jenis

diagnosa yang akan diambil. Berdasarkan hal tersebut,

maka diperlukan alat bantu berbasis komputerisasi

berupa fizzy logic yang dirancang dalam suatu program

computer untuk menentukan nilai ketidak pastian

tersebut.

Dengan berkembangnya teknologi ilmu komputer, saat

ini telah tercipta beberapa teknik pendekatan dalam

menyelesaikan suatu masalah yang disebut soft

computing. Soft Computing merupakan bagian dari

sistem cerdas yang yaitu suatu model pendekatan untuk

melakukan komputasi dengan meniru akal manusia dan

memiliki kemampuan untuk menalar dan belajar pada

lingkungan yang penuh dengan ketidakpastian dan

ketidaktepatan [2] dalam [3]. Komponen utama

pembentuk soft computing adalah sistem fuzzy (fuzzy

system), jaringan syaraf (neural network), algoritma

evolusioner (evolutionary algorithm), dan penalaran

dengan probabilitas (probabilistic reasoning)[3]. Salah satu metode yang akan digunakan dalam

melakukan diagnosis awal pada penderita penyakit jiwa

adalah metode Mamdani yang merupakan salah satu

metode system inferensi fuzzy.Metode Mamdani

menggukan aturan IF-THEN dalam representasi kasus

yang digunakan ke dalam himpunan fuzzy. Dengan

metode ini komputer difungsikan sebagai alat untuk

mendiagnosis[3]

Metode Mamdani [1]sering dikenal dengan nama metode

Max-Min. metode ini diperkenalkan oleh Ebrahim

Mamdani pada tahun 1975. Metode ini menggunakan

empat tahapan untuk mendapatkan output, yaitu:

1. Pembentukan Himpunan fuzzy. 2. Aplikasi fungsi implikasi (aturan).

3. Komposisi aturan.

4. Penegasan (defuzzy).

Penelitian serupa telah banyak dilakukan sebelumnya

tetapi dengan penerapan pada kasus yang berbeda.

Apriansyah Putra, “Penentuan Penerima Beasiswa

Dengan Menggunakan Fuzzy Madm[4], menggunakan

metode mamdani dan berhasil membuktikan bahwa

penerapan metode ini dapat menentukan penerima

beasiswa dengan akurasi perhitungan yang cukup baik.

Dalam penelitian ini, akan dibangun suatu sistem yang

berfungsi sebagai alat bantu pskiater dalam mendiagnosa

penyakit jiwa berdasarkan data input berupa gejala

kelainan jiwa dengan menggunakan fuzzylogic metode

Mamdani. Penelitian ini diharapkan member manfaat

untuk:

1. Mengetahui kondisi mental pasien penyakit jiwa

secara dini.

2. Dapat dijadikan alat bantu untuk pskiater dalam

mendiagnosa.

3. Dengan mengetahui kondisi pasien secara akurat,

diharapkan psikiater dapat melakukan tindakan

lanjut sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasien

sehingga dapat mencegah terjadinya mall-praktek.

1.1 Penyakit Jiwa

Gangguan mental atau penyakit jiwa adalah pola

psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait

dengan stres atau kelainan mental yang tidak dianggap

sebagai bagian dari perkembangan normal

manusia.Gangguan tersebut didefinisikan sebagai

kombinasi perilaku, komponen kognitif atau persepsi,

yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah

otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial

manusia.

Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan

mental telah berubah sepanjang perubahan waktu dan

perubahan budaya, bahkan saat ini masih terdapat

perbedaan tentang definisi, penilaian dan klasifikasi,

meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan

secara luas. Namun lebih dari sepertiga orang di

sebagian negara melaporkan masalah dalam hidup

mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa

tipe umum dari kelainan mental [5]. Penyebab gangguan mental bervariasi dan pada beberapa

kasus tidak jelas, dan teori terkadang menemukan

penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup

lapangan. Layanan untk penyakit ini terpusat di Rumah

Sakit Jiwa atau di masyarakat sosial, dan penilaian

diberikan oleh psikiater, psikolog klinik, dan terkadang

psikolog pekerja sukarela, menggunakan beberapa

variasi metode tetapi sering bergantung pada observasi

dan tanya jawab [6]. Perawatan klinik disediakan oleh

banyak profesi kesehatan mental.Psikoterapi dan

pengobatan psikiatrik merupakan dua opsi pengobatan

umum, seperti juga intervensi sosial, dukungan

lingkungan, dan pertolongan diri.Pada beberapa kasus

terjadi penahanan paksa atau pengobatan paksa dimana

hukum membolehkan. Stigma atau diskriminasi dapat

menambah beban dan kecacatan yang berasosiasi dengan

kelainan mental (atau terdiagnosa kelainan mental atau

dinilai memiliki kelainian mental), yang akan mengarah

ke berbagai gerakan sosial dalam rangka untuk

meningkatkan pemahanan dan mencegah pengucilan

social.

Faktor jiwa dapat dikelompokkan menjadi dua macam,

yaitu Kusula: berari sehat dan Akusula: tidak sehat [7]. Penilaian faktor jiwa itu sehat atau tidak sehat, dicapai

secara empiris, berdasakan pengalaman kolektif dari

pasien yang pernah menjalankan tes kepribadian.

Tabel di bawah ini menunjukkan taksiran kasar jumlah

penderita beberapa jenis gangguan jiwa yang ada dalam

satutahun (2012) di Indonesia dengan penduduk 130 juta

orang.

Tabel 1: Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Di Indonesia

Tahun 2012 [8]

Jenis Penyakit Jumlah Penderita

Psikosa fungsional 520.000 Pasien

Sindroma otak organik akut 65.000 Pasien

Sindroma otak menahun 130.000 Pasien

Retradasi mental 2.600.000 Pasien

Nerosa 6.500.000 Pasien

Psikosomatik 6.500.000 Pasien

Gangguan kepribadian 1.300.000 Pasien

Ketergantungan obat 1.000 Pasien

Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu

terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab

utamanya mungkin di badan (somatogenik),

dilingkungan sosial (sosiogenik) ataupunpsikogenik. Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan

tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai

unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan

terjadi bersamaan, menimbulkan gangguan badan

ataupun jiwa. Contohnya seorang dengan depresi,

karena kurang makan dan tidur daya tahan badaniah

seorang berkurang sehingga mengalami keradangan

tenggorokan atau seorang dengan mania mendapat

kecelakaan, sebaliknya seorang dengan penyakit

badaniah umpamanya peradangan yang melemahkan,

maka daya tahan psikologisnya pun menurun sehingga

ia mungkin mengalami depresi. Sudah lama diketahui

juga, bahwa penyakit pada otak sering mengakibatkan

gangguan jiwa. Contoh lain ialah seorang anak yang

mengalami gangguan otak (karena kelahiran,

keradangan dan sebagainya) kemudian

menjadihiperkinetik dan sukar diasuh. Ia

mempengaruhi lingkungannya, terutama orang tua dan

anggota lain serumah. Mereka ini bereaksi

terhadapnya dan mereka saling mempengaruhi.

1.1.1 Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan mental yang

mempengaruhi sekitar 1% orang berusia di atas 18

tahun semua di seluruh dunia.Gangguan ini

menyebabkan beberapa gangguan dalam domain

kognitif seperti perhatian, memori, fungsi eksekutif dan

bahasa.Skizofrenia juga berhubungan dengan gejala

seperti halusinasi pendengaran, delusi dan emosional

disregulasi.Gabungan, gangguan kognitif dan gejala

gangguan tersebut berdampak signifikan pada hidup

pasien.[9] Sampai saat ini, diagnosis skizofrenia hanya

didasarkan pada pengamatan klinis dan laporkan

pengalaman pasien sendiri. Diagnosis skizofrenia masih

belum jelas karena tidak ada tanda-tanda biologis untuk

memvalidasi diagnosis klinis.[10]

Skizofrenia merupakan sebuah sindroma kompleks

yang dapat menimbulkan efek merusak pada kehidupan

penderita. Kesembuhan total dari skizofrenia jarang

terjadi karena adanya berbagai macam kombinasi gejala

seperti halusinasi, delusi, emosi dan gangguan bicara.

Menjelang akhir abad ke-19, seorang psikiater jerman

Emil Kraepelin mengemukakan tentang apa yang

dewasa ini masih tetap dianggap sebagai deskripsi dan

katagorisisasi skizofrenia. Pertama menggabungkan

beberapa gejala penyakit jiwa yang biasanya dianggap

merefleksikan gangguan-gangguan yang terpisah dan

berbeda, yaitu catatonia yang merupakan selang-seling

antara imobilitas dan agitasi yang riuh, hebepherenia (

emosionalitas yang dungu dan tidak matang), dan

paranoia (delusi) [11]. Tidak mudah untuk menyatakan seseorang menderita

skizofren, penilaian pertama dilakukan dengan

memperhatikan perilaku cara berfikir atau emosi

tertentu dari masing-masing gangguan. Depresi

senantiasa meilbatkan perasaan sedih, dan gangguan

panic selalu disertai oleh adanya perasaan cemas yang

intens tapi hal ini tidak tampak pada penderita

skizofren. Skizofren terdiri atas sejumlah perilaku atau

gejala yang tidak selalu dijumpain pada semua orang

yang didiagnosis dengan gangguan ini.Sebelum

mendeskrisikan tentang gejala-gejalanya hal pertama

yang dilakukan adalah mencermati ciri-ciri spesifik

pada penderita skizofren, para medis kesehatan jiwa

biasanya membedakan antara gejala-gejala positif dan

gejala-gejala negatif dari skizofren.Belum ada

kesepakatan universal tentang gejala-gejala mana yang

seharusnya masuk kedalam katagori skizofren.Gejala

positif secara umum meliputi manifestasi yang lebih

efektif dari perilaku abnormal termasuk delusi dan

halusinasi.Gejala negatif melibatkan defisit dalam

perilaku abnormal[12].

Fitur-fitur diagnosis awal skizofrenia meliputi (dengan

derajat yang berbeda, tergantung subtipenya)[12]. 1. Delusi

2. Halusinasi

3. Pembicaraan yang terdisorganisasi.

4. Perilaku katatonik atau sangan terdisorganisasi.

5. Gejala-gejala negatife seperti pendataran afeksi,

alogia, atau avolisi.

6. Disfungsi social dan okupasional.

7. Tidak memedulikan perawatan diri.

8. Persisten selama minimal 6 bulan.

1.1.2 Faktor Penyebab Skizofrenia

Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etilogi)

yang pasti mengapa seseorang menderita skizofrenia,

padahal orang lain tidak. Ternyata daripenelitian- penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan

faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut

penelitian terdahulu antara lain [13]:

1. Faktor genetik.

2. Virus.

3. Auto antibody. 4. Malnutrisi. Dari penelitian diperoleh gambaran peran

genetic pada penderita skizofreniasebagai berikut

[9][10]:

(1) Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang

tua 5,6%, saudara kandung 10,1%; anak-anak

12,8%; dan penduduk secara keseluruhan 0,9%. [9]

[10].

(2) Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan

pada kembar identik 59,20%; sedangkan kembar

fraternal 15,2%. [9] [10].

Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada

perkembangan otak janin juga mempunyai peran bagi

timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari.

Gangguan ini muncul, misalnya, karena kekurangan

gizi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal.

Penelitianyang telah dilakukan menyebutkan bahwa

meskipuna ada gen yang abnormal, skizofrenia tidak

akan muncul kecuali disertai faktor-faktor lainnya yang

disebut epigenetik faktor. Kesimpulannya adalah bahwa

skizofrenia muncul bila terjadi interaksi antara

abnormal gen dengan[13]. (a) Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat

menganggu perkembangan otak janin;

(b) Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan

infeksi selama kehamilan;

(c) Komplikasi kandungan; dan

(d) Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada

trimester kehamilan.

1.2 Fuzzy Logic

Fuzzy diperkenalkan dalam paper yang dibuat oleh Lofti

A Zadeh, dimana Zadeh memperkenalkan teori yang

memiliki obyek-obyek dari himpunan fuzzy yang

memiliki batasan yang tidak pretisi dan keanggotaan

dalam himpunan fuzzy, bukan dalam bentuk logika benar

(true) atau salah (false), tetapi dinyatakan dalam bentuk

derajat. Konsep ini disebut Fuzziness dan teorinya

dinamakan Fuzzy Set Theory.Fuzzy logic merupakan

studi tentang metode dan prinsip-prinsip pemikiran

dimana pemikiran tersebut menghasilkan preposisi yang

baru dari preposisi yang lama. Pada logika lama,

preposisi diperlukan diantara true dan false, nilai

kebenaran dari preposisi tersebut antara 1 atau 0. Fuzzy

logic membuat pernyataan umum dari dua nilai logika

lama dengan cara menyertakan nilai kebenaran dari

sebuah preposisi untuk dijadikan sembarang angka

diantara interval [fuzzy mamdani] [3]. Salah satu metode yang akan digunakan dalam

melakukan diagnosis awal pada penderita penyakit jiwa

adalah metode Mamdani yang merupakan salah satu

metode system inferensi fuzzy. Metode Mamdani

menggukan aturan IF-THEN dalam representasi kasus

yang digunakan ke dalam himpunan fuzzy. Dengan

metode ini komputer difungsikan sebagai alat untuk

mendiagnosis. Metode Mamdani sering dikenal dengan nama metode

Max-Min. metode ini diperkenalkan oleh Ebrahim

Mamdani pada tahun 1975. Metode ini menggunakan

empat tahapan untuk mendapatkan output, yaitu:

5. Pembentukan Himpunan fuzzy. 6. Aplikasi fungsi implikasi (aturan).

7. Komposisi aturan.

8. Penegasan (defuzzy)

2. Pembahasan

Penelitian ini menggunakan medote fuzzy

Mamdani.Adapun langkah operasional yang dilakukan

adalah sebagai berikut: a. Menentukan input

Input berupa fitur-fitur diagnosis awal skizofrenia

meliputi:

1. Delusi

2. Halusinasi

3. Pembicaraan yang terdisorganisasi

4. Perilaku katatonik atau sangan terdisorganisasi

5. Gejala-gejala negatife seperti pendataran afeksi,

alogia, atau avolisi.

6. Disfungsi social dan okupasional.

7. Tidak memedulikan perawatan diri.

8. Persisten selama minimal 6 bulan.

b. Fuzzifikasi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap fuzzifikasi

adalah: mengambil masukan nilai crisp dari input,

membentuk himpunan fuzzy, membagi variable input

maupun variabel output menjadi satu atau lebih

himpunan fuzzy, menentukan derajat dimana nilai￾nilai tersebut menjadi anggota dari setiap himpunan

fuzzy yang sesuai dengan fungsi keanggotaan. c. Inferensi

Yaitu mengaplikasikan aturan pada masukan fuzzy

yang dihasilkan dalam proses fuzzifikasi, mengevaluasi tiap aturan dengan masukan yang

dihasilkan dari proses fuzzyfikasi dengan

mengevaluasi hubungan atau derajat keanggotaan

anteceden/premis setiap aturan. Derajat

keanggotaan/nilai kebenaran dari premis digunakan

untuk menentukan nilai kebenaran bagian

consequent/kesimpulan.

d. Proses penentuan Output Crisp

Output berupa suatu bilangan pada domain himpunan

fuzzy yang telah ditentukan. e. Implementasi ke dalam program komputer.

Seperti ditunjukkan pada flowchart di bawah ini:

Gambar 1. Flowchart penelitian.

2.1 Data Input

Sumber data dari sistem pengambilan keputusan

dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu data eksternal dan

data internal. Untuk pembangunan sistem pendukung

keputusan klinis, diperlukan diagnosa gangguan jiwa

sebagai sumber data ini.

a. Data eksternal

Data eksternal merupakan data yang tidak

berhubungan langsung dengan penyakit atau gangguan

jiwa yang dialami oleh pasien tetapi mempengaruhi

sistem dalam melakukan keputusan klinis. Adapun data

eksternal adalah:  Data identitas pasien (Kartu Tanda Penduduk).  Data lingkungan tempat tinggal.

b. Data Internal

Data internal merupakan data yang berhubungan

langsung dengan klinis gangguan jiwa untuk mendukung

sistem pegambilan keputusan dalam mendiagnosis

pasien. Adapun yang tergolong ke dalam data internal

adalah:  Data rekam medis pasien.

Berdasarkan pengelompokan tersebut, maka tabel 3

hasil fuzzifikasi di atas menunjukkan bahwa, dari 21

sampel data input pasien terdapat 9 pasien yang

mengalami gangguan jiwa ringan, 8 pasien yang

mengalami gangguan jiwa sedang dan 3 pasien yang

mengalami gangguan jiwa berat.

Tiga pasien yang mengalami gangguan jiwa berat

diperoleh dari kategori input data awal pada pasien

pertama yaitu x1: 0.71, x2: 0.87, x3: 0.92, x4: 0.79,

pasien kedua x1: 0.63, x2:0.65, x3:0.73, x4: 0.82 dan

pasien ke 3 x1: 0.74, x2:0.65, x3:0.43, x4:0.98.

Hasil output yang diperoleh pada tabel 3 terlihat bahwa

pasien yang menderita gangguan jiwa berat berada pada

nilai rata-rata x1,x2,x3 dan x4 di atas 0.5.sedangkan

pasien yang mengalami gangguan jiwa ringan berada

pada nilai x1,x2,x3 dan x4 dibawah 0.2.

Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan

menggunakan metode fuzzy Mamdani menunjukkan

bahwa output yang didapat dalam proses melakukan

diagnosa dini gangguan jiwa sesuai dengan hasil

diagnosis pskiater yang telah melakukan diagnosa secara

manual dilihat dari rekap medis pasien yang dijadikan

sampel pada penelitian ini. Diagnosa pskiater menunjukkan pasien yang mengalami

gangguan tingkat depresi, halusinasi, berbicara ngawur

dan katatonik tinggi beresiko mengalami gangguan jiwa

berat, hal ini sesuai dengan output yang didapat dari

hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan

metode fuzzy Mamdani yaitu pada saat nilai x1, x2, x3

dan x4 berada pada nilai rata-rata di atas 0.5 pasien

dinyatakan menderita gangguan jiwa berat. 3. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan fuzzy

Mamdani dengan data input berupa gejala awal

gangguan jiwa, yaitu delusi, halusinasi, berbicara

ngawur dan katatonik membuktikan bahwa metode

fuzzy Mamdani cukup akurat untuk mengdiagnosa dan

mengelompokkan tingkat gangguan jiwa para pasien

yang mengalami gangguan jiwa, sehingga dapat

disimpulkan bahwa metode fuzzy dapat digunakan untuk

melakukan pendeteksian dini suatu jenis penyakit

maupun gangguan psikologi.

Provinsi Bali dibagi menjadi 8 

kabupaten dan 1 kota, serta terdiri dari 57 

kecamatan. Provinsi Bali secara umum 

memiliki luas wilayah mencapai 5.636,66 

km2

. Jumlah penduduk di Bali selalu 

meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 

2013, jumlah penduduk di Bali adalah 

4.056.300 jiwa. Meningkat di tahun 

berikutnya menjadi 4.104.900 jiwa. Data 

terakhir yang peneliti dapat, yaitu di tahun 

2015 dengan jumlah penduduknya 

mencapai 4.125.800 jiwa. Selanjutnya, laju 

pertumbuhan penduduk dan kepadatan 

penduduk di Bali pun meningkat tiap 

tahunnya. Pada tahun 2015 laju 

pertumbuhan penduduknya adalah 1.17% 

dengan kepadatan penduduknya mencapai 

736,7 km2

. [1] Seiring meningkatnya laju 

pertumbuhan penduduk tiap tahunnya tentu 

berpengaruh terhadap keadaan 

penduduknya. Persaingan ketat pun tak 

terhindarkan. Kesenjangan sosial yang 

semakin tinggi di masyarakat berpengaruh 

terhadap kesehatan penduduk di Bali. Tidak 

hanya kesehatan fisik, namun juga 

kesehatan kejiwaan penduduknya akibat 

dari tekanan hidup yang semakin tinggi. 

Berdasarkan hasil pencarian data 

yang dilakukan oleh peneliti di Dinas 

Kesehatan Provinsi Bali, pada tahun 2014 

penderita Gangguan Mental Organik di Bali 

mencapai 113 orang dan meningkat di 

Tahun 2015 menjadi 126 orang. 

Peningkatan signifikan juga terjadi pada 

penderita gangguan jiwa akibat NAPZA 

yaitu, dari 1 orang menjadi 126 orang. 

Penderita golongan penyakit gangguan jiwa 

Skizofrenia dan Gangguan Psikotik lainnya 

pada tahun 2014 mencapai 2334 jiwa dan 

tahun 2015 menjadi 1751 jiwa. Tahun 2014 

penderita Gangguan Bipolar mencapai 57 

jiwa dan tahun berikutnya menjadi 6 jiwa. 

Gangguan Depresi tahun 2014 di Bali 

mencapai 284 orang dan meningkat 

menjadi 352 orang di tahun 2015. Tahun 

2014 penderita Gangguan Neurotik di Bali 

mencapai 281 kemudian meningkat 

menjadi 380 orang di tahun 2015. [2] 

Secara keseluruhan, terjadi peningkatan 

jumlah penderita gangguan jiwa dari tahun 

2014 hingga tahun 2015. 

Gambar 1. Jumlah Penderita Gangguan 

 Jiwa di Bali Tahun 2014-2015

Berbagai upaya dilakukan untuk 

mengurangi jumlah penderita penyakit 

gangguan jiwa di Bali, salah satunya adalah 

mengintensifkan pemeriksaan terhadap 

penderita penyakit gangguan jiwa. Penyakit 

ini memang sama pentingnya seperti 

penyakit fisik. Namun, dalam naan 

praktiknya, dokter hanya dapat menangani 

2-3 pasien, tidak seperti penyakit fisik, 

dimana dalam sekali pemeriksaan dokter 

dapat menangani belasan pasien. Hal ini 

disebabkan karena dalam menangani 

penyakit gangguan jiwa memerlukan waktu 

yang intensif bagi dokter untuk mengenali 

dan mendiagnosa penyakit yang diderita 

pasien gangguan jiwa. Agar tidak terjadi 

ambigu dalam mendiagnosa gejala penyakit 

gangguan jiwa, keberadaan suatu sistem 

pendukung keputusan dibutuhkan oleh 

pakar dalam mendiagnosa dan 

menanggulangi penyakit gangguan jiwa. 

Salah satu dokter yang ada di Kota 

Denpasar yaitu Ibu dr. Putu Asih Primatanti, 

SpKJ.

Berdasarkan hal tersebut peneliti 

termotivasi untuk mengembangkan aplikasi 

“Sistem Pendukung Keputusan Diagnosa 

Penyakit Gangguan Jiwa dengan Metode 

Dempster-Shafer” sebagai asisten dokter 

dalam mengambil keputusan penderita 

gangguan kejiwaan. Metode dempster￾shafer merupakan metode yang pertama 

kali dikembangkan oleh Arthur P. Dempster 

dan Glenn Shafer. Metode ini merupakan 

salah satu metode multi hipotesa, dimana 

dapat menghasilkan lebih dari 1 hipotesis. 

Dempster-Shafer Theory adalah 

diberlakukan sebagai suatu formula untuk 

menangani klasifikasi yang tidak pasti. DST 

juga digunakan untuk merepresentasikan 

keraguan, apakah ketidakpastian secara 

total, ataupun ketidaktahuan secara 

sebagian. Aturan DS merupakan aturan 

yang sempurna untuk ini. [3] Penderita 

gangguan jiwa sangat mungkin menderita 

lebih dari satu penyakit yang dalam hal ini 

disebut “komorbiditas”. Maka dari itu, 

peneliti menggunakan metode Dempster￾Shafer untuk memberikan nilai kepastian. 

Sistem ini juga akan dibangun berbasis web 

sehingga dapat diakses oleh dokter 

kapanpun dan dimanapun dengan berbagai 

platform. Diharapkan nantinya sistem ini 

dapat membantu pakar dalam melakukan 

diagnosa dan penanggulangan terhadap 

gangguan kejiwaan lebih efektif. 

KAJIAN TEORI 

A. Ilmu Jiwa dan Gangguan Kejiwaan 

Ilmu jiwa atau psikologi adalah suatu 

cabang dari ilmu pengetahuan yang 

mempelajari, menyelidiki, atau membahas 

fungsi – fungsi kejiwaan dari orang yang 

sehat. Atau dengan perkataan lain psikologi 

mempelajari aktivitas kehidupan kejiwaan 

dari orang normal. Psikologi (Ilmu Jiwa) 

ialah ilmu yang mempelajari segala 

aktivitas jiwa, yaitu yang mencakup segala 

sesuatu yang diperbuat oleh manusia yang 

terwujud dalam kegiatan manusia (human 

activities). [4] Sedangkan, sakit jiwa adalah 

gangguan mental yang berdampak kepada 

mood, pola pikir, hingga tingkah laku 

secara umum. Seseorang disebut 

mengalami sakit jiwa jika gejala yang 

dialaminya menyebabkan sering stres dan 

menjadikannya tidak mampu melakukan 

aktivitas sehari-hari secara normal. 

Penggolongan penyakit gangguan jiwa 

menurut PPDGJ III dapat dilihat pada 

Gambar 2. 

Gambar 2. Penggolongan Penyakit 

 Gangguan Jiwa berdasarkan 

 PPDGJ III [5] 

B. Sistem Pendukung Keputusan 

1. Definisi SPK 

Menurut Alter (2002) SPK merupakan 

sistem informasi interaktif yang 

menyediakan informasi, pemodelan, dan 

pemanipulasian data. Selain itu digunakan 

untuk membantu pengambilan keputusan 

dalam situasi semi terstruktur dan situasi 

yang tidak terstruktur, dimana tak seorang 

pun tahu secara pasti bagaimana 

keputusan seharusnya dibuat. [6] 

Sistem pendukung keputusan 

(Inggris: decision support systems disingkat

DSS) adalah bagian dari sistem informasi 

berbasis komputer (termasuk sistem 

berbasis pengetahuan (manajemen 

pengetahuan) yang dipakai untuk 

mendukung pengambilan keputusan dalam 

suatu organisasi atau perusahaan. Dapat 

juga dikatakan sebagai sistem komputer 

yang mengolah data menjadi informasi 

untuk mengambil keputusan dari masalah 

semi-terstruktur yang spesifik. [7] 

SPK adalah pendekatan berbasis 

komputer atau metodologi untuk 

mendukung pengambilan keputusan. 

Bagian paling penting dari SPK khas 

adalah data warehouse, yang merupakan 

subjek berorientasi, terpadu, waktu-varian,

 non-normalisasi, koleksi non-volatile data 

yang memungkinkan menganalisis 

sejumlah besar data dari berbagai sumber 

dengan hasil yang cepat. [8] 

2. Komponen (subsistem) SPK 

SPK terdiri dari beberapa komponen, 

berikut ini adalah komponen SPK. [9] 

Komponen-komponen sistem pendukung 

keputusan dapat dilihat pada Gambar 3. 

Gambar 3. Komponen SPK 

C. Teori Dempster-Shafer 

Teori Dempster-Shafer adalah suatu 

teori matematika untuk pembuktian 

berdasarkan belief functions and plausible 

reasoning (fungsi kepercayaan dan 

pemikiran yang masuk akal), yang 

digunakan untuk mengkombinasikan 

potongan informasi yang terpisah (bukti) 

untuk mengkalkulasi kemungkinan dari 

suatu peristiwa. Teori ini dikembangkan 

oleh Arthur P. Dempster dan Glenn Shafer. 

[10] Secara umum Teori Dempster-Shafer

ditulis dalam suatu interval: 

 

 ……………..(1)

Belief 

Belief (Bel) adalah ukuran kekuatan 

evidence (gejala) dalam mendukung suatu 

himpunan bagian. Jika bernilai 0 maka 

mengindikasikan bahwa tidak ada 

evidence, dan jika bernilai 1 menunjukan 

adanya kepastian. 

Plausibility 

Plausibility (Pl) dinotasikan sebagai: 

 

 …………….(2)

Untuk mengatasi sejumlah evidence pada 

teori Dempster-Shafer menggunakan 

aturan yang lebih dikenal dengan 

Dempster’s Rule of Combination. 

………………….(3) 

 (4) 

Dengan: 

m1 (X) : mass function dari evidence X 

m2 (Y) : mass function dari evidence Y 

m3 (Z) : mass function dari evidence Z 

κ : jumlah conflict evidence 

D. K-fold Cross Validation

N-fold cross validation atau k-fold 

cross validation merupakan salah satu 

metode yang digunakan untuk mengetahui 

rata-rata keberhasilan dari suatu sistem 

dengan cara melakukan perulangan 

dengan mengacak atribut masukan 

sehingga sistem tersebut teruji untuk 

beberapa atribut input yang acak. K-fold 

cross validation adalah sebuah teknik 

intensif komputer yang menggunakan 

keseluruhan data sebagai training set dan 

test set. N-fold cross validation diawali 

dengan membagi data sejumlah n-fold 

yang diinginkan. Dalam proses cross 

validation data akan dibagi dalam n buah 

partisi dengan ukuran yang sama 

D1,D2,D3..Dn selanjutnya proses testing

dan training dilakukan sebanyak n kali. 

Dalam iterasi ke-i partisi Di akan menjadi 

data testing dan sisanya akan menjadi data 

training. [11] Rumus untuk menghitung nilai 

akurasi dilakukan dengan menggunakan 

persamaan berikut. 

Akurasi= 

(5) 

E. Framework Laravel

Laravel adalah framework PHP

dengan kode terbuka (open source) 

dengan desain MVC (Model-View￾Controller) yang digunakan untuk 

membangun aplikasi website. Framework

ini pertama kali dibangun oleh Taylor Otwell 

pada tanggal 22 Pebruari 2012 dengan 

fitur-fitur baru yang tidak ada di framework

lain, seperti Autoloading, Unit Testing, dll. 

Kemudian Laravel dilengkapi juga dengan 

command line tool yang bernama “Artisan”

yang dapat digunakan untuk packaging 

bundle dan instalasi bundle melalui 

command prompt. [12]. 



B. Hasil Pengujian Perangkat Lunak 

Pengujian perangkat lunak terdiri dari 

black box testing, white box testing dan 

pengujian tingkat keakuratan sistem. 

Pengujian black box perangkat lunak ini 

terdiri 1 uji kasus yang memiliki tujuan 

untuk menguji fungsionalitas perangkat 

lunak Pengujian white box, yaitu pengujian 

kebenran pengimplementasian proses dan 

algoritma yang dibutuhkan dalam 

menghitung nilai probabilitas data baru dan 

proses pemberian rekomendasi keputusan. 

Proses pengujian tingat keakuratan sistem 

yaitu, pengujian tingkat keakuratan sistem 

dengan menggunakan model k-fold cross 

validation. Dari pelaksanaan masing￾masing kasus uji diperoleh untuk pengujian 

black box yang terdiri dari pelaksanaan uji 

kasus yang dilakukan pengguna dan ahli 

media mengenai fungsional perangkat 

lunak sudah sesuai. 

Dari pelaksanaa pengujian tingkat 

keakuratan dengan menggunakan model k￾fold cross validation dimana jumlah data 

yang digunakan dalam pengujian ini adalah 

100 data. Jumlah k yang digunakan dalam 

pegujian ini adalah 4, sehingga masing￾masing fold untuk data rekam medis adalah 

sejumlah 25 data. Untuk iterasi 1 fold 1 

digunakan sebagai data testing fold 2, fold

3, dan fold 4 digunakan sebagai data 

training. Untuk iterasi 2 fold 2 digunakan 

sebagai data testing fold 1, fold 3, dan kan 

sebagai data training. Untuk Iterasi 3 fold 3 

digunakan sebagai data testing fold 1, fold

2, dan fold 4 digunakan sebagai data 

training. Untuk Iterasi 4 fold 4 digunakan 

sebagai data testing fold 1, fold 2, dan fold

3 digunakan sebagai data training. Dari 

hasil pengujian tingkat keakuratan sistem 

diperoleh hasil tingkat keakuratan sebagai 

berikut diperoleh hasil full accuracy (FA) 

sebesar 47%, sedangkan half accuracy

(HA) sebesar 32% dan not accuracy (NA) 

sebesar 21%. 

SIMPULAN 

Rancangan Pengembangan Sistem 

Pendukung Keputusan Diagnosa Penyakit 

Gangguan Jiwa 

menggunakan metode penelitian Waterfall

dan metode Dempster-Shafer yang 

digunakan sebagai metode dalam acuan 

perhitungan untuk pemberian keputusan 

diagnosa penyakit gangguan jiwa dengan 

metode dempster-shafer berupa sebuah 

sistem pendukung keputusan yang mampu 

untuk mengolah data pasien, melakukan 

proses konsultasi, merekam data 

konsultasi, dan mencetak data konsultasi. 

Hasil pengujian akurasi sistem dengan 100 

data rekam medis yang terdiri dari 80 data 

gejala dan 36 data penyakit menggunakan 

metode k-fold cross validation

mendapatkan hasil sebesar diperoleh hasil 

akurasi dengan kesesuaian penuh sebesar 

47%, sedangkan akurasi dengan 

kesesuaian sebagian sebesar 32% dan 

tidak akurat sebesar 21%. Hasil akurasi 

tersebut sangat bergantung pada data 

rekam medis karena menggunakan metode 

probabilitas. Ketidakakuratan yang 

dihasilkan oleh sistem tersebut sudah 

ditanggulangi dengan fitur perbaharui hasil,


Related Posts:

  • gangguan kepribadian Komponen utama pembentuk soft computingadalah sistem fuzzy (fuzzy system), jaringan syaraf(neural network), algoritma evolusioner (evolutionaryalgorithm), dan penalaran dengan probabilitas(probabilistic reasoning). Sala… Read More