Rabu, 10 Januari 2024

mati mendadak




Insiden kematian mendadak meningkat seiring usia dan kematian mendadak lebih
sering terjadi pada pria daripada wanita. Untuk menentukan penyebab kematian mendadak
harus melakukan pemeriksaan otopsi yang meliputi pemeriksaan eksternal dan internal untuk
hubungan kausal antara kelainan yang ditemukan dengan kematian akibat penyakit yang
disebabkan oleh sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem pencernaan dan sistem
genitourinari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian kematian mendadak
dalam pemasangan obat forensik dan medikolegal RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tahun
2013-2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional.
Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, di mana sebanyak 40 kasus
digunakan sebagai sampel. Hasil penelitian diperoleh angka kematian mendadak berdasarkan
usia, sebagian besar adalah kelompok usia lanjut usia lanjut usia 45-65 tahun sebanyak 12
(30%) dan jumlah kematian mendadak berdasarkan jenis kelamin adalah 38 laki-laki (95%)
dan 2 perempuan (5%). Sedangkan penyebab kematian mendadak akibat sistem pernafasan
sebanyak 27 orang (67,5%), karena sistem kardiovaskular sebanyak 8 orang (20%), karena
sistem gastrointestinal sebanyak 4 orang (10%) dan karena sistem genitourinari sebagai 1
orang (2,5%). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kejadian kematian mendadak dalam
pemasangan obat forensik dan medikolegal RSUD Dr. Pirngadi Medan, sebagian besar adalah
kelompok usia lanjut usia tua 45-65 tahun. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin yang paling
banyak adalah laki-laki dan kematian mendadak sebagian besar disebabkan oleh penyakit
sistem pernapasan.
Kematian mendadak tidak selalu
tidak diduga, dan kematian mendadak
yang tak diduga tidak selalu menjadi
mendadak, namun sering kali keduanya
dapat terjadi secara bersamaan. Kematian
mendadak adalah kematian non- kekerasan. Kejadian mati mendadak
meningkat seiring dengan bertambahnya
usia. Kematian mendadak menurut World
Health Organization (WHO) adalah
kematian yang terjadi pada 24 jam sejak
gejala-gejala timbul, namun pada kasus- kasus forensik sebagian besar kematian
terjadi dalam hitungan menit atau bahkan
detik sejak gejala pertama timbul.
Terminologi kematian mendadak disini
dibatasi pada suatu kematian alamiah
yang terjadi tanpa diduga dan terjadi
secara mendadak.1
Kematian dikatakan tiba-tiba atau
tak terduga ketika seseorang tidak
diketahui telah menderita penyakit yang
berbahaya, cedera atau keracunan
ditemukan mati atau meninggal dalam
waktu 24 jam setelah timbulnya tanda￾tanda dan gejala.2
Pengertian mati mendadak
sebenarnya berasal dari suddenunexpected
natural death yang didalamnya
terkandung kriteria penyebab yaitu natural
(alamiah, wajar). Terminologi kematian
mendadak dibatasi pada suatu kematian
alamiah yang terjadi tanpa diduga dan
terjadi secara mendadak, mensinonimkan
kematian mendadak dengan terminologi “sudden natural unexpected death” Kematian alamiah di sini berarti kematian
hanya disebabkan oleh penyakit bukan
akibat trauma atau racun.
Pada kasus kematian mendadak
yang disebabkan oleh penyakit, seringkali
mendatangkan kecurigaan baik bagi para
penyidik, masyakat atau keluarga yang
disertai dengan kecurigaan mengenai
adanya unsur kriminal pada kasus
kematian mendadak. Kecurigaan tersebut
terutama disebabkan masalah TKP
(tempat kejadian perkara) yaitu bukan di
rumah korban atau di rumah sakit
melainkan di tempat umum. Karena alasan
tersebut, kematian mendadak termasuk
kedalam kasus forensik, walaupun hasil
autopsinya menunjukkan kematian yang
diakibatkan oleh misalnya penyakit
jantung koroner, perdarahan otak atau
pecahnya aneurisma serebri. Kematian
dapat terjadi pada saat orang sedang olah
raga atau sedang beristirahat sehabis olah
raga, dapat terjadi saat sedang berpidato,
rapat, diskusi, saat menonton televisi,
dapat pula saat sedang santai dan
bergembira bersama keluarga.4
Mati mendadak sendiri sebenarnya
adalah tidak selalu merupakan proses
yang mendadak, bahkan sebenarnya mati
mendadak adalah suatu proses akhir dari
suatu penyakit yang sudah dimiliki oleh
korban mati mendada. Pada kasus
kematian mendadak, sangat perlu
mendapat perhatian terhadap keadaan
korban sebelum kematian, mengingat
kemungkinan dalam kematian mendadak
tersebut terdapat unsur kriminal, atau
kematian tersebut berhubungan dengan
kelalaian perbuatan orang lain. Apakah
korban baru menjalankan aktivitas, atau
sewaktu istirahat sehabis melakukan
aktivitas. Keadaan lingkungan tempat
kejadian perkara juga harus dijadikan
perhatian, dengan tujuan menemukan
proses penyakit dan atau adanya cedera,
menerangkan penyebab kematian serta
mencari hubungan sebab akibat antara
kelainan-kelainan yang ditemukan dengan
penyebab kematian.4
Kematian mendadak yang
disebabkan oleh penyakit, sering kali
mendatangkan kecurigan bagi penyidik
maupun masyarakat umum, khususnya
bila kematian tersebut menimpa orang
yang cukup dikenal oleh masyarakat,
kematian dirumah tahanan dan di tempat￾tempat umum, seperti di hotel, cottage
atau motel. Kasus kematian mendadak
dapat terjadi pada semua kelompok umur.
Banyak faktor yang berkembang diduga
ikut berpengaruh dalam meningkatnya
kasus mati mendadak. Salah satunya
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
usia, etnis, riwayat kesehatan pribadi dan
riwayat keluarga. Meskipun etiologinya
bervariasi, penyakit jantung merupakan
penyebab utama dari kematian
mendadak.5
Adapun beberapa penyebab
tersering kematian mendadak adalah
kelainan kardiovaskular, kelainan sistem
respirasi, kelainan gastrointestinal dan
kelainan saluran genitourinaria. Kematian
akibat kelainan kardiovaskular menduduki
persentase tertinggi dari semua penyebab
kematian mendadak karena penyakit.5
Penyebab lain yang dapat
menyebabkan terjadinya kematian
mendadak antara lain keracunan,
kecelakaan, tenggelam, dan lain-lain.
Racun menurut Taylor adalah setiap
bahan atau zat yang dalam jumlah relatif
kecil, bila masuk ke dalam tubuh akan
menimbulkan reaksi kimiawi yang akan
menyebabkan penyakit atau kematian.
Berdasarkan kecepatan kerjanya, maka
racun paling cepat menimbulkan efek
pada manusia bila ia masuk secara
inhalasi. Sedangkan kecelakaan adalah
serangkaian peristiwa dari kejadian- kejadian yang tidak diduga sebelumnya
dan selalu mengakibatkan kerusakan pada
benda, luka atau kematian. Tenggelam
merupakan salah salah bentuk kematian
asfiksia dimana bila pada asfiksia yang
lain tidak terjadi perubahan elektrolit
dalam darah, sedangkan pada tenggelam
perubahan tersebut ada, baik tenggelam
dalam air tawar maupun tenggelam dalam
air asin. Kematian akan terjadi segera, bila
kematiannya disebabkan oleh inhibisi
kardial.6
Kematian mendadak terjadi empat
kali lebih sering pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Penyakit pada
jantung dan pembuluh darah menduduki
urutan pertama dalam penyebab kematian
mendadak dan sesuai dengan
kecenderungan kematian-kematian
mendadak pada laki-laki yang lebih besar,
penyakit jantung dam pembuluh darah
juga memiliki kecenderungan serupa.
Penyakit jantung dan pembuluh darah
secara umum menyerang laki-laki lebih
sering dibanding perempuan dengan
perbandingan 7:1 sebelum menopause dan
menjadi 1:1 setelah perempuan
menopause. Di Indonesia, seperti yang
dilaporkan Badan Litbang Departemen
Kesehatan RI, persentase kematian akibat
penyakit ini meningkat dari 5,9% (1975)
menjadi 9,1% (1981), 16,0% (1986) dan
19,0% (1995).1
Dewasa ini, penyakit jantung
koroner menyumbang cukup banyak pada
kasus kematian mendadak. Penyakit
pembuluh nadi koroner merupakan
penyebab terbanyak kematian mendadak.
Penyakit jantung koroner meliputi
gangguan aliran darah arteri ke jantung
sehingga oksigen pada jantung tidak
adekuat. Keadaan ini seringkali terjadi
karena penyempitan aterosklerotik
pembuluh arteri koronaria. Manifestasi
klinis penyakit jantung koroner sangat
bervariasi, mulai dari angina pektoris
stabil dan angina tidak stabil, serta infark
miokard akut. Namun, penyakit jantung
koroner juga dapat terjadi tanpa nyeri
dada (asimptomatik) atau nyeri dada yang
tidak menonjol seperti iskemia
miokardium tersamar, gagal jantung,
aritmia, hingga kematian mendadakWHO
mencatat lebih dari 16,7 juta orang 29,2%,
meninggal akibat penyakit jantung
koroner (PJK) di seluruh dunia pada tahun
2003. Angka ini diperkirakan meningkat
hingga 11 juta orang pada tahun 2020 The
American Heart Association (AHA)
memperkirakan bahwa lebih dari 6 juta
penduduk Amerika menderita PJK dan
lebih dari 1 juta orang yang diperkirakan
mengalami serangan infark miokardium
setiap tahun. Kejadiannya lebih sering
pada pria dengan umur antara 45 sampai
65 tahun, dan tidak ada perbedaan dengan
wanita setelah umur 65 tahun. Penyakit
jantung koroner juga merupakan penyebab
kematian utama (20%) penduduk
Amerika.7
Penyakit pada ginjal dan sistem
urinaria jarang menimbulkan kematian
mendadak. Kondisi dimana pasien
menderita gagal ginjal akut dapat menjadi
penyebab kematian mendadak pada sistem
ini. Gagal ginjal akut adalah sindrom
klinis yang memiliki ciri penurunan laju
filtrasi glomerulus yang cepat, azotemia,
dan gangguan homeostasis elektrolit,
cairan, dan asam basa.Angka kematian
pada gagal ginjal akut cukup tinggi yaitu
sekitar 25% hingga 60%. Adanya
kematian mendadak pada wanitausia
subur harus diperhatikan sebagai
komplikasi dari kehamilan. Rupturnya
kehamilan ektopik dapat menyebabkan
kematian mendadak oleh karena
terjadinya perdarahan intraperitoneal.10
Dalam penelitian deskriptif
restrospektif melaporkan bahwa frekuensi
dan penyebab utama kematian mendadak
berkaitan dengan total kematian di sebuah
rumah sakit universitas besar di wilayah
Timur dari Arab Saudi selama enam tahun
didapatkan 1273 kematian berturut-turut
secara retrospektif menunjukkan 223
(17,5%) merupakan kasus kematian
mendadak dengan laki-laki sebanyak
56.0% kasus. Insiden kematian mendadak
tertinggi dalam dua ekstrim usia (32,2%
masih bayi dan 31,4% adalah lansia). Ada
variasi musiman, dengan insiden tertinggi
(29,6%) selama musim semi diikuti oleh
musim panas (25,1%).9
Pada tahun 2008 diperkirakan
sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan
oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3
juta kematian tersebut terjadi sebelum usia
60 tahun dan seharusnya dapat dicegah.
Kematian dini yang disebabkan oleh
penyakit jantung terjadi berkisar sebesar
4% di negara berpenghasilan tinggi
sampai dengan 42% terjadi di negara
berpenghasilan rendah. Hipertensi
menyebabkan setidaknya 45% kematian
karena jantung dan 51% kematian karena
penyakit stroke. Kematian yang
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler,
terutama penyakit jantung koroner dan
stroke diperkirakan akan terus meningkat
mencapai 23,3 juta kematian pada tahun
2030.8
Dalam kasus forensik, penyebab
kematian dapat di identifikasi dengan cara
pemeriksaan medik dengan tujuan
membantu penegak hukum antara lain
adalah pembuatan visum et repertum.
Pemeriksaan medik lain yang sangat
penting untuk mengidentifikasi penyebab
kematian adalah autopsi. Autopsi
bertujuan menemukan proses penyakit dan
atau adanya cedera, melakukan
interpretasi atas penemuan-penemuan
tersebut, menerangkan penyebabnya serta
mencari hubungan sebab akibat antara
kelainan-kelainan yang ditemukan dengan
penyebab kematian. Jika pada
pemeriksaan ditemukan beberapa jenis
kelainan bersama-sama, maka dilakukan
penentuan kelainan mana yang merupakan
penyebab kematian, serta apakah
kelaianan yang lain turut mempunyai
andil dalam terjadinya kematian tersebut.9
Autopsi adalah pemeriksaan
terhadap tubuh mayat, yang meliputi
pemeriksaan luar dan dalam untuk
kepentingan pendidikan, hukum dan ilmu
kesehatandengan tujuan merumuskan
proses penyakit dan atau adanya cedera,
melakukan interpretasi atas penemuan- penemuan tersebut, menerangkan
penyebab kematian serta mencari
hubungan sebab akibat antara kelainan- kelainan yang ditemukan dengan
penyebab kematian. Autopsi forensik
dilakukan atas permintaan yang
berwenang sehubungan dengan adanya
penyidikan dalam perkara pidana yang
menyebaban korban meninggal. Biasanya
dilakukan pada kematian yang tidak wajar
seperti pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan lalu lintas, keracunan,
kematian mendadak dan kematian yang
tidak diketahui sebabnya. Tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk membantu
identifikasi korban, mengetahui sebab
pasti, mekanisme dan lama kematian,
mengumpulkan dan memeriksa barang
bukti untuk penentuan identitas pelaku
kejahatan, serta membuat laporan tertulis
yang objektif berdasarkan fakta dalam
bentuk visum et repertum. Autopsi
forensik harus dilakukan sedini mungkin,
lengkap, oleh dokter sendiri dan seteliti
mungkin Ada 2 bagian besar pemeriksaan
yang dilakukan yaitu pemeriksaan luar
dan pemeriksaan dalam.6
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka peneliti tertarik dan ingin meneliti
angka kejadian penyebab kematian
mendadak di Instalasi Kedokteran
Forensik dan Medikolegal RSUD Dr.
Pirngadi Medan tahun 2013-2015.
TUJUAN
Tujuan Umum :
Untuk mengetahui angka kejadian
kematian mendadak di Instalasi
Kedokteran Forensik dan Medikolegal
RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2013- 2015.
Tujuan Khusus :
Adapun yang menjadi tujuan khusus
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui angka kejadian
kematian mendadak berdasarkan usia
di Instalasi Kedokteran Forensik dan
Medikolegal RSUD Dr. Pirngadi
Medan tahun 2013-2015.
2. Untuk mengetahui angka kejadian
kematian mendadak berdasarkan jenis
kelamin di Instalasi Kedokteran
Forensik dan Medikolegal RSUD Dr.
Pirngadi Medan tahun 2013-2015.
3. Untuk mengetahui penyebab- penyebab kematian mendadak di
Instalasi Kedokteran Forensik dan
Medikolegal RSUD Dr. Pirngadi
Medan tahun 2013-2015
Dalam penelitian ini diperoleh
beberapa karakteristik pada pasien mati
mendadak yaitu usia, jenis kelamin dan
penyebab kematian mendadak. Dimana
penyebab kematian mendadak diketahui
melalui pemeriksaan dalam. Data tersebut
menjadi dasar dalam melakukan
pembahasan bagi penelitian ini.
Kelompok usia yang digunakan
dalam penelitian ini menurut Depkes RI
tahun 2009 terbagi atas beberapa
kelompok, yaitu remaja akhir (17–25
tahun), dewasa awal (26–35 tahun),
dewasa akhir (36–45 tahun), lansia awal
(45–55 tahun), lansia akhir (56–65 tahun)
dan manula (>65 tahun). Dari tabel 4.1
diketahui bahwa dari 40 orang pasien mati
mendadak di Instalasi Kedokteran
Forensik dan Medikolegal RSUD Dr.
Pirngadi Medan dijumpai kelompok usia
terbanyak adalah lansia awal yaitu usia 46- 55 tahun, sebanyak 12 orang atau sekitar
30% dari keseluruhan sampel.
Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian Rahmawati (2010) tentang
hubungan antara usia dengan prevalensi
dugaan mati mendadak yang menunjukkan
bahwa tidak ada kasus pada kelompok usia
0 – 1 bulan dan usia 1-12 tahun. Pada usia
12-21 tahun sebanyak sebanyak 4 kasus,
usia 21-40 tahun sebanyak 25 kasus, usia
40-59 tahun sebanyak 45 kasus dan
kematian terbanyak pada usia ≥ 60 tahun
sebanyak 61 kasus. Sementara dalam
penelitian ini diperoleh kematian
mendadak terbanyak terjadi pada
kelompok lansia awal yaitu usia 46-55
tahun. Hal ini dikarenakan pada kelompok
lansia awal 46-55 tahun cenderung
memiliki stres akibat pekerjaan dan dapat
berdampak pada pola istirahat yang
kurang. Dengan demikian, kematian
mendadak yang paling besar tidak hanya
terjadi pada usia ≥ 60 tahun, tetapi juga
dapat terjadi pada usia 46-55 tahun.
Kejadian mati mendadak meningkat
seiring dengan bertambahnya usia.
Penyebab kematian mendadak akibat
penyakit banyak terjadi pada usia tua atau
lansia. Ini terjadi karena sudah terjadinya
proses penuaan, di mana ada penurunan
fungsi organ-organ tubuh. Seiring
meningkatnya usia, faktor risiko untuk
menderita penyakit juga semakin
meningkat. Hal ini akan semakin
mendukung banyaknya jumlah kejadian
mati mendadak pada usia tua, karena mati
mendadak pada dasarnya terkandung
kriteria penyebab yaitu natural (alamiah,
wajar) dan suatu kematian yang bersifat
alamiah merupakan fase terminal dari
penyakit yang menyerang sistem organ
tertentu yang terjadi tanpa diduga dan
terjadi secara mendadak.
Dari tabel 2 diketahui bahwa dari
40 orang pasien mati mendadak di Instalasi
Kedokteran Forensik dan Medikolegal
RSUD Dr. Pirngadi Medan dijumpai jenis
kelamin terbanyak adalah laki-laki. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya oleh Rahmawati (2010), dari
135 sampel didapatkan kejadian kematian
mendadak lebih sering terjadi pada jenis
kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 100
orang (74 %) dan perempuan sebanyak 35
orang (26%). Dalam penelitian ini juga
didapatkan kematian mendadak lebih
sering terjadi pada laki-laki yaitu sebanyak
38 orang (95 %) sementara pada
perempuan jauh lebih sedikit yaitu
sebanyak 2 orang (5%).Hal ini sejalan
dengan teori Ismurrizal, Rosmawati &
Parinduri (2016) bahwa kematian
mendadak empat kali lebih sering pada
laki-laki dibandingkan perempuan.
Rendahnya angka kematian
mendadak pada perempuan sebelum
menopause disebabkan adanya hormon
estrogen yang akan menurunkan kadar
kolesterol plasma dengan cara
meningkatkan jumlah reseptor LDL (Low
Density Lipoprotein) di hati dan
meningkatkan kadar HDL (High Density
Lipoprotein) plasma yang akan menyerap
kolesterol dari jaringan perifer tubuh dan
mengangkutnya ke hati. Dengan demikian
konsentrasi HDL yang lebih tinggi ini
akan menurunkan insiden terjadinya
kematian mendadak pada perempuan
khususnya akibat penyakit jantung
dibandingkan pada laki-laki.
Dari tabel 3 diketahui bahwa dari
40 orang pasien mati mendadak di Instalasi
Kedokteran Forensik dan Medikolegal
RSUD Dr. Pirngadi Medan dijumpai
penyebab kematian mendadak terbanyak
adalah sistem pernafasan yaitu sebanyak
27 orang atau sekitar 67,5% dari
keseluruhan sampel.
Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian Wulansari (2011) bahwa dari
124 orang yang mengalami kematian
mendadak, sebagian besar disebabkan
karena sistem kardiovaskuler sebanyak 59
orang (47,6%). Sementara itu kematian
mendadak yang disebabkan sistem
respirasi sebanyak 25 orang (20,2%).
Selain itu kematian mendadak yang
disebabkan sistem digestif sebanyak 8
orang (6,5%).Serta kematian mendadak
yang disebabkan sistem urogenital
sebanyak 6 orang (4,7%). Hal ini juga
tidak sejalan dengan teori Schoppe &
Chief (2015) dan teori Idries (2015) yang
mengatakan bahwa kematian akibat
kelainan kardiovaskular menduduki
persentase tertinggi dari semua penyebab
kematian mendadak karena penyakit,
dalam hal ini penyakit jantung. Sementara
dalam penelitian ini diperoleh penyebab
kematian mendadak terbanyak terjadi pada
sistem pernafasan, hal ini dikarenakan
banyak responden di Instalasi Kedokteran
Forensik dan Medikolegal RSUD Dr.
Pirngadi dengan identitas yang tidak
diketahui (Mr X dan Mrs X) yang diduga
merupakan tuna wisma dan penderita gizi
kurang.
Penjelasan penyebab kematian
mendadak berdasarkan penyakit dapat
dilihat pada uraian berikut ini:
1. Sistem Pernafasan
Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian Rahmawati (2010), bahwa
kematian mendadak dalam sistem respirasi
biasanya terjadi akibat perdarahan saluran
pernafasan. Sementara dalam penelitian ini
penyakit penyebab kematian mendadak
pada sistem respirasi adalah penyakit paru
kronis dan asfiksia. Dimana penyakit paru
kronis dan asfiksia biasanya disebabkan
oleh karena adanya hambatan aliran udara
di saluran pernafasan sehingga akan
menimbulkan suatu keadaan dimana
oksigen dalam darah berkurang dan dapat
terjadi kematian.
2. Sistem Kardiovaskular
Dalam penelitian ini penyakit
penyebab kematian mendadak pada sistem
kardiovaskular terbanyak adalah penyakit
jantung kronis seperti penyakit jantung
koroner dan infark miokard. Hal ini sejalan
dengan teori Tao & Kendall (2013) bahwa
penyakit jantung koroner merupakan
penyebab terbanyak kematian mendadak.
Penyakit penyebab kematian mendadak
lainnya yaitu penyakit arteri aneurisma dan
robeknya dinding serambi kanan.
3. Sistem Gastrointestinal
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Wulansari (2011), bahwa
penyebab kematian mendadak akibat
gangguan sistem digestif adalah penyakit
ulkus peptikum yang terendah (12,5%)
sementara penyebab yang tertinggi adalah
penyakit gastro kronik (62,5%) dan
penyakit varises esofagus (25%).Dimana
kematian mendadak yang terjadi akibat
kerusakan sistem gastrointestinal
umumnya disebabkan oleh sistem
vaskulernya.Pecahnya varises esofagus
mengakibatkan perdarahan varises yang
bersifat fatal.Perforasi tukak lambung pada
ulkus peptikum juga dapat menyebabkan
kematian mendadak.Dalam penelitian ini
penyakit penyebab kematian mendadak
pada sistem gastrointestinal adalah varises
esovagus, ulkus peptikum, infeksi usus dan
penyakit hati.
4. Sistem Genitourinaria
Dalam penelitian ini penyakit
penyebab kematian mendadak pada sistem
genitourinaria merupakan penyebab
kematian mendadak paling sedikit. Hal ini
sejalan dengan teori Knight (1991) dalam
Fadhillah (2012), bahwa penyakit pada
ginjal dan sistem urinaria jarang
menimbulkan kematian mendadak. Hal
penelitian ini menunjukkan bahwa dari 40
orang pasien mati mendadak hanya 1
orang atau sekitar 2,5% pasien mati
mendadak yang disebabkan oleh sistem
genitourinaria yaitu gagal ginjal akut.
Angka kejadian penyebab kematian
mendadak berdasarkan usia yang paling
banyak terjadi adalah kelompok usia
lansia awal yaitu usia 46-55 tahun
sebanyak 12 orang (30%).
2. Angka penyebab kematian mendadak
berdasarkan jenis kelamin yang paling
banyak terjadi adalah laki-laki sebanyak
38 orang (95%) sementara pada
perempuan sebanyak 2 orang (5%).
3. Penyebab kematian mendadak yang
diakibatkan oleh sistem pernafasan
sebanyak 27 orang (67,5%). Sementara
itu kematian mendadak yang
disebabkan oleh sistem kardiovaskular
sebanyak 8 orang (20%), sedangkan
kematian mendadak yang disebabkan
oleh sistem gastrointestinal sebanyak 4
orang (10%) dan yang disebabkan oleh
sistem genitourinaria sebanyak 1 orang
(2,5%).