Jumat, 26 Januari 2024

sigmud freud 1




Seksualitas begitu menariknya ia. Indah,  sebuah penghargaan,  aneh,  membuat 
tawa,   bahkan suatu sastra yang memaksa seseorang pindah kepercayaan.  Namun 
bisa. juga berwajah garang menjadi kekerasan.  Akan tetapi, apa jadinya jika ia 
menjadi sebuah kajian dalam nuansa psikologi? Dan psikologi yang dimaksud 
diambil alih oleh Sigmund Freud. Seksualitas yang cantik itu berubah menjadi cacian 
dan makian, minimal jika kila sandarkan pada pendapat Peter Gay bahwa " ... Telah 
menjadi takdir Freud untuk menggelisahkan kelelapan umat manusia ....  n Entah 
mengapa, wilayah seksualitas menjadi heboh ketika dibawa Sigmund Freud. 
Kita ketahui bahwa Freud menjadi sorotan banyak kalangan ketika dia 
menguraikan seluk-beluk seksualitas manusia. Freud menyangkal bahwa dorongan 
seksual tidak berawal pada masa pubertas namun sedari bayi, dan seksualpun menjadi 
penggerak dalam keseharian manusia.  Hal ini kemudian menjadi trendsetter corak terapi dan tafsiran kepribadian dalam fenomena kehidupan. Tak ayal kemudian 
dengan cepat banyak para psikiater yang bergabung dalam mazhab psikodinamika 
Freud. Nama-nama seperti Carl Gustave Jung dari Zurich, A.A Brill dari New York, 
Sandor Verenzci dari Budapest, Karl Abraham dari Berlin, dan Alfred Adler dari 
Wina coba memperkuat bukti itu  
Perbincangan mengenai seksualitas ialah titik sentral dalam melihat kepribadian 
futurutif mamisia. Dalam mendiskusikan kepribadian, pada dasamya manusia adalah 
makhluk biologis. Badan atau lubuh bekerja melalui insting-insting ketubuhan, yaitu 
gairah meraih kenikmatan dan menghindari ketidaksenangan. Jatidiri riil ini tentulah 
bersifat keduniawian. Makanan lezat dan bersenang-senang menjadi prioritas 
ketimbang kesahajaan, kesempumaan lawan jenis adalah keinginan pasti ketimbang 
keburukrupaan. Secara garis besar, Freud akan mengatakan bahwa kehidupan psikis 
digerakkan oleh insting biologis atau insting seksual. 
Ada hal lain yang menjadi prestasi istimewa Sigmund Freud, bahwa selama ini 
dunia kejiwaan abad   telah salah kaprah dalam menganalisis kasus, karena terkesan 
fisiologis dan kesadaran sentris. Freud justru mengklaim bahwa selama ini dimensi 
mental manusia dimainkan oleh potensi alam bawah sadar. Mari kita renungi ucapan 
Freud berikut ini: 
"Setiap kali saya menemui suatu gejala kami akan menyimpulkan bahwa 
aktivitas bawah sadar tertentu yang berisi makna dari gejala tersebut sebetulnya 
memang berada dalam pikiran pasien."   Tahun    , Freud kembali menggemparkan dunia dengan mencetuskan apa 
yang disebut psikoseksual. Setali tiga uang, temuan ini terus berlanjut dan menjadi 
ruang kritik bagi pengikut Freud. Tahapan perkembangan seksual tersebut meliputi 
tahap oral, anal, falik, laten, dan genital. Salah satu fuse dari psikoseksualnya itu 
adalah fase phalik, fase di mana kenikmatan seksual berada pada alat kelamin dan 
berlangsung ketika anak berumur sekitar tiga sampai lima tahun. Alat kelamin 
menjadi lebih peka terhadap stimulasi, sehingga memberikan sensasi-sensasi yang 
nikmat bila dirangsang. Perlu diketahui bahwa anak di fase phalik yang melakukan 
masturbasi, bukanlah didorong oleh suatu pikiran yang porno ataupun moralitas yang 
rendah. Mereka melakukan itu semata-mata sebagai reaksi alamiah, karena alat 
kelamin mereka menjadi peka ("gatal") dan ingin disentuh. Oleh karena itu, karakter 
masturbasi di fase ini bersifat Innocent.  
Kemudian fantasi erotik yang tercipta melahirkan kompleks Oedipus. Efek dari 
timbulnya kompleks Oedipus sangat dahsyat dan bisa meresahkan para orangtua. 
Bayangkan jika anak menganggap orangtua sejenis sebagai penghalang cintanya 
kepada orang tua lain jenis yang dicinta. Hal ini akan menyebabkan timbulnya 
kompleks kastrasi berupa ketakutan akan pengebirian alat vital anak. Yaitu dalam 
bentuk kecemasan terhadap pemotongan alat vital atau kehilangan penis yang 
notabene sebagai sumber kenikmatan seksual atau eregoneus zone. Si gadis kecil juga 
menganggap bentuk penis yang apa adanya itu sebagai simbol keagungan. Namun 
seketika ia kecewa mengetahu i a lat kelaminya berbeda dengan laki-laki. Thus !bu 
dicap sebagai "dalang" atas takdir bentuk vagina anak perempuan, karena Ibulah 
yang melahirkannya. Dalam perkembangannya, si perempuan kecil akan mencintai 
sang ayah, karena ayah memiliki alat kelamin yang didamba. 
Anak kecil adalah ayah manusia, inilah pepatah singkat nan sarat makna. 
Apabila masa kecil anak itu rusak, maka hancurlah masa depannya, jika setiap fase 
tidak terpenuhi, tunggullah kehancurannya saat menjadi besar kelak. Jika perlakuan 
buruk masa awal didapat, tak ada harapan ketika puluhan tahun kemudian anak masih 
hid up. Dan orangtua tidak boleh gusar dengan kesimpulan ini, jika kitab seksualitas 
Freud menjadi wajib untuk dibuka. Itulah gambaran tantangan Profesor Freud. 
Adalah menarik jika teori seksualitas Freud kita petakan dalam bentangan 
berbagai kasus psikopatologi yang semakin marak di Indonesia. Ada ibu yang tega 
membunuh anaknya,   berbagai kasus inses, atau juga orang-orang yang semakin 
stress. Sedikit untuk mengupas dimensi kepribadian ala Freud bahwa apakah 
minimalitas superego memang menjadi biang keladi yang tertuang pada orang-orang 
psikopat atau kasus-kasus tadi? Statement ini dapat dengan mudah dipahami, karena 
sisi normatif yang tercipta dari rahim superego tersendat, dan individu berubah 
menjaJi brutal. Setelah itu, kita tidak boleh lupa bahwa ego manusia menjadi tabir 
dari semua problema itu. 
Sisi berikutnya yang menjadi kontroversi dari pemikiran seksualitas Freud 
adalah agama, yang dikatakannya sebagai penyakit saraf yang mengganggu manusia
sedunia,   dan orang-orang yang beribadah layaknya pasien di rumah sakit jiwa. 
Selama kehendak tidak terkabulkan, karena ada penentu Sang Pencipta, maka untai.an 
munajat bisa dibilang usaha mekanisme pertahanan manusia untuk merealisasikan 
kehendak. Jalan pintas diambil, orang-orang beragama menggunakan mekanisme 
pertahanan d iri berupa proyeksi, sebuah pelampiasan kepada Tuhan ! Tragisnya lagi 
Freud merasa kasihan karena manusia beragama mengalami kegetiran dalam jebakan 
ilusi yang diciptakannya send iri. 
Menariknya, agama yang disangsikan Freud itu, justru saat ini banyak 
dilampiaskan lewat psikologi lslami yang tengah berkembang pesat. Tafsiran 
kepribadian yang selama ini dimonopoli Barat, sedikit demi sedikit digeser oleh 
psikologi Islami. Berbagai akademisi juga terus menggali nilai spirit Islam agar 
diformalkan dalam bingkai keilmuan psikologi. Akan tetapi, tentu saja tidak ada jalan 
mulus bagi ilmuwan yang menggembangkan ilmu, dan psikologi Islami mesti 
mengalami kenyataan pahit. Sebab di lain pihak, teori Freud yang zaman bahela dan 
dibilang telah pudar itu, juga tak kalah bersaing. Sebagai catatan, karangan-karangan 
Freud dan yang mengesksplorasi teori Freud, banyak dicetak ulang dan dibahas 
dalam bentuk buku oleh para penulis di lndonesia.   Buku-buku terjemahan Freud
juga banyak dicetak ulang dan bemrnnculan di tahun     -an antara lain, Civilization 
and Discontents,   Toteem and Taboo,   General Introduction of Psychoana/ysis,  
Psychopatologhy of Everday of Life.   Tentu ini adalah war of sciences yang sengit 
dalam tantangan ke depan. 
Sekarang bagaimana pandangan psikolog muslim melihat teori seksualitas 
Sigmund Freud? Banyak dari mereka yang menyoroti secara ilmiah dan proporsional. 
Konsep deteirninistik Sigmund Freud yang salah satunya menjadi ruang untuk 
"menghabisi" dalam psikologi lslami. Bahkan Malik Badri melihat secara kritis 
ten tang psikonalisis yang dituangkannya dalam sebuah buku. 
"Masih banyak saran dan intepretasi yang lebih serius, beberapa di 
antaranya secara seksual tidak bermoral, yang diberikan pada pasien-pasien 
yang telah dewasa oleh beberapa psikoterapis muslim. Hal ini diberikan melalui 
pengaruh teori Freud, seperti tentang kekuatan dan energi seksual yang tidak 
disadari, kompleks-kompleks yang tidak terselesaikan, represi dan istilah-istilah 
lain yang senada. Para terapis ini memperbesar rasa bersalah dan penderitaan 
pasien-pasiennya dengan cara meningkatkan keraguan-keraguan pasien akan 
kebenaran Islam sebagai alat memecahkan masalah. Jika Islam melarang 
berzina, dan seorang dokter yang mengetahui ilmu Eropa, kemudian 
mengatakan bahwa jika tidak melakukan itu seseorang akan mengalami 
gangguan psikologis, maka salah satu dari itu ada yang salah." Secara substansial, kita melihat kepentingan psikologi Islami dalam wadah 
kritis ini adalah untuk mencari kebenaran hakiki dan kedamaian bagi para kaum 
muslim yang telah terjerumus pada pemahaman Barat yang gaga! mencipta 
ketenangan. Argumen ini dibahas oleh Djamaluddin Ancok dalam sebuah kata 
pengantar: 
"Pada empat atau lima dasawarsa terakhir diskursus mengenai kritisisme 
dalam ilmu pengetahuan modern menjadi perbincangan yang sangat menarik, 
ilmu pengetahuan modern dipandang sebagai telah menghasilkan buah yang 
pah it.'~    
Di buku yang sama, Achmad Salim Sungkar seakan ingin mendebat Freud 
dengan skema psikologi Islaminya. Fitrah cenderung dilupakan dalam kamus 
kepribadian Freud. Sedangkan dalam Islam, nilai-nilai kebaikan berupa fitrah adalah 
keniscayaan yang terbentuk dalam konsepsi pembuatan manusia sedari awal, jadi 
tidak semata-mata keinstingan dan dialektika eksternal.  
Menyambung dari itu, kita melihat dimensi ketuhanan lekat disandingkan dalam 
konsep kepribadian psikologi Islami. Adalah manusiawi jika term in takdir masa kecil 
berbenturan dengan konsep agama yang tidak memberi ruang dalam monopoli sins of 
childhood. Dengan ringka~, benturan ini secara sederhana dapat dikatakan sebagai 
clash sekuler versus agama atau lebih spesifik antara psikologi ketubuhan dengan 
spiritualitas ketuhanan.
Karenanya, penulis tertarik meneliti bagaimana alur pikiran Sigmund Freud 
dalam teori seksualitas tentang kepribadian, serta bagaimana eksplorasi kajian dari 
konteks psikopatologinya. Tak lupa sikap "fair" dirasa perlu untuk melihat ilmu 
secara berimbang dengan menyertakan psikologi Islami. Akhirnya, melalui 
pergulatan yang lama dan dipikir secara matang, maka dalam skripsi ini penulis akan 
mengkaji itu semua yang tertuang dalam judul Teori Seksualitas Sigmund Freud 
Tentang Kepribadian: Psikopatologi dan Kritik Psikologi Islami. Tampaknya 
jelas bahwa banyak fenomena psikis yang dilontarkan Freud dan kritikan psikologi 
lslami, menarik untuk dikaji dan diteliti. Karena sebenamya wilayah seksualitas, 
kepribadian dan psikopatologi dirasa penting bagi insan konseling, orangtua, guru, 
mahasiswa, serta masyarakat pada umumnya dalam memahami, menjelaskan 
kepribadian, dan menangani gangguan kepribadian manusia. 
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis membatasi pembahasan pada teori 
seksualitas Sigmund Freud tentang kepribadian, kajian dalam konteks psikopatologi, 
dan melihat secara detail kritikan psikologi Islami terhadap teori seksualitas Sigmund 
Freud. Sekiranya dari pembatasan masalah ini dapat dimunculkan rumusan masalah 
sebagai berikut: 
I. Bagaimana pemikiran Sigmund Freud menggambarkan teori seksualitas 
tentang kebribadian? 
 . Bagaimana kajian psikopatologi yang mengemuka dalam pembahasan teori 
seksualitas Sigmund Freud tentang kepribadian?
 . Apa saja kritik psikologi Islami terhadap berbagai rumusan teori seksuklitas 
Sigmund Freud tentang kepribadian? 
C. Tujuau Pcuelitiau 
Tujuan penelitian ini adalah mengisi kekosongan literatur mengenai teori 
seksualitas Sigmund Freud tentang kepribadian dalam kajian psikopatologi dan kritik 
psikologi Islami. 
D. Manfaat Penelitian 
Manfaat penel itian ini ad al ah: 
a. Untuk menambah khazanah kajian psikopatologi dalam pemahaman dasar 
kasus kepribadian, perkembangan, serta sosial bagi sivitas akademika UIN 
Jakarta, khususnyajurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 
b. Sebagai sandaran dalam pendekatan bimbingan dan konseling Islam pada 
kasus psikopatologi seksual dan gangguan jiwa lainnya. 
c. Dapat dijadikan pemahaman dalam menjelaskan kritik psikologi Islami 
terhadap teori seksualitas Sigmund Freud tentang kepribadian. Dan 
eksesnya berpengaruh dalam membangun konsep manusia dalam keilmuan 
BPI. 
E. Tinjauan Pustaka 
Penulis begitu terkesima melihat hampir seluruh buku yang berbicara 
psikopatologi menyertakan nama Sigmund Freud di sana. Entah untuk mengutip ide
Freud, atau membahas secara menyeluruh kajian ilmiahnya, seperti buku A.A Brill 
Freud's Contribution to Psychiatry (   ). 
Dati dalam negeri seakan tidak mau tertinggal. Sepanjang beredar luasnya 
kajian-kajian domestik tentang Freud, terselip sebuah buku berjudul Dinamika 
Kepribadian (    ) dari Iman Setiadi Arif, psikolog dan akademisi, yang mengurai 
psikopatologi dalam teori seksualitas Freud tentang kepribadian. 
Selain itu, buku yang mengkaji unsur psikopotologi secara lebih komprehensif 
dalam teori Freud, salah satunya diteliti oleh Elton B. McNeil dengan judul buku 
Neurosis and Personality Disorders (   ). 
Selebihnya kajian-kajian yang mengkritik teori Freud pun tak kalah massif. 
Tercatat, buku yang awalnya hanya mau menapakijenjang "ilmiah" seperti kumpulan 
tulisan Membangun Paradigma Psikologi Islami (   ), tak ingin menahan naluri 
untuk tidak mengkritik Freud. 
Pertanyaannya kemudian, adakah buku yang menggabungkan dua setting yang 
saling paradoks itu? Sebagaimana kita tahu bahwa sebelum mengkritik kita terlebih 
dahulu mesti memahami secarajeli objek kritik. Sebelumnya, penulis sudah terbentur 
untuk mengevaluasi karya-karya yang membicarakan Freud. Jika ditilik, buku dari 
Arif masih belum berkutat menuju evaluasi kritis, bahkan Arif menyatakan bahwa 
teori Freud adalah temuan yang tak tergantikan. Selain itu, bahasan psikopatologinya 
dirasa belum eksploratif, karena Ariftidak mengambil peran untuk mengembangkan 
teoti Freud. 
Di lain pihak, karya-karya psikologi lslami yang mengkritik teoti Freud masih 
terlalu parsial menggapai sisi kritisisme dan kontruksifitas dalam titik tekan teori. Di samping itu, kajian kritisnya pun belum massif dan sistematis, seperti Psikologi 
Qur 'ani (   ) karya Profesor Ahmad Mubarak. Ini perlu dimaklumi, karena 
memang tidak ada buku yang dikhususkan untuk mengkritik teori seksualitas Freud. 
Akhimya penulis seakan ingin menebus kekosongan wilayah garapan ini, agar 
semata-mata saling melengkapi dan memuaskan. Tidak saja berbicara pada 
pembahasan dimensi psikopatologi, bahkan menyelami dua sisi paradoks antara Barat 
alas nama Freud dengan Islam atas nama psikologi. 
F. Metode Penelitian 
Penulis memfokuskan diri kepada penelitian sejarah pemikiran dan tinjauan 
kritis dari perspektif psikologi lslami. Tinjauan kritis amat berguna dalam menyelami 
kajian psikopatologi dan kritik psikologi Islami terhadap Sigmund Freud. 
Berbagai tahapan peneliti lewati untuk menghasilkan skripsi yang representatif 
ini. Adapun tahapan-tahapan tersebut ialah: 
I. Pertama-tama penulis membaca secara kritis buku-buku dari Freud yang 
sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa lnggris, seperti 
Pengantar Umum Psikoanalisis (New Introduction to hychoanalysis), 
Totem dan Tobu (Totem and Taboo), Peradaban dan Kekecewaannya 
(Civilization and it's Discontents), serta An Outline of Psychoanalysis. 
 . Kemudian penulis mulai menginventarisir berbagai kajian yang cocok 
dengan penelitian. . Selanjutnya penulis menyimpulkan teori seksualitas Sigmund Freud tentang 
kepribadian dengan fokus pada teori-teori dasar dan perkembangan 
kepribadian. 
 . Membahas teori seksualitas dalam kajian psikopatologi dengan rujukan 
berbagai literatur. 
 . Lalu penulis melakukan eksplanasi kritis dari literatur dengan teori 
seksualitas Sigmund Freud tentang kepribadian. 
 . Terakhir, penulis melakukan tinjauan kritis terhadap teori Seksualitas Freud 
ten tang kepribadian dengan acuan berbagai kritik dari psikologi Islami. 
Sebagai pedoman teknik penulisan, penulis menggunakan buku Pedoman 
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi tahun      dari CeQDA UIN Syarif 
Hidayatullah Jakarta. 
G. Kerangka Teori 
Kerangka teori yang dipergunakan dalam skripsi ini mengacu pada filsafat ilmu, 
yang mana filsafat ilmu terdiri dari tiga bangunan sistem keilmuan yakni: ontologi, 
epistemologi, dan aksiologi. 
Teori seksualitas Sigmund Freud yang terdiri dari konteks filsafat ilmu 
mempunyai ciri khas tersendiri yang nantinya akan dijelaskan pada BAB IV. 
Karenanya sebelum itu, kita terlebih dahulu mengenal secara umum tentang ontologi, 
epistemologi dan aksiologi. (a) Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan sesuatu 
hakikat yang ada.   Ilmu secara ontologis membatasi masalah yang dikaji hanya pada 
masalah yang terdapat dalam ruang lingkup jangkauan pengalaman manusia. 
Sumantri berlogika, ha! ini harus disadari karena inilah yang memisahkan antara ilmu 
dan agama. Tanpa mengetahui hal ini, maka mudah sekali kita terjatuh ke dalam 
kebingungan, padahal dengan menguasai hakikat ilmu dan agama secara baik, kedua 
pengetahuan ini justru saling melengkapi.   
(b) Epistemologi atau teori pengetahuan membahas secara mendalam segenap 
proses yang terlihat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu 
merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan 
metode keilmuan. Metode inilah yang membedakan ilmu dengan buah pemikiran 
I .    
yang amnya. 
Sedangkan (c) aksiologi adalah nilai kegunaan suatu ilmu. Setiap ilmu yang 
dibuat mempunyai kegunaan yang mendukung wilyah filsafat ilmu lainnya. Dengan 
terbentuknya ontologi dan epistemologi, apakah suatu ilmu juga berguna bagi 
masyarakat. 
Dalam skripsi ini peneliti coba mengangkat kerangka yang mengacu pada filsfat 
ilmu, karena disasarkan data riset yang didapat dan menjadi tombak yang dipakai 
psikologi Islami dalam mengkritisi. Namun karena peneliti tidak berbicara lebar tentang terapi psikoanalisis Sigmund Freud, peneliti sengaja menyisihkan konten 
asksiologi. 
Selain itu, karena teori adalah kebenaran yang tidak mutlak dan spekulatif, 
penulis mengangkat kajian empiris dari teori seksualitas Sigmund Freud tentang 
kepribadian. Menumt Sumantri, teori ilmiah harus memenuhi syarat empiris. Sebuah 
teori dikatakan valid jika cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab teori yang 
bagaimanapun konsistennya sekiranya telah didukung oleh pengujian empiris yang 
dapat diterima kebenarannya secara ilmiah. Oleh karena itu, sebelum teruji 
kebenarannya secara empiris, semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya 
hanyalah bersifat sementara ini biasanya disebut hipotesis.   
Teori atau gagasan yang sering dianggap sebagai produk sains pada 
kenyataannya sering sekali bersifat hadhoroh, yakni sesuatu yang muncul dari sudut 
pandang tertentu yang terkait dengan kepercayaan, keyakinan, ideologi, budaya, atau 
bahkan agama tertentu.   Karena kritik Psikologi Islami tidak hanya berputar pada 
wilayah filsafat keilmuan saja, oleh karena itu kritik ideologis digunakan untuk 
mencari tinjauan kritis wlayah ideologis yang dipakai Sigmund Freud. 
Seperti menyitir uraian Turmudhi, bahwa kritik ideologis bertujuan menyingkap 
dan mengungkapkan segi-segi ideologi, nilai-nilai, pandangan-pandangan dasar 
tentang manusia dan semesta yang mendasari atau menyusup dalam suatu teori atau 
juga ikut membonceng dalam penerapan suatu teori.   H. Sistematika Penulisan 
Dalam penulisan skripsi, sangat dibutuhkan sebuah sistematika penulisan yang 
menjadi inti penelitian. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut: 
Bab I PENDAHULUAN terdiri dari: Latar belakang masalah, pembatasan dan 
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode 
penelitian, kerangka teori, dan sistematika penulisan. 
BAB II RIWAYAT HIDUP DAN PEMIKIRAN SIGMUND FREUD terdiri dari: 
latar belakang kehidupan dengan rincian: Riwayat keluarga dan pengalaman 
pendidikan. Corak studi Sigmund Freud dengan rincian: dari fisiologi ke psikologi 
dan filosofi kepribadian,. Dan yang terakhir adalah karya-karya Sigmund Freud 
dengan rincian; karya-karya awal, karya-karya penelitian, dan karya-karya lanjutan 
dan pengembangan. 
BAB III KAJIAN PSIKOPATOLOGI DALAM PEMBAHASAN TEORI 
SEKSUALITAS SIGMUND FREUD TENTANG KEPRIBADIAN terdiri dari: 
Psikopatologi dengan rincian; pengertian psikopatologi, penyebab psikopatologi 
jenis-jenis psikopatologi.-
Teori seksualitas Freud tentang kepribadian dengan rincian; Tingkat-tingkat kegiatan 
mental, daerah pikiran, tahapan perkembangan psikoseksual, dinamika seksualitas, 
dan Mekanisme pertahanan Diri. 
Dinamika id, ego, dan superego dalam studi psikopatologi dengan rmcian; 
kepribadian seimbang dan kepribadian yang psikopatologis. Psikoseksual,
mekanisme pertahanan diri, dan munculnya psikopatologi. dengan rincian; fase oral, 
fase anal, dan fase phalik. Seksualitas kepribadian dalam bentuk psikopatologi 
dengan rincian; neurosis, psikosa fungsional, dan gangguan psikoseksual. 
Konstruksi Ontologi, Epistemologi, Empiris, dan Ideologis 
BAB IV KRITIK PSIKOLOGI ISLAMI TERHADAP TEORI SEKSUALITAS 
SIGMUND FREUD TENTANG KEPRIBADIAN terdiri dari: Psikologi Islami 
dengan rincian; pengertian psikologi lslami, konteks historis psikologi Islami, dan 
struktur kepribadian dalam psikologi Islami. 
Kritik Psikologi lslami dengan rincian Kritik Ontologis dengan di antaranya; prinsip 
kesenangan seksualitas, perkembangan kepribadian dan determenistik historis, serta 
konsep ego. Kritik empiris. Kritik epistemologis di antaranya; spekulasi teori dan 
taklid, kriteria psikopatologis, serta metode penelitian Freud. Kritik Ideologis di 
antaranya; kontroversi agama dan spiritualitas yang terasingkan.
RIWAYAT HIDUP DAN PEMIKIRAN SIGMUND FREUD 
Sigmund Freud dikenal memiliki segudang kisah menarik yang menjadi ikon 
dirinya. Kisah ini tidak hanya sebatas kepada penceritaan mengenai jatidiri Freud apa 
adanya, tetapi di balik itu semua tercermin benih-benih kajian ilmiahnya yang 
kemudian heboh dibicarakan orang banyak. Karena Freud mengklaim bahwa teorinya 
dibangun atas pengalaman masa anak-anaknya. Artinya bahwa riwayat hidup dan 
pemikiran adalah dua sisi mata uang yang menjadi simbiosis mutualisme dalam 
konteks historis bernama teori scksualitas Freud tenlang kepribadian. 
A. Latar Belakang Kehidupan 
I. Riwayat Kelua rga 
Sigmund Freud lahir pada tahun     di Freiberg, kota kecil yang didominasi 
penduduk asli Moravia.' Ayahnya adalah Jacob Freud, yang hanya seorang pedagang 
miskin dan penganut agama Yahudi, dan ibunya Amalia, seorang perempuan muda, 
cantik, dan suka menonjolkan diri. Rentang usianya anatara ayah dan ibunya berkisar 
   tahun lebih muda sang ibu, dan Amaliajuga istri ketiga. 
Dari pernikahan pertamanya dengan Sally Kanner, Jacob Freud mempunyai dua 
anak laki-laki, yakni Emmanuel dan Phillip. Satu dari dua bersaudara ini, mempunyai seorang anak, yang walaupun kemenakannya Freud namun usianya lebih tua. 
Keseharian Freud dengan saudara-saudara kandungnya tidaklah terlalu akrab, karena 
Freud lebih memilih tekun asyik belajar ketimbang menghabiskan waktu bermain. 
Sedari kecil bakat kecerdasan Freud telah terlihat, di mana rasa 
keingintahuannya sangat besar dan kemampuannya menganalisa sudah berjalan. 
Marie Balmary seperti dikutip Semiun, melakukan analisis tentang gejolak keluarga 
Freud dalam hubungannya dengan teori Freud, di mana Jakob Freud ternyata 
menghamili Amalie, setelah istri keduanya Rebekka melakukan bunuh diri. Jakob 
Freud mencoba menutu-nutupi ini, namun perasaan malu Jacob tetap ada, ha! ini 
adalah benih dari susunan teori kompleks Oedipus di mana peran ayah dalam konflik 
dengan anak laki-laki diperkurang.   
Setelah kematian ayalmya, analisis diri Freud mencapai titik puncak neurosis 
yakni kecemburuan buta dan kebencian terhadap ayahnya, yang tepersonifikasikan 
melalui kekuasaan, ancaman, dan tekanan, dan di saat yang sama berupa nafau 
tcrhadap ibu mudanya.  
Perokok berat ini menikah pada tahun     dengan Martha Bernays, 
kekasihnya, dan memiliki enam orang anak.  Freud juga mempunyai apresiasi sastra 
yang lumayan, maka p_ada tahun    , ia menerima hadiah Gothe bidang 
kesusasteraan yang diberikan oleh kota Frankfurt.  Pada saat-saat akhir hidupnya, 
Freud kejangkitan kanker pada tulang rahangnya yang diderita sejak tahun     dan 
selanjutnya ia mengalami pembedahan lebih dari tiga puluh kali. Meski begitu, ia 
tetap melanjutkan kerja dan beberapa karya penting bermunculan pada tahun-tahun 
berikutnya. Di tahun    , Nazi menduduki Austria dan Freud renta yang sudah 
berusia    tahun dipaksa pergi ke London dan meninggal di sana setahun 
ses ud alm ya.   
 . Pengalaman Pendidikan 
Perempuim lua, seorang Katolik Ceko, yang mendidiknya selama kanak-kanak 
dengan efekti f dan sempurna menanamkan gagasan surga dan neraka pada Freud 
kecil, namun kemudian Freud menjadi sangat tersiksa dengan kenyataan dia adalah 
seorang Yahudi. Ini didalangi oleh cacian kawan-kawannya yang "orang-orang 
Kristen" anti semitik. Sejak itu, beberapa pengalaman keras dan memuakkan di masa 
lalu menyebabkan keimanan orang-orang Kristen sepenuhnya menjijikkan bagi 
Freud.  
Sewaktu sekolah mcnengal, Freud belajar bahasa Yunani, Latin, dan lbrani. Ia 
berhasil menjadi rangking perlama dikelasnya. Selain bahasa Jerman, ia juga lancar 
berbahasa Perancis dan lnggris. Kemudian belajar Bahasa Spanyol dan Italia. 
Tahun    , ia diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Wina. Anehnya 
Kedokteran dipilihnya bukan untuk menjadi dokter, tapi untuk "bercinta" dengan 
filsafat yang akan menjawab kegelisahan dalam hatinya. Di kedokteran ia sangat 
menikmati neurologi dan fisiologi, sampai-sampai karena sibuk dengan pelajaran itu,
pencapaian gelar sarjananya tertunda hingga   . Akan tetapi ketika lulus, ia tidak 
melakukan praktek kedokteran, tetapi lebih menikmati melanjutkan penelitian di 
bidang Fisiologi. Namun karena desakan ekonomi rumah tangga, pria bejanggut 
putih ini dengan terpaksa meninggalkan hobi penelitiannya dan mencoba mencari 
bentuk pekerjaan yang menghasilkan uang. 
B. Corak Pemikiran 
. Dari Fisiologi kc Psikologi 
Pada tahun    , Freud menerima dana untuk meninggalkan Universitas Wina 
dan memutuskan untuk belajar di Paris bersama seorang neurolog Perancis, Jean 
Martin Charchot. Darinya ia menyelami teknis hipnosis untuk merawat pasien 
h isteria, suatu gangguan kelumpuhan pada bagian-bagian tertentu pada tubuh. Hal ini 
dilakukan dengan cara mensugesti pasien, dan anehnya pasien tidak akan mengingat 
apa yang disugestikan.  Meskipun Freud mencoba hipnotis dengan pasien-pasiennya, 
namun ia tidak yakin dengan kemanjurannya, maka ia memutuskan hanya setahun 
bersama Charchot dan terus bertualang mencari kecocokkan psikologi dalam 
keilmuan yang diyakininya.  
Pada tahun    , Freud belajar dari spesialis di Nanny (Liebault, Bernheim) 
masih mengenai teknik sugesti hipnotis, tapi lagi-lagi itu tidak membuatnya puas. 
Tak lama berselang, pria yang kerap memakai topi ini mendengar metode barn yang 
dikembangkan oleh seorang dokter Wina, Joseph Breur, suatu metode di mana pasien
disembuhkan dari simptom-simptom dengan mengungkapkannya secara verbal atau 
disebut metode katarsis. Freud melihat cara Breur efektif, dan akhimya mereka 
berdua membuat sebuah buku untuk mengupas problema pasien-pasien histeria via 
metode ini. Dan inilah buku pertama dari perjalanan itmiah Freud, yang sekaligus 
jalan untuk menjadi ilmuwan sejati yang sangat didambanya. 
Temyata setelah itu, proyek bersama mereka itu bubar, karena friksi kuat yang 
menghadirkati perbedaan pendapat tentang peranan faktor seksual pada histeria. 
Freud berpenndirian bahwa faktor seksual tak bisa ditawar sebagai penyebab histeria, 
sedangkan Breur lebih hati-hati. Sejak saat itu Freud memilih bekerja otonom.   
Transisi Freud dari fisiologi ke psikologi menjadi penting ketika ia bertemu 
dengan Wilhelm Fliess, seorang dokter di Berlin, pada tahun    , walaupun tetap 
saja konsep psikologinya masih kabur. Dan terbukti, pada tahun     kali pertama ia 
menggunakan istilah legendaris, psikoanalisis. Sejalan demean itu, kematian ayahnya 
di tahun yang sama temyata juga mendorong jiwa Freud untuk mengembangkan 
teori-teori psikoanalisisnya.  Akhirnya, pada tahun     ia menulis intepretasi 
mimpi, buku ini sangat fenomenal, sekaligus titik awal gambaran psikologi khas 
Freud.   
Pemikiran Freud terus berlanjut pada buku-buku dan artikel lain yang menjadi 
pusat perhatian dokter-dokter dan para ilmuwan di seluruh dunia. Sepeti Otto Rank 
dari Jerman, Alfred Ad lcr dari Austria, Erich Fromm dari Jerman, clan ban yak lagi.
Karena peminat kajian seksualitas Freud menajdi mayoritas, Freud memutuskan 
membentuk diskusi-diskusi pada hari rabu yang trendi demean sebutan Wednesday 
Psychological Society. Pergunjingan mengenai psikoanalisis terus bergulir, banyak 
ahli kini mulai mengalihkan perhatian kepada otak-atik seksualitas ini. Oleh karena 
itu, pada tahun     diskusi-diskusi menarik itu berubah nama menjadi Vienna 
Psychoanalytical Society. Dan pada tahun   , karena semakin 
mengintemasionalisasinya psikoanalisis, Freud cs melegalisasikan diri untuk 
mendirikan International Pschoanalytic Assosciation dengan Carl Gustave Jung 
sebagai ketuanya. 
 . Filosofi Kcpribadian 
Freud memandang bahwa kepribadian tercipta pada takdir masa kecil. Jika 
kehidupan masa kecil tidak berjalan dengan baik, maka masa depan individu 
menggelapkan, penuh dengan gangguan dan penyakit jiwa. Freud mengambil 
kesimpulan itu dari berbagai pasien yang ditanganinya. Termasuk dalam gangguan 
histeria, neurosis, psikosis, dan lain-lain. 
Selain itu, Freud menganalisa bahwa seksualitas adalah tema sentral dari 
kehidupan manusia yang tak terpisahkan. Saal itu, gagasannya tentang seksualitas 
menjadi kontradiksi dari pandangan umum lainnya, karena dalam diskursus psikiatri 
saat itu, seksualitas cenderung dinafikan dalam berbagai elemen psikis, dan hanyalah 
bagian antomi belaka. Namun dalam pemikiran Freud, seksualitas mempunyai prinsip 
tersendiri dan mustahil disepelekan. Pandangannya sebagai berikut: 
I. Kehidupan seksualitas tidak dimulai saat pubertas, namun segera setelah 
lahir. 
 . Ada perbedaan yang mencolok antara konsep seksual dan genital.
 . Kehidupan seksual berfungsi untuk mendapatkan kenikmatan dari setiap 
bagian tubuh.   
Dari mana logika Freud berbicara seperti itu? Freud mencoba memperkuat 
asumsinya. Suatu saat, Freud menggunakan analoginya untuk meyakinkan khalayak 
bahwa aktivitas seksual anak-anak memang ada. 
"Misalkan tidak ada cara untuk menganalisis perkembangan tunas dari dua 
buah pohon kotiledon-pohon ape! dan pohon buncis-, namun bayangkan bahwa 
keduanya sangat mungkin untuk mengikuti pekembangnnya dari pohon yang 
sudah tumbuh sempurna sampai tunas yang baru muncul dengan dua kotiledon. 
Kedua kotiledon itu tidak dapat dibedakan pada kedua tunas, benar-benar mirip. 
Dari ha! sepeti itu, haruskah saya menyimpulkan bahwa mereka benar￾benar sama dan bahwa perbedaan-perbedaan khusus di antara pohon ape! dan 
buncis baru muncul pada tahap perkembangan berikutnya?"   
Spesifikasi filosofi kepribadian menuai hasil setelah Freud melakukan 
serangkaian penelitian dan tempi dengan berbagai pasiennya. Salah satu bentuk 
terapinya itu adalah asosiasi bebas yang menyelami dunia kesadaran pasien dengan 
cara menyiapkan suasana tenang, lalu meminta pasien untuk tidur di atas sofa 
miliknya, dan menceritakan segala sesualu. dalam pikirannya. Pasien wajib 
menceritakan apapun dalam benaknya sekalipun itu menjijikan dan tidak pantas 
didengarkan. Dcngan earn ini kita bisa mengetahui masa kanak-kanak seseorang dan 
perkembangan kepribadian yang telah dilewati. 
Freud juga menelaah mimpi-mimpi. Pasien-pasien Freud menceritakan 
mimpinya melalui asosiasi bebas yang secara langsung akan mendalami jiwa-jiwa 
tersembunyi dari alam primitif bawah sadar. Mimpi adalah bagian dari proses primer
dalam memenuhi kenikmatan. Karenanya, kita sering bermimpi akan sesuatu ha! 
yang tidak terealisasikan di kehidupan nyata. 
Untuk menunjukkan konsistensi penelitiannya, Freud juga melakukan analisis 
pada dirinya sendiri, dan ini mutlak dilakukan bagi setiap psikoanalis. Karena seperti 
kata Freud sendiri bahwa " ... Pasien utama yang lebih saya perhatikan adalah diri 
saya sendiri ... ".   Kita ketahui juga gagasan kompleks oedipus lahir dari analisis 
terhadap diri oleh Freud sendiri. 
C. Karya-karya Sigmund Frend 
l. Karya-karya awal Freud 
Karya-karya awal yang ditulis Freud adalah suatu bagian dasar yang akan 
membentuk psikoanalisis. Sesudah menulis intepreatsi mimpi, Freud meneguhkan 
dirinya untuk menjadi ilmuwan dengan kembali melahirkan buku mengenai 
psikopatologi, yang kemudian ia namakan Psychopatology Of Everday life. Di buku 
ini Freud mengupas kesalahan yang kerap kita lakukan sehari-hari namun kita tidak 
menyadarinya. Buku On Dreams untuk memperkokoh tentang mimpi muncul tak 
lama setelah buku psikopatologi. 
Kesalahan itu biasahya berupa kesalahan mengingat nama seseorang, kata-kata 
asing, urutan kata, berbicara, menulis, kesalahan dalam bertindak, dan masih banyak 
lagi. Bisa disimpulkan, gejolak pemikiran Freud sangat paradoks dengan psikiatri 
tradisional. Freud sempat dikritik atas kerjaannya yang remeh ini, tetapi Freud membalikannya melihat bahwa seringkali kasus kejahatan ternngkap oleh para 
detektifkarena hal-hal sepele, seperti sidikjari. 
Tahun     adalah puncak fenomenal dari teori seksualitasnya, dalam sebuah 
karangan yang tidak terlalu padat, Freud membuat tiga karangan tentang seksualitas 
yang menguraikan tentang perkembangan perilaku tidak wajar dan perilaku "normal" 
dari masa kanak-kanak hingga masa puber dengan keterbukaan yang jarang 
ditemukan sampai sekarang dalam kepustakaan medis.   Tak lama berselang giliran 
buku mengenai psikoteapi hadir dengan judul On Psychotherapy. 
 . Karya-karya Penelitian 
Tahun     Freud melakukan studi tentang kasus seksualitas wanita. Tiga tahun 
berikutnya, untuk menancapkan kuku lagi di kalangan ilmuwan, Freud menelurkan 
suatu karya dari serangkaian penelitian yang menjadi penguat teoritis. 
Corak kajian seksnya semakin ranum ketika tahun    , Freud melakukan 
penelitian tentang riwayat penyembuhan pasien yang kemudian menjadi terkenal, 
yakni Fragment of an Analysis of a Case of Hysteria disingkat Dora Case. Dia 
menerbitkan penelitian ini untuk menggambarkan penggunaan metode tafsir mimpi 
dalam psikoanalisis dan membongkar kegagalannya dalam mengenali kekuatan 
proses transferensi.   
Kasus tentang Little Hans, Analysis of a Phobia in a Five Year Old Boy, tahun 
   , memberikan Freud kesempatan pertamanya untuk menguji teori seksualitas 
infantil. Penelitian ini unik, karena Freud hanya menganalisis kasus seorang anak
Pada tahun   ,  Freud sering memberi kuliah-kuliah di Universitas, 
kemudian atas desakan kebutuhan, jadilah kuliah-kuliah itu dibukukan dalam edisi 
tunggal pada tahun    dengan judul Introductory Lectures on Pscho-Analysis.   
Salah satu karya penting dalam perjalanan psikoanalisis adalah buku The Ego 
and The Id, pad a tahun    , di mana istilah id, ego, dan superego digunakan 
pertama kali. Masih di buku yang sama, Freud mencoba melakukan revisi dan 
perbaikan dari' konsep sebelumnya.   Sebelum itu di tahun    , Freud merancang 
cikal id melalui karangannya tentang prinsip kenikmatan. Dan di tahun     Freud 
kembali mengeluarkan kontroversi tentang seksualitas perempuan, yakni Inhibitions, 
Symptoms, and Anxiety (   ). Untuk lebih efisien memahami psikoanalisis, setahun 
setelah Freud meninggal lahir buku terakhimya, An Outline of Psycho-analysis 
(   ). 
Freud juga tak ketinggalan mengembangkan pemikiran seksualitas dalam setiap 
aspek, seperti agama, sastra, masa prasejarah, seni, dan ha! lainnya. The Future of an 
Jlussion (   ), Civilization and Its Discontents (   ), Obssesive and Religious 
Practices (   ), Creatives Writers and Daydreaming (   ), a/au juga Moses and 
Monotheisme (   -   ).



PSIKOPATOLOGI 
. Pengertian Psikopatologi 
Pengertian psikopatologi selaras dengan arti gangguan mental, atau juga disebut 
perilaku abnormal. Namun bila dicennati, kedua definisi ini belum tepat 
menggambarkan koridor ilmiah dari pemahaman tentang perbincangan kita selama 
ini. Seperti juga diutarakan oleh Iman Setiadi Arif bahwa kedua istilah ini belum 
begitu pas dengan pencapaian teoritik. Walaupun selama ini istilah abnonnal juga 
tidak berbeda dalam konteks substansi sebuah kajian. Arif mengajukan pengertian 
psikopatologi yang dapat menjadi acuan: 
·'Psikopatologi adalah gangguan pada dialektika antara realitas ek:stemal 
dengan dunia internal individu, yang mengakibatkan munculnya gejala-gejala 
ketidaksejahteraan atau ketidakbahagiaan, secara kognitif dan/atau afektif, 
dan/atau konatif dan/atau fisiologis, baik pada tingkatkan yang berat; dan dapat 
berlangsung dengan relatif singkat sampai dengan jangka waktu yang . ,,J pan.Jang. 
Selain itu, Supratiknya mencoba mengurai tentang kriteria abnonnalitas yang di 
antaranya adalah penyimpangan dari norma-norma statitistik, norma-nonna sosial, 
gejala "salah suai", tekanan batin, dan ketidakmatangan. Seperti dikutip dari 
Coleman, Butcher, dan Carson (   ), Supratiknya juga membeberkan tentang 
istilah-istilah yang mengacu pada perilaku abnonnal, dan salah satunya adalah
psikopatologi. Namun ia tidak memberi batasan pembeda yang jelas antara satu 
istilah ke istilah yang lain.  
Kartini Kartono tampaknya sejalan, ia mengatakan bahwa konsep normal dan 
abnormal masih samar-samar batasnya dan lagi-lagi kita dapat melihat melalui 
pendekatan yang berbeda. Setidaknya menurut Kartono, konsep abnormal dapat 
dilihat dari sudut patologi, statistik, dan kebudayaan.  
Beberapa istilah yang juga dapat menggiring kita pada pemahaman 
psikopatologi adalah istilah psikopati. Menurut Chaplin, psikopati berhubungan 
dengan penyakit mental, khususnya menyangkut penyakit yang belum bisa diberikan 
diagnosis yang tepat. Namun tentu tidak bisa disamakan, karena psikopatologi 
mencakup berbagai semua jenis gangguan psikologis.  
Se lain itu kita juga sering terancukan dengan istilah psikopat. Secara a warn, kita 
dapat saja menerjemahkan psikopatologi mempunyai kesaamaan dengan psikopat. 
Namun sebenamya yang terjadi adalah psikopat lebih tertuju pada satu bentuk 
gangguan kepribadian antisosial, seperti dijelaskan Jeffrey Nevid dkk. dalam buku 
Psikologi Abnormal.  
Maka itu dari berbagai kesimpulan, psikopatologi dapat didefinisikan sebagai 
gangguan akibat dinamika internal dan ekstemal yang berakibat ketidaknyamanan, 
ketidakbahagiaan, dan ketidaksejahteraan dalam sisi kognitif, afeksi, psikomotorik
dan konasi, baik pada tingkat berat, sedang dan rendah, dan dapat berlangsung pada 
jangka panjang maupun pendek. 
 . Penyebab Psikopatologi 
Sebagai sebuah fenomena, tentu psikopatologi memiliki penyebab integral yang 
tidak dapat disandarkan pada satu perspektif saja. Karena selama ini berbagai 
pandangan mewamai perdebatan sengit mengenai perilaku psikopatologi. Jefrey 
Nevid dkk. mencoba merumuskan itu dengan memetakan empat macam perspektif; 
biologis, psikologis, sosiokultural, dan biopsikososial.  
Perspektif biologis mengklaim bahwa perilaku psikopatologi barakar pada 
penyakit otak. Tokoh dari perspektif ini adalah Emil Kraepelin (   -   ). Ia 
menspesifikasikan dua kelompok utama dari gangguan atau penyakit mental yakni 
dementia praecox yang saat ini kita sebut sebagai skizofrenia dan psikosis manik 
depresi yang kerap dinamakan sebagai gangguan bipolar. Kraepelin meyakini bawa 
dementia praecox disebabkan karena ketidakseimbangan biokimiawi, dan psikosis 
manik depresi didasarkan pada metabolisme tubuh. Namun kontribusi Kraepelin 
adalah penciplaan sistem klasifikasi yang menjadi intisari bagi sistem diagnostik saat 
. .   
IOI. 
Perspcktif psikologis sebelum jatuh menjadi tenar di tangan Freud, awalnya 
disarikan oleh Jean Charchot (   -   ) via hipnotis pada pasien histeria, suatu 
kondisi di mana simtom-simtom fisik bermain pada fisik dan jiwa manusia. Seperti 
kelumpuhan atau mati rasa yang mempunyai akar masalah pada sistem saraf. Lalu
Freud yang juga hadir dalam demonstrasi Charchot di khalayak umum, memiliki 
pandangan berbeda, ia menilai bahwa simtom tersebut seharusnya mempunyai 
suml:-er yang bersifat psikologis.  Sejak itu, berkembanglah beroagai pendekatan 
psikologi yang bercorak behavioristik,  lalu dilanjutkan humanistik,   dan 
transpersonal.  
Perpektif sosiokutural meyakini bahwa kita harus mempertimbangkan konteks￾konteks sosia!. yang lebih luas. Teoritikus sosiokultural melihat masalah-masalah 
psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial masyarakat, seperti kemiskinan, 
perpecahan sosial, diskriminasi ras dan gender, serta hilangnya kesempatan ekomomi. 
Seorang teoritikus sosiokultural radikal adalah psikiatri Thomas Szasz yang mencoba 
menggiring penyakit mental sebagai "masalah kehidupan"  
Perspektif biopsikososial dicetuskan berbagai akademisi pada saat ini, yang 
diyakini bahwa perilaku psikopatologis terlalu kompleks untuk dapat dipahami hanya 
dari salah satu model atau perspektif.   Maka itu penggabungan dari berbagai 
perspekifbiologis, psikologis, dan sosiokuktural adalah keharusan untuk diurai secara 
komprehensif.
 . Jenis-Jenis Psikopatologi 
Psikopatologi memiliki banyak macam, dari mulai gangguan kepribadian, 
personality disturbances, neurosis, dan psikosis. Di antara berbagai psikopatologi itu 
mereka mempunyai sub lagi yang bisa mencapai ratusan, sepeti yang dicantumkan 
Kartono yang untuk jenis fobia saja paling sedikit ditemukan    jenis.  Maka itu, 
untuk memfokuskan bidang pembahasan, penulis concern terhadap jenis 
psikopatologi.berupa neurosis, psikosis fungsional, dan patologi seks atau gangguan 
psikoseksual. 
a. Neurosis 
Neurosis dikenal luas sebagai gangguan mental yang telah lama 
diidentifikasikan dalam skala ilmiah.   Neurosis biasanya memiliki beberapa ciri 
khas, seperti dinyatakan J.P Chaplin: 
·'Suatu penyakit mental yang lunak dicirikan dengan tanda-tanda di 
antaranya wawasan tidak lengkap mengenai sifat-sifat dari kesukarannya, 
konflik, reaksi kecemasan, kerusakan parsial atau sebagian kepribadiannya, 
seringkali, tapi tidak selalu ada disertai fobia, ganguan pencemaan dan tingkah 
Jaku obsesifkompulsif."   
Menurut klasitikasi Coleman, Butcher, dan Cartson seperti dikutip Supratiknya, 
neurosis meliputi dua komponen: nuklcus neurotik dan paradoks ncurotik. Neukleus 
neurotik berupa sikap menyalahkan realita dan cenderung menghindari bukan 
mengatasi stres.
Pada tataran klasifikal, nukleus neurotik ini meliputi tiga unsur: (a) Merasa tak 
mampu dan cemas serta memandang dunia sebagi tempat yang tidak ramah, penuh 
ancaman, dan bahaya. (b) Berusaha mengh indari, bukan mengatasi stres, dengan cara: 
(c) Melakukan tingkah laku yang bersifat merugikan dan menghambat perkembangan 
diri, misalnya dengan menutup-nutupi stres.   
Paradoks neurotik dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk 
mempertahankan gaya hidup neurotik kendati tahu bahwa ha! itu merugikan diri 
sendiri. Paradoks neurotik meJiputi dua unsur: (a) perasaan lega yang bersifat 
sementara karena hasil menghindari situasi yang dipandang mengancam. Kemudian 
(b) tetap mempersepsikan aneka situasi hidup sehari-hari sebagai suatu kondisi yang 
membahayakan.   
Neurosis mempunyai beberapa sub diantaranya adalah gangguan obsesif 
kompulsif (Obsesive Compusive Disorder!OCD) dan fobia. (a) Gangguan obsesif 
kompulsif adalah gejala yang bertindak repetitif pada suatu keinginan yang obsesif. 
Seorang perempuan muda yang harus memencet ujung pensil yang lancip sebelum 
pergi ke luar rumah atau cerita pendek tentang mahasiswi yang mesti merasakan 
setrum scbelum mcnghidupkan komputer adalah bagian dari gangguan tersebut. 
Dengan menjalankan ritus itu, pcrasaan diri sekiranya akan tenang menjalani berbagai
aktivitas.   Maka dari itu, Wilhelm Reich pemah mengatakan bahwa karakter 
k  "f"b . w ompu s  arat mesm. 
(b) Fobia adalah rasa takut yang intensif terhadap obyek atau situasi. Padahal 
rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamannya, sebagai contoh takut akan suatu 
objek, ketinggian, ruangan gelap, tempat terbuka, atau tempat tertutup.  Orang yang 
mengalami fobia menyelir atau mengendarai sepeda motor bisa saja tidak dapat 
mengendarai .walau kecepatannya di bawah batas. Menurut Supratiknya, fobia 
memiliki beberapa sifat khusus, di antaranya: 
 • Perasaan takutnya intens dan mengganggu kegiatan sehari-hari. 
 . Biasanya simtom-simtom lain, seperti pusing-pusing, sakit punggung, sakit 
perut dan sebagainya. 
 . Kadang-kadang disertai kesulitan membuat keputusan. Gejala ini disebut 
desidofobia, atau takut membuat keputusan.   
b. Psikosa Fungsional 
Psikosa fungsional merupakan cabang dari psikosis yang menggambarkan 
kekacauan mental yang sangat. lbarat sakit psikosa fungsional ialah tipe stadium 
tinggi. Maka itu adalah wajar jika di RSJ penderita ini kerap ditempatkan di rnang 
gaduh gelisah. Karenanya, menarik untuk merenungkan definisinya yang disimpulkan 
Kartono: 
"Merupakan penyakit mental secara fungsional yang non organis sifatnya, 
hingga terjadi kepecahan pribadi yang ditandai oleh desintegrasi kepribadian 
dan maladjustment sosial yang berat. Tidak mampu mengadakan hubungan 
sosial, bahkan sering terputus sama sekali dengan realitas hidup, lalu menjadi 
inkompeten sosial. Hilanglah rasa tanggung jawab dan ada gangguan 
intelektual."    
Di antara sub dari psikosis fungsional adalah skizofrenia dan paranoia. (a) 
Skizofrenia adalah psikopatologi yang menggambarkan disintegrasi kepribadian. 
Sulit membedakan mana yang nyata dan ilusi. Perasaannya kerap linglung dun 
merasakan gangguan intelektual yang berat. Eksesnya ialah ia kerap berbicara sendiri 
layaknya orang mengobrol dengan ilusi yang tercipta dalam pikiran. 
Banyak peneliti menganalisa bahwa masa remaja memiliki risiko tinggi sebagai 
awal dari skizofrenia, meskipun masa kunak-kanakjuga berpeluang. Dan skizofrenia 
semakin berkembung pada pettengahan dan akhir masa remaja.   Secara umum 
memang berasal dari biologis, namun kondisi lingkungan dun faktor kultural 
mempunyai efek secara mendalam.    
Sedangkan (b) paranoia ialah gangguan mental serius yang    % penderitanya 
adalah laki-laki.    Umumnya paranoia tidak dihinggapi halusinasi-halusinasi, tetapi 
mengalami delusi persekusi, yakni merasa diperalat, diperlakukan dengan buruk, 
diancam, diawasi, dan dilecehkan oleh musuh. Mungkinjuga muncul delusi grandeur 
atau kebesaran, merasa diri punya keistimewaan dan terpanggil dalam misi-misi 
penyelamatan, pembaruan sosial politik, atau diutus oleh Tuhan. Di luar semua itu,
penderita bisa tampak normal dalam bicara, beremosi, dan beperilaku bak manusia 
lainnya. Terkadang penderita berkesan sangat meyakinkan dalam menjalani hidup.    
c. Gangguan Psikoseksual 
Seks sebagai sebuah aktivitas yang memiliki energi psikis, ikut mendorong 
manusia untuk berperilaku psikopatologis. Selain itu, seks juga acapkali melahirkan 
sebuah gangguan jiwa yang tidak wajar. Maka itu, hal seperti ini disebut gangguan 
psikoseksuaL Sebuah gangguan bartaraf kelamin yang dapat membahayakan orang 
lain atau diri sendiri dan dapat dilakukan dengan cara-cara normal ataupun 
psikopatologis. 
Bagian dari gangguan psikoseksual di antaranya adalah incest, fethisisme, dan 
homoseksual. (a) Incest ialah hubungan seks antara pria dan wanita saudara 
sekandung. Secara legal mereka tidak pantas melakukan perbuatan tersebut, namun 
insting seksual terkadang tidak mengenal relasi sedarah.   
Sedangkan (b) fethisisme ialah gejala psikopatologi seksual yang biasanya 
dilakukan pria dengan dorongan seks yang diarahkan pada satu benda atau bagian 
tubuh nonseksual yang dianggap sebagai subsitut kekasih, bisa dengan sepatu, baju, 
pakaian dalam, kaki, dan sebagainya. Benda tadi dipuja-puja sebagai simbol seks, 
biasanya dieksperesikan dengan cara membelai, melihat-lihat, menciuminya atau 
dipakai alat untuk menimbulkan orgasme.   
(c) Homoseksualitas secara sederhana menurut Sawitri Supardi Sadarjoen dapat 
diartikan sebagai suatu kecenderungan yang akan kuat akan daya tarik erotis
seseorang justru terhadap jen is kelamin yang sama.   lstilah homoseksual lebih lekat 
disandarkan kepada pria, sedang untuk wanita disebut lesbian. 
Kecenderungan ini dapat dibagi atas beberapa kualitas perilaku homoseksual, 
antara lain homoseksual ekslusif yang tidak terangsang bahkan tidak mempunyai 
minat sama sekali oleh daya tarik lain jenis. Homoseksual fakultatif yang mendesak 
di mana kemungkinan ini mendapatkan partner lain jenis, sehingga perilaku 
homoseksua. timbul sebagai usaha menyalurkan dorongan. Dan yang terakhir adalah 
biseksual, kepuasan erotis optimal baik dengan sesamajenis maupun lawanjenis.  
B. Teori Seksualitas Sigmund Freud tentang Kepribadian 
. Tingkatan Kegiatan Mental 
Tingkatan mental dalam teori Freud mempunyai tiga lapisan yaitu alam sadar, 
alam prasadar, dan alam bawah sadar. Pertama, alam sadar. Lapisan mental yang 
bersentuhan dengan realitas ini dapat beradaptasi dengan keadaan riil di luar pribadi 
individu untuk kepentingan diri. Kesadaran cukup bekerja melalui reality principle 
dan dengan jelas kita dapat menyadari sepenuhnya apa yang dikerjakan. Namun perlu 
diingat, bahwa kesadaran dalam kajian seksualitas Freud memainkan peran yang 
relatifkecil tinimbang tingkatan mental yang lain. 
Kedua, alam prasadar. Tingkatan mental ini memiliki keunikan karena ia 
berasal dari dua tingkatan mental lainnya, yakni alam sadar dan alam bawah sadar. 
Dialektika yang terbentuk akhirnya melahirkan alam prasadar di mana ia bertugas
sebagai mcdiasi kedua hal itu. Berbagai pengalaman dapat masuk dalam alam 
prasadar bila kita menghendakinya, ditambah usaha sepenuh tenaga dalam 
. dlh. ·    merealisasikannya, sebaga contoh a a a mmp. 
Yang terakhir adalah alam bawah sadar. Area ini semacam "tempat 
pembuangan" berbagai stimulus, keinginan, serta pengalaman yang tak dapat 
terealisasikan dengan baik.   Semuanya itu mengendap dalam alam bawah sadar dan 
sulit untuk disadari bagi setiap individu. Karenanya, alam bawah sadar memotivasi 
sebagian besar kata-kata, perasaan, dan perilaku individu. 
Agar dapat memahami secara visual, Freud mengetengahkan bentuk segitiga 
gunung es yang terdiri dari tiga lapisan mental manusia. Adapun bentuknya seperti di 
bawah ini:
 . Daerah Pikiran 
Sepeti halnya tingkatan mental, daerah pikiran juga memiliki tiga jenis, yakni; 
id, ego, dan superego. Mereka menempati pos masing-masing dalam kapasitas 
mental. Id adalah bagian dari keinginan yang tidak disadari, letaknya di alam bawah 
sadar.   Id berisi segala hal yang bersifat kesenangan biologis sejak bayi lahir sepeti 
insting-insting, contohnya rasa lapar. Id sebagai pusat energi, hanya mengenal 
penghayatan subjektif dan bekerja sesuai prinsip kenikmatan atau prinsip primer yang 
tidak mengenal logika obyektif, rasional, dan logis. Cenderung harus dimanifeskan 
untuk mereduksi tegangan, maka itu ia bersifat primitif.   
Sedangkan ego bersifat keakuan, begitu selfish dan tumbuh sedari masa bayi. 
Untuk memudahkan pemahaman, pemyataan Freud patut disimak: 
"B iasanya tak ada yang lebih kita percaya daripada perasaan terhadap d iri 
kita sendiri, dari ego kita. Ego ini muncul pada kita sebajiai sesuatu secara 
otonom dan bersatu diberi tanda denganjelas dari yang lain." 
Ego bertugas untuk berkomunikasi dengan dunia realitas karena id 
membutuhkan transaksi-transaksi kepada realitas ekstemal. Ego hanya bergerak 
berdasarkan kenyataan dan beroperasi menurut prinsip sekunder. Untuk sementara
waktu, prinsip kenyataan menunda prinsip kenikmatan, walau akhirnya kenikmatan 
ini dapat tersalurkan juga atas bantuan ego. Namun setidaknya ego memberikan 
rasionalitas penyelesaian tegangan yang elegan. Wilayah tingkatan mental ego 
sebagian terletak di alam sadar, alam pra sadar, dan alam bawah sadar. 
Superego bersifat nonnatif, moralitas hakiki dipegangnya agar id dan ego tidak 
keluar dari batas moral yang diusung teguh manusia pada umumnya. Selain itu, 
prinsip superego adalah idealistik yang betentangan dengan id dan ego. la 
menggambarkan yang ideal bukan yang nyata. Freud menggambarkannya dalam The 
Essentials of P.ychoanalysis seperti dikutip Alex Howard: 
"Superego adalah representasi Jarangan-larangan moral bagi kita, 
penyokong usaha menuju kesempurnaaan, singkatnya, sebanyak yang dapat kita 
genggam seceara psikologis tentang apa yang digambarkan sebagai sisi 
kehidupan yang sangat tinggi."   
Dalam perkembangannya, bentuk visual yang mengkolaborasikan antara daerah 
pikiran dan tingkat-tingkat kegiatan mental akan menjadikan bagan segitiga gunung 
es seperti di bawah ini, seperti dicontohkan Jefrey Nevid dkk.
Dari gambar di atas terlihat bahwa id sebagai lokomotif kepribadian, hanya 
berkutat di alam bawah sadar. Sama seperti ego, superego pun menempati tiga lapisan 
mental, namun bedanya    % bagiannya, mengambil jatah di alam bawah sadar. 
Segitiga ini dimaksudkan untuk memberi penjelas bahwa semakin horisontal, lapisan 
tingkatan mental manusia, maka semakin sempit dan semakin sedikit memberi 
pengaruh. Scdangkan garis vetikal menggambarkan batas dari daerah pikiran 
nanusia. 
 . Dinamika Seksnalitas 
Freud mengemukan suatu prinsip yang disebut sebagai prinsip motivasional 
atau dinamika untuk menjelaskan suatu dorongan dalam tindak-tanduk manusia. 
Dorongan adalah suatu energi-energi fisikal yang berasal dati insting-insting yang 
didapat dalam asupan biologis manusia.   lnsting didefinisikan sebagai perwujudan 
psikologis dari suatu rangsangan somatik dalam yang dibawa sejak lahir. Perwujudan 
psikologisnya disebut has rat, sedangkan rangkaian jasmaniahnya dari mana hasrat itu 
muncul disebut kebutuhan.   
Insting mempunyai empat ciri khas, yaitu sumber, tujuan, objek, dan impetus. 
Sumber didefinisikan sebagai kondisi jasmaniah. Tujuannya ialah menghilangkan 
perangsangan jasmaniah. Seluruh kegiatan yang menjembatani antara munculnya 
hasrat dan pemenuhannya termasuk objek. Misalnya, jika individu ingin melakukan
hubungan intim, ia terlebih dahulu melakukan beberapa aktivitas sebelum melepas 
rangsangan seksual itu. Sedangkan impetus insting adalah kekuatan yang ditentukan 
oleh intensitas kebutuhan yang mendasarinya. Ketika impuls masturbasi begitu kuat, 
sampai dititik mana kondisi psikologis mengalami ketegangan, maka kekuatan insting 
menjadi lebih besar.  
Kepribadian digerakkan oleh insting hidup atau eros dan insting mati atau 
thanatos.   Eros menjamin tujuan mempertahankan individu dalam perkembangan ras, 
seperti aktivitas makan, minum, dan seks. Bentuk energinya disebut libido. Libido 
sendiri adalah stimulasi umum yang menyenangkan dan tidak hanya terbatas pada 
kenikmatan seksual. Karenanya, insting hidup atau eros ini mempunyai dua bentuk 
lagi yaitu insting ego, yang menggambarkan kelaparan akan makanan dan insting 
seksual yang melambangkan kelaparan seksual atau kebutuhan cinta.   
Thanatos bersifat merusak, baik pada diri sendiri atau dunia ekstemal. Tujuan 
insting mati bagi Freud adalah mengembalikan organisme kepada kondisi inorganik. 
Karena kondisi inorganik terakhir adalah kematian, maka tujuan terakhir dari insting 
mati adalah pengrusakan diri. lnsting mati mempunyai dua bentuk; agresi dan 
kebencian.   
lndividu atau pribadi akan mendapatkan kecemasan bila ego tak dapat 
menanggulanginya. Karenanya, kemudian Freud membagi tiga bentuk kecemasan
dari hasil reaksi ego dengan dialektika eksternal, yakni kecemasan realitas, 
kecemasan neurotik, dan kecemasan moral. 
Pertama, kecemasan realitas. Mengacu pada perasaan yang tidak menyenangkan 
serta tidak spesifik pada suatu bahaya yang mungkin terjadi. Contohnya ketika dua 
pasang individu yang berdua-duaan di daerah baduy yang asing, mereka akan 
mengalami kecemasan, takut-takut ada orang adat melihat dan mereka akan dipukul 
beramai-ramai. Kedua, kecemasan neurotik. Kecemasan ini adalah ketakutan yang 
didasarkan atas aktivitas insting yang melewati batas dan tidak terkendali. Namun 
ketakutan ini bukan tertuju kepada insting itu sendiri, namun atas hukuman yang akan 
didapat. Sebagai contoh kompleks Oedipus ketika anak laki-laki takut penisnya akan 
dikebiri oleh sang ayah jika terjadi percintan dengan ibu. 
Ketiga, kecemasan moral. Kecemasan ini bentuk rasa takut kepada hati nurani. 
Orang-orang yang begitu menjunjung tinggi norma, merasa bersalah ketika ia 
melakukan perbuatan keliru atau sekadar bemiat melakukan. Kecemasan ini 
mempunyai akar dari masa silam ketika individu pernah mendapat hukuman karena 
 · melakukan perbuatan melanggar norma. ' 
Pada dasamya fungsi kecemasan seperti pengawas jikalau ego tidak bisa 
menanggulangi bahaya luar. Manakala kecemasan ini tidak dapat diredam dengan 
cara-cara yang efektif, akan timbul apa yang disebut trauma.  
 . Tahapan Perkembangan Psikoseksual 
Psikoseksual meliputi berbagai fase yang dialami individu dari kecil hingga 
dewasa. Tahapan ini mempunyai zona kenikmatan masing-masing yang menjadi 
pusat erotisme pada tubuh dan kesemua itu memilki perbedaan dari satu fase ke fase 
lainnya. Secara singkat, tahapan perkembangan psikoseksual meliputi; tahap oral, 
anal, phalik, laten, dan genital. 
(a) fase oral berlangsung pada bayi dari umur sekitar   sampai .  tahun.   Zona 
kenikmatan pada fase ini terletak di mulut, salah satu aktivitasnya adalah makan. Lalu 
setelah gigi tumbuh digunakan untuk mengunyah dan menggigit. 
Obyek yang menyapa bayi dan menjalin relasi dengannya pertama kali adalah 
ibu. Peristiwa disusui ibu juga merupakan relasi kali pertama bayi dengan realitas 
ekstemal. Sekarang kita bisa sedikit mengerti, kenapa zona seksual pada awal kanak￾kanak adalah mulut. Karena dari mulutlah individu menjalin relasi dengan dunia luar. 
Setelah itu ada (b) fase anal,   berlangsung sekitar umur I sampai sekitar   
tahun. Zona kenikmatan beralih dari mulut ke dubur. Aktivitasnya berupa 
pengeluaran feses untuk menghilangkan sumber ketidaknyamanan dan menimbulkan 
perasaan lega. Dalam perkembangannya, karena pengeluaran feses dianggap penting 
oleh orang tua, maka muncullah aktivitas toilet /raning.    Di sini anak harus 
mengikuti sebuah aturan akan instingnya oleh pihak orang tua. Akan tetapi, jika ibu
mempunyai karakter positif dalam menghadapi fase anal seperti sifat sabar dan kerap 
memuji perbuatan si anak, eksesnya tertuju pada pemahaman anak tentang konsep 
pembuangan kotoran yang baik dan betanggungjawab. 
Sehabis itu, akan hadir (c) fase phalik di mana zona kenikmatan beralih ke alat 
kela.nin ketika anak berumur   sampai sekitar   tahun. Kenikmatan masturbasi serta 
kehidupan fantasi anak membuka jalan bagi terciptanya kompleks Oedipus berupa 
perasaan cinta anak terhadap orangtua lain jenis dan menyingkirkan orang tua sesama 
jenis kelamin. Kenikmatan erotis juga menimbulkan iri penis pada anak perempuan, 
sehingga te:jadilah cinta sedarah terhadap ayah. 
Kemudian (d) fase laten. Pada umur   hingga sekitar   tahun dorongan 
libidinal tidaklah agresif. Pada masa itu anak menekan semua minat ter